You are on page 1of 10

Makalah Ilmu Kependidikan

Disusun Oleh :
Aqin Rizka Ayati (K3312010) Dimas Ridho T P (K3312020) Dyah Muawiyah (K3312026) Juventie Primastuti (K3312042) Nur Jati Zahrah S (K3312058) Tuti Prihatinah (K3312072)

Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan nikmat dan hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat seiring salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatsahabatnya, yang telah berjasa menghantarkan umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang penduh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini. Makalah Ilmu Kependidikan ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kependidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, jurusan Pendidikan Kimia. Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kami dapat menjadi lebih baik lagi.

Surakarta, 08 Oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i KATA PENGANTAR. ii DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah.. 1 C. Tujuan 1 ISI................................................................................................... 2 PENUTUP A. Kesimpulan 6 B. Saran...6

BAB II BAB III

DAFTAR PUSTAKA...7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Yang termasuk alat pendidikan/faktor pendidikan itu adalah segala sesuatu yang membantu terlaksananya pendidikan. Di dalam ilmu pendidikan, usaha-usaha atau perbuatan-perbuatan dari si pendidik yang ditujukan untuk melaksanakan tugas mendidik itu disebut juga alat-alat pendidikan. Penggunaan alat pendidikan itu bukan hanya soal teknis belaka, tetapi menggunakan alat pendidikan tersebut. Si pendidik (priayi) yang menggunakan alat tersebut hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang terkandung dalam alat itu. Penggunaan dan pelaksanaan alat itu hendaknya betul-betul timbul atau terbit dari pribadi yang menggunakan alat itu (si pendidik). Adapun contoh alat-alat pendidikan antara lain : pembiasaan dan pengawasan, perintah dan larangan, serta ganjaran dan hukuman.

B.

Rumusan Masalah
1. 2. 3. Jelaskan definisi dari larangan, ganjaran, dan hukuman ! Jelaskan beberapa pendapat tentang teori hukuman ! Apakah seorang guru perlu memberikan hukuman?

C.

Tujuan
1. 2. 3. Agar pembaca mengetahui definisi dari larangan, ganjaran, dan hukuman. Agar pembaca mengetahui beberapa pendapat orang mengenai teori hukuman. Agar pembaca mengetahui seberapa perlu seorang guru memberikan hukuman kepada anak didiknya.

BAB II ISI

1.

Berikan penjelasan tentang alat-alat pendidikan berikut : a. Larangan b. Ganjaran c. Hukuman Jawab : a. Larangan Larangan adalah alat pendidikan yang sering digunakan orang tua kepada anak-anaknya. Larangan biasa dikeluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, yang merugikan, atau yang dapat membahayakan dirinya. Seorang anak yang selalu dilarang dalam segala perbuatan dan permainannya sejak kecil, dapat terhambat perkembangan jasmani dan rohaninya. Larangan dapat mengakibatkan bermacam-macam sifat atau sikap yang kurang baik pada anak itu, seperti : a) Keras kepala atau melawan b) Pemalu dan penakut c) Perasaan kurang harga diri d) Kurang mempunyai perasaan tanggung jawab e) Pemurung dan pesimis f) Acuh tak acuh terhadap sesuatu (apatis) dan sebagainya Oleh karena itu, sebaiknya pendidik tidak terlalu sering melarang anak-anak. Bagi anak-anak yang masih kecil, sering kali lebih berhasil mengubah larangan tersebut menjadi suruhan atau perintah. Ganjaran a) Maksud Ganjaran Ganjaran ialah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapatkan penghargaan. Selain itu, pendidik juga bermaksud dengan ganjaran tersebut, anak lebih menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi daripada yang telah dapat dicapainya. Kemauan anak menjadi lebih keras untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi. b) Ganjaran dan Upah Ganjaran tidak boleh berubah sifat menjadi upah. Upah adalah sesuatu yang mempunyai nilai dengan ganti rugi dari suatu pekerjaan atau suatu jasa. Upah merupakan sebagai pembayar suatu tenaga, pikiran, atau pekerjaan yang telah dilakukan seseorang.

b.

Jika ganjaran sudah berubah sifat menjadi upah, maka ganjaran itu tidak lagi bernilai mendidik. Anak mau bekerja giat dan berlaku baik karena mengharapkan upah. Jika tidak ada upah atau sesuatu yang diharapkannya, mungkin anak akan berbuat seenaknya saja. c) Macam-macam Ganjaran Beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik yang dapat berupa ganjaran bagi anak didiknya, antara lain : 1) Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak. 2) Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian). 3) Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. 4) Ganjaran yang ditunjukkan kepada seluruh kelas sering kali sangat perlu. 5) Ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak. 6) Hukuman Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan segaja oleh seorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, dan sebagainya. a) Hukuman dan Ganjaran Hukuman dan ganjaran memiliki persamaan, yaitu kedua-duanya merupakan reaksi dari si pendidik atas perbuatan yang telah dilakukan oleh si anak didik. Namun, hukuman diberikan atas perbuatan-perbuatan yang jahat, sedangkan ganjaran diberikan atas perbuatan-perbuatan yang baik. Hukuman dan ganjaran merupakan alat pendidikan. Keduanya ditimbulkan oleh si pendidik untuk memperbaiki kelakuan dan budi pekerti anak didiknya. Perbedaannya, akibat dari hukuman jauh lebih besar daripada akibat yang ditimbulkan oleh ganjaran. Demikian pula dalam proses pendidikan, hukuman itu suatu perlakuan yang jauh lebih penting daripada ganjaran. Setiap orang bebas memberikan ganjaran kepada orang atau anak lain, tetapi tidak setiap orang bebas menghukum orang lain. Hak menghukum hanya diberikan kepada orangorang yang mempunyai fungsi yang khusus dan tertentu, seperti hakim, orang tua, dan guru. Lagipula hak yang ada pada orangorang itupun terikat oleh peraturan dan undang-undang. Nyatalah bahwa penghukum itu suatu perbuatan yang tidak bebas, tidak dapat dilakukan sewenang-wenang, atau semau kehendak seseorang. Menghukum adalah perbuatan yang selalu mendapat pengawasan (di kontrol) baik oleh undang-undang dan peraturan-peraturan maupun oleh masyarakat atau badan-badan kemasyarakatan yang memang bertugas untuk itu.

c.

2.

Jelaskan beberapa pendapat orang tentang teori hukuman ! Jawab : Beberapa pendapat orang tentang teori-teori hukuman : a. Teori Pembalasan Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelalaian dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Teori ini merupakan teori tertua dan tidak boleh dipaksa dalam pendidikan sekolah. b. Teori Perbaikan Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan. Hukuman diberikan memiliki maksud untuk memperbaiki si pelanggar supaya tidak berbuat kesalahan semacam itu lagi. Teori ini lebih bersifat pedadogik, karena bermaksud memperbaiki si pelanggar baik jasmani maupun rohani. Teori Perlindungan Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Hukuman yang diberikan memiliki maksud agar dapat melindungi masyarakat dari kejahatankejahatan yang dilakukan oleh si pelanggar. Teori Ganti Kerugian Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugiankerugian yang diderita akibat kejahatan atau pelanggaran. Dalam proses pendidikan, teori ini masih belum cukup karena dengan hukuman semacam itu anak mungkin menjadi tidak merasa bersalah. Hal ini diakibatkan karena kesalahannya telah terbayar dengan hukuman. Hukuman menurut teori ganti kerugian ini banyak dilakukan dalam masyarakat atau pemerintahan. Teori Menakut-nakuti Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut pada si pelanggar akibat pelanggaran-peelanggarannya sehingga ia selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau untuk meninggalkannya. Teori ini masih membutuhkan teori perbaikan karena kemungkinan anak meninggalkan perbuatan itu hanya karena takut, bukan karena insyaf/sadar bahwa perbuatannya buruk. Dalam hal ini anak tidak terbentuk kata hatinya.

c.

d.

e.

3.

Menurut kelompok kami, perlukah guru memberikan hukuman? Jawab : Menurut kelompok kami, guru perlu memberikan hukuman kepada anak didiknya. Karena tugas guru adalah mendidik, mendidik anak muridnya menjadi orang atau generasi yang baik. Hukuman diberikan dengan tujuan dapat merubah perilaku anak didik ke arah yang lebih baik. Namun, walaupun guru memiliki hak untuk menghukum anak didiknya, hak tersebut masih terikat oleh peraturan-peraturan dan undangundang. Dengan diberikannya hukuman kepada anak didik, guru mengharapkan agar anak didik tersebut dapat merubah perilaku buruknya menjadi lebih baik lagi. Selain itu, guru juga berharap agar setelah mendapatkan hukuman, anak didik menjadi lebih bersemangat dalam berbuat kebaikan.

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan 1. Anak yang sering dilarang oleh orang-orang dewasa di sekitarnya akan menimbulkan sifat-sifat yang kurang baik pada anak itu, seperti keras kepala, pemalu, minder, pemurung, pesimis, dan sebagainya. 2. Ganjaran diberikan kepada anak-anak atas perbuatan baik yang telah ia lakukan. 3. Hukuman diberikan kepada anak yang berbuat kesalahan dengan harapan anak tersebut tidak akan mengulangi kesalahannya dan berusaha menjadi anak yang lebih baik. 4. Guru perlu menghukum anak didiknya apabila anak didik melakukan kesalahan. Namun, hukuman tersebut tetap dibatasi oleh peraturanperaturan dan perundang-undangan, serta hukuman tersebut diberikan untuk maksud yang baik.

B.

Saran Dengan adanya makalah ini, mahasiswa ataupun pembaca diharapkan : 1. Mengetahui dampak positif dan negatif dari larangan, ganjaran, dan hukuman. 2. Dapat mengontrol diri agar tidak sering melarang atau menghukum seseorang karena hal yang kecil. 3. Mengetahui seberapa perlu atau pentingnya guru menghukum anak didiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Djatun, Rachmat. Sutijan. Sukirno. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surakarta : Yuma Pustaka

You might also like