You are on page 1of 41

MAKALAH SWAMEDIKASI DIARE DAN SEMBELIT

OLEH : KELOMPOK II

KELAS B

DEWI PRATIWI FERLIEM SURYADI NUR AFIYFAH

N211 12 016 N211 12 017 N211 12 018 N 211 12 019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Saat ini masyarakat banyak melakukan pengobatan sendiri

(swamedikasi) dimana mereka langsung datang mencari obat untuk mengatasi gejala penyakit yang dirasakan oleh mereka. Istilah swamedikasi sendiri berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter. Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan. Alasan pengobatan sendiri adalah kepraktisan waktu, kepercayaan pada obat tradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. Keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk/efek samping dapat diperkirakan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, penghematan waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan, menghindari rasa malu atau stress apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu di depan tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan di masyarakat. Akan tetapi, swamedikasi juga mempunyai beberapa resiko, seperti dapat terjadi kesalahan dalam penilaian keseriusan keluhan-keluhan atau bahkan mungkin keluhan tersebut tidak dikenali. Resiko lain adalah bahwa obat-obat bisa digunakan secara salah, terlalu lama atau dalam takaran yang terlalu besar. Begitupula obat-obat alamiah seringkali dianggap lebih baik dan lebih aman. Ini adalah suatu kesalahpahaman, karena juga obat tradisional mengandung zat-zat aktif dengan khasiat keras yang dapat menimbulkan efekefek samping berbahaya. Masalah lainnya dalam swamedikasi adalah anggapan bahwa obat bebas pasti aman. Guna mengatasi resiko-resiko 2

tersebut, maka perlu untuk dapat mengenali gangguan-gangguan tersebut. Selain itu, perlu diketahui bahwa penyakit-penyakit yang lebih serius tidak boleh diobati sendiri melainkan harus dengan pertolongan dokter. Antara lain, gangguan jantung dan pembuluh, kencing manis, penyakit-penyakit infeksi, gangguan-gangguan jiwa dan kanker. Oleh karena itu, masyarakat perlu dipandu dalam melakukan swamedikasi, antara lain : 1. Mengenali gejala penyakit. 2. Memilih obat bebas/ obat bebas terbatas yang tepat. 3. Membaca dengan teliti informasi pada kemasan; indikasi, kontraindikasi, aturan pakai, efek samping obat, interaksi obat-obat, obat makanan, keadaan/ hal-hal yang harus diwaspadai selama mengonsumsi obat. 4. Jika gejala menetap bahkan memburuk, segera konsultasi ke dokter. 5. Jika mengalami efek samping obat, hentikan pengobatan dan konsultasi ke dokter. 6. Ada beberapa obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter yang penyerahannya dilakukan oleh apoteker (OWA). 7. Jika ada keraguan dalam berswamedikasi konsultasikan ke dokter atau apoteker. Salah satu penyakit yang dapat di obati sendiri (swamedikasi) adalah Diare dan sembelit (konstipasi). Mengingat bahwa penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas dan kematian anak di negara berkembang, dan penyebab penting kekurangan gizi. Rata-rata, anak-anak di bawah usia 3 tahun pada negara-negara berkembang mengalami tiga episode diare setiap tahun. Pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak-anak di bawah 5 tahun meninggal karena diare. Selain itu pula dilihat pada masyarakat Amerika yang sangat memperhatikan kesehatan ususnya, Dilaporkan bahwa di Amerika konstipasi merupakan salah satu gangguan gastrointestinal yang paling sering. Prevalensi konstipasi bervariasi karena perbedaan antara kelompok etnis, jenis kelamin, umur dan pendidikan sangat berkaitan dengan prevalensi konstipasi. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai swamedikasi dari gangguan diare dan sembelit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Anatomi Fisiologi Saluran Cerna Saluran gastrointestinal berawal di rongga mulut, dan berlanjut ke

eosefagus, lambung dan usus. Makanan disimpan sementara di lambung sampai disalurkan keusus halus. Pencernaan dan penyerapan makanan terutama diusus halus. Dari usus halus makanan disalurkan kedalam usus besar yang terdiri dari kolon dan rektum. Sistem saluran pencenaan terdiri dari beberapa jaringan (untuk fungsi sekresi) yang terletak paling dalam, lapisan jaringan sub mukosa, lapisan otot sirkular dan longitudinal, dan suatu membran serosa yang terletak paling luar yang disebut peritoneum. Lapisan-lapisan ini dihubungkan satu sama lain secara fisik dan melalui hubungan-hubungan saraf. Setelah melewati usus halus, penyerapan terus berlanjut di usus besar, terutama air dan elektrolit. Sebagian besar penyerapan berlangsung di separuh atas kolon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk keusus besar setiap hari hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang diekskresikan. Selain air yang membentuk 75% dari feses , feses mengandung bakteri yang mati, sebagian lemak dan bahan makanan yang kasar yang tidak dicerna, dan sejumlah kecil protein. Produk sampingan bilirubin menetukan warna feses. Proses elimasi atau defekasi, terjadi karena kontraksi peristaltik rektum. Kontraksi ini dihasilkan sebagai respon terhadap perangsangan otot polos longitudinal dan sirkuler oleh pleksus mienterikus. Pleksus mienterikus dirangsang oleh saraf parasimpatis yang berjalan di segmen sacrum korda spinalis. Peregangan mekanis terhadap rektum oleh tinja merupakan perangsangan peristaltik yang kuat. Sewaktu gelembung peristaltik dimulai, sfingter anus internus, suatu otot polos, melemas maka akan terjadi defeksi. Sfingter anus eksternus adalah suatu otot rangka sehingga di bawah control kesadaran. Pada kenyataannya, relaksasi sfingter internus menyebabkan kontraksi refleks sfingter eksternus pada semua individu kecuali bayi dan sebagian orang yang mengalami transeksi korda spinalis. Hal ini secara efektif menghentikan defekasi. Apabila refleks defeksi terjadi pada waktu yang tepat 4

setelah sfingter internus melemas, maka kontraksi refleks sfingter eksternus dapat secara sadar dilawan dan defeksi akan berlangsung.

Gambar anatomi saluran pencernaan II.2 PATOFISIOLOGI

II.2.1 DIARE II.2.1.1Definisi Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarrola (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. Hipokrates memberikan definsi diare sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja. Sedangkan Silverman dkk mendefinisikan diare sebagai malabsorbsi air dan elektrolit dengan ekskresi isi usus yang dipercepat. Fungsi usus sebagai

suatu pengatur yang efisien dan peka dari cairan ekstrasel, karena fungsi sekresi dan absorbsi yang dimilikinya.. Definisi lainnya, Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal. Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu. Sebagai contoh, beberapa individu devekasi tiga kali per hari, sedangkan yang lainnya hanya dua atau tiga kali seminggu. Selain itu, diare yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. II.2.1.2 Mekanisme Diare Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium. Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus. Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan 6

penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses. Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus. II.2.1.3 Tanda-tanda umum / Gejala gejala Pada diare hebat yang sering kali disertai frekuensi buang air besar melebihi normal, kotoran encer / cair, sakit / kejang perut, pada beberapa kasus, demam dan muntah, pada beberapa kasus. Adapun gejala pada anak meliputi : Dehidrasi ringan/sedang; gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat haus, kulit kering Dehidrasi berat, lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering, malas/tidak bisa minum, kulit sangat kering II.2.1.4 Penyebab Terdapat beberapa mekanisme patofisiologis yang mengganggu

keseimbangan air dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare, yaitu : Alergi terhadap makanan, susu atau obat-obatan, dapat juga karena makanmakanan tercemar. Umumnya diare yang ditimbulkan bersifat akut Infksi organisme seperti parasit, virus, dan bakteri. Diare yang ditimbulkan dapat bersifat akut maupun kronik Pertumbuhan flora normal yang tidak terkendali. Umumnya menyebabkn diare kronis Gangguan fungsi pencernaan atau penyerapan makanan. Umumnya bersifat diare kronis Beberapa penyakit seperti irritable bowel syndrome, inflammatory disease, AIDS, kanker kolon. Umumnya bersifat diare kronis. Contoh obat yang dapat menyebabkan diare: Laksatif penyalahgunaan obat-obatan pencahar sebagai obat menurunkan berat badan juga menyebabkn diare, Antasida yang mengandung magnesium, 7 bowel

Antineoplastik, Antibiotik seperti klindamisin, tetrasiklin, sulfonamide dan beberapa antibiotic spectrum luas, Antihipertensi seperti reserpin, guanetidin, metildopa, guanabenz, guanadrel, Kolinergik seperti betanecol, neostigmin, Senyawa yang mempengaruhi jantung seperti kuinidin, digitalis, digoxin, Obat AINS, Prostaglandin, Kolkisin II.2.1.5 Pembagian diare Diare akut : merupakan diare yang berlangsung selama beberapa hari

sampai 1 minggu umumnya mengeluhkan onset yang tak terduga dari buang air besar yang encer , gas-gas dalam perut, rasa tidak enak, dan nyeri perut. Diare kronis : merupakan diare yang berlangsung lebih dari 2-3 minggu. ditemukan adanya penyakit sebelumnya, penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan. Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi penderita diare dapat terbagi atas : Penilaian Keadaan Umum Mata Air Mata Mulut, lidah Rasa Haus Tanpa Dehidrasi Baik Normal Ada Basah Minum biasa Dehidrasi Ringan/ Sedang Gelisah, rewel Cekung Tidak ada Kering Sangat haus Dehidrasi Berat Lesu, tak sadar Sangat cekung Tidak ada Sangat kering Malas, tidak bisa minum Kembali sangat lambat Rencana B

Kekenyalan kulit Terapi

Normal Rencana A

Kembali lambat Rencana B

II.2.1.6 Pencegahan Pencegahan diare pada dasarnya harus ditunjukkan pada tindakan hygiene yang cermat mengenai kebersihan, khususnya mencuci tangan dengan baik sebelum makan dan mengolah makanan, misalnya sayuran atau lalapan supaya dicuci dengan baik. Daging/ikan/bistik/barbecue hendaknya dimasak hingga matang dan hidangan perlu disimpan tertutup (di bawah 70C) untuk 8

mencegah tumbuhnya kuman. Air minum ditempat yang meragukan penting sekali untuk dimasak terlebih dahulu. II.2.1.7 Cara Menanggulangi Apabila seseorang terkena diare berarti jumlah cairan dalam tubuh yang dapat diserap sangat sedikit. Hal ini menimbulkan kondisi kekurangan cairan atau dehidrasi. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah mengganti cairan tubuh yang hilang dengan minum bayak air dan oralit. Tindakan lain yang dapat dilakukan bila seseorang terkena diare adalah: Makan sup bening. Hindari kopi, teh, dan susu. Pada bayi ASI boleh tetap diberikan tetapi untuk susu formula harus dibuat lebih encer sampai dua kali lipat. Hindari makanan padat ganti dengan bubur, roti ataupun pisang. Memeriksa penyebab diare sehingga terjadinya diare kembali dapat dihindari. Memeriksa tinja apakah mengandung lendir ataupun darah Cuci tangan tiap selesai BAB untuk mencegah penularan. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan Memeriksa dehidrasi ringan sampai berat antara lain haus, mulut kering, lesu, pucat, mengantuk, mata cekung, elastisitas kulit menurun, dan air seni sedikit dan pekat.

II.2.2 KONSTIPASI II.2.2.1 Definisi Konstipasi adalah periode buang air besar (BAB) kurang dari 3 kali seminggu untuk wanita dan 5 kali seminggu untuk laki-laki, atau periode lebih dari 3 hari tanpa pergerakan usus. BAB yang dipaksakan lebih dari 25% dari keseluruhan waktu dan atau 2 kali atau kurang BAB setiap minggu. Ketegangan saat defekasi dan kurang dari 1 kali BAB per hari dengan usaha yang minimal. Pasien yang mengalami konstipasi memiliki persepsi gejala yang berbedabeda. Menurut World Gastroenterology Organization (WGO) beberapa pasien (52%) mendefinisikan konstipasi sebagai defekasi keras, tinja seperti pil atau butir obat (44%), ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%), atau defekasi yang jarang (33%). 9

Menurut North American Society of Gastroenterology and Nutrition, konstipasi didefinisikan dengan kesulitan atau lamanya defekasi, timbul selama 2 minggu atau lebih, dan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Paris Consensus on Childhood Constipation Terminology menjelaskan definisi konstipasi sebagai defekasi yang terganggu selama 8 minggu dengan mengikuti minimal dua gejala sebagai berikut: defekasi kurang dari 3 kali per minggu, inkontinensia, frekuensi tinja lebih besar dari satu kali per minggu, massa tinja yang keras yang dapat mengetu kloset, massa tinja teraba di abdomen, perilaku menahan defekasi, nyeri saat defekasi. II.2.2.2 Mekanisme Konstipasi Proses normal defekasi diawali dengan teregangnya dinding rektum. Regangan tersebut menimbulkan refleks relaksasi dari sfingter anus interna yang akan direspon dengan kontraksi sfingter anus eksterna. Saat proses defekasi, sfingter anus eksterna dan muskulus puborektalis mengadakan relaksasi sedemikian rupa sehingga sudut antara kanal anus dan rektum terbuka, membentuk jalan lurus bagi tinja untuk keluar melalui anus. Kemudian dengan mengedan, yaitu meningkatnya tekanan abdomen dan kontraksi rektum, akan mendorong tinja keluar melalui anus. Pada posisi jongkok, sudut antara anus dan rektum ini akan menjadi lurus akibat fleksi maksimal dari paha. Hal ini akan memudahkan proses defekasi dan tidak memerlukan tenaga mengedan yang kuat. Pada posisi duduk, sudut antara anus dan rektum ini menjadi tidak cukup lurus sehingga membutuhkan tenaga mengedan yang lebih kuat. Akibat semakin kuat tenaga mengedan yang dibutuhkan, lama - kelamaan dapat menimbulkan kerusakan pada daerah rektoanal yang dapat menimbulkan konstipasi dan hemorrhoid. II.2.2.3 Gejala-gejala konstipasi Perut terasa penuh bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil). Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah. 10

Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadangkadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin).

Terdengar bunyi-bunyian dalam perut. Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).

Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih). Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah. Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak. Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para penderita

konstipasi antara lain: Kurang percaya diri Lebih suka menyendiri atau menjauhkan diri dari orang sekitar. Tetap merasa lapar tapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang. Emosi meningkat dengan cepat. Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres sehingga rentan sakit kepala atau bahkan demam. Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk. Kurang bersemangat dalam menjalani aktivitas. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun. Nafsu makan dapat menurun.

II.2.2.4 Penyebab Ada bermacam-macam penyebab sembelit, yang terpenting diantaranya adalah : 11

Kurang konsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan Kurang minum Kurang berolahraga Stres Kebiasaan mengkonsumsi obat pencahar untuk membantu BAB sehingga jika tidak mengkonsumsi merasa sulit untuk BAB Adanya obat organis misalnya : 1. Obstruksi dari usus (penyumbatan) akibat adanya tumor ataupun penyempitan 2. Gangguan mortilitas yang dikarenakn penyakit-penyakit tertentu seperti hiperkalesemia, hipertiritis, kejang perut, kembung.

Penggunaan obat-obat tertentu sebagai efek samping seperti morfin, antikolinergik, diuretika yang menyerap air sehingga menyebabkan tinja kring.

Kehamilan. Hal ini dikarenakan kadar progenteron yang meningkat sehingga menghambat kontraksi dari otot polos usus sehingga peristaltic berkurang

II.2.2.5 Penanganan Sembelit lebih banyak terjadi pada lansia, terutama kaum wanita, diet dikarenakan kurangnya pergerakan badan dan susunan diet yang kurang seimbang atau kurang minum. Tindakan pencegahan umum yang dapat dilakukan berupa minum lebih banyak (1-2 gelas air hangat sebelum sarapan pagi), makan lebih banyak sayuran (sebaiknya lalapan, ca 200 g sehari) dan olahraga secara teratur, misalnya bercepat-cepat -1 jam sehari. Penting pula untuk jangan mengabaikan dorongan alamiah untuk buang air. Dahulu obat pencahar sering digunakan untuk segala jenis penyakit dan yang paling terkenal adalah minyak kastor sebagai obat pencuci perut. Ketika itu, terutama anak-anak, meskipun dengan sangat segan, diharuskan secara periodik minum minyak kastor dengan tujuan untuk memelihara kesehatan. Dewasa ini, di sementara kalangan alternative pencucian usus masih digunakan pada gangguan-gangguan tertentu.Adapun cara-cara

menanggulanginya yaitu : 12

Memperbaiki pola makan dan mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur-sayuran dan buah. Minum air putih minimum 8 gelas tiap harinya Berolahraga secara teratur karena olahraga dapat membantu

meningkatkan fungsi pencernaan Kurangi stress Gunakan obat pencahar bila benar-benar dibutuhkan

13

BAB III PENGOBATAN

III.1 Penyakit Diare III.1.1 Pengobatan Menggunakan Obat Sintesis Pada umumnya obat antidiare terbagi atas 4 macam yaitu : antimotilitas (difenoksilat, loperamid, paregoric, tinctur opium, difenoxin), adsorben (Kaolin pectin, Polikarbofil, Attapulgit), antisekresi (Bismut subsalisilat, enzim laktase, Lactobacillus), dan oktreotid. a. Oralit Komposisi oralit 200 mL ; Glukosa anhidrat Natrium klorida Natrium sitrat dihidrat Kalium klorida 4g 0,7 g 0,58 g 0,3 g

Serbuk dilarutkan dalam 200 mL atau 1(satu) gelas air matang hangat Takaran pemakaian oralit pada diare Umur Tidak ada dehidrasi Terapi A Mencegah Dehidrasi Dengan Dehidrasi Terapi B Mencegah Dehidrasi Dengan Dehidrasi Mengatasi dehidrasi 100 mL 300 mL (1,5 gelas) 100 mL (0,5 gelas) < 1 tahun 1 - 4 tahun 5 12 tahun Dewasa

Setiap kali BAB beri oralit 200 mL (1 gelas) 300 mL (1,5 gelas) 400 mL (2 gelas)

3 jam pertama beri oralit 600 mL (3 gelas) 1,2 L (6 gelas) 2,4 L (12 gelas)

Selanjutnya setelah BAB beri oralit

200 mL

300 mL

400 mL

14

(0,5 gelas) Kegunaan obat :

(1 gelas)

(1,5 gelas)

(2 gelas)

Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang keluar bersama tinja. Oralit 200 adalah campuran gula, garam natrium dan kalium

Sediaan yang beredar : Oralit (Generik) serbuk (B), Alphatrolit (Pharma Apek) serbuk (B), Aqualyte (Prafa) cairan (B) Bioralit (Indofarma) serbuk (B), Corsalit (Corsa) serbuk (B)

b. Kaolin Indikasi : diare Dosis : Dewasa 15-45 mL, Childn 6-12 thn 10-20 mL. Digunakan setelah setiap buang air besar atau seperti yang diarahkan. Maksimal 2 hari. Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Peringatan, interaksi : menurunkan absorpsi dan diflunisal, azitromisin, siprofloksasin, isoniazid, nitrofurotoin, norfloksasin, ofloksasin, rifampisin, dan sebagian besar golongan tetrasiklin, gabapentin, fenitoin, itrakonazol, ketokonazol, kloroquin, fenotiazin, fenasin, besi oral. Kontra indikasi : Obstruksi usus, kondisi usus spastik. Anak <6 tahun. Efek yang tidak diharapkan : Sangat jarang, sembelit parah yang dapat menyebabkan impaksi feses pada anak dan lansia. Kategori pada kehamilan : B Kombinasi Kaolin (1g) dan Pektin (50 mg) Sediaan yang beredar : Neo Diaform (Corsa) Tablet (B), Kaolimec (Mecosin) suspense (B), Neo Kaolama (Sanbe) suspense (B), Neo Enterostop (Kalbe Farma) tablet (B) 15

c. Attapulgit (Magnesium aluminium silikat) Indikasi : Gejala pengobatan diare nonspesifik. Dosis : Dewasa 2 tab setelah buang air besar awal dan 2 tablet setelah buang air besar berikutnya, dosis harian maksimum 12 tab. Anak-anak 6-12 thn dosis dewasa, dosis harian maksimal 6 tab. Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Kontra indikasi : GIT lesi pulmonalis. Demam tinggi. Terapi khusus : Terapi tidak boleh melebihi 2 hari atau demam. Anak-anak < 6 tahun. Insufisiensi ginjal parah. Interaksi obat : Dapat mempengaruhi penyerapan GI dari tetrasiklin. Sediaan yang beredar : Biodiar (Novartis Indonesia) tablet 600 mg (B), Neo Koniform (Konimex) Kaptab 600 mg; Tablet 600 mg(B), Tapulrae (Lapi) Tablet 600mg (B)

d. Karbo adsorben Kegunaan : mengurangi frekuensi buang air besar, memadatkan tinja, menyerap racun pada penderita diare Perhatian : penderita harus meminum oralit karena obat ini bukan pengganti oralit, tidak boleh diberikan pada anak usia dibawah 5 tahun. Aturan pakai : Tablet Norit 250 mg Dewasa : 3 4 tablet (750 1000 mg), 3 kali sehari (setiap 8 jam) 16

Kombinasi kaolin Pektin dan Attapulgit (Setiap tablet mengandung 600 mg atapulgit) Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 tablet setiap habis buang air besar, maksimal 12 tablet selama 24 jam. Anak-anak 6 - 12 tahun : 1 tablet setiap habis buang air besar, maksimal 6 tablet selama 24 jam. Sediaan yang beredar : Karbo Absorben (Kimia Farma) tablet 250 mg (B), Norit (Eglin) tablet 125 mg, 250 mg (B).

e. Loperamid hidroklorida Indikasi : tambahan terapi rehidrasi pada diare akut pada dewasa dan anak-anak lebih 4 tahun; diare kronik hanya pada dewasa. Peringatan, kontraindikasi : kram abdomen dan reaksi kulit termasuk urtikaria; ileus paralitik dan perut kembung. Dosis : diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setelah habis buang air besar. Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg setiap buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari. Pemberian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan setelah 48 jam. Kategori pada kehamilan : B Sediaan yang beredar : Bidium (Bima Mitra) tablet 2 mg (K), Diadium (Lapi) tablet Ss. 2 mg (K), Imodium (Johnson and Johnson Indonesia) tablet Ss. 2 mg (K), Imomed (Medikon) tablet Ss. 2 mg (K), Imore (Soho) tablet Slp. 2 mg (K), Lodia (Sanbe) tablet 2 mg (K), Lomodium (Prafa) tablet Ss 2 mg (K), Lopamid (Harsen) tablet Ss. 2 mg (K), Mecodiar (Mecosin) tablet 2 mg (K), Midix (Itrasal) kapsul 2 mg (K), Normotil (Pharos) tablet Ss. 2 mg (K), Primodiar (Sekar Mirah) tablet 2 mg (K), Tanitril (Darya Varia) tablet Ss. 2 mg (K), Tracodia (Yekatria) tablet (K), Trifadium (Trifa Raya) tablet 2 17

mg (K), Vialop (Rama) tablet Ss. 2 mg (K), Xepare (Mestika) tablet 2 mg (K).

f. Co-Fenotrop Komposisi : difenoksilat hidroklorida dan atropine sulfat Indikasi : tambahan terapi rehidrasi pada diare akut; kolitis ulseratif ringan dan kronis Peringatan, Kontraindikasi, Efek samping : anak-anak terutama rentan terhadap overdosis dan gejala-gejala mungkin tertunda sehingga

pengamatan dilakukan paling tidak selama 48 jam setelah penggunaan; adanya dosis subklinis atropine dapat menimbulkan efek samping atropine pada individu yang rentan atau pada overdosis. Interaksi : - Alkohol : menaikkan efek sedative dan efek hipotensif - Antibakteri : kadar plasma siprofloksasin - Antidepresan : eksitasi atau depresi SSP (hipertensi atau hipotensi) apabila menerima MAOI (termasuk moklobemid) - Antiulkus : simetidin menghambat metabolism analgetik opioid

(meningkatkan kadar plasma). Sediaan beredar : Lomotil (Searle, Kimia Farma) tablet (K).

g. Bismuth subsalisilat Indikasi : Pengobatan gejala diare akibat racun dan virus. Meredakan gangguan pencernaan, mulas, mual. 18

Dosis : Dewasa 1 - 2 tab sekaligus. Max: 11 tab sehari. Anak-anak 9-12 thn - 1 tab, max: 5 tab sehari, 6-9 tahun tab, max: 4 tab sehari. Kontraindikasi : Anak yang baru saja sembuh dari cacar air atau flu, hipersensitivitas terhadap aspirin, neonatus, lemah dan pasien geriatri. Efek yang tidak diinginkan : Lidah dan feses berwarna gelap Interaksi obat : Doxycycline. Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Kategori pada kehamilan : C Sediaan yang beredar : Scantoma (Tempo Scan Pasific), Stobiol (Pharos)

III.1.2 Pengobatan Menggunakan Obat Tradisional Saat terserang diare yang paling penting untuk di lakukan adalah mencegah dehidrasi, sebagai minuman sebaiknya digunakan air the dengan sedikit gula, kaldu tanpa lemak, perasan buah-buahan, oralit atau ORS. Jika dalam 6 jam masih mengalami sakit di perut, bahkan hingga muntah-muntah, segeralah bawa ke dokter. Ramuan herbal alami untuk mengatasi dehidrasi dan mengatasi rasa mulas di perut : a. Kembang Anting-anting (Fuchsia speciosa Hort.) Kandungan Kimia : Daun, akar dan batang kembang anting-anting mengandung saponin, di samping itu akar dan batangnya juga mengandung tanin dan daunnya mengandung polifenol. Khasiat: Daun kembang anting-anting berkhasiat sebagai obat diare. Cara Pembuatan : Untuk obat diare dipakai 15 gram daun segar kembang anting-anting, dicuci dan ditumbuk sampai lumat, diseduh dengan 1/2 gelas air matang panas, dinginkan.

19

b. Anyelir (Dianthus superbus) Kandungan Kimia Daun dan bunga anyelir mengandung alkaloida dan saponin, di samping itu bunganya juga mengandung flavonoida dan minyak atsiri. Khasiat Daun dan bunga anyelir berkhasiat sebagai obat diare, penenang dan anti radang. Untuk obat diare, daun anyelir segar sebanyak 60 gram, dicuci, direbus dengan 400 ml air dingin diminum sekaligus. sampai mendidih selama 15 menit, disaring, setelah Lakukan pengobatan sebanyak 3 kali sehari. Sedangkan untuk obat pusing, bunga anyelir segar sebanyak 10 gram, dicuci dan dipotong kecil-kecil kemudian direndam dalam 200 ml air mendidih seiama 10 menit, disaring, setelah dingin diminum.

20

c. Air kelapa (Cocos nucifera, Linn.) Familia : Palmaceae Kandungan Kimia : Air kelapa hijau, dibandingkan dengan jenis kelapa lain banyak mengandung tanin atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi. Kandungan zat kimia lain yang menonjol yaitu berupa enzim yang mampu mengurai sifat racun yang dihasilkan oleh bakteri pada usus. Komposisi kandungan zat kimia yang terdapat pada air kelapa antara lain asam askorbat atau vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau potassium. Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air yang terdapat pada buah kelapa sejumlah 95,5 gram dari setiap 100 gram. Cara Pemakaian : Air kelapa muda 400mL, 400mL air matang, 1 sdm gula batu,1/4 sdt garam. Cara membuatnya yaitu dengan mencampurkan semua bahan terebut. Diminum sebanyak mungkin (baik untuk anak-anak ataupun dewasa).

d. Jambu biji (Psidium guajava, Linn.) Familia : Myrtaceae Simplisia : Daun jambu biji

Kandungan Kimia : Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam 21

psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Mekanisme tanin sebagai antidiare berdasarkan kemampuannya sebagai adstringensia, menciutkan selaput dinding usus. Quersetin dan glikosida quersetin yang dapat menghambat kontraksi spontan ileumdan sekresi asetilkolin lambung penyebab diare, sehingga diare dapat teratasi dengan cepat. Tanin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar. Serta sebagai penyerap racun dan dapat

menggumpalkan protein. Cara Pemakaian: Daun jambu biji yang masih muda dan segar 3 lembar, garam secukupnya. Cara membuat dan mengkonsumsinya yaitu dengan melumat di mulut daun jambu biji yang telah dicuci bersih dan garam (disatukan), Lalu ditelan. Dilakukan 2x sehari untuk anak usia 6-12 tahun.

Contoh sediaan :
Diarfit (Griya Herba) Komposisi : Tiap kapsul mengandung ekstrak yang setara dengan : 1 gr simplisia Psidium guajava follum 311,65 mg 1 gr simplisia Nigella Sativae semen 267,12 mg 1 gr simplisia Curcuma domestica rhizome 127 mg Aturan Pakai : Diminum 3x sehari 1-2 kapsul. Khasiat : Membantu mengurangi frekuensi buang air besar * Simpan ditempat yang kering. Jauhkan dari jangkauan anak-anak PERINGATAN DAN PERHATIAN ! * Tidak boleh diberikan pada anak dibawah 5th dan penderita harus minum oralit * Bila dalam penggunaan 3hari tidak sembuh hubungi dokter anda.

22

e. Bayam Ungu (Althernanthera brasiliana) Kandungan Kimia Daun bayam ungu mengandung saponin, flavonoida dan tanin. Khasiat Bayam ungu berkhasiat sebagai pelancar air seni, obat diare dan sakit kepala. Untuk obat sakit kepala, daun bayam ungu segar sebanyak 60 gram, dicuci, direbus dengan 200 ml air sampai mendidih selama 15 menit, disaring, setelah dingin diminum sekaligus. Sedangkan untuk obat diare: daun bayem ungu segar sebanyak 50 gram, dicuci, direbus dengan 200 ml air sampai mendidih selama 15 menit, disaring, setelah dingin diminum sekaligus. Dianjurkan untuk diminum setelah buang air besar.

f. Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) Familia : Myrtaceae Kandungan Kimia: Daun: Rasa kelat, wangi. Adstringen. Minyak atsiri (0,05 %) mengandung sitral dan eugenol, tanin dan flavonoida. Berdasarkan mekanisme sebagai

adstringensia, menciutkan selaput lendir dinding usus. Cara pemakaian :

23

Cuci 15 lembar daun salam segar. Rebus dalam dua gelas air sampai mendidih selama 15 menit. Tambahkan sedikit garam. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus.

Contoh sediaan :
Kapsul daun salam (Prima Agritech Nusantara) Komposisi : Syzygium Polyantum folium 100 g Aturan Minum : 3 x 2 kapsul/hari Khasiat : Membantu menurunkan tekanan darah, mengurangi frekuensi buang air besar yang berlebihan menurunkan gula darah, mengobati maag. Isi : 80 Kapsul

g. Kunyit (Curcuma longa Linn.) Familia : Zingiberaceae Kandungan Kimia : Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan

bisdesmetoksikurkumin, minyak atsiri, Vitamin C, Garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium). Bumbu satu ini berperan sebagai antiseptik usus sehingga dapat membunuh bakteri-bakteri yang jumlahnya berlebih dalam usus. Selain itu, kunyit juga berperan sebagai stimulan dan tonik lambung. Cara pemakaian : Tambahkan satu sendok teh ekstrak kunyit segar atau satu sendok teh bubuk kunyit ke dalam secangkir buttermilk atau air putih.

24

Contoh sediaan :
Kapsul kunyit putih (An-Nuur) Komposisi : Kunyit putih 300 mg Khasiat: Mengatasi penyakit kewanitaan seperti keputihan, kanker payudara, kanker rahim, dan mencegah penuaan dini serta dapat membunuh bakteri. Aturan Pakai: pengobatan : 3 x 3 kapsul / hari Pencegahan : 3 x 1 kapsul / hari Perhatian: Produk ini dipasarkan secara terbatas untuk kalangan sendiri karena sedang dalam proses pengurusan ijin edar Balai POM Jakarta.

h. Delima (Punica granatum L.) Simplisia Kandungan Cara penggunaan : kulit delima kering : Alkaloid, resin, triterpenoid, dan granat. : Kulit delima kering sebanyak 30 gram dan 10 gram daun teh direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, kemudian air rebusannya diminum selagi hangat. Aturan pakai : dua kali sehari

25

i. Anggur Laut (Coccoloba uvifera) Kandungan Kimia Daun, buah dan kulit batang anggur laut mengandung saponin, flavonoida dan tanin, di samping itu kulit batangnya juga mengandung antrakinon. Khasiat Kulit batang dan buah anggur laut berkhasiat sebagai obat mencret/diare dan obat batuk. Untuk obat diare dipakai 10 gram buah anggur laut yang masih muda, dicuci dan direbus dengan 1 gelas air sampai mendidih, dinginkan dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.

j. Keji Beling (Stachytarpheta mutabilis, Vahl) Simplisia Kandungan : Seluruh bagian keji beling : Banyak mineral seperti kalium sedikit natrium, kalsium dan unsur lainnya. Disamping itu juga terdapat asam silikat, tannin dan glikosida.

26

Cara penggunaan

: Seluruh bagian dari tanaman ini direbus selama lebih kurang setengah (1/2) jam, kemudian airnya diminum.

Aturan pakai

: minum sekaligus

a. Pengobatan dengan menggunakan jamu 1. Stop Diar Produk Herbal Terstandar Nama Pabrik Komposisi : PT. Air Mancur : Ekstrak daun Jambu Biji, Ekstrak daun Poncosudo, Ekstrak Kunir Merah, Ekstrak daun Kecubung, Bolus Alba. Aturan Pakai Dewasa : : 3 x sehari 2 tablet ( bila perlu 4 x sehari 2 tablet ) Anak - anak umur 6 - 12 : 3 x sehari 1 tablet ( bila perlu 4 x sehari 1 tablet )

III.2 Penyakit Konstipasi III.2.1 Pengobatan Menggunakan Obat Sintesis 1. Laksativa Osmotik Laksativa osmotik merupakan bahan larut, tetapi tidak dapat terserap, dan mampu menampung menampung air dalam usus berdasarkan aksi osmotiknya. Tekanan osmotik (konsentrasi partikel) dari isi usus selalu sesuai dengan ruang ekstraseluler. Mukosa usus tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik yang lebih tinggi atau lebih rendah dari isi luminal. Oleh karena itu, penyerapan molekul (misalnya, glukosa, NaCl) terjadi secara

isoosmotik,yaitu molekul zat terlarut sesuai dengan jumlah air. Sebaliknya, air tetap dalam usus ketika molekul tidak dapat diserap. 27

a. Laktulosa Indikasi : Sembelit kronis. Dosis : Dosis Awal (3 hari) mL/hari Dewasa Anak 7 14 tahun 1 6 tahun Bayi 15 5 10 5 15 45

Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Dapat dikonsumsi dengan makanan untuk mengurangi ketidaknyamanan GI. Untuk sembelit : sebaiknya dikonsumsi satu jam setelah sarapan. Kontraindikasi : untuk pasien pada diet galaktosa bebas dan dengan galaktosemia. Perhatian khusus : Ibu hamil dan penderita diabetes Efek yang tidak diinginkan : Selama beberapa hari pertama pengobatan, peningkatan gas dalam perut mungkin terjadi. Gejala ini biasanya hilang di bawah terapi lanjutan. Diare dapat terjadi terutama ketika menggunakan dosis yang lebih tinggi. Dosis kemudian harus disesuaikan untuk mendapatkan 2-3 buang air besar / hari. Interaksi obat : Respon dapat diubah oleh agen anti-infektif. Kategori dalam kehamilan : B Sediaan yang beredar : Constipen (Combiphar), Duphalac (Abbott) sirup 3,3 g/5 ml, Dulcolactol (Boehringer Ingelheim) sirup 10 g/15 ml, Lactulax (Ikapharmindo) sirup 3,3 g/5 ml, Lacons (Mahakam Beta Farma), Lactugra (Graha Farma), Lantulos (Landson), Laxadilac (Galenium), Opilax (Otto), Pralax (Fahrenheit), Solac (Soho).

28

b. Sorbitol Indikasi : Rektal dan sigmoidal sembelit, sembelit pada kehamilan, kebiasaan sembelit dan transitoris pada anak, faecaloma dan scybala. Pra-op persiapan (partus, ginekologi, bedah anal), persiapan untuk anoscopy & rectoscopy. Dosis : Dewasa dan anak 3 bulan 1 tube. Anak 3 bulan tube PERINGATAN & PERHATIAN Pencahar hanya digunakan bila benar-benar diperlukan, hanya untuk 1. penggunaan jangka pendek Jangan digunakan pada penderita wasir akut & orang yang mengalami 2. peradangan pada usus besar Efek Samping Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan diare dan kekurangan cairan. KONTRAINDIKASI Pada penderita wasir yang akut dan pada penderita yang mengalami perdarahan karena radang usus besar. Sediaan yang beredar : Microlax enema 5 ml.

c. Natrium sulfat Dosis : Dewasa: 50-500 mg/ hari (per oral) dalam 1 - 4 dosis terbagi. 10 g enema gel mengandung 0,12 g natrium Docusate (rectal): Gunakan 1-2 enema sesuai kebutuhan. 29

Kontraindikasi : Obstruksi usus atau gejala perut terdiagnosis Rektal untuk pasien dengan wasir atau fisura anus. Jangan gunakan untuk melunakkan gendang telinga atau berlubang. Perhatian khusus : Kehamilan, laktasi. Efek yang tidak diinginkan : Efek GI, ruam kulit, sakit anorektal atau perdarahan setelah pemberian dubur. Interaksi obat : Meningkatkan penyerapan GI obat lain. Meningkatkan efek pencahar antrakuinon. Meningkatkan kejadian efek samping bila diberikan bersamaan dengan aspirin. Kategori dalam kehamilan : C Sediaan yang beredar : Forumen (Sanbe Vision)

2. Laksatif Stimulan Derivat difenilmetan (misalnya, bisakodil, fenolftalein) dan antraquinon (misalnya, Sennae folium-Rhei radix dalam Eucarbon tablet) memiliki aksi selektif pada saraf pleksus dari otot polos usus yang mengarah ke peningkatan motilitas. Onset efek yang cepat, tetapi dapat menyebabkan kram, tergantung pada dosis yang digunakan. Untuk dewasa laxative ringan 1-2 tablet saat atau sesudah makan; anak-anak lebih dari 2 tahun -1 tablet saat makan. a. Bisakodil Dosis : Per oral : Dewasa: 5-10 mg pada malam hari, Anak > 4 tahun: 5 mg pada waktu malam. Rektal : Dewasa: 10 mg supositoria / enema di pagi hari. Anak <10 tahun: 5 mg di pagi hari. Pemberian : Harus dikonsumsi/ digunakan pada waktu perut kosong. Perut kosong untuk mendapatkan efek yang cepat. Jangan digunakan 1 jam setelah mengkonsumsi antasida, susu atau produk susu lainnya. 30

Overdosis : Overdosis dapat menyebabkan diare dengan hilangnya berlebihan air dan elektrolit. Kontraindikasi : Sakit perut akut atau obstruksi usus, dehidrasi berat, impaksi feses, penggunaan kronis Perhatian khusus : Kehamilan, penyakit radang usus. Efek yang tidak diinginkan : Ketidaknyamanan perut (kolik, kram). Supositoria dapat menyebabkan iritasi dan proktitis. Interaksi obat : Jangan menggunakan antasida atau minum susu 1 jam setelah penggunaan obat (salut enterik). Kategori dalam kehamilan : B Mekanisme kerja : Bisacodyl bekerja terutama pada usus besar dengan meningkatkan motilitas untuk mempengaruhi pengosongan usus. Onset: 6-12 jam (oral). 15-60 min (dubur). Penyerapan: Minimal dari saluran GI (oral, sebagai tablet salut enterik / supositoria). Metabolisme: Dikonversi ke bis (phidroksifenil)-2-piridil metana oleh enzim usus atau bakteri. Ekskresi: Feses, urin (sebagai glukuronat). Sediaan yang beredar : Bisakodil tablet salut 5 mg, Laxamex tablet salut 5 mg, Melaxan tablet salut 5 mg, Prolaxan tablet salut 5 mg, Laxacod tablet salut 5 mg, Dulcolax tablet salut 5 mg, supositoria 5 mg dan 10 mg.

b. Natrium dokusat Dosis : Per oral : Dewasa: 50-500 mg / hari dalam 1-4 dosis terbagi. Anak: 612 tahun: 40-120 mg / hari, 3-6 thn: 20-60 mg / hari. Untuk diberikan dalam 1-4 dosis terbagi. Rektal : Dewasa: Per 10 g enema gel mengandung 0,12 g natrium Docusate: Gunakan 1 enema, enema dapat digunakan pada hari yang sama atau hari berikutnya sesuai kebutuhan. Oral malam hari 50-360 mg, rektal supositoria 100 mg. 31

Kontraindikasi : Obstruksi usus atau gejala perut terdiagnosis. Penggunaan berkepanjangan. Bersamaan digunakan dengan parafin cair. Rektal pada pasien wasir atau fisura anus. Jangan gunakan untuk melunakkan gendang telinga bengkak atau berlubang. Perhatian khusus: Ibu hamil, laktasi. Efek yang tidak diinginkan : Efek GI, ruam kulit, sakit anorektal atau perdarahan setelah pemberian dubur. Interaksi obat : Meningkatkan penyerapan GI obat lain. Meningkatkan efek pencahar antrakuinon. Meningkatkan kejadian efek samping bila diberikan bersamaan dengan aspirin. Kategori dalam kehamilan : C Sediaan yang beredar : Senokot tablet, Colace kapsul 50 mg, Docusate Sodium 100mg (100 Softgels),

III.2.2 Pengobatan Menggunakan Obat Tradisional Pengobatan alami : a. Daun wungu (Graptophyllum pictum [L.]Griff.) Familia : Acanthaceae Kandungan Kimia : Daun tumbuhan ini mengandung alkaloid yang tidak beracun, glikosida, steroid, tanin, klorofil, alcohol, pektin, asam formiat lendir dan saponin inilah yang mempunyai efek sebagai pencahar ringan (mild laxative).. Batang daun wungu mengandung kalsium oksalat, asam formik dan lemak. Bagian yang digunakan antara lain daun, kulit batang dan bunganya. Cara pemakaian:

32

Daun wungu segar tujuh lembar, rebus dengan dua gelas air hingga jadi satu gelas. Saring kemudian minum.

Contoh sediaan
Daun wungu Herba ( Rumah Herbal) Komposisi: Daun wungu 100% Khasiat : Untuk mengobati wasir dan sembelit Aturan pakai : Untuk pengobatan 3 kali sehari Untuk menjaga stamina 2 kali sehari

b. Lidah Buaya (Aloe Vera Linn.) Familia : Liliaceae Kandungan Kimia: Aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, aloesin. Rasa pahit, dingin. Anti radang, pencahar (Laxative), parasitiside. Herba ini masuk ke meridian jantung, hati dan pancreas. Getah daun lidah buaya merupakan perantara pembersih yang cukup kuat. Namun, kandungan pencahar yang cukup kuat pada lidah buaya, anthraquinone, terkadang dapat menimbulkan diare dan kram usus. Itu sebabnya, harus digunakan dengan hatihati. Cara pemakaian:

33

Separuh batang lidah buaya dicuci hingga bersih. Kemudian buang kulitnya. Isinya lantas dicincang, seduh dengan setengah cangkir air panas. Tambahkan satu sendok makan madu. Selagi hangat dimakan dua kali sehari. Catatan: Ramuan tersebut tidak diperuntukkan bagi wanita hamil, haid, dan penderita diare.

Contoh sediaan :
Lidah buaya serbuk (Al-Guroba) Komposisi : Lidah buaya 80 % Khasiat : Menyembuhkan ambeien dan sembelit, menyembuhkan radang tenggorokan, mencegah pembengkakan sendi, menghambat sel kanker, menghambat infeksi HIV Aturan pakai : 2 kali sehari

c. Ketepeng Cina (Cassia alata, Linn.) Familia : Caesalpiniaceae Kandungan Kimia: Rein, aloe emodina, asam krisofanat, (dihidroksimetilanthraquinone), tannin. Daun ketepeng cina mengandung zat samak serta bersifat sebagai laksatif. Pedas, hangat, insektisidal, menghilangkan gatal-gatal, pencahar, obat cacing, obat kelainan kulit yang disebabkan oleh parasit kulit. Cara pemakaian: Daun ketepeng cina muda dan segar sebanyak tujuh lembar dididihkan dengan dua gelas air hingga tersisa satu gelas. Angkat, saring, dan minum. 34

d. Kejibeling (Stachytarpheta mutabilis, Vahl.) Familia : Acanthaceae Kandungan Kimia : Daun kejibeling mengandung unsur-unsur mineral seperti kalium, natrium, kalsium dan beberapa unsur lainnya. Kejibeling mengandung berbagai bahan kimia seperti kalium, asam silikat, natrium, kalsium, serta beberapa senyawa lain. Di samping itu, kejibeling mempunyai efek pencahar dan diuretik, sehingga baik untuk penderita sembelit. Cara Pemakaian: Setengah genggam daun keji beling segar dicuci hingga bersih. Kemudian rebus dengan dua gelas air sampai tersisa satu gelas. Saring dan minum.

35

Contoh sediaan :
Kapsul Keji Beling (Tazakka) Komposisi : Strobilanthes crispus folium 440 mg Aturan Minum : 3 x 2 kapsul/hari Khasiat : Secara tradisional digunakan untuk membantu menghancurkan batu ginjal, dan melancarkan buang air kecil. Isi : 80 Kapsul

e. Mengkudu (Morinda citrifolia, Linn.) Familia : Rubiaceae Kandungan Kimia : Buah buni tumbuhan mengkudu yang telah masak mempunyai aroma yang tidak sedap, namun mengandung sejumlah zat yang berkhasiat untuk pengobatan. Adapun kandungan zat tersebut antara lain morinda diol, morindone, morindin, damnacanthal, metil asetil, asam kapril dan sorandiyiol. Mengkudu mengandung morindon yang merupakan zat warna merah dan berkhasiat sebagai pencahar. Cara pemakaian: Dua buah mengkudu masak dicuci dan parut. Tambahkan sedikit garam. Aduk hingga rata. Lalu peras dengan kain. Minum dua kali sehari.

Contoh sediaan 36

Kapsul Mengkudu ( Abidel Saampiri) Komposisi : serbuk morinda citrifolia 450 mg) Sangat baik digunakan untuk : Penderita hypertensi, diabetes, darah kotor, tulang keropos, lever, limpa bengkak / nyeri, radang usus. Aturan Pakai : Pengobatan 3xsehari 2 kapsul Pencegahan 2xsehari 1 kapsul Diminum 1jam sebelum makan atau sesuai petunjuk dokter / pengobat Ket : Tidak mengandung bahan kimia atau pengawet dan telah melalui sterilisasi batan

f. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza, Roxb.) Familia : Zingiberanceae Kandungan Kimia : Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap. Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai dan antisembelit, antiradang, tonikum, diuretik, dan bakteriostatik acnevulgaris. Cara pemakaian: Rimpang temulawak digiling halus bersama biji sesawi. Beri sedikit air. Peras, kemudian airnya diminum. Atau, rimpang temulawak diiris ditambah dengan asam jawa dan gula jawa. Setelah itu tuangkan air mendidih, saring. Airnya kemudian diminum.

37

Contoh sediaan
Temulawak kapsul (Tazakka) Komposisi: Curcuma xanthoriza 500 mg Aturan pakai: Pencegahan : 3 x 1 kapsul/ hari Pengobatan : 3 x 3 kapsul/ hari Khasiat: Anti radang, anti keracunan empedu, penurun kolesterol, diuretic (peluruh kencing), penghilang nyeri sendi tonikum

g. Pepaya (Carica papaya, Linn.) Familia : Cariccaceae Kandungan Kimia : Buah pepaya mengandung unsur yang dapat membuat pencernaan makanan lebih sempurna, disamping memiliki daya yang dapat membuat air seni bereaksi asam, yang secara ilmiah disebut zat caricaksantin dan violaksantin. Kandungan carposide pada daun pepaya berkhasiat sebagai obat cacing. Disamping pada daunnya, akar dan getah pepaya juga mengandung zat papayotin, karpain, kautsyuk, karposit dan vitamin. Pepaya dapat memperlancar saluran pencernaan karena dapat membantu memecah serat dalam saluran pencernaan.

h. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) Familia : Bromeliaceae. Kandungan Kimia : 38

Buah mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), dan enzim bromelain. Bromelain berkhasiat antiradang, membantu melunakkan makanan di lambung, mengganggu pertumbuhan set kanker, menghambat agregasi platelet, dan mempunyai aktivitas fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat mempermudah buang air besar pada penderita sembelit (konstipasi). Daun mengandung calsium oksalat dan pectic substances. Cara pemakaian : Pilih 3 buah nanas yang belum masak. Kupas dan cuci bersih. Parut atau jus, kemudian peras airnya. Minum air perasan nanas 2 kali sehari setelah makan. Masing-masing setengah gelas.

i. Asam jawa (Tamarindus indica L) Simplisia Kandungan : Buah asam : Asam-asam malonat, tartrat, sitrat, asam malat. Selain itu juga mengandung garam kalium bitartrat dan oligosakarida yang bersifat sebagai pencahar ringan. Cara Penggunaan : setengah sendok makan daging buah asam

diseduh dengan segelas air mendidih (300 cc) dan 1 sendok makan gula pasir. Aduk rata campuran tersebut, diamkan. Setela dingin dapat diminum sedikit-sedikit sampai habis. 39

J. Kembang Pukul Empat (Mirabilis jalapa L.) Kandungan Kimia Daun dan bunga kembang pukul empat mengandung saponin dan flavonoida.disamping itu daunnya juga mengandung tanin dan bunganya mengandung polifenol. Biji tanaman tersebut mengandung flavonoida dan polifenol. Khasiat Daun kembang pukul empat berkhasiat sebagai obat bisul, akarnya untuk mengobati sembelit dan bengkak. Bijinya sebagai bahan kosmetika. Untuk obat bisul dipakai 7 gram daun segar kembang pukul empat, dicuci, ditambah 1/2 gram garam, ditumbuk kemudian ditempelkan pada bisul.

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukandar, Elin Y. 2009. ISO Farmakoterapi. Ed. II. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta. 349-353, 372-377. 2. Tan HT, Rahardja K. 1993. Swamedikasi. Gramedia. Jakarta, 101-109, 111118. 3. Holt GA dan Edwin LH. 1986. The Pros and Cons of Self-medication. Dalam Journal of Pharmacy Technology, September /October: 213-218. Available as PDF file 4. McEwen J. 1979. Self-medication in The Context of Self-care: A review. Dalam: nderson, J.A.D (ed). Self Medication. The Proceedings of Workshop on Self Care, London: MTP Press Limited Lancaster, 95-111. Available as PDF file 5. Rosenstock IM. 1974. The Health Belief and Preventive Health Behavior. Health Education Monograph, 2(4): 354. Available as PDF file 6. Tan HT, Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya. Ed. V. Gramedia. Jakarta, 270-294. 7. Wells BG. 2006. Pharmacotherapy Handbook. 6th Edition. McGraw-Hill. Available as PDF file. 8. Anderson JAD. 1979. Historical Background to Self-care. The Proceedings of Workshop on Self Care. London: MTP Press Limited Lancaster, 10-18. Available as PDF file. 9. http://www.mims.com/ 10. http://ObatHerbalAlami.com/Obat_Herbal_Untuk_Diare, diakses 28 Oktober 2012 11. http://wapedia.mobi/id/konstipasi, diakses 28 Oktober 2012 12. http://blogkita.info/antidiare, diakses 28 Oktober 2012 13. http://obatdiare.co.cc/herbal, diakses 28 Oktober 2012

41

You might also like