You are on page 1of 14

Siapa yang pernah makan soup ayam di Mc Donalds?? Pasti pernah dooong.

Trus pernah juga khan membeli makanan yang dikemas dalam wadah Styrofoam? Di acara2 hajatan atau selametan pun, makanan yang biasa dibawa pulang biasanya dikemas dalam wadah Styrofoam. Tapi tahu gak??? Ternyata, Styrofoam yang sering kita gunakan sebagai pengemas makanan itu berbahaya lho!!! Terutama membahayakan untuk kesehatan kita. Mau tau bahaya yang diakibat oleh Styrofoam??? FUNGSI STYROFOAM DALAM PENGGUNAANNYA SEBAGAI KEMASAN MAKANAN Agar suhu makanan tahan lama. Untuk kenyamanan dalam menenteng makanan, karena panas tertahan di dalam kemasan.

TERBUAT DARI APA SIH STYROFOAM?? Styrofoam terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diproses dengan menggunakan benzana. Trus apa tuh yang membuat Styrofoam jadi bahaya buat kesehatan? Ya itu tadi, benzana yang merupakan bahan kimia berbahaya bagi kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh manusia.

GIMANA CARA BENZANA MASUK KE DALAM TUBUH KITA?? SUHU YANG TINGGI Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan. Restoran-restoran siap saji dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan, menggunakan styrofoam untuk membungkus makanan yang baru masak. Malahan ada gerai makanan cepat saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave. Kebayang khan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah ke makanan kita dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita. KADAR LEMAK TINGGI Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Soup, teriyaki, capcay, bakso, adalah sebagian contoh makanan yang mengandung kadar lemak tinggi, dan biasanya disajikan dalam keadaan panas agar lemak yang terkandung tidak menggumpal dan enak dimakan. O ooww.!!!! Semakin cepatlah benzana terurai dari Styrofoam tersebut, sudah panas, berlemak pula!!! KADAR ALKOHOL DAN ASAM YANG TINGGI

Bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan. Ummm..memang enak kalau sore hari hujan-hujan, kita meminum lemon tea atau air jeruk panas, tubuh kita jadi terasa hangat. Atau setelah makan steak atau barbeque (bapak-bapak gaul nih biasanya), meminum sedikit wisky on the rock (wisky dingin). Tapi tahu khan akibatnya??? Lemon tea atau air jeruk panas (yang tentunya mengandung asam) mempercepat laju benzana yang larut dan termakan tersebut dalam tubuh kita. Belum lagi setelah makan makanan berlemak (dalam kemasan Styrofoam), kita meminum minuman beralkohol - seperti wisky (walaupun dingin) hal itu akan mempercepat proses peredaran benzana dalam tubuh kita.

DAMPAK BAGI TUBUH MANUSIA Benzana bisa menimbulkan masalah pada : kelenjar tyroid, yang mengganggu sistem imun sehingga kita mudah terinfeksi. mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan mempercepat detak jantung, sehingga menyebabkan sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian ketika masuk ke dalam sel-sel darah maka lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang, akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia. pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.

BURUK BAGI LINGKUNGAN Styrofoam tak ramah lingkungan. Tidak bisa diuraikan oleh alam. Styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman.

Proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap-yang mengganggu pernapasan-dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara. Data EPA (Enviromental Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap-yang mengganggu pernapasan-dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.

AKSI YANG DILAKUKAN Melihat sedemikian besar dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan, beberapa kota di Amerika seperti Berkeley dan Ohio telah melarang penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan. Beberapa tahun lalu, Mc Donalds mengumumkan akan mengganti wadah styrofoam dengan kertas. Para ahli lingkungan menyebutkan keputusan itu sebagai ''kemenangan lingkungan'' karena styrofoam sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization's International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) styrofoam telah dikategorikan sebagai bahan carsinogen(bahan penyebab kanker)

BAGAIMANA DENGAN DI INDONESIA? Di Indonesia, penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan makin menjamur. Sangat mudah menemukannya dimana-mana. Mulai dari restoran cepat sampai ke tukang-tukang makanan di pinggir jalan, menggunakan bahan ini untuk membungkus makanan mereka. Alasannya, ingin praktis dan tampil lebih baik. Padahal di balik kemasan yang terlihat bersih itu ada bahaya besar yang mengancam. Dalam industri, styrofoam sering digunakan sebagai bahan insulasi. Bahan ini memang bisa menahan suhu, sehingga benda didalamnya tetap dingin atau hangat. Karena bisa menahan suhu itulah, akhirnya banyak yang menggunakannya sebagai gelas minuman dan wadah makanan.

BAGAIMANA DENGAN KITA?? Setelah tahu dampak negatif yang ditimbulkan oleh Styrofoam tersebut, apa yang akan kita lakukan?? Semua tergantung pada pilihan hidup kita. Mau hidup sehat?? Atau bertahan dengan gaya hidup mudah dan tetap berlagak modern, tapi mendekati kematian???!!!

(Forward posting yang telah diedit dari teman q, KOKO Adilla di Blog MySpace (My Perspective)

Bahaya Kemasan Styrofoam


Surabaya, eHealth. Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Jenis pembungkus makanan itu sudah dikenal luas dan dapat dijumpai nyaris di semua industri makanan, mulai dari penjual makanan di pinggir jalan, restoran fast food, supermarket hingga restoran kelas atas. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang. Bentuknya yang ringan menjadikan styrofoam mudah dibawa. Makanan yang disimpan di sana juga tetap segar dan utuh. Tidak hanya itu, alasan dipilihnya styrofoam sebagai bahan pembungkus makanan terlebih karena biaya pengemasannya yang murah. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Sebab, dalam bahan pembungkus makanan tersebut ditemukan kandungan dioctyl phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzen, suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan. Benzen ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses (kotoran) atau urine (air kencing). Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker. Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Pada beberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia. Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat. Bila terkena suhu tinggi, pigmen styrofoam akan bermigrasi ke makanan. Bila makanan yang baru digoreng ditempatkan di kantong plastik, suhu minyak yang tinggi akan menghasilkan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi pula yang mudah larut dengan bahan dasar Styrofoam, styren. Styren, bahan dasar styrofoam, memang bersifat larut lemak dan alkohol. Karena itu, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu pun dengan kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi panasnya dalam wadah ini.

Makanan yang mengandung vitamin A tinggi sebaiknya juga tidak dipanaskan di dalam wadah styrofoam, karena styrene yang ada di dalamnya dapat larut ke dalam makanan. Pemanasan akan memecahkan vitamin A menjadi toluene. Toluene inilah pelarut styren. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Bahkan, beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization' s International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) telah nyata-nyata mengkategorikan styrofoam sebagai bahan carsinogen (bahan penyebab kanker) Catatan: Makin Panas Makin Cepat Penelitian juga membuktikan, bahwa semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan. Padahal di restoran-restoran siap saji dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru masak. Malahan ada restoran cepat saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave. Bayangkan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah ke makanan kita dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita.

Makin Berlemak Makin Cepat Saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan. Buruk Bagi Lingkungan Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman. (cie/dari berbagai sumber) Dinas Kesehatan Kota Surabaya

BPPT: Styrofoam Aman Asal Tak Kepanasan


Jakarta, Kominfo Newsroom - Kepala Bidang Polimer Rekayasa, Pusat Teknologi Material BPPT Ismariny menilai, pemakaian plastik jenis apapun selama digunakan dalam kondisi

yang biasa, bukan dalam temperatur panas dan disesuaikan dengan penggunaannya, plastik tersebut relatif aman. Ismariny dalam siaran Iptek Voice di kantor Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta, Selasa (12/8), menjelaskan, plastik adalah senyawa makromolekul organik yang diperoleh dengan cara polimerisasi, polikondensasi, poliadisi atau proses serupa lainnya dari monomer atau oligomer atau dengan perubahan kimiawi makromolekul alami. Plastik tersebut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu termoplastik dan termoset. Termoplastik dapat dipanaskan dan dibentuk, berulang-ulang, karena molekul plastik tersebut linier atau sedikit bercabang sehingga molekul tersebut dapat mengalir di bawah tekanan pada saat dipanaskan di atas titik lelehnya, dan dapat didaur ulang. Sedangkan termoset bila dipanaskan terjadi perubahan kimia dan molekul-molekulnya tidak dapat dibentuk kembali, untuk itu tidak bisa didaur ulang. Disebutkan, untuk memudahkan daur ulang plastik maka dilakukan standarisasi simbol untuk tiap jenis plastik, berupa angka yang dikeliling panah segitiga. Panah segitiga berarti, material tersebut dapat didaur ulang, dan angka yang ada di dalamnya menunjukkan jenis termoplastik. Untuk nomor kode 1, jenis plastik PET, dipakai untuk botol minuman, botol minyak goreng, botol kecap, botol sambal, botol obat, dan botol kosmetik. No. kode 2, jenis plastic HDPE dipakai untuk botol kosmestik, botol obat, botol minuman dan jerigen pelumas. Sementara no. kode 3, jenis plastik PVC dipakai untuk mainan, selang, pipa bangunan, taplak meja plastik, botol kecap, botol sambal dan botol sampo. No. kode 4, jenis plastik LDPE dipakai untuk tutup plastik, kantong/tas kresek dan plastik tipis lainnya. No. kode 5, jenis plastik PP dipakai untuk tutup botol, cup plastik, mainan anak. No. kode 6 jenis plastik PS dipakai untuk styrofoam, sendok, garpu dan gelas. No. kode 7, untuk jenis plastik lain, selain yang dikodekan nomor 1 sampai dengan nomor enam (PC, PA, plastik multilayer, dll) dipakai untuk botol gallon air minum, botol susu bayi dan plastik kemasan. ''Cara mengenal jenis plastik pada kemasan adalah periksa no kode daur ulang, biasanya diletakan pada bagian bawah botol, dalam tutup, atau dicetak pada label untuk kemasan fleksibel. Periksa keras atau lunak; PP ditekan akan balik kebentuk semula; HDPE ditekan tidak kembali, LDPE lebih lunak dari HDPE; PET keras, PC lebih keras, PVC kurang keras,'' ungkapnya. Termasuk juga periksa permukaan mengkilap atau tidak: PC, PET dan PVC mengkilat, PP mengkilat tapi tidak keras, HDPE dan LDPE tidak mengkilat. Tes bakar: HDPE dan LDPE akan berbau wax, PC berbau phenol, PVC berbau chlorine, PET berbau buah/sweet. Sementara itu, Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia (FPI), Hengky Wibawa dalam kesempatan yang sama mengemukakan, untuk kemasan sendiri sebenarnya tidak harus dari plastik, tetapi mayoritasnya di Indonesia saat ini kemasannya dengan plastik diperkirakan mencapai 50-60%.

''Karena sifat-sifatnya lebih ekonomis, dan sebagainya, maka menggunakan plastik. Umumnya semua jenis plastik tersebut aman, karena material yang dipakai berdasarkan penelitian dan kemudian dilengkapi dengan peraturan yang sudah menyatakan aman,'' katanya. (T. Gs/mul/toeb/b)

Bahaya di Balik Kemasan Makanan


Jumat, 01 Agustus 08 - by : maya Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung" makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan yang digunakan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilih kemasan makanan.Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Inilah bahan kemasan makanan yang perlu Anda waspadai. Kertas Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain seperti ginjal, hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal ini pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) dan paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadi pun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual. Padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbal makanan tersebut. Sebagai usaha pencegahan, taruhlah makanan jajanan tersebut diatas piring. Styrofoam Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Saat ini masih banyak restoran-restoran siap saji yang masih menggunakan styrofoam sebagai wadah bagi makanan atau minumannya. Sebisa mungkin Anda harus menghindari penggunaan styrofoam untuk makanan atau minuman panas, karena suhu yang tinggi menyebabkan perpindahan komponen kimia dari styrofoam ke dalam makanan Anda.

Kaleng Pada umumnya, produk makanan yang dikemas dalam kaleng akan kehilangan citra rasa segarnya dan mengalami penurunan nilai gizi akibat pengolahan dengan suhu tinggi. Satu hal lagi yang juga cukup mengganggu adalah timbulnya rasa taint kaleng atau rasa seperti besi yang timbul akibat coating kaleng tidak sempurna. Bahaya utama pada makanan kaleng adalah tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan keracunan botulinin. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar. Untungnya racun botulinin ini peka terhadap pemanasan. Cermat memilih kaleng kemasan merupakan suatu upaya untuk menghindari bahaya-bahaya yang tidak diinginkan tersebut. Segera pindahkan sisa makanan kaleng ke tempat lain agar kerusakan kaleng yang terjadi kemudian tidak akan mempengaruhi kualitas makanannya. Plastik Setiap hari kita menggunakan plastik, baik untuk mengolah, menyimpan atau mengemas makanan. Ketimbang kemasan tradisional seperti dedaunan atau kulit hewan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama. Kelemahannya adalah, plastik tidak tahan panas dan dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (nonbiodegradable). Perlu diingat bahwa sebenarnya plastik itu tidak berbau dan berwarna. Jadi hindari penggunaan plastik yang bau dan berwarna gelap untuk membungkus makanan secara langsung. Beberapa kemasan plastik berasal dari material polyetilen polypropilen polyvinylchlorida yang jika dibakar atau dipanaskan dapat menimbulkan dioksin, suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang. Menjaga plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai pengemas merupakan cara tentram untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut. Sumber: human health Situs Resmi Pemerintah Kota Banjar - Jawa Barat

Residu "Styrofoam" Semakin Berbahaya bagi Kesehatan


Senin, 17 September, 2001 oleh: Siswono Gizi.net - Prof Dr FG Winarno mengemukakan, residu bahan pengemas baik dalam bentuk monomer, dimer; maupun trimer yang sering dicurigai mempunyai potensi bahaya terhadap kesehatan manusiaterutama dianggap sebagai karsinogenikberdasarkan hasil penelitian belakangan ini semakin diyakini bahwa memang berpotensi demikian.

Dalam kaitan itu, Guru Besar Teknologi Pangan IPB (Institut Pertanian Bogor) yang mantan President Codex Alimentarius Commission dan kini menjadi Advisory Board World Food Regulation Review tersebut mengutip hasil penelitian ilmiah terkini mengenai bahayanya dimer dan timer styrofoam yang dilaporkan World Food Regulation Review. Disebutkan, pada tanggal 3 Juli 2001, untuk pertama kalinya Hiroshi Hattori (wakil dari Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahaya residu styrofoam dalam makanan secara ilmiah bahwa styren dimer dan styren trimer terbukti dapat menyebabkan Endocrine Disruption. Endocrine Disruption Chemical (EDC) merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi pada manusia, yang disebabkan oleh bahan kimia yang bersifat karsinogen dalam makanan, kata Winarno dalam acara MBRIO Coffee Morning, Selasa (11/9) di Bogor. Penelitian tersebut, menurut Winarno, akan diteruskan lagi untuk beberapa bulan mendatang dengan menggunakan tikus dan binatang lain. Jika hasilnya positif, maka pemerintah pusat di Jepang akan diminta untuk melarang secara berangsur penggunaan bahan pengemas polystyrene pada bahan makanan, baik produk lokal maupun impor. Prof Winarno menyebutkan informasi terakhir itu juga telah menjadi perhatian dari World Food Regulation Review Agustus 2001. Karena tampaknya hasil penelitian lanjutan tersebut juga mempunyai kecendrungan positif, dan akibatnya akan memberi efek yang luar biasa di seluruh bisnis pangan dunia, termasuk Indonesia. Jepang, papar Winarno mengutip data Japan Convinience Food Association, memproduksi 2.965 milyar mi instan dalam mangkuk styrofoam pada tahun 1999lebih tinggi 6,8 persen dari tahun 1998. Dari jumlah itu, lebih dari 86 juta mangkuk diekspor ke mancanegara. Sedangkan di Indonesia, pemanfaatan styrofoam meluas ke berbagai pemanfaatan dalam penyajian pangan, baik panas maupun dingin, katanya. Diingatkan pula, berhubung EDC belum ditemukan pencegahannya terhadap bahaya kesehatan manusia, maka pencarian alternatif bahan pengemas lain harus menjadi fokus bangsa Indonesia. (pun) Sumber : Kompas, Kamis, 13 September 2001

Styrofoam, Bersih tapi Tak Sehat


Tuesday 22 May 2007 Styrofoam kini banyak digunakan untuk wadah pengemas makanan seperti mi instan, burger, ayam goreng dan bakso. Namun tahukah Anda, bahwa styrofoam dapat memicu sel tumor dan kanker. Styrofoam umumnya berwarna putih dan terlihat bersih. Bentuknya juga simpel dan ringan. Dengan segala kelebihannya itulah maka styrofoam selalu menjadi pilihan bagi para pedagang untuk membungkus makanan. Kalau pakai styrofoam kelihatan lebih praktis dan bersih. Sekali pakai langsung buang. Coba pakai piring, kan repot mesti dicuci dulu, sebut Surya, pedagang mi ayam di bilangan Karya Jasa Medan.

Lain lagi dengan Hans, salah seorang pedagang ayam goreng di kawasan Jalan Pancing, Medan. Bentuknya simpel dan kelihatan eksklusif. Apalagi harganya juga murah, sebut Hans. Yah, praktis, nyaman, ringan dan ekonomis merupakan alasan mengapa orang tertarik menggunakan styrofoam. Di pasaran harga styrofoam hanya sekitar Rp 400 per buah. Jauh lebih murah dibanding daun pisang, yang umumnya dipakai oleh pedagang tradisional. Apalagi kelebihan utama styrofoam ini karena kemampuannya menahan panas. Tak heran kalau produk-produk sup dan minuman hangat di restoran cepat saji menggunakan wadah ini. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi industri pangan, aspek keamanan pangan bahan ini mulai dipertanyakan. Beberapa laporan penelitian dan riset ilmuwan pangan menunjukkan bahwa styrofoam memiliki potensi yang sangat membahayakan kesehatan manusia, karena dapat memicu sel tumor dan kanker. Plastik Di balik kelebihan styrofoam menahan panas inilah masalah utamanya. Styrofoam ini sesungguhnya masih tergolong keluarga plastik. Menurut penelitian para ahli, bahan pembentuk styrofoam yang disebut juga gabus, bersifat racun dan bisa mencemari makanan serta minuman. Terutama makanan yang masih panas dan berlemak ketika dimasukkan ke dalam wadah putih ini tak lama kemudian akan meleleh. Plastik pada bahan styrofoam tersusun dari polimer, yakni rantai panjang dari satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer (bahan-bahan pembentuk plastik). Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urine maupun feses (kotoran). Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam plastik, semakin cepat terjadi perpindahan ini. Apalagi bila makanan berbentuk cair seperti bakso, mi ayam, sup, sayuran berkuah dan sebagainya. Saat makanan panas ini dimasukkan ke dalam plastik, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan tipis. Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan monomer. Perpindahan monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari secara langsung. Mengandung Formalin Mengutip pernyataan dosen teknologi pangan dari Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Lanita Msc Med, pada plastik pembungkus makanan dan styrofoam juga ditemukan zat pengawet mayat. Berdasarkan penelitian, ujar Lanita, pembungkus berbahan dasar plastik rata-rata mengandung 5 ppm formalin. Satu ppm adalah setara dengan satu miligram per kilogram. Formalin pada plastik atau styrofoam ini, lanjutnya, merupakan senyawa-senyawa yang terkandung dalam bahan dasar plastik.

Namun, kata dia, zat racun tersebut baru akan luruh ke dalam makanan akibat kondisi panas, seperti saat terkena air atau minyak panas. Karenanya, menurut Lanita, makanan yang masih panas jangan langsung dimasukkan ke dalam plastik atau kotak styrofoam. Bersama formalin, luruh pula zat yang tak kalah racunnya yakni stiarin, yang biasa terkandung pada plastik. Lanita juga memberi perhatian khusus untuk pembungkus makanan berbahan dasar styrofoam. Seperti plastik, styrofoam mengandung muatan zat racun, terutama stiarin. Oleh sebab itu, hidangan panas yang akan disajikan ke dalam kotak styrofoam sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun, jangan plastik. Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan styrofoam. Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk menjaga makanan tetap hangat, sebaiknya makanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah tahan panas dan dijaga tidak ada kontak langsung dengan styrofoam. MARI KITA KURANGI PEMAKAIAN STYROFOAM DAN PLASTIK!!!! Beberapa tips yang bisa digunakan untuk menghindari pemakaian styrofoam dan plastik : # Gunakan piring keramik atau gelas kaca daripada styrofoam atau plastik di acara-acara yang kamu adakan seperti arisan, acara syukuran kecil2an di rumah, acara unit2 di kampus, dll. # Bawa tempat bekel dan tempat minum sendiri. Jadi, saat membeli makanan atau minuman, si penjual ga perlu menggunakan styrofoam atau plastiknya. # Jika si penjual makanan memiliki kertas nasi, minta dia untuk menggunakan itu daripada styrofoam. # Bring your own shopping bag! Seperti tas kain, misalnya, yang cukup kuat tapi juga mudah dilipat dan dibawa-bawa. Jadi, kalau kamu cuma belanja odol atau sabun di super atau mini market, you can say "GA USAH PAKE PLASTIK,MBAK/MAS.. Biar ga nyampah.." And just put your groceries at your own bag. # Jika kamu terpaksa menggunakan plastik dari toko atau pasar, JANGAN LANGSUNG DIBUANG!! Lipat yang rapi, simpan dan gunakan lagi jika kamu memerlukannya. Easy,huh? Jika bukan kita yang peduli, who else will do it?? Satu orang yang melakukan mungkin ga ada artinya, tapi kalau seluruh kantor? atau seluruh anak-anak di kampus? It will be 'something'.. Bahaya Styrofoam (Gabus Pembungkus Makanan) deewawan 06-21-2007, 01:19 PM Styrofoam masih tergolong keluarga plastik karena terbuat dari Poli Stiren. Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis, ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Inilah yang membuat bahan ini amat disukai dan

banyak dipakai, termasuk dalam industri makanan instan. Namun bahan ini sebenarnya tak kalah berbahaya dengan plastik. Dari hasil survei di AS tahun 1986, 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung stiren yang berasal dari styrofoam. Bahkan pada penelitian 2 tahun berikut, kandungan stiren sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan syaraf. Sebuah studi di New Jersey, AS, menemukan bahwa 75% ASI mengalami kontaminasi stiren yang berasal dari konsumsi ibu yang menggunakan wadah styrofoam. Pada ibu-ibu yang mengandung, stiren juga bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta. Dampak jangka panjang dari menumpuknya stiren di dalam tubuh adalah gejala saraf seperti kelelahan, nervous, sulit tidur dan anemia. Pada anak, selain menyebabkan kanker, sekian tahun kemudian stiren juga menyerang sistem reproduksinya. Kesuburan menurun, bahkan mandul. Anak yang terbiasa mengkonsumsi stiren juga bisa kehilangan kreatifitas dan pasif. Styrofoam, sebagaimana plastik, bersifat reaktif terhadap suhu tinggi. Padahal, salah satu kelebihan styrofoam yang banyak diambil manfaatnya adalah kemampuannya menahan panas. Produk-produk sup dan minuman hangat di restoran cepat saji menggunakan wadah ini. Begitu pula produk-produk makanan instan, mesti diseduh dalam wadahnya yang terbuat dari styrofoam. Mie instan, bubuh ayam instan misalnya. Stiren, bahan dasar styrofoam bersifat larut dalam lemak dan alkohol. Berarti wadah dari jenis ini tidak cocok dijadikan wadah susu atau yoghurt yang mengandung lemak tinggi. Begitu juga dengan kopi yang dicampur krim. Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan styrofoam. Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk menjaga makanan tetap hangat, sebaiknya makanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah tahan panas dan dijaga tidak ada kontak langsung dengan styrofoam. Sedangkan penggunaannya sebagai wadah, harus diperhatikan untuk mendinginkan makanan terlebih dahulu sebelum memasukkan ke dalam wadah styrofoam. Makanan instan dan restoran yang menggunakan wadah ini sebaiknya dihindari demi menjaga kesehatan kita dan keluarga. (Jurnal Halal LP POM MUI)

Plastik dan Gabus Sama Resikonya


Sumber : Kompas (Juni 2003) Plastik dan gabus sama-sama praktis sebagai kemasan makanan. Tetapi keduanya juga mengandung zat-zat yang amat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kanker salah satu ancamannya. Ingat iklan tentang pipa plastik dari bahan polyvinyl chlorida (PVC) yang tak hancur meski diinjak-injak gajah? Sekarang, bayangkan bila unsur-unsur zat itu masuk ke tubuh melalui kemasan makanan dari bahan plastik maupun styrofoam (gabus). Tentu saja sistem pencernaan kita sulit mencernanya. Tanpa memikirkan atau sekedar mau tahu mengenai risikonya terhadap kesehatan, kemasan makanan dari bahan plastik maupun styrofoam sudah pasti menjadi pilihan utama karena praktis, ringan, dan bisa digunakan berulang kali. Tetapi pada kedua jenis bahan ini justru ditemukan kandungan dioctyl phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzen, suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan.

Benzen ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses (kotoran) atau urine (air kencing). Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker. Dr. Eng. Agus Haryono, peneliti bidang teknologi proses dan katalisis Puslit Kimia LIPI menjelaskan, banyak kandungan berbahaya dari kantong plastik (kresek) bisa mengontaminasi makanan. Bila terkena suhu tinggi, pigmen warna kantong plastik akan bermigrasi ke makanan. Agus yang khusus meneliti plastik dan styrofoam hingga meraih gelar S3 ini menjelaskan, bila makanan yang baru digoreng ditempatkan di kantong kresek, suhu minyak yang tinggi akan menghasilkan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi pula. Belum lagi, kantong kresek ini mengandung DOP serta logam berat Zn (seng) yang biasanya ditambahkan pabrik plastik sebagai bahan stabilizer untuk plastik. DOP memang populer digunakan dalam proses plastisasi. Konsumsi DOP pada industri PVC mencapai 50-70% dari total produksi plasticizer (senyawa aditif yang ditambahkan ke dalam polimer untuk menambah fleksibilitas dan daya kerjanya). Selain efisien, DOP juga memberikan viskositas yang stabil pada saat aplikasinya pada PVC. Lebih dari itu, harga DOP paling murah di antara sekitar 300 plasticizer yang dikembangkan, karena proses sintesanya sederhana dan bahan baku industri petrokimia ini juga melimpah. Namun, ungkap Agus, pemakaian DOP, terutama aplikasinya pada food-drug packaging (kemasan makanan dan obat-obatan) atau mainan anak-anak mulai dipermasalahkan. Karena migrasi senyawa aromatik dari PVC yang masuk ke dalam tubuh amat membahayakan kesehatan manusia. Ancaman terhadap kesehatan lainnya datang dari kantong plastik berwarna-warni. Menurut Agus, masalahnya adalah seringkali tidak diketahui bahan pewarna yang digunakan. "Memang ada pewarna food grade untuk kantong plastik yang aman untuk makanan. Tetapi di Indonesia jarang ditemukan hal yang demikian. Biasanya produsen di sini menggunakan pewarna nonfood grade. Akan tetapi menurut ilmu kimia, yang perlu diwaspadai adalah plastik yang tidak berwarna ini. Semakin jernih, bening, dan bersih plastik tersebut, semakin sering terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan manusia," terang Agus. Styrofoam yang masih tergolong keluarga plastik ternyata juga memiliki bahaya yang sama. Sebagaimana plastik, styrofoam bersifat reaktif terhadap suhu tinggi. Padahal salah satu kelebihan styrofoam adalah kemampuannya menahan panas (lihat Tabel). Tidak hanya itu, styren, bahan dasar styrofoam, bersifat larut lemak dan alkohol. Ini berarti, kata Prof.Dr.Hj. Aisjah Girindra, ahli biokimia pada Lab Biokimia FMIPA IPB, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu pun dengan kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi panasnya dalam wadah ini. "Karena itu sewajarnya kita berhati-hati menggunakan styrofoam. Kalau untuk makanan dingin tidak perlu khawatir, tapi bagaimana pun, penggunaannya sebaiknya dihindari," kata Aisjah. Ketika meminta konfirmasinya mengenai hal ini, Prof.Ir. Dedi Fardiaz, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) meminta masalah ini dipandang pada tempatnya.

Di dalam styrofoam dan plastik memang ada ancaman bagi kesehatan akibat kemungkinan imigrasi komponen-komponen dari plastik dan styrofoam ke barang yang kita konsumsi, tuturnya. Tetapi kemungkinan ini tergantung dari jenis pangannya, lama kontaknya, luas cakupan bahannya (plastik/styrofoam) dan sebagainya. "Karena itu kita harus fair membahasnya. Jangan sampai nantinya malah menimbulkan kepanikan di masyarakat akibat adanya pembahasan bahwa styrofoam dan plastik berbahaya," tegasnya. Penelitian yang dalam dan menyeluruh mengenai ancaman di balik kemasan dari bahan styrofoam dan plastik memang belum dilakukan. Meski demikian, ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang memuat tentang kemasan sebenarnya sudah ada di Badan Standardisasi Nasional (BSN). Contohnya saja, SNI tentang film PVC untuk kemasan kembang gula, SNI tentang botol plastik wadah obat, makanan, dan kosmetika, SNI tentang etilen vinil asetat untuk laminasi pangan dan SNI tentang botol gelas minuman bertekanan dipakai ulang.

You might also like