You are on page 1of 8

Proposal Usulan Penelitian Seminar Tugas Akhir

Analisis Pelaksanaan Pasal 50 Ayat 2 PERDA RTRW Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 Tentang Zonasi Kawasan Suci
Studi Kasus Kawasan Suci Pura Uluwatu, Kuta Selatan

Diusulkan oleh : I Putu Eka Mulyawan 0804205052

Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tahun 1937, terbit buku yang memperkenalkan Bali berjudul Island of Bali. karya seorang ekspatriat Meksiko, Jose Miguel Covarubias dan istrinya Rosa. Buku ini memuat kehidupan masyarakat Bali, mulai dari peralatan sehari-sampai rumah tradisional Bali. dan sejak saat itu perkenalan bali dan masyarakatnya dengan wisatawan begitu dekat. Bahkan banyak diantaranya hidup dengan masyarakat. Rudolf Bonnet, Lemayur, Lange, Don Antonio Blanco, dan paling terbaru tentang hidup Julia Gilbert dalam kisah Eat, Pray, and Love. Bali dikenal dengan pengembangan parwisata yang marak. Banyak gula yang bertabur di tanah ini, bertuah. Banyak orang yang kaya hanya dengan menjual obyek-obyek pariwisata. Turis turis berduyun-duyun datang ke pulau kecil ini. Tahun 2011, sebanyak 6,3 juta manusia datang untuk menikmati suasana bali. Tidak hanya wisatawan asing, wisatawan lokal bahkan datang setiap liburan akhir pekan. Kalau diperhatikan, akan sangat sering melihat kendaraan dengan plat kendaraan B atau H hilir mudik di jalan protokol di Bali. Sungguh unik. Peningkatan aktivitas pariwisata nukan saja menghasilkan devisa namun memberikan ekses negatif bagi kondisi lingkungan dan psikologis masyarakat Bali. terjadinya degradasi kualitas lingkungan dengan berkurangnya lahan terbuka. Pembangunan akomodasi pariwisata yang melebihii daya dukung lahan. Dimana telah mengalami kelebihan sebanyak 11 ribu kamar. Dengan tingkat hunian rata-rata hotel pada bulan Oktober sampai desember mencapai 80%. Pembangunan hotel masih terus terjadi, bahkan dalam moratorium yang diberlakukan oleh gubernur Bali Made Mangku Pastika. Merupakan implikasi dari polemik penegakan RTRWP Bali melalui perda No 16 tahun 2009. Sebagai sebuah usaha untuk mengharmoniskan pembangunan pariwisata, RTRW Provinsi Bali merupakan landasan yang ideal pembangunan Bali yang berkelanjutan. One Island Management yang diharapkan mampu menjadi tandingan wacana antara elit di Bali. Khususnya Bupati- Bupati yang merasa kepentigannya dibatasi oleh perda ini. Ironis, semenjak tahun 2009 RTRW Provinsi ini disahkan. Hanya sedikit kabupaten yang membuat RTRW Kabupaten/ Kota. Terjadi penolakan di akar Rumput yang menyokong bupati, khususnya Badung, Gianyar, dan Tabanan sebagai lumbung turisme untuk merevisi Perda ini.

Dan pada tahun 2010 masyarakat yang bergabung dalam Aliansi Masyarakat Bali Untuk RTRWP Bali. mengadakan pendekatan ke Pansus (panitia Khusus) revisi RTRW Provinsi Bali. Elemen akademisi, para Agamawan, Aktivis, dan Pemuka Adat mendorong Gubernur Bali untuk tegas dalam Menjalankan peraturan yang telah dibuat. Serta membuat peraturan Gubernur untuk pengaturan zonasi. Yang akan menjadi arahan pembangunan kdepan. Juga membuat kesepakatan dengan DPRD fokus pada pengawasan pembangunan di Bali. Bhisama Kawasan Suci dalam Perda No 6 Tahun 2009 Bhisama berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Mpu Prema Jaya Ananda, merupakan ketetapan yang di peroleh berdasarkan keputusan para Pandhita/ Walaka dalam Mahasabha PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia). Kalau mungkin harus mencari padanan yang sesuai Bhisama mirip dengan Fatwa dalam islam. Berdasarkan Mahasbaha PHDI tahun 1994, yang merupakan awal lahirnnya Bhisama untuk kawasan suci. Dimana terdiri dari ukuran atau standar untuk menjaga radius kesucian dari pura, yaitu: a. Apeneleng agung untuk Pura Sad Khayangan sepanjang 5 km, b. Apaneleng Alit untuk Pura Dang Khayangan sepanjang 2, 5 km, c. Apenimpug untuk sepanjang 25 m, d. Apenyengker sepanjang penyengker/ tembok pura. Hal tersebut tercantum dalam pasal 50 ayat 2 Perda No 16 tahun 2009 mengatur jarak/ zonasi yang tidak boleh dibangun akomodasi pariwisata selain yang berhubungan dengan aktivitas agama kecuali rumah masyarakat. Dalam polemik perda ini, bagian Bhisama dan Sempadan merupakan bagian yang dianggap memberatkan karena mengurangi pembangunan wiisata. Daerah tersebut merupakan kawasan yang paling potensial dikembangkan, semisal sempadan pantai, sempadan jurang, dan dekat dengan kawasan suci. Maka dari hal tersebut ada keinginan penulis untuk melihat implementasi perda no 16 Tahun 2009, khususnya tentang Zonasi kawasan suci. Dengan mengambil studi kasus pura Uluwatu sebagai salah satu Pura Sad Khayangan. Berdasarkan pada tahun 2009 masyarakat Pecatu merupakan masyarakat yang melakukan gugatan pada Perda RTRWP Bali ke Mahkamah Agung. Masyarakat Khawatir akan mata pencaharian mereka nantinya harus tergusur karena Bhisama Kesucian Pura ini. bagaimana implementasi yang telah dilakukan untuk daerah tersebut. Proposal Usulan Penelitian Seminar Tugas Akhir mengambil judul Analisis Pelaksanaan Pasal 50 Perda RTRW Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 Tentang Zonasi Kawasan Suci (Bhisama), Studi Kasus Kawasan Suci

Pura Uluwatu, Kuta Selatan. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang penegakan Perda tersebut.

mampu

1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian terdapat beberapa rumusan masalah yang diangkat, antara lain: 1. Apakah landasan utama dari pasal 50 tentang Bhisama kawasan kesucian Pura dalam PERDA No16 tahun 2009? 2. Bagaimana keadaan kawasan suci Pura Uluwatu sebelum diberlakukannya PERDA no 16 tahun 2009 tentang RTRWP Provinsi Bali? 3. Bagaimana pemahaman masyarakat sekitar Pura Uluwatu terhadap RTRW Provinsi, dalam hal ini pasal 50 PERDA RTRW Provinsi Bali. dimana lokus penelitian kawasan suci Pura Uluwatu sebagai pura Sad Khayangan? 4. Bagaimana Penyesuaian yang dilakukan pemerintah Provinsi, kabupaten Badung, serta masyarakat dalam menerapkan aturan tersebut di kawasan suci Pura Uluwatu?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Mampu memberikan gambaran latar belakang serta landasanyang digunakan dalam tersebut. khususnya gambaran tentang pasal 50 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali. 2. Mampu mengidentifikasi dan memetakan keadaan kawasan suci Pura Uluwatu sebelum diberlakukannya perda RTRWP provinsi Bali. 3. Mampu mengumpulkan tanggapan/ pemahaman masyarakat Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali, khususnya mengenai kawasan Suci Pura di sekitar Pura Uluwatu. 4. Langkah-langkah yang diambil oleh masyarakat dan pemerintah baik provinsi maupun kabupaten dalam menata kawasan suci Pura Uluwatu berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Bagi Peneliti 1. Meningkatkan pemahaman penulis tentang Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali 20092029. 2. Mengetahui perkembangan dan memetakan implementasi

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali. khususnya untuk kawasan suci Pura Uluwatu. 3. Menemukan langkah-langkah untuk melakukan penyesuaian

wilayah kawasan suci pura Uluwatu berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali. 4. Meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan

penelitian. Manfaat Bagi Pembaca 1. Meningkatkan pemahaman penulis tentang Peraturan Daerah

Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali 20092029. 2. Mengetahui perkembangan dan memetakan implementasi

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali. khususnya untuk kawasan suci Pura Uluwatu.

BAB II METODE PENELITIAN


2.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, antara lain: 1. Observasi Langsung. Dimana peneliti malakukan observasi langsung ke tempat penelitian mengadakan pencatatan dan pengambilan data bangunan, perubahan ruang, yang terjadi di kawasan pura uluwatu. Dimana di fokuskan akan perubahan yang terjadi dalam kawasan suci tersebut. apakah terdapat penambahan atau penyesuaian bangunan pasca di berlakukan Perda No 16 Tahun 2009, khususnya pasal 50 ayat 2 perda tersebut? 2. Wawancara. Merupakan bertanya langsung pada orang yang akan diteliti. Wawancara ini terdiri dari 3 bagian antara lain: a. Penduduk Desa pecatu, terutama masyarakat yang tinggal dan bekerja di wilayah kawasan suci pura Uluwatu.

b.

Pada pemerintah terutama pemerintah kabupaten

Badung dan dinas terkait tentang implementasi aturan yang tercantum dalam perda no 16 tahun 2009 ini. c. 3. Praktisi arsitektur, baik dalam hal ini dosen maupun Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih banyak yang merupakan data sekunder. Ditambah data yang di peroleh dari sumber baik internet maupun yang lain. 2.2 Pengolahan Data Observasi dilapangan memberikan data yang valid bangunan dan fungsi bangunan yang bertambah pasca diberlakukannya Peraturan Daerah No 16 Tahun 2009. Hal tersebut dikomparasi dengan pemahaman masyarakat masyarakat Uluwatu di terhadap suci PERDA pura tersebut. melalui metode wawancara menggunakan metode sampel setidaknya merepresentasikan kawasan Uluwatu. Dimana berrdasarkan peraturan tersebut, dalam pasal 50 ayat 2 bahwa pura uluwatu yang termasuk pura Sad Khayangan memiliki radius kesucian 5 kilometer dari penyengker pura. Beberapa hal yang perlu di kaji adalah mengenai penyesuaian fungsi yang dilakukan masyarakat dan pemerintah kabupaten Badung serta Provinsi dalam menyikapi peraturan daerah tersebut. Data kuantitatif, dianalisis dengan menggabungkan pendapat para ahli, dan menggabungkan dengan tinjuan pustaka baik dari peraturan daerah tentang RTRWP Bali serta sumber lain yang relevan. Dan kemudian dibandingkan dengan keadaan yang ada di lapangan. Sehingga di dapat suatu kesimpulan dari pembandingan antara data ini. 2.3 Lokasi Penelitian
Lokasi pura Luhur Uluwatu terletak di daerah perbukitan batu karang di sebelah selatan Pulau Bali. Masuk dalam wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabuaten Badung. Lokasi Pura Uluwatu dari kota Denpasar berjarak kurang lebih 30 km ke arah Selatan melalui kawasan pariwisata Kuta, Bandara Ngurah Rai Tuban dan Desa Jimbaran.

arsitek. Bagaimana penyesuaian tersebut.

Lokasi Pura Uluwatu, berada di atas tebing desa Pecatu, Kuta Selatan
2.4 Fokus Penelitian

Judul usulan penelitian ini adalah Analisis Pelaksanaan Pasal

50 Ayat 2 PERDA RTRW Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 Tentang Zonasi Kawasan Suci, Studi Kasus Kawasan Suci Pura
Uluwatu, Kuta Selatan. Yang menjadi fokus penelitian adalah perubahan yang terjadi di dalam kawasan suci Pura Uluwatu yang memiliki luas 5 kilometer dar penyengker luar Pura. Dimana yang menjadi batasan adalah perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tahun 2009 RTRW Provinsi Bali disahkan dalam Perda No 16 tahun 2009. Sampai pada hari ini tahun 2012. Daftar Pustaka Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali. http://mpuprema.blogspot.com/2011/03/menyoroti-perda-rtrw-balitentang.html diakses tanggal 25 september 2012.

You might also like