You are on page 1of 19

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK TRAFFICKING (PERDAGANGAN MANUSIA): EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK (ESKA) Memenuhi Tugas Ujian Tengah

Semester

Disusun Oleh: FITRI YULAIQA P 27220010 099

D III KEPERAWATAN BERLANJUD D IV INTENSIF POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun dan oleh siapa pun (Pasal 4, Undang-undang No. 39/1999 tentang HAM). Setiap anak harus mendapatkan haknya selain hak diatas anak berhak untuk bermain, mendapatkan

pendidikan, kasih sayang , hak untuk rekreasi, hak kesehatan , berkarya, hak makan dan minum. Hak-hak anak ini dapat terampas karena adanya

Trafficking atau yang lebih dengan perdagangan manusia terhadap anak. Trafficking atau yang lebih masih menjadi dengan perdagangan manusia memang tidak kejahatan terhadap anak.

kasus terbesar dalam

Perdagangan manusia telah berkembang menjadi masalah global yang aktivitasnya didasari prinsip high profit dan low risk yang menyebabkan perdagangan orang menjadi cepat merebak ke seluruh dunia. Termasuk di Indonesia yang dikenal sebagai lumbung perdagangan manusia. Perdagangan orang adalah bentuk modern dari perbudakan manusia. Perdagangan orang juga merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari pelanggaran harkat dan martabat manusia. Kasus Perdagangan manusia di Indonesia tergolong besar, dari laporan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia(YKAI) tahun

2011 lebih dari 100.000 anak dan perempuan menjadi korbang perdagangan manusia. Angka ini hanya yang tercatat atau kasus yang terungkap sedangkan kasus di perbatasan atau daerah terpencil belum tercatat. Perempuan dan

anak adalah kelompok yang paling banyak menjadi korban tindak pidana perdagangan orang. Bentuk- bentuk perdagangan manusia meliputi perdagangan anak dan wanita , penyelundupan, eksploitasi fisik dan seksual, penculikan, eksploitasi

ekonomis kerja paksa atau kerja dengan upah rendah, perbudakan atau praktik-praktik serupa perbudakan, perdagangan bayi, kawin kontrak, pengemis, pernikahan kontrak dan pernikahan di bawah umur. Bentuk lain dari perdagangan manusia adalah pornografi pada anak dan wanita. Alasan klasik yang melatar belakangi perdagangan manusia adalah masalah ekonomi seperti kemiskinan, kekerasan dalam rumah tangga, diskriminasi serta keinginan untuk memiliki sebuah kehidupan yang lebih baik membuat anak-anak rentan menjadi korban perdagangan manusia. Penyebab lain terjadinya trafficking atau perdagangan manusia adalah masalah sosial, lingkungan dan kemajuan teknologi. Berdasarkan data IOM (International Organization for Migration Indonesia) tahun 2005-2011, bahwa Hampir 80 persen dari 4.067 korban tindak pidana perdagangan orang yang ditangani, terinfeksi penyakit menular seksual (PMS) seperti chlamydia, gonorrhea, trichomoniasis, hepatitis B, syphilis, viral warts dan HIV positif. Selain itu, penyakit umum lainnya yang juga diderita oleh korban TPPO adalah infeksi saluran reproduksi dan saluran kemih, anemia, candidasis, gangguan pernapasan, dispepsia dan gastritis, gangguan refraksi, parasit kulit, dermatitis, gangguan siklus menstruasi, viral hepatitis, trauma fisik dan hipertensi. Berbagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi perdagangan manusia telah dilakukan pemerintah diantaranya perlindungan social,

pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan usaha mikro. Kerja sama antar sector termasuk diantaranya Lembaga Swadaya Masyarakat untuk mencegah terjadinya perdagangan manusia. Pemerintah juga telah mengeluarkan

undang-undang diantaranya UU Perlindungan Anak, UU Tindak Pidana Trafficking, UU Ketenagakerjaan dan UU Penempatan dan Perlindungan TKI, Pasal 297 KUHP. Usaha ini belum cukup tanpa dibarengi dengen peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus perdagangan manusia di Indonesia serta kerjasama yang sungguh-sungguh antara pemerintah, LSM, serta organisasi pemerhati anak .

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari trafficking( perdagangan manusia)?

2. Apa saja bentuk-bentuk trafficking( perdagangan manusia)? 3. Apa factor-faktor penyebab terjadinya trafficking( perdagangan

manusia)? 4. Apa itu eksploitasi seksual komersialisasi anak (ESKA)? 5. Apa dampak eksploitasi seksual komersialisasi anak (ESKA)? 6. Bagaimana mencegah terjadinya trafficking( perdagangan manusia) pada anak? 7. Apa peran serta perawat dalam pencegahan trafficking( perdagangan manusia)?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan mencegah terjadinya trafficking (perdagangan manusia) pada anak. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengertian trafficking( perdagangan manusia) pada anak. b. Untuk mengetahui bentuk- bentuk trafficking( perdagangan manusia). c. Untuk mengetahui (ESKA). d. Untuk dampak eksploitasi seksual komersialisasi anak (ESKA e. Untuk mengetahui pencegahan trafficking( perdagangan manusia). f. Untuk mengetahui peran perawat dalam pencegahan trafficking( perdagangan manusia). apa itu eksploitasi seksual komersialisasi anak

3. Manfaat

Manfaat bagi penulis : menambah pengetahuan dan wawasan tentang trafficking( perdagangan manusia) dan pecegahan di sekitar kita, serta penanganan dari korban trafficking( perdagangan manusia). Manfaat bagi masyarakat : menambah pengetahuan tentang

trafficking( perdagangan manusia) dan pecegahan di sekitar masyarakat.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian 1. Anak Terdapat banyak pengertian anak itu sendiri dan pada usia berapa yang menjadi batas dari diri seorang manusia menjadi anak. Pada

dasarnya perbedaan itu hanya terletak di batasan usianya. Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2002 anak adalah adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pengertian anak yang lain menurut hokum pidana dalam KUHP pasal 283 Ayat (1) bahwa anak di bawah umur adalah seseorang yang belum berusia 17 ( tujuh belas) tahun. Dalam hukum perdata pasal 330 KUH Perdata orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum

mampu mencapai usia 21( dua puluh satu ) tahun atau tidak lebih dahulu telah kawin.

2. Traffiking Trafficking Pengertian Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yaitu Pasal 1 (ayat 1) ; Tindakan seseorang penculikan, dengan perekrutan, pengangkutan, atau penerimaan kekerasan, penggunaan kekerasan,

ancaman

penyekapan,

pemalsuan,

penipuan,

penyalahgunaan

kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam Negara maupun antar Negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.Pasal 1 (ayat 2) ; Tindak pidana perdagangan orang adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam undang-undang

ini(depkumham.go.id).

Sedangkan menurut Keppres RI Nomor 88 tahun 2002, disebutkan Trafficking Perempuan dan Anak adalah segala tindakan pelaku trafficking yang mengandung salah satu atau tindakan perekrutan antar daerah dan antar Negara, pemindahtanganan, pemberangkatan,

penerimaan, dan penampungan sementara atau ditempat tujuan, perempuan dan anak. Dengan cara ancaman, penggunaan kekuasaan verbal dan fisik, penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi kerentaan (misalnya ketika seseorang tidak memiliki pilihan lain), terisolasi, ketergantungan obat, jebakan hutang, memberikan atau

menerima pembayaran atau keuntungan, dimana perempuan dan anak digunakan untuk tujuan pelacuran dan eksploitasi seksual (termasuk phaedofilia), buruh migrant legal maupun illegal, adopsi anak, pekerjaan formal, pengantin pesanan, pembantu rumah tangga, mengemis, industri pornografi, pengedaran obat terlarang, penjualan organ tubuh, serta bentuk-bentuk eksploitasi lainnya(depkumham.go.id). Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan Trafficking

sebagai: Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman, atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. (Protokol PBB tahun 2000 untuk Mencegah, Menanggulangi dan Menghukum Trafiking terhadap Manusia, khususnya perempuan dan anak-anak; Suplemen Konvensi PBB mengenai Kejahatan Lintas Batas Negara). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari perdagangan orang adalah a. Perbuatan: merekrut, mengangkut, memindahkan, menyembunyikan atau menerima. b. Sarana (cara) untuk mengendalikan korban: ancaman, penggunaan paksaan, berbagai bentuk kekerasan, penculikan, penipuan,

kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau pemberian/penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk

memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas korban. c. Tujuan: eksploitasi, setidaknya untuk prostitusi atau bentuk ekspoitasi seksual lainnya, kerja paksa, perbudakan, penghambaan, pengambilan organ tubuh.

B. Bentuk-Bentuk Trafficking Ada berbagai macam bentuk dan modus trafficking (perdagangan manuasia) di Indonesia dan dunia menurut Gerakan Anti

Trafficking(gerakanantitrafficking.com), secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3, yaitu 1. Ekspoitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) Eksploitasi seksual, menempati urutan teratas bentuk traffiking

(perdagangan manuasia ) pada anak. Eksploitasi seksual meliputi kerja paksa di industri seks, sebagai penari, pornografi pada anak, pernikahan di bawah umur, pernikahan kontrak dan pelacuran pada anak. 2. Kerja Upah Rendah Kerja dengan upah rendah merupakan bentuk perdagangan manusia yang menimpa anak dengan sosial ekonomi rendah. Selain kerja dengan upah rendah , bekerja lebih dari delapan jam sehari , dapat juga berupa kerja paksa tanpa upah, seperti menjadi pengemis, pengamen dan pemulung. Menjadi buruh migran perdagangan illegal di luar negeri juga termasuk bentuk

manusia. Biasanya anak mengalami kekerasan fisik dan

psikologis dari majikannya. 3. Perdaganga Anak Penjualan bayi ke luar negeri atau di Indonesia sendiri. Bayi atau anakanak diperdagankan secara illegal untuk diasuh oleh orang-orang yang tidak mempunyai anak baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Selai

perdagangan bayi dan anak juga diperdagangkan organ-organ vital anak seperti jantung, ginjal ke luar negeri.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Trafficking Perdagangan anak dan eksploitasi seksual komersial anak ( ESKA) khususnya anak perempuan tidak dapat dipukiri semakin memburuk dan

bertambah kompleksnya masalah sosio-ekonomi yang melatar belakanginya. Sebagian besar masalah ekonomi menjadi dasar penyebabnya. Berikut ini factor-faktor yang melatar belakangi perdagangan anak dan eksploitasi seksual komersial anak ( ESKA): 1. Faktor Ekonomi Kemiskinan menjadi alasan utama terjadinya perdagangan anak. Kurangnya kesejahteraan dan susahnya mendapatkan pekerjaan membuat orang

menghalalkan segala cara untuk mendapatkan penghasilan. Ada pula yang berkeinginan berpola hidup mewah, pola hidup konsumtif dan

materialistik modern agar anak dapat diterima lingkungannya atau teman sepermainan. Faktor ini diperparah dengan adanya iming-iming dari

pelaku perdagangan anak dengan imbalan upah besar. 2.Sosial dan Lingkungan Lingkungan dan sosial yang ada seperti lingkungan ekonomi rendah

kebiasaan hidup yang buruk (mengalami penyimpangan social) sangat mempengaruhi terjadinya perdagangan anak. Penurunan moral dan norma lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini tercermin dari pelaku perdagangan anak biasanya adalah orang terdekat seperti keluarga dan tetangga. Kebiasaan lingkungan yang menganggap anak dapat membatu kegiatan ekonomi yang cukup tinggi, mendorong anak untuk melakukan berbagai cara. 3.Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan mendapatkan pekerjaanatau jalan lain untuk meyulitkan para anak membantu menghidupi

keluarga mereka. Sulitnya mencari pekerjaan inilah yang menyebabkan

anak bekerja dengan upah rendah, pekerja prostitusi dan bekerja sebagai buruh migran. 4.Factor Moral dan Keluarga Keluarga adalah orang terdekat dengan anak. Keluarga yang mengajarkan tentang nilai moral dan agama pada anak. Keluarga yang menjadi sarana utama tolok ukur terhadap perilaku manusia untuk berbuat baik atau sebaliknya. Keluarga berperan dalam menanamkan dan mengajarkan

tentang nilai-nilai moral pada anak. Nilai moral inilah yang mencegah tindakan perdagangan anak. Kurangnya perhatian orang tua , disfungsi keluarga dan kehidupan urban yang konsumtif juga menyebabkan perdagangan anak. 5.Hukum Ekonomi Dalam hal ini hukum ekonomi berlaku yaitu hukum penawaran dan permintaan. Selama masih ada permintaan dalam perdagangan anak pasti ada penawaran.

D. Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) Eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) merupakan suatu pelanggaran terhadap hak-hak anak yang melibatkan kekerasan seksual oleh orang yang memberi imbalan baik dalam bentuk uang tunai atau barang terhadap anak atau orang ketiga. Anak diperlakukan sebagai obyek seksual dan komersial. Praktek kejahatan ini merupakan bentuk paksaan dan

kekerasan terhadap nk dn mengarah dalam bentuk-bentuk kerja paksa serta perbudakan modern. Ada banyak bentuk eksploitasi seksual komersial anak(ESKA). Berikut adalah bentuk bentuk ESKA , yaitu: 1. Prostitusi anak yaitu : pelayanan seks anak yang dilakukan oleh baik oleh agen penjaja seks atau anak sendiri untuk mendapatkan keuntungan atau imbalan dari aktivitas yang dilakukan.

2. Pornonografi anak yaitu: menampilkan bagian bentuk tubuh anak, dengan cara apa sajayang melibatkan anak dalam aktivitas sesksual baik secara nyata maupun tidak untuk tujuan tujuan seksual. 3. Perdagangan anak untuk tujuan seksual , yaitu : perekrutan, pemindahtnganan atau penampungan dan penerimaan anak untuk tujuan eksploitasi seksual baik dari satu daerah ke daerah lain atau dari satu negara ke negara lain. 4. Eksploitasi seksual anak di daerah pariwisata yaitu eksploitasi seksual yang melibatkan baik perempuan maupun laki-laki di daerah wisata yang dilakukan oleh baik pelancong local maupun internasional dengan

memanfaatkan kelemahan ekonomi anak. 5. Perkawinan anak yaitu : menikahkan aatau menikahi seseorang berusia di bawah 18 tahun yang memungkinkan anak menjad korban ESKA dengan menjadikanya sebagai obyek seksual untuk menghasilkan uang atau bentuk imbalan lainnya. Bentuk lainnya yaitu kawin kontrak atau pengantin pesanan.

E. Dampak Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) Eksploitasi anak secara seksual dapat memberikan dampak negative terhadap diri anak sendiri. Dampak buruk yang dialami oleh anak-anak yang diakibatkan oleh kekerasan dan eksploitasi seksual sangat banyak dan

berbeda-beda dan sulit untuk disembuhkan serta memiliki dampak dramatis pada anak tersebut. Berbagai dampak buruk yang dialami oleh anak tersebut termasuk : 1. Dampak Fisik Luka fisik, kematian, kehamilan , aborsi yang tidak aman, angka kematian ibu dan anak yang tinggi, penyakit dan infeksi menular seksual dan infeksi HIV/AIDS.

2. Dampak emosional Depresi, rasa malu karena menjadi korban kekerasan, penyakit stress pasca trauma, hilangnya rasa percaya diri dan harga diri, melukai diri sendiri serta tindakan bunuh diri. 3. Dampak Sosial Pengasingan dan penolakan oleh keluarga dan masyarakat, stigma social serta dampak jangka panjang seperti kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, pelatihan ketrampilan, dan lapangan pekerjaan kecilnya kesempatan untuk menikah, penerimaan social masyarakat. serta

F. Pencegahan Pencegahan sedini mungkin perdagangan anak (trafficking) lebih baik dari pada penanganan. Pencegahan tindakan perdagangan anak (trafficking) tidak hanya menjadi tugas dan tanggujawab pemerintah dan aparat penegak hukum, tetapi perlu peran serta masyarakat dan LSM. Peran aktif masyarakat dalam pencegahan perdagangan anak (trafficking) sangat efektif karena pelaku dan korban berada di lingkungan masyarakat. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah , LSM pemerhati perdagangan anak dan organisasi perlindungan anak. Upaya upaya yang telah dilakukan pemerintahh dalam pencegahan perdagangan anak (trafficking) antara lain dengan menerbitkan Undangundang tentang nomor Pemberantasan Tindak 21 Pidana tahun Perdagangan 2007 Orang

pasal 56 sampai pasal 58 , penanganan

pembentukan gugus tugas pencegahan dan

yang dipimpin oleh meteri atau pejabat setingakta menteri.

Fungsi Gugus tugas sebagaimana merupakan lembaga koordinatif yang bertugas: 1. Mengoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang; 2. Melaksanakan advokasi, sosialisasi, pelatihan, dan kerja sama;

3. Memantau perkembangan pelaksanaan perlindungan korban meliputi rehabilitasi, pemulangan, dan reintegrasi sosial 4. Memantau perkembangan pelaksanaan penegakan hukum; serta 5. melaksanakan pelaporan dan evaluasi. Undang undang no 22 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak , Undang -Undang No.23 Thn 2004 Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Undang-Undang No.20 Thn 1999 Usia Minimum Diperbolehkan Bekerja dan Keppres No.87 Tahun 2002 Tentang RAN Penghapusan Ekslploitasi ESKA pemerintah (trafficking). untuk adalah upaya perlindungan hukum yang dilakukan pencegahan dan penanganan perdagangan anak

Upaya pencegahan lainnya yang dilakukan pemerintah bekerjasama dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakat itu sendiri antara lain: 1. Penanggulangan masalah kemiskinan, adanya lembaga konsultasi

penanaganan sosial, Program Keluarga Harapan (PKH), dan Kelompok Usaha Bersama yang bertujuan membina dan mensosialisasikan

pentingnya peran keluarga dan masyarakat dalam mendidik anak-anak. 2. Membuat pemetaan masalah perdagangan anak di lndonesia baik untuk tujuan domestik maupun lnternasional. 3. Meningkatkan pendidikan masyarakat khususnya pendidkan

alternatitiffbagi anak-anak dan perempuan termasuk meningkatkan sarana dan prasarananya 4. Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui pemberian informasi

yang seluas-luasnya tentang perdagangan orang beserta seluruh aspek yang terkait didalamnya.

5.

Pengawasan dari pemerintah dan aparat penegak hukum terutama pada daerah perbatasan, wisata dan daerah yang potensial besar terjadinya

trafficking (perdagangan manusia).

G. Peran Perawat Berbagai dampak yang ditimbulkan dari perdagangan anak (trafficking) baik dampak fisik, emosi maupun social menuntut perawat aktif dalam upaya rehabilitasi pada korban dan edukasi pada masyarakat. Perawat tidak hanya memberikan asuhan keperawatan pada korban yang menderita dampak fisik seperti aborsi, kehamilan, dan penyakit menular seksual tetapi juga memberikan asuhan keperawatan korban secara psikologis seperti trauma. Peran perawat dalam penanganan dan pencegahan perdagangan anak (trafficking) adalah : 1. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada korban perdagangan anak (trafficking) seorang perawat tidak hanya mempertimbangkan aspek fisik tetapi lebih ditekankan pada aspek psikologis, yaitu pemulihan trauma, stress, hilangnya konsep diri dan harga diri. Dengan melakukan rehabilitasi medic dan psikososial untuk mencegah terjadinya gangguan fisik dan metal lebih lanjut. 2. Peran perawat sebagai educator Peran perawat di sini adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit menular seksual agar korban perdagangan anak (trafficking) tidak beresiko menularkan penyakitnya. Memberikan penyuluhan pada

masyarakat mengenai dampak perdagangan anak (trafficking) terhadap kesehatan. Pemberian pelayanan promotif dan preventif kepada masyrakat tentang penceghan primer perdagangan anak (trafficking). 3. Peran perawat sebagai konsultan Perawat memberikan konseling untuk membantu klien mengenali,

menghadapi dan memecahkan masalah berdasarkan keputusan korban perdagangan anak (trafficking.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Trafficking Pengertian Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yaitu Pasal 1 (ayat 1) ; Tindakan perekrutan, pengangkutan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,

pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam Negara maupun antar Negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Bentuk bentuk Trafficking ( perdagangan manusia) pada anak , yaitu : Ekspoitasi Seksual Komersial Anak (ESKA), kerja upah rendah dan perdagangan anak. Faktor-faktor yang menyebabkan trafficking (perdagangan manusia) yaitu factor ekonomi, sosial-lingkungan, pendidikan, moral dan keluarga serta hukum ekonomi. Trafficking (perdagangan manusia) berdampak secara fisik, emosional (psikologis) dan sosial bagi korbanya. Pencegahan trafficking

(perdagangan manusia) meliputi peningkatan pemberdayaan ekonomi masyarakat, peningkatan pendidikan, pemetaan masalah Trafficking

(perdagangan manusia), meningkatkan pengetahuan masyarakat Trafficking (perdagangan manusia) dan pengawasan dari pemerintah serta aparat penegak hukum. Peran perawat dalam trafficking (perdagangan manusia) ada tiga. Pertama sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan memberikan sebagai

rehabilitasi medic dan psikososial bagi korban. Kedua sebagai

educator yaitu Pemberian pelayanan promotif dan preventif kepada masyrakat tentang penceghan primer perdagangan anak (trafficking). Ketiga Peran perawat sebagai konsultan Perawat memberikan konseling untuk membantu

klien mengenali, menghadapi dan memecahkan masalah berdasarkan keputusan korban perdagangan anak (trafficking).

B. Saran 1. Bagi pemerintah peningkatan program pemberdayaan ekonomi,

peningkatan pengawasan dan penanganan bagi korban. 2. Peran perawat dalam upaya rehabilitasi medic dan psikososial lebih ditingkatkan untuk penanganan korban perdagangan manusia (trafficking) 3. Untuk masyarakat meningkatkan pencegahan primer terhadap

perdagangan anak (trafficking).

DAFTAR PUSTAKA

Gerakan

Anti Trafficking.2010.Bentuk-Bentuk Trafficking.http://gerakanantitrafficking.com, diakses 23 september 2012.

Gugus Tugas.2009.Depsos: Strategis Pencegahan Anak Dari Kasus Trafficking. www. gugustugastraffiking.org, diakses tanggal 19 september 2012.

Gultom,Maidin .2010.Perdagangan (Trafficking) Anak dan Perempuan. http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21103/indonesia-ratifikasiprotokol-pencegahan-ihuman-traffickingi-. Diakses 26 september 2012.

Kementrian Kesehatan Republic Indonesia.2009. Pedoman Pengembangan Puskesmas Mampu Tatalaksana Kasus Kekerasan Perempuan Dan Anak.http://www.scribd.com/doc/91588408/Pedoman-an-Pkm-Kta, diakses 27 september 2012.

KKSP.2009.Buku Saku Pencegahan Perdagangan Anak. www.kksp.or.id, diakses 25 september 2012.

KPAI.2008. Pengertian Trafficking.www.kpai.go.id, diakses 10 september 2012.

Prayoga, Sony Surya. 2009.Skripsi :Eksploitasi Seksual Komersial Anak Tinjauan Yuridis-Kriminologis.http://etd.eprint.ums.ac.id, diakses tanggal 23 september 2012.

Undang-Undang Republic Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Perdagangan Orang. www.depkumham.go.id, diakses 20 september 2012.

Undang-Undang Republic Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang perlindungan anak . www.depkumham.go.id, diakses 20 september 2012.

Unicef.2004. Lembar Fakta Tentang Eksploitasi Seks Komersil Dan Perdagangan Anak.www.unicef.org/factsheet_CSEC_trafficking_Indonesia_Bahasa.20 04, diakses tanggal 13 september 2012 http://iom.int/en/what/counter_human _trafficking.shtml

You might also like