You are on page 1of 70

Perancangan Kopling Plat Gesek

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Teknologi pertanian pada saat sekarang ini sudah sangat maju dan berkembang pesat
yakni untuk menunjang kinerja dan hasil dari pertanian itu sendiri. Salah satunya adalah
dengan adanya traktor. Penggunaan traktor bertujuan untuk menggemburkan permukaan
tanah agar lebih gembur dan mempermudah penanaman tumbuhan. Penggunaan traktor lebih
efisien dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia atau tenaga hewan dimana
apabila menggunakan tenaga traktor hanya membutuhkan waktu beberapa menit dalam
menggemburkan satu petak lahan pertanian dan juga dalam hasil penggemburan pada lahan
merata.
Traktor dalam dunia pertanian mempunyai beberapa jenis yakni traktor tangan yang
mempunyai dua buah roda dan traktor empat roda seperti traktor Mitsubishi Shakti-180D.
Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas tentang traktor empat roda khususnya pada
permesinannya, pada permesinannya terdapat beberapa komponen yang sangat penting antara
lain kopling, gas, roda gigi dan komponen lainnya. Namun pada laporan ini kita akan
membahas lebih dalam tentang kopling pada traktor empat roda seperti traktor Mitsubishi
Shakti-180D.
Kopling adalah pemutus dan penyambung arus tenaga dari mesin ke transmisi, dan
selanjutnya dialirkan ke roda. Tenaga yang dikeluarkan mesin berasal dari perubahan energi
bahan bakar menjadi energi mekanik, yaitu ledakan campuran bahan bakar udara di ruang
bakar yang menggerakkan piston. Dari pergerakan piston inilah dihasilkan tenaga.
Motor penggerak tidak dapat langsung tenaganya digunakan, tetapi digunakan dulu
untuk menimbulkan sejumlah momen, kemudian barulah tenaganya digunakan perlahan-
perlahan sehingga kendaraan mulai bergerak pelan-pelan. Karena itu diperlukan kopling yang
letaknya diantara mesin dan transmisi.

Adapun kegunaan dari kopling antara lain :
1. Memindahkan putaran poros engkol ke poros sistem roda gigi yang sedang berhenti atau
pada putaran rendah tanpa terjadi gesekan.
2. Memindahkan torsi maksimum untuk mengopelnya ke transmisi tanpa terjadi
pengurangan kecepatan.
Perancangan Kopling Plat Gesek
2

3. Memisahkan hubungan mesin dengan transmisinya pada saat kecepatan satu atau duanya
sedang berputar untuk mengganti gigi ataupun sewaktu berhenti secara tiba-tiba.

1. 2 Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
- Melatih mahasiswa mengembangkan wawasannya dalam perencanaan dan
perancangan elemen-elemen mesin.
- Untuk menambah ilmu yang diperoleh di perkuliahan dan membandingkan
dengan keadaan sebenarnya dari survey lapangan.

B. Tujuan Khusus
1. Merancang suatu sistem pemindahan daya dan putaran dari data-data traktor yang
diberikan.
2. Memahami sistem pemutusan, penerusan daya dan putaran pada sistem kopling
traktor. Dimana pada sistem ini daya dan putaran dihubungkan melalui sebuah
mekanisme pemutus dan penerus daya dan putaran dari poros input ke poros
output yang dilakukan tanpa mematikan mesin dan tidak menimbulkan slip yang
membahayakan.


1. 3 Batasan Masalah
Lingkup dari perencanaan tulisan ini adalah perhitungan dan perencanaan kopling
pada traktor empat roda. Spesifikasi dari perancangan ini diperoleh dari brosur pada lampiran
1,yaitu seperti pada traktor Mitsubishi Shakti 180D yaitu :
Daya (N) : 18,5 Hp = 13,795 kW
Putaran (n) : 2700 rpm

Disertai dengan perhitungan komponen-komponen utama kopling. Perhitungan akan
dilakukan pada poros, spline, naaf, plat gesek, pegas tekan, pegas matahari, paku keling,
baut, bantalan, menetukan dan memilih bahan yang sesuai disertai dengan gambar-gambar
yang lengkap. Dalam tugas rancang ini digunakan standar ISO dan JIS dalam menyatakan
beban, ukuran, jenis dan lain-lainnya.

Perancangan Kopling Plat Gesek
3

1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah :
BAB I adalah tentang pendahuluan yang menjelaskan latar belakang penulisan, tujuan
penulisan, batasan masalah, sitematika dan metode penulisan.
BAB II adalah membahas mengenai tinjauan pustaka, yang didalamnya mencakup
pengertian kopling, jenis kopling, cara kerja kopling, serta gambar assembling
kopling plat gesek.
BAB III adalah membahas perencanaan poros.
BAB IV adalah membahas sambungan naaf pada ujung poros berbentuk kerucut.
BAB V adalah membahas perencanaan sepatu kopling.
BAB VI adalah membahas perencanaan pegas tarik (extension spring).
BAB VII adalah membahas perencanaan baut (bolt), yaitu baut yang digunakan untuk
mengikat sepatu kopling dengan dudukannya.
BAB VIII adalah membahas perencanaan bantalan (bearing).
BAB IX adalah membahas spesifikasi kopling, yaitu mengenai pada putaran berapa
kopling plat gesek mulai bekerja.
BAB X adalah kesimpulan dari hasil perhitungan dari perancangan bagian -bagian
kopling plat gesek, mengenai bahan dan dimensinya.

1. 5 Metode Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan tiga macam metode penulisan, yaitu :
a. Study Perpustakaan
Study perpustakaan meliputi pengumpulan bahan-bahan yang disadur dari beberapa
buku-buku perpustakaan dan diktat-diktat kuliah.
b. Observasi Lapangan
Observasi lapangan merupakan pengumpulan data-data dengan survey langsung ke
lapangan yakni pada bengkel mobil terdekat dengan bantuan para mekanik
bengkelnya dan orang-orang yang paham tentang kopling.
c. Browsing Internet
Yaitu merupakan pengambilan jurnal ataupun artikel yang berhubungan dengan tugas
rancangan kopling traktor.



Perancangan Kopling Plat Gesek
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian Kopling
Setiap mesin dirancang dan dibuat untuk memberikan fungsi-fungsi tertentu yang
dapat meringankan pekerjaan manusia. Sebagai penggerak dari mekanisme mesin tersebut
menggunakan motor penggerak (engine) yang bisa berupa motor bakar ( bensin atau diesel )
maupun motor listrik. Motor-motor tersebut umunya memberikan daya dalam bentuk putaran
pada sebuah poros yang disebut dengan poros input atau poros penggerak. Untuk
memanfaatkannya maka daya putaran harus dapat diteruskan dari poros penggerak ke poros
yang akan digerakkan atau poros output, yang selanjutnya akan meneruskan ke seluruh
komponen dalam mekanisme. Sebagai penyambung dan pemutusan putaran dan daya antara
poros input dan poros output digunakanlah kopling. Kopling memegang peranan yang
penting pada saat pergantian transmisi, dimana mesin harus bebas dan tidak berhubungan
dengan sistem transmisi tersebut (Sularso,1994).

2. 2 Kopling Sebagai Elemen Mesin
Kopling merupakan komponen mesin yang banyak sekali digunakan dalam konstruksi
mesin dan komponen yang paling penting dalam konstruksi sebuah mesin, sehingga untuk
merencanakan kopling harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut ;
a. Aman pada putaran tertentu (terutama putaran tinggi), getaran dan tumbukan yang
terjadi kecil.
b. Konstruksinya yang baik dan praktis.
c. Pemasangan yang mudah dan cepat.
d. Dapat mencegah pembebanan lebih
e. Material yang digunakan pada kopling harus tahan terhadap:
- Temperatur tinggi dan sifat penghantar panas
- Sifat kekenyalan (ductility) yang baik
- Keausan dan goresan
- Koefisien gesek yang tinggi dan merata



Perancangan Kopling Plat Gesek
5

2. 3 Jenis - Jenis Kopling
Secara garis besar kopling dapat dibedakan atas dua, yaitu kopling tetap dan kopling
tidak tetap. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa pada kopling tetap kedua poros selalu
dalam kedaan terhubung, sedangkan pada kopling tidak tetap kedua poros dapat dihubungkan
dan dilepaskan pada saat diam ataupun bekerja sesuai dengan kebutuhan.

2. 3. 1 Kopling Tetap
Kopling tetap adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya
dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana
sumbu kedua poros terletak pada satu garis lurus atau dapat berbeda sedikit letak sumbunya.
Kopling tetap dibedakan lagi atas kopling kaku yang tidak mengizinkan ketidaklurusan kedua
sumbu poros, dan kopling luwes yang mengizinkan adanya sedikit ketidaklurusan sumbu
poros.

1. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris.
Kopling ini banyak digunakan pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik.
Yang termasuk kedalam kopling kaku adalah:
1.1 Kopling Bus
Kopling yang sangat sederhana umunya digunakan untuk poros dudukan tetap seperti
poros press minyak, bubungan, baling-baling kapal, dan juga pada poros baling-baling.






Gambar 2.1 Kopling Bus (Sumber : Sularso.1994)


1.2 Kopling Flens Kaku
Kopling Flens kaku terdiri atas naaf dengan Flens yang terbuat dari besi cor atau baja
dan dipasang pada ujung dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada Flensnya.
Dalam beberapa hal naaf dapat dipasang pada poros dengan sumbu pres atau kerut.
Perancangan Kopling Plat Gesek
6







Gambar 2.2 Kopling Flens Kaku (Sumber : Sularso.1994)\

1.3 Kopling Flens Tempa
Kopling ini Flensnya ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros dan disebut
poros Flens tempa. Keuntungannya adalah diameter Flens dibuat kecil karena tidak
memerlukan naaf.







Gambar 2.3 Kopling Flens Tempa (Sumber : Sularso.1994)

2. Kopling Luwes
Mesin mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui kopling kaku
memerlukan penyetelan yang sangat teliti agar kedua poros yang saling dihubungkan dapat
menjadi satu garis lurus, selain itu getaran dan tumbukan yang terjadi dalam penerusan daya
antara poros penggerak dan yang digerakkan tidak dapat diredam sehingga memperpendek
umur mesin serta menimbulkan bunyi berisik.
Menghindari kelemahan-kelemahan tersebut dapat digunakan kopling luwes terutama
bila terdapat ketidaklurusan antara sumbu kedua porosnya.
Yang termasuk jenis kopling luwes adalah:
2.1 Kopling Karet Ban
Kopling ini dihubungkan oleh suatu lapisan karet pada bagian luarnya. Pada lapisan
karet ini diperkuat oleh rangkaian kawat dan dipasang oleh baut pada sekeliling poros.
Dengan adanya karet ban ini memungkinkan poros tidak pada satu garis lurus.
Perancangan Kopling Plat Gesek
7







Gambar 2.4 Kopling Karet Ban (Sumber : Sularso.1994)

2.2 Kopling Flens Luwes
Kopling ini adalah kopling tetap yang menggunakan baut untuk menghubungkan
kedua poros dimana dilengkapi dengan bus karet atau kulit sehingga memungkinkan
poros tidak pada satu garis.







Gambar 2.5 Kopling Flens Luwes (Sumber : Sularso.1994)

2.3 Kopling Karet Bintang
Kopling ini juga hampir sama kerjanya dimana digunakan karet sehingga
memungkinkan poros ikut berputar tidak pada satu garis seperti yang terlihat pada
gambar.







Gambar 2.6 Kopling Karet Bintang (Sumber : Sularso.1994)


Perancangan Kopling Plat Gesek
8

2.4 Kopling Rantai
Sesuai dengan namanya kopling ini menggunakan rantai sebagai perantara untuk
menghubungkan kedua buah poros. Sangat baik untuk memindahkan momen yang
besar pada turbin.






Gambar 2.7 Kopling Rantai (Sumber : Sularso.1994)

2.5 Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi-gigi yang dihubungkan dengan
silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan dengan menggunakan baut. Pada kopling
ini terdapat tempat untuk memasukkkan minyak.






Gambar 2.8 Kopling Gigi (Sumber : Sularso.1994)

2.6 Kopling Universal
Kopling ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memindahkan putaran
walaupun poros tidak sejenis.






Gambar 2.9 Kopling Universal hook (Sumber : Sularso.1994)

Perancangan Kopling Plat Gesek
9

2. 3. 2 Kopling Tidak tetap
Kopling tidak tetap adalah elemen mesin yang menghubungkan poros yang
digerakkan dan poros penggerak dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya serta
dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut,baik dalam keadan diam maupun berputar.
Yang termasuk kopling tidak tetap antara lain :
1. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan perantaraan
gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu kopling cakar persegi
dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen dalam dua arah
putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar sebaliknya, kopling cakar
spiral dapat dihubungkan dalam keadaan berputar tetapi hanya baik untuk satu putaran saja.
Perhatikan gambar 2.10.






Gambar 2.10 Kopling Cakar (Sumber : Sularso.1994)


2. Kopling Kerucut ( Cone Clutch)
Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk kerucut. Kopling ini
mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan momen
yang besar. Kelemahannya adalah daya yang diteruskan tidak seragam. Kopling kerucut
sepeti terlihat pada gambar






Gambar 2.12 Kopling Kerucut (Sumber : Sularso.1994)


Perancangan Kopling Plat Gesek
10

3. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan sendirinya bila
poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan arah dari poros
yang digerakkan. Kopling friwil adalah kopling yang dikembangkan untuk maksud tersebut.








Gambar 2.13 Kopling Friwil (Sumber : Sularso.1994)

4. Kopling Plat Gesek
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan demikikan
pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu dihubungkan dapat dihindari.
Selain itu, karena dapat terjadi slip maka kopling ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai
pembatas momen. Menurut jumlah platnya, kopling ini dibagi aatas kopling plat tunggal dan
kopling plat banyak; dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara manual, hidrolik
dan magnetik. Kopling disebut kering bila plat-plat gesek tersebut bekerja dalam keadaan
kering dan disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan minyak.











Gambar 2.11 Kopling Plat Gesek (Sumber : Sularso.1994)

Perancangan Kopling Plat Gesek
11

2. 4 Bagian Bagian Utama Kopling Plat Gesek
Secara umum bagian-bagian utama dari sebuah kopling terdiri atas :
1. Roda Penerus ( flywheel)
Berupa sebuah piringan yang dihubungkan dengan poros penggerak (poros engkol) pada
salah satu sisinya. Flywheel ini akan berputar mengikuti putaran dari poros penggerak.
2. Plat Penekan ( Pressure Plat)
Plat penekan berfungsi untuk menekan plat gesek kearah roda penerus pada saat kopling
terhubung.
3. Plat Gesek ( disc clutch )
Plat gesek ditempatkan diantara roda penerus dan plat penekan. Plat gesek ini berfungsi
untuk meneruskan daya dan putaran dari roda penerus ke naaf saat kopling terhubung.
4. Naaf
Naaf berfungsi untuk menghubungkan plat gesek dengan spline pada poros yang
digerakkan. Pada saat kopling terhubung maka daya dan putaran akan diteruskan dari plat
gesek ke poros yang digerakkan melalui naaf.
5. Spline
Spline adalah gigi luar yang terdapat pada permukaan poros yang berpasangan dengan
gigi dalam yang terdapat pada naaf. Spline berfungsi untuk meneruskan momen puntir
dari plat gesek ke poros melalui perantaraan naaf.
6. Bantalan Pembebas ( Releasing Bearing )
Bantalan ini dapat digerakkan maju-mundur dengan menekan pedal kopling x Fungsinya
adalah untuk meneruskan tekanan pada pedal kopling ke pegas matahari yang selanjutnya
akan melepas hubungan kopling.
7. Pegas Matahari
Pegas matahari berfungsi untuk menarik plat penekan menjauhi flywheel, yang dengan
demikian membebaskan plat gesek dan membuat kopling menjadi tidak terhubung. Pegas
matahari ini akan menjalankan fungsinya saat pedal kopling ditekan.
8. Penutup ( Cover )
Penutup pada kopling ikut berputar bersama roda penerus. Fungsi penutup ini adalah
sebagai tempat dudukan berbagai elemen yang membentuk kopling serta sebagai penahan
bantalan pembebas.



Perancangan Kopling Plat Gesek
12

2. 5 Dasar Pemilihan Kopling
Perencanakan kopling untuk kendaraaan bermotor, maka yang sering dipakai adalah
jenis kopling tidak tetap, yaitu kopling cakar, kopling plat, kopling kerucut dan juga kopling
friwil. Perhatikan tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kopling
No Nama Kopling Kelebihan Kekurangan
1.



Kopling Cakar



Dapat meneruskan momen
dalam dua arah putaran


Tidak dapat dihubungkan dalam
keadaan berputar
Hanya dapat memutar sekitar 50
rpm
2.


Kopling Plat


Dapat dihubungkan dalam
keadaan berputar
Terjadinya slip sangat kecil



3.

4.
Kopling Kerucut

Kopling Friwil

Gaya aksial kecil menghasil-
kan momen torsi besar
Kopling ini dapat lepas
dengan sendirinya bila poros
penggerak mulai lambat
Dayanya tidak seragam

Tidak dapat dihubungkan dalam
keadaan berputar kencang.
(Sumber: Sularso,Kiyokatsu Suga,2004, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin)


Pertimbangan diatas, maka dalam perancangan ini yang dipilih adalah kopling plat
gesek tunggal seperti yang banyak dipakai dalam kendaraan bermotor meskipun dalam
kendaraan bermotor lebih banyak dipakai kopling plat gesek banyak. Berikut ini hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pemilihan kopling plat gesek tunggal :

- Gaya yang dibutuhkan kopling untuk memisahkan hubungan mesin ke transmisi tidak
terlampau besar.
- Koefisien gesekan dapat dipertahankan dibawah kondisi kerja.
- Permukaaan gesek harus cukup keras untuk menahan keausan.
- Konduktifitas panas untuk permukaan dapat dipertanggungjawabkan dan juga dapat
menghindari perubahan struktur dari komponennya.
- Material tidak hancur pada temperatur dan beban apit kerja.

Perancangan Kopling Plat Gesek
13

2. 6 Cara Kerja Kopling Plat Gesek
Cara kerja kopling plat tunggal ini dapat ditinjau dari dua keadaaan,yaitu:
1. Kopling Dalam Keadaan Terhubung ( Pedal Kopling Tidak Ditekan )
Poros penggerak yang berhubungan dengan motor meneruskan daya dan putaran ke
flywheel ( roda penerus ) melalui baut pengikat. Daya dan putaran ini diteruskan ke plat gesek
yang ditekan oleh plat penekan karena adanya tekanan dari pegas matahari . Akibat putaran
dari plat gesek, poros yang digerakkan ikut berputar dengan perantaraan spline dan naaf.

2. Kopling Dalam Keadaan Tidak Terhubung ( Pedal Kopling Ditekan )
Bantalan pembebas menekan pegas matahari sehingga gaya yang dikerjakannya pada
plat penekan menjadi berlawanan arah. Hal ini menyebabkan plat penekan tertarik ke arak
luar sehingga plat gesek berada dalam keadaan bebas diantara plat penekan dan flywheel.
Pada saat ini tidak terjadi transmisi daya dan putaran.

Secara umum cara kerja kopling traktor dengan jenis kopling plat gesek tunggal
(single dry clutch), yaitu : tuas penekan bergerak menekan bearing axial sehingga menggeser
plat penekan. Untuk melekatkan plat gesek sehingga kedua permukaan gesek bersinggungan.
Maka putaran dan daya akan ditransmisikan melalui plat pembawa sehingga putaran dan daya
diteruskan ke poros output.
Mekanisme kerja kopling tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tuas penekan bergerak menekan bearing radial (3) sehingga bergeser.
2. Plat penekan bergeser untuk melekatkan plat gesek (1) sehingga kedua permukaan
gesek bersinggungan.
3. Poros (9) dan naaf (10) berputar.
4. Daya diteruskan melalui plat pembawa yang terhubung spline pada poros melalui
naaf (10).
5. Putaran dan daya diteruskan ke poros output (9).
6. Setelah mekanisme pemindahan daya selesai, maka pegas (5) dan pegas matahari
(11) menarik kembali plat gesek (1) ke posisi semula.





Perancangan Kopling Plat Gesek
14

11
ASSEMBLING
2. 7 Gambar Assembling
Assembling dari pada kopling dapat dilihat pada gambar 2.14. Jenis koplingnya adalah
plat gesek tunggal (single dry clutch). Jenis kopling ini umumnya banyak dipakai pada
kenderaan roda empat dan cukup bagus serta efisien untuk meneruskan daya dan putaran.
Berikut ini merupakan gambar Assembling dari kopling seperti pada traktor Mitsubishi
Shakti 180D.


























Gambar 2.14 Assembling Kopling plat tunggal Traktor
Keterangan Gambar:
1. Plat gesek
2. Baut
3. Bantalan radial
4. Paku keling sambungan plat pembawa dan naaf
Perancangan Kopling Plat Gesek
15

5. Baut
6. Paku keling sambungan pegas matahari dan cover
7. Pegas
8. Bantalan aksial
9. Poros
10. Naaf
11. Pegas matahari
12. Paku keeling sambungan lingkar pembawa dan plat pembawa
13. Baut




































Perancangan Kopling Plat Gesek
16

BAB III
PERANCANGAN POROS

3. 1 Pengertian Poros
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap mesin yang berfungsi
untuk meneruskan daya dan putaran. Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar,
biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti : kopling, roda gigi,
pully, roda gila, engkol, sproket dan lain-lain.






Gambar 3.1 Poros

3. 2 Jenis-Jenis Poros
Apabila dilihat dari pembebanan terhadap poros, maka dapat dibedakan atas tiga jenis
poros, yaitu :
a. Spindel
Poros ini sering disebut dengan poros transmisi yang bentuknya relatif pendek seperti
poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang
perlu untuk poros ini adalah harus memiliki deformasi yang kecil dan juga ketelitian
ukuran dan bentuknya.
b. Gandar
Poros ini digunakan untuk menahan puntiran dan kadang-kadang poros ini tidak
melakukan gerakan putar. Poros ini banyak ditemukan pada kereta barang.
d. Poros Transmisi
Poros ini mengalami beban puntir murni dan lenturan dan daya yang ditransmisikan ke
poros ini adalah melalui kopling, roda gigi, pulley dan sebagainya.

Dalam perencanaan poros kopling plat gesek ini adalah jenis poros transmissi
dikarenakan, poros ini mentransmisikan daya dan putarannya melalui kopling, dan pada
poros transmisi ini poros hanya mengalami beban puntir murni. Perancanaan kopling dalam
Perancangan Kopling Plat Gesek
17

pembahasan ini dipilih jenis poros transmisi. Poros ini mendapat beban puntir murni atau
gabungan beban puntir dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling,
roda gigi, pully, dll (Sularso,1994)
Dalam perencanaan poros transimisi ini, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi harus dapat menahan beban seperti puntiran, lenturan, tarikan dan
tekanan. Oleh karena itu, poros harus dibuat dari bahan pilihan yang kuat dan tahan
terhadap beban-beban tersebut.
2. Kekakuan poros
Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tinggi tetapi jika lenturan atau
defleksi puntirnya terlalu besar, akan mengakibatkan terjadinya getaran dan suara. Oleh
karena itu disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus dipertimbangkan sesuai
dengan jenis mesin yang dilayani.
3. Putaran Kritis
Suatu mesin bila putarannya dinaikkan, maka pada harga putaran tertentu akan terjadi
getaran yang sangat besar dan disebut putaran kritis. Putaran ini harus dihindari dengan
membuat putaran kerja lebih rendah dari putaran kritisnya.
4. Bahan Poros
Bahan poros transmisi biasa dibuat dari bahan yang ditarik dingin dan difinishing seperti
baja karbon yang dioksidasikan dengan ferra silicon dan dicor. Pengerjaan dingin
membuat poros menjadi keras dan kekuatannya menjadi besar.


3. 3 Penentuan Daya Perencanaan
Poros yang akan dirancang adalah poros transmisi yang digunakan untuk
mentransmisikan daya dan putaran. Besarnya daya sesuai data diperoleh dari brosur pada
lampiran 1 sebesar:

N = 18,5 Hp 1 Hp = 0,7457 kW
= 18,5 x 0,7457 kW
= 13,795 kW
n = 2700 rpm
besarnya daya rencana (Pd) dapat ditentukan dengan rumus :
P
d
= f
c
x N ...(3.1)
Perancangan Kopling Plat Gesek
18

Dimana: P
d
= daya rencana ( kW )
f
c
= faktor koreksi
N = daya nominal keluaran motor penggerak ( kW )

Beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan sesuai dengan
tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang ditransmisikan
Daya yang ditransmisikan f
c

Daya rata-rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan
Daya normal
1,2 - 2,0
0,8 1,2
1,0 1,5
(Sumber: Sularso,Kiyokatsu Suga, 2004 Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin halaman 7)

Perancangan poros ini diambil daya maksimum sebagai daya rencana dengan faktor
koreksi sebesar fc = 1,2. Harga ini diambil dengan pertimbangan bahwa daya yang
direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga poros yang akan direncanakan
semakin aman terhadap kegagalan akibat momen puntir yang terlalu besar. Besarnya daya
rencana adalah:
P
d
= 1,2 x 13,795 kW
P
d
= 16,554 kW
Adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa momen puntir..
penentuan ukuran-ukuran utama poros akan dihitung berdasarkan beban puntir serta
kemungkinan-kemungkinan kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor
mulai berjalan.
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung :

(3.2)

Dimana: M
p
= momen puntir ( kg.mm)
P
d
= daya rencana ( kW )
n = putaran ( rpm )
Daya rencana P
d
= 16,554 kW dan putaran n = 2700 rpm, maka momen puntirnya
adalah:
n
P
M
d
p
5
10 74 , 9 =
Perancangan Kopling Plat Gesek
19

M
p
= 9,74 x 10
5
x
rpm
kW
2700
554 , 16

M
p
= 5971,702 kg.mm

3. 4 Pemilihan Bahan
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang diffinisi dingin
(disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot (baja yang dioksidasikan dengan ferrosilicon
dan dicor), kadar karbon terjamin adapun jenis-jenis baja S-C beserta dengan sifat-sifatnya
dapat dilihat dari tabel 3.2.

Tabel 3.2 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk poros
Standar dan Macam Lambang Perlakuan Panas Kekuatan Tarik
(kg/mm
2)
Keterangan


Baja karbon
konstruksi mesin
JIS G 4501
S 30 C
S 35 C
S 40 C
S 45 C
S 50 C
S 55 C
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
48
52
55
58
62
66


Batang baja yang
difinis dingin

S 35 C-D
S 45 C-D
S 55 C-D

-
-
-

52
60
72

Ditarik dingin,
digerinda,
dibubut, atau
gabungan
antara hal-hal
tersebut.
(Sumber: Sularso,Kiyokatsu Suga, 2004 Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin halaman 3)

Perencanaan poros ini dipilih bahan jenis S 55 C-D dengan kekuatan tarik
2
/ 72 mm kg
b
= o . Tegangan geser izin dari bahan ini diperoleh dari rumus:

.....................................................(3.3)
dimana :

a
t = tegangan geser izin ( kg/mm
2
)

b
o = kekuatan tarik bahan ( kg/mm
2
)
2 1
sf sf
b
a

=
o
t
Perancangan Kopling Plat Gesek
20

sf
1
= faktor keamanan yang bergantung kepada jenis bahan.
Sesuai dengan standar ASME, batas kelelahan puntir adalah 18% dari
kekuatan tarik
b
o , dimana untuk harga ini faktor keamanan diambil sebesar
8 , 0
1
=5,6. Harga 5,6 diambil untuk bahan S-F dan 6,0 untuk bahan S-C dengan
pengaruh massa dan baja paduan. Harga S
f1
= 6,0 untuk bahan S-C diambil
karena jenis kendaraan yang dirancang termasuk kendaraan yang ringan,
sehingga dengan faktor keamanan sebesar itu poros yang dirancang cukup
aman.
sf
2
= faktor keamanan yang bergantung pada bentuk poros,dimana harganya 1,3
3,0. Poros yang dirancang tidak merupakan poros bertingkat, sehingga
dengan mengambil faktor keamanan 2,5 saja poros sudah cukup aman.
Dari rumus diatas maka tegangan geser izin bahan jenis S 55 C-D adalah:
5 , 2 0 , 6
72

=
a
t

2
/ 8 , 4 mm kg
a
= t

3.5. Perencanaan Diameter Poros
Diameter poros dapat diperoleh dari rumus:
d
p
=
3
1
1 , 5


p b t
a
M C K
t
(3.4)
dimana : .
d
p
= diameter poros ( mm )

a
t = tegangan geser izin ( kg/mm
2
)
K
t
= faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya tumbukan, faktor ini dipilih
sebesar 1,0 jika beban dikenakan beban secara halus, dipilih sebesar 1,0 1,5
jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan,dan dipilih sebesar 1,5 3,0 jika
beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan yang besar. Dalam hal ini
harga K
t
diambil sebesar 2,0 untuk menjamin keamanan dari poros.
C
b
= faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur, dimana untuk
perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terjadi karena momen
puntir saja, dan diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur, sehingga
harga C
b
ini diambil sebesar 1,0.
Perancangan Kopling Plat Gesek
21


Maka diameter poros yang direncanakan:
d
p
=
3
1
702 , 5071 0 , 1 0 , 2
8 , 4
1 , 5


d
p
= 23,3248 mm
d
p
24 mm

3. 6 Pemeriksaan Kekuatan Poros
Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian dilakukan
dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi ( akibat momen puntir ) yang
bekerja pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan geser izin yang dapat
ditahan oleh bahan maka poros mengalami kegagalan.
Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros diperoleh dari:


.(3.5)

dimana: = t
p
tegangan geser akibat momen puntir ( kg/mm
2
)
M
p
= momen puntir yang terjadi ( kg.mm )
d
p
= diameter poros ( mm )
Untuk momen puntir sebesar M
p
= 19116,84 kg.mm, dan diameter poros d
p
=39 mm,
maka tegangan gesernya adalah :




Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari
tegangan geser izinnya ( t
p
<
a
) dimana
a
= 4,8 kg/mm
2
, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ukuran poros yang direncanankan cukup aman.





2
/ 201 , 2 mm kg
p
= t
3
16
p
p
p
d
M

=
t
t
3
) 24 (
. 702 , 5971 16
mm
mm kg x
p

=
t
t
Perancangan Kopling Plat Gesek
22

BAB IV
PERANCANGAN SPLINE DAN NAAF

4. 1 Perancangan Spline
Putaran dari poros penggerak akan diteruskan ke flywheel dan plat gesek melalui plat
penekan. Dengan berputarnya plat gesek maka poros yang digerakkan akan ikut berputar
dengan perantaraan naaf dan spline.
Pada dasarnya fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya dan
putaran dari poros ke komponen-komponen lain yang terhubung dengannya, ataupun
sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi bagian dari poros sedangkan
pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros dan memerlukan alur pada poros untuk
pemasangannya.
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu ( berdasarkan standar
SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal ini menyebabkan
pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi penggunaannya karena
sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata diseluruh bagian poros dibandingkan
dengan pasak yang menimbulkan konsentrasi tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.

4. 1. 1 Standar Dalam Perancangan Spline
Pemakaian spline pada kendaraan bermotor, mesin perkakas, dan mesin produksi,
perhitungannya dilakukan berdasarkan pada standar dari SAE ( Society Of Automotive
Engineering). Simbol-simbol yang dipakai dalam standar ini adalah :









Gambar 4.1 Spline
Keterangan:
D = diameter luar spline
Perancangan Kopling Plat Gesek
23

d = diameter dalam spline
h = tinggi spline
w = lebar spline
L = panjang spline

Ukuran spline untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam standar SAE dan
dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Spesifikasi spline untuk berbagai kondisi operasi ( standar SAE )
No. of
Spline
All fits
W
Permanent fits To slide when not
under load
To slide when
under load
H D H D H D
4 0,241 D 0,075 D 0,850 D 0,125 D 0,750 D - -
6 0,250 D 0,050 D 0,900 D 0,075 D 0,850 D 0,100 D 0,800 D
10 0,156 D 0,045 D 0,910 D 0,070 D 0,860 D 0,095 D 0,810 D
(sumber: Mechanical hand book,1995, halaman 15)

4. 1. 2 Pemilihan Spline
Kopling traktor seperti pada traktor Mitsubishi Shakti -180D ini, jenis spline yang
digunakan adalah spline dengan jumlah 6 (enam) buah pada kondisi meluncur saat tidak
dibebani (to slide when not under load). Dari tabel 4.1 diperoleh data sebagai berikut:
h = 0,100 . D
d = 0,800 . D
w = 0,250 . D
Dari perhitungan poros pada bab III diperoleh diameter poros adalah 24 mm, dimana
harga ini adalah sama dengan diameter dalam (d) dari spline. Dengan memasukkan harga ini
kedata diatas diperoleh.
mm
d
D 30
800 , 0
24
800 , 0
= = =


h = 0,100 . D
= 0,100 . (30)
= 3 mm

Perancangan Kopling Plat Gesek
24

w = 0,250 . D
= 0,250 x (30)
= 7,5 mm

sedangkan panjang spline diperoleh dari:
mm mm
mm
mm
d
D
L 9 , 46 875 , 46
) 24 (
) 30 (
2
3
2
3
~ = = = (4.1)
dan jari-jari tara-rata spline adalah:
mm
d D
r
m
5 , 13
4
24 30
4
=
+
=
+
= ..(4.2)

4. 1. 3 Analisa Beban
Besarnya gaya yang bekerja pada spline diperoleh dari:
M
p
= F r
m .(4.3)

dimana: F = gaya yang bekerja pada spline ( kg )
M
p
= momen puntir ( kg.mm), dari perhitungan pada Bab III diperoleh sebesar
M
p
= 5971,702 kg.mm
r
m
= jari-jari rata spline ( mm )
dengan memasukkan harga M
p
dan r
m
kepersamaan diatas diperoleh :
m
p
r
M
F =
kg
mm
mm kg
F 34 , 442
5 , 13
. 702 , 5971
= =

4. 1. 4 Pemilihan Bahan
Dikarenakan spline menyatu dengan poros maka bahannya adalah sama dengan bahan
untuk poros, yaitu baja jenis S 55 C-D dengan kekuatan tarik
b
t = 72 kg/mm
2
.

4. 1. 5 Pemeriksaan Kekuatan Spline
Pemeriksaan kekuatan spline dilakukan terhadap dua jenis kemungkinan kegagalan,
yaitu oleh tegangan tumbuk
t
o dan kegagalan oleh tegangan geser
g
t .


Perancangan Kopling Plat Gesek
25

4. 1. 5. 1 Pemeriksaan Terhadap Tegangan Tumbuk
Tegangan pada spline dapat diperoleh dari:

..(4.4)

dimana:
t
o = tegangan tumbuk ( kg/mm
2
)
F = gaya yang bekerja pada spline ( kg )
i = jumlah spline
L = panjang spline ( mm )
h = tinggi spline ( mm )

maka besar tegangan tumbuk yang bekerja adalah:
2
/ 523 , 0
9 , 46 3 6
34 , 442
mm kg
mm mm
kg
t
=

= o
Jika tegangan tumbuk yang bekerja (
t
o ) lebih kecil dari tegangan tumbuk izin (
t
o )
maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan tumbuk. Tegangan tumbuk
untuk bahan S 30 C yang diizinkan adalah:


Hasil diatas diperoleh harganya adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan
tegangan tumbuk kerjanya (
t t
o o < ), sehingga spline aman dari kegagalan tegangan tumbuk.


4. 1. 5. 2 Pemeriksaan Terhadap Tegangan Geser
Tegangan geser pada spline diperoleh dari:

.(4.5)

dimana:
g
t = tegangan tumbuk ( kg/mm
2
)
F = gaya yang bekerja pada spline ( kg )
i = jumlah spline
L = panjang spline ( mm )
w = lebar spline ( mm )
L h i
F
t

= o
2
/ 12
6
72
mm kg
i
b
t
= = =
o
o
L w i
F
g

= t
Perancangan Kopling Plat Gesek
26


Maka, besar tegangan geser yang bekerja adalah :
2
/ 209 , 0
9 , 46 5 , 7 6
34 , 442
mm kg
mm mm
kg
g
=

= t
Tegangan geser izin (
g
o ) lebih besar dari tegangan geser kerjanya (
g
o ), maka spline
yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan geser. Tegangan geser izin untuk bahan S
55 C-D adalah:

g
t = 0,577 x
t
o
g
t
= 0,577 x 12
g
t
= 6,924 kg/mm
2
Tegangan geser untuk bahan S 55 C-D jauh lebih besar dari tegangan geser kerjanya (
g g
t t > ), sehingga spline aman dari tegangan geser.


4. 2 Perancangan Naaf
Naaf adalah pasangan dari spline, di mana dimensinya adalah sama antara keduanya.
Tetapi, pada kondisi yang sebenarnya ada perbedaan ukuran yang kecil, meskipun analisa dan
perhitungannya sama. Perbedaan yang kecil ini akan menjadi sangat berpengaruh untuk
mesinyang memerlukan ketelitian yang tinggi atau pada mesin yang bekerja pada putaran
tinggi.
Kadang-kadang ukuran spline dan naaf disamakan dalam suatu rancangan, namun
dalam kondisi yang sebenarnya terdapat perbedaan ukuran yang sangat kecil antara spline
dan naaf. Walaupun perbedaannya adalah kecil tetapi dapat menjadi sangat berpengaruh
apabila mesin tersebut memerlukan ketelitian yang tinggi atau bekerja pada putaran tinggi.
Oleh karena pertimbangan kemungkinan putaran mesin yang tinggi, maka ukuran naaf akan
dihitung sendiri berdasarkan pada ukuran spline dalam sub bab sebelumnya.

4. 2. 1 Standar Dalam Perancangan Naaf
Standar yang digunakan dalam perancangan naaf adalah sama dengan yang digunakan
dalam perancangan spline, yaitu berdasarkan standar SAE ( Society Of Automotive
Enginering ). Simbol-simbol yang dipakai adalah:

Perancangan Kopling Plat Gesek
27

L
w
d
D
H









Gambar 4.2 Naaf

Keterangan :
D = diameter luar naaf
d = diameter dalam naaf
w = lebar gigi naaf
h = tinggi gigi naaf
L = panjang naaf
Ukuran naaf untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam standar SAE
dimana adalah sama dengan ukuran untuk ukuran spline. Ukuran-ukuran tersebut dapat
dilihat pada tabel 4-1 yang diberikan sebelumnya.

4. 2. 2 Pemilihan Naaf
Sesuai dengan spesifikasi spline yang telah ditentukan pada sub bab sebelumnya,
maka data untuk ukuran naaf adalah
h = 0,100 . D
d = 0,800 . D
w = 0,250 . D
Dari data ukuran spline yang telah diketahui, lebar gigi naaf dapat diperoleh dari:

..(4.6)
dimana :
w = lebar gigi naaf ( mm )
D
s
= diameter luar spline,dari perhitungan sebelumnya diperoleh 30 mm
w
s
= lebar spline,dari perhitungan sebelumnya diperoleh sebesar 7,5 mm
i = jumlah gigi naaf, yaitu 6 (enam) buah
i
w i D
w
s s

=
t
Perancangan Kopling Plat Gesek
28


maka:


dengan memasukkan harga w = 8,2 mm ke data diatas diperoleh:

mm
mm w
D 8 , 32
250 , 0
2 , 8
250 , 0
= = =
h = 0,100 . D = 0,100 . (32,8mm) = 3,28 mm
d = 0,800 . D = 0,800 . (32,8mm) = 26,24 mm

sedangkan panjang naaf diperoleh dari :
mm mm
mm
mm
d
D
L 52 25 , 51
) 24 , 26 (
) 8 , 32 (
2
3
2
3
~ = = = (4.7)
dan jari-jari naaf diperoleh dari:
mm mm
mm mm L D
r
m
15 76 , 14
4
24 , 26 8 , 32
4
~ =
+
=
+
= ....(4.8)


4. 2. 3 Analisa Beban

Besarnya gaya yang bekerja pada naaf diperoleh dari:
M
p
= F x r
m....(4.9)


dimana: F = gaya yang bekerja pada naaf ( kg )
M
p
= momen puntir yang bekerja pada poros, dari perhitungan
sebelumnya diperoleh sebesar 5971,702 kg.mm
r
m
= jari-jari rata naaf ( mm )
dengan memasukkan harga M
p
dan r
m
kepersamaan diatas diperoleh:
m
p
r
M
F =
kg
mm
mm kg
F 11 , 398
15
. 702 , 5971
= =



mm
mm mm
w 2 , 8
6
) 5 , 7 ( 10 ) 30 (
=

=
t
Perancangan Kopling Plat Gesek
29

4. 2. 4 Pemilihan Bahan
Bahan untuk naaf dipilih sama dengan bahan untuk poros dan spline, yaitu baja jenis
S 55 C-D dengan kekuatan tarik
2
/ 72 mm kg
b
= o .

4. 2. 5 Pemeriksaan Kekuatan Naaf
Seperti pada spline maka pemeriksaan kekuatan untuk naaf juga dilakukan terhadap
dua jenis kemungkinan kegagalan, yaitu kegagalan oleh tegangan tarik
t
o dan kegagalan oleh
tegangan geser
g
t

4. 2. 5. 1 Pemeriksaan Terhadap Tegangan Tumbuk

..(4.10)


dimana:
t
o

= tegangan tumbuk ( kg/mm
2
)
F = gaya yang bekerja pada naaf ( kg )
i = jumlah gigi naaf yaitu 6 (enam) buah
L = panjang naaf ( mm )
h = tinggi naaf ( mm )

maka besar tegangan tumbuk yang bekerja adalah:
2
/ 389 , 0
52 28 , 3 6
11 , 398
mm kg
mm mm
kg
t
=

= o


Dari perhitungan sebelumnya tegangan tumbuk izin untuk bahan S 55 C-D adalah
2
/ 12 mm kg
t
= o , dimana harganya adalah jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
tegangan tumbuk kerjanya,
t t
o o < , sehingga naaf yang direncanakan aman dari kegagalan
akibat tegangan tumbuk.




L h i
F
t

= o
Perancangan Kopling Plat Gesek
30

5. 2. 5. 2 Pemeriksaan Terhadap Tegangan Geser
Tegangan geser pada naaf diperoleh dari:

.. (4.11)

dimana:
g
t

= tegangan geser ( kg/mm
2
)
F = gaya yang bekerja pada naaf ( kg )
i = jumlah gigi naaf, yaitu 10 (sepuluh) buah
L = panjang naaf ( mm )
w = lebar gigi naaf ( mm)
maka besarnya tegangan geser yang bekerja adalah:
2
/ 155 , 0
52 2 , 8 6
11 , 398
mm kg
mm mm
g
=

= t

Dari perhitungan sebelumnya diperoleh tegangan geser izin untuk bahan S 55 C-D
adalah
2
/ 924 , 6 mm kg
g
= t dimana harganya jauh lebih besar dari tegangan geser kerjanya
(
g g
t t > ), maka naaf yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan geser.























L w i
F
g

= t
Perancangan Kopling Plat Gesek
31

b
1
2 a
BAB V
PERANCANGAN PLAT GESEK

Plat gesek berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari flywheel (roda penerus)
ke poros yang digerakkan. Transmisi daya dan putaran ini terjadi melalui gesekan antara
flywheel dengan plat gesek yang ditekan oleh plat penekan. Berikut adalah sketsa plat gesek
yang akan dirancang beserta simbol yang digunakan :













Gambar 5.1 Plat Gesek

Keterangan :
D = diameter luar plat gesek
d = diameter dalam plat gesek
a = tebal plat gesek
b = lebar plat gesek


5. 1 Pemilihan Bahan
Koefisien gesekan u antara berbagai permukaan diberikan pada tabel 5.1. Harga-
harga koefisien gesekan dalam tabel tersebut ditentukan dengan memperhitungkan keadaan
bidang gesek yang sudah agak menurun gesekannya karena telah terpakai beberapa waktu,
serta didasarkan atas harga tekanan yang diizinkan yang dianggap baik.

Perancangan Kopling Plat Gesek
32

Tabel 5.1. Koefisien gesek antara berbagai permukaan beserta tekanan yang diizinkan
Bahan Permukaan Kontak

u
P
a
( kg/mm
2
)
Kering Dilumasi
Besi cor dan besi cor 0,10-0,20 0,08-0,12 0,09-0,17
Besi cor dan perunggu 0,10-0,20 0,10-0,20 0,05-0,08
Besi cor dan asbes 0,35-0,65 - 0,007-0,07
Besi cor dan serat 0,05-0,10 0,05-0,10 0,005-0,03
Besi cor dan kayu - 0,10-0,35 0,02-0,03
(Sumber: Sularso,Kiyokatsu Suga,2004 Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin hal 63 )

Untuk perancangan plat gesek ini digunakan bahan asbes yang berpasangan dengan
besi cor sebagai bahan flywheel dan plat penekan. Alasan untuk pemakaian asbes dan besi cor
adalah asbes mempunyai daya tahan terhadap temperatur yang sangat tinggi, yaitu sampai
sekitar 200
o
C. Pasangan asbes dan besi cor mempunyai koefisien gesek yang besar.
Sesuai dengan tabel 5.1. koefisien gesek dan tekanan yang diizinkan untuk bahan
asbes dan besi cor pada kondisi kering adalah:
65 , 0 35 , 0 = u : diambil harganya = 0,5

2
/ 07 , 0 007 , 0 mm kg P
a
= : diambil harganya = 0,0385 kg/mm
2


5. 2 Analisa Gaya dan Momen Gesek
Tekanan pada bidang plat gesek tidak terbagi rata pada seluruh permukaan, makin
jauh dari sumbu poros tekanannya makin kecil. Jika tekanan rata-rata pada bidang gesek
adalah P, maka besar gaya yang menimbulkan tekanan dan momen gesekan yang bekerja
pada seluruh permukaan gesek berturut-turut dirumuskan sebagai :

(5.1)

(5.2)
dimana:
F = gaya yang menimbulkan tekanan pada plat gesek (kg)
M
g
= momen gesek yang bekerja pada plat gesek (kg.mm)
D = diameter luar plat gesek (mm)
d = diameter dalam plat gesek (mm)
P = tekanan rata-rata pada bidang gesek,besarnya adalah 0,0385 kg/mm
2
.
( ) P d D F =
2 2
4
t
( )
4
d D
F M
g
+
= u
Perancangan Kopling Plat Gesek
33

u = koefisien gesekan antara permukaan plat gesek dengan flywheel/plat
penekan, besarnya adalah 0,5.

Karena bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros hanya mempunyai
pengaruh yang kecil saja pada pemindahan momen, maka besarnya perbandingan d/D jarang
lebih kecil dari 0,5.
Untuk mencari harga d/D, maka plat gesek dianggap terdiri dari dua buah lingkaran,
yang pertama adalah lingkaran besar dianggap seperti cincin dengan rumus pendekatan
momen inersia:
4
t d
I
3
po
t
=
, sedangkan lingkaran yang kedua adalah lingkaran biasa dengan
momen inersia
64
d 5
I
4
pk
t
=
. Keduanya mempunyai titik pusat yang sama maka berlaku:



dimana: t = D d
maka:

( )
64
d 5
4
d D d
4 3
t
=
t


1
d
D
=
16
5


d
D
=
16
21
atau 761 , 0
21
16
D
d
= =
Untuk perancangan plat gesek ini perbandingan d/D diambil 0,7. Dengan
memasukkan harga-harga yang diketahui kepersamaan diatas maka diperoleh gaya F yang
dinyatakan dalam D sebesar:




Selanjutnya dengan memasukkan persamaan gaya diatas kepersamaan momen gesek
maka diperoleh:



64
5
4
4 3
d t d
I I
pk po
t t
=
~
( ) P D D F =
2 2
) 7 , 0 (
4
t
( )
2 2 2
0154 , 0 0385 , 0 49 , 0 (
4
D D D F = =
t
( )
4
7 , 0
0154 , 0 5 , 0
2
D D
D M
g
+
=
3
0032725 , 0 D M
g
=
Perancangan Kopling Plat Gesek
34

5. 3 Penentuan Ukuran Plat Gesek
Agar daya dan putaran dapat ditransmisikan, maka momen gesek M
g
harus lebih
besar atau sama dengan momen puntir M
p
yang dikerjakan poros. Momen puntir M
p
yang
diperoleh dari perhitungan bab sebelumnya sebesar 19116,84 kg.mm, sehingga diperoleh:


D

Dalam perancangan plat gesek ini diameter luar plat gesek D diambil sebesar 139 mm,
dengan memasukkan harga ini ke data yang telah diketahui diatas diperoleh:
D = 122 mm
d = 0,7 D = 0,7 x 122 mm = 85,4 mm
mm mm
mm mm d D
b 18 3 , 18
2
4 , 85 122
2
~ =

=
Dari hasil perhitungan diatas, maka harga F dan Mg dapat dicari:



Untuk menentukan tebal plat gesek yang sesuai, terlebih dahulu perlu diketahui
besarnya daya yang hilang akibat gesekan, yang mana dapat dipeoleh dari :

..(5.3)

dimana:
P
g
= daya yang hilang akibat gesekan (kW)
M
g
= momen gesek yang bekerja pada plat gesek ( kg.mm )
n = kecepatan sudut, dari data brosur pada lampiran 1 yakni = 6000 rpm
t = waktu penyambungan kopling, diambil t = 0,3 detik
z = jumlah kerja tiap jam atau jumlah penyambungan dan pemutusan tiap jam,
direncanakan 80 kali/jam.

Dengan memasukkan harga-harga yang diketahui maka diperoleh:


p g
M M >
702 , 5971 0032725 , 0
3
> D
mm mm 122 20 , 121 ~ >
mm kg D Mg
kg D F
. 362 , 9542 ) 122 ( 0032725 , 0 0032725 , 0
213 , 229 ) 122 ( 0154 , 0 0154 , 0
3 3
2 2
= = =
= = =
3600 10 74 , 9
5


=
z t n M
P
g
g
3600 10 74 , 9
150 3 , 0 ) 2700 ( 362 , 9542
5


=
g
P
Perancangan Kopling Plat Gesek
35

P
g
= 0,205 kW
P
g
= 0,274 hp

Selanjutnya tebal plat gesek dapat diperoleh dari:

..(5.4)

dimana :
a = tebal plat gesek (cm)
L
p
= lama pemakaian plat gesek, direncanakan 1000 jam
P
g
= daya yang hilang akibat gesekan ( hp )
A
g
= luas bidang gesek dari plat gesek, yaitu:


=
= 5958,8094 mm
2

= 59,588 cm
2

W
k
= kerja yang menyebabkan kerusakan, untuk bahan asbes dan besi cor harganya
berkisar antara 5 8 hp jam/cm
3
, dalam perencanaan ini diambil sebesar 8
hp jam/cm
3
.

Maka tebal plat gesek yang direncanakan adalah:


a = 0,57 cm
a = 5,7 mm







k g
g p
W A
P L
a

=
( )
2 2
4
d D A
g
=
t
( )
2 2
4 , 85 122
4

t
3 2
/ . 8 588 , 59
274 , 0 1000
cm jam hp cm
Hp
a

=
Perancangan Kopling Plat Gesek
36

L
o
d
D
F
L
F
BAB VI
PERANCANGAN PEGAS

6. 1 Pegas Kejut
Perancangan pegas kejut biasanya berhubungan dengan gaya, momen torsi, defleksi,
dan tegangan yang dialami oleh pegas. Pegas kejut banyak kegunaannya dalam konstruksi
mesin, yakni sebagai pengontrol getaran. Khusus pada perancangan ini, pegas kejut
digunakan untuk meredam kejutan pada saat kopling terhubung. Pegas kendaraan dapat
berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan dan meredam getaran yang terjadi. Pegas
yang dimaksudkan disini adalah pegas kejut pada plat gesek. Pegas kejut ini berfungsi untuk
mengontrol gerakan dan menyimpan energi. Pegas kejut ini dibuat dari kawat baja tarik keras
yang dibentuk dingin atau kawat yang ditemper dengan minyak.













Gambar 6.1 Pegas Kejut

Keterangan :
D = diameter pegas
d = diameter penampang pegas
L
0
= panjang pegas pada operasi normal
L = panjang pegas pada pembebanan maksimum



Perancangan Kopling Plat Gesek
37

6. 1. 1 Analisa Gaya
Jumlah pegas kejut direncanakan 4 buah dan jarak dari pusat poros adalah 45 mm.
Besar gaya tekan yang bekerja :

=
R i
M

.(6.1)
=
mm
mm kg
45 4
. 701 , 5971

=33,176 kg
Direncanakan terlebih dahulu, kemudian diperiksa apakah aman terhadap tegangan
gesernya, jika taksiran awal belum memenuhi maka dihitung kembali, namun jika taksiran
awal sudah baik maka nilai-nilai dalam perencanaan dapat digunakan :
(lendutan) = 7 mm
(diameter) = 16 mm
Dimisalkan d (diameter penampang pegas) sebesar 4 mm, maka :
4
4
16
= = =
d
D
c

Syarat c sudah terpenuhi karena nilai c pada pegas kejut berkisar 4 sampai dengan 10.
Lalu kita peroleh faktor tegangan Wahl (k) dengan persamaan :

c c
c
k
615 , 0
4 4
1 4
+

=

Maka diperoleh :

403 , 1
4
615 , 0
4 ) 4 ( 4
1 ) 4 ( 4
= +

= k

6. 1. 2 Pemilihan Bahan
Bahan pegas kejut ini dipilih baja karbon jenis SUS 302 WPA dengan kekuatan tarik
mulur (yield strength)/ tegangan maksimum sebesar 145

yang diperoleh dari tabel


halaman 341 buku Sularso dan Kiyokatsu Suga Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin.

2
145
mm
kg
y
= t
, untuk kerja ringan maka tegangan izin digunakan sebesar :
2
667 , 96
5 , 1
145
5 , 1
mm
kg y
a
= = =
t
t
.
Perancangan Kopling Plat Gesek
38

Dan tegangan dianggap mengalami beban berulang sehingga direncanakan menjadi
lebih kecil dari tegangan izin sebelumnya, yaitu :


=
= 77, 333


6. 1. 3 Analisa Tegangan Geser
Tegangan geser diperoleh melalui persamaan :
3
8
.
d
F D
k
p
g


=
t
t

Dimana :
D = diameter rata-rata pegas (16 mm)
F
p
= gaya yang dialami tiap pegas (33,176 kg)
d = diameter penampang pegas (4 mm)
c = indeks pegas
k = faktor tegangan Wahl (1,403)

Maka diperoleh :
2
3
647 , 29
) 4 (
176 , 33 16 8
. 403 , 1
mm
kg
mm
kg mm
g
=


=
t
t
Tegangan kerja diperoleh dan ternyata lebih kecil dari tegangan izin rencana ( t t <
g
)
sehingga konstruksi aman dan harga-harga pada taksiran sebelumnya dapat digunakan.


6. 1. 4 Penentuan Ukuran
Perhitungan sebelumnya, konstruksi dinyatakan aman sehingga telah didapatkan
beberapa harga sebagai berikut :
D = 16 mm
d = 4 mm

= 7 mm


a
t t = 8 , 0
) 667 , 96 ( 8 , 0
2
mm
kg
Perancangan Kopling Plat Gesek
39

Dapat dihitung banyaknya lilitan dengan persamaan sebagai berikut :

G d
F D n
k
p


=
4
3
8
. o

Dimana, G
baja
= 8 x 10
3
kg.mm
-2

399 , 9
. 10 . 8 ) 4 (
176 , 33 ) 16 ( 8
. 7
2 3 4
3
=


=

n
mm kg mm
mm n
k mm

Diambil n
1
= 9 lilitan.

Maka lendutan yang sebenarnya terjadi sebesar :

n
n
taksir
1
= o o

Dimana :

= 7 mm
n
1
= 9 lilitan
n = 9,399 lilitan
diperoleh :

702 , 6
399 , 9
9
7 = = o


Dan konstanta pegas diperoleh dari :

o
p
F
k =

Dimana : F
p
= gaya yang bekerja pada tiap pegas (33,176 kg)

= lendutan/defleksi (6,702 mm)

mm
kg
kg
k 950 , 4
702 , 6
176 , 33
= =

Panjang pegas dapat dicari dengan persamaan :
H
c
= (n+1,5) x d
Dimana :
n = jumlah lilitan (9)
d = diameter penampang pegas (4 mm)

Perancangan Kopling Plat Gesek
40

H
c
= (9+1,5) x 4 mm
= 42 mm

Hasil perancangan ini ditulis sebagai berikut :
D = 16 mm
d = 4 mm
n = 9 lilitan
= 6,702 mm
k = 4,950


H
c
= 42 mm



6. 2 Pegas Matahari
Pegas matahari berfungsi untuk menarik plat penekan dalam arah menjauhi plat gesek
untuk pemutusan hubungan, hal ini akan menyebabkan plat gesek dalam keadaan bebas
diantara plat penekan dan flywheel, sehingga daya dan putaran dari flywheel tidak lagi
diteruskan ke poros yang digerakkan.
Prinsip kerja pegas matahari tidak sama dengan pegas spiral, dimana terjadinya
defleksi pada pegas ini adalah sama seperti sistem kantilever beam, yakni apabila gaya
diberikan pada salah satu ujungnya.


Gambar 6.2 Pegas Matahari


D
L
1

L
2

h
Perancangan Kopling Plat Gesek
41

Keterangan :
D = diameter pegas
d = diameter penampang pegas
h = tebal pegas
L
1
= panjang daun pegas
L
2
= panjang daerah pengungkit


6. 2. 1 Analisa Gaya
Ketika sensor memberikan sinyal ke CPU, dan diteruskan ke actuator, dan dari
actuator akan diberikan perintah untuk menggerakkan bantalan pembebas yang akan
menekan bagian dalam pegas matahari dan menarik plat penekan menjauhi flywheel.
Diagramnya adalah sebagai berikut:



Gambar 6.3 Diagram gaya-gaya yang bekerja pada pegas matahari

Gambar (a): Pegas matahari beroperasi dalam keadaan normal (kopling dalam keadaaan
terhubung) dan daya yang bekerja pada pegas adalah gaya Fp yang berasal dari pegas itu
sendiri yang diimbangi oleh gaya Fr yang dihasilkan oleh flywheel.

Gambar (b): Bantalan pembebas menekan pegas dengan gaya Fr, dimana gaya ini akan
menimbulkan reaksi Fr dan menarik plat penekan dengan memberi gaya yang berlawanan
arah dengan gaya dari plat tekan sebesar Fp.
Fp Fr
Fr
Fp
Fp
Fr
Ft
Ft
Fr
Fp
Perancangan Kopling Plat Gesek
42


Dengan menyamakan ukuran pegas matahari pada ukuran plat gesek yang telah
dihitung pada bab V, dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
L
1
= 31 mm
L
2
= 18 mm
M=0
Fpx L
2
-Ft x L
1
=0, maka
1
2
'
L
L Fp
Ft

=
Dimana:
Ft = gaya tekan yang dikerjakan oleh bantalan pembebas (kg)
Fp= gaya yang diperlukan untuk melawan gaya tekan pegas yaitu Fp=2Fp
Fp = gaya yang menimbulkan tekanan pada plat gesek, dari perhitungan pada bab V
diperoleh Fp = 229,21 kg
Maka Fp= 2 x 229,21 kg = 458,42 kg

Besar Ft diperoleh sebesar:
kg
mm
mm kg
Ft 179 , 266
31
18 42 , 458
=

=
Gaya yang menekan masing-masing daun pegas adalah :


Dimana n adalah jumlah daun pegas yang direncanakan sebanyak 12 buah sehingga:


6. 2. 2 Pemilihan Bahan
Pegas matahari dapat dipilih kawat baja SUP4 berkekuatan = 115 kg/ mm
2
.
Sedangkan modulus elastisitasnya E = 207 GPa = 2,112 x 10
10
kg/mm
2
. Bahan ini cocok
karena kekuatan tarik dan modulus elstisitasnya yang tinggi sehingga pegas tidak akan
mengalami deformasi plastis maupun fracture pada saat mengalami beban yang diberikan
bantalan pembebas.




n
Ft
Ft =
kg Ft 181 , 22
12
179 , 266
= =
Perancangan Kopling Plat Gesek
43

6. 2. 3 Penentuan Ukuran
Defleksi dari pegas matahari diperoleh dari:

.(6.4)

Dengan
2
merupakan jarak pindah antara plat gesek dengan plat penekan saat
kopling tidak terhubung. Jarak ini direncanakan sejauh 5 mm, supaya poros terhubung lebih
cepat. Sehingga defleksi
1
adalah:


Dan tebal pegas matahari (h) diperoleh dari :


Dimana:
h = tebal pegas matahari (mm)
Ft = gaya tekan tiap daun pegas matahari sebesar 22,181 kg

1
= 8,611 mm
Maka diperoleh harga tebal pegas matahari minimal:



Dan direncanakan tebal pegasnya adalah 4 mm sehingga lebarnya dapat dihitung:
b = 4h
= 4 x 2,074 = 8,296 mm

6. 2. 4 Pemeriksaan Kekuatan Pegas
Tegangan tarik yang terjadi pada pegas matahari dapat dihitung dari:


Dari perhitungan diatas terlihat bahwa

<

, maka pegas matahari ini aman


digunakan untuk perancangan ini, khususnya untuk tegangan tarik.



2
2 1
1
L
L o
o

=
mm 611 , 8
18
5 31
1
=

= o
1
3
1 4
. 2 o

=
E
L Ft
h
mm h
mm mm kg
mm kg
h
074 , 2
611 , 8 / 10 207 . 2
) 31 ( 181 , 22
2 9
3
4
=


=
2
2 2
2
/ 130 , 67
) 074 , 2 ( 296 , 8
18 181 , 22 6 6
mm kg
mm mm
mm kg
h b
L Ft
t
=


= o
Perancangan Kopling Plat Gesek
44

1
5
3
2
4
7
6
BAB VII
PERANCANGAN PAKU KELING

Konstruksi plat gesek dan naaf digunakan paku keling pada tiga sambungannya,
antara lain :
1. Sambungan lempengan gesek (yang terbuat dari asbes) dengan lingkar pembawanya.
2. Sambungan lingkar pembawa pada plat gesek dengan plat pembawa.
3. Sambungan plat pembawa dengan naaf.
Ukuran dan bahan paku keling untuk ketiga sambungan tersebut akan diranv\cang
pada bagian berikut :











Gambar 7.1 Susunan paku keling

Keterangan :
1. lempengan gesek
2. paku keling untuk sambungan lempengan gesek dengan lingkar pembawa
3. lingkar pembawa
4. paku keling untuk sambungan lingkar pembawa dengan plat pembawa
5. plat pembawa
6. paku keling untuk sambungan plat pembawa dengan naaf
7. naaf



Perancangan Kopling Plat Gesek
45

7. 1 Paku Keling untuk Sambungan Lempengan Gesek dengan Lingkar Pembawa
Paku keling ini berfungsi untuk mencegah terjadinya slip antara lempengan gesek
dengan lingkaran pembawa yang mana akan mengurangi momen puntir yang diteruskan dari
flywheel yang akan menimbulkan kerugian. Jumlah paku keling yang digunakan adalah 16
buah, yang dipasang di tengah lempengan gesek untuk jarak radial r
1
dan dengan jarak
interval yang sama pada keliling jarak radial tersebut.

7. 1. 1 Analisa Gaya
Gaya yang bekerja pada setiap paku keling adalah:

.(7.1)

Dimana:
F
1
= gaya yang bekerja pada tiap paku keling (kg)
Mp = momen puntir yang ditransmisikan yaitu sebesar 5971,701 kg.mm
n
1
= jumlah paku keling yaitu 16 buah
r
1
= jarak paku keling ke sumbu poros, yaitu

.(7.2)

Dimana: D= diameter luar plat gesek = 122 mm
d = diameter dalam plat gesek = 85,4 mm
mm
mm mm
r 85 , 51
4
4 , 85 122
1
=
+
=
Dengan memasukkan harga-harga yang diketahui diperoleh
kg
mm x
mm kg
F 198 , 7
85 , 51 16
. 702 , 5971
1
= =
Untuk bahan paku keling dalam perancangan ini dipilih baja tipe SAE/AISI 1010
yang dirol panas (hot rolled) dengan kekuatan tarik (tensile yield strength) S
y
= 1,83 kg/mm
2
.
Maka kekuatan geser (shear yield strength) adalah :
Sys = 0,577 x Sy (Sumber : Sularso,1994)
= 0,577 x 1,83 kg/mm
2
= 1,05591 kg/mm
2



1 1
1
.r n
Mp
F =
4
1
d D
r
+
=
Perancangan Kopling Plat Gesek
46

7. 1. 2 Penentuan Ukuran
Tegangan geser yang timbul akibat gaya F
1
adalah



Dimana:

1
= tegangan geser yang timbul (kg/mm
2
)
F
1
= gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
A
1
= luas penampang paku keling (mm
2
)
d
1
= diameter paku keling (mm)



Untuk menjaga keamanan konstruksi, tegangan geser kerja
1
harus lebih kecil atau
sama dengan kekuatan geser Sys, sehingg :

1
S
ys

2
1
584 , 4
d

1,056
d
1
2
4,341 mm
2
d
1
2,08 mm
Dengan mempertimbangkan keamanan konstruksi, maka diameter paku keling
diambil d
1
= 3 mm.

7. 2 Paku Keling untuk Sambungan Lingkaran Pembawa dengan Plat Pembawa
Paku keling ini berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari plat gesek ke plat
pembawa dan selanjutnya ke naaf dan poros yang digerakkan. Jumlah paku keling yang
digunakan adalah 8 buah, yang dipasang di antara diameter dalam plat gesek dan diameter
luar plat pembawa (sama dengan diameter luar naaf) dengan jarak ke sumbu poros sebesar r
2
,
dan dengan interval yang sama pada keliling jarak radial tersebut.

7. 2. 1 Analisa Gaya
Gaya yang bekerja pada tiap paku keling adalah :

(7.3)
2
1
1
1
1
1
4
2
2
d
F
A
F

=

=
t
t
2
2
1
2
1
1
/
584 , 4
4
2
198 , 7
mm kg
d
d
=

=
t
t
2 2
2
.r n
Mp
F =
Perancangan Kopling Plat Gesek
47


Dengan jumlah paku keling n
2
= 8 buah. Jarak r
2
yang merupakan jarak paku keling
ke sumbu poros diperoleh dari :

(7.4)

Dimana:
r
2
= jarak paku keling ke sumbu poros
D
n
= Diameter luar naaf, dari perhitungan pada bab IV sebesar 32,8 mm
d
g
= diameter dalam plat gesek, dari perhitungan pada bab 6 sebesar 85,4 mm
b
n
= tebal naaf, yaitu sebesar 8,2 mm

Maka:



Sehingga:


Bahan untuk kedelapan paku keling ini dipilih sama dengan paku keling sebelumnya,
yaitu baja tipe SAE/AISI 1010 yang dirol panas (hot rolled) dengan kekuatan tarik (tensile
yield strength)
S
y
= 1,83 kg/mm
2
dan kekuatan geser (shear yield strength)
S
ys
= 1,056 kg/mm
2
. (Sumber : Sularso,1994)

7. 2. 2 Penentuan Ukuran
Tegangan geser yang timbul akibat gaya F
2
adalah:



Perbandingan dengan kekuatan geser S
ys
adalah

2
S
ys
2
2
296 , 6
d
1,056
bn
dg Dn
r . 2
4
2
+
+
=
mmmm mm
mm mm
r 5 , 75 ) 2 , 8 ( 2
4
4 , 85 8 , 32
2
= +
+
=
kg
mm
mm kg
F 866 , 9
5 , 75 8
. 702 , 5971
2
=

=
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
/
296 , 6
2
866 , 9
4
2
2
mm kg
d d
kg
d
F
A
F
=

=

=

=
t
t
t
Perancangan Kopling Plat Gesek
48

d
2
2
5,962
d
2
2,44 mm
Dengan mempertimbangkan keamanan, maka diameter paku keling (d
2
) diambil 3
mm.

7. 3 Paku Keling untuk Sambungan Plat Pembawa dengan Naaf
Paku keling ini berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari plat pembawa ke naaf
dan poros yang digerakkan. Jumlah paku keling yang digunakan adalah 4 buah, yang
dipasang pada jarak ke sumbu poros sebesar r
2
, dan dengan interval yang sama pada keliling
jarak radial tersebut.

7. 3. 1 Analisa Gaya
Gaya yang bekerja pada tiap paku keling adalah :

.(7.5)

Dengan jumlah paku keling n
3
= 4 buah dan jarak r
3
yang merupakan jarak paku
keling ke sumbu poros direncanakan sejauh 30 mm, maka diperoleh :



Bahan untuk keempat paku keling ini dipilih sama dengan paku keling sebelumnya,
yaitu baja tipe SAE/AISI 1010 yang dirol panas (hot rolled) dengan kekuatan tarik (tensile
yield strength)
S
y
= 1,83 kg/mm
2
dan kekuatan (shear yield strength)
S
ys
= 1,056 kg/mm
2
. (Sumber : Sularso,1994 )

7. 3. 2 Penentuan Ukuran
Tegangan geser yang timbul akibat gaya F
3
adalah:




Perbandingan dengan kekuatan geser S
ys
memberikan :
3 3
3
r n
Mp
F

=
kg
mm
mm kg
F 764 , 49
30 4
. 702 , 5971
3
=

=
2
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
/
696 , 31
2
764 , 49
4
2
2
mm kg
d
d d
F
A
F
=

=

=

=
t t
t
Perancangan Kopling Plat Gesek
49


3
S
ys

2
3
696 , 31
d

1,056
d
3
2
30,015
d
3
5,47 mm
Dengan mempertimbangkan keamanan, maka diameter paku keling (d
3
) diambil 6 mm.
Perancangan Kopling Plat Gesek
50

BAB VIII
PERANCANGAN BAUT

Konstruksi kopling plat gesek pada traktor digunakan tiga jenis baut pengikat, yaitu:
1. Baut pengikat poros penggerak dengan flywheel
2. Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan
3. Baut pengikat flywheel dengan penutup (cover) kopling.
Perancangan dari ketiga jenis baut tersebut akan diuraikan dalam bagian berikut.

8. 1 Baut Pengikat Poros Penggerak dengan Flywheel

Gambar 8.1. Baut pengikat poros penggerak dengan flywheel
Keterangan :
1. poros penggerak
2. baut pengikat poros penggerak dengan flywheel
3. flywheel
Jumlah baut yang dipakai pada ikatan poros penggerak dengan flywheel ini adalah 6
buah. Prosedur perancangan untuk baut ini meliputi: analisa gaya, analisa tegangan,
pemilihan bahan, dan penentuan ukuran baut.

8. 1. 1 Analisa Gaya
Gaya yang bekerja pada tiap baut adalah gaya geser yang besarnya diperoleh dari:

...(8.1)
1 1
p
1
M
F
R n
=
Perancangan Kopling Plat Gesek
51

dimana:
F
1
= gaya yang bekerja pada tiap baut (kg)
M
p
= momen puntir yang diteruskan dari poros, yaitu sebesar 5971,702 kgmm
n
1
= jumlah baut, yaitu 6 buah
R
1
= jarak sumbu baut ke sumbu poros, yaitu direncanakan sebesar 50 mm
Maka :



8. 1. 2 Analisa Tegangan
Pada baut terjadi tegangan geser yang besarnya dapat ditentukan dari persamaan :

....(8.2)

di mana: t
1
= tegangan geser yang bekerja (kg/mm
2
)
F
1
= gaya yang bekerja, yaitu 19,905 kg
d
1
= diameter baut (mm)

maka diperoleh :



Bahan untuk baut dipilih dari baja ST 24 dengan kekuatan tarik (tensile yield
strength) S
y
= 5,25 kg/mm
2
, (Sumber : Sularso,1994) maka kekuatan geser (shear yield
strength) adalah :






8. 1. 3 Penentuan Ukuran
Agar konstruksi baut aman maka harus dipenuhi :
kg 19,905
mm 50 6
kg.mm 5971,702
F1
=

=
2
1
1
1
4
F

d
=
t
t
2
2
1
2
1
1
/
25,357

4
19,905

mm kg
d
d
=

=
t
t
2
y ys
kg/mm 3,029
5,25 0,577
S 0,577 S
=
=
=
Perancangan Kopling Plat Gesek
52







Dalam perencanaan ini diambil harga diameter baut sebesar d
1
=4 mm.

8. 2 Baut Pengikat Pegas Matahari dengan Plat Penekan

Gambar 8.2. Baut pengikat poros penggerak dengan plat penekan
Keterangan :
1. plat penekan
2. baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan
3. pegas matahari

Jumlah baut yang dipakai untuk ikatan pegas matahari dengan plat penekan adalah 6
buah. Prosedur perancangan untuk baut ini meliputi: analisa gaya untuk gaya geser dan gaya
tarik, analisa tegangan berupa tegangan geser dan tegangan tarik, pemilihan bahan, dan
penentuan ukuran baut.

8. 2. 1 Analisa Gaya
Gaya yang bekerja pada baut ini ada dua, yaitu gaya geser akibat momen puntir dan
gaya tarik akibat tarikan pegas matahari terhadap plat penekan saat pedal kopling ditekan.
Besar dari kedua gaya ini dapat diperoleh dari:
mm 2,89 d
8,371
3,029
25,357
S
1
2
1
2
1
ys 1
>
>
s
s
d
d
t
Perancangan Kopling Plat Gesek
53



..(8.3)

di mana: F
g2
= gaya gesek yang bekerja pada tiap baut (kg)
M
p
= momen puntir yang diteruskan, yaitu sebesar 5971,702 kgmm
n
2
= jumlah baut, yaitu 6 buah
R
2
= jarak sumbu baut ke sumbu poros, yaitu direncanakan sebesar 70 mm
Dengan memasukkan harga-harga yang diketahui diperoleh:




8 .2. 2 Analisa Tegangan
Tegangan geser yang terjadi pada baut diperoleh dari :



maka besarnya adalah:





Bahan untuk baut ini dipilih sama dengan baut sebelumnya, yaitu baja ST 24 dengan
kekuatan tarik (tensile yield strength) S
ys
= 5,25 kg/mm
2
maka kekuatan geser (shear yield
strength) adalah :
(Sumber : Sularso,1994)



8. 2. 3 Penentuan Ukuran
Agar konstruksi aman maka harus dipenuhi :
2
2
g2
2
d
4
F

=
t
t
2
y ys
kg/mm 3,029
5,25 0,577
S 0,577 S
=
=
=
2 2
2
R n
M
F
p
g

=
kg
mm
mm kg
F
g
218 , 14
70 6
. 702 , 5971
2
=

=
2
2
2
2
2
2
2
/
112 , 18
4
218 , 14
mm kg
d
d
kg
=

=
t
t
t
Perancangan Kopling Plat Gesek
54






Dari hasil yang diperoleh diambil harga diameter d
2
= 4 mm.

8. 3 Baut Pengikat Flywheel dengan Penutup Kopling

Gambar 8.3. Baut pengikat flywheel dengan penutup kopling

Keterangan :
1. flywheel
2. baut pengikat flywheel dengan penutup kopling
3. penutup kopling

Jumlah baut yang dipakai pada ikatan flywheel dengan penutup kopling adalah
sebanyak 6 buah. Prosedur perancangan untuk baut ini adalah sama dengan prosedur
perancangan untuk baut pengikat poros penggerak dengan flywheel pada bagian 8.1.
.
8. 3. 1 Analisa Gaya
Gaya geser yang bekerja pada tiap baut diperoleh dari:

(8.4)

n
3
adalah jumlah baut, yaitu 6 buah ; serta R
3
adalah jarak sumbu baut ke sumbu
poros, yaitu direncanakan sebesar 110 mm.

3 3
p
3
R n
M
F

=
mm d
mm d
d
S
ys
44 , 2
97 , 5
029 , 3
112 , 18
2
2 2
2
2
2
2
>
>
s
s t
Perancangan Kopling Plat Gesek
55

Maka harga F
3
adalah


8. 3. 2 Analisa Tegangan
Besar tegangan geser yang terjadi adalah





Bahan untuk baut ini juga sama dengan kedua baut sebelumnya, yaitu baja ST 24
dengan kekuatan tarik (tensile yield strength) dan kekuatan geser (shear yield strength)
sebagai berikut :
(Sumber : Sularso,1994)


8. 3. 3. Penentuan Ukuran
Agar konstruksi aman maka harus dipenuhi





Dalam perencanaan ini diambil harga diameter baut sebesar d
3
= 3 mm.










mm 95 , 1 d
3,805mm d
3,029
d
11,526
S
3
2 2
3
2
3
ys 3
>
>
s
s t
kg
mm
mm kg
F 048 , 9
110 6
. 702 , 5971
3
=

=
2
3
2
3
3
2
3
3
3
526 , 11
4
048 , 9
4
d
d
d
F
=

=
t
t
t
t
2
y ys
kg/mm 3,029
5,25 0,577
S 0,577 S
=
=
=
Perancangan Kopling Plat Gesek
56

BAB IX
PERANCANGAN BANTALAN

Bantalan berfungsi untuk menumpu poros berbeban. Sehingga gerakan bolak balik
atau putaran poros tersebut dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang umur.
Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja
dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan
menurun atau tak dapat bekerja secara semestinya.

Konstruksi pada kopling plat gesek traktor ini digunakan dua jenis bantalan, adapun
bantalan yang dipakai antara lain :
1. Bantalan pendukung poros, berupa bantalan bola radial untuk menahan poros pada
tempatnya.
2. Bantalan pembebas (release bearing), berupa bantalan bola aksial untuk menekan pegas
matahari saat pedal kopling ditekan.

9. 1 Bantalan Pendukung Poros
Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros adalah bantalan bola radial beralur
dalam baris tunggal (single row deep groove radial ball bearing), sebanyak dua buah,
masing-masing pada kedua ujung poros. Sketsa bantalan pendukung poros ini beserta
komponen-komponen lain yang terhubung dengannya ditunjukkan pada gambar berikut.












Gambar 9.1Bantalan pendukung poros
Perancangan Kopling Plat Gesek
57

N N N V W =p
9. 1. 1 Analisa Gaya
Diagram benda bebas untuk gaya-gaya yang bekerja pada poros dan kedua bantalan
pendukungnya diberikan dalam gambar berikut.













Gambar 9.2 Diagram analisa gaya

- W
N
= berat naaf
(9.1)
Dimana: p
N
= massa jenis bahan naaf, untuk bahan baja S 55 C-D besarnya adalah 7,8 x
10
-6
kg/mm
3

V
N
= volume naaf, yaitu

..(9.2)

Untuk : D
N
= diameter luar naaf = 32,8 mm
d
N
= diameter dalam naaf = 26,24 mm
L
N
= panjang naaf = 52 mm
maka :


Maka berat naaf adalah


N
2
N
2
N N L ) d - (D
4
V =
t
( ) ( )
3
2 2
N
mm 9 15.809,683
52 ) 26,24mm - 32,8mm (
4
V
=
= mm
t
kg 0,123
6839 , 809 . 15 / 10 7,8 W
3 3 -6
N
=
= mm mm kg
Perancangan Kopling Plat Gesek
58

L
2
L
2
L L b ) d - (D
4
V =
t
- W
G
= berat plat gesek

.(9.3)
Dimana :
p
L
= massa jenis bahan lingkar pembawa, untuk bahan S 55 C-D besarnya adalah 7,2 x
10
-6
kg/mm
3

V
L
= volume lingkar pembawa, yaitu

(9.4)

untuk : D
L
= diameter luar lingkar pembawa = 122 mm
d
L
= diameter dalam lingkar pembawa = 42 mm
b
L
= tebal lingkar pembawa = 3 mm
maka :




p
g
= massa jenis bahan lempeng gesek, untuk bahan asbes besarnya adalah 3,4 x 10
-6

kg/mm
3
V
g
= volume lempeng gesek, yaitu :

.(9.5)

untuk : D
g
= diameter luar lempeng gesek = 122 mm
d
g
= diameter dalam lempeng gesek = 85,4 mm
b
g
= tebal lempeng gesek = 5,7 mm
maka :



Maka berat plat gesek adalah :



g g L L
G
V V
gesek lempeng berat pembawa lingkar berat W
+ =
+ =
p p
g
2
g
2
g g b ) d - (D
4
V =
t
( ) ( ) ( )
3
2 2
6 , 897 . 30
3 42 122
4
mm V
mm mm mm V
L
L
=
=
t
( ) ( ) ( )
3
2 2
2135 , 965 . 33
7 , 5 4 , 85 122
4
mm V
mm mm mm V
g
g
=
=
t
( ) ( )
kg W
mm mm kg mm mm kg W
g
g
337 , 0
2135 , 965 . 33 / 10 4 , 3 6 , 897 . 30 / 10 2 , 7
3 3 6 3 3 6
=
+ =

Perancangan Kopling Plat Gesek
59

P P P V W = p
P
2
P P L d
4
V =
t
- W
P
= berat poros
...(9.6)

Dimana :
p
P
= massa jenis bahan poros, untuk bahan baja S 55 C-D besarnya adalah 7,8 x 10
-6

kg/mm
3
.
V
P
= volume poros, yaitu :
(9.7)
Untuk : d
P
= diameter poros = 24 mm
L
P
= panjang poros = 200 mm
Maka :



Maka berat poros adalah :



- R
A
= gaya reaksi pada bantalan A
- R
B
= gaya reaksi pada bantalan B
- L
1
= 50 mm
- L
2
= 50 mm
- L
3
= 100 mm
Dari keseimbangan statik diperoleh :
.(9.8)









( ) ( )
3
2
P
mm 90.432
200mm 24
4
V
=
= mm
t
( ) ( )
kg
mm kg
705 , 0
90.432mm / 10 7,8 W
3 3 -6
P
=
=

= 0
A
M
kg R
R
R
R
L W W L L W L L L R
B
B
B
B
G N P B
4675 , 0
200
5 , 93
0 23 5 , 70 200
0 50 ) 337 , 0 123 , 0 ( ) 50 50 ( 705 , 0 ) 100 50 50 (
0 ) ( ) ( ) (
1 2 1 3 2 1
=
=
=
= + + + +
= + + + +
Perancangan Kopling Plat Gesek
60

a 0 r 0 0 F Y F X P + =
.(9.10)




Dari kedua gaya reaksi R
A
dan R
B
diambil harga terbesar sebagai resultan gaya radial
F
r
, yaitu R
A
= 0,6975 kg,

sedangkan resultan gaya aksialnya (F
a
) adalah nol.

9. 1. 2 Penentuan Beban Ekivalen Statik dan Dinamik
Beban ekivalen statik diperoleh dari :
.(9.11)
Dimana :
P
o
= beban ekivalen statik (kg)
X
o
= faktor radial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal besarnya
adalah 0,6
F
r
= gaya radial = 0,6975 kg
Y
o
= faktor aksial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal besarnya
adalah 0,5
F
a
= faktor aksial, untuk bantalan pendukung poros ini besarnya nol
Maka: P
o
= 0,6 x 0,6975 + 0,5 x 0
P
o
= 0,4185 kg
Maka, diambil adalah Po = 0,41 kg

Tabel 9.1 Bantalan bola alur dalam
C
0
/F
a
5 10 15 20 25
F
a
/VF
r
e
X 1
Y 0
F
a
/VF
r
e
X 0,56
Y 1,26 1,49 1,64 1,76 1,85
E 0,35 0,29 0,27 0,25 0,24
Sumber : Sularso & Kiyokatsu Suga,1994, Dasar-Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin , hal 143


=0
Y
F
( )
kg R
R
W W W R R
A
A
P G N B A
6975 , 0
0 705 , 0 ) 337 , 0 123 , 0 ( 4675 , 0
0
=
= + +
= + +
Perancangan Kopling Plat Gesek
61

Tabel 9.2 Faktor-faktor V, X, Y dan X
0
, Y
0
Jenis Bantalan
Beban
putar
pd
cincin
dalam
Beban
putar
pada
cincin
luar
Baris
tunggal
Baris Ganda
e
Baris
tunggal
Baris
ganda
V
F
a
/VF
r
e F
a
/VF
r
e F
a
/VF
r
e
X Y X Y X Y
X
0
Y
0
X
0
Y
0
Bantala
n bola
alur
dalam
F
a
/C
0
= 0,014
= 0,028
= 0,056
= 0,084
= 0,11
= 0,17
= 0,28
= 0,42
= 0,56
1 1,2 0,56
2,30
1,99
1,71
1,55
1,45
1,31
1,15
1,04
1,00
1 0 0,56
2,30
1,90
1,71
1,55
1,45
1,31
1,15
1,04
1,00
0,19
0,22
0,26
0,28
0,30
0,34
0,38
0,42
0,44

0,
6

0,
5
0,6
0,
5
Bantala
n bola
sudut
= 20
0
25
0

30
0
35
0

40
0
1 1,2
0,43
0,41
0,39
0,37
0,35
1,00
0,87
0,76
0,66
0,57
1
1,09
0,92
0,78
0,66
0,57
0,70
0,67
0,63
0,60
0,57
1,63
1,41
1,24
1,07
0,93
0,57
0,68
0,80
0,95
1,14
0,
5
0,
42
0,
38
0,
33
0,
29
0,
26
1
0,
84
0,
76
0,
66
0,
58
0,
52
Sumber : Sularso & Kiyokatsu Suga,2004. Dasar-Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin , hal 135

Untuk beban ekivalen dinamik diperoleh dari :
.(9.12)
dimana:
P = beban ekivalen dinamik ( kg )
X = faktor radial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal, besarnya
adalah 1,0
V = faktor putaran, untuk kondisi cincin dalam berputar besarnya 1,0
F
r
= gaya radial, yaitu sebesar 0,6975 kg
Y = faktor aksial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris tungal besarnya
adalah nol
F
a
= gaya aksial, untuk bantalan pendukung poros ini besarnya adalah nol
a r
F Y F V X P + =
Perancangan Kopling Plat Gesek
62

Maka : Beban ekivalen dinamik adalah ;
P = 1,0 x 1,0 x 0,6975 kg + 0 x 0
= 0,6975 kg

9. 1. 3 Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen statik, sehingga
:
C
0
= P
o

= 0,4185 kg
sedangkan untuk basic dynamic load rating dapat diperoleh dari :
.(9.13)
Dimana :
C = beban dynamik load rating ( kg )
P = beban ekivalen dinamik, yaitu sebesar 0,6975 kg
L = umur bantalan yang dinyatakan dalam juta putaran, direncanakan 5000 juta
putaran
Sehingga beban dynamik load rating adalah :



9. 1. 4 Pemilihan Bantalan
Hasil perhitungan-perhitungan di atas serta data dari bab-bab sebelumnya maka
bantalan yang dipilih harus memenuhi syarat-syarat berikut :
diameter lubang : d = 24 mm
basic static load rating : C
0
> 0,4185 kg
basic dynamic load rating : C > 11,927 kg
kecepatan putaran maksimum : n > 2700 rpm
Dari lampiran 3 dipilih bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal dengan nomor
6305 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
diameter luar : D = 62 mm
diameter lubang : d = 25 mm
lebar : b = 17 mm
basic static load rating : C
0
= 1080 kg
1/3
L P C =
kg C
kgx C
927 , 11
5000 6975 , 0
3 / 1
=
=
Perancangan Kopling Plat Gesek
63

basic dynamic load rating : C = 1610 kg
kecepatan putaran maksimum : n = 9500 rpm







Gambar 9.3 Bantalan bola radial tunggal

TABEL 9.3 NILAI BANTALAN BOLA RADIAL TUNGGAL

Nomor bantalan Ukuran luar
Kapasitas
nominal
dinamis
spesifik C
(kg)
Kapasitas
nominal
statis
spesifik C0
(kg)
Jenis terbuka Dua sekat
Dua sekat
tanpa
kontak
d D B R
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001ZZ 6001V V 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002ZZ 6002V V 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003ZZ 6003V V 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004ZZ 6004V V 20 42 12 1 735 465
6005 6005ZZ 6005V V 25 47 12 1 790 530
6006 6006ZZ 6006V V 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007ZZ 6007V V 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008ZZ 6008V V 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009ZZ 6009V V 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010ZZ 6010V V 50 80 16 1,5 1710 1430
6200 6200ZZ 6200V V 10 30 9 1 400 236
6201 6201ZZ 6201V V 12 32 10 1 535 305
6202 6202ZZ 6202V V 15 35 11 1 600 360
6203 6203ZZ 6203V V 17 40 12 1 750 460
6204 6204ZZ 6204V V 20 47 14 1,5 1000 635
6205 6205ZZ 6205V V 25 52 15 1,5 1100 730
6206 6206ZZ 6206V V 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 6207ZZ 6207V V 35 72 17 2 2010 1430
6208 6208ZZ 6208V V 40 80 18 2 2380 1650
6209 6209ZZ 6209V V 45 85 19 2 2570 1880
6210 6210ZZ 6210V V 50 90 20 2 2750 2100
6300 6300ZZ 6300V V 10 35 11 1 635 365
6301 6301ZZ 6301V V 12 37 12 1,5 760 450
6302 6302ZZ 6302V V 15 42 13 1,5 895 545
6303 6303ZZ 6303V V 17 47 14 1,5 1070 660
Perancangan Kopling Plat Gesek
64

6304 6304ZZ 6304V V 20 52 15 2 1250 785


6305 6305ZZ 6305V V 25 62 17 2 1610 1080
6306 6306ZZ 6306V V 30 72 19 2 2090 1440
6307 6307ZZ 6307V V 35 80 20 2,5 2620 1840
6308 6308ZZ 6308V V 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 6309ZZ 6309V V 45 100 25 2,5 4150 3100
6310 6310ZZ 6310V V 50 110 27 3 4850 3650

Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga,2004. Dasar-Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin ,
Pradnya Pramita, Jakarta, Hal. 134

9. 2 Bantalan Pembebas
Bantalan yang digunakan sebagai bantalan pembebas (release bearing) adalah
bantalan bola aksial satu arah dengan bidang rata (single direction thrust ball bearing with
flat back face). Diagram benda bebas untuk bantalan ini beserta komponen-komponen lain
yang terhubung dengannya ditunjukkan pada gambar berikut.








Gambar 9.4 Bantalan pembebas

F
T
= gaya tekan yang diteruskan saat pedal kopling ditekan, dari bab V diperoleh
sebesar 229,2136 kg.
9. 2. 1 Analisa Gaya
Penjumlahan gaya yang bekerja dalam arah radial dan aksial adalah sebagai berikut :
F
r
= 0
F
a
= F
T

= 229,2136 kg
9. 2. 2 Penentuan Beban Ekivalen Statik dan Dinamik
Sesuai dengan prosedur perhitungan pada bagian 9.1 maka beban ekivalen statik
diperoleh dari :
.(9.14)
Dengan: X
0
= 0,5 dan Y
0
= 0,26.
a 0 r 0 0 F Y F X P + =
Perancangan Kopling Plat Gesek
65

a r F Y F V X P + =
Maka, besar Po adalah :
P
o
= 0,5 x 0 + 0,26 x 229,2136 kg
= 59,595 kg
diambil harga Po = 59,595 kg.
Sedangkan untuk beban ekivalen dinamik diperoleh dari :
(9.15)
Dengan :
X = 0,6
V = 1,0
Y = 1,4
Maka besar P adalah :



9. 2. 3 Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
Sesuai dengan prosedur perhitungan pada bagian 9.1.2 maka basic static load rating
diperoleh sebesar :


dan untuk umur bantalan sebesar 1,6 juta putaran maka basic dynamic load rating diperoleh
sebesar :





9. 2. 4 Pemilihan Bantalan
Dari perhitungan-perhitungan di atas serta data dari bab-bab sebelumnya maka
bantalan yang dipilih harus memenuhi syarat-syarat berikut :
diameter lubang : d = 24 mm
basic static load rating : C
0
> 59,595 kg
basic dynamic load rating : C > 5487,295 kg
kecepatan putaran maksimum : n > 2700 rpm
kg
kg
899 , 320
2136 , 229 1,4 0 1 0,6 P
=
+ =
kg 59,595
P C 0 0
=
=
kg 5487,295
(5000) kg 320,899
L P C
1/3
1/3
=
=
=
Perancangan Kopling Plat Gesek
66

Pengambilan data padadtabel dipilih bantalan bola aksial satu arah dengan bidang rata
dengan nomor A-SD 3020 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
diameter luar : D = 70 mm
diameter lubang : d = 30 mm
lebar : b = 15 mm
basic static load rating : C
0
= 1010 kg
basic dynamic load rating : C = 10310 kg
kecepatan putaran maksimum : n = 7200 rpm.
Perancangan Kopling Plat Gesek
67

BAB X
KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan dan ringkasan dari elemen-elemen mesin yang terdapat pada
konstruksi kopling traktor Mitsubishi Shakti 180D yang sesuai dengan perhitungan/
perancangan pada bab-bab sebelumnya dan dilakukan pembulatan pada data-data yang
diperoleh :
1. Poros Transmisi
Daya : N = 18,5 HP
Putaran : n = 2700 rpm
Diameter : d
p
= 24 mm
Bahan : baja S 55 C-D
2. Spline
Diameter luar : D = 30 mm
Diameter dalam : d = 24 mm
Tinggi : h = 3 mm
Lebar : w = 7,5 mm
Panjang : L = 47 mm
Bahan : baja S 55 C-D
3. Naaf
Diameter luar : D = 33 mm
Diameter dalam : d = 27 mm
Tinggi : h = 3 mm
Lebar : w = 8 mm
Bahan : baja S 55 C-D
4. Plat Gesek
Diameter luar : D = 122 mm
Diameter dalam : d = 85,4 mm
Lebar : b = 18 mm
Tebal : a = 5,7 mm
Bahan : asbes dan besi cor
Umur pemakaian : 3 tahun 3 bulan
5. Pegas
a. Pegas tekan
Perancangan Kopling Plat Gesek
68

Diameter pegas : D = 16 mm
Diameter penampang pegas : d = 4 mm
Jumlah lilitan : n = 9
Panjang pegas pada operasi normal : L
0
= 28 mm
Bahan : baja karbon SUS 302 WPA
b. Pegas matahari
Panjang daun pegas : L
1
= 31 mm
Panjang daerah pengungkit : L
2
= 18 mm
Tebal pegas matahari : h = 2,074 mm
Lebar daun pegas : b = 8,29 mm
Diameter pegas matahari : D = 122 mm
Bahan : baja SUP4
6. Paku Keling
a. Untuk sambungan lempengan gesek dengan lingkar pembawa
Diameter : d
1
= 3 mm
Bahan : baja SAE/AISI 1010
b. Untuk sambungan lingkar pembawa dengan plat pembawa
Diameter : d
2
= 3 mm
Bahan : baja SAE/AISI 1010
c. Untuk sambungan plat pembawa dengan naaf
Diameter : d
3
= 6 mm
Bahan : baja SAE/AISI 1010
7. Baut
a. Baut pengikat poros dengan flywheel
Diameter : d
1
= 4 mm
Bahan : baja ST 24
b. Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan
Diameter : d
2
= 4 mm
Bahan : baja ST 24
c. Baut pengikat flywheel dengan penutup kopling
Diameter : d
3
= 3 mm
Bahan : baja ST 24
8. Bantalan
a. Bantalan pendukung poros
Perancangan Kopling Plat Gesek
69

Tipe : bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal
Nomor seri : 6305
Diameter luar : D = 62 mm
Diameter lubang : d = 25 mm
Lebar : b = 17 mm
Basic static load rating : Co = 1080 kg
Basic dynamic load rating : C = 1610 kg
Kecepatan putaran maksimum : n = 9500 rpm
b. Bantalan Pembebas
Tipe : bantalan bola aksial satu arah dengan bidang rata
Nomor seri : A-SD 3020
Diameter luar : D = 70 mm
Diameter lubang : d = 30 mm
Lebar : b = 15 mm
Basic static load rating : C
o
= 1010 kg
Basic dynamic load rating : C = 10310 kg
Kecepatan putaran maksimum : n = 7200 rpm.

















Perancangan Kopling Plat Gesek
70

DAFTAR PUSTAKA

- Sularso dan Suga,K, 2004, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,
Pradnya Paramita: Jakarta
- Shigley,J,.E, Mitchell,L,D, 1991, Perencanaan Teknik Mesin, Edisi Keempat,
Jilid 1. Erlangga: Jakarta
- Shigley,J.,E, Mitchell,L,D,1991,Perencanaan Teknik Mesin, Edisi Keempat, Jilid 2.
Erlangga: Jakarta
- Kents,1990, Mechanical Engineers Handbook, Design and Production,
edisi ke-12, John Wiley & Sons Inc: New York
- Robert H Creamer, 1984, Machine Design, edisi ke 3, Addison Wesley: USA
- Spotts,M.,F & Shoup,T,E, 1998, Design of Machine Elements, Prentice Hall
Intl Inc: USA
- Sukrisno,Umar, 1984, Bagian-bagian Mesin dan Merencana, Erlangga: Jakarta
- James M. Gere, Stephen P. Timoshenko, dan Hans J. Wospakrik, 1996, Mekanika
Bahan, Edisi Kedua, Versi SI, Jilid 1. Erlangga: Jakarta

You might also like