Professional Documents
Culture Documents
1. METODE GRAVIMETRI
Pendahuluan
Air tanah berada dalam pori, baik mikro maupun makro dan sifat-sifatnya sangat dipengaruhi oleh tanah yang bersangkutan. Tanah yang mempunyai tekstur halus sehingga luas permukaannya per satuan berat lebih besar akan mampu menahan air lebih banyak dan lebih kuat dari pada tanah kasar. Hal ini dapat terjadi karena tanah halus mengandung lebih banyak partikel yang berukuran koloid. Air dalam tanah tidak stabil, tergantung pada sifat fisik tanah, adanya irigasi dan curah hujan, gaya gravitasi, perbedaan tinggi tempat dan penguapan air dalam tanah. Tanah yang semula jenuh air akibat irigasi atau hujan, semakin lama kandungan airnya akan menurun oleh adanya faktor-faktor di atas. Pada suatu saat gaya gravitasi sudah tidak mampu lagi menarik air dari pori tanah, pada saat itu air ditahan oleh partikel tanah dengan kekuatan yang sama atau lebih besar dari gaya gravitasi. Kandungan lengas pada saat ini dinamakan kapasitas lapangan. Biasanya pada keadaan ini sebagian besar air menempati pori mikro. Karena adanya evaporasi dan transpirasi tanaman, maka air tanah akan menurun jumlahnya. Pada suatu saat tanaman tidak mampu lagi menyerap air dalam jumlah yang mencukupi kebutuhannya dan akhirnya menjadi layu. Semula tanaman hanya layu sementara, akan tetapi kalau kandungan air tanah terus menurun akhirnya akan menjadi layu permanen dan mati. Kandungan lengas pada saat seperti ini disebut titik layu, biasanya setara dengan tekanan 15 atmosfer.
Cara Kerja
1. Timbang kaleng timbang kosong.
2. Ambil contoh tanah, masukkan dalam kaleng timbang dan timbang . 3. Keringkan dalam oven dengan suhu 105 oC selama 24 jam. 4. Keluarkan dari oven dan dinginkan dalam desikator. 5. Setelah dingin timbang berat keringnya. 6. Hitung kadar airnya dengan rumus : Kadar lengas = (Massa Air) / (Massa Tanah Kering).....g g-1
harus benar-benar memakai prinsip proteksi radiasi, yaitu : waktu pengukuran harus cepat, perlu ada jarak antara operator dan alat, serta perlu pelindung radiasi.
Gambar 1.1. Neutron probe 2. Tes probe di dalam penahan radiasi Ambil beberapa kali bacaan dan rata-rata, kemudian bandingkan dengan nilai yang tertempel pada dinding tempat probe. Nilai bacaan harus ada diantara 10 cps (cacah per detik).
Bila tidak, mungkin : Batery kurang arus Probe tidak tepat didalam shield Kerusakan di sistem elektronik
SD R t
0, 5
Dimana R adalah nilai cacah dan t adalah waktu pembacaan. Bila R besar maka untuk memperkecil kesalahan (error) maka waktu pembacaan harus lebih panjang.
9. Keluarkan gude tube dengan dongkrak yang telah disediakan. 10. Masukkan tabung alumunium 1,5 inchi kedalam lubang yang telah dibuat. 11. Potong tabung alumunium dan tinggalkan 10 cm dari permukaan tanah. Dan haluskan bekas potongan dengan alat penghalus khusus. 12. Beri tanda atau kode urut tabung pada bagian dasar karet penutup, tutup tabung dengan penutup karet tersebut. Bila perlu tambah pelindung tutup lain agar lebih aman. 13. Instalasi tabung dengan cara ini terutama untuk tabung berukuran lebih dari 100 cm.
7. Bandingkan hasil penentuan dengan Neutron Probe dan hasil penentuan secara gravimetrik. Perhitungan perubahan kadar lengas 1. Hitung total kandungan lengas dalam profil tanah dalam satuan (mm) dari dua interval waktu pengamatan. 2. Bandingkan dari hasil pengukuran dari dua waktu pengamatan tersebut. 3. Gambar perubahan profil lengas yang telah diamati.
Cara Kerja
A. Pembuatan unit resistensi nylon
1. Potong elektroda sesuai ukuran dan sambung bagian ujung yang menonjol dengan kabel melalui konektor. 2. Isi ujung-ujung konektor dengan lem araldite, ini untuk memperkuat sambungan dan untuk mengisolir sambungan dari air. 3. Tunggu sampai lem mengeras (lebih kurang jam). 4. Bungkus elektroda bagian dalam secara kuat dengan kain nylon sehingga masing-masing sisi elektroda terbungkus kain 5 kali. Pada ujung-ujung elektroda terdapat kelebihan kain sepanjang 5 mm. 5. Letakkan elektroda bagian dalam yang telah terbungkus kain nylon di tengah elektroda luar. Bungkusan elektroda luar menyelimuti elektroda dalam (elektroda dalam sebagai pusatnya). 6. Beri tekanan 30 MN/m2 (2 ton/inci2) dengan alat press hidrolik pada unit resistensi tersebut, maksudnya agar kontak antar elektroda dan nylon menjadi lebih sempurna. B. Pembuatan unit resistensi gypsum blok 1. Setelah membuat unit resistensi nylon sesuai tahapan 1-6 (A). 2. Siapkan potongan tabung PVC diameter 1 panjang 10 cm dan tutup bagian ujungnya dengan penutup karet. 3. Letakkan unit resistensi nylon di tengah-tengah tabung (bagian ujung bawah dan samping tidak menempel tabung PVC). 4. Campur 44 gram Calsium Sulfat (Plaster of Paris) dengan 36 ml air. Aduk hingga rata sampai membentuk pasta. 5. Masukkan pasta tersebut ke dalam tabung PVC yang dalamnya telah ada unit resistensinya. Dan tunggu sampai mengeras atau mengering (> jam). 6. Setelah kering dan keras, keluarkan gypsum blok dari dalam tabung PVC. C. Kalibrasi unit resistensi 1. Beri tanda atau kode pada kabel untuk masing-masing unit resistensi. 2. Siapkan kotak kosong yang kira-kira cukup berisi 1 kg tanah, timbang beserta unit resistensinya. 3. Siapkan tanah kira-kira cukup untuk mengisi kotak. Basahi tanah tersebut dengan air pada tempat lain. 4. Masukkan tanah basah tersebut ke dalam kotak dan benamkan unit resistensi di dalam tanah. 5. Tunggu beberapa saat agar mencapai kesetimbangan. 6. Ukur resistensi elektrik (R) dan timbang kotak dan isinya. 7. Ukur secara periodik sesuai dengan proses penurunan kadar air tanah. Buat pasangan bacaan resistensi dan berat kotak + isinya. 8. Setelah bacaan terakhir, keluarkan tanah dari dalam kotak dan tentukan kadar airnya. D. Perhitungan kadar lengas tanah Berat kotak + unit resistensi = Wkotak
Kadar air sampel = M akhir Berat kotak + unit + tanah basah = Wakhir Maka, berat kering tanah dalam kotak
Dimana : Wn = berat kotak + unit + tanah pada saat pembacaan ke (n). D. Penggunaan di lapangan 1. Tanam unit gypsum blok dalam tanah pada kedalaman yang diperlukan. 2. Beri kode atau catatan pada masing-masing unit gypsum blok. 3. Ukur resistensi elektrik pada tiap interval pengamatan dengan alat ukur resistensi. 4. Tentukan kadar lengas tanah sesuai hasil bacaan resistensi dengan menggunakan kalibrasi yang telah dibuat sebelumnya.
HH2 meter ini dapat dihubungkan dengan berbagai jenis sensor analog, yaitu : ML 1, ML 2, ML 2x, PR1, PR2, EQ2. Meter ini mensuplai arus ke sensor yang digunakan dan mengukur voltase signal yang kembali. Tampilannya langsung dalam mV dan atau dikonversi ke dalam unit lain tergantung sensor yang digunakan dan informasi yang tersedia. HH2 meter mengkonversi bacaan mV menjadi unit kadar lengas dengan menggunakan tabel konversi dan parameter spesifik tanah. Untuk menghemat baya batery, meter akan mati displaynya secara otomatis bila dalam waktu 1 menit tidak digunakan, untuk membangunkannya kembali tekan 1x tombol Esc. Bila tombol Esc ditekan lagi meter baru akan mati
Root Depth. Tekan : Set-Option-Data-Set-Root Depth-Set pilih angka yang sesuai Set-Scroll bawah. 7. Sensor Depth, bacaan dapat diberi label sesuai dengan kedalaman tanah. Pilihannya : 0 sampai 9950 mm defaultnya 0. Pilih Option, Data, Sensor Depth. Tekan : Set-Option-Data-Set-Sensor Depth-Set pilih angka yang sesuai Set-Esc untuk kembali ke menu utama. 8. Device, ini untuk memilih alat ukur apa yang digunakan. Option-Data-Scroll bawah-Device-Set pilih ML2 atau PR2 Set- Esc untuk kembali menu Option. 9. Soil Type, jenis tanah yang digunakan untuk perhitungan bacaan. Pilihannya : Mineral, Organic, Soil 1, Soil 2,....... Soil 5 defaultnya Mineral. Setup dalam HH2 meter hanya untuk tanah Mineral dan Organik, tanah yang lain dapat dapat diformat menggunakan Soil Set-Up (tersedia sampai 5 jenis tanah). Pilih : Option, Soil Type pilih Mineral atau Organic. Tekan : Scroll bawah pada menu Option sampai Soil Type Set pilih jenis tanah Set Esc untuk kembali ke menu utama. 10. Soil Set-Up, digunakan untuk mendefinisikan secara empiris dari parameter tanah (a0 & a1) untuk mengkonversi permitivity (mV) menjadi bacaan kadar lengas. Juga digunakan untuk mendefinisikan kapasitas lapang, yang diperlukan untuk pembacaan defisit lengas tanah. Untuk tanah standart : Mineral (a0 = 1.6 dan a1 = 8.4) dan Organik (a0 = 1.3 dan a1 = 7.7). Untuk tanah lain tersedia pilihan : a0 = -49.9 50.0 defaultnya 1.0 dan a1 = 0.1 50.0 defaultnya 7.0. Pilih : Option, Soil Set-Up dan pilih salah satu Soil 1 sampai Soil 5. Isikan nilai a0 dan a1 dengan Scroll bawah/atas dan akhiri dengan tombol Set. 11. Field Capasity, definisikan nilai kapasitas lapang untuk penghitungan defisit lengas tanah. Pilihan tersedia : 0 1 m3 m-3 defaultnya 0.38. Tekan Set untuk memilih Option, Soil Set-Up menu Soil names pilih One Set pilih Capasity pilih nilainya dengan Scroll Set. 12. Display Unit, pilih unit yang digunakan dalam pengukuran baik yang ditampilkan atau yang tersimpan. 13. Date and Time, agar saat pembacaan dapat diketahui dengan pasti. 14. Status, Mem (satus memori yang terpakai), Batt (umur batery yang tersisa), Reading# (jumlah bacaan yang ada dalam memori HH2). 15. Remote, pilih Option, Remote untuk menghubungkan dengan PC.
Theta probe tipe ML-1, ML-2 dan ML-2x adalah alat ukur kadar air volumetrik (v) dengan dasar respon terhadap perubahan konstanta dielektrik dari tanah kondisi lembab. Perubahan tersebut dikonversi menjadi voltase DC dalam mV, kemudian dikonversi menjadi kadar lengas dalam HH2 moisture meter dengan menggunakan tabel linierisasi dan parameter-parameter tipe tanah. Kadar lengas tanah volumetrik adalah rasio antara volume air yang ada dan total volume sampel dan diekspresikan sebagai persentase (% vol) atau rasio (m3.m-3).
2. Pilih kode plot (Plot ID) A sampai Z, kode alat (Device ID) yaitu 0 sampai 255, kedalaman perakaran (Root Depth) nilainya dari 0 sampai 9950 dan kedalaman sensor (Sensor Depth) nilainya dari 0 sampai 9999 mm. 3. Masukkan data kapasitas lapangan (Field Capacity) dalam menu Soil Set-Up bila diinginkan perhitungan defisit lengas tanah. 4. Pilih nomor sampel (Sample) yaitu 0 sampai 2000, selanjutnya akan membuat urutan nomor secara otomatis. 5. Pilih nilai dan unit bacaan ML2x yang akan ditampilkan (Display) dan disimpan (m3.m-3; %vol) 6. Setel tanggal dan jam (Date and Time). 7. Kemudian hubungkan Sensor ML2x dengan HH2.
9. Tekan tombol Store untuk menyimpan data, kemudian tekan Esc untuk melanjutkan bacaan berikutnya. 10. Tekan tombol Read lagi untuk bacaan berikutnya.
Menu
Data Plot Id Sample Tentukan label plot (A . Z) Tentukan nomor sampel (1 . 2000)
Device Id Root Depth Sensor Depth Erase Device Soil Type Soil Set-Up Organic Mineral Soil 1 5 a0 a1 Capacity Display
Tentukan ID alat (0 . 255) Tentukan kedalaman akar (0 .. 9950mm) Tentukan kedalaman sensor (0 .. 9999 mm) No (cancels aksi), Yes (menghapus semua data yang tersimpan dalam memori) Pilih alat yang digunakan untuk pembacaan, pilihannya : ML1, ML2, EQ1, EQ2, PR1, PR1-special, EC2, WET Tipe tanah yang diukur, pilihannya : Organic, Mineral, Soil 1 . 5 Tentukan karakter dari berbagai tipe tanah Tentukan kapasitas lapangan untuk tanah organic 0 .. 38 .. 100%vol Tentukan kapasitas lapangan untuk tanah Mineral 0 ..38 .. 100%vol
Tentukan ao untuk tanah 1 n, -49.4 1.0 50.0 Tentukan a1 untuk tanah 1 n, 0.1 7.0 50.0 Tentukan kapasitas lapangan tanah 1 n, 0 0.38 1 m3 m-3 Pilih nilai dan unit untuk penampilan, pilihannya : m3 m-3, %vol, mmDef, mV, mmDef + m3 m-3, mm def + %vol, m3 m-3 + mV, %vol + mV, mm def + mV Penampilan dan untuk set tanggal dan jam Tampilan tanggal Tampilan jam Tampilan informasi status Tampilan sumber informasi Tampilan versi Koneksi dengan layar PC
Date and Time Set Date Set Jam Status Resources Versions Remote
kubik tanah %Vol mm Defisit mV mm Deficit + m3 m-3 mm Defisit + %vol m3 m-3 + mV %vol + mV mm Deficit + mV kadar air volumetrik sebagai persentase defisit lengas tanah dalam mm sensor output dalam milivolt defisit lengas tanah dalam mm dan kadar air volumetrik dalam m3 m-3 defisit lengas tanah dalam mm dan kadar air volumetrik dalam %vol kadar air volumetrik dalam m3 m-3 dan sensor output dalam milivolt kadar air dalam persentase dan sensor output dalam milivolt defisit lengas tanah dalam mm dan output sensor dalam milivolt
Materi-2
PENGUKURAN INFILTRASI
1. PENDAHULUAN
Bila air ditambahkan ke permukaan tanah baik melalui hujan atau irigasi, sebagian akan masuk ke dalam tanah dan sebagian yang tidak bisa masuk akan mengalir di permukaan. Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah, biasanya dengan aliran ke bawah melalui seluruh atau sebagian permukaan tanah. Laju proses ini sesuai dengan laju penambahan air dan akan menentukan banyaknya air yang masuk ke dalam mintakat perakaran serta banyaknya kemungkinan runoff. Sehingga laju infiltrasi tidak hanya mempengaruhi ketersediaan air bagi tanaman tetapi juga besarnya limpasan permukaan yang dikenal sebagai penyebab erosi tanah. Laju infiltrasi didefinisikan sebagai volume aliran (flux) air yang mengalir ke dalam profil per unit luas permukaan tanah. Bila suatu saat air mulai menggenang di permukaan tanah berarti laju penambahan air di permukaan tanah telah melampaui laju infiltrasi tertinggi. Laju infiltrasi maksimum ini dinamakan kapasitas infiltrasi atau infiltrability. Laju infiltrasi dengan intensitas pemberian air yang konstan dan kontinyu (baik dari hujan maupun irigasi sprinkler) umumnya konstan di awal proses kemudian menurun dan akhirnya mencapai laju yang relatif konstan. Kapasitas infiltrasi atau laju infiltrasi maksimum tergantung dari beberapa faktor, yaitu : waktu, kadar air awal, daya hantar air jenuh, keadaan permukaan tanah dan ada tidaknya lapisan kedap.
Cara Kerja
1. Bersihkan permukaan tanah yang akan diukur infiltrasinya. 2. Pasanglah silinder ganda dengan menancapkan masuk sekitar 10 cm ke dalam tanah, permukaan silinder dijaga agar tetap rata.
3. Tutuplah permukaan tanah di dalam silinder /ring yang kecil dengan lembaran plastik agar tidak rusak saat ditungi air. 4. Isilah ruangan diantara ring besar dan kecil dengan air sampai ketinggian 1 cm dari bibir ring bagian atas. 5. Isilah ring kecil dengan air secara hati-hati sampai tinggi permukaan air sama dengan yang di bagian luar. 6. Mulai pengukuran dengan menarik lembaran plastik dari dalam ring kecil dan bersamaan menghidupkan stopwatch dan juga mencatat tinggi permukaan pada awal pembacaan. 7. Amati dan catat tinggi permukaan air dalam ring kecil setiap 1 menit (tergantung dari cepat atau lambatnya penurunan muka air dalam ring). 8. Permukaan air dalam ring ini dapat dipertahankan dengan dua cara : a Menambahkan air dengan cepat apabila permukaan air sudah menurun pada tinggi tertentu untuk mengembalikan ke ketinggian semula.
b Mempertahankan permukaan air selalu tetap, misalnya ada tandon air yang dihubungkan dengan slang plastik yang ujungnya diatur pada kedalaman tertentu dari permukaan air (metode constant head)
Cara Kerja
1. Pasang kaleng secara tegak (bagian yang tertutup ada di atas) sampai terbenam air genangan dan udara dalam kaleng keluar, sehingga ada kontak antara air dalam kaleng dengan air dari balon. 2. Sambungkan lubang pada kaleng dan balon plastik dengan menggunakan selang plastik, sehingga air dari balon plastik akan dapat keluar melalui selang tersebut. 3. Catat waktu mulai pengukuran. 4. Setelah tepat pada waktu yang diingikan, lepaskan sambungan balon plastik dan ukur volume air yang tersisa dalam balon plastik tersebut. 5. Selisih volume air awal dan selesai pengukuran merupakan air yang masuk ke dalam tanah dalam satuan waktu yang ditentukan.
Materi-3
PENETAPAN KURVA pF
PENDAHULUAN
Air dalam tanah berada diantara padatan tanah atau matriks tanah, yaitu yang dinamakan ruang pori tanah. Bila kondisi jenuh maka semua pori terisi dengan air dan sebaliknya bila tidak ada air maka dikatakan tanah itu kering. Ada hubungan antara jumlah air yang ada dalam pori tanah (kadar air tanah) dengan kekuatan ikatan antara air dengan padatan atau matriks tanah (potensial matriks). Makin banyak air dalam pori tanah (kadar air tinggi) maka kekuatan ikatannya makin lemah (potensial matriks rendah) dan sebaliknya. Hubungan ini dapat digambarkan dalam sebuah kurva antara potensial matriks yang digambar dalam skala logaritmik (sumbu Y) dengan kadar air tanah sebagai sumbu X. Kurva ini yang disebut dengan kurva pF atau kurva karakteristik penahanan air tanah, bentuknya sangat khas untuk setiap jenis tanah. Oleh karena itu penentuan bentuk hubungan ini selalu diperlukan untuk setiap macam contoh tanah. Kurva ini sangat penting peranannya untuk memberi informasi sifat dan ciri tanah tertentu. Kegunaan kurva pF ini antara lain : dapat memberi gambaran distribusi ukuran pori, batas kapasitas lapangan dan titik layu serta kapasitas menahan air tersedia bagi tanaman.
CARA KERJA
a. Persiapan contoh tanah
1. Ambil contoh tanah dari lapangan (contoh utuh/clod dan contoh hancur) 2. Jenuhkan untuk contoh tanah utuh dalam ring, dengan merendam dalam air (jangan sampai permukaan contoh tanah terendam dengan air). Untuk yang bentuk clod jenuhkan di atas bak pasir atau spon basah. 3. Tanda bahwa contoh tanah sudah mencapai kondisi jenuh bila permukaan contoh tanah tampak semua porinya sudah terisi air.
1. Pada tekanan ini dipergunakan piring bertekanan (pressure plate) yang dimasukkan dalam chamber. Contoh tanah yang digunakan contoh hancur/biasa. 2. Siapkan pressure plate, rendam dalam air bersih semalam agar semua porinya tidak terisi udara. 3. Ambil contoh tanah hancur sekitar satu sendok makan dan buat pasta. 4. Masukkan plate dalam chamber dan sambung selang untuk pengatusan air ke luar, kemudian letakkan ring-ring kecil dari potongan PVC di atas plate. 5. Letakkan pasta tanah dalam ring kecil di atas plate. 6. Tutuplah chamber dengan teliti pasang pengaitnya, kemudian beri aliran gas udara kering sampai pada tekanan 0.03 bar (pF 3) dan 15 bar (pF 4.2). 7. Pertahankan kondisi tekanan gas kesetimbangan (sekitar 3-5 hari). sesuai pengukuran sampai tercapai
8. Setelah setimbang keluarkan contoh tanah dari pressure plate apparatus, kemudian tentukan kadar airnya. d. Gambar Kurva pF Gambarlah pada suatu sistem salib sumbu antara logaritma tekanan negatif (pF) pada sumbu y dan kadar air pada tekanan yang bersangkutan pada sumbu x. Kadar air ini sebaiknya dihitung berdasarkan volume (volume air per volume tanah).
Gambar 3.2. Skema saluran pengatusan 3. Penyusunan lapisan pasir seperti skema berikut :
Gambar 3.3. Skema konstruksi kotak pasir 4. Penyusunan lapisan kaolin seperti skema berikut :
A. Cara Pengoperasian
1. Lepas tutup pelindung sensor
BUKA TUTUPNYA
2. Pasang ROTOR PROPELLER dengan menggunakan kunci L 1/16. Sekrup ada disamping bodi sensor, jangan kencang-kencang hanya pas di leher as. Bila terlalu kencang dapat merusak as atau menyebabkan pecah.
SOCKET
4. Putar switch pada Swoffer Meter ke posisi CALIBRATE. Display akan terbaca 186 (untuk unit FPS) atau 610 (untuk unit meter per detik). Pilih unit pengukuran FEET/METERS dengan cara merubah switch di dalam kotak batery.
CALIBRATE
5. Putar switch ke posisi COUNT. Putar propeler dan lihat bacaan pada display Swoffer Meter, bacaan akan meningkat sesuai dengan banyaknya perputaran propeler (RPM). Terdapat 4 nilai bacaan pada LCD setiap putaran propeller.
COUNT
B. PENGUKURAN VELOSITAS 8. Keluarkan batang aluminium (Guide Rod) dari tabung penyimpan, sambung potongan batang aluminium sesuai kedalaman pengukuran (tiap batang panjangnya 1 m). Pasang kaki (FOOT) pada ujung salah satu batang dan sekrup.
9. Pasang slider dengan lubang untuk kabel menghadap ke atas, eratkan dengan memutar sekrup plastik pada bagian ujung slider.
10. Pasang sensor (SENSOR WAND) pada SLIDER dan kencangkan dengan sekrup yang ada di bagian samping dengan kunci L.
11. Setel letak slider sesuai dengan kedalaman pengukuran (0,6 x kedalaman aliran) dari dasar aliran (FOOT), dengan cara naik dan turunkan slider kemudian dieratkan kembali. 12. Pasang tutup (TOP CAP & POINTER) di bagian atas batang pembantu (GUIDE ROT), arahkan POINTER searah dengan arah SENSOR + PROPELLER.
13. Masukkan SENSOR + PROPELLER ke dalam aliran air dan arahkan tegak lurus dengan arah aliran air. 14. Tekan tombol START, maka pengukuran akan mulai bekerja. 15. Kecepatan aliran air akan terbaca pada Swoffer Meter, data yang tercatat pada LCD merupakan rata-rata hasil pengukuran sesuai dengan waktu pembacaan
Waktu :
16. Untuk mengulangi bacaan, awali dengan tekan dan lepaskan tombol RESET agar bacaan kembali ke posisi NOL.
aliran yang tinggi muka air (stage) nya cepat berubah dan pengukuran harus dilakukan dengan cepat. 4. Three-Point Method Metode ini merupakan kombinasi antara metode dua titik (two-point method) dan 0,6 x kedalaman (six-tenths depth methods) dan menggunakan pengukuran velositas 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalaman. Rata-rata velositas dihitung dengan rumus : V rata-rata = (V 0,2 + V 0,8)/4 + (V 0,6)/2 Metode memberikan penekanan pada titik pengukuran 0,2 dan 0,8 kedalaman, cara ini biasanya hasilnya kurang reliabel. 5. Two-tenths Depth Method Metode ini mengukur velositas pada titik 0,2 x kedalaman. Hasil pengukuran cara ini paling tidak reliabel dibandingkan metode two-point atau six-tenths depth methods. Tetapi digunakan pada situasi yang tidak memungkinkan untuk pengukuran 0,6 atau 0,8 x kedalaman. 6. Subsurface Velocity Method Pengukuran dalam metode ini dilakukan acak di bawah permukaan air . Kedalaman pengukuran minimal 2 feet(0,61m) di bawah permukaan air. Metode ini ditrapkan bila kedalaman air tidak dapat ditentukan dengan tepat. 7. Surface Velocity Method Pada kanal alami digunakan koefisien velositas 0,85 atau 0,86 untuk menghitung velositas rata-rata. Sedang pada kanal halus digunakan koefisien 0,90. 8. Five-Point Method Observasi dilakukan pada titik 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalaman di bawah permukaan air. Juga dilakukan observasi pada dekat permukaan air dan didasar aliran. Velositas rata-rata dihitung dengan rumus : V rata-rata = 0,1(V permukaan + 3V 0,2 + 3V 0,6 + 2V 0,8 + V dasar) 9. Six-Point Method Observasi dilakukan pada titik-titik 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 kedalaman di bawah permukaan air, dan ditambah pula pengukuran pada dekat permukaan dan di dasar aliran. Velositas rata-rata dihitung dengan rumus : V rata-rata = 0,1(V permukaan + 2V 0,2 + 2V 0,4 + 2V 0,6 + 2V 0,8 + Vdasar)