You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Energi yang berada di bumi ini tidak dapat dihancurkan ataupun dilenyapkan tetapi suatu energi hanya dapat di ubah dalam bentuk yang lain atau biasa disebut di konversi misalnya seperti energi kimia diubah menjadi energi listrik. Makhluk hidup membutuhkan energi untuk dapat melanjutkan hidup di dunia. Dengan energi, semua makhluk hidup dapat melaksanakan semua kegiatannya seperti bergerak, bernafas dan lain-lain. Pada bumi ini terdapat berbagai macam bentuk energi. Salah satunya adalah energi yang berasal dari minyak fosil yang ada di dalam perut bumi. Namun energi fosil tidak dapat diperbaharui dalam waktu cepat. Sedangkan sumber energi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat saat ini berasal dari minyak fosil. Apabila tidak diantisipasi sejak dini, maka kemungkinan besar akan terjadi krisis energi yang akan melanda kehidupan. Padahal energi sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup. Oleh dikarena itu, diperlukan suatu pengubahan energi-energi yang ada menjadi energi yang dibutuhkan seperti energi listrik atau energi panas dsb. Salah satu bentuk pengubahan energi ini seperti pemanfaatan energi yang berada dalam biomassa (yang mengandung karbohidrat) diubah menjadi cairan yang disebut bioethanol. Bioethanol dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan atau bahkan untuk pembakaran sehingga bioethanol tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.

B. TUJUAN 1. Mengetahui cara pembuatan bioethanol dari ketela pohon. 2. Mengetahui cara kerja destilator.

C. MANFAAT

Pada praktikum tentang pembuatan bioethanol dari ketela pohon ini, praktikan dapat mengerti dan memahami cara pembuatan bioethanol dari ketela pohon serta memahami cara kerja dari destilator sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan.

BAB II DASAR TEORI

Seiring dengan menipisnya cadangan energi BBM, jagung menjadi alternatif yang penting sebagai bahan baku pembuatan ethanol (bahan pencampur BBM). Karenanya, kebutuhan terhadap komoditas ini pada masa mendatang diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorgnisme (Anonim 1,2012). Ethanol merupakan senyawa Hidrokarbon dengan gugus Hydroxyl (-OH) dengan 2 atom karbon (C) dengan rumus kimia C2H5OH. Secara umum ethanol lebih dikenal sebagai Etil Alkohol berupa bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat (pati) seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, sorgum, beras, ganyong, dan sagu yang kemudian dipopulerkan dengan nama Bioethanol. Bahan baku lainnya adalah tanaman atau buah yang mengandung gula seperti tebu, nira, buah mangga, nanas, pepaya, anggur, lengkeng dan lain-lain. Bahan berserat (selulose) seperti sampah organik dan jerami padi pun saat ini telah menjadi salah satu alternatif penghasil ethanol (Anonim2, 2012). Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Adapun manfaat pemakaian

gasohol di Indonesia yaitu : memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar daerah, meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri, mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Untuk pengembangan bioetanol diperlukan bahan baku diantaranya (Anonim 3, 2009) : a. Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete b. Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu,

singkong/ gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia. c. Bahan berselulosa (lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll. Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku nabati. Dalam buku ini akan dibahas tentang karakterisasi bioetanol, prospek bioetanol, manfaat dan kebutuhan nasional serta peluang pasarnya. Pembahasan lebih fokus pada proses pembuatan bioetanol dari mulai penyediaan bahan baku, proses, aspek fermentasi sampai pada pengawasan mutunya. Bahan baku meliputi bahan baku sumber gula diantaranya adalah molases dan nira, bahan baku sumber pati yaitu ubikayu, jagung serta ubi-ubian lain, serta bahan baku sumber serat (lignoselulosa) diantaranya tongkol jagung, sekam dan sebagainya. Bab bahan baku juga dibahas bahan pembantu untuk produksi bioetanol. Proses pembuatan bioetanol dibedakan menjadi tiga berdasarkan bahan bakunya yaitu bahan baku sumber gula, pati dan serat. Proses pembuatan bioetanol meliputi aspek fermentasi dan destilasinya (Anonim 4, 2012). Substrat yang umum digunakan untuk fermentasi adalah pati yang berasal dari jagung, gandum, dan gula tebu (molase). Brasil memproduksi bioetanol dari tebu, sedangkan Amerika banyak menggunakan jagung. Harga substrat yang cukup mahal menyebabkan harga etanol sebagai bahan bakar

pengganti minyak masih cukup tinggi mengingat 60% dari biaya yang digunakan dalam sistem produksi etanol adalah biaya substrat (Ingram dan Doran 1995). Bioetanol tidak saja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk substitusi bensin, namun juga mampu menurunkan emisi CO hingga 18%. Dalam
2

hal prestasi mesin, bioetanol (E-100) dan campurannya dengan bensin (E-XX) tidak kalah dengan bensin (E-0); bahkan dalam beberapa hal, lebih baik dari bensin. Pada dasarnya pembakaran bioetanol tidak menciptakan CO netto ke
2

lingkungan karena zat yang sama akan diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sebagai bahan baku bioetanol. Bioetanol dapat dihasilkan dari tanaman seperti tebu, jagung, singkong, ubi, dan sagu; ini merupakan jenis tanaman yang umum dikenal para petani di tanah air . Pemanfaatan bioetanol juga mendukung program langit biru, karena dapat menurunkan emisi gas berbahaya, seperti CO, NOx, SOx, senyawa aromatik dalam bensin (Basdowo, 2007). Hasil destilasi menunjukkan bahwa makin tinggi penambahan bioetanol ke dalam Bensin 88, penguapannya terjadi pada temperatur yang lebih rendah. Namun untuk campuran Bensin 88 dengan bioetanol sebesar 10% (E-10) masih memenuhi spesifikasi. Sebaiknya campuran yang akan digunakan sebagai bahan bakar tidak terlalu mudah menguap karena akan mengakibatkan sumbatan uap pada saluran bakan bakar (vapour lock). Pada pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif atau sebagai pencampur bensin, kontrol kualitas (jaminan mutu) harus dimonitor dengan baik, terutama untuk produsen kecil mengingat teknologi proses produksi untuk mendapatkan produk bioetanol dengan kemurnian yang tinggi ini memerlukan teknologi yang cukup kompleks (Sudrajat, 1999).

BAB III METODOLOGI

A. ALAT 1. Destilator 2. Pisau 3. Ember + tutup 4. Kompor 5. Panci 6. Thermometer 7. Timbangan 8. Kain saring

B. BAHAN 1. Ketela pohon 2. Ragi 3. Urea

C. CARA KERJA 1. Ketela pohon dikupas. 2. Ketela pohon dipotong menjadi potongan-potongan kecil. 3. Potongan-potongan ketela pohon tersebut direbus. 4. Potongan ketela pohon yang sudah direbus dicampur dengan ragi sebanyak 10gr/kg dari total bahan baku dan urea sebanyak 3% dari total bahan baku. 5. Campuran ketela pohon, ragi dan urea tersebut dimasukkan ke dalam ember dan ditutup rapat agar terjadi proses fermentasi. 6. Proses fermentasi dibiarkan berlangsung selama 1 minggu. 7. Bahan yang telah terfermentasi selama 1 minggu disaring untuk memisahkan beer dengan ampasnya.

8. Destilasi terhadap air saringan tersebut dilakukan untuk mendapatkan bioethanol.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

A. GAMBAR ALAT DAN KETERANGAN

Keterangan: 1. Kompor gas 2. Boiler 3. Kondensor dari boiler. 4. Selang uap : selang penghubung antara boiler dengan : penghasil panas untuk memanaskan boiler. : tempat pemanasan bahan yang akan didestilasi. : tempat pengkondensasian uap bahan yang berasal

kondensor sebagai saluran uap bahan.

5. Selang pendingin menuju ke kondensor. 6. Kran output hasil kondensasi.

: selang yang menyalurkan air dingin dari kran

: kran yang digunakan untuk mengeluarkan cairan

7. Pipa dalam kondensor : sebagai permukaan yang akan menyalurkan panas dari uap menuju ke air. Pipa dibuat spiral dengan tujuan untuk memperbesar bidang kontak pendinginan uap bahan.

BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN Pada praktikum ini yaitu mengenai pembuatan bioethanol dari ketela pohon praktikan dapat menyimpulkan bahwa 1. Tahapan-tahapan pembuatan bioethanol dari ketela pohon yaitu pemilihan bahan baku, pengupasan bahan baku, pemotongan bahan baku, perebusan bahan baku, pencampuran dengan ragi, proses fermentasi selama 7 hari, proses pemerasan cairan etanol pada tape, dan proses pemisahan dengan destilator. 2. cara kerja dari destilator adalah dengan menggunakan titik didih dari etanol agar etanol dapat menguap dan kemudian diembunkan, sehingga akan terkumpul cairan etanol.

B. SARAN Pada praktikum kali ini praktikan dapat menyarankan sebaiknya asisten mendampingi praktikan sehingga jika ada hal yang ingin ditanyakan tidak perlu mencari asistennya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2012. Proses Produksi Bioethanol. Diakses pada tanggal 01 April pada pukul 11.18 URL : http://www.alpensteel.com/article/51-113-energi-lain-lain/510proses-produksi-bioetanol.html Anonim 2. 2012. Proses pembuatan bioetanol dari ubi kayu. Diakses pada tanggal 01 April 2012 pukul 11.27 URL : http://teknologipertanian-belajarsantai.blogspot.com/ 2012/02/proses-pembuatan-bioetanol-dari-ubi.html Anonim 3. 2009. Teknologi Proses Produksi Bioethanol. Diakses pada tanggal 01 April 2012 pukul 11.09 URL : http://world-energi.blogspot.com/2009/06/teknologi-prosesproduksi-bio-ethanol.html Anonim 4. 2012. Bioetanol. Diakses pada tanggal 01 April 2012 pukul 11.11. URL : http://nurichana.com Basdowo. 2007. Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Jakarta. Ingram, L.O. and J.B. Doran. 1995. Conversion of cellulosic materials to ethanol. FEMS Microbiol. Review. Sudradjat, R., 2001, The Potensial of Biomass Energy Resources in Indonesia for the Possible Development of Clean Technology Process (CPT), Jakarta .

You might also like