You are on page 1of 79

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN LOGIKA MATEMATIKA

MELALUI BELAJAR DALAM KELOMPOK KECIL DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2006/2007

SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Nama Nim Prodi : Zakiyatul Fikriyyah : 4101403512 : Pendidikan Matematika

Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Skripsi
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN LOGIKA MELALUI BELAJAR DALAM KELOMPOK KECIL DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada: Hari Tanggal : Kamis : 23 Agustus 2007 Panitia Ujian

Ketua,

Sekretaris,

Drs. Kasmadi Imam S, M.S NIP. 130781011 Pembimbing Utama,

Drs. Supriyono, M.Si NIP. 130815345 Ketua Penguji,

Drs. Suparyan NIP. 130935364 Pembimbing Pendamping 1. Drs. Darmo NIP.130515753 Anggota Penguji, Drs. Moch Chotim, M. S NIP.130781008 2. Drs. Suparyan, M.Pd NIP.130935364

3. Drs. Moch Chotim, M.S NIP.130781008

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam skripsi ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka

Semarang, Agustus 2007

Zakiyatul Fikriyyah NIM: 4101403512

iii

ABSTRAK Zakiyatul Fikriyyah, 2007. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa terhadap Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Logika melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi Think Talk Write pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, jurusan matematika, FMIPA Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Think, Talk, Write. Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis merupakan kompetensi hasil belajar matematika yang dituntut oleh kurikulum 2006. kedua kemampuan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi. Agar kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi berkembang, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematis yang bermanfaat. Belajar dalam kelompok kecil dengan strategi think talk write memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menelaah kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa SMA Negeri 2 Kudus yang belajar dengan strategi Think Talk Write dalam kelompok kecil, keterkaitan antara kedua kemampuan tersebut, serta sikap siswa dan pandangan guru terhadap pembelajaran dengan strategi Think Talk Write dalam kelompok kecil. Alasan pemilihan belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini dipilih karena kelas merupakan unit terkecil dalam sistem pembelajaran, sehingga semua guru perlu mendalami dan berperilaku kritis terhadap apa yang sebenarnya dilakukan oleh siswa maupun guru. Dengan demikian guru dapat mengubah sendiri strategi pembelajaran untuk meningkatkan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa dan sekaligus dapat mengubah proses menjadi lebih efektif. Setelah melakukan aplikasi model, observasi proses, evaluasi hasil, dan refleksi perilaku pembelajaran sebanyak tiga siklus, diperoleh data bahwa belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini terlihat adanya peningkatan nilai hasil belajar dan komunikasi yang cukup berarti baik secara individu maupun kelompok. Untuk mendapatkan data penelitian digunakan instrumen berupa tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis , skala sikap siswa, angket kemampuan komunikasi siswa, serta format observasi. Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 2 Kudus dengan subjek sampel adalah siswa kelas X.3 dari tujuh kelas keseluruhan kelas X. analisis data dilakukan secara kualitatif. Analisis

iv

kualitatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang berkaitan dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta sikap siswa dan peran guru terhadap pembelajaran yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis yang belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write mengalami peningkatan hasil belajar. Aktivitas siswa dalam belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write adalah baik. Siswa dan guru menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran ini.

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jangan terlalu mencemaskan diri sendiri, cemaskanlah karakter diri sendiri, integritas adalah imbalannya. (Penulis) Nilai sesungguhnya dari seorang manusia ditentukan oleh tujuan hidup yang dikejarnya untuk memperoleh keridloan Allah SWT. (Penulis) Kesempatanku untuk sukses disetiap kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa besar kepercayaanku pada diri sendiri. (Penulis).

PERSEMBAHAN

Ucapan Syukur Alhamdulillah kapada ALLAH SWT, Nabi Muhammad SAW, Spesial buat orang tuaku Bapak Muhaimin, S.Ag, Ibu Ning Maslichati, Adikku Saiful Marom, Riza Mustofa yang senantiasa mendoakan aku sehingga aku bisa menyelesaikan naskah skripsi ini. Spesial juga buat orang terdekatku Awal, Dian, Suci,Teteh Risma yang telah memberiku semangat, spesial juga buat orang yang aku cintai, keluarga besar Kos BSD, tak lupa pula seluruh dosen dan karyawankaryawati UNNES yang tak bisa aku sebut satu persatu.

vi

KATA PENGANTAR

Allahu Akbar, puji syukur dihaturkan kehadirat Allah SWT yang tidak henti-hentinya mencurahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan, kerjasama dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan jiwa dan ketulusan hati selayaknya penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat : 1) Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang 2) 3) Drs. Kasmadi Imam S, M.S, dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang Drs. Supriyono, M.Si, ketua jurusan matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang 4) Drs. Suparyan, M.Pd, Dosen Wali dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran untuk penyusunan skripsi ini. 5) Drs. Moch Chotim, M. S, Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran untuk penyusunan skripsi ini. 6) Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Astaghfirullahaladzim, permohonan ampun atas segala khilaf dan salah diiringkan atas selesainya penulisan skripsi ini, berbagai langkah perbaikan telah diupayakan untuk penyempurnaan skripsi ini, namun demikian sekiranya terdapat

vii

hal-hal yang terasa janggal maka segala saran , kritik yang konstruktif dan pertimbangan akan diterima sebagai bahan berkaca agar niscaya ada upaya rekayasa kearah kesempurnaannya. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bermakna dan berarti bagi pembaca yang budiman pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Semarang,

Agustus 2007

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ PERNYATAAN.............................................................................................. ABSTRAK ...................................................................................................... MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. Latar Belakang Masalah........................................................... Permasalahan ........................................................................... Cara Pemecahan Masalah ........................................................ Penegasan Istilah...................................................................... Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ Sistematika Penulisan Skripsi .................................................. 1 6 6 7 9 10 i ii iii iv vi vii ix xi

BAB II LANDASAN TEORI A. B. C. D. Landasan Teori.......................................................................... Pokok Bahasan yang Terkait dengan Pelaksanaan Penelitian . Kerangka Berfikir...................................................................... Hipotesis Tindakan ................................................................... 12 21 40 41

BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. Lokasi Penelitian ...................................................................... Subyek Penelitian ..................................................................... Metode Pengumpulan Data ....................................................... 42 42 42

ix

D.

Tes .............................................................................................

43 43 44 46

E. Prosedur Penelitian .................................................................... F. Rencana Penelitian ..................................................................... G. Indikator Keberhasilan ............................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus Pertama ..................... B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus Kedua ....................... C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus Ketiga ....................... BAB V PENUTUP A. Simpulan .................................................................................... B. Saran........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN....................................................................................................

47 53 59

62 62 64 66

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal pertemuan penelitian tindakan kelas ............................... 66 Lampiran 2. Subyek penelitian ........................................................................ 67 Lampiran 3. Instrumen wawancara pengambilan data sikap siswa pada pelajaran matematika ................................................................ 68 Lampiran 4. Hasil wawancara tentang sikap siswa pada pembelajaran matematika ................................................................................... 69 Lampiran 5. Angket penelitian tindakan kelas ................................................. 70 Lampiran 6. Hasil angket penelitian tindakan kelas ........................................ 71 Lampiran 7. Silabus ........................................................................................ 73 Lampiran 8. Rancangan pelaksanaan pembelajaran siklus 1 ........................... 76 Lampiran 9. LKS 1........................................................................................... 83 Lampiran 10.Kunci jawaban LKS 1.................................................................. 84 Lampiran 11.Quis 1........................................................................................... 86 Lampiran 12.Kunci jawaban Quis 1.................................................................. 87 Lampiran 13.Lembar pengamatan siswa kegiatan belajar mengajar siklus 1... 89 Lampiran 14.Lembar pengamatan guru kegiatan belajar mengajar siklus 1 .... 90 Lampiran 15.Data nilai diskusi kelompok siklus 1........................................... 93 Lampiran 16.Tabel pengamatan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar siklus 1 ........................................................................ 95 Lampiran 17.Daftar nilai tes Quis siklus 1........................................................ 97 Lampiran 18.Rancangan pelaksanaan pembelajaran siklus 2 ........................... 99 Lampiran 19.LKS 2......................................................................................... 106 Lampiran 20.Kunci jawaban LKS 2................................................................ 107 Lampiran 21.Quis 2......................................................................................... 109 Lampiran 22.Kunci jawaban Quis 2................................................................ 110 Lampiran 23.Lembar pengamatan siswa kegiatan belajar mengajar siklus 2. 112 Lampiran 24.Lembar pengamatan guru kegiatan belajar mengajar siklus 2 .. 113 Lampiran 25.Data nilai diskusi kelompok siklus 2......................................... 116 Lampiran 26.Tabel pengamatan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar siklus 2 ...................................................................... 118 Lampiran 27.Daftar nilai tes Quis siklus 2...................................................... 120 Lampiran 28.Rancangan pelaksanaan pembelajaran siklus 3 ......................... 122 Lampiran 29.LKS 3......................................................................................... 128 Lampiran 30.Kunci jawaban LKS 3................................................................ 129 Lampiran 31.Quis 3......................................................................................... 131 Lampiran 32.Kunci jawaban Quis 3................................................................ 132 Lampiran 33.Lembar pengamatan siswa kegiatan belajar mengajar siklus 3. 134 Lampiran 34.Lembar pengamatan guru kegiatan belajar mengajar siklus 3 .. 135 Lampiran 35.Data nilai diskusi kelompok siklus 3......................................... 138 Lampiran 36.Tabel pengamatan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar siklus 3 ...................................................................... 140 Lampiran 37.Daftar nilai tes Quis siklus 3...................................................... 142

xi

Lampiran 38.Usulan pembimbing................................................................... 143 Lampiran 39.Permohonan ijin penelitian........................................................ 144 Lampiran 40.Surat keterangan penelitian ....................................................... 145

xii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui upaya peningkatan kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses terus menerus manusia untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi. Karena itu siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berpikir secara mandiri. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Untuk itu matematika sekolah perlu difungsikan sebagai wahana untuk menumbuhkembangkan kecerdasan, kemampuan, keterampilan serta untuk membentuk kepribadian siswa. Pembelajaran matematika akan menuju arah yang benar dan berhasil apabila mengetahui karakteristik yang dimiliki matematika. Matematika memiliki karakteristik tersendiri baik ditinjau dari aspek kompetensi yang

ingin dicapai, maupun dari aspek materi yang dipelajari untuk menunjang tercapainya kompetensi. Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, matematika menekankan penguasaan konsep dan algoritma serta

keterampilan memecahkan masalah. Yang menjadi masalah adalah bagaimana pemecahan masalah itu diintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar matematika.

Keterampilan tersebut akan dimiliki siswa bila guru mengajarkan bagaimana memecahkan masalah yang efektif kepada siswa-siswanya. (Herman Hudojo, 2005: 123) Belajar merupakan perjalanan yang tidak pernah berakhir dalam pembinaan dan pemahaman diri. Analisis serta perbaikan cara-cara belajar dituntut agar tetap berlangsung berkesinambungan. Kemampuan untuk menganalisis dan memperbaiki cara belajar dan berpikir perlu dilakukan secara sadar, dan seyogianya tidak berhenti belajar, tidak berhenti menginplementasikan hasil belajar itu. (Sindhunata,2000:115) Perubahan cara dan sistem dalam proses belajar mengajar di sekolah akan berpengaruh terhadap sikap dan kebiasaan belajar siswa. Russefendi menyatakan, sikap positif terhadap matematika membuat siswa mengerti terhadap matematika, melihat matematika itu indah dan sikap seperti itu akan mendorong siswa untuk mempelajarinya. (Russefendi, 1980: 131)

Proses belajar matematika tidak selamanya berjalan efektif, karena masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Kesulitan belajar matematika terutama disebabkan oleh sifat khusus dari matematika yang memiliki obyek abstrak. Sifat inilah yang perlu disadari dan dicari jalan keluar sehingga siswa dapat mempelajari matematika dengan mudah dan menyenangkan. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu pernyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Kecerdasan matematika-logika memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. (Sindhunata, 2000: 88) Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,

mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi aljabar, geometri, logika matematika, peluang dan statistika. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel.

Tujuan pembelajaran matematika adalah : a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi, dugaan, serta mencoba-coba. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram. (Asikin, 2004: 3) Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk mengembangkan rancangan pembelajaran matematika berbasis kompetensi, yaitu : apa yang akan diajarkan, bagaimana cara mengajarkannya, dan bagaimana cara mengetahui bahwa apa yang diajarkan dapat dipahami oleh siswa. Hal pertama berkaitan dengan tujuan dan materi apa yang akan diajarkan, dan yang kedua berkaitan dengan pendekatan, metode, dan media pembelajaran, sedangkan yang ketiga berkaitan dengan sistem pengujian atau evaluasi. Guru mata pelajaran matematika kelas X SMA Negeri 2 Kudus menyampaikan bahwa siswa SMA Negeri 2 Kudus merupakan siswa pilihan, karena SMA Negeri 2 Kudus merupakan sekolah favorit di Kudus. Namun sebagian besar siswanya mempunyai tingkat perhatian dan kemampuan komunikasi yang kurang terhadap pelajaran matematika. Ini

diperkuat dengan rendahnya nilai ulangan harian dan tengah semester mata pelajaran matematika, disamping itu siswa juga mengeluhkan bahwa matematika hanya berisi angka-angka dan rumus-rumus yang harus dihafalkan, sehingga materinya dianggap kurang bermakna. Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis merupakan kompetensi hasil belajar matematika yang dituntut oleh kurikulum 2004. kedua kemampuan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi. Agar kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi berkembang, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematis yang bermanfaat. (Helmaheri, 2005: 1) Belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya. (Bansu Irianto, 2004: 1) Berdasar uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN PELAJARAN MASALAH MATEMATIS POKOK SISWA BAHASAN TERHADAP LOGIKA

MATEMATIKA

MATEMATIKA MELALUI BELAJAR DALAM KELOMPOK KECIL DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2006/2007.

B.

Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Apakah melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write dapat mengembangkan kemampuan komunikasi pada pemecahan masalah matematis siswa dalam belajar matematika? 2. Sejauh manakah peningkatan hasil belajar matematika melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write?

C.

Cara Pemecahan Masalah Dalam penelitian ini masalah akan dipecahkan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara bersiklus, masing-masing siklus dengan tahapan perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi. Dengan menggunakan model pembelajaran Think-Talk- Write, adapun yang direncanakan untuk siklus I adalah : a. Pengajuan masalah oleh guru b. Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) c. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 atau 3 siswa sesuai dengan prinsip pembagian kelompok kecil d. Setiap kelompok memperoleh satu LKS, untuk dicari permasalahan dalam soal dan dipikirkan cara penyelesaiannya, kemudian di diskusikan dengan kelompoknya, setelah itu di tuliskan cara penyelesaiannya dengan kata-kata kelompok itu sendiri.

D.

Penegasan Istilah 1. Komunikasi Komunikasi merupakan proses dalam mencari, memilah-milah, merumuskan, menerapkan, mengatur, menghubungkan, dan

menjadikan campuran antara gagasan-gagasan dengan kata-kata yang sudah mempunyai arti itu dapat dipahami. (DePorter Bobby, 1992: 150) 2. Memecahkan Masalah Memecahkan masalah adalah metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya (discovery) tanpa bantuan khusus. Dalam memecahkan masalah, pelajar harus berfikir, mencobakan hipotesis dan bila berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari sesuatu yang baru. Langkah-langkah yang diikuti dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut: a. b. c. d. Pelajar dihadapkan dengan masalah Pelajar merumuskan masalah itu Merumuskan hipotesis Menguji hipotesis (Nasution, 1982: 170) 3. Masalah Matematis Masalah matematis yaitu masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret, termasuk teka teki. Dan masalah

untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah, tidak kedua-duanya. (Hudojo, 2005: 124-125) 4. Think-Talk-Write Think (berfikir) adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Dalam berfikir, otak seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Dalam berfikir menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Cara berfikir ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. (Hernacki Mike,1992: 152) Talk (komunikasi lisan) dapat digunakan dalam segala macam situasi belajar, namun tidak merupakan satu-satunya alat. Bagi kelas-kelas rendah SD mungkin komunikasi lisanlah yang paling efektif. Akan tetapi di kelas-kelas yang lebih tinggi, bila anak-anak telah pandai membaca, bahan tertulis, dan gambar-gambar tidak kurang efektifnya dibandingkan komunikasi verbal. Komunikasi lisan (berbicara) banyak manfaatnya dalam berbagai situasi belajar, seperti memberi bimbingan belajar, dalam memberikan feedback atau balikan, atau memulai topik baru. (Nasution, 1992: 195-196)

Write (menulis) adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Tulisan yang baik memanfaatkan kedua belah otak. (Hernacky Mike, 1992: 179)

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang penulis kemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa terhadap pelajaran

matematika. 2. Untuk mengetahui apakah melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka manfaat yang diharapkan sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan

mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa. b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam belajar matematika yang pada gilirannya akan membawa

10

pengaruh

positif

yaitu

terjadinya

peningkatan

hasil

belajar

matematika siswa dan penguasaan konsep serta keterampilannya. 2. Bagi Guru a. Memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan keterampilan

memilih strategi pembelajaran yang bervariasi. b. Guru termotivasi melakukan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru itu sendiri. 3. Bagi Peneliti a. Akan diperoleh pemecahan masalah dalam penelitian sehingga akan diperoleh suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam pemecahan masalah matematis terhadap matematika dan hasil belajar siswa. b. Mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan khususnya tentang konsep matematika yang abstrak dalam bentuk konkret.

F.

Sistematika Penulisan Skripsi Pedoman penyusunan skripsi dibagi menjadi tiga bagian, yakni bagian awal, bagian isi dan bagian akhir skripsi. Bagian awal penulisan skripsi ini terdiri dari : halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran.

11

Bagian isi skripsi ini terdiri dari : BAB I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, permasalahan, cara

pemecahan masalah, penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II Landasan teori dan hipotesis tindakan berisi tentang landasan teori, pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian, kerangka berfikir, dan hipotesis tindakan. BAB III Metode penelitian berisi tentang lokasi penelitian, subyek penelitian, metode pengumpulan data, tes, prosedur penelitian, rencana penelitian yang terdiri atas tiga siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi, dan indikator keberhasilan. BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan siklus I, hasil penelitian dan pembahasan siklus II, hasil penelitian dan pembahasan siklus III. BAB V Penutup yang berisi tentang simpulan dari data dan saran yang merupakan sumbangan pemikir. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II LANDASAN TEORI

A.

Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. (Chatarina, 2004:1) Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. (W. Gulo, 2005:8) Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku. 2. Pembelajaran Matematika Satu-satunya kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah pendidikan. Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Untuk itu pendidikan dimasa mendatang harus didesain dan diorientasikan pada penyiapan, pembentukan, pengkaderan, dan pengembangan agar setiap individu dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada dirinya.

12

13

Matematika adalah pengetahuan logik, berhubungan dengan bilangan dan kalkulasi, dan terorganisir secara sistematis. Beberapa karakteristik matematika : a. Memiliki obyek kajian yang abstrak

b. Bertumpu pada kesepakatan c. Berpola pikir deduktif

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti e. f. Memperhatikan semesta pembicaraan Konsisten terhadap sistemnya Pembelajaran matematika merupakan kegiatan yang menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Matematika dapat mencerdaskan siswa dan membentuk kepribadian serta mengembangkan ketrampilan siswa. Ini mengarahkan perhatian pada pengajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika. Pembelajaran matematika harus bertumpu pada dua hal, yaitu optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran dan optimalisasi keterlibatan seluruh siswa dalam pembelajaran. Penyelenggaraan pendidikan akan berhasil apabila semua unsur dalam sistem tersebut dapat berjalan seiring dan seirama menuju tujuan pendidikan yang ditetapkan. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak dapat dilepaskan dari soal-soal penanaman nilai-nilai (transfer of value).

14

Dilandasi oleh nilai-nilai itu anak didik akan tumbuh kesadaran dan kemauan untuk mempraktekkan segala sesuatu yang dipelajarinya. Tujuan pembelajaran matematika KBK adalah : a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran

divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi, dugaan, serta mencoba-coba. c. d. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram. (Asikin, 2004:3) Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan dua hal yaitu : a. Tujuan yang bersifat formal, yaitu penataan nalar serta pembentukan pribadi siswa. b. Tujuan yang bersifat materiil, yaitu penerapan matematika dan keterampilan matematika. Jadi matematika sekolah perlu difungsikan sebagai wahana untuk menumbuhkembangkan membentuk kepribadian kecerdasan, siswa. kemampuan serta untuk faktor

Matematika

merupakan

15

pendukung dalam laju perkembangan persaingan diberbagai bidang ekonomi, teknologi, persenjataan serta usaha eksploitasi ruang angkasa. 3. Komunikasi Siswa Dalam situasi belajar, komunikasi memegang peranan yang penting. Komunikasi merupakan suatu bagian dari pengajaran. Komunikasi diperlukan untuk: 1. Membangkitkan dan memelihara perhatian siswa. 2. Memberitahukan dan memperlihatkan hasil belajar yang diharapkan. 3. Merangsang siswa untuk mengingat kembali hal-hal yang bertalian dengan topik-topik tertentu. 4. Menyajikan stimulus untuk mempelajari suatu konsep, prinsip atau masalah. 5. Memberi bimbingan siswa dalam belajar. 6. Menilai hasil belajar siswa. (Nasution, 1982:194) Komunikasi merupakan proses dalam mencari, memilah-milah, merumuskan, menerapkan, mengatur, menghubungkan, dan menjadikan campuran antara gagasan-gagasan dengan kata-kata yang sudah mempunyai arti itu dapat dipahami. (DePorter Bobby, 1992: 150) Dalam proses belajar mengajar dapat kita amati , siswa yang melakukan berbagai aktivitas belajar seperti mendengarkan, mencatat, bertanya, berdiskusi, membuat pekerjaan rumah. Juga dapat kita amati,

16

guru dengan berbagai aktivitasnya seperti menerangkan, bertanya, mendemonstrasikan, mencatatkan hal-hal yang penting di papan tulis dan lain-lain, yang merupakan upaya agar para siswa dapat belajar. Kedua pihak yaitu siswa dan guru sama-sama aktif dalam satu interaksi pendidikan (interaksi edukatif). (Natawidjaja, 1982: 51) Memecahkan masalah adalah metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya (discovery) tanpa bantuan khusus. Dalam memecahkan masalah, pelajar harus berfikir, mencobakan hipotesis dan bila berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari sesuatu yang baru. Langkah-langkah yang diikuti dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut: 1. Pelajar dihadapkan dengan masalah 2. Pelajar merumuskan masalah itu 3. Merumuskan hipotesis 4. Menguji hipotesis (Nasution, 1982: 170) Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah

memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan kehidupan. Dengan kata lain, bila seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan, sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana menyampaikan informasi yang relevan, menganalisa

17

informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya. Matematika yang disajikan kepada siswa-siswa yang berupa masalah akan memberikan motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut. (Hudojo, 1977: 91) Untuk melakukan identifikasi masalah, perlu diawali oleh diskusi kelas guna berbagi pengetahuan tentang masalah-masalah di masyarakat. Untuk mengerjakan kegiatan ini, seluruh siswa hendaknya membaca dan mendiskusikan masalah-masalah yang dapat ditemukan di kelas. Misalnya saja guru membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang). Setiap kelompok diminta untuk mencari suatu masalah (misalnya: cara mengerjakan soal matematika yang menyangkut pemecahan masalah yang diberikan oleh guru), lalu mendiskusikannya ke dalam kelompok kecil tersebut untuk menjawab pertanyaanpertanyaan seperti yang terdapat pada format identifikasi dan analisis masalah. (Budimansyah, 2002: 14) Bentuk atau format belajar mengajar yang bisa dilakukan dalam kelompok kecil, format ini banyak mendorong guru untuk mengurangi format komunikasi satu arah seperti yang nampak jelas pada format ceramah. Belajar dalam kelompok kecil mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi, interaksi edukatif dua arah dan banyak arah sehingga diperkirakan siswa yang

18

belajar tersebut secara mental emosional lebih terlihat dibandingkan dengan format ceramah, guru cenderung untuk menjadi pusat proses kegiatan belajar mengajar. (Natawidjaja, 1982: 70). 4. Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (1990:22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: a. Faktor dari dalam siswa, meliputi kemampuan yang dimiliki, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar yakni informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga kawasan tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Beberapa fungsi hasil belajar : a. Hasil belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. b. Hasil belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu.

19

c. Hasil belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, asumsinya bahwa hasil belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan IPTEK serta berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Nana Sudjana (1990:57), hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciriciri sebagai berikut: a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. c. Hasil belajar yang dicapai bermakna dari dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh

(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau

20

wawasan,

ranah

afektif

(sikap)

dan

ranah

psikomotorik,

keterampilan atau perilaku. e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan

mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Menurut Bobbi Porter (2001:1020), manusia mempunyai keinginan belajar yang alami yang didasarkan atas rasa ingin tahu. Dengan modal yang dimiliki berupa kekayaan fisik dan mental, daya serap dan kecanggihan linguistik merupakan potensi untuk mencapai hasil yang maksimal apabila dimanfaatkan secara maksimal. 5. Model Pembelajaran Think-Talk-Write Think (berfikir) adalah teknik pemanfaatan keseluruan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Dalam berfikir, otak seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Dalam berfikir menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Cara berfikir ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah (Hernacki Mike,1992: 152) Talk (komunikasi lisan) dapat digunakan dalam segala macam situasi belajar, namun tidak merupakan satu-satunya alat. Bagi kelas-kelas rendah SD mungkin komunikasi lisanlah yang paling efektif. Akan tetapi

21

di kelas-kelas yang lebih tinggi, bila anak-anak telah pandai membaca, bahan tertulis, dan gambar-gambar tidak kurang efektifnya dibandingkan komunikasi verbal. Komunikasi lisan (berbicara) banyak manfaatnya dalam berbagai situasi belajar, seperti memberi bimbingan belajar, dalam memberikan feedback atau balikan, atau memulai topik baru (Nasution, 1992: 195-196) Write (menulis) adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Tulisan yang baik memanfaatkan kedua belah otak. (Hernacky Mike, 1992: 179). Think talk write adalah pembelajaraan di mana siswa diberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya.

B.

Pokok Bahasan yang Terkait dengan Pelaksanaan Penelitian Pernyataan dan Kalimat Terbuka 1. Pernyataan Pernyataan (Proposisi/deklarasi/statement) adalah kalimat yang memiliki nilai benar saja atau salah saja tetapi tidak sekaligus benar dan salah.

22

a. Lambang sebuah pernyataan Pernyataan-pernyataan tunggal biasanya dilambangkan dengan huruf kecil, seperti p, q, r, dan sebagainya. b. Nilai kebenaran sebuah pernyataan Untuk menunjukkan bahwa sebuah pernyataan itu benar atau salah dapat digunakan cara sebagai berikut: i. Dasar empiris, yaitu menunjukkan benar atau salahnya sebuah pernyataan berdasarkan fakta yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contoh 1: 2, 4, 6, merupakan bilangan genap 10 merupakan bilangan yang habis dibagi 5 ii. Dasar tidak empiris, yaitu menunjukkan benar salahnya sebuah pernyataan melalui bukti atau perhitungan dalam matematika. Contoh 2 : a. Dalam
ABC ,

berlaku

a 2 = b 2 + c 2 2bc cos A

(pernyataan yang benar). b. x 2 + 5 x 24 = 0 Kalimat tersebut menjadi pernyataan yang benar jika x diganti 8 dan 3 . Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah

{ 8,3} .

23

Pernyataan yang benar memiliki nilai kebenaran B (benar) atau 1 dan pernyataan yang salah memiliki kebenaran S (salah) atau 0. Nilai kebenaran suatu pernyataan dapat ditulis menggunakan huruf Yunani (dibaca :tau).
2. Kalimat Terbuka

Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat peubah atau variabel, sehingga belum dapat ditentukan benar atau salahnya. Sebuah kalimat terbuka berubah menjadi pernyataan bila peubahnya diganti oleh suatu anggota semesta pembicaraan. Anggota semesta pembicaraan yang bila menggantikan peubah dalam suatu kalimat terbuka menjadi pernyataan yang benar disebut penyelesaian dari kalimat terbuka tersebut. Himpunan yang terdiri dari semua penyelesaian suatu kalimat terbuka disebut himpunan

penyelesaian kalimat terbuka tersebut.


Contoh 3:

Jika x dan y adalah peubah pada himpunan bilangan cacah, maka himpunan penyelesaian dari persamaan 2x + y = 6 adalah

{(0,6), (1,4), (2,2), (3,0)} .


OPERASI PADA PERNYATAAN 1. Pernyataan Majemuk

Dua pernyataan atau lebih dapat dikomposisikan dengan kata hubung logika (dan, atau, jikamaka, .jika dan hanya jika) membentuk

24

pernyataan baru yang disebut pernyataan majemuk atau pernyataan komposisi. Dalam suatu pernyataan majemuk tidak diharuskan adanya hubungan antar komponen-komponennya, hal ini merupakan sifat yang

fundamental d dalam logika matematika. Dalam operasi pada pernyataan dikenal operasi uner dan operasi biner. i. Operasi uner, yaitu operasi yang bekerja pada sebuah pernyataan. Yang termasuk dalam operasi uner adalah negasi atau penyangkalan atau ingkaran. ii. Operasi biner, yaitu operasi yang mengkomposisikan beberapa pernyataan tunggal menjadi sebuah pernyataan majemuk. Yang termasuk operasi biner adalah konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi.
2. Ingkaran atau Negasi

Ingkaran atau negasi adalah pernyataan baru yang di dapat dengan cara mengingkari pernyataan yang diberikan, yaitu dengan cara membubuhkan kata tidak benar di depan pernyataan yang diberikan atau dengan cara menyisipkan kata tidak atau bukan dalam pernyataan yang diberikan. Apabila suatu pernyataan di beri lambing p maka ingkarannya dilambangkan dengan ~ p , yang dibaca dengan tidak benar p atau tidak p atau bukan p .

25

Contoh 4 :

Tentukan ingkaran dari pernyataan-pernyataan berikut: a. b.

p 4 adalah bilangan genap q 2 adalah bilangan prima

Jawab: a. ~ p tidak benar 4 adalah bilangan genap ~ p 4 adalah bukan bilangan genap b. ~ q tidak benar 2 adalah bilangan prima

~ q 2 adalah bukan bilangan prima.


Terlihat bahwa nilai kebenaran dari negasi suatu pernyataan yang bernilai benar adalah salah, sebaliknya nilai kebenaran dari negasi suatu pernyataan yang bernilai salah adalah benar. Jika pernyataan p bernilai B maka ~ p bernilai S dan jika

p bernilai S maka ~ p bernilai B . Dengan demikian dapat dinyatakan dalam tabel kebenaran sebagai berikut: p B
S

~q
S

26

3. Konjungsi

Konjungsi adalah suatu pernyataan majemuk dengan kata hubung dan yang dilambangkan dengan . Jika diketahui dua pernyataan p dan q maka dapat digabungkan menjadi sebuah konjungsi yaitu p q yang di baca p dan q .
Contoh 5 :

a.

p 2n + 1 untuk n A adalah bilangan ganjil q 111 adalah bilangan prima p q 2n + 1 untuk n A adalah bilangan ganjil dan 111 adalah bilangan prima

b.

p x 2 x, x B q Jumlah besar sudut dalam segitiga adalah 360 0

p q x 2 x, x B dan Jumlah besar sudut dalam segitiga adalah


360 0 Konjungsi akan bernilai benar jika kedua pernyataan bernilai benar, selain itu bernilai salah. Tabel kebenaran konjungsi adalah sebagai berikut:

p
B B
S

q
B
S

pq
B B

B
S

B
S

27

4. Disjungsi

Disjungsi adalah suatu pernyataan majemuk dengan kata hubung atau yang dilambangkan dengan . Jika diketahui dua pernyataan p dan q maka dapat digabungkan menjadi sebuah disjungsi yaitu p q yang bisa di baca p atau q .
Contoh 6 :

a.

p 10 habis dibagi 5 q 8 adalah bilangan prima

p q 10 habis dibagi 5 atau 8 adalah bilangan prima b.

p 9 adalah bilangan ganjil


q 9 adalah bilangan prima

p q 9 adalah bilangan ganjil atau prima Disjungsi akan bernilai salah jika kedua pernyataan bernilai salah, selain itu bernilai benar. Tabel kebenaran disjungsi adalah sebagai berikut : p B B
S
S

q B
S

pq B B B
S

B
S

28

5. Implikasi

Implikasi adalah suatu pernyataan majemuk dengan kata hubung jikamaka yang dilambangkan dengan . Jika diketahui dua pernyataan p dan q maka dapat digabungkan menjadi sebuah implikasi yaitu p q yang di baca jika p maka q . Pernyataan p dinamakan antaseden dan pernyataan q dinamakan konsekuen.
Contoh 7 :

1.

p x=2 q x2 = 4 p q Jika x = 2 maka x 2 = 4

2.

p x2 = 4

q x=2
p q jika x 2 = 4 maka x = 2 Implikasi akan bernilai salah jika antaseden bernilai benar dan konsekuen bernilai salah, selain itu bernilai benar. Tabel kebenaran Implikasi adalah sebagai berikut : p B B
S

q B
S

pq

B
S

B
S

B
B logis adalah apabila diberikan suatu implikasi

Implikasi

p ( x ) q ( x ) , tiap penggantian nilai x yang menyebabkan pernyataan

29

p ( x ) menjadi benar akan menyebabkan pernyataan q ( x ) juga bernilai

benar.
Contoh 8 :

Diketahui p( x ) = x 2 1 = 0 dan q : 2 3 = 6 Tentukan x agar p ( x ) q bernilai benar. Penyelesaian : Oleh karena q bernilai benar, maka untuk p ( x ) bernilai benar atau salah, implikasi p ( x ) q tetap bernilai benar. (lihat tabel kebenaran implikasi)
x x = 1

p(x )

p(x ) q

B
S

B
B

B
B

x 1

Jadi p ( x ) q atau ( x 2 1 = 0) (2 3 = 6) bernilai benar untuk semua


xR.

Contoh lain implikasi logis adalah : 1. Jika x + 1 = 5 maka x 2 = 16 2. Jika ABC segitiga sama sisi maka sudut-sudutnya sama besar 3. Jika x bilangan bulat maka 2 x + 1 bilangan ganjil
6. Biimplikasi

Biimplikasi adalah suatu pernyataan majemuk dengan kata hubung jika dan hanya jika yang dilambangkan dengan . jika diketahui dua pernyataan p dan q maka dapat digabungkan menjadi sebuah biimplikasi yaitu p q yang di baca p jika dan hanya jika q . Biimplikasi

30

sering disebut juga dengan implikasi dua arah, sehingga dapat dinyatakan
p q ( p q ) (q p ).

Contoh 9 :

1.

p Segitiga ABC adalah segitiga sama sisi q segitiga ABC sudut-sudutnya sama besar
p q Segitiga ABC adalah segitiga sama sisi jika dan hanya jika

segitiga ABC sudut-sudutnya sama besar 2. p x 2 6x + 8 = 0

q x = 2 atau x = 4
p q x 2 6 x + 8 = 0 jika dan hanya jika x = 2 atau x = 4

Biimplikasi akan bernilai benar jika nilai kebenaran kedua pernyataan sama. Nilai kebenaran kedua pernyataan sama-sama benar atau sama-sama salah biimplikasi bernilai benar. Tabel kebenaran biimplikasi adalah sebagai berikut : p B B
S

q B
S

pq

B
S
S

B
S

Biimplikasi logis adalah apabila diberikan suatu biimplikasi


p ( x ) q (x ) , tiap penggantian nilai x yang menyebabkan pernyataan p ( x ) menjadi benar akan menyebabkan pernyataan q ( x ) juga bernilai

benar demikian juga sebaliknya.

31

Contoh 10 :

Tentukan nilai

agar biimplikasi 6 x 4 = 8

jika dan hanya

jika 3 + 7 10 bernilai benar. Penyelesaian :


6x 4 = 8

6x = 8 + 4

x=

12 6

x=2

3 + 7 10 adalah pernyataan yang benar. Agar kalimat 6 x 4 = 8 jika dan hanya jika 3 + 7 10 menjadi biimplikasi yang bernilai benar maka haruslah x = 2 . Contoh lain biimplikasi logis adalah : 1. Segitiga ABC sama sisi jika dan hanya jika A = B = C 2.
a

log b = c b = a c

3. x 2 8 x + 15 = 0 ( x = 3 x = 5)
7. Tautologi dan Kontradiksi

Sebelum kita tahu apakah tautology dan kontradksi itu, perhatikan tabel kebenaran dari pernyataan majemuk berikut : p q ~ p
S
S

~q
S

pq

( p q ) ~ q
S
S

[( p q ) ~ q ] ~ p
B B
B

B B
S S

B
S

B
S

B
S

B
S

32

Terlihat pada tabel kebenaran kolom terakhir bahwa nilai kebenarannya semua benar. Artinya selalu benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan

pembentuknya. Pernyataan majemuk yang demikian (nilai kebenarannya benar semua) disebut dengan tautologi. Sedangkan keadaan sebaliknya (nilai kebenarannya salah semua) disebut dengan kontradiksi. Salah satu contoh kontradiksi adalah pernyataan majemuk [( p q ) (~ p ~ q )] Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel kebenaran berikut : p q ~ p
S S

~q
S

pq

(~

p ~ q)
S S

[( p q ) (~
S S

p ~ q )]

B
B
S
S

B
S

B
B B
S

B
S

B
S

S
S

Terlihat pada tabel kebenaran kolom terakhir bahwa nilai kebenarannya salah semua. Maka benar bahwa pernyataan majemuk

[( p q ) (~

p ~ q )] adalah kontradiksi.

8. Konvers, invers dan kontraposisi

Untuk mengetahui apakah konvers, invers dan kontraposisi itu, perhatikanlah pernyataan-pernyataan implikasi berikut : a. Jika ABCD adalah persegi maka ABCD sisi-sisinya sama panjang Implikasi di atas misalkan diketahui:

p ABCD adalah persegi

33

q ABCD sisi-sisinya sama panjang


q p Jika ABCD sisi-sisinya sama panjang maka ABCD adalah

persegi b.
~ p ~ q Jika ABCD bukan persegi maka ABCD sisi-sisinya

tidak sama panjang c.


~ q ~ p Jika ABCD sisi-sisinya tidak sama panjang maka

ABCD bukan persegi Hubungan dari pernyataan-pernyataan di atas adalah : 1. Pernyataan : q p disebut konvers dari implikasi p q 2. Pernyataan : ~ p ~ q disebut invers dari implikasi p q 3. Pernyataan : ~ q ~ p disebut kontraposisi dari implikasi p q Tabel kebenaran implikasi, konvers, invers dan kontraposisi

p
B

q
B
S

~ p
S S

~q
S

pq

q p

~ p ~ q

~ q ~ p

B
S

B
S

B
S

B
S

B
S

B
S

B
S

B
B

B
B

B
B

Dari tabel kebenaran di atas terlihat bahwa : 1. Nilai kebenaran p q sama dengan nilai kebenaran ~ q ~ p , ini berarti implikasi ekuivalen dengan kontraposisinya

34

2. Nilai kebenaran p q sama dengan nilai kebenaran ~ p ~ q , ini berarti konvers ekuivalen dengan invers dari suatu implikasi 3. Nilai kebenaran p q tidak sama dengan q p dan ~ p ~ q , ini berarti implikasi tidak ekuivalen dengan konvers dan inversnya.
9. kuantor

Ada dua macam kalimat berkuantor, yaitu kuantor universal dan kuantor eksistensial.
a. Kuantor Universal

Kuantor Universal adalah pernyataan yang menggunakan kata semua atau setiap.
Contoh 11 :

1. Semua bilangan real jika dikuadratkan tak pernah bernilai negatif 2. Setiap bilangan genap habis dibagi 4 3. Semua bilangan positif lebih dari nol 4. Setiap persegi merupakan bujur sangkar Kuantor Universal dilambangkan dengan : x, p ( x ) di baca untuk semua x berlakulah p ( x ) atau untuk setiap x berlakulah p ( x ) . Atau : x S , p ( x ) di baca untuk semua x S berlakulah p ( x ) atau untuk setiap x S berlakulah p ( x ) .

35

Contoh 12 :

Setiap x anggota bilangan positif berlakulah x 2 > x Pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai berikut : x > 0, x 2 > x Nilai kebenaran dari Kuantor universal Pernyataan berkuantor universal akan bernilai benar apabila tidak terdapat satupun penyangkal yang membuat pernyataan itu tidak benar. Dan akan bernilai salah apabila terdapat (minimal satu) penyangkal yang membuat pernyataan itu tidak benar.
Contoh 13 :

Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan : a. Semua segitiga jumlah besar ketiga sudutnya adalah 180 0 b. Setiap bilangan asli adalah bilangan cacah c. x R, x 2 > 2 x Jawab : a. Benar, karena tidak ada satupun segitiga yang jumlah besar ketiga sudutnya tidak 180 0 . b. Benar, karena anggota himpunan asli adalah himpunan bagian dari anggota himpunan bilangan cacah. c. Salah, karena ada x R sehingga x 2 > 2 x , salah satunya adalah 1 2

36

b. Kuantor Eksistensial

Kuantor Eksistensial adalah pernyataan yang menggunakan kata ada atau beberapa.
Contoh 14 :

a. Ada bilangan prima genap b. Ada x anggota bilangan rasional memenuhi x 2 + 4 x = 1 Kuntor Eksistensial di lambangkan dengan : x, p ( x ) di baca beberapa x berlakulah p ( x ) atau ada x berlakulah p ( x ) . Atau : x s, p( x ) di baca beberapa x s berlakulah p ( x ) atau ada
x s berlakulah p ( x ) .

Contoh 15 :

Ada x anggota bilangan real berlakulah x 2 + 2 x 4 = 0 pernyataan tersebut dapat di tulis sebagai berikut: x R , x 2 + 2 x 4 = 0 Nilai kebenaran dari kuantor Eksistensial Pernyataan berkuantor eksistensial akan bernilai benar apabila terdapat (minimal satu) yang membuat pernyataan itu benar. Dan akan bernilai salah apabila tidak terdapat satupun yang membuat pernyataan itu benar.

37

Contoh 16 :

Tentukan nilai kebenaran pernyataan berikut : a. Ada bilangan ganjil yang habis dibagi dua b. Ada x yang memenuhi x 2 8 x + 16 = 0 Jawab: Jawab: a. Intuisi : salah Bukti : Ambil sembarang x bilangan ganjil Tulis x = 2n + 1 untuk suatu n B Jelas x tak habis dibagi 2 Jadi x , 2 tidak membagi x Jadi pernyataan salah. b. Bukti :

x 2 2.x.4 + 16 = 0
(x 4) = 0
2

x=4

Pilih x = 4 Jelas 4 2 8.4 + 16 = 16 32 + 16 = 0 Jadi x R x 2 8 x + 16 = 0 Jadi pernyataan benar.

38

c. Ingkaran Pernyataan Berkuantor Dalam pembahasan sebelumnya telah diuraikan tentang ingkaran suatu pernyataan. Untuk memahami ingkaran dari pernyataan berkuantor, perhatikan contoh-contoh ingkaran pernyataan berikut : 1. p Semua jajargenjang adalah segiempat ~ p Tidak semua jajargenjang adalah segiempat ~ p Ada jajargenjang tidak segiempat 2. p Semua bilangan jika dipangkatkan 0 akan bernilai sama dengan 1. ~ p Tidak semua bilangan jika dipangkatkan 0 akan bernilai sama dengan 1. ~ p Ada bilangan jika dipangkatkan 0 tidak bernilai sama dengan1 3. p semua bilangan memiliki invers perkalian ~ p Tidak ada bilangan memiliki invers perkalian ~ p Semua bilangan tidak memiliki invers perkalian 4. p Ada Segitiga sama kaki yang bukan segitiga sama sisi ~ p Tidak ada Segitiga sama kaki yang bukan segitiga sama sisi ~ p Semua Segitiga sama kaki bukan segitiga sama sisi Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa
~ [x, p ( x )] x, ~ p( x ) dan ~ [x, p ( x )] x, ~ p( x )

39

10. Penarikan kesimpulan (argumen)

Suatu argumentasi dikatakan sah (valid) jika dan hanya jika konjungsi dari premis-premisnya benar. Dengan kata lain, jika bentuk implikasi dari argumentasi tersebut merupakan suatu tautology, maka argumentasi tersebut sah.
1. Modus Ponens
pq

(premis 1) (premis 2) (kesimpulan/konklusi)

p q
2. Modus Tollens
pq

(premis 1) (premis 2) (kesimpulan/konklusi)

~q
~ p
3. Silogisme
pq qr

(premis 1) (premis 2) (kesimpulan/konklusi)

pr

Dengan menggunakan tabel kebenaran argumentasi ini dapat dikaji sebagai berikut :

40

P B B

Q
B B
S

R B
S

PQ
B B
S

QR
B
S

PR

B
S

B
B
S
S

B
S

B
B

B
S

B B
S S

B
S

B B
B

B
S

B B
B

S S

B
S

C.

Kerangka Berfikir

Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis merupakan kompetensi hasil belajar matematika yang dituntut oleh kurikulum 2004. kedua kemampuan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi. Agar kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi berkembang, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematis yang bermanfaat. Belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan

memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya. Kemampuan komunikasi dan pemecahan

41

masalah matematis siswa yang belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan cara konvensional. Aktivitas siswa pada pembelajaran dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write adalah baik. Siswa beserta guru menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran ini (Helmaheri, 2005: 1).

D.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan permasalahan dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya bahwa agar kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi berkembang, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematis yang bermanfaat. Atas dasar pemikiran di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah siswa dalam belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 2 kudus.

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Lokasi Penelitian Tempat penelitian adalah SMA Negeri 2 Kudus

B.

Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Kudus tahun pelajaran 2006/2007

C.

Metode Pengumpulan Data a. Metode Observasi Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat diketahui apakah proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. b. Metode Tes Evaluasi Metode ini digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. c. Metode Angket Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan komunikasi siswa terhadap matematika. Metode angket yang digunakan adalah angket langsung yaitu daftar pertanyaan yang

42

43

diberikan langsung kepada siswa untuk diminta pendapat tentang keadaan dirinya. Data yang diperoleh dari angket berupa skor. d. Lembar Observasi Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh data berupa aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

D.

Tes Tes sebagai salah satu metode pengumpulan data, memegang peranan yang cukup penting . dengan memberikan tes akan di dapat refleksi hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan.

E.

Prosedur Penelitian Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Data kemampuan komunikasi siswa dalam memecahkan masalah matematis diambil dari lembar observasi dan angket (siklus 1 sampai siklus 3). 2. Data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanaknnya tindakan dengan lembar observasi. 3. Data tentang hasil belajar diambil dari tes tertulis dan pengamatan proses belajar siswa. 4. Data tentang refleksi diri dan perubahan-perubahan yang terjadi di kelas diambil dari jurnal harian dan catatan diskusi seluruh anggota peneliti.

44

F.

Rencana Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam tiga siklus. Setiap siklus ada empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, dan dilaksanakan dengan kolaborasi partisipatif antara guru dan mahasiswa (peneliti). Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus karena adanya keterbatasan waktu. Siklus 1 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan, dilakukan penyusunan rencana

pembelajaran (RP) dengan kolaborasi antara mahasiswa dan guru bidang studi matematika yang bersangkutan. Penyusunan rencana pengajaran disertai pula dengan penyusunan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi (untuk guru dan siswa), LKS (Lembar kegiatan Siswa), angket dan tes tertulis atau evaluasi 1 dan kunci jawaban evaluasi 1 (untuk siswa). 2. Implementasi a. Guru menerangkan materi secara garis besar kepada peserta didik. b. Peserta didik diarahkan untuk memahami permasalahan matematis terlebih dahulu. c. Kemudian peserta didik terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok d. Peserta didik diberi tugas untuk menuliskan hasil diskusinya dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya.

45

3.

Observasi Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan pembelajaran dengan lembar observasi untuk guru, serta menilai kemampuan siswa dan keterampilan proses dengan menggunakan lembar komunikasi dan kerjasama untuk siswa.

4.

Refleksi Mendiskusikan hasil pengamatan untuk perbaikan pada siklus kedua. Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan dan evaluasi dari tahapan-tahapan dalam siklus 1. refleksi dilaksanakan segera setelah pelaksanaan selesai. Siklus berikutnya dilaksanakan dengan tahapan yang sama dengan siklus 1, dimana perencanaan pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi siklus sebelumnya untuk mengurangi kendala-kendala yang dialami pada siklus sebelumnya. Deskripsi Pelaksanaan Siklus Perencanaan Implementasi

Refleksi

Observasi

keterangan :

siklus awal siklus ulang

46

G.

Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditunjukkan dengan: 1. Adanya peningkatan kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika dari siklus 1 sampai siklus 3 yang dapat dilihat melalui angket kemampuan komunikasi siswa. 2. Adanya peningkatan hasil belajar matematika dari siklus 1 sampai siklus 3 yang dapat dilihat dari hasil evaluasi yang diberikan. 3. Komunikasi dan kerjasama siswa dalam pembelajaran 75% yang diukur dengan lembar observasi komunikasi dan kerjasama siswa. 4. Secara klasikal 85% siswa telah menguasai materi pembelajaran dan secara individu menguasai pelajaran 65%.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I 1. Hasil Penelitian Siklus I Pada siklus I ini diperoleh pengamatan sebagai berikut : a. Pada kegiatan belajar mengajar dapat diperoleh: 1) Masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi. 2) Masih ada beberapa siswa yang canggung dalam mengajukan pertanyaan sehingga kemampuan komunikasi matematik siswa belum optimal pada jalannya diskusi kelompok. 3) Masih ditemukan beberapa siswa yang tidak mau menjawab pertanyaan karena kurangnya pemahaman matematik siswa dalam belajar matematika. 4) Masih terdapat beberapa siswa yang tidak mau disuruh mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau hasil diskusi kelompok kecil di papan tulis dan menjelaskan kepada temantemannya cara pemecahan masalah matematis pada LKS. 5) Melalui metode Think Talk Write kondisi pembelajaran lebih tampak hidup dan menyenangkan, terlihat pada keinginan siswa untuk menjelaskan hasil diskusi kelompoknya.

47

48

6)

Melalui metode Think Talk Write pemahaman siswa terhadap materi pada pemecahan masalah matematis dan komunikasi matematis siswa lebih dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat pada hasil nilai diskusi kelompok kecil dan nilai tes kuis siswa.

b.

Pada pembentukan diskusi kelompok kecil siswa dapat dilihat: 1) Semua siswa menjalankan tugas guru sesuai ketentuan yaitu diskusi dengan kelompok kecil. 2) Masih terdapat beberapa siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah belum sesuai dengan prosedur

penyelesaian, meskipun hasil akhirnya benar. 3) Masih terdapat beberapa siswa yang salah dalam

menyelesaikan soal-soal. 4) Nilai tugas penyelesaian soal pemecahan masalah melalui diskusi pada kelompok kecil rata-rata kelas mencapai 84,24 berdasarkan perhitungan pada lampiran 15. pada nilai tugas kelompok diperoleh nilai terendah 72 dan nilai tertinggi 90. c. Pada pemberian soal tes kuis siklus I diperoleh : 1) 2) Semua siswa mengerjakan soal tes dengan tertib dan lancar. Masih terdapat beberapa siswa yang mengerjakan soal belum selesai dengan prosedur penyelesaian, meskipun hasilnya benar. 3) Masih terdapat beberapa siswa yang salah dalam

menyelesaikan soal-soal.

49

4)

Nilai tes soal kuis siklus I rata-rata mencapai 68,9 ini berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 17. pada nilai tes soal kuis siklus I diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 80 sebanyak 4 siswa.

2. Pembahasan Siklus I Pada siklus ini dengan sub pokok bahasan pernyataan dan kalimat terbuka melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write yang diterapkan guru dalam pembelajaran nampak bahwa kondisi belajar siswa kurang kondusif. Hal ini ditandai dengan masih adanya beberapa siswa datang terlambat, suasana kelas tidak terkontrol sehingga dalam penerapan pembelajaran dengan cara pembentukan kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write masih kurang efektif karena siswanya yang ramai dan tidak bisa dikendalikan. Hal ini dapat dilihat dari lembar observasi siswa siklus I pada Lampiran 16. Akibatnya, pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung perhatian siswa terhadap penjelasan dari guru kurang maksimal. Kecenderungan siswa untuk bermain sendiri ataupun malas-malasan dalam mengikuti pembelajaran masih nampak. Hal ini dapat

mengakibatkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Selanjutnya, ketika guru selesai menjelaskan materi atau bahkan saat menjelaskan materi, guru selalu melakukan pendekatan-pendekatan secara emosional kepada siswa hal itu untuk meningkatkan keberanian siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Namun, ketika guru memberi

50

kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami, nampak kecanggungan, keraguan, dan ketakutan siswa begitu jelas. Hal ini sesuai dengan kondisi siswa ketika di dalam observasi lewat wawancara. Melihat hal ini, guru selalu memberi motivasi kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum dipahami, sehingga identifikasi terhadap kesulitan belajar dapat diketahui oleh guru. Begitu juga ketika siswa disuruh menjawab pertanyaan baik dari guru atau temannya, nampak kecanggungan dan rasa tidak percaya diri pada siswa begitu jelas. Melihat hal ini, guru memberi dorongan pada siswa untuk mantap dalam menjawab dan tidak usah takut salah dalam menjawab, dan langkah guru untuk membangkitkan motivasi siswa untuk mau menjawab, guru selalu memberi penghargaan kepada setiap siswa yang berani menjawab pertanyaan. Pada pembelajaran selanjutnya, guru menunjuk salah satu siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis. Namun keberanian siswa masih kurang. Ketika guru mempersilahkan kepada siswa siapa yang mau maju untuk menyelesaikan soal di papan tulis, tidak ada satupun siswa yang beraani unjuk jari. Maka guru menunjuk salah satu siswa untuk menyelesaikan soal di papan tulis. Ada beberapa siswa yang tidak mau ketika disuruh maju ke papan tulis. Hal ini akibat dari ketakutaan daan rasa percaya diri pada siswa yang masih kurang. Hal ini guru selalu meyakinkan kepada siswa untuk berani mengerjakan soal-soal di papan tulis. Dan penghargaan kepada siswa yang berani mengerjakan dan menjelaskan kepada teman-

51

temannya cara penyelesaian soal yang ia peroleh. Hal ini dapat membangkitkan motivasi dan komunikasi siswa dalam pemecahan masalah matematis. Melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write, kondisi pembelajaran lebih tampak hidup dan menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari antusias siswa bila saat mengikuti proses pembelajaran, meskipun masih ditemukannya beberapa siswa yang belum siap, keaktifan siswa yang acuh dalam kegiatan belajar mengajar mencapai 4,87%, siswa yang sedang mencapai 60,98% sedangkan yang aktif mencapai 34,15% pada siklus I ini. Selain itu, melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write pemahaman matematik dan komunikasi matematik siswa terhadap materi pembelajaran lebih dapat ditingkatkan hal ini dapat dilihat pada hasil nilai diskusi kelompok dan tes kuis pada lampiran 15 dan lampiran 17. Pada saat guru memberikan tugas kelompok kepada siswa, nampak seluruh siswa mengerjakan tugas dan mendiskusikannya dengan baik. Meskipun ditemukan ada siswa yang tidak mengerjakan tugas dan hanya main-main dalam berdiskusi. Meskipun demikian guru tetap memantau jalannya diskusi agar lancar dan hasil yang diperoleh baik. Masih adanya beberapa siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas belum sesuai dengan prosedur penyelesaian. Meskipun hasil akhirnya benar, hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa. Melihat hal ini guru selalu

52

menekankan perhatian siswa pada saat pembahasan soal-soal latihan, sehingga siswa paham bagaimaana mengerjakan soal yang sesuai penyelesaian dan benar. Masih adanya beberapa siswa yang masih salah dalam menyelesaikan soal-soal, hal ini disebabkan karena pemahan matematis dan komunikasi siswa yang masih kurang karena tidak berani menyampaikan kesulitan yang dihadapinya, maka guru selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi, bagian mana dari materi yang terasa sulit. Upaya ini selalu dilakukan oleh guru pada setiap selesai menjelaskan materi atau membahas soal. Hal ini diupayakan untuk meningkatkan tingkat pemahaman matematik dan komunikasi matematik siswa dalam belajar matematika. Ketika akan diadakan tes siklus I, sebelumnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukkan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran semakin meningkat. Dengan demikian, diharapkan tingkat pemahaman matematik dan komunikasi matematik siswa dalam belajar matematika dapat meningkat. Melihat hasil tes siklus I, maka tampak bahwa permasalahan belajar siswa selama diterapkan belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write dapat berkurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas X.3 dengan rata-rata nilai diskusi kelompok 84,24 dan rata-

53

rata nilai tes kuis siswa mencapai 68,9. dengan pengaktifan dan pengefektifan belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write tingkat komunikasi matematik siswa dengan guru semakin baik, sehingga pemahaman matematik siswa dalam pembelajaran lebih tampak menyenangkan, pemahaman konsep lebih mudah dipahami oleh siswa. Masih ditemukannya beberapa siswa yang mencapai hasil belajar yang kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut tidak aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan juga ketidaksenangannya terhadap mata pelajaran matematika. Jauh dari pada itu, nampak motivasi belajar siswa tersebut tidak ada. Walaupun demikian, guru selalu memberi motivasi akan tanggung jawab pendidikan siswa tersebut. Perlu diungkapkan, bahwa hasil belajar kelas X.3 rata-rata nilai diskusi kelompok 84,24 dan rata-rata nilai tes kuis siswa mencapai 68,9 pada materi Logika Matematika dengan sub pokok bahasan Kalimat terbuka, konjungsi, disjungsi, dan negasi.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II 1. Hasil Penelitian Siklus II Berdasarkan pengamatan pada saat pembelajaran di kelas dengan pembaharuan berdasarka refleksi siklus I dengan tindakan yang sama dan materi yang berbeda, optimalisasi cara belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write lebih dapat ditingkatkan, sehingga suasana pembelajaran labih efektif dan lebih hidup. Dengan demikian

54

pemahaman matematik dan komunikasi matematik siswa lebih dapat ditingkatkan. Selain itu, siswa sudah bisa memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Hasil Penelitian siklus II, secara rinci dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Pada kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat diperoleh : 1) Perhatian siswa terhadap penjelasan materi pelajaran guru sudah baik. 2) Keberanian meningkat. 3) Semua siswa sudah berani menjawab pertanyaan baik dari guru maupun temannya. 4) 5) Semua siswa sudah berani mengerjakan tugas di papan tulis. Melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write, kondisi pembelajaran lebih tampak hidup dan siswa untuk mengajukan pertanyaan sudah

menyenangkan. 6) Melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write, pemahaman matematik dan komunikasi matematik siswa dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat pada hasil nilai diskusi kelompok dan nilai tes kuis siswa. b. Pada pembentukan diskusi kelompok kecil siswa dapat dilihat: 1) Semua siswa menjalankan tugas guru sesuai ketentuan yaitu diskusi dengan kelompok kecil

55

2)

Masih terdapat beberapa siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah belum sesuai dengan prosedur penyelesaian, meskipun hasil akhirnya benar.

3)

Masih terdapat beberapa siswa yang salah dalam menyelesaikan soal-soal.

4)

Nilai tugas penyelesaian soal pemecahan masalah melalui diskusi pada kelompok kecil rata-rata kelas mencapai 80,85 berdasarkan perhitungan pada lampiran 25. pada nilai tugas kelompok diperoleh nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 100.

c. Pada pemberian soal tes kuis siklus II diperoleh : 1) 2) Semua siswa mengerjakan soal tes dengan tertib dan lancar. Masih terdapat beberapa siswa yang mengerjakan soal belum selesai dengan prosedur penyelesaian, meskipun hasilnya benar. 3) Masih terdapat beberapa siswa yang salah dalam menyelesaikan soal-soal. 4) Nilai tes soal kuis siklus II rata-rata mencapai 68,78 ini berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 27. pada nilai tes soal kuis siklus II diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 80 sebanyak 6 siswa. 2. Pembahasan Hasil Siklus II Pada Siklus II ini materi yang disampaikan adalah sub pokok bahasan Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, kontradiksi, konvers, invers, dan kontraposisi. Melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think

56

Talk Write nampak bahwa kondisi pembelajaran lebih kondusif dan efektif. Hal ini ditandai dengan semangat belajar siswa dan ketertiban siswa mengikuti proses pembelajaran pada siklus II ini. Ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, nampak keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari kondisi siswa secara umum saat pembelajaran berlangsung. Dimana tidak ditemukannya siswa yang berbicara sendiri saat guru menyampaikan dan menjelaskan materi, meskipun ada satu ataupun dua siswa yang berbicara atau bermain, itu hanya untuk melepaskan kepenatan siswa tersebut. Meningkatkan keefektifan belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write pada siklus II. Nampak keberanian dan keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan semakin meningkat. Ini akibat dari motivasi yang diberikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran berupa pemberian penghargaan. Upaya guru untuk membangkitkan kesadaran siswa akan pentingnya komunikasi matematik, dapat dirasakan oleh siswa. Sehingga sekian anak yang tunjuk jari untuk menerangkan atau menjelaskan pemecahan masalah matematis dalam diskusi kelompok siswa semakin meningkat dan menunjukkan angka yang maksimal. Disamping itu, keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan semakin meningkat pula. Meskipun masih ada jawaban dari siswa yang salah. Hal ini dapat diperbaiki dengan mengingatkan kepada siswa untuk terus

57

belajar dan memperhatikan penjelasan guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II ini, semua siswa sudah berani mengerjakan tugas di papan tulis. Nampak ketika guru menyuruh kepada siswa untuk tunjuk jari, banyak siswa yang tunjuk jari untuk menyelesaikan soal di papan tulis, meskipun jawaban dari salah satu siswa masih ada yang salah, itu penulis rasakan wajar karena kemampuan setiap anak didik berbeda. Melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write kondisi pembelajaran tamapak lebih hidup dan menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari antusias siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran. Sehingga pemahaman matematik pada pemecahan masalah matematis siswa rata-rata sudah benar. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatkan hasil nilai tugas diskusi kelompok dan tes kuis siswa. keaktifan siswa yang acuh dalam kegiatan belajar mengajar mencapai 7,31%, siswa yang sedang mencapai 51,22% sedangkan yang aktif mencapai 41,46% pada siklus II ini. Pada siklus II ini, hasil penyelesaian tugas dalam bentuk soal-soal pemecahan masalah matematis yang pengerjaannya melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai tugas diskusi kelompok pada siklus II. Dengan demikian, kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dapat teratasi dengan penggunaan metode Think Talk Write dalam pembelajaran matematika.

58

Memang masih ditemukannya beberapa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tugas kelompok yang diberikan setelah penjelasan materi oleh guru, itu dikarenakan kemampuan komunikasi dan pemahaman matematik siswa pada soal pemecahan masalah matematis masing-masing siswa berbeda. Meskipun demikian, hasil penyelesaian soal tes kuis siswa yang diberikan pada akhir sub pokok bahasan dapat ditingkatkan, dan jika dibandingkan dengan siklus I, siswa yang mengalami kesalahan dalam mengerjakan soal, jumlahnya relatif sedikit. Dari pembahasan yang dilakukan secara menyeluruh, nampak bahwa proses pembelajaran sudah lancar dan kondisi di dalam kelas sudah kondusif. Sehingga upaya untuk meningkatkan hasil belajar dapat dicapai sesuai dengan indikator keberhasilan. Secara umum tindakan yang dilakukan pada penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat diartikan bahwa pembelajaran matematika pada pokok bahasan Logika Matematika dengan belajar dalam kelompok kecil dengan stategi Think Talk Write pada kelas X.3 SMA Negeri 2 Kudus telah berhasil. Walaupun demikian, pada setiap pembelajaran harus didukung oleh kegiatan-kegiatan yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas agar guru dapat memberikan motivasi secara langsung. Berdasarkan refleksi pada siklus II dari hasil tes soal kuis, dapat dinyatakan bahwa siklus II belum mencapai hasil yang maksimal.

59

Sehingga diadakan refleksi lagi yaitu siklus III dengan sub pokok bahasan yang berbeda.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus III 1. Hasil Penelitian Siklus III Berdasarkan pengamatan pada saat pembelajaran di kelas dengan pembaharuan berdasarkan refleksi siklus II dengan tindakan yang sama dan materi yang berbeda, optimalisasi cara belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write lebih dapat ditingkatkan, sehingga suasana pembelajaran labih efektif dan lebih hidup. Dengan demikian pemahaman matematik dan komunikasi matematik siswa lebih dapat ditingkatkan. Selain itu, siswa sudah bisa memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Hasil Penelitian siklus III, secara rinci dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Pada kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat diperoleh : 1) Perhatian siswa terhadap penjelasan materi pelajaran guru sudah baik. 2) Keberanian meningkat. 3) Semua siswa sudah berani menjawab pertanyaan baik dari guru maupun temannya. 4) Semua siswa sudah berani mengerjakan tugas di papan tulis. siswa untuk mengajukan pertanyaan sudah

60

5)

Melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write, kondisi pembelajaran lebih tampak hidup dan

menyenangkan. 6) Melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write, pemahaman matematik dan komunikasi matematik siswa dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat pada hasil nilai diskusi kelompok dan nilai tes kuis siswa. b. Pada pembentukan diskusi kelompok kecil siswa dapat dilihat: 1) Semua siswa menjalankan tugas guru sesuai ketentuan yaitu diskusi dengan kelompok kecil 2) Masih terdapat beberapa siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah belum sesuai dengan prosedur penyelesaian, meskipun hasil akhirnya benar. 3) Masih terdapat beberapa siswa yang salah dalam menyelesaikan soal-soal. 4) Nilai tugas penyelesaian soal pemecahan masalah melalui diskusi pada kelompok kecil rata-rata kelas mencapai 90,83 berdasarkan perhitungan pada lampiran 35. pada nilai tugas kelompok diperoleh nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 100. c. Pada pemberian soal tes kuis siklus II diperoleh : 1) 2) Semua siswa mengerjakan soal tes dengan tertib dan lancar. Masih terdapat beberapa siswa yang mengerjakan soal belum selesai dengan prosedur penyelesaian, meskipun hasilnya benar.

61

3)

Masih terdapat beberapa siswa yang salah dalam menyelesaikan soal-soal.

4)

Nilai tes soal kuis siklus II rata-rata mencapai 72,68 ini berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 37. pada nilai tes soal kuis siklus II diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90 sebanyak 1 siswa.

2. Pembahasan Hasil Siklus III Pada siklus III ini diperoleh hasil yang maksimal dalam penerapan belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write. meningkatkan hasil nilai tugas diskusi kelompok dan tes kuis siswa. keaktifan siswa yang acuh dalam kegiatan belajar mengajar mencapai 9,76%, siswa yang sedang mencapai 41,46% sedangkan yang aktif mencapai 48,78% pada siklus III ini. Dari diskusi kelompok siswa dalam pemecahan masalah matematis siswa diperoleh peningkatan rata-rata yaitu dari 80,85 menjadi 90,83. Dari Hasil tes soal kuis diperoleh peningkatan hasil rata-rata kelas dari siklus II yaitu 72,68. Hasil belajar siswa pada Siklus I berada pada tingkat sedang mendekati cukup, pada Siklus II hasil belajarnya masih berada pada tingkat kurang. dan pada siklus III mengalami peningkatan atau hasil yang mendekati maksimal.Aktivitas siswa dalam pembelajaran dalam kelompok kecil dengan strategi think-talk-write adalah baik. Siswa beserta guru menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran ini.

62

BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write di SMA Negeri 2 Kudus tahun pelajaran 2006/2007 mengalami peningkatan hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Aktivitas siswa dalam belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write adalah baik. Siswa dan guru menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran ini.

B.

Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1) Model pembelajaran Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.3 SMA Negeri 2 Kudus yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa sehingga dianjurkan dalam penerapannya untuk kelas yang memiliki masalah yang sama. 2) Dalam kegiatan belajar mengajar guru lebih komunikatif dengan siswa agar dalam belajar matematika siswa mempunyai kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis.

62

63

3)

Agar tidak terjadi kejenuhan dalam belajar sebaiknya guru menciptakan lingkungan dimana siswa dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematis yang bermanfaat.

4)

Pada pemecahan masalah matematis melalui diskusi kelompok kecil sebaiknya siswa lebih berperan akif dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara melatih keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapat, bertanya dan menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan temannya.

5)

Guru hendaknya dapat menerapkan pembelajaran melalui diskusi kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write, sehingga dapat bermanfaat bagi keberhasilan belajar matematika pokok bahasan logika, dan merupakan cara yang efektif untuk menumbuhkan potensi siswa.

6)

Untuk

meningkatkan

kemampuan

siswa,

guru

hendaknya

menggunakan metode pembelajaran dalam kelompok kecil dengan strategi Think Talk Write pada pokok bahasan logika matematika guru hendaknya berusaha menciptakan kondisi siswa untuk aktif dalam pembelajaran, kegiatan apersepsi dan motivasi perlu dilakukan untuk mendorong keaktifan siswa selama pembelajaran.

64

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu Irianto.2004. Abstrak Thesis 2005 Program Studi Pendidikan Matematika. Download dari. http://www. Google.com/search?q = cache : 6PJ4FCNVerUJ:ppsupi.org/abstrakmat 2005.html.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asikin, Moch. 2004. Dasar-dasar Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang: Pend. Matematika FMIPA Unnes.

Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian. Bandung: Genesindo.

Chatarina Tri Anni dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Dikti.

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1992. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Helmaheri. 2005. Abstrak Thesis 2005 Program Studi Pendidikan Matematika. Download dari. http://www. Google.com/search?q = cache : 6PJ4FCNVerUJ:ppsupi.org/abstrakmat 2005.html.

Hudojo,

Herman. 2005. Pengembangan Matematika. Malang: UM.

Kurikulum

dan

Pembelajaran

Natawidjaja, Rochman. 1982. Pembaharuan dalam Metode Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.

Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Russefendi. 1980. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Depdikbud.

65

Sindhunata. 2000. Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita. Yogyakarta : Kanisius (Anggota IKAPI).

Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Proses hasil belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

66

You might also like