You are on page 1of 13

PENERAPAN METODE PROMETHEE DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PINJAMAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR IB) KEPADA NASABAH DEBITUR

(STUDI KASUS BANK BRISYARIAH CABANG SIDOARJO)


Fahroni Hadi Prabowo1)
1) S1 / Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya, email : rony_2405@yahoo.com Abstract : BRISyariah is a subsidiary of Bank Rakyat Indonesia, which will serve the banking needs of the people of Indonesia by using the principles of sharia. BRI Syariah is committed to advancement of business and customer satisfaction that most customer are small and middle-economic class. Along with the development needs of customer, clients often need financial support, especially to buy the primary needs of human beings who form the board or housing. An increasing number of debtors if not managed properly will cause problems, especially non-performing loans (loans that are not paid by the debtor). The existence of non-performing loans will cause a reduction in the amount of credit funds can be channeled in the next debtor. For that as service providers, BRISyariah should be able to organize themselves for cash credit loan can minimize the existing risk. Selection of incorrect debtor may hamper the smooth process of rotating funds and will result in non-performing loans (loans that are not paid by the debtor) on BRISyariah. This can disrupt the smooth process of funds to be disbursed to other debtors. For that as service providers, BRISyariah should be able to manage their own credit for cash loans to minimize the existing risk. Selection of debitors submitting inaccurate credit can hamper the smooth process of rotating funds and will result in non-performing loans (loans that are not paid by the debitors) in BRISyariah. This problem disturbs the smooth process to give credits to another debitors. Now a days, BRISyariah needs a system which can give an alternative to choose the best debitor submitting credit in BRISyariah. Its because of BRISyariah still select the best debitor submitting credit manually and there are many criteria to choose the debitors. The utilization of Decision Support System for Priority Determination of Credit Loan Customers in BRISyariah using Promethee Method in BRISyariah can solve that problem. This decision support system gives the best alternative from the list of debitors in accordance with criteria established by BRISyariah. Based on the results of experiments performed can be concluded that the debtor's best ranking period March 2011 to Erna (AO1) is Siti Rahayu, Dionaro, Santoso, for Miko (AO2) is Irfan Bachdim, Aura Kasih, Parto and for Wawan (AO3) is Sadar, Fredy Haris, Pandu Kartiko.

Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia, pada tanggal 19

BRISyariah merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia

Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan ijin dari Bank Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari bank umum konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008, maka lahirlah Bank umum syariah yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut dengan nama BRISyariah atau biasa disebut BRIS) pada tanggal 17 November 2008.

dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah. BRISyariah memiliki komitmen untuk kemajuan usaha dan kepuasan nasabahnya yang sebagian besar nasabah merupakan golongan ekonomi kecil dan menengah. Seiring dengan

berkembangnya kebutuhan nasabah, sering kali para nasabah memerlukan dukungan finansial terutama untuk membeli kebutuhan primer manusia yang berupa papan atau perumahan. 1

Untuk mengakomodasikan kebutuhan nasabah ini, BRISyariah memberikan program kredit dengan sistem Murobahah, yakni pembiayaan berakad jual beli. Pembiayaan Murabahah (MBA) adalah pembiayaan yang pada dasarnya merupakan kesepakatan antara Bank Islam sebagai pemberi modal dan nasabah (debitur) sebagai peminjam (Muhammad, 2002:102). Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna dan sistem ini tidak berbunga, sehingga dapat menarik minat nasabah untuk mengajukan kredit. Peningkatan jumlah debitur ini jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah terutama kredit macet (kredit yang tidak dibayar oleh debitur). Adanya kredit macet akan

jaminan rendah (BPKB mobil) dengan calon debitur yang berwiraswasta kecil tapi

memberikan jaminan tinggi (sertifikat rumah) pasti akan mempunyai resiko (bobot) yang berbeda dari segi waktu dan segi keamanan. Dari segi keamanan calon debitur yang bekerja di Instansi Pemerintahan lebih beresiko dari pada calon debitur berwiraswasta kecil. Karena dari kemungkinan penundaan pelunasan cicilan

ataupun ketidak sanggupan melunasi tagihan yang ada maka ada jaminan yang cukup untuk menganti kas yang telah dikeluarkan BRISyariah untuk memberikan pinjaman kredit. Sedangkan sebaliknya dari segi waktu, calon debitur berwiraswasta kecil lebih beresiko dari pada calon debitur yang bekerja di Instansi

Pemerintahan karena sudah adanya penghasilan tetap perbulan yang dapat digunakan untuk melunasi cicilan atau tagihan kredit. Banyaknya staf Account Officer (AO) dan terbatasnya dana yang dialokasikan dalam kredit pinjaman maka akan muncul permasalahan dimana prioritas dalam pemberian pinjaman

menyebabkan berkurangnya jumlah dana kredit yang dapat disalurkan pada debitur berikutnya. Untuk itu sebagai penyedia jasa, BRISyariah harus dapat mengatur kas pinjaman kreditnya sendiri agar dapat meminimalisasi resiko resiko yang ada. Ada beberapa solusi yang dapat

kredit harus dipertimbangkan, karena penilaiaan kelayakan dari AO yang satu berbeda dengan AO yang lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang dapat mengurutkan prioritas pemberian pinjaman kredit yang mencakup seluruh analisis dari semua AO yang ada. Dengan perkembangan teknologi IT pada saat ini, maka permasalahan yang dihadapi oleh BRISyariah diatas dapat dipecahkan dengan menentukan nasabah yang tepat untuk diberi kredit untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), sehingga dibutuhkan suatu metode yang dapat memecahkan permasalahan penentuan rangking 2

menanggulangi permasalahan kredit macet yang terjadi, antara lain dengan memilih atau

menentukan calon debitur yang lancar pada saat proses pelunasaan tagihan pinjaman kredit, sehingga proses jalannya kas untuk peminjaman kredit dapat berputar sesuai yang diharapkan. Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan calon debitur lain untuk faktor

mendapatkan

pinjaman,

antara

penentuan kriteria dalam menetukan prioritas peminjaman kredit, misal ada calon debitur yang bekerja di Instansi Pemerintahan memberikan

berdasarkan pada kriteria yang bervariasi dari tiap nasabah. Salah satu metode penentuan rangking dalam Multi Criteria Desicion Making (MCDM) adalah metode Promethee. Promethee digunakan karena

2. 3.

Definisi tujuan. Spesifikasi kriteria yang relevan untuk mengidentifikasi tujuan diinginkan dan tidak diinginkan.

4.

Menciptakan

dan

mengidentifikasi

kesederhanaan, kejelasan, dan kestabilan untuk penentuan urutan (prioritas) dalam analisis multikriteria pengajuan kredit yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan oleh pihak BRISyariah. Dugaan dari dominasi kriteria yang digunakan dalam Promethee adalah penggunaan nilai dalam hubungan outranking. (Suryadi, 1998:147). Adanya aplikasi ini diharapkan dapat membantu AO dalam menentukan calon debitur yang tepat untuk diberi kucuran dana kredit oleh Bank BRISyariah cabang Sidoarjo. 7. 6. 5.

alternatif yang mungkin. Mencoba alternatif pilihan yang ada, apakah sudah mampu memenuhi tujuan yang akan dicapai. Menganalisa dampak alternatif pilihan yang ada. Menimbang dan mengurutkan dari

alternatif pilihan sesuai dengan preferensi pengambil keputusan. Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation

LANDASAN TEORI Multi Criteria Decision Making Menurut Nachtnebel oleh Ziller et. al. (2008:1), MCDM bertujuan memilih alternatif terbaik dari suatu set alternatif yang harus memenuhi beberapa tujuan yang telah memilki beberapa kriteria. Serta sebagaimana yang

Promethee adalah satu dari beberapa metode penentuan urutan atau prioritas dalam analisis multikriteria. Metode ini dikenal sebagai metode yang efisien dan simple, tetapi juga yang mudah diterapkan dibanding dengan metode lain untuk menuntaskan masalah multikriteria.

Metode ini mampu mengakomodir kriteria pemilihan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Masalah utamanya adalah kesederhanaan,

dikemukakan Howard oleh Ziller et. al. (2008:1), MCDM mengubah kompleks tertentu sebagai suatu dengan yang dapat prosedur keputusan urutan sistematis masalah untuk yang

kejelasan dan kestabilan. Dugaan dari dominasi kriteria yang digunakan dalam Promethee adalah penggunaan nilai dalam hubungan outranking. Menurut Hunjak (1997:161), masalah pembuatan keputusan dengan multikriteria dapat dituliskan sebagai berikut

langkah-langkah pengambil

membantu

keputusan dalam sebuah keputusan yang rasional. MCDM memiliki beberapa langkah proses. Menurut Jung oleh Ziller et. al. (2008:1), mengusulkan proses sebagai berikut: 1. Membangun model untuk menjelaskan sistem testruktur, komponen, dan interaksi antar kriteria.

Max{f1(a),f2(a),,fk(a) : a A ....... (1) ...............


Jika A adalah set dari alternatif pilihan yang mungkin terjadi, f1, f2, ..., fk adalah kriteria 3

yang mana telah dievaluasi sebelumnya. Apabila semua kriteria memiliki tingkat kepentingan yang tidak sama, pembobotannya dapat ditandai dengan w1,w2, ..., wk. Data dasar untuk evaluasi dengan metode Promethee disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Evaluasi f1(.) w1 a1 f1 (a1) f1 (a2) .. f1 (ai) f1 (an) f2(.) w2 f2 (a1) f2 (a2) .. f2 (ai) f2 (an) ... ... fj(.) wj Fj (a1) Fj (a2) .. Fj (ai) Fj (an) ... ... fk(.) wk Fk (a1) Fk (a2) .. Fk (ai) Fk (an)

3.

Analisis keputusan Metode promethee I memberikan sebuah peringkat sebagian dari set A. Informasi akan alternatif yang tidak memiliki

tandingan juga telah diberikan. Metode promethee II akan memberikan peringkat yang komplit dari set A. Promethee I Promethee I adalah peringkat sebagian dimana nilai terbesar pada leaving flow dan nilai kecil dari entering flow merupakan alternatif yang terbaik. Promethee I menampilkan partial

a2

...

...

rangking (PI, II, RI) dengan mempertimbangkan interseksi dari dua preorder. Partial rangking ditujukan kepada untuk membantu yang metode bentuk

..

..

..

ai

...

...

pembuat pengambilan dihadapinya. Promethee

keputusan, keputusan Dengan I masih

masalah

an

...

...

menggunakan menyisakan

(Sumber: Hunjak (1997:161)) Menurut Hunjak (1997:167), promethee dapat dijelaskan dalam tiga tahapan: 1. Mengumpulkan semua struktur preferensi Memaparkan kriteria yang dijadikan untuk mendapatkan pertimbangan dari rentang deviasi dalam penilaian sebuah altenatif dari tiap kriteria yang ada. 2. Mengumpulkan relasi yang dominan Relasi outrangking dibuat sesuai dengan estimasi dari alternatif dari semua kriteria. Total tingkatan dari preferensi adalah suatu alternatif yang mana mendominasi dari hitungan untuk masing-masing pasangan alternatif yang lain.

incomparible atau dengan kata lain hanya menghasilkan solusi partial rangking (sebagian). Jika pembuat keputusan menginginkan solusi komplit maka hendaknya menggunakan

promethee II (Hunjak, 1997:169). Promethee II Dalam kasus complete rangking dalam K adalah penghindaran dari bentuk incomparible, Promethee II complete preorder (PII , III) disajikan dalam bentuk net flow. Melalui complete rangking, informasi bagi pembuat keputusan lebih realistik karena dapat membuat perbandingan terhadap semua alternatif yang muncul (Hunjak, 1997:169).

3. Parameter (q) : Harus merupakan nilai yang Rekomendasi Fungsi Preferensi Untuk tetap Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini disajikan pada Gambar 2.

Keperluan Kriteria Guna memberikan gambaran yang lebih baik terhadap area yang tidak sama digunakan fungsi selisih nilai kriteria antar alternatif H (d) dimana hal ini mempunyai hubungan langsung dengan fungsi preferensi P. Dalam promethee disajikan 6 (enam) fungsi preferensi kriteria (Chou, 2004:53).

Gambar 2. Kriteria Quasi (Chou, 2004:53) 1. Kriteria Biasa (Usual Criterion) 3. Kriteria Preferensi Linier

.........................(2) Keterangan : 1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif 2. d : Selisih nilai kriteria {d = f (a) f (b)} Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini disajikan pada Gambar 1. Keterangan : 1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif 2. d : Selisih nilai kriteria {d = f (a) f (b)} 3. p: Nilai kecenderungan atas Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini disajikan pada Gambar 3. ..............(4)

Gambar 1. Kriteria Biasa (Chou, 2004:53) Gambar 3. Kriteria Preferensi Linier (Chou, 2004:53) 2. Kriteria Quasi (Quasi Criterion) 4. Kriteria Level

........................(3) Keterangan : 1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif 2. d : Selisih nilai kriteria {d = f (a) f (b)} Keterangan

..................(5)

1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif 2. p : Nilai kecenderungan atas 5

3. Parameter (q) : Harus merupakan nilai yang tetap. Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini disajikan pada Gambar 4.

6.

Kriteria Gaussian (Gaussian Criterion)

..................(7) Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini disajikan pada Gambar 2.6.

Gambar 4. Kriteria Level (Chou, 2004:53) 5. Kriteria Preferensi Linier dan area yang tidak berbeda

Gambar 6. Kriteria Level (Chou, 2004:53) Desain Arsitektur


Data Debitur

> Persyaratan Debitur > Data kriteria yang mempengaruhi pemilihan debitur.

Input

Proses prioritas pemilihan debitur menggunakan metode Promethee

............(6) Keterangan: 1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif 2. d : Selisih nilai Kriteria {d=f(a) f(b)} 3. Parameter (p) : nilai kecenderungan atas. 4. Parameter (q) : Harus merupakan nilai yang tetap Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini disajikan pada Gambar 5 di halaman 6.

Prioritas Alternatif Debitur yang memungkinkan dipilih

Gambar 7. Desain Arsitektur Penentuan Prioritas Pemilihan Debitur Desain arsitektur dari sistem penentuan urutan prioritas dalam pemberian pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR iB) kepada nasabah debitur Bank BRISyariah cabang

Sidoarjo menjelaskan rekap data alternatif debitur dan rekap data kriteria yang mempengaruhi pemilihan debitur BRISyariah. promethee Diproses untuk

menggunakan

metode

menghasilkan prioritas alternatif debitur yang terbaik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 5. Kriteria Preferensi Linier dan area yang tidak berbeda (Chou,2004:53) Proses pembobotan dengan promethee

menghasilkan suatu nilai perangkingan dari 6

Output

Input

alternatif pilihan debitur yang memungkinkan untuk dipilih. External entity yang berhubungan

dan Gambar 11. Pada proses perangkingan terdapat proses manipulasi data yaitu proses penyimpanan data perangkingan dan

dengan proses sistem penentuan urutan prioritas dalam pemberian pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR iB) kepada nasabah debitur Bank BRISyariah cabang Sidoarjo dengan menerapkan metode Promethee. Terdapat 3 (tiga) external entity yaitu: Debitur, Financing Review Support Group (FRSG) dan Komite Pembiayaan. Seperti pada Gambar 8. Tanda panah menuju ke sistem menunjukan aliran data yang diberikan oleh external entity kepada sistem, sedangkan tanda panah dari sistem menuju external entity

membatalkan proses perhitungan bobot.

menunjukan aliran data yang diberikan oleh sistem kepada external entity. Gambar 9. Form Perangkingan I
Data Pembiayaan Lainnya Data Pengelu aran Data Penghasilan Data Pembiayaan Debitur Data Pekerjaan Data Pasangan Penjamin Data KPR Data Nasabah Debitur

0 Data Kriteria Data Pencair an Pembiayaan Data Appriaisal Pemilihan Nasabah Debitur BRI Syariah menggunakan Metode Promethee Data Kriteria Data Legal Revie w Data Pencair an Pembiayaan Data BI Checking Financing Review and Support Group (FRSG)

Data Persetujuan Pembiayaan

Data Appriaisal Data Pencair an Pembiayaan

Laporan Pencair an Pembiayaan Komite Pembiayaan

Gambar 8. Context Diagram Gambar 10. Form Perangkingan II HASIL DAN PEMBAHASAN Perangkingan Form perangkingan digunakan untuk menghitung bobot dari tiap alternatif debitur yang telah tersimpan kemudian merangking dari tiap alternatif debitur menggunakan metode promethee. Seperti pada Gambar 9, Gambar 10 7

pencetakan laporan digunakan untuk melihat hasil siapa Debitur yang terbaik dan urutan alternatif Debitur yang sesuai dengan perhitungan bobot dan perangkingan. Pada proses mencetak laporan terdapat tampilan dari Debitur terbaik yang sesuai dari AO yang dipilih. Proses laporan untuk menghasilkan laporan yang mana diambil dari database kemudian ditampilkan dalam form melalui crystal report.

Gambar 11. Form Perangkingan III Hasil Perangkingan Form hasil perangkingan digunakan untuk melihat hasil dari perhitungan bobot dan perangkingan alternatif debitur terbaik yang telah disimpan sebelumnya. Seperti pada Gambar 12. Pada proses hasil perangkingan terdapat tampilan dari debitur obat terbaik yang sesuai dari Account Officer (AO) yang dipilih.

Gambar 13. Form Laporan Debitur Terpilih

Gambar 12. Form Hasil Perangkingan Laporan Debitur Laporan tentang Debitur terdiri dari laporan Debitur Terpilih, laporan Debitur dan laporan rekap Debitur Terpilih. Gambar 13, Gambar 14 dan Gambar 15 merupakan form 8 Gambar 14. Form Laporan Debitur

Perhitungan Sistem Analisa hasil uji coba dilakukan untuk menguji kinerja sistem untuk pencarian debitur yang terbaik berdasarkan perhitungan bobot dan perangkingan. Tujuan analisa hasil uji coba ini untuk mencari keakuratan kinerja sistem dalam proses perhitungan menggunakan promethee. Sebagai contoh kasus, berikut ini perbandingan perhitungan manual dengan hasil perhitungan aplikasi untuk penentuan alternatif debitur dari Erna yaitu sebagai Account Officer 1 (AO1) untuk periode pemilihan debitur bulan Maret Gambar 15. Form Laporan Rekap Debitur Analisa Hasil Uji Coba Sistem Fitur Dasar Sistem Analisa hasil uji coba dari keseluruhan uji yang dilakukan akan menentukan kelayakan dari fitur dasar sistem berdasarkan desain yang telah dibuat. Fitur-fitur dasar sistem disebut layak apabila keseluruhan hasil uji coba ini sesuai dengan output yang diharapkan. Pada uji coba yang telah dilakukan pada fitur-fitur dasar sistem seperti yang telah diuji dapat disimpulkan bahwasannya fitur-fitur dasar tersebut telah berjalan dengan baik dan tidak terdapat error. Fungsi-fungsi tambah data, ubah data, simpan maupun tampil dapat berjalan sebagaimana alur yang akan dicapai. Validasi Sistem Analisa hasil uji coba validasi sistem dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa bahwa proses-proses utama dalam sistem dengan masukan keseluruhan data yang ada telah berjalan sebagaimana mestinya. Tabel 3. Data Skoring Detil Kriteria Nama Nilai Nilai Nilai Skoring Detil Detil Bobot 0,56 Bagus 100 10 Cukup 60 0,33 6 Kurang 20 0,11 2 Total 18 2011. Sebelum melakukan perhitungan

menggunakan promethee akan ditetapkan nilai bobot detil dari kriteria kualitatif yang bertipe level. Tabel 2. Data Skoring Detil Kriteria Nama Nilai Nilai Nilai Detil Detil Bobot Skoring 10 Bagus 100 0,9 Jelek 0 0,09 1 Total 11

Tabel 4. Data Skoring Detil Kriteria Nama Detil Bagus Cukup Kurang Jelek Nilai Detil 100 70 20 0 Total Nilai Bobot 0,5 0,35 0,1 0,05 Nilai Skoring 10 7 2 1 20

Tabel 5. Data Skoring Detil Kriteria Nama Detil Bagus Cukup Bagus Cukup Kurang Jelek Nilai Detil 100 80 60 20 0 Total Nilai Bobot 0,37 0,29 0,22 0,07 0,03 Nilai Skoring 10 8 6 2 1 27

21. Kriteria
Agunan

Rasio

Pembiayaan

Terhadap

Berikut adalah tabel nilai kualitatif alternatif debitur dan merupakan data awal dari perhitungan metode Promethee.

Tabel 6. Tabel Nilai Kualitatif Alternatif Debitur Krit Min Max f1(.) f2(.) f3(.) f4(.) f5(.) f6(.) f7(.) f8(.) f9(.) f10(.) f11(.) f12(.) f13(.) f14(.) Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Min Min Max Min Max Min 0,35 0,10 0,35 0,35 0,37 0,37 0,07 0,37 0,35 0,35 0,35 0,50 0,91 0,91 0,91 0,91 0,50 0,05 0,05 0,05 0,50 0,50 0,50 0,35 0,33 0,11 0,11 0,33 0,11 0,11 0,56 0,33 0,56 0,11 0,56 0,33 0,05 0,05 0,10 0,50 0,50 0,10 0,35 0,05 0,33 0,11 0,33 0,33 0,56 0,11 0,33 0,11 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 0,33 0,33 0,33 0,33 0,50 0,10 0,05 0,50 0,05 0,10 0,35 0,50 0,35 0,35 0,35 0,35 0,05 0,10 0,35 0,05 0,50 0,35 0,35 0,05 IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV U1 U2 U3 U4 Tipe

Adapun kriteria yang digunakan pada penentuan alternatif debitur adalah sebagai berikut :

1. Kriteria Umur 2. Kriteria Status Perkawinan 3. Kriteria Tingkat Pendidikan 4. Kriteria Validitas Alamat Tempat Tinggal 5. Kriteria Kepemilikan Rumah Tinggal 6. Kriteria Lama Tinggal di Rumah Saat Ini 7. Kriteria Jenis Perusahaan 8. Kriteria Posisi Jabatan 9.
Kriteria Lama Bekerja di Tempat Kerja Sekarang

10. Kriteria Pendapatan Per Bulan 11. Kriteria Rekening Bank 12. Kriteria Rata-Rata Saldo Per Bulan 13. Kriteria Track Record Pembayaran
Angsuran Pembiayaan

14. Kriteria

Track

Record

BI

f15(.) f16(.) f17(.) f18(.) f19(.) f20(.) f21(.)

Checking/Kolektibilitas

15. Kriteria Referensi 16. Kriteria Jangka Waktu Pembiayaan 17. Kriteria Rasio Pengembalian 18. Kriteria Rekomendasi Appriaisal 19. Kriteria Luas Bangunan 20. Kriteria Tujuan Dari Pembiayaan KPR

10

Keterangan: A. Kriteria f1(.) = Umur f2(.) = Status Perkawinan f3(.) = Tingkat Pendidikan f4(.) = Validitas Alamat Tempat Tinggal f5(.) = Kepemilikan Rumah Tinggal f6(.) = Lama Tinggal di Rumah Saat Ini f7(.) = Jenis Perusahaan f8(.) = Posisi Jabatan f9(.) = Lama Bekerja di Tempat Kerja Sekarang

8. 9. 10. 11. 12.


C.

U8 = Parto U9 = Samiaji U10 = Pandu Kartiko U11 = Fredy Haris U12 = Sadar

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
B.

Tipe Preferensi Kriteria Tipe IV = Kriteria Level.

1.

Berikut perhitungan nilai treshold untuk contoh kasus penentuan alternatif debitur untuk Erna (AO1). 1. Untuk f1(.) v = 0, q = 0, p = 0 2. Untuk f2(.) v = 0, q = 0, p = 0 Record BI 3. Untuk f3(.) v = 0.15, q = 0.0375, p = 0.1125 4. Untuk f4(.) v = 0, q = 0, p = 0 5. Untuk f5(.) v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375 6. Untuk f6(.) v = 0, q = 0 , p = 0 7. Untuk f7(.) v = 0.22, q = 0.055, p = 0.165 8. Untuk f8(.) v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375 9. Untuk f9(.) v = 0.23, q = 0.0575, p = 0.1725 10. Untuk f10(.) v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375

f10(.) = Pendapatan Per Bulan f11(.) = Rekening Bank f12(.) = Rata-Rata Saldo Per Bulan f13(.) = Track Record Pembayaran

Angsuran Pembiayaan f14(.) = Track

Checking/Kolektibilitas f15(.) = Referensi f16(.) = Jangka Waktu Pembiayaan f17(.) = Rasio Pengembalian f18(.) = Rekomendasi Appriaisal f19(.) = Luas Bangunan f20(.) = Tujuan Dari Pembiayaan KPR f21(.) = Rasio Pembiayaan Terhadap Agunan Alternatif Debitur U1 = Siti Rahayu. U2 = Deden Hidayat. U3 = Dionaro. U4 = Santoso. U5 = Irfan Bachdim U6 = Aura Kasih U7 = Eross Chandra

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

11. Untuk f11(.) v = 0.4, q = 0.1, p = 0.3 11

12. Untuk f12(.) v = 0, q = 0, p = 0 13. Untuk f13(.) v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375 14. Untuk f14(.) v = 0, q = 0, p = 0 15. Untuk f15(.) v = 0, q = 0, p = 0 16. Untuk f16(.) v = 0, q = 0, p = 0 17. Untuk f17(.) v = 0.4, q = 0.1, p = 0.3 18. Untuk f18(.) v = 0.4, q = 0.1, p = 0.3 19. Untuk f19(.) v = 0, q = 0, p = 0 20. Untuk f20(.) v = 0.3, q = 0.075, p = 0.225 21. Untuk f21(.) v = 0.15, q = 0.0375, p = 0.1125 Langkah kedua yaitu menghitung nilai preferensi antar alternatif dengan Alt A1 A2 A3 A4

Langkah ketiga yaitu menghitung nilai arah preferensi. Dengan membagi jumlah matriks hasil nilai preferensi dengan jumlah kriteria, dimana hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Tabel Nilai Arah Preferensi A1 0 0 0.1905 0.1905 Langkah A2 0.3333 0 0.4286 0.381 keempat A3 0.2381 0.0476 0 0.2381 yaitu A4 0.2381 0.0952 0.2857 0 dengan

menghitung dan merangking nilai Leaving Flow dan nilai Entering Flow kemudian

mengurutkannya berdasarkan rangking. Dimana hasilnya dapat disimpulkan bahwa debitur terbaik untuk AO1. periode perangkingan Maret 2011 adalah Siti Rahayu, Dionaro, Terdapat pada Gambar 23. dan Santoso.

membandingkan satu alternatif dengan alternatif yang lain. Cara ini dilakukan sebanyak (n*(n-1)) /2 kali dengan n adalah jumlah alternatif. Berikut perhitungan nilai preferensi untuk contoh kasus penentuan alternatif debitur untuk Erna (AO1). Terdapat pada Gambar 22. Gambar 17. Hasil Perhitungan Rangking KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan Sistem Penentuan Prioritas Pemilihan Debitur BRISyariah cabang Sidoarjo

Menggunakan Metode Promethee ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem Penentuan Prioritas Pemilihan Debitur Gambar 16. Perhitungan Nilai Preferensi ini mampu menghasilkan alternatif nasabah 12

debitur terbaik sesuai dengan perhitungan metode Promethee. 2. Perhitungan dan pembobotan menggunakan metode promethee mampu DAFTAR RUJUKAN Chou, Tien-Yin, Wen-Tzu Lin, Chao-Yuan Lin, Wen-Chieh Chou and Pi-Hui Huang, 2004, Application of The Promethee Technique to determine depression outlet location and flow direction in DEM, Departments of land management, Feng-Chia University, Taiwan. Hunjak, Tihomir, 1997, Mathematical foundations of the methods for multicriterial decison making, Mathematical Communications, -, -.

diimplementasikan dengan baik pada Sistem Penentuan Prioritas Pemilihan Debitur pada Bank BRISyariah cabang Sidoarjo. 3. Metode Promethee dapat menghitung

pembobotan dan perangkingan dalam kasus pemilihan debitur dengan multikriteria. 4. Dari hasil uji coba sistem dapat membuat keputusan debitur terbaik untuk Erna Account Officer 1 (AO1) session Maret 2011 ialah nasabah debitur Siti Rahayu, Dionaro dan Santoso. Miko Account Officer 2 (AO2) session Maret 2011 ialah nasabah debitur Irfan Bachdim, Aura Kasih dan Parto. Wawan Account Officer 3 (AO3) session Maret 2011 ialah nasabah debitur Sadar, Fredy Haris dan Pandu Kartiko. SARAN Adapun saran-saran yang dapat

Suryadi K. dan M. A Ramdhani, 1998, Sistem Pendukung Keputusan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Ziller, Annette, Michaela Wrndl, and Andrea Bichler, 2008, Multi criteria decision making June 2008 2.doc, -, -.

digunakan untuk mengembangkan aplikasi yang telah dibuat adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan sistem terintegrasi antar bagian pada Bank BRISyariah di seluruh Indonesia dengan Aplikasi Web sehingga proses bisnis yang terjadi di BRISyariah lebih efektif dan efisien. 2. Dengan beragamnya data yang terjadi di lapangan memungkinkan terjadinya varian data yang menyimpang dari metode yang digunakan. Untuk itu aplikasi ini dapat pula dikembangkan untuk dapat lebih menunjang berbagai jenis varian data dan menggunakan metode yang lebih beragam pula. 13

You might also like