You are on page 1of 39

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS DI RUANG PALEM I RSU Dr.

SOETOMO SURABAYA PERIODE 15 Oktober 17 November 2012

OLEH :

OLEH : KELOMPOK 3 Heri Kusnaidi, S. Kep M. Hartono, S. Kep Jehan Eka P, S. Kep Denny Agus S, S. Kep Evi Desnauli T, S. Kep Wahyu Widiyati,S. Kep Etri Taviane,S. Kep Gayuh Kurniasari, S. Kep Yanti M Ataupah, S. Kep Silvia Risti, S. Kep 131131109 131131152 131131174 131131180 131131114 131131133 131131158 131131167 131131169 131131177

PROGRAM PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan keperawatan. Melihat fenomena tersebut mendorong perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkahlangkah konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem model asuhan keperawatan professional (MAKP) mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien ini dapat dimulai dengan upaya menggali kebutuhan pasien demi tercapainya keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk menggali secara mendalam tentang kebutuhan pasien adalah dengan melaksanakan ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde keperawatan diharapkan dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan. Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik). Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam,2007). Di Ruang Palem I RSUD Dr.Soetomo Surabaya, ronde keperawatan sudah pernah dilaksanakan pada saat diadakannya program praktik manajemen keperawatan mahasiswa PSIK FKp UNAIR angkatan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pendorong untuk proses tindak lanjut pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan Palem I secara berkesinambungan.

Berdasarkan

pertimbangan

tersebut

maka

kami

mahasiswa

Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga program B angkatan tahun 2010 akan mengadakan kegiatan ronde keperawatan di Ruang Palem I selama Praktik Profesi Manajemen Keperawatan. 1.2 Tujuan Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis. 1.2.2 Tujuan khusus Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu: 1). sistematis 2). klien 3). diagnosis keperawatan. 4). 5). 6). 7). hasil kerja 1.3 Manfaat 1. Bagi Pasien 1). 2). efektif kepada pasien 3). 2. Bagi Perawat 1). dan psikomotor perawat. 2). kesehatan. 3 Meningkatkan kerjasama antar tim Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif Memenuhi kebutuhan pasien Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa penyembuhan. Mendapat perawatan secara profesional dan Meningkatkan memodifikasi rencana keperawatan Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien. Meningkatkan kemampuan justifikasi. Meningkatkan kemampuan dalam menilai kemampuan untuk Meningkatkan kemampuan menentukan Meningkatkan kemampuan validasi data Menumbuhkan cara berpikir kritis dan

1.2.1 Tujuan Umum

3). profesional. 3. Bagi rumah sakit

Menciptakan

komunitas

keperawatan

1). Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. 2). Menurunkan lama hari perawatan pasien.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011) 2.1.2 Manfaat 1. Masalah pasien dapat teratasi 2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi 3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional 4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan. 5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar. 2.1.3 Kriteria klien Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan 2. Klien dengan kasus baru atau langka 2.1.4 Peran masing-masing anggota tim 1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA) a. b. c. d. e. f. 2. a. c. d. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien Menjelaskan diagnosis keperawatan Menjelaskan intervensi yang dilakukan Menjelaskan hasil yang didapat Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji Memberikan justifikasi Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan Mengarahkan dan koreksi 5

2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan

Perawat Konselor b. Memberikan reinforcement

e.

Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan 2 TAHAP PRA RONDE PP Penetapan Pasien Pasien
Persiapan Pasien : Informed Concent Hasil Membuat janjii dengan dokter, Apa masalah & diagnosis ahlii keperawatan? gizi, rehab PENETAPAN Penyajia medik, Data apa yang PASIEN n farmasi,&Peraw mendukung? at Masalah Bagaimana intervensi yang PERSIAPAN PASIEN : sudah dilakukan? Primer lain INFORMED CONCENT HASIL PENGKAJIAN/ INTERVENSI Validasi data

3 4 5 6 7 8

TAHAP PRA RONDE TAHAP PELAKSANAA PROPOSAL N DI NURSE STATION

PP

TAHAP RONDE DI BED KLIEN

TAHAP RONDE PENYAJIAN MASALAH

9 10

TAHAP PASCA RONDE

APA YANG MENJADI MASALAH Konselor, KARU, CROSS CEK DATA YANG ADA Dokter, APA YANG MENYEBABKAN MASALAH TERSEBUT BAGAIMANA PENDEKATAN (PROSES, SAK, SOP)

Diskusi PP,

Lanjutan diskusi di Nurse Simpulan dan

TAHAP RONDE

VALIDASI DATA rekomendasi

solusi masalah

TAHAP RONDE

DISKUSI KARU, PP-PP, PERAWAT KONSELOR dan tim kesehatan lain

Aplikasi Hasil analisis dan diskusi Masalah teratasi

TAHAP PASCA RONDE

EVALUASI

2.1.6 Evaluasi 1. a.

Evaluasi Struktur :

Kesimpulan dan Rekomendasi Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruangmasalah Palem I RSU Dr. Soetomo

DI NURSE STATION DI BED PASIEN

Surabaya, persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent, alat, dan lainnya) b. c. 2. a. b. 3. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan Persiapan dilakukan sebelumnya. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan Evaluasi Hasil : a. b. c. Klien puas dengan hasil kegiatan. Masalah klien dapat teratasi. Perawat dapat : 1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis. 2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien. 3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis 4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien. 5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan. 6) Meningkatkan kemampuan justifikasi 7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja. 8) Meningkatkan keperawatan 2.2 Asuhan Keperawatan pada Nn.I dengan diagnosa medis Tumor Mediastinum + Efusi pleura Bil + Hipoalbumin dengan masalah keperawatan utama Pola nafas tidak efektif. 2.2.1 Tumor mediastinum 1. Pengertian Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus, syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Rongga mediastinum ini sempit dan tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ di dekatnya dan dapat menimbulkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan Evaluasi Proses :

kegawatan yang mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya. 2. Pembagian Tumor Mediastinum 1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5 dan bagian bawah sternum 2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma di depan jantung. 3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di belakang jantung. 4. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di posterior. 3. DIAGNOSIS Untuk melakukan prosedur diagnostik tumor mediastinum perlu dilihat apakah pasien datang dengan kegawatan (napas, kardiovaskular atau saluran cerna). Pasien yang datang dengan kegawatan napas sering membutuhkan tindakan emergensi atau semiemergensi untuk mengatasi kegawatannya. Akibatnya prosedur diagnostik harus ditunda dahulu sampai masalah kegawatan teratasi. Hal penting yang harus diingat adalah jangan sampai tindakan emergensi tersebut menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan jenis sel tumor yang dibutuhkan untuk memutuskan terapi yang tepat. Lihat alur prosedur diagnosis dengan kegawatan dan tanpa kegawatan atau kegawatan telah dapat diatasi. Secara umum diagnosis tumor mediastinum ditegakkan sebagai berikut: A. 1. Gambaran Klinis Anamnesis Tumor mediastinum sering tidak memberi gejala dan terdeteksi pada saat dilakukan foto toraks. Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai timbul bila terjadi peningkatan ukuran tumor yang menyebabkan terjadinya penekanan struktur mediastinum, sedangkan tumor ganas dapat menimbulkan gejala akibat penekatan atau invasi ke struktur mediastinum. antara mediastinum anterior dan

Gejala dan tanda yang timbul tergantung pada organ yang terlibat, batuk, sesak atau stridor muncul bila terjadi penekanan atau invasi pada trakea dan/atau bronkus utama, disfagia muncul bila terjadi penekanan atau invasi ke esofagus sindrom vena kava superior (SVKS) lebih sering terjadi pada tumor mediastinum yang ganas dibandingkan dengan tumor jinak, suara serak dan batuk kering muncul bila nervus laringel terlibat, paralisis diafragma timbul apabila penekanan nervus frenikus nyeri dinding dada muncul pada tumor neurogenik atau pada penekanan sistem syaraf. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik akan memberikan informasi sesuai dengan lokasi, ukuran dan keterbatasan organ lain, misalnya telah terjadi penekanan ke organ sekitarnya. Kemungkinan misalnya: miastenia gravis mungkin limfadenopati mungkin tumor mediastinum dapat dipikirkan atau dikaitkan dengan beberapa keadaan klinis lain,

2.

menandakan timoma menandakan limfoma


B.

Prosedur Radiologi 1. Foto toraks Dari foto toraks PA/ lateral sudah dapat ditentukan lokasi tumor, anterior, medial atau posterior, tetapi pada kasus dengan ukuran tumor yang besar sulit ditentukan lokasi yang pasti. 2. Tomografi Selain dapat menentukan lokasi tumor, juga dapat mendeteksi 9

klasifikasi pada lesi, yang sering ditemukan pada kista dermoid, tumor tiroid dan kadang-kadang timoma. Tehnik ini semakin jarang digunakan. 3. CT-Scan toraks dengan kontras Selain dapat mendeskripsi lokasi juga dapat mendeskripsi kelainan tumor secara lebih baik dan dengan kemungkinan untuk menentukan perkiraan jenis tumor, misalnya teratoma dan timoma. CT-Scan juga dapat menentukan stage pada kasus timoma dengan cara mencari apakah telah terjadi invasi atau belum. Perkembangan alat bantu ini mempermudah pelaksanaan pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitologi. Untuk menentukan luas radiasi beberapa jenis tumor mediastinum sebaiknya dilakukan CT-Scan toraks dan CT- Scan abdomen. 4. Flouroskopi Prosedur 5. ini dilakukan untuk melihat kemungkinan aneurisma aorta. Ekokardiografi Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi pulsasi pada tumor yang diduga aneurisma. 6. Angiografi Teknik 7. ini lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma dibandingkan flouroskopi dan ekokardiogram. Esofagografi Pemeriksaan ini dianjurkan bila ada dugaan invasi atau penekanan ke esofagus. 8. USG, MRI dan Kedokteran Nuklir Meski jarang dilakukan, pemeriksaan-pemeriksaan terkadang harus dilakukan untuk beberapa kasus tumor mediastinum.

C.

Prosedur Endoskopi 1. Bronkoskopi harus dilakukan bila ada indikasi operasi. Tindakan bronkoskopi dapat memberikan informasi tentang pendorongan atau penekanan tumor terhadap saluran napas dan lokasinya. Di samping itu melalui bronkoskopi juga dapat dilihat apakah telah terjadi invasi tumor ke saluran napas. Bronkoskopi

10

sering dapat membedakan tumor mediastinum dari kanker paru primer.

2. 3. 4. D.

Mediastinokopi. TIndakan ini lebih dipilih untuk tumor yang berlokasi di mediastinum anterior. Esofagoskopi Torakoskopi diagnostik

Prosedur Patologi Anatomik Beberapa tindakan, dari yang sederhana sampai yang kompleks perlu dilakukan untuk mendapatkan jenis tumor. 1. Pemeriksaan sitologi Prosedur diagnostik untuk memperoleh bahan pemeriksaan untuk pemeriksaan sitologi ialah: biopsi, jarum halus (BJH atau fine needle aspiration biopsy, FNAB), dilakukan bila ditemukan pembesaran KGB atau tumor supervisial. punksi pleura bila ada efusi pleura bilasan atau sikatan bronkus pada saat bronkoskopi biopsi aspirasi jarum, yaitu pengambilan bahan dengan jarum yang dilakukan bila terlihat masa intrabronkial pada saat prosedur bronkoskopi yang amat mudah berdarah, sehingga biopsi amat berbahaya biopsi transtorakal atau transthoracal biopsy (TTB) dilakukan bila massa dapat dicapai dengan jarum yang ditusukkan di dinding dada dan lokasi tumor tidak dekat pembuluh darah atau tidak ada kecurigaan aneurisma. Untuk tumor yang kecil (<3cm>, memiliki banyak pembuluh darah dan dekat organ yang berisiko dapat dilakukan TTB dengan tuntunan flouroskopi atau USG atau CT Scan. 2. Pemeriksaan histologi Bila BJH tidak berhasil menetapkan jenis histologis, perlu dilakukan prosedur di bawah ini: biopsi KGB yang teraba di leher atau supraklavikula. Bila tidak

11

ada KGB yang teraba,dapat dilakukan pengangkatan jaringan KGB yang mungkin ada di sana. Prosedur inidisebut biopsi Daniels. biopsi mediastinal, dilakukan bila dengan tindakan di atas hasil biopsi eksisional pada massa tumor yang besar torakoskopi diagnostic belum didapat.

Video-assisted thoracic surgery (VATS), dilakukan untuk tumor di semua lokasi, terutama tumor di bagian posterior.

E.

Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium rutin sering tidak memberikan informasi yang berkaitan dengan tumor. LED kadang meningkatkan pada limfoma dan TB mediastinum. . Uji tuberkulin dibutuhkan bila ada kecurigaan limfadenitis TB Pemeriksaan kadar T3 dan T4 dibutuhkan untuk tumor tiroid. Pemeriksaan a-fetoprotein dan b-HCG dilakukan untuk tumor mediastinum yang termasuk kelompok tumor sel germinal, yakni jika ada keraguan antara seminoma atau non- seminoma. Kadar a-fetoprotein dan b-HCG tinggi pada golongan nonseminoma.

F.

Tindakan Bedah Torakotomi eksplorasi untuk diagnostik bila semua upaya diagnostik tidak berhasil memberikan diagnosis histologis.

G.

Pemeriksaan Lain EMG adalah pemeriksaan penunjang untuk tumor mediastinum jenis timoma atau tumor- tumor lainnya. Kegunaan pemeriksaan ini adalah mencari kemungkinan miestenia gravis atau myesthenic reaction.

12

KLASIFIKASI TUMOR MEDIASTINUM Klasifikasi tumor mediastinum didasarkan atas organ/jaringan asal tumor atau jenis histologisnya, seperti dikemukakan oleh Rosenberg (tabel 1).

III. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan untuk tumor mediastinum yang jinak adalah pembedahan sedangkan untuk tumor ganas, tindakan berdasarkan jenis sel kanker. Tumor mediastinum jenis limfoma Hodgkin's maupun non Hondgkin's diobati sesuai dengan protokol untuk limfoma dengan memperhatikan masalah respirasi selama dan setelah pengobatan. Penatalaksanaan tumor mediastinum nonlimfoma secara umu adalah multimodality meski sebagian besar membutuhkan tindakan bedah saja, karena resisten terhadap radiasi dan kemoterapi tetapi banyak tumor jenis lain membutuhkan tindakan bedah, radiasi dan kemoterapi, sebagai terapi adjuvant atau neoadjuvan.

13

Syarat untuk tindakan bedah elektif adalah syarat umum, yaitu pengukuran toleransi berdasarkan fungsi paru, yang diukur dengan spirometri dan jika mungkin dengan body box. Bila nilai spirometri tidak sesuai dengan klinis maka harus dikonfirmasi dengan analis gas darah. Tekanan O2 arteri dan Saturasi O2 darah arteri harus >90%.

Syarat untuk radioterapi dan kemoterapi adalah: Hb > 10 gr% leukosit > 4.000/dl trombosit > 100.000/dl

Jika digunakan obat antikanker yang bersifat radiosensitaizer maka radio kemoterapi dapat diberikan secara berbarengan (konkuren). Jika keadaan tidak mengizinkan, maka kombinasi radiasi dan kemoterapi diberikan secara bergantian (alternating: radiasi diberikan di antara siklus kemoterapi) atau sekuensial (kemoterapi > 2 siklus, lalu dilanjutkan dengan radiasi, atau radiasi lalu dilanjutkan dengan kemoterapi). Selama pemberian kemoterapi atau radiasi perlu diawasi terjadinya melosupresi dan efek samping obat atau toksisiti akibat tindakan lainnya. A. Tu mo r Tin us 1. Klasifika si histologis a. Timoma (klasifikasi Muller Hermelink) Tipe medular Tipe campuran

14

b. 2.

Tipe kortikal predominan Tipe kortikal Derajat rendah (Low grade) Derajat tinggi (High grade)

Karsinoma timik

Karsinoma timik dan Oat Cell Carcinoma

Staging berdasarkan Stage 1 : Makroskopik berkapsul, secara Mikroskopik tidak tampak invasi ke kapsul Stage II : Invasi secara makroskopik ke jaringan lemak sekitar pleura mediastinal atau invasi ke kapsul secara mikroskopik Stage III : Invasi secara makroskopik ke organ sekitarnya Stage IV.A Stage IV.B : Metastasis limfogen atau hematogen : Penyebaran ke pleura atau perikard

sistem Masanoka

3. Penatalaksanaa n Timoma Stage 1 : Extended thymo thymecthomy (ETT) saja Stage II : ETT, dilanjutkan dengan radiasi, untuk radiasi harus

diperhatikan batas-batas tumor seperti terlihat pada CT sebelum pembedahan Stage III : ETT dan extended resection dilanjutkan radioterapi dan kemoterapi S t a g e IV.A : Debulking dilanjutkan dengan

15

kemoterapi dan radioterapi S t a g e IV.B : kemoterapi dan radioterapi

dilanjutkan dengan debulking

Penatalaksanaan timoma tipe medular stage IV.A dapat diberikan kemoradioterapi adjuvant 2 siklus dilanjutkan radiasi 4000 cGy, diikuti debulking dan kemoterapi siklus berikutnya. Penatalaksanaan timoma tipe medular stage IV.B bersifat paliatif, yaitu kemoterapi dan radioterapi paliatif. Penatalaksanaan timoma tipe medular stage I - II lebih dahulu dibedah, selanjutnya kemoterapi. Pada stage III diberikan kemo/radioterapi neoadjuvant. Pada timoma tipe campuran, penatalaksanaan disesuaikan dengan tipe histologik yang dominan. 4. Penatalaksanaan karsinoma timik Penatalaksanaan untuk tumor ini adalah multi-modaliti sama dengan penatalaksanaan untuk kanker di paru.

5.

Penatalaksanaan karsinoid timik dan oat cell carcinoma Penatalaksaan untuk tumor ini adalah pembedahan dan karena sering invasif maka direkomendasikan radiasi pascabedah untuk kontrol lokal, tetapi karena tingginya kekerapan metastasis maka kemoterapi diharapkan dapat meningkatkan angka ketahanan hidup. Kemoterapi yang diberikan hampir sama dengan kemoterapi untuk kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK), yakni antara lain sisplatin + etoposid sebanyak 6 siklus. 16

Oat cell carcinoma di mediastinum mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan dengan oat cell carcinoma di paru. Pada setiap kasus timoma, sebelum bedah harus terlebih dahulu dicari tanda miestenia gravis atau myestenic reaction. Apabila sebelum tindakan bedah ditemukan maka dilakukan terlebih dahulu plasmaferesis dengan tujuan mencuci antibody pada plasma darah penderita, paling cepat seminggu sebelum operasi. Kesan yang menampakkan myesthenic reaction sebelum pembedahan harus terlebih dahulu diobati sebagai miestenia gravis. B. 1. Tumor Sel Germinal Klasifikasi histologi

Seminoma Nonseminoma 2. Karsinoma embrional Koriokarsinoma Yolk sac carcinoma Jinak (benign) Ganas (malignant) Penatalaksanaan seminoma Seminoma adalah tumor yang sensitif terhadap radiasi dan kemoterapi. Tidak ada indikasi bedah untuk tumor jenis ini. Kemoterapi diberikan setelah radiasi selesai tetapi respons terapi akan lebih baik dengan cara kombinasi radio-kemoterapi. Bila ada kegawatan napas, radiasi diberikan secara cito, dilanjutkan dengan kemoterapi sisplatin based. 3. Penatalaksanaan Tumor Medistinum Nonseminoma Tumor-tumor yang termasuk kedalam kelompok nonseminoma bersifat radioresisten, sehingga tidak direkomendasikan untuk radiasi. Pilihan terapi adalah kemoterapi 6 siklus. Evaluasi dilakukan setelah 3 - 4 siklus menggunakan petanda tumor b-HCG dan a-fetoprotein serta foto toraks PA dan lateral, selanjutnya menurut algoritma 4. Penatalaksanaan Teratoma jinak Penatalaksanaan teratoma jinak adalah pembedahan, tanpa adjuvant. Pemeriksaan batas reseksi harus menyeluruh, agar tidak ada tumor yang

Teratoma

17

tertinggal dan kemungkinan akan berkembang menjadi ganas.

5.

Penatalaksanaan Teratoma Ganas Karena teratoma ganas terkadang mengandung unsur lain maka terapi multimodaliti (bedah + kemoterapi + radioterapi) memberikan hasil yang lebih baik. Pemilihan terapi didasarkan pada unsur yang terkandung di dalamnya dan kondisi penderita. Penatalaksanaan teratoma ganas dengan unsur germinal sama dengan penatalaksanaan seminoma.

Pada teratoma, perlu diingat beberapa hal penting: 1. Teratoma matur pada orang tua tidak selalu berarti jinak 2. Teratoma immatur pada anak-anak tidak selalu ganas 3. Teratoma matur pada anak-anak sudah pasti jinak 4. Teratoma imatur pada orang tua sudah pasti ganas

Penatalaksanaan Tumor Sel Germinal Nonseminoma Mediastinum

18

C. 1.

Tumor Neurogenik Klasifikasi Histologik Berasal dari saraf tepi (peripheral nerves) Neurofibroma Neurilemoma (Schwannoma) Neurosarkoma Ganglioneuroma Ganglioneuroblastoma Neuroblastoma Fakreomasitoma Kemodektoma (paraganglioma)

Berasal dari ganglion simpatik (symphatetic ganglia)

Berasal dari jaringan paraganglionik

Penatalaksanaan untuk semua tumor neurogenik adalah pembedahan, kecuali neuroblastoma. Tumor ini radisensitif sehingga pemberian kombinasi radio kemoterapi akan memberikan hasil yang baik. Pada neurilemona (Schwannoma), mungkin perlu diberikan kemoterapi adjuvan, untuk mencegah rekurensi.Tumor jenis ini jarang ditemukan sehingga penatalaksanaannya sangat spesifik. Catatan: Pada semua tindakan debulking, tumor mediastinum harus disiapkan pemasangan stent trakeobronkial, untuk mencegah terjadinya kolaps bronkus setelah pembedah selesai. IV. EVALUASI PENGOBATAN TUMOR MEDIATINUM Evaluasi efek samping kemoterapi dilakukan setiap akan memberikan siklus kemoterapi berikut dan/atau setiap 5 fraksi radiasi (1000 cGy). Evaluasi untuk respons terapi dilakukan setelah pemberian 2 siklus kemoterapi pada hari pertama siklus ke-3 atau setelah radiasi 10 fraksi (200 cGy) dengan atau foto toraks. Jika ada respons sebagian (partial respons atau PR) atau stable disease (SD), kemoterapi dan radiasi masih dapat dilanjutkan. Pengobatan dihentikan bila terjadi progressive disease (PD).

2.2.2 EFUSI PLEURA 2.1. Pengertian Efusi Pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam cavum pleura (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).

19

2.2. Etiologi Jenis Efusi Pleura ada 2, yaitu: a) Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru. Contohnya: Gagal Jantung Kongestif. b) Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru. Contohnya: Ca Paru, TBC, reaksi obat.

Penyebab lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pleuritis: bakteri pathogenic Pleuritis Tuberculosis. Kelainan Intra Abdominal: sirosis, abses ginjal dan abses hati. Gangguan sirkulasi : Decomp Cordis, emboli pulmonal,

hipoalbuminemia Neoplasma: Mesolioma, Ca Bronchus. Trauma: rupture esophagus, luka tusuk pada dada. Gangguan abdomen: Pankreatitis, acites, abses. LSE, Uremia, Sindrom Nefrotik.

Faktor Predisposisi : Faktor predisposisi terjadinya effusi pleura dengan berbagai penyebab belum diketahui secara pasti, hanya kadang-kadang dilaporkan adanya predisposisi familial (Price and Wilson, 2005). Faktor Pencetus : Faktor pencetus terjadinya efusi pleura dapat terjadi akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis dan juga pada kondisi hipoproteinemia. 2.3. Manifestasi Klinik 1. Batuk 2. Dispnea bervariasi 3. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik) 4. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta. 5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi. 20

6. Perkusi meredup diatas efusi pleura. 7. Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi. 8. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura. 9. Fremitus fokal dan raba berkurang. 10. Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses dan TB paru. 2.4. Penatalaksanaan Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adequate. Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll. 1. iga. 2. 3. 4. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine). Pleurodesis (penyatuan parietalis dan viseralis): untuk mencegah Torakosentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela

terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi. (analisis), menghilangkan dispnea. Indikasinya: 5. Mehilangkan sesak yang ditimbulkan Bila terapi spesifik pada primernya tidak efektif Bila terjadi reakumulasi cairan Water seal drainage (WSD)

Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian. 6. 7. Antibiotika jika terdapat empiema. Operatif.

2.5. Komplikasi 21

a) Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum). b) Hemotoraks (Trauma pada pembuluh darah intercostalis). c) Emboli udara (Laserasi yang cukup dalam menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis). d) Atalektasis (Ekspansi paru menurun, terjadi akumulasi cairan). e) Fibrosis Paru. f) Kolaps Paru.

22

BAB 3 KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Topik : Asuhan keperawatan klien dengan Tumor Mediastinum + Efusi Pleura Bil Hipoalbumin dengan masalah keperawatan utama Pola nafas tidak efektif Sasaran : Tn I dengan diagnosa medis Tumor Mediastinum + Efusi Pleura Bil Hipoalbumin Hari/Tanggal : Selasa, 05 November 2012 Waktu Tempat : 60 menit (Pukul 09.00-10.00) : Ruang Palem I RSU Dr. SOETOMO Surabaya : Sjenie F. Areros , SST : : : : : : dr. : : 1. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) 2. Kushartinah, S.Kep., Ns 3. Lilik, SST 4. Kaper IRNA Medik RSU Dr Sutomo (Obet Sugiono,SKM) 5. Kaper 6. Komite IRNA Bedah ( RSU Arie Dr Sutomo Sunarno, (Bambang S,S.Kep.,Ns,MM.Kes) Mutu S.Kep.Ns.,MM.Kes) 7. Eka Misbahatul,S.Kep.,Ns.,M.Kep. Pembimbing : 1. 2. 3. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) Eka Misbahatul,S.Kep.,Ns.,M.Kep Sjenie F. Areros , SST 1

3.2 Pengorganisasian Kepala Ruangan Konselor PP 1 PP 2 PA 1 PA2 Dokter Ahli gizi Supervisor

3.3 Materi

Paparan asuhan keperawatan Tn I dengan diagnosa medis Tumor Mediastinum + Efusi Pleura Bil Hipoalbumin di Ruang Palem I RSU Dr Soetomo Surabaya. 3.4 Metode 1. Ronde Keperawatan 2. Diskusi dan tanya jawab 3.5 Media Dokumentasi klien (status) Informed consent Sarana diskusi : a. LCD b. Alat tulis : kertas dan bollpoin 3.6 Mekanisme kegiatan TAHAP Pra Ronde KEGIATAN Pra Ronde a) Menetapkan kasus dan topik b) Menentukan tim ronde. c) Mencari sumber dan literatur. d) Membuat proposal e) Mempersiapkan klien f) Informed consent kepada keluarga TEMPAT Ruang Palem II PELAKSANA PP 1, PA1 KEGIATAN KLIEN WAKTU Dua hari sebelum pelaksan aan ronde

Ronde

Ronde I. Pembukaan: a) Salam pembukaan b) Memperkenalkan klien dan tim ronde c) Menjelaskan tujuan kegiatan ronde d) Mempersilahkan PP1 menyampaikan kasusnya II. Penyajian data/masalah a) Menyampaikan dasar pertimbangan dilakukan ronde b) Menjelaskan riwayat penyakit c) Menjelaskan masalah klien yang belum terselesaikan dan tindakan yang telah dilaksanakan e) Menyampaikan evaluasi keberhasilan intervensi f) Klarifikasi data yang telah disampaikan II. Validasi Data a) Memberi salam dan memperkenalkan tim ronde kepada klien dan keluarga. b) Memvalidasi data yang telah disampaikan dengan melibatkan keluarga . c) Karu membuka dan memimpin diskusi. d) Diskusi antar anggota tim dan klien tentang masalah keperawatan yang belum terselesaikan dari validasi data antar tim ronde e) Pemberian justifikasi oleh konselor tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan

Nurse Station

Kepala Ruangan

Mendengarkan

5 Menit

Nurse Station

PP1

20 Menit

PP2

Bed Klien

Karu

Memberi respon dan menjawab pertanyaan

20 Menit

PP2, PA

Nurse Station Karu PP2, PA, Konselor, Dokter, ahli Gizi, Fisioterapis Tim ronde

Pasca Ronde

Pasca Ronde a) Menyimpulkan hasil diskusi dan merekomendasikan solusi yang dilakukan dalam mengatasi masalah. b) Reward dan Salam penutup 3.7 a. Kriteria Evaluasi Evaluasi Struktur

Nurse Station

Karu Tim ronde Karu

10 menit

1) Persiapan dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan 2) Penyusunan proposal ronde keperawatan 3) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik 4) Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan 5) Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan ronde 6) Membuat informed consent dengan pasien dan keluarga b. Evaluasi Proses Pelaksanaan ronde keperawatan berjalan dengan lancar. Masing-masing dapat menjalankan perannya dengan baik. c. Evaluasi Hasil Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan permasalahan pasien.

RESUME KEPERAWATAN Data Umum Nama Pasien : Tn I Usia No RM Alamat Tgl MRS : 45 tahun : 12.18.15.25 : Bluru permai AL-18 Sidoarjo : : Sesak dirasakan semakin berat.

Keluhan Utama

Riwayat Penyakit Sekarang : Klien batuk berdahak dan sesak sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, sesak dirasakan sepanjang hari tidur dengan menggunakan 1 bantal, klien malam terbangun karena sesak.Sebelumnya klien sempat MRS selama di RSUD Sidoarjo,dengan diagnose tumor paru kemudian dirujuk ke RSDS. Klien semakin sesak saat dalam perjalanan Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit keluarga : tidak terdapat penyakit keluarga. Perkembangan vital sign Rata-rata tensi pasien dari tanggal 18 Oktober sampai 3 November 2012, sistole 110 mmHg dan diastole 70 mmHg. Nadi antara 80-86 x/menit. Selama suhu pasien rata rata (36-37,5C), dan respiratory rate rata-rata perawatan 24x/menit Pemeriksaan Fisik B1 : Keluhan sesak nafas RR 30x/menit,dengan O2 nasal 4 lpm, posisi duduk bersandar pada tempat tidur dan bantal. Keluhan batuk produktif, sekret warna putih bercampur dengan liur. Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada asimetris (bagian kiri lebih tertinggal), terpasang WSD pada dada kanan, terdapat krepitasi pada dada kanan dan hampir seluruh tubuh bagian atas (emfisema subcutis). Tidak terdapat retraksi otot bantu nafas intercostae. rhonci - + - + B2 wheezing - - perkusi sonor hipersonor sonor hipersonor sonor

: Irama jantung reguler, CRT <3 detik, S1S2 tunggal, tidak terdapat keluhan nyeri dada, akral hangat dan basah, terdapat konjungtiva anemia

B3

: GCS = 456, kesadaran composmentis, pupil isokor, tidak ada gangguan penciuman, penglihatan, dan pendengaran. Terdapat keluhan nyeri pada dada kanan pada area pemasangan WSD suction

B4 B5 B6

: BAK spontan, tidak terdapat pembesaran kandung kemih. : Mulut bersih, mukosa lembab, abdomen supel, nafsu makan baik, peristaltik usus 16x/menit nilai laboratorium albumin 3.0 g/dl, Hemoglobin 13,5 mg/dl. :Kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan otot tidak terdapat kelainan ekstremitas, pada integumen terdapat luka insersi pada pemasangan WSD, kondisi luka terdapat kemerahan dan sedikit merembes cairan dari sebelah luar selang WSD, pada luka terasa nyeri dengan skala 6.

Endokrin : Sistem endokrin tidak terdapat hiperglikemia, kelenjar tiroid maupun pembesaran kelenjar getah bening. Pengkajian Psikososial : Ekspresi klien terhadap penyakitnya klien terlihat agak murung. Klien kooperatif ketika diajak berkomunikasi. Personal Hygiene dan kebiasaan : Klien mandi sehari 2x. Klien berganti pakaian setiap hari. Daftar Masalah Keperawatan : 1. 2. 3. 4. Pola nafas tidak efektif Bersihan jalan nafas tidak efektif Gangguan rasa nyaman nyeri Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Masalah keperawatan yang muncul No 1 Tanggal ditemukan 1. 2. 3. 4. 2 Masalah Tanggal teratasi Pola nafas Belum Teratasi tidak efektif Bersihan Jalan Nafas tidak efektif Gangguan rasa nyaman nyeri Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pola nafas tidak efektif Belum teratasi Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Bersihan jalan nafas tidak efektif hipoglikemia, pembesaran

Riwayat pemberian terapi TERAPI O2 nasal 4 lpm PZ:Kalbamin= evelip/24 jam Lasix Dexa Codein 6x1 KSR curcuma Posisi fowler Pragesol drip Antrain drip transfusi Albumin 20% 100 cc (s/d alb > 3) Rawat luka WSD Continues suction WSD

PZ 1000 cc

PZ: kalbamin 1:1

PZ : kalbamin 2:1

PZ : D5 :kalbamin : 1:2:1

HEMATOLOGI Hemoglobin Hematokrit LED Lekosit Hitung jenis Eosinofil Basofil Stab Segment Limfosit Monosit Platelet Eritrosit MCV MCH MCHC Hapusan Darah Anisopoikilositosis Hipokrom

NILAI NORMAL L 13-18 / P 12-16 gr/dl L 45-52 / P 37-47% L 0-15 / P 0-20 mm/jam 4,8-10,8 x 103 /Ul 1-4% 0-2% 3-5% 54-62% 25-35% 3-7% 150-450x103 L 4,7-6,1 / P 4,2-5,4 x106 /uL L 80-94 / P 81-99 fL 27-31 pg 30-34 g/dL + +

8/5/12 8,5 25

TANGGAL 10/05/12

14/-5/12 10,7

14,4

11,6 597 2,9 86,3 29,3 34,0

Kesimpulan : anemia hipokrom inisopoikilositosis


Faal Hati Bilirubin direk Bilirubin total Alkali Fosfatase SGOT SGPT Albumin Globulin Total Protein Faal Ginjal BUN Creatinin Glukosa Acak Elektrolit Natrium Kalium Chlorida Bilirubin Sediment Eri Leko Epith Torak Kristal 0,10-0,40 mg/dl s/d 1,10 mg/dl 40-190 anak s/d 720 u/L 2-19 u/L 3-17 u/L 3,5-5 g/dl 2,6-3,6 g/dl 6,28-8,7 g/dl 10-20 mg/dl 0,6-1,5 mg/dl 0,41 0,7 30 24 2,25 6,92 7,4 0,48 102

2,1

1,6

133 155 mEq/L 3,6 5,1 mEq/L 97 113 mEq/L URINE LENGKAP Negative 0 3 pLp <5 pLp 5 15 pLp Negative

132,3 3,09 99,8 negatif 0-2 2-5 Sedikit Negatif

CAIRAN PLEURA ACITES


Rivalta Glukosa Total protein Negative

8
Positif 5,4 1688

Ket : () ( -) : Terapi diberikan : Terapi tidak diberikan

Hasil Lab BGA pH pCO2 pO2 HCO3 TCO2 BeEcf SO2 Nilai normal 7.35-7.45 (35-45) mmHg (80-107)mmHg (21-25)mmol/l (-3.5 2.0) mmol/l 8/5/2012 7,538 35,8 47,4 30,7 31,8 8 87,8 9/5/2012 7,393 49,3 90,5 30,3 31,9 5,2 96,8 12/5/2012 7,41 33 110 20,9 21,9 -3,7 98

BAB 5 PELAKSANAAN KEGIATAN 5.1 Pelaksanaan Kegiatan Hari Tanggal Waktu Pelaksana Tempat : Kamis : 08 November 2012 : 09.00 10.00 WIB : Kepala ruangan, Perawat Primer dan Perawat Associate : Ruang Palem I RSU Dr. Soetomo Surabaya 2. Eka Misbahatul,S.Kep.,Ns.,M.Kep Supervisor : Acara dihadiri oleh 1. 2. 3. 4. 5.2 : Pembimbing Akademik sebanyak 1 orang. Pembimbing Klinik sebanyak 1 orang. Supervisor sebanyak 1 orang. Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAIR angkatan 2010 sebanyak 10 orang. Struktur Pengorganisasian Kepala ruangan : Konselor PP1 PA1 PP2 PA2 Dokter 5.3 Materi : Asuhan keperawatan Tn I dengan diagnosa medis Tumor Mediastinum + Efusi Pleura Bil Hipoalbumin di Ruang Palem I RSU Dr Soetomo Surabaya 5.4 Metode 1. 2. 5.5 1. 2. Presentasi Diskusi dan tanya jawab Dokumentasi klien (status) Informed Consent. a. LCD 1 : : : : : :

Pembimbing : 1. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)

Media

3. Sarana diskusi :

b. 5.6

Alat tulis: kertas dan bollpoint

Persiapan Persiapan ronde keperawatan dilakukan oleh kelompok pada minggu keempat.

Persiapan kasus dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan, dengan uraian sebagai berikut: a. b. c. d. e. 5.7 Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan dengan menetapkan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan. Penanggung jawab kegiatan menyusun resume kasus ronde keperawatan Menyiapkan resume keperawatan pasien selama dirawat Konsultasi pada pembimbing akademik, pembimbing ruangan mengenai resume kasus ronde keperawatan. Meminta informed concent ronde keperawatan sesuai jenis kasus. Pelaksanaan Topik Sasaran : Ronde Keperawatan :Pasien dan keluarga pasien Tn I dengan diagnosa medis Tumor Mediastinum + Efusi Pleura Bil Hipoalbumin di Ruang Palem I RSU Dr Soetomo Surabaya. Hari/tanggal Waktu Tempat 1. 2. 3. 4. : Kamis 08 November 2012 : 09.00- 10.00 WIB : Ruang Palem I RSUD Dr. Soetomo :

Acara dihadiri oleh

Pembimbing Akademik sebanyak 1 orang Pembimbing Klinik sebanyak 1 orang Supervisor sebanyak 1 orang Dokter PPDS Paru 1 orang Pengorganisaasian Penanggung jawab Kepala Ruangan Konselor PP 1 PA 1 PP 2 PA 2 Dokter : : : : : : : : :

Masalah keperawatan yang belum dapat diatasi dan dibahas dalam ronde keperawatan adalah pola nafas tidak efektif, dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2

5.8

Hambatan dan Dukungan Selama pelaksanaan role play, semua kegiatan berjalan sesuai dengan alur yang

sudah direncanakan, waktu pelaksanaan tepat sesuai jadwal, undangan yang datang juga sudah sesuai yang diharapkan yaitu ada pembimbing klinik, pembimbing akademik dan juga supervisor, Ruangan sangat mendukung dilakukannya ronde keperawatan, karena sampai saat ini belum bisa dilakukan ronde keperawatan di ruangan. Dukungan diberikan dalam bentuk pemberian fasilitas kepada mahasiswa untuk melakukan praktek ronde keperawatan di ruang Palem I. Selain itu dukungan juga diperoleh dari tim kesehatan lain seperti dokter PPDS 5.9 a. Hasil Evaluasi Evaluasi Struktur Pelaksanaan Role Play Ronde Keperawatan yang dilakukan kelompok, telah dipersiapkan sebelumnya yang meliputi penetapan kasus ronde keperawatan, pembuatan proposal kegiatan, informed consent yang telah disetujui dan ditanda tangani oleh ayah klien, pembagian peran sebagai PP1, PA1, PP2, PA2, Karu, serta telah menyampaikan undangan, dan proposal kepada perawat konselor dan dokter yang menangani klien. Pasien yang diangkat sebagai kasus ronde keperawatan adalah pasien kelolaan yang telah menjalani perawatan di Ruang Palem I dengan kasus yang unik dan sukar untuk ditangani. Sebelum pelaksanaan, pasien dan keluarganya telah diberitahukan dan bersedia untuk menjadi pasien ronde keperawatan. b. No 1 2 Evaluasi Proses Ronde Keperawatan WAKTU 09.15 10.00 WIB 10.00 10.00 WIB KEGIATAN Proses pelaksanaan Role Play Evaluasi dari pembimbing dan Supervisor

c.

Evaluasi Hasil Ronde Keperawatan 1) Kegiatan ronde dihadiri oleh 1 orang pembimbing klinik, 1 orang pembimbing akademik, 1 orang supervisor, 1 orang dokter.

2) Selama kegiatan setiap mahasiswa yang berperan bekerja sesuai tugasnya masing masing. 3) Acara dimulai tepat dengan jadwal yang telah ditentukan, acara berlangsung selama 60 menit. 4) Kegiatan berjalan lancar dan mahasiswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan meskipun terdapat beberapa kekurangan, antara lain PP1 yang kurang aktif dalam mengklarifikasi dan kurang keras dalam menyampaikan presentasi, karu kurang bisa mengontrol fase klarifikasi sehingga terdapat solusi dari perawat konselor, karu lupa untuk memperkenalkan tim ronde kepada pasien ketika validasi, dan ketika memberikan kesimpulan kurang lengkap, belum mengakomodir saran dan solusi yang diberikan dokter dan perawat konselor. PA1 dan PA2 samasama tidak aktif dalam kegiatan.

Daftar Pustaka Alsagaff, H, et all. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya. Carpenito, L inda Jual (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta Doenges et al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta Doengoes, M, et all, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta. Engram, B, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter Soetomo, Surabaya Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto. Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab. Ilmu Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta. Tucker, M et all (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta. Wilson, S and Thompson, J(1990), Respiratory Disorders, Mosby Year Book, Toronto.

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG PALEM II RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA INFORMED CONSENT Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : .. Umur : .. Alamat : .. Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU Untuk dilakukan ronde keperawatan terhadap diri saya sendiri/ suami/ istri/ orang tua/ anak/ ayah/ ibu/ nenek/ kakek, dengan : Nama : .. Umur : .. Jenis Kelamin : ...................................................... Alamat : .. Ruang : Palem I (Paru laki) RSUD Dr Soetomo Surabaya. No. RM. : .. Dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam ronde keperawatan 2) Pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan dilakukan ronde keperawatan 3) Pasien dan keluarga menerima untuk dilakukan ronde keperawatan 4) Pasien dan keluarga memberikan persetujuan untuk dilakukan ronde keperawatan Ketentuan ronde keperawatan tersebut diatas telah dijelaskan oleh perawat dan saya telah mengerti dengan sepenuhnya. Demikianlah persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Surabaya, 06 November 2012 Yang membuat pernyataan Perawat Primer Pasien

Saksi-saksi : 1. .. 2. .. () (....)

DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN I. IDENTITAS KLIEN Nama Klien Umur Jenis Kelamin Ruangan / Bed Rekam Medis No. Diagnosa Medis : : : : : :

II. MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN 1.................................................................................................. 2................................................................................................. 3................................................................................................. 4................................................................................................. 5................................................................................................. 6................................................................................................. III. SARAN ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... ...................................................... Surabaya, 08 November 2012 Kepala Ruangan Perawat Primer

LEMBAR PENGESAHAN Telah disetujui untuk dilakukan ronde keperawatan Hari Tanggal Waktu Tempat : kamis : 08 November 2012 : 12.00 WIB : Ruang Palem I RSU Dr. Soetomo Surabaya

Surabaya, 15 Mei 2012 Mengetahui Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Sjenie F. Areros , SST

Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)

You might also like