You are on page 1of 10

Kajian Tentang: Hadits Shahih & Hadits Hasan

Oleh: Dr. H. Buchari M., M. Ag. Asisten Direktur PPS UMSB/ Dosen Ulumul Hadits PPS IAIN & UMSB

Dari segi kualitas, hadits dapat diklasifikasikan pada tiga bagian: pertama, shahh, hasan, dan dha'f. Hadts shahh (menurut Usmn ibn Abd al-Rahmn al-Syahrazriy, Populer dengan panggilan Ibn alShalh (577-643 H.) adalah:

. )10 .(
Artinya:

Hadits Musnad (Marf' lagi Muttashil) yang rangkaian para periwayatnya bersambungyang. Dimana adalah (kualitas moral) dan dhabth (kapasitas intelektual) periwayat tersebut baik, dan dia meriwayatkan dari periwayat seumpamanya, dan dalam rangkaian periwayat dan matn (redaksi)nya tidak terdapat syudzdz (kejanggalan) dan 'illat (cacat).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan unsur-unsur Hadts Shahh: 1. Sanad (Rangkaian Periwayat)nya bersambung; 2. Seluruh Periwayat dalam Sanad Bersifat Adil; 3. Seluruh Periwayat dalam Sanad Bersifat Dhbith; 4. Sanad terhindar dari Syudzdz (Kejanggalan); 5. Sanad terhindar dari 'Illat (Cacat); 6. Matn (Redaksi Hadits) Terhindar dari Syudzdz (Kejanggalan), dan; 7. Matn (Redaksi Hadits) Terhindar dari 'Illat (Cacat). Dengan demikian, suatu Hadts yang tidak memenuhi ketujuh unsur tersebut adalah Hadts yang kualitasnya tidak Shahh. Berikut ini, dikemukakan pembahasan ketujuh unsur dimaksud.

1. Sanad Bersambung: Yang dimaksud dengan sanad bersambung ialah tiap-tiap periwayat dalam sanad Hadts menerima riwayat Hadts dari periwayat terdekat sebelumnya; keadaan itu berlangsung demikian sampai akhir sanad dari Hadts itu.[1] Untuk mengetahui bersambung atau tidak bersambungnya suatu sanad, biasanya ahli Hadts menempuh tata kerja penelitian sebagai berikut: 1. Mencatat semua nama periwayat dalam sanad yang diteliti; 2. Mempelajari riwayat hidup masing-masing periwayat: a. Melalui kitab rijl al-Hadts, misalnya Tahdzb alTahdzb karya Ab al-Fadhl Ahmad ibn Aliy ibn Hajar al'Asqalniy (w. );

Dengan maksud untuk mengetahui: (a) Apakah antara para periwayat dengan periwayat terdekat dalam sanad itu terdapat hubungan: (1) kesezamanan pada masa hidupnya; (2) guru-murid dalam periwayatan Hadts; (3) Apakah setiap periwayat dalam sanad itu dikenal sebagai orang yang adil dan dhbith, serta tidak suka melakukan penyembunyian cacat. 3. Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para periwayat dengan periwayat yang terdekat dalam sanad, yakni apakah kata-kata yang terpakai berupa haddasaniy, haaddasana, akhbarana, 'an, anna, atau kata-kata lain.

Jadi, suatu sanad Hadts barulah dapat dinyatakan bersambung apabila: a. Seluruh periwayat dalam sanad itu benar-benar tsiqat (adil dan dhabith) dan; b. Antara masing-masing periwayat dengan periwayat sebelumnya dalam sanad itu benar-benar telah terjadi hubungan periwayatan Hadts secara sah menurut ketentuan tahammul wa ad' alHadts. Dari uraian di atas dapat dinyatakan, unsur-unsur syarat "Sanad Bersambung adalah: a. Muttashil dan; b. Marf'.

2. Periwayat Bersifat Adil Kata adil berasal dari bahasa Arab: al-'adl. Kata al'adl itu sendiri merupakan mashdar dari kata kerja 'adala. Secara bahasa, kata al-'adl memiliki banyak arti, antara lain: Keadilan (al-'adalat atau aludlat); pertengahan (al-I'tidl); lurus (alistiqmah); condong kepada kebenaran (al-mayl ila al-haq). Orang yang bersifat adil disebut al-'adil, kata jamaknya al-udl. Terdapat perbedaan pendapat tentang apa yang dimaksud dengan al-adl.

Dengan demikian maka dapat dinyatakan, butir-butir syarat yang dapat ditetapkan sebagai unsur-unsur periwayat yang adil ialah: (1) Beragama Islam; (2) mukallaf; (3) Melaksanakan ketentuan agama; (4) memelihara muru'ah.

Secara umum, para ahli telah mengemukakan cara penetapan keadilan periwayat Hadts, berdasarkan: 1. Popularitas keutamaan periwayat di kalangan ahli Hadts; periwayat yang terkenal keutamaan pribadinya, misalnya Mlik ibn Anas dan Sufyn al-Tsawriy, tidak lagi diragukan keadilannya; 2. Penilaian dari para kritikus periwayat Hadts; penilaian ini berisi pengungkapan kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri periwayat Hadts; 3. Penerapan kaidah al-jarh wa al-ta'dl; cara ini ditempuh bila para kritikus periwayat Hadts tidak sepakat tentang kualitas pribadi periwayat tertentu. Jadi, penetapan keadilan periwayat diperlukan kesaksian dari ulama, dalam hal ini ulama ahli kritik periwayat.

: . . : . : .

You might also like