You are on page 1of 11

Oleh: Dionisius Waskita Cahya Gumilang

Pufendorf

adalah seorang ahli hukum, filsofis, ahli ekonomi, negarwan, dan sejarawan Belanda yang hadir di Jerman pada abad ke 17 Ia berkarya mengeluarkan beberapa buku yang mencoba meneruskan dan meluruskan pemikiran-pemikiran pendahulu terutama Hugo Grotius dan Thomas Hobbes

Pufendorf

merupakan salah satu pemikir penting tentang Law of Nature yang kemudian membentuk pemahaman akan konsep moralitas yang mendasarkan diri pada basis diri manusia yang telah memiliki nilai-nilai perdamaian

Argumentasi

utama Pufendorf adalah disposisi hati manusia adalah ingin mencapai perdamaian. Inilah yang menjadi dasar dari hukum-hukum yang ada di jagad raya yang tanpa campur tangan manusiapun hukum ini telah terbentuk. Konsepsi inilah yang dipahami Pufendorf sebagai Law of Nature.

Pemahaman

Pufendorf mengenai moralitas bukan dipandang sebagai sebuah objek atau gerak sikap, tetapi merupakan sebuah pemaknaan akan pengetahuan sesuatu hal dan memberikan alasan yang mampu menjelaskan makna tersebut.

Pufendorf

menekankan pentingnya Hukum sebagai Obligation agar manusia dapat bertindak secara lebih tertata dan moralitas hadir dari hasil pemikiran manusia sendiri yang lahir sebagai dorongan dari dirinya sendiri untuk melindungi dirinya sendiri dan menciptakan perdamaian Titik tolak yang ditekankan oleh Pufendorf dari adanya moralitas adalah secara hukum alam manusia sudah memiliki gagasan untuk berdamai dan kemudian secara rasional tertuang di dalam hukum

Jadi,

menurut Pufendorf, Natural Law mendapatkan legitimasinya dari bagaimana manusia mendapatkannya dari dirinya sendiri dan hal itu dianggap sebagai karya Tuhan sehiingga dianggap sebagai sebuah Superior Will

Tidak

seperti Hobbes, Pufendorf melihat sifat dasar manusia adalah memiliki kesempatan untuk bekerja sama. Memang ada sisi baik dan buruk namun manusia memiliki rasio untuk menciptakan suasana perdamaian

Dalam

mengidentifikasi negara, Pufendorf menekankan kita untuk melihat tingkah laku masyarakat itu sendiri yang menunjukkan perilaku sosial. Berbeda dengan Hobbes, Pufendorf menekankan bahwa situasi dunia yang damai adalah keadaan yang natural sedangkan perang adalah hal yang tidak natural

Mengulangi

apa yang disebutkan Grotius, Pufendorf melihat perang bukan sebagai sebuah instrumen kebijakan melainkan Just war. Perang boleh dilakukan ketika ada hak yang terampas oleh orang lain

Boucher,

David.1998. Political Theories of International Relations: From Thucydides to the Present. Oxford: Oxford University Press

You might also like