You are on page 1of 3

BAB V PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kejadian dysmenorrhea primer pada wanita yang mengkonsumsi kafein dan wanita yang tidak mengkonsumsi kafein di wilayah Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara mengkonsumsi kafein dan kejadian dysmenorrhea primer. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan teori yang telah didapatkan bahwa terdapat hubungan antara mengkonsumsi kafein dan kejadian dysmenorrhea primer. Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, kafein yang merupakan senyawa kimia derivat xantin yang banyak terkandung pada kopi memiliki efek meningkatkan sistem Symphatetik-Adrenal-Medullary (SAM). Peningkatan aktivitas sistem SAM akan meningkatkan kadar katekolamin dalam tubuh sehingga akan muncul beberapa efek yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya dysmenorrhea primer (Lane et al., 1990). Efek tersebut yang pertama adalah peningkatan aktivitas serabut otot miometrium yang akan menyebabkan iskemik endometrium akibat terjepitnya arteri yang berjalan di antara serabut otot miometrium. Iskemik endometrium akan

35

36

menyebabkan lisisnya endometrium. Endometrium yang lisis akan menyebabkan terlepasnya prostaglandin F2 (PGF2) dan kadarnya akan semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya lapisan endometrium yang lisis. Peningkatan kadar PGF 2 mempunyai efek yaitu meningkatkan kontraksi miometrium yang akan berakibat pada penurunan aliran darah ke endometrium sehingga semakin meningkatkan terjadinya iskemik endometrium yang akan semakin menyebabkan endometrium lisis. Endometrium yang lisis semakin meningkatkan pelepasan PGF2. Proses tersebut selanjutnya akan menjadi menjadi sebuah proses siklik. Selain itu peningkatan kadar PGF2 akan meningkatkan sensitifitas serabut saraf terminal rangsang nyeri yang kemudian timbul dysmenorrhea primer (Calis, 2006; Wiknjosastro, 2007). Efek dari peningkatan katekolamin yang kedua terkait kejadian

dysmenorrhea primer adalah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah panggul yang akan menyebabkan iskemik endometrium. Efek dari endometrium yang iskemik selain yang dijelaskan di atas adalah stimulasi serabut-serabut nyeri tipe C di daerah uterus yang akan mengakibatkan terjadinya nyeri atau dysmenorrhea primer (Calis, 2006; Galya, dkk, 2001; Wiknjosastro, 2007). Dalam penelitian ini didapatkan perbedaan yang signifikan dimana X2 hitung lebih besar daripada X2 tabel, yang berarti ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara wanita yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi kafein dan wanita yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi kafein. Dengan demikian

menunjukkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan hipotesis kerja yaitu terdapat hubungan antara mengkonsumsi kafein dan kejadian dysmenorrhea primer. Dan

37

secara spesifik hubungan tersebut adalah wanita yang mengkonsumsi kafein memiliki kemungkinan menderita dysmenorrhea primer 3,5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kafein (OR = 3,5). Secara garis besar hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. Namun sebagai catatan, kejadian dysmenorrhea primer sampai saat ini patofisiologinya belum dapat dijelaskan dengan pasti dan masih terdapat berbagai macam teori yang menjelaskan penyebab dan patofisiologi dari dysmenorrhea primer. Selain itu kejadian dysmenorrhea primer juga dipengaruhi banyak faktor risiko yang dapat menjadi variabel luar. Pada penelitian ini, variabel luar seperti merokok dan mengkonsumsi obat analgetik telah dikendalikan dengan cara wawancara dan pengisian kuesioner. Namun masih terdapat beberapa variabel luar yang pada penelitian ini yang diabaikan atau belum dikendalikan seperti genetik, jenis diet setiap harinya, dan faktor psikis yang memang tidak mudah untuk dikendalikan.

You might also like