Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN PENDAHULUAN
Slide : 1
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN BOKONDINI
Slide : 2
1. PENDAHULUAN
A. B. C. D. E. Latar Belakang Maksud, Tujuan & Sasaran Ruang lingkup Kegiatan Ruang Lingkup Kawasan Keluaran
Slide : 3
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang RDTR atau yang juga bisa dikenal sebagai Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) merupakan penjabaran dari RTRW dan merupakan arahan operasional pengembangan spasial di Kabupaten Tolikara 2. Penyelenggaraan Penataan Ruang menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah, sejalan dengan jiwa dan semangat UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 3. Dengan berbagai potensi dan permasalahan kawasan di Distrik Bokondini, maka perlu segera dilakukan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Bokondini. 4. Potensi Bokondini: a) Memiliki wilayah yang strategis terletak diantara Kabupaten Puncak Jaya (batas barat), Kabupaten Lani Jaya (batas selatan), Kabupaten Memberamo Tengah (batas timur), dan Kabupaten Memberamo Raya (batas utara) b) Terdapat potensi wisata seperti Danau Biuk, Cagar Alam dan Taman Nasional Lorenz dan Gunung Timoini (Lembah Hitam) c) Lahan subur untuk pertanian, perkebunan dan kehutanan. d) Potensi bahan tambang dan galian yang besar. e) Kondisi alam yang alami, dan topografi yang indah.
Slide : 4
PENDAHULUAN
B. MAKSUD DAN TUJUAN(1)
1. Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan kawasan pusat pertumbuhan dan Pengembangan perkotaan Bokondini sebagai Pusat Perekonomian Jasa & Perdagangan Komoditas Pertanian dan Perkebunan Terpadu, Pusat Pelayanan Transportasi Udara Militer dan Komersial, Pusat Pendidikan Tinggi, Penunjang Pelayanan Kesehatan Terpadu dan Penunjang Pelayanan Pemerintahan Satu Atap; 2. Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan strategis perkotaan dengan RTRW Kabupaten; 3. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien; 4. Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan melalui pengendalian programprogram pembangunan kawasan; 5. Mewujudkan ruang kawasan yang indah, berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan; 6. Mewujudkan struktur dan pola ruang kawasan strategis provinsi (KS Prov) sebagai (i) Kawasan Strategis Pengelolaan Ekonomi Rendah karbon, (ii) Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, (iii) Kawasan Strategis Sosial Budaya;
Slide : 5
PENDAHULUAN
B. MAKSUD DAN TUJUAN(2)
7. Mewujudkan struktur sistem perkotaan wilayah Kabupaten (RTRW Kabupaten Tolikara) yakni sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi (PKL-P), untuk melayani kegiatan skala kecamatan (Bokondini dan Bewani). 8. Mewujudkan pola ruang wilayah Kabupaten (RTRW Kabupaten Tolikara) yakni sebagai kawasan strategis kabupaten 9. Menentukan struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan berdasarkan kondisi fisik, aspek administrasi pemerintahan, aspek ekonomi, aspek sosial kependudukan dan aspek pengurangan resiko bencana; 10. Menyusun rencana peruntukan jenis dan besaran fasilitas (perumahan dan permukiman, perdagangan, pemerintahan dan sebagainya) dan utilitas (jalan, drainase, kelistrikan, telekomunikasi, limbah cari, persampahan); 11. Menyusun pedoman bagi instansi dalam penyusunan zonasi sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang/rencana teknik ruang kawasan perkotaan atau rencana tata bangunan dan lingkungan, dan pemberian perizinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dan peruntukan lahan; 12. Menyusun arahan, strategis dan skala prioritas program pembangunan serta waktu dan tahapan pelaksanaan pengembangan kawasan.
Slide : 6
PENDAHULUAN
C. SASARAN
1. Tersajinya data dan informasi ruang kawasan yang akurat dan aktual.
2. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan kawasan sebagai masukan dalam proses penentuan arah struktur dan pola ruang kawasan.
3. Terwujudnya keterpaduan program pembangunan antar sub-kawasan dalam kawasan perkotaan maupun antar kawasan dalam wilayah kabupaten. 4. Tersusunnya arahan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan. 5. Tersusunnya pedoman bagi pemerintah daerah dalam penyusunan peraturan zonasi, pemberian advice planning, pengaturan bangunan setempat dan lingkungannya (RTBL) serta pemberian perizinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang. 6. Terciptanya keselarasan, keserasian, permukiman dalam kawasan. keseimbangan antar lingkungan
7. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional kabupaten, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta.
Slide : 7
PENDAHULUAN
D. RUANG LINGKUP KEGIATAN
1. Persiapan 2. Menentukan dan menetapkan kawasan perkotaan Bokondini. 3. Pendekatan dan Koordinasi dengan Pemberi Tugas 4. Inventarisasi Kebijakan dan Peraturan Terkait
Slide : 8
PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP WILAYAH PROVINSI
Bagian dari wilayah Provinsi Papua yang diarahkan menjadi kawasan (i) Strategis Pengelolaan Ekonomi Rendah Karbon, (ii) Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, (iii) Kawasan Strategis Sosial Budaya
Slide : 9
PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP WILAYAH KABUPATEN
Bagian dari wilayah kabupaten Tolikara yang diarahkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKL-P).
Bagian dari wilayah kabupaten Tolikara yang memiliki jaringan Perhubungan Darat, melalui pengembangan jalan Kolektor Primer dan Jalan Strategis Nasional. Bagian dari simpul perhubungan udara, yakni Bandar Udara Pengumpul Tersier Bagian dari simpul jaringan listrik, dengan pengembangan PLTS dan PLTMH
Slide : 10
PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP WILAYAH KABUPATEN
Bagian dari wilayah kabupaten Tolikara yang diarahkan menjadi Kawasan Lindung (Hutan Lindung dan Perlindungan Setempat)
Bagian dari wilayah kabupaten Tolikara yang diarahkan menjadi Kawasan Budidaya, yakni Kawasan Permukiman, Perkebunan dan Tanaman Pangan.
Slide : 11
PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP KAWASAN (1)
Bagian dari wilayah Kabupaten Tolikara yang diarahkan menjadi kawasan perkotaan dan menjadi fokus penyusunan rencana hingga kedalaman block plan dan zoning regulation.
Akan ditetapkan lebih detail pada tahap awal kajian dengan diskusi (FGD) bersama Tim Teknis dan stakeholders terkait.
Slide : 12
PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP KAWASAN (2)
PETA TUTUPAN LAHAN DAN ALTERNATIF KAWASAN PRIORITAS Peta Tutupan Lahan dan Alternatif Kawasan Prioritas
Slide : 13
PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP KAWASAN (3)
PETA QUICKBIRD (GEOEYE) KAWASAN PERKOTAAN BOKONDINI Peta Tutupan Lahan dan Alternatif Kawasan Prioritas
1. 2.
Slide : 14
PENDAHULUAN
F. KELUARAN
Keluaran kegiatan adalah RDTR Kawasan, yang mencakup: 1. Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan 2. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan 3. Rencana Distribusi Penduduk Kawasan setiap blok peruntukan
2. KEBIJAKAN TERKAIT
A. UU No.26/2007 Tentang Penataan Ruang
Slide : 16
KEBIJAKAN TERKAIT
A. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
1.
2.
g. Dukungan peta-peta (peta dasar, analisis dan rencana) dengan standar kartografi
h. dan sebagainya.
Slide : 17
KEBIJAKAN TERKAIT
A. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
UUPR (26/2007) WILAYAH
NASIONAL
DED
(Rekayasa Teknik)
DED DED DED Bangunan/ Bangunan/ Bangunan/ Jalan Negara Negara Jalan
PROVINSI
DED DED DED Bangunan/ Bangunan/ Bangunan/ Jalan Prov Jalan Jalan
KABUPATEN/ KOTA
Slide : 18
KEBIJAKAN TERKAIT
B. PEDOMAN PENYUSUNAN RDTR
1. Berdasarkan Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Bagian Kawasan Perkotaan (RBKP) secara terperinci yang disusun untuk penyiapan
perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan
perkotaan.
3. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan juga merupakan rencana yang
mengikuti RTRW dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan skala 1 : 5.000 atau
lebih.
Slide : 19
KEBIJAKAN TERKAIT
B. PEDOMAN PENYUSUNAN RDTR
NO.
1.
SUBSTANSI
Delineasi
PENJELASAN
Bagian wilayah kabupaten/kota dengan batas administrasi Bagian wilayah kabupaten/kota dengan tema/karakter kawasan tertentu Suatu kecamatan, dengan batas administrasinya Luas minimal kawasan 60 Ha Unit data desa/kampung Data keruangan skala kawasan (1:5.000) Unit analisis skala kawasan (1:5.000) Pusat-pusat permukiman disesuaikan dengan tema kawasan, sebagai contoh: untuk kawasan agropolitan, maka pusat permukiman menjadi: Pusat Pelayanan Agropolitan I (PPA I) dan Pusat Pelayanan Agropolitan II (PPA II) untuk kawasan perkotaan, maka pusat permukiman menjadi: pusat kota, sub pusat kota Sistem prasarana skala kawasan (menghubungkan sistem jaringan lingkungan dengan sistem kawasan) Unit rencana skala kawasan (1:5.000), sampai kedalaman blok peruntukan ruang Program kegiatan skala lingkungan hingga kawasan
2. 3. 4.
4.
5.
6.
Ketentuan Pengendalian
KEBIJAKAN TERKAIT
C. UNDANG-UNDANG TERKAIT LAINNYA
1) 2) 3) 4) 5) UU No. 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- 14) UU No.30/2007 tentang Energi
Pokok Agraria
UU No.5/1984 tentang Perindustrian Alam Hayati dan Ekosistemnya UU No.36/1999 tentang Telekomunikasi UU No.41/1999 tentang Kehutanan, sebagaimana ditetapkan dengan UU No.19/2004 6) 7) 8) 9) UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air
telah diubah dengan PERPU No.1/2004 yang telah 19) UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan
Perundang-undangan
UU No.18/2004 tentang Perkebunan UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
10) UU No.38/2004 tentang Jalan
24) UU
No.45/2009
tentang
Perubahan
atas
UU
11) UU No.17/2007 tentang Rencana Jangka Panjang 25) UU No.11/2010 tentang Cagar Budaya
Nasional (RPJPN)
12) UU No.24/2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Pulau-Pulau Kecil
13) UU No.27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir 27) UU No.4/2011 tentang Informasi dan Geospasial
Slide : 21
KEBIJAKAN TERKAIT
D. PERATURAN PEMERINTAH LAINNYA
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) Peraturan Presiden No. 65 tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. PP No.68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam PP No.27/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan PP No.10/2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah PP No.63/2002 tentang Hutan Kota PP No.16/2004 tentang Penatagunaan Tanah PP No.20/2006 tentang Irigasi PP No.34/2006 tentang Jalan PP No.39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan PP No.6/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan PP No.38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota PP No.60/2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan PP No.21/2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana PP No.26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 15) PP No.42/2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air 16) PP No.43/2008 tentang Air Tanah 17) PP No.45/2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah 18) PP No.24/2009 tentang Kawasan Industri 19) PP No.34/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan 20) PP No.10/2010 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan 21) PP No.11/2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar 22) PP No.15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 23) PP No.24/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan 24) PP No.10/2010 tentang Tata cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan 25) PP No.22/2010 tentang Wilayah Pertambangan 26) PP No.68/2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang 27) PP No.1/2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 28) PP No.28/2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam 29) PP No.38/2011 tentang Sungai 30) PP No.12/2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Slide : 22
11)
KEBIJAKAN TERKAIT
E. PERPRES DAN KEPPRES TERKAIT LAINNYA
1. KEPRES No. 57 tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya; 2. KEPRES No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 3. KEPRES No. 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional; 4. PERPRES No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
Slide : 23
KEBIJAKAN TERKAIT
F. PERMEN DAN KEPMEN TERKAIT LAINNYA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. PERMENPU No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang PERMENPU No. 22/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor; PERMENPU No. 21/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi; PERMENPU No.41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya PERMENPU No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; PERMENDAGRI No. 28/2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah; PERMENHUT No. 43/2008 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan PERMENPU No. 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan PERMENPU No. 11/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Rancangan Peraturan Daerah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
10. PERMENPU No. 16/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 11. PERMENDAGRI No. 50/2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
12. PERMENTAN No. 41/PERMENTAN/OT/140/9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian
13. PERMENPU No. 07/PRT/M/2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 14. PERMENPU No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota 15. KEPMEN ESDM No. 1457.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi.
Slide : 24
POSISI RTRW/ RDTR KABUPATEN DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN)
KLASIFIKASI PENATAAN RUANG MENURUT NO.26/2007 TENTANG PENATAAN RUANG KOMPLEMENTARITAS RENCANA TATA RUANG PEMAHAMAN PERATURAN ZONASI (ZONING MAP) SKEMA ALUR PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RDTR E.1 PENYUSUNAN RDTR UU
DAN
PEMBAHASAN
RAPERDA
Slide : 25
Pedoman
Dijabarkan
Pedoman
Dijabarkan
RPJP Daerah
Penjabaran Program Kewilayahan RTRW/RDTR Dan turunannya. Bahan
RPJM Daerah
RKP Daerah
RAPBD
APBD
Diacu
Bahan
Bahan
Dijabarkan
Pedoman
RENSTRA SKPD
Pedoman
RENJA SKPD
Pedoman
RKA SKPD
Rincian APBD
Keterangan: : Posisi RTRW/RDTR dan turunannya dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran di Indonesia
RPJP RPJM RKP RENJA SKPD RKA SKPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang : Rencana Pembangunan Jangka Menengah : Rencana Kerja Pemerintahan : Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah : Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
Slide : 26
RTRW NASIONAL
WILAYAH
RTRW PROVINSI
RTRW KABUPATEN
RTR KWS STRA KABUPATEN RDTR WIL KABUPATEN RTR KWS METROPOLITAN
PERKOTAAN
RTR KWS PERKOTAAN DLM WIL KABUPATEN RTRW KOTA RTR BAGIAN WIL KOTA RTR KWS STRA KOTA RDTR WIL KOTA
Slide : 27
1. Struktur Ruang:
Pusat Kegiatan Primer dan Sekunder Sistem Prasarana Primer
2. Pola Ruang: Digit 2 3. Kawasan Strategis Provinsi 4. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
2. Pola Ruang: Digit 4 3. Peraturan Zonasi (Zoning Map dan Zoning Text)
1. Struktur Peruntukan Lahan 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan 3. Tata Bangunan 4. Sistem Sirkulasi & Jalur Penghubung 5. Sistem Ruang Terbuka & Tata Hijau 6. Tata Kualitas Lingkungan 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan
Slide : 28
4A
4A
4A
4A
4A
5A 5A 5A 5A 5A 5A 5A 6A 5B 5A 5A 5A
4B 4B 4B 4A 4B
4B
5A
5A
4B 4B 4A 4B 4A 4A 4A
ZONA 3B : RUANG TERBUKA/ TAMAN KOTA ZONA 4A : PERUMAHAN TERBATAS
5B 5B 3B 5B
4B 3B
3B
3B
ZONA 4B : PERUMAHAN KOTA ZONA 5A : KAWASAN KOMERSIAL ZONA 5B : KAWASAN PERKANTORAN ZONA 6A : KAWASAN KHUSUS
Slide : 29
Penyusunan Rencana
Slide : 30
3. Penyusunan Rencana
SUMBER DATA
INSTANSI
LAPANGAN
-
[UU, PP, PERPRES, KEPRES, PERMEN, Internet SNI, dll] 2 Kebijakan Penataan Ruang [RTRWN, RTR Pulau, RTRWP, RTRW DJPR-PU/Internet, BAPPEDA-P, Terkait Kabupaten/Kota BAPPEDA Kab/Kot 3 Kebijakan Sektoral [RPJPN, RPJMN, RPJPD-P, RPJMD-P, DJPR-PU/Internet, BAPPEDA-P, (RPJPD-K), (RPJMD-K)], Renstra SKPD BAPPEDA Kab/Kot II GAMBARAN WILAYAH 1 Administratif & Geografis
Konfirmasi
Konfirmasi
3 Kependudukan
4 Sosial Budaya
3. Penyusunan Rencana
LAPANGAN Konfirmasi -
Potensi Flora & Fauna; Hutan; Pertanian; Kelautan; serta Mineral PDRB; Pendapatan Per Kapita; PAD; APBD
SUMBER DATA INSTANSI BPLHD, Din. Kehutanan, Pertanian, Kelautan, Pertambangan SETDA & BAPPEDA Din. Pertanian; Din. Peternakan; Din. Perkebunan; Din. Perikanan; Din. Kelautan; Din. Pertambangan; Din. Kehutanan Din. Industri;
7 Kegiatan Ekonomi Ekonomi Primer Pertanian; Peternakan; Perkebunan; Perikanan; Kelautan; Pertambangan; Kehutanan Ekonomi Sekunder Industri; Ekonomi Tersier Perdagangan; Jasa; Pariwisata 8 Perumahan & Kondisi Perumahan, Sebaran Permukiman Permukiman 9 Transportasi Transportasi Darat Jalan; Jembatan; Terminal; Pengangkutan Transportasi Laut Pelabuhan; Alur Pelayaran Transportasi Udara Bandara; Alur Penerbangan
Konfirmasi Konfirmasi
Slide : 32
3. Penyusunan Rencana
SUMBER DATA LAPANGAN Konfirmasi
Energi; Sumber Daya Air; Telekomunikasi; Persampahan; Air Bersih Regional; Air Limbah 11 Fasilitas Sosial & Pemerintahan; Pendidikan; Kesehatan; Umum Peribadatan; Olahraga; Komersial; Kebudayaan 12 Bencana Alam Sejarah; Lokasi; Dampak; Potensi Bencana 13 Kelembagaan SO Eksektutif; SO Legislatif; BKPRD-P/K; Dinas yang Berwenang dalam PPR; PPNS; Partisipasi Masyarakat Potensi; Dokumentasi; Letak dan Delineasi Kawasan Peta Rupa Bumi Indonesia Peta Citra Satelit Peta Penetapan Status Kawasan Hutan
INSTANSI BAPPEDA, Din. Pertambangan, Pengairan, PU, PLN, TELKOM, PDAM BAPPEDA, Din. PU, Pendidikan, Kesehatan, PORA, Perdagangan, Kebudayaan Badan Geologi-ESDM, BAPPEDA, PU SETDA & BAPPEDA
Konfirmasi
Konfirmasi Konfirmasi
BAPPEDA, PU
Konfirmasi
Slide : 33
3. Penyusunan Rencana
SUMBER DATA
NAMA DATA Peta Klimatologi Peta Topografi Jenis Tanah Peta Geologi Peta Hidrologi Peta Sumberdaya mineral Peta Jalur Patahan/Sesar Peta Potensi Bencana Alam Peta Tutupan Lahan
LAPANGAN Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat -
BPN
BPN
Peta Kondisi Eksisting Jaringan Transportasi Peta Kondisi Eksisting Prasarana & Utilitas
Peta Kondisi Eksisting Fasos & Fasum Peta Kawasan Strategis
Slide : 34
3. Penyusunan Rencana
1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tujuan Penataan Ruang Kawasan Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Strategi Penataan Ruang Kawasan Rencana Sistem Permukiman Rencana Bagian Kawasan Perkotaan Rencana Sistem Jaringan Transportasi Rencana Sistem Jaringan Energi Rencana Sistem Prasarana Air Minum Rencana Sistem Telekomunikasi Rencana Sistem Persampahan Rencana Sistem Sanitasi
C D
1. Rencana Zona Lindung 2. Rencana Kawasan Budidaya 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. Kawasan Prioritas Aspek Lingkungan Hidup Kawasan Prioritas Aspek Ekonomi Kawasan Prioritas Aspek Sosial Budaya Indikasi Program Perwujudan Struktur Ruang Indikasi Program Perwujudan Blok Peruntukan Indikasi Program Perwujudan Kawasan Strategis Ketentuan Peraturan Blok Peruntukan Ketentuan Perizinan Ketentuan Insentif & Disinsentif Ketentuan Sanksi
Slide : 36
Indikasi Program
1. RAPERDA RDTR disusun oleh Bupati dibantu BKPRD Kabupaten 2. RAPERDA RDTR disusun berdasarkan Materi Teknis RDTR yang telah disusun 3. RAPERDA RDTR disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku
Slide : 37
1. Pembahasan RAPERDA RDTR dilakukan oleh Kelompok Kerja BKPRD dengan DPRD
Slide : 38
1. Persetujuan RAPERDA RDTR diberikan berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian muatan RAPERDA dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. Persetujuan RAPERDA RDTR diberikan oleh Ketua DPRD kepada
Gurbernur/Bupati/Walikota
Slide : 39
1. Pengajuan Surat Permohonan Mendapatkan Rekomendasi Kepada Gubernur oleh Bupati/Walikota 2. Surat Permohonan disertai RAPERDA serta dokumen materi teknis RDTR dan Album Peta 3. Terlebih dahulu pemeriksaan kelengkapan dokumen, bila tidak lengkap wajib dilengkapi oleh PEMDA bersangkutan
Slide : 40
1. Diberikan berdasarkan hasil evaluasi materi muatan teknis RAPERDA 2. Dokumen hasil evaluasi terdiri dari: a) Tabel Hasil Pemeriksaan Pencantuman Materi Muatan Teknis RAPERDA; serta b) Berita Acara RAKOR POKJANIS BKPRD Provinsi dalam Pembahasan RAPERDA Kabupaten/Kota
Slide : 42
Gubernur/Bupati/Walikota
Slide : 43
1. Setelah
disetujui
bersama
DPRD,
RAPERDA
RDTR
disampaikan
oleh
Slide : 44
Setelah
dievaluasi
Gubernur,
RAPERDA
RDTR
Kabupetan/Kota
disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada MENDAGRI untuk dievaluasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Slide : 45
E.
F. G. H. I.
KEPENDUDUKAN
SARANA PENDIDIKAN SARANA KESEHATAN PETERNAKAN PERKEBUNAN
J.
K. L. M.
PERIKANAN
TANAMAN PANGAN PERINDUSTRIAN, PERTAMBANGAN, PARIWISATA, KEUANGAN TRANSPORTASI
Slide : 46
Selatan : Distrik Gamelia, Distrik Tiom, dan Distrik Dipo, Kab. Lani Jaya.
Timur : Distrik Kelila, DIstrik Kobakma, Kabupaten Membramo Tengah. Utara : Distrik Dabra, Mamberamo Raya 4. Pemerintahan di Kabupaten Tolikara, sampai tahun 2010 terdiri atas 35 kecamatan, 510 desa dan 4 kelurahan, dengan beribukota di Kecamatan Karubaga.
Slide : 47
Sumber : Kabupaten Tolikara Dalam Angka 2011
Slide : 48
Slide : 49
PETA GEOLOGI
Slide : 50
GAMBARAN UMUM
NO
E
GAMBARAN UMUM
Kependudukan
URAIAN
Jumlah penduduk di Kabupaten Tolikara sebesar 114.427 jiwa pada tahun 2010, sedangkan pada kawasan perkotaan Bokondini adalah sebesar 8.766 jiwa menurut jumlah penduduk pada Distrik Bokondini dan Distrik Bewani. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Tolikara 21,86%, dan untuk di kawasan perkotaan Bokondini 13,5%
Pendidikan
Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Tolikara tahun 2010 mencapai 88 unit, yang terdiri dari 66 Sekolah Dasar (SD), 17 Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 4 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada kawasan Perkotaan Bokondini, jumlah sarana pendidikan dasar (SD) sebanyak 6 unit, terbagi atas 5 sekolah dasar negeri dan 1 sekolah dasar swasta. Pelayanan Kesehatan, Tolikara mengandalkan PUSKESMAS dan Balai Pengobatan Pemerintah, sedangkan pelayanan rumah sakit belum berfungsi sebagaimana mestinya. Pada kawasan Perkotaan Bokondini hanya terdapat 1 Puskesmas, 1 Puskesmas Pembantu dan 1 Balai Pengobatan Pemerintah. Guna melayani beberapa daerah yang masih belum terjangkau tersedia juga Puskesmas Keliling roda dua 1 unit. Disamping itu, kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan juga dipengaruhi oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tersedia. Di Tolikara, jumlah dokter yang tersedia hanya orang yang terdiri dari 1 dokter spesialis, 16 dokter umum, dan 2 dokter gigi. Untuk penolong kelahiran, di Tolikara juga terdapat 56 bidan.
Kesehatan
Slide : 51
GAMBARAN UMUM
NO
H
GAMBARAN UMUM
Peternakan
URAIAN
Peternakan di Tolikara di dominasi oleh peternakan babi. Babi tersebut kebanyakan di pelihara oleh keluarga sebagai hewan peliharaan. Menurut data Dinas Peternakan Kabupaten Tolikara, jumlah populasi ternak babi pada Tahun 2010 berjumlah 52.782 ekor. Selain itu, untuk ternak jenis unggas, didominasi oleh ternak ayam buras. Berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Tolikara, terdapat ayam buras sebanyak 44.781 ekor. Selain itu terdapat juga ternak lebah untuk penghasil madu. Sektor Perikanan di Tolikara belum terlalu berkembang pesat. Sampai saat ini, perikanan di Tolikara masih di dominasi oleh ikan Mujair. Karena Tolikara sebagian besar berada di wilayah daratan (bukan pantai), maka tidak terdapat perikanan laut maupun tempat pelelangan ikan.
Perikanan
Perkebunan
Perkebunan yang berkembang di Tolikara, berdasarkan Data Dinas Pertanian Kabupaten Tolikara, adalah Kopi. Akan tetapi, sebagian besar dari perkebunan Kopi ini hanya ditanam oleh masyarakat secara individu saja, bukan dimaksudkan untuk perkebunan secara luas, dimana hanya ada beberapa tanaman kopi saja untuk tiap rumah tangga yang menanam kopi.
Slide : 52
GAMBARAN UMUM
NO
K
GAMBARAN UMUM
Tanaman Pangan
URAIAN
Seperti kebanyakan wilayah di Papua, tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh masyarakat Tolikara di dominasi oleh kelas petatas (umbi-umbian), yaitu Ubi Jalar, Keladi, Ubi Kayu, Berdasarkan Data Dinas Pertanian Kabupaten Tolikara, Produksi Ubi jalar pada Tahun 2010 adalah sebanyak 10.246 ton dengan luas panen sebesar 1.823 Ha. Sedangkan Keladi produksinya 2.673 ton dengan luas panen sebesar 454 Ha. Lainnya adalah bawang merah, daun bawang, ketimun, kentang, kubis, terong, bawang putih, sawi, tomat, kacang tanah, kedelai, jagung, kacang hijau, kacang panjang, kangkung, markisa, jeruk manis, nanas, pisang, nangka, jambu biji, salak, adpokat, mangga, papaya, labu siam Perindustrian merupakan sektor yang belum berkembang di Tolikara. Pada 2010, perkembangan industri justru mengalami penurunan, karena tidak ada satu pun industri yang masih bertahan. Pertambangan dan Energi juga merupakan sektor yang belum berkembang. Listrik, sebagai komponen utama dalam pengembangan industri belum bisa dinikmati secara optimal. Sampai 2010, hanya tersedia 2 unit pembangkit listrik, yaitu di Kecamatan Karubaga dan Bokondini. Jumlah daya yang diproduksi hanya 2,5 Mwh, sehingga listrik hanya bisa dialirkan selama beberapa jam (pukul 18.00-23.00 WIT). Pariwisata di Tolikara masih belum berkembang. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Tolikara, tidak ada satu pun wisatawan yang datang. Slide : 53
GAMBARAN UMUM
NO
M
GAMBARAN UMUM
Transportasi Komunikasi dan
URAIAN
Transportasi di Tolikara masih harus banyak terus dikembangkan. Sampai saat ini akses jalan darat dari Tolikara menuju kota-kota pelabuhan masih belum ada. Akses jalan yang ada baru sebatas antar kabupaten di pegunungan tengah seperti kabupaten Jayawijaya. Sedangkan untuk transportasi udara, di Tolikara mempunyai 12 landasan pesawat tipe twin outer, yaitu 1 landasan pemerintah, 11 landasan MAF (Mission Aviation Fellowship). Selain itu masih ada 2 landasan MAF lagi yang terdapat di kecamatan Panaga dan Wunin, namun sekarang sudah rusak.
Slide : 54
PEKERJAAN
C. DESAIN SURVEY
Slide : 55
ZONING REGULATION
13
PERIZINAN SANKSI INSENTIF DISINSENTIF
STUDI KOMPARATIF/ BELAJAR DARI KOTA/ NEGERI : 1. Wilayah Golden, Colorado 2. Wilayah Boulder, Colorado 3. Wilayah Gunung Pilatus 4. Wilayah Bhutan (Kaki Gunung Himalaya) 5. Konsep Agroforestry
11
14
INDIKASI PROGRAM
Slide : 56
PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
Pendekatan dalam penyusunan RDTR Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara sebaiknya berdasar pada kebutuhan dan potensi yang ada. Sehingga tidak mesti menjalankan pendekatan baku yang berlaku di wilayah lain yang berbeda kondisinya, tetapi tetap memegang prinsip pembangunan kota lestari (sustainable urban development), yakni: 1. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat (community welfare), 2. Menjaga kualitas lingkungan (environmental quality) dan, 3. Mendorong pertumbuhan ekonomi (economic growth). Dengan prinsip di atas, prioritas pendekatan yang diusulkan untuk penyusunan RDTR Karubaga adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan Sosial Budaya, 2. Pendekatan Legalitas, 3. Pendekatan Ekonomi, 4. Pendekatan Lingkungan, 5. Pendekatan Keruangan (Spatial) dan 6. Pendekatan Lingkungan Hunian. Empat pendekatan awal (sosial-budaya, legal, ekonomi dan lingkungan) menjadi dasar dari dua pendekatan akhir (keruangan dan lingkungan hunian).
Slide : 63
PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA
Pengembangan kebijakan sosial yang memihak (affirmative action) pada kelompok lokal melalui pembuatan perangkat peraturan daerah yang melindungi komuniti adat lokal dari dominasi perilaku ekonomi monopolistik. Peningkatan, perluasan dan mempermudah memperoleh akses informasi dan institusi permodalan lain yang lebih kondusif . Program-program penanggulangan kemisikinan, pengangguran, dan keterbelakangan serta peningkatan kualitas kesehatan, selain diantisipasi melalui kebijakan-kebijakan langsung (direct policies) yang dampaknya terbatas, perlu pula dilengkapi dengan kebijakan-kebijakan tidak langsung (indirect policies). Kebijakan tidak langsung ini yang merupakan intervensi kualitatif pemerintah daerah akan lebih berdampak luas dan berjangka panjang (sustainable). Manajemen dan pelaksanaan program-progam sejatinya dilakukan secara integral antar sektoral dan komprehensif dan holistik.
Slide : 64
PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN KEJELASAN STATUS LAHAN
Pendekatan legalitas khususnya kejelasan status lahan menjadi faktor utama yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana detail tata ruang, terlebih di Papua dimana sistem hukum adat/tanah ulayat masih berlaku dan dijalankan oleh masyarakat. Kejelasan legalitas status tanah akan digunakan sebagai batasan dalam proses penyusunan rencana. Demikian juga, pada faktor kesiapan lahan (dalam arti tanah yang sudah dikuasai oleh pemerintah daerah) harus dipertimbangkan dalam penentuan rencana pengembangan kawasan-kawasan unggulan yang akan diprioritaskan dalam tahapan pembangunan (indikator program pembangunan).
Slide : 65
PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN EKONOMI : PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL
Penyusunan rencana detail, selain harus mampu mengembangkan seluruh potensi ekonomi yang ada dan penciptaan nilai tambah (added value) ekonomi wilayah, juga harus mampu mendistribusikan secara adil nilai tambah yang diciptakan. Penyusunan rencana detail ini hendaknya tidak saja berorientasi pada penarikan investasi dari luar wilayah, tapi juga memberikan dukungan pada penyediaan fasilitas pengembangan ekonomi setempat. Rencana detail harus mampu menjembatani hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) antara kegiatan ekonomi lokal dengan investasi luar. Kejelasan pengaturan lokasi antara kedua kegiatan ekonomi tersebut menjadi perhatian utama dalam penyusunan rencana.
Slide : 66
PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN ( SUSTAINABILITY)
Pendekatan lingkungan merupakan aspek penyeimbang dari ketiga pendekatan sebelumnya (sosial-budaya, legal dan ekonomi). Tuntutan pengembangan ekonomi, sosial-budaya maupun aspek legalitas lahan harus juga disandingkan dengan pengelolaan lingkungan alami maupun buatan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Pendekatan lingkungan harus mampu menyusun target-target yang terukur dalam perencanaan peningkatan kualitas lingkungan (area konservasi hutan kota, area tepian air, taman kota hingga taman lingkungan).
Slide : 67
PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN STRUKTUR KERUANGAN: INTEGRASI & OPTIMALISASI RUANG
Pendekatan Keruangan (spatial) menjadi muara integratif dari pendekatan-pendekatan sebelumnya. Rencana ruang menjadi pengikat tuntutan ataupun kepentingan yang muncul, baik dalam skala makro (seluruh wilayah kabupaten) maupun mikro (distrik). Pada pendekatan keruangan, berbagai persilangan kepentingan akan dijembatani dan diarahkan untuk menghasilkan solusi yang disepakati bersama. Karena itu konsep penyediaan infrastruktur harus terarah dan memiliki tahapan pengembangan kualitas yang jelas, yakni: diawali dengan penyediaan infrastruktur dasar (basic need infrastructure), kemudian dilanjutkan dengan pengembangan infrastruktur yang memperhatikan kondisi lingkungan (environment-friendly infrastructure) dan infrastruktur yang mampu meningkatkan daya saing wilayah (competitive infrastructure).
Slide : 68
PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN LINGKUNGAN HUNIAN : NEIGHBORHOOD UNIT DEVELOPMENT
Pendekatan lingkungan hunian (neighborhood) pada level rencana detail menjadi penting, karena pada prinsipnya rencana detail adalah rencana yang langsung bersentuhan dengan kegiatan sehari-hari warga. Lingkungan hunian juga merupakan unit terkecil dalam skala perencanaan kota. Dalam penusunan rencana detail, setiap lingkungan hunian (neighborhood unit) yang ada di Distrik Bokondini harus diidentifikasikan dan diperjelas batas areanya masing-masing. Analisis setiap lingkungan hunian, memperhatikan aspek-aspek berikut: rencana kepadatan penghuni, penyediaan dan distribusi perletakan fasilitas sosial dan fasilitas umum, struktur ruang yang terintegrasi dengan struktur makro kota, dan pembentukan kohesi sosial penghuni.
Slide : 69
PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN LINGKUNGAN HUNIAN : NEIGHBORHOOD UNIT DEVELOPMENT
Kejelasan batas-batas lingkungan hunian (neighbourhood boundaries) sebagai satu kesatuan teritori ruang sekaligus merupakan struktur yang membatasi ruang gerak penghuni. Wujud dari batas ini bersifat fisik yakni: jalan dan taman terbuka maupun bersifat non fisik seperti ikatan-ikatan emosional penghuni. Ruang untuk aktivitas bersama yang disediakan sebagai wadah bagi aktivitas formal maupun non formal penghuni. Di kawasan yang direncanakan, ruang bersama dikembangkan sebagai titik orientasi sebuah lingkungan hunian Besaran neighbourhood unit adalah area atau luasan yang biasanya diukur dengan kemampuan jelajah manusia saat berjalan kaki pada umumnya. Kepadatan masing-masing neighbourhood unit ditentukan berdasarkan angka kepadatan populasi yang secara umum masih memungkinkan untuk membangun terjadinya kontak sosial yang baik. Pusat lingkungan/ pusat komunitas bukan lagi pusatpusat layanan administratif pemerintah, melainkan fungsi-fungsi komunal yang biasanya dimanfaatkan untuk pelaksanaan musyawarah, perayaan atau upacara adat (misalnya tempat ibadah atau balai adat).
Slide : 70
PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN LINGKUNGAN HUNIAN : NEIGHBORHOOD UNIT DEVELOPMENT
Pola zonasi lahan ditentukan berdasarkan kebutuhan aksesibilitas terhadap ruang-ruang produksi (tempat kerja). Adanya peraturan atau kesepakatan yang disusun untuk mengikat penghuni dengan norma-norma yang secara umum dianut penghuni. Oleh karena itu seringkali homogenitas komunitas menjadi prasyarat dalam pengembangan neighbourhood unit. Meskipun demikian heterogenitas merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah persiapan untuk membangun suasana saling pengertian di antara penghuni neighbourhood unit. Dengan pendekatan NUD, diharapkan akan tercipta lingkungan hunian yang sehat dan produktif sehingga akan terbentuk warga yang berkualitas sebagai modal utama pembangunan kota.
Slide : 71
Slide : 72
Review/ Peninjauan kembali terhadap RRTRW Kecamatan di Wilayah Papua yang sudah ada
Identifikasi Sistem Prasarana dan Sarana Transportasi Kota Identifikasi Ketersediaan dan kualitas Prasarana dan Sarana Perkotaan
Analisis Potensi dan Permasalahan Fisik Kota ANALISIS KAPASITAS PENGEMBANGAN KAWASAN
Identifikasi Kondisi dan Pola Tata Air Analisis Daya Dukung Lingkungan
LAPORAN PENDAHULUAN
FGD 1
LAPORAN ANTARA
FGD 2
DRAFT LAPORAN AKHIR
FGD 3
Slide : 73
LAPORAN AKHIR
5. GAGASAN AWAL
A. INDIKASI STRUKTUR & POLA RUANG KAWASAN B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN
Slide : 74
Pusat Pelayanan Distrik : - Kantor Pemerintahan Distrik - Kesehatan - Polisi/TNI - Perkantoran Perumahan : - Rumah tinggal - Pertokoan Pusat Industri Pengolahan : - Stock/Gudang - Produksi - dll
Permukiman
Permukiman
Jasa Pelayanan Perkotaan Agroforestry : - Bank, Koperasi - Fasos & Fasum - Perdagangan dan Jasa - Pasar, Terminal
Slide : 75
Permukiman
Permukiman
Jaringan Infrastruktur Permukiman ; - Listrik/Energi - Telekomunikasi - Air Bersih, Limbah, Air Kotor - Persampahan
Slide : 76
KAWASAN LINDUNG; 80% Wilayah Kabupaten Tolikara merupakan Kawasan Lindung (Hutan Lindung dan Kawasan Suaka Margasatwa Foja) dan Kawasan Perkotaan Bokondini berada dalam wilayah Tolikara. KAWASAN STRATEGIS PROVINSI; Merupakan bagian dari Kawasan Strategis Ekonomi dalam RTRW Provinsi Papua yaitu kawasan strategis pengelolaan kawasan ekonomi rendah karbon.
Menjaga kawasan lindung sebagai kawasan strategis daya lingkungan hidup wilayah skala provinsi dan kabupaten. Menetapkan fungsi-fungsi didalam kawasan perkotaan melalui peraturan zonasi. Menguatkan dan mengarahkan kegiatan ekonomi kawasan perkotaan melalui perdagangan komoditas pertanian dan perkebunan yang berorientasi kepada ; (i) ketahanan pangan, (ii) ekspor (luar kawasan) melalui industri pengolahan yang akhirnya mampu menjadi kawasan Agroforestry yang mantap. Peningkatan jaringan jalan antar kampung yang nyaman, aman dan dapat mengakses pusat pelayanan (kesehatan, sosial, agama, pendidikan) di Distrik atau di kawasan gereja. Memberi arahan/rekomendasi KDB/KLB bagi permukiman yang berada dalam Kaw Lindung dan penetapan Zoning Regulation
1.3
1.4
PERMUKIMAN; Pola sebaran rumah yang tidak terpusat (komunal) cenderung menyebar. Beberapa rumah (komunal) berada dalam Kawasan Lindung.
Slide : 77
1.6
1.7
KAWASAN HUTAN; Kawasan hutan produksi yang memiliki potensi kayu untuk pembangunan.
Menerapkan proses tebang pilih yang benar sesuai dengan peraturan kehutanan. Melakukan penanaman kembali kepada kawasan-kawasan yang telah dieksploitasi/kritis tanpa penerapan proses tebang pilih.
Mengarahkan pemisahan antara tempat tinggal dengan ternak untuk mendapatkan kualitas tempat tinggal yang bersih dan sehat. Pengurangan penyakit ISPA di Kawasan Perkotaan.
Slide : 78
1.8
PETERNAKAN; Kawasan peternakan belum terbentuk, masih menyatu dengan permukiman/tempat tinggal.
2 2.1
2.1.1
Peningkatan (rehabilitasi) jalan di dalam kawasan perkotaan. Peningkatan fasilitas jalan (trotoar, drainase, lampu jalan kota dan lingkungan, vegetasi) didalam kawasan permukiman, jasa, pemerintah, pendidikan, kesehatan, gereja
2.1.2
Belum terhubungnya ruas jalan kabupaten (Lokal Primer) antara Distrik Bokondini Distrik Bewani - Distrik Wunin Distrik Karubaga (Jalan Sisi Utara).
Pembangunan jalan dari distrik Bokondini distrik Bewani Distrik Wunin Distrik Karubaga. (sisi utara).
Slide : 79
2.1.4
2.1.5
Pembangunan terminal tipe C Penyiapan trayek didalam kawasan perkotaan. Mendorong investasi dari masyarakat dalam penyediaan transportasi lokal.
2.2 2.2.1
BANDARA : Rencana peningkatan bandara (MAF) yang ada menjadi komersial dan pusat pelabuhan udara militer (juga terdapat dalam kajian Sistem Transportasi Nasional/ SISTRANAS), dan atau mencari lokasi potensi baru untuk bandara Komersial dan Pusat Pelabuhan Udara Militer, untuk dapat mengurangi beban Pelabuhan Udara Wamena dan menjangkau pelayanan bagi kabupaten lainnya seperti Memberamo Tengah, Memberamo Raya, dan Puncak Jaya Melakukan peningkatan panjang runway landasan dan atau, Mencari lokasi potensi baru yang dapat melayani kebutuhan pelayanan transportasi udara komersial dan pertahanan udara militer.
Slide : 80
2.3
2.3.1
ENERGI/KELISTRIKAN :
Penyediaan prasarana listrik masih terbatas dengan menggunakan PLTD milik PEMDA. Penyediaan energi dari sumber lainnya seperti energi matahari (PLTS) dan mikro hidro (PLTMH)
2.4
2.4.1
TELEKOMUNIKASI:
Belum adanya jaringan telekomunikasi Pengembangan jaringan telekomunikasi Mendorong dan menyiapkan lokasi jaringan telekomunikasi swasta.
2.5 2.5.1
AIR BERSIH ; Berlimpahnya air baik dari sungai, mata air dan air hujan. Penyediaan tempat penampungan air bersih di sumbernya. Penyediaan tempat penampungan air bersih secara komunal/kampung. Penyediaan jaringan perpipaan air bersih di kawasan perkotaan. Pengembangan dan peningkatan teknologi instalasi air bersih bagi kawasan perkotaan. Mendorong peningkatan titik-titik mata air bersih skala kampung. Mendorong seluruh bangunan memiliki saluran penampung air hujan dan penampungnya.
Slide : 81
POTENSI/PERMASALAHAN/BATASAN
JARINGAN AIR KOTOR, LIMBAH, PERSAMPAHAN;
ARAH PENGEMBANGAN
2.6.1
Mendorong semua rumah/pertokoan/gereja/bangunan sosial dan umum memiliki saluran air kotor dan saluran air limbah (terpisah).
Mendorong semua rumah/pertokoan/gereja/bangunan sosial dan umum memiliki tong sampah. Menyiapkan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dan pengolahannya.
2.6.2
Jaringan Persampahan
2.7.1
Melakukan zonasi wilayah rawan longsor, dan pembuatan regulasi. Mengarahkan penggunaan teknologi yang tepat dan aman dalam pembangunan kawasan. Menetapkan kawasan-kawasan resiko tinggi terhadap bencana tanpa aktifitas pembangunan fisik.
Slide : 82
Tipologi Agropolitan
AGRIBISNIS Ekosistem 1. Pantai 2. Dataran rendah 3. Dataran Tinggi
Komoditas Unggulan Pertanian (on farm) 1. Tanaman Pangan 2. Hortikutur (sayur, buah, bunga) 3. Perkebunan 4. Perikanan Darat 5. Peternakan 6. Perikanan Laut
Pengolahan 1. Pasca Panen non industri 2. Home Industri 3. Industri Kecil/ Menengah 4. Industri Besar
Sistem Urban 1. Hirarki permukiman 2. Mono/poli sentric 3. Infrastruktur 4. Jumlah/kepadat an penduduk urban dll
Agropolis sebagai Sentra Agribisnis kawasan (Pasar Pertanian/sub terminal agribisnis (Cold storage), Bank Cabang Pembantu, Balai Penyuluhan dan Informasi Pertanian/agribisnis, Sentra agroindustri, Kantor Pengelolan Agropolitan, Quality Control, dll) Struktur Hirarki/Jaringan Agribisnis di bawahnya ditentukan oleh karakteristik Tipologi Agropolitan
Slide : 83
DPP
PASAR/GLOBAL
Keterangan:
DPP DPP
Sentra Produksi
Kota Kecil/Pusat Regional
Slide : 86
Slide : 87
6. RENCANA KERJA
A. RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN B. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Slide : 88
RENCANA KERJA
A. RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN
NO TAHAPAN KEGIATAN TUJUAN KEGIATAN SASARAN METODE 1 1 Persiapan Menyiapkan Langkah Kerja yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan dan persiapan administrasi Perumusan pendekatan dan metodologi serta penyiapan jadwal pelaksanaan pekerjaan Tercapainya langkahlangkah kerja yang efektif dan efisien Persiapan teknis dan administrasi 2
Slide : 89
BULAN 3 4
Sosialisasi Awal
Sosialisasi
(BKP)
3 Penjaringan Isu-Isu Pengembangan Kawasan Perkotaan Teridentifikasinya isu-isu pengembangan wilayah yang perlu dititikberatkan untuk difokuskan dalam survei dan analisis
Teridentifikasinya kondisi awal kawasan dan kecenderungan
Tercapainya pemahaman tentang proses penyusunan RDTR oleh pemerintah setempat Teridentifikasinya isuisu pengembangan kawasan yang terkait dengan substansi RDTR Kawasan Perkotaan
Tercapainya proses pengumpulan data oleh tim pelaksana pekerjaan
Diskusi awal
Konsep Rencana
Perumusan RDTR
Terumuskannya RDTR Kawasan Perkotaan Bokondini sesuai dengan permasalahan yang ada Terakomodasinya aspirasi masyarakat dalam Rencana
Lokakarya RDTR
Seminar /
RENCANA KERJA
B. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN RIIL
NO TAHAPAN I PERSIAPAN RINCIAN PELAKSANAAN Persiapan Awal a. Koordinasi Awal Internal Tim b. Pemahaman KAK c. Penyiapan Anggaran Biaya d. Penyusunan Metode dan Rencana Kerja Persiapan Teknis a. Identifikasi Data Awal yang Tersedia b. Pemahaman awal wilayah perencanaan c. Pemantapan Metode dan Rencana Kerja d. Mobilisasi Peralatan dan Personil e.Penyiapan Perangkat Survei dan Perjalanan Dinas f. Identifikasi Kebutuhan Peta Dasar Survei Pendahuluan Survei Lanjutan a. Pengumpulan Data Sekunder di Kabupaten dan Kawasan Perencanaan a.11. Data/informasi terkait kelembagaan b. Pengumpulan Data Primer di Kawasan Perkotaan b.1. Pengambilan Batas Wilayah Kawasan Perkotaan b.2. Ground Check Jalan dan Kondisi Bangunan Eksisting Analisis Tahap Awal
November 12
WAKTU Oktober
II
SURVEI
November 12
III ANALISIS
Analisis Tahap Lanjutan a. Fisik/Rona Kawasan b. Analisis wilayah yang lebih luas c. Analsis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan BWP d. Analisis Sosial Budaya e. Analisis Kependudukan f. Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan g. Analisis Sumber Daya Buatan h. Analisis Penataan Kawasan dan Bangunan i. Analisis Kelembagaan j. Pembiayaan pembangunan
Slide : 90
RENCANA KERJA
B. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN RIIL
NO TAHAPAN IV PENYUSUNAN DRAF Penyusunan Rencana RENCANA & RAPERDA RINCIAN PELAKSANAAN WAKTU Januari 2013 - 13 JANUARI Februari 2012 Minggu Ke 2
a. Penyusunan Tujuan, Kebijakan, dan Strategi penataan ruang BWP serta Kawasan Perkotaan; b. Penyusunan Rencana struktur ruang wilayah perencanaan; c. Penyusunan Rencana pola ruang wilayah perencanaan; d. Penyusunan Penetapan kawasan prioritas; e. Penyusunan Arahan pemanfaatan ruang; dan f. Penyusunan Arahan pengendalian pemanfaatan ruang g. Penyusunan zoning regulation (zoning map, zoning text) Penyusunan RAPERDA a. Penyusunan Kerangka PERDA b. Perumusan Legal Format / Bahasa Hukum dari Materi RDTR c. Penyusunan Lampiran RAPERDA V FGD & FORUM KOORDINASI PEMBAHASAN LAPORAN PENDAHULUAN & FGD 1 PEMBAHASAN LAPORAN ANTARA & FGD 2 PEMBAHASAN LAPORAN DRAFT AKHIR Sidang BKPRD Sidang BKPRN November Minggu2 1 Nov 12, Minggu ke Ke Desember Minggu 2 2 Des 12, Minggu ke Ke Januari13, Minggu ke 2 Ke Jan 2013 Minggu 4 Tentatif Tentatif
Slide : 91
7. PENUTUP
A. PROGRAM/KEGIATAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
B. PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Slide : 92
PENUTUP
A. PROGRAM/KEGIATAN SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN
RTRW TOLIKARA
Energi
Telekomunikasi
MASYARAKAT TOLIKARA
P R 2012 2017 2022 2027 2032 O G INDIKASI PK /TAHAPAN/PELAKSANA R HASIL HASIL HASIL HASIL A M Untuk mencapai / K TUJUAN E RDTR G BOKONDINI I A Untuk mencapai T TUJUAN RTRW A TOLIKARA N
Slide : 93
PENUTUP
B. PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN
Distrik lainnya
Tolikara 2032
Distrik lainnya
Sekarang, 2012
Slide : 94
L/O/G/O
L/O/G/O
1. Perwujudan Ruang Kawasan Perkotaan Bokondini : 1. Pusat Perekonomian Jasa & Perdagangan Komoditas Pertanian dan Perkebunan Terpadu, 2. Pusat Pelayanan Transportasi Udara Militer dan Komersial, 3. Pusat Pendidikan Tinggi, 4. Penunjang Pelayanan Kesehatan Terpadu, dan 5. Penunjang Pelayanan Pemerintahan Satu Atap.
97 Slide : 97
NO
INFORMASI/SARAN/HARAPAN/REKOMENDASI
99 Slide : 99