You are on page 1of 99

L/O/G/O

PEMBAHASAN PENDAHULUAN

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN BOKONDINI

Ketua Tim : Dr. Ir. Rino Wicaksono, MAUD, MURP


Koordinator : Tiar Pandapotan Purba, ST
Jumat, 9 November 2012

Slide : 1

SISTEMATIKA PEMBAHASAN
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN BOKONDINI

Slide : 2

1. PENDAHULUAN
A. B. C. D. E. Latar Belakang Maksud, Tujuan & Sasaran Ruang lingkup Kegiatan Ruang Lingkup Kawasan Keluaran

Slide : 3

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang RDTR atau yang juga bisa dikenal sebagai Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) merupakan penjabaran dari RTRW dan merupakan arahan operasional pengembangan spasial di Kabupaten Tolikara 2. Penyelenggaraan Penataan Ruang menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah, sejalan dengan jiwa dan semangat UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 3. Dengan berbagai potensi dan permasalahan kawasan di Distrik Bokondini, maka perlu segera dilakukan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Bokondini. 4. Potensi Bokondini: a) Memiliki wilayah yang strategis terletak diantara Kabupaten Puncak Jaya (batas barat), Kabupaten Lani Jaya (batas selatan), Kabupaten Memberamo Tengah (batas timur), dan Kabupaten Memberamo Raya (batas utara) b) Terdapat potensi wisata seperti Danau Biuk, Cagar Alam dan Taman Nasional Lorenz dan Gunung Timoini (Lembah Hitam) c) Lahan subur untuk pertanian, perkebunan dan kehutanan. d) Potensi bahan tambang dan galian yang besar. e) Kondisi alam yang alami, dan topografi yang indah.
Slide : 4

PENDAHULUAN
B. MAKSUD DAN TUJUAN(1)
1. Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan kawasan pusat pertumbuhan dan Pengembangan perkotaan Bokondini sebagai Pusat Perekonomian Jasa & Perdagangan Komoditas Pertanian dan Perkebunan Terpadu, Pusat Pelayanan Transportasi Udara Militer dan Komersial, Pusat Pendidikan Tinggi, Penunjang Pelayanan Kesehatan Terpadu dan Penunjang Pelayanan Pemerintahan Satu Atap; 2. Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan strategis perkotaan dengan RTRW Kabupaten; 3. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien; 4. Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan melalui pengendalian programprogram pembangunan kawasan; 5. Mewujudkan ruang kawasan yang indah, berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan; 6. Mewujudkan struktur dan pola ruang kawasan strategis provinsi (KS Prov) sebagai (i) Kawasan Strategis Pengelolaan Ekonomi Rendah karbon, (ii) Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, (iii) Kawasan Strategis Sosial Budaya;
Slide : 5

PENDAHULUAN
B. MAKSUD DAN TUJUAN(2)
7. Mewujudkan struktur sistem perkotaan wilayah Kabupaten (RTRW Kabupaten Tolikara) yakni sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi (PKL-P), untuk melayani kegiatan skala kecamatan (Bokondini dan Bewani). 8. Mewujudkan pola ruang wilayah Kabupaten (RTRW Kabupaten Tolikara) yakni sebagai kawasan strategis kabupaten 9. Menentukan struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan berdasarkan kondisi fisik, aspek administrasi pemerintahan, aspek ekonomi, aspek sosial kependudukan dan aspek pengurangan resiko bencana; 10. Menyusun rencana peruntukan jenis dan besaran fasilitas (perumahan dan permukiman, perdagangan, pemerintahan dan sebagainya) dan utilitas (jalan, drainase, kelistrikan, telekomunikasi, limbah cari, persampahan); 11. Menyusun pedoman bagi instansi dalam penyusunan zonasi sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang/rencana teknik ruang kawasan perkotaan atau rencana tata bangunan dan lingkungan, dan pemberian perizinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dan peruntukan lahan; 12. Menyusun arahan, strategis dan skala prioritas program pembangunan serta waktu dan tahapan pelaksanaan pengembangan kawasan.

Slide : 6

PENDAHULUAN
C. SASARAN
1. Tersajinya data dan informasi ruang kawasan yang akurat dan aktual.

2. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan kawasan sebagai masukan dalam proses penentuan arah struktur dan pola ruang kawasan.
3. Terwujudnya keterpaduan program pembangunan antar sub-kawasan dalam kawasan perkotaan maupun antar kawasan dalam wilayah kabupaten. 4. Tersusunnya arahan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan. 5. Tersusunnya pedoman bagi pemerintah daerah dalam penyusunan peraturan zonasi, pemberian advice planning, pengaturan bangunan setempat dan lingkungannya (RTBL) serta pemberian perizinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang. 6. Terciptanya keselarasan, keserasian, permukiman dalam kawasan. keseimbangan antar lingkungan

7. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional kabupaten, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta.

8. Terciptanya percepatan investasi masyarakat dan swasta di dalam kawasan.


9. Terkoordinasinya pembangunan masyarakat/swasta. kawasan antara pemerintah dan

Slide : 7

PENDAHULUAN
D. RUANG LINGKUP KEGIATAN
1. Persiapan 2. Menentukan dan menetapkan kawasan perkotaan Bokondini. 3. Pendekatan dan Koordinasi dengan Pemberi Tugas 4. Inventarisasi Kebijakan dan Peraturan Terkait

5. Pendalaman Substansial (Gambaran Umum Studi)


6. Penyusunan Program Survei 7. Pelaksanaan Survei Instansional (Sekunder) 8. Pelaksanaan Survei Lokasi (Primer) 9. Pelaksanaan Kompilasi serta Pengolahan Data dan Fakta 10. Pelaksanaan Analisa dan Temuan Pengembangan Kawasan Perkotaan Bokondini 11. Perumusan Konsep Pengembangan Kawasan Perkotaan Bokondini 12. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Bokondini

Struktur Ruang Kawasan Perkotaan Bokondini


Pola Ruang Kawasan Perkotaan Bokondini Indikasi Program Pengembangan Kawasan Perkotaan Bokondini

Slide : 8

PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP WILAYAH PROVINSI
Bagian dari wilayah Provinsi Papua yang diarahkan menjadi kawasan (i) Strategis Pengelolaan Ekonomi Rendah Karbon, (ii) Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, (iii) Kawasan Strategis Sosial Budaya

Slide : 9

PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP WILAYAH KABUPATEN

Bagian dari wilayah kabupaten Tolikara yang diarahkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKL-P).
Bagian dari wilayah kabupaten Tolikara yang memiliki jaringan Perhubungan Darat, melalui pengembangan jalan Kolektor Primer dan Jalan Strategis Nasional. Bagian dari simpul perhubungan udara, yakni Bandar Udara Pengumpul Tersier Bagian dari simpul jaringan listrik, dengan pengembangan PLTS dan PLTMH

Slide : 10

PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP WILAYAH KABUPATEN

Bagian dari wilayah kabupaten Tolikara yang diarahkan menjadi Kawasan Lindung (Hutan Lindung dan Perlindungan Setempat)
Bagian dari wilayah kabupaten Tolikara yang diarahkan menjadi Kawasan Budidaya, yakni Kawasan Permukiman, Perkebunan dan Tanaman Pangan.

Slide : 11

PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP KAWASAN (1)

Bagian dari wilayah Kabupaten Tolikara yang diarahkan menjadi kawasan perkotaan dan menjadi fokus penyusunan rencana hingga kedalaman block plan dan zoning regulation.
Akan ditetapkan lebih detail pada tahap awal kajian dengan diskusi (FGD) bersama Tim Teknis dan stakeholders terkait.

Slide : 12

PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP KAWASAN (2)
PETA TUTUPAN LAHAN DAN ALTERNATIF KAWASAN PRIORITAS Peta Tutupan Lahan dan Alternatif Kawasan Prioritas

Slide : 13

PENDAHULUAN
E. RUANG LINGKUP KAWASAN (3)
PETA QUICKBIRD (GEOEYE) KAWASAN PERKOTAAN BOKONDINI Peta Tutupan Lahan dan Alternatif Kawasan Prioritas

1. 2.

Quickbird Tahun 2010 Hasil Olahan Tim Konsultan, 2012

Slide : 14

PENDAHULUAN
F. KELUARAN
Keluaran kegiatan adalah RDTR Kawasan, yang mencakup: 1. Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan 2. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan 3. Rencana Distribusi Penduduk Kawasan setiap blok peruntukan

4. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan


5. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Kawasan 6. Rencana Sistem Jaringan Utilitas Kawasan

7. Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan)


a. Kawasan Budidaya, b. Kawasan Lindung 8. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan a. Arahan Kepadatan, Ketinggian, Perpetakan dan Garis Sempadan Bangunan setiap blok peruntukan b. Rencana Penanganan setiap blok peruntukan beserta Prasarana dan Sarananya 9. Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang a. Mekanisme advice planning perijinan sampai dengan pemberian ijin lokasi bagi kegiatan perkotaan; b. Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif, kompensasi, pelaporan, pemantauan,

evaluasi serta pengenaan sanksi


Slide : 15

2. KEBIJAKAN TERKAIT
A. UU No.26/2007 Tentang Penataan Ruang

B. Pedoman Penyusunan RDTR


C. Undang-Undang Terkait Lainnya

D. Peraturan Pemerintah Terkait Lainnya


E. PERPRES & KEPPRES Terkait Lainnya F. PERMEN, KEPMEN, SNI, dan NSPK Lainnya

Slide : 16

KEBIJAKAN TERKAIT
A. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
1.
2.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang membawa perubahan


yang cukup signifikan dalam proses penataan ruang. Beberapa hal mendasar yang berubah antara lain: a. matra laut (provinsi:12 mil kabupaten/kota 4 mil) dan ruang bawah tanah (100 m ke dalam tanah) yang diatur dalam penataan ruang,

b. hirarki dan kedalaman rencana tata ruang,


c. jangka waktu perencanaan, d. pengaturan pengendalian yang cukup jelas melalui zoning regulation, e. insentif dan disinsentif, f. pemberian sanksi hukum,

g. Dukungan peta-peta (peta dasar, analisis dan rencana) dengan standar kartografi
h. dan sebagainya.

Slide : 17

KEBIJAKAN TERKAIT
A. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
UUPR (26/2007) WILAYAH
NASIONAL

UUBG (28/2002) RTBL


(Perancangan Kawasan)

RENCANA TATA RUANG (Perencanaan) RENCANA RENCANA UMUM RINCI


RTRW Nasional Review RTRWN Revisi RTRWN RTR Pulau/ RTR Pulau/ RTR Pulau/ Kepulauan Kepulauan Kepulauan RTR Kws RTR Kws Strat RTR Nas StratKws Strat Nas Nas RTRW Provinsi Review RTRWP Revisi RTRWP RTRS Prov RTRW Kab/Kot Review RTRWK/K Revisi RTRWK/K RTR Kws RTR Kws RTR Kws Strategis Strategis Strategis Provinsi Provinsi Provinsi

DED
(Rekayasa Teknik)

RTBL Kawasan RTBL Kawasan/ RTBL Kawasan/ Negara Koridor Koridor

DED DED DED Bangunan/ Bangunan/ Bangunan/ Jalan Negara Negara Jalan

PROVINSI

RTBL Kawasan RTBL Kawasan/ RTBL Kawasan/ Prov Koridor Koridor

DED DED DED Bangunan/ Bangunan/ Bangunan/ Jalan Prov Jalan Jalan

KABUPATEN/ KOTA

RDTR RDTR RDTR Kawasan Kawasan Kawasan

RTBL Kawasan RTBL Kawasan/ RTBL Kawasan/ Koridor Koridor

DED DED DED Bangunan/ Bangunan/ Bangunan/ Jalan Jalan Jalan

Slide : 18

KEBIJAKAN TERKAIT
B. PEDOMAN PENYUSUNAN RDTR
1. Berdasarkan Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan

Perkotaan merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.


2. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah rencana pemanfaatan Ruang

Bagian Kawasan Perkotaan (RBKP) secara terperinci yang disusun untuk penyiapan
perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan

perkotaan.
3. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan juga merupakan rencana yang

menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional perkotaan


4. Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis Perkotaan ini adalah

mengikuti RTRW dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan skala 1 : 5.000 atau
lebih.

Slide : 19

KEBIJAKAN TERKAIT
B. PEDOMAN PENYUSUNAN RDTR
NO.
1.

SUBSTANSI
Delineasi

PENJELASAN
Bagian wilayah kabupaten/kota dengan batas administrasi Bagian wilayah kabupaten/kota dengan tema/karakter kawasan tertentu Suatu kecamatan, dengan batas administrasinya Luas minimal kawasan 60 Ha Unit data desa/kampung Data keruangan skala kawasan (1:5.000) Unit analisis skala kawasan (1:5.000) Pusat-pusat permukiman disesuaikan dengan tema kawasan, sebagai contoh: untuk kawasan agropolitan, maka pusat permukiman menjadi: Pusat Pelayanan Agropolitan I (PPA I) dan Pusat Pelayanan Agropolitan II (PPA II) untuk kawasan perkotaan, maka pusat permukiman menjadi: pusat kota, sub pusat kota Sistem prasarana skala kawasan (menghubungkan sistem jaringan lingkungan dengan sistem kawasan) Unit rencana skala kawasan (1:5.000), sampai kedalaman blok peruntukan ruang Program kegiatan skala lingkungan hingga kawasan

2. 3. 4.

Kedalaman Data Kedalaman Analisis Kedalaman Rencana Struktur Ruang

4.
5.

Kedalaman Rencana Pola Ruang


Indikasi Program

6.

Ketentuan Pengendalian

Zoning Regulation/Pengaturan Blok


20 Slide : 20

KEBIJAKAN TERKAIT
C. UNDANG-UNDANG TERKAIT LAINNYA
1) 2) 3) 4) 5) UU No. 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- 14) UU No.30/2007 tentang Energi

Pokok Agraria
UU No.5/1984 tentang Perindustrian Alam Hayati dan Ekosistemnya UU No.36/1999 tentang Telekomunikasi UU No.41/1999 tentang Kehutanan, sebagaimana ditetapkan dengan UU No.19/2004 6) 7) 8) 9) UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air

15) UU No.12/2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU


No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah 17) UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah 18) UU No.4/2009 tentang Pertambangan Mineral & Batubara 20) UU No.22/2009 tentang Lalu Lintas &Angkutan Jalan 21) UU No.30/2009 tentang Ketenagalistrikan No.32/2009 No.41/2009 tentang tentang Perlindungan Perlindungan dan Lahan

UU No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya 16) UU No.17/2008 tentang Pelayaran

telah diubah dengan PERPU No.1/2004 yang telah 19) UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan

UU No.10/2004 tentang Pembentukan Peraturan 22) UU

Perundang-undangan
UU No.18/2004 tentang Perkebunan UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan

Pengelolaan Lingkungan Hidup


23) UU Pertanian Pangan Berkelanjutan

Pembangunan Nasional
10) UU No.38/2004 tentang Jalan

24) UU

No.45/2009

tentang

Perubahan

atas

UU

No.31/2004 tentang Perikanan

11) UU No.17/2007 tentang Rencana Jangka Panjang 25) UU No.11/2010 tentang Cagar Budaya

Nasional (RPJPN)
12) UU No.24/2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Pulau-Pulau Kecil

26) UU No.1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman

13) UU No.27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir 27) UU No.4/2011 tentang Informasi dan Geospasial

Slide : 21

KEBIJAKAN TERKAIT
D. PERATURAN PEMERINTAH LAINNYA
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) Peraturan Presiden No. 65 tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. PP No.68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam PP No.27/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan PP No.10/2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah PP No.63/2002 tentang Hutan Kota PP No.16/2004 tentang Penatagunaan Tanah PP No.20/2006 tentang Irigasi PP No.34/2006 tentang Jalan PP No.39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan PP No.6/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan PP No.38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota PP No.60/2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan PP No.21/2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana PP No.26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 15) PP No.42/2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air 16) PP No.43/2008 tentang Air Tanah 17) PP No.45/2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah 18) PP No.24/2009 tentang Kawasan Industri 19) PP No.34/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan 20) PP No.10/2010 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan 21) PP No.11/2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar 22) PP No.15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 23) PP No.24/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan 24) PP No.10/2010 tentang Tata cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan 25) PP No.22/2010 tentang Wilayah Pertambangan 26) PP No.68/2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang 27) PP No.1/2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 28) PP No.28/2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam 29) PP No.38/2011 tentang Sungai 30) PP No.12/2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Slide : 22

11)

12) 13) 14)

KEBIJAKAN TERKAIT
E. PERPRES DAN KEPPRES TERKAIT LAINNYA
1. KEPRES No. 57 tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya; 2. KEPRES No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 3. KEPRES No. 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional; 4. PERPRES No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Slide : 23

KEBIJAKAN TERKAIT
F. PERMEN DAN KEPMEN TERKAIT LAINNYA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. PERMENPU No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang PERMENPU No. 22/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor; PERMENPU No. 21/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi; PERMENPU No.41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya PERMENPU No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; PERMENDAGRI No. 28/2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah; PERMENHUT No. 43/2008 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan PERMENPU No. 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan PERMENPU No. 11/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Rancangan Peraturan Daerah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;

10. PERMENPU No. 16/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 11. PERMENDAGRI No. 50/2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

12. PERMENTAN No. 41/PERMENTAN/OT/140/9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian
13. PERMENPU No. 07/PRT/M/2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 14. PERMENPU No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota 15. KEPMEN ESDM No. 1457.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi.
Slide : 24

3. PEMAHAMAN TERHADAP RDTR


A.
B. C. D. E.

POSISI RTRW/ RDTR KABUPATEN DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN)
KLASIFIKASI PENATAAN RUANG MENURUT NO.26/2007 TENTANG PENATAAN RUANG KOMPLEMENTARITAS RENCANA TATA RUANG PEMAHAMAN PERATURAN ZONASI (ZONING MAP) SKEMA ALUR PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RDTR E.1 PENYUSUNAN RDTR UU

E.2 PENYUSUNAN RDTR

DAN

PEMBAHASAN

RAPERDA

E.3 REKOMENDASI DAN PERSETUJUAN SUBSTANSI GUBERNUR E.4 PENETAPAN RAPERDA

Slide : 25

PEMAHAMAN TERHADAP RDTR


A. POSISI RTRW RDTR KABUPATEN DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN)
KEBIJAKAN NASIONAL DAN PROVINSI

Pedoman

Dijabarkan

Pedoman

Dijabarkan

RPJP Daerah
Penjabaran Program Kewilayahan RTRW/RDTR Dan turunannya. Bahan

RPJM Daerah

RKP Daerah

RAPBD

APBD

Diacu

Bahan

Bahan

Dijabarkan

Pedoman

Rencana Induk Pengembangan Sektoral di Daerah

RENSTRA SKPD

Pedoman

RENJA SKPD

Pedoman

RKA SKPD

Rincian APBD

Keterangan: : Posisi RTRW/RDTR dan turunannya dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran di Indonesia
RPJP RPJM RKP RENJA SKPD RKA SKPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang : Rencana Pembangunan Jangka Menengah : Rencana Kerja Pemerintahan : Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah : Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

Slide : 26

PEMAHAMAN TERHADAP RDTR


B. KLASIFIKASI PENATAAN RUANG MENURUT UU NO.26/2007 TENTANG PENATAAN RUANG
RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI TATA RUANG RTR PULAU / KEPULAUAN RTR KWS STRA. NASIONAL

RTRW NASIONAL

WILAYAH

RTRW PROVINSI

RTR KWS STRA. PROVINSI

RTRW KABUPATEN

RTR KWS STRA KABUPATEN RDTR WIL KABUPATEN RTR KWS METROPOLITAN

PERKOTAAN

RTR KWS PERKOTAAN DLM WIL KABUPATEN RTRW KOTA RTR BAGIAN WIL KOTA RTR KWS STRA KOTA RDTR WIL KOTA
Slide : 27

PEMAHAMAN TERHADAP RDTR


C. KOMPLEMENTARITAS RENCANA TATA RUANG

RTRW PROVINSI Skala 1 : 50.000

RTRW KOTA & KAB. ADMINISTRASI Skala 1 : 20.000 1. Struktur Ruang:


Pusat Kegiatan Tersier Sistem Prasarana Sekunder

RDTR (KECAMATAN & KAW. STRATEGIS) Skala 1 : 5.000 1. Struktur Ruang:


Pusat Kegiatan Skala Kecamatan dan Kelurahan Sistem Prasarana Tersier

URBAN DESIGN GUIDELINES (KAWASAN STRATEGIS) Skala 1 : 1.000

1. Struktur Ruang:
Pusat Kegiatan Primer dan Sekunder Sistem Prasarana Primer

2. Pola Ruang: Digit 2 3. Kawasan Strategis Provinsi 4. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

2. Pola Ruang: Digit 3 3. Kawasan Strategis Kota 4. Arahan Peraturan Zonasi

2. Pola Ruang: Digit 4 3. Peraturan Zonasi (Zoning Map dan Zoning Text)

1. Struktur Peruntukan Lahan 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan 3. Tata Bangunan 4. Sistem Sirkulasi & Jalur Penghubung 5. Sistem Ruang Terbuka & Tata Hijau 6. Tata Kualitas Lingkungan 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan
Slide : 28

PEMAHAMAN TERHADAP RDTR


D. PEMAHAMAN PERATURAN ZONASI (ZONING MAP)
4A 4A 4A 4A 5A 5A 5A 5A 5A

4A
4A
4A

4A
4A

5A 5A 5A 5A 5A 5A 5A 6A 5B 5A 5A 5A

4B 4B 4B 4A 4B

4B

5A
5A

4B 4B 4A 4B 4A 4A 4A
ZONA 3B : RUANG TERBUKA/ TAMAN KOTA ZONA 4A : PERUMAHAN TERBATAS

5B 5B 3B 5B

4B 3B

3B

3B
ZONA 4B : PERUMAHAN KOTA ZONA 5A : KAWASAN KOMERSIAL ZONA 5B : KAWASAN PERKANTORAN ZONA 6A : KAWASAN KHUSUS

Slide : 29

PEMAHAMAN TERHADAP RDTR


E. SKEMA ALUR PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RDTR
PENYUSUNAN RDTR PENYUSUNAN & PEMBAHASAN RAPERDA RDTR
REKOMENDASI PERSETUJUAN SUBSTANSI OLEH GUBERNUR (Utk RAPERDA RDTR)

PENETAPAN RAPERDA RDTR

Survei Sekunder & Primer

Penyusunan RAPERDA RDTR

Pengajuan RAPERDA RDTR

Persetujuan RAPERDA RDTR Bersama DPRD

Pengolahan Data dan Analsis

Pembahasan RAPERDA RDTR di DPRD

Evaluasi Materi Muatan Teknis RAPERDA RDTR

Evaluasi Muatan RAPERDA RDTR Kab/Kot Oleh Gubernur

Penyusunan Rencana

Persetujuan RAPERDA RDTR dari DPRD

Pemberian Rekomendasi Dan Persetujuan Substansi oleh Gubernur

Evaluasi Muatan RAPERDA RDTR Oleh MENDAGRI

Slide : 30

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.1. PENYUSUNAN RDTR
1. Survei Sekunder & Primer
NO JENIS DATA

2. Pengolahan Data & Analisis


NAMA DATA

3. Penyusunan Rencana
SUMBER DATA

INSTANSI

LAPANGAN
-

[UU, PP, PERPRES, KEPRES, PERMEN, Internet SNI, dll] 2 Kebijakan Penataan Ruang [RTRWN, RTR Pulau, RTRWP, RTRW DJPR-PU/Internet, BAPPEDA-P, Terkait Kabupaten/Kota BAPPEDA Kab/Kot 3 Kebijakan Sektoral [RPJPN, RPJMN, RPJPD-P, RPJMD-P, DJPR-PU/Internet, BAPPEDA-P, (RPJPD-K), (RPJMD-K)], Renstra SKPD BAPPEDA Kab/Kot II GAMBARAN WILAYAH 1 Administratif & Geografis

I KEBIJAKAN 1 Kebijakan Terkait

Pembagian Administratif, Batas Geografis


Klimatologi Topografi Jenis Tanah Geologi Hidrologi Sumberdaya mineral Jalur Patahan/ Sesar Tutupan Lahan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan lahan data intensitas bangunan Jumlah Penduduk; Kepadatan Penduduk; dan Struktur Penduduk (Kelamin, Usia, Mata pencaharian, dll) Kondisi Herritage; Kesenian Lokal; Adat Istiadat Lokal

SETDA & BAPPEDA


BMKG BAKOSURTANAL Badan Geologi Badan Geologi Badan Geologi Badan Geologi Badan Geologi BAKOSURTANAL BPN BPN BPS, BAPPEDA, Kecamatan, Kelurahan/Desa BAPPEDA, Din. Sosial, Kebudayaan

Konfirmasi

2 Kondisi Fisik Dasar

Konfirmasi

3 Kependudukan

Konfirmasi Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat Slide : 31

4 Sosial Budaya

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.1. PENYUSUNAN RDTR
1. Survei Sekunder & Primer
NO JENIS DATA

2. Pengolahan Data & Analisis


NAMA DATA

3. Penyusunan Rencana
LAPANGAN Konfirmasi -

5 Sumber Daya Alam 6 Perekonomian

Potensi Flora & Fauna; Hutan; Pertanian; Kelautan; serta Mineral PDRB; Pendapatan Per Kapita; PAD; APBD

SUMBER DATA INSTANSI BPLHD, Din. Kehutanan, Pertanian, Kelautan, Pertambangan SETDA & BAPPEDA Din. Pertanian; Din. Peternakan; Din. Perkebunan; Din. Perikanan; Din. Kelautan; Din. Pertambangan; Din. Kehutanan Din. Industri;

7 Kegiatan Ekonomi Ekonomi Primer Pertanian; Peternakan; Perkebunan; Perikanan; Kelautan; Pertambangan; Kehutanan Ekonomi Sekunder Industri; Ekonomi Tersier Perdagangan; Jasa; Pariwisata 8 Perumahan & Kondisi Perumahan, Sebaran Permukiman Permukiman 9 Transportasi Transportasi Darat Jalan; Jembatan; Terminal; Pengangkutan Transportasi Laut Pelabuhan; Alur Pelayaran Transportasi Udara Bandara; Alur Penerbangan

Din. Perdagangan; Din. Jasa; Din. Pariwisata BAPPEDA, Din. PU


BAPPEDA, Din. Perhubungan, PU

Konfirmasi Konfirmasi

Slide : 32

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.1. PENYUSUNAN RDTR
1. Survei Sekunder & Primer
NO JENIS DATA

2. Pengolahan Data & Analisis


NAMA DATA

3. Penyusunan Rencana
SUMBER DATA LAPANGAN Konfirmasi

10 Prasarana & Utilitas

Energi; Sumber Daya Air; Telekomunikasi; Persampahan; Air Bersih Regional; Air Limbah 11 Fasilitas Sosial & Pemerintahan; Pendidikan; Kesehatan; Umum Peribadatan; Olahraga; Komersial; Kebudayaan 12 Bencana Alam Sejarah; Lokasi; Dampak; Potensi Bencana 13 Kelembagaan SO Eksektutif; SO Legislatif; BKPRD-P/K; Dinas yang Berwenang dalam PPR; PPNS; Partisipasi Masyarakat Potensi; Dokumentasi; Letak dan Delineasi Kawasan Peta Rupa Bumi Indonesia Peta Citra Satelit Peta Penetapan Status Kawasan Hutan

INSTANSI BAPPEDA, Din. Pertambangan, Pengairan, PU, PLN, TELKOM, PDAM BAPPEDA, Din. PU, Pendidikan, Kesehatan, PORA, Perdagangan, Kebudayaan Badan Geologi-ESDM, BAPPEDA, PU SETDA & BAPPEDA

Konfirmasi

Konfirmasi Konfirmasi

14 Kawasan Strategis III PETA 1 Peta Dasar (skala 1 : 5.000)

BAPPEDA, PU

Konfirmasi

Bakosurtanal Bakosurtanal Kem. Kehutanan

Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat -

Peta Administratif Peta Geografis

SETDA, BAPPEDA SETDA, BAPPEDA

Slide : 33

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.1. PENYUSUNAN RDTR
1. Survei Sekunder & Primer
NO 2 JENIS DATA Fisik Dasar (Skala 1:5000)

2. Pengolahan Data & Analisis


INSTANSI BMKG
BAKOSURTANAL Badan Geologi-ESDM Badan Geologi-ESDM Badan Geologi-ESDM Badan Geologi-ESDM Badan Geologi-ESDM Badan Geologi-ESDM BAKOSURTANAL

3. Penyusunan Rencana
SUMBER DATA

NAMA DATA Peta Klimatologi Peta Topografi Jenis Tanah Peta Geologi Peta Hidrologi Peta Sumberdaya mineral Peta Jalur Patahan/Sesar Peta Potensi Bencana Alam Peta Tutupan Lahan

LAPANGAN Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat -

Peta Penguasaan Lahan


Peta Intensitas Bangunan

BPN
BPN

Peta Eksisting (1:5000)

Peta Kondisi Eksisting Jaringan Transportasi Peta Kondisi Eksisting Prasarana & Utilitas
Peta Kondisi Eksisting Fasos & Fasum Peta Kawasan Strategis

BAPPEDA, Din. Perhubungan, PU


BAPPEDA, Din. Pertambangan, Pengairan, PU, PLN, TELKOM, PDAM BAPPEDA, Din. PU, Pendidikan, Kesehatan, PORA, Perdagangan, Kebudayaan BAPPEDA, PU

Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat Konfirmasi, Dokumentasi, Koordinat

Slide : 34

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.1. PENYUSUNAN RDTR
1. Survei Sekunder & Primer NO A ASPEK Analisis Aspek Administratif & Geografis serta Delineasi Kawasan 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 2. Pengolahan Data & Analisis 3. Penyusunan Rencana DETAIL ANALISIS YANG DILAKUKAN Letak Geografis Batas Administratif Delineasi Kawasan Analisis Fisik Dasar Analisis Kesesuaian dan Kemampuan Lahan Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Analisis Bencana Alam Analisis Intensitas Bangunan Analisis Blok Kawasan Analisis Sumber Daya Alam Analisis Perekonomian Analisis Kegiatan Ekonomi Produktif Analisis Kebutuhan Transportasi Analisis Kebutuhan Prasarana & Utilitas Analisis Kependudukan Analisis Sosial Budaya Analisis Perumahan & Permukiman Analisis Fasilitas Sosial & Umum Analisis Kelembagaan Nilai Strategis Ekonomi Nilai Strategis SDA & Teknologi Nilai Strategis Sosial Budaya Nilai Strategis Lingkungan Hidup
Slide : 35

Analisis Aspek Fisik & Lingkungan

Analisis Aspek Ekonomi

Analisis Aspek Sosial Budaya

Analisis Penentuan Kawasan Prioritas

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.1. PENYUSUNAN RDTR
1. Survei Sekunder & Primer
NO A ASPEK Perumusan Tujuan, Kebijakan, dan Strategi

2. Pengolahan Data & Analisis

3. Penyusunan Rencana

DETAIL MUATAN RENCANA

Penetapan Rencana Struktur Ruang

1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tujuan Penataan Ruang Kawasan Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Strategi Penataan Ruang Kawasan Rencana Sistem Permukiman Rencana Bagian Kawasan Perkotaan Rencana Sistem Jaringan Transportasi Rencana Sistem Jaringan Energi Rencana Sistem Prasarana Air Minum Rencana Sistem Telekomunikasi Rencana Sistem Persampahan Rencana Sistem Sanitasi

C D

Penetapan Rencana Blok Peruntukan Penetapan Kawasan Prioritas

1. Rencana Zona Lindung 2. Rencana Kawasan Budidaya 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. Kawasan Prioritas Aspek Lingkungan Hidup Kawasan Prioritas Aspek Ekonomi Kawasan Prioritas Aspek Sosial Budaya Indikasi Program Perwujudan Struktur Ruang Indikasi Program Perwujudan Blok Peruntukan Indikasi Program Perwujudan Kawasan Strategis Ketentuan Peraturan Blok Peruntukan Ketentuan Perizinan Ketentuan Insentif & Disinsentif Ketentuan Sanksi
Slide : 36

Indikasi Program

Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.2. PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN RAPERDA RDTR
1. Penyusunan RAPERDA 2. Pembahasan di DPRD 3. Persetujuan DPRD

1. RAPERDA RDTR disusun oleh Bupati dibantu BKPRD Kabupaten 2. RAPERDA RDTR disusun berdasarkan Materi Teknis RDTR yang telah disusun 3. RAPERDA RDTR disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku

Slide : 37

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.2. PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN RAPERDA RDTR
1. Penyusunan RAPERDA 2. Pembahasan di DPRD 3. Persetujuan DPRD

1. Pembahasan RAPERDA RDTR dilakukan oleh Kelompok Kerja BKPRD dengan DPRD

2. Pembahasan RAPERDA RDTR dilakukan untuk mengevaluasi muatan sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Slide : 38

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.2. PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN RAPERDA RDTR
1. Penyusunan RAPERDA 2. Pembahasan di DPRD 3. Persetujuan DPRD

1. Persetujuan RAPERDA RDTR diberikan berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian muatan RAPERDA dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. Persetujuan RAPERDA RDTR diberikan oleh Ketua DPRD kepada

Gurbernur/Bupati/Walikota

Slide : 39

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.3. REKOMENDASI DAN PERSETUJUAN SUBSTANSI GUBERNUR
1. Pengajuan RAPERDA 2. Evaluasi Muatan MATEK 3. Rekomendasi/Persetujuan Substansi

1. Pengajuan Surat Permohonan Mendapatkan Rekomendasi Kepada Gubernur oleh Bupati/Walikota 2. Surat Permohonan disertai RAPERDA serta dokumen materi teknis RDTR dan Album Peta 3. Terlebih dahulu pemeriksaan kelengkapan dokumen, bila tidak lengkap wajib dilengkapi oleh PEMDA bersangkutan

Slide : 40

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.3. REKOMENDASI DAN PERSETUJUAN SUBSTANSI GUBERNUR
1. Pengajuan RAPERDA 2. Evaluasi Muatan MATEK 3. Rekomendasi/Persetujuan Substansi

1. Evaluasi teknis RAPERDA RDTR dilakukan bersama instansi PEMPROV terkait


sebagai anggota BKPRD Provinsi dan/atau PEMKAB/KOT terkait melalui RAKOR

2. RAKOR merupakan Forum Koordinasi POKJANIS BKPRD Provinsi melalui Tim


Evaluasi persetujuan substansi BKPRD yang ditetapkan dengan SK Gubernur 3. Bila terdapat ketidaksesuaian, PEMKAB/KOT wajib menyempurnakan RAPERDA 4. Untuk permasalahan khusus, dapat dilakukan pembahasan dengan instansi PEMPROV tertentu dan/atau PEMKAB/KOT lain yang berbatasan 5. Pernyataan kesesuaian dapat disertai catatan untuk diperhatikan dan/atau ditindaklanjuti PEMKAB/KOT yang dituangkan dalam Berita Acara Hasil RAKOR Pembahasan RAPERDA RDTR Kabupaten/Kota pada Forum Koordinasi POKJANIS BKPRD Provinsi.
Slide : 41

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.3. REKOMENDASI DAN PERSETUJUAN SUBSTANSI GUBERNUR
1. Pengajuan RAPERDA 2. Evaluasi Muatan MATEK 3. Rekomendasi/Persetujuan Substansi

1. Diberikan berdasarkan hasil evaluasi materi muatan teknis RAPERDA 2. Dokumen hasil evaluasi terdiri dari: a) Tabel Hasil Pemeriksaan Pencantuman Materi Muatan Teknis RAPERDA; serta b) Berita Acara RAKOR POKJANIS BKPRD Provinsi dalam Pembahasan RAPERDA Kabupaten/Kota

3. Surat Rekomendasi diberikan oleh Gubernur, dilampiri dokumen hasil evaluasi


kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Ketua BKPRD Provinsi

Slide : 42

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.4. PENETAPAN RAPERDA
1. Persetujuan Bersama DPRD 2. Evaluasi Muatan oleh Gubernur 3. Evaluasi Muatan oleh MENDAGRI

1. Setelah mendapat persetujuan substansi RAPERDA RDTR disampaikan

Gubernur/Bupati/Walikota kepada DPRD


2. RAPERDA RDTR disetujui bersama antara DPRD dengan

Gubernur/Bupati/Walikota

Slide : 43

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.4. PENETAPAN RAPERDA
1. Persetujuan Bersama DPRD 2. Evaluasi Muatan oleh Gubernur 3. Evaluasi Muatan oleh MENDAGRI

1. Setelah

disetujui

bersama

DPRD,

RAPERDA

RDTR

disampaikan

oleh

Bupati/Walikota kepada Gubernur

2. RAPERDA RDTR dievaluasi oleh Gubernur sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan

Slide : 44

PEMAHAMAN DAN RENCANA KERJA METODOLOGI TERHADAP RDTR


E.4. PENETAPAN RAPERDA
1. Persetujuan Bersama DPRD 2. Evaluasi Muatan oleh Gubernur 3. Evaluasi Muatan oleh MENDAGRI

Setelah

dievaluasi

Gubernur,

RAPERDA

RDTR

Kabupetan/Kota

disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada MENDAGRI untuk dievaluasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

Slide : 45

3. GAMBARAN UMUM WILAYAH


A. B. C. D. LETAK GEOGRAFIS TOPOGRAFI, JENIS TANAH, GEOLOGI

E.
F. G. H. I.

KEPENDUDUKAN
SARANA PENDIDIKAN SARANA KESEHATAN PETERNAKAN PERKEBUNAN

J.
K. L. M.

PERIKANAN
TANAMAN PANGAN PERINDUSTRIAN, PERTAMBANGAN, PARIWISATA, KEUANGAN TRANSPORTASI

Slide : 46

GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOLIKARA


A. LETAK GEOGRAFIS
1. Kabupaten Tolikara merupakan satu dari 29 kabupaten yang termasuk dalam wilayah administratif Provinsi Papua. Kabupaten Tolikara hasil permekaran dari Kabupaten Jayawijaya tahun 2002. 2. Kabupaten Tolikara berada pada posisi 13900 13915 BT dan 300 - 400 LS, dengan luas sekitar 5.234 Km2. 3. Secara Administratif berbatasan dengan: Kabupaten Tolikara
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 KECAMATAN/ DISTRIK Karubaga Kubu Konda Nelawi Poganeri Kuari Bokondini Bokoneri Bewani Kamboneri Wunin Numba Kanggime Nabunage Kembu Gilubandu Woniki Nunggawi Umagi Gundagi Panaga Egiam Timori Wina Dow Wari Dundu Goyage Air Garam Geya Yuneri Tagineri Wakuo Sbey Dorman Kabupaten Tolikara LUAS (KM2) 255,81 196,04 194,23 217,77 184,72 192,42 355,11 303,12 294,38 287,4 337,68 343,4 255,19 263,81 79,29 59,71 108,39 115,61 71,63 66,37 54,76 52,96 54,28 55,61 51,16 50,31 63,92 93,94 125,81 92,25 88,78 78,25 55,93 67,42 66,54 5.234 % 4,89 3,75 3,71 4,16 3,53 3,68 6,78 5,79 5,62 5,49 6,45 6,56 4,88 5,04 1,51 1,14 2,07 2,21 1,37 1,27 1,05 1,01 1,04 1,06 0,98 0,96 1,22 1,79 2,4 1,76 1,7 1,5 1,07 1,29 1,27 100

Barat : Distrik Ilu dan Distrik Fawi Kabupaten Puncak Jaya.

Selatan : Distrik Gamelia, Distrik Tiom, dan Distrik Dipo, Kab. Lani Jaya.
Timur : Distrik Kelila, DIstrik Kobakma, Kabupaten Membramo Tengah. Utara : Distrik Dabra, Mamberamo Raya 4. Pemerintahan di Kabupaten Tolikara, sampai tahun 2010 terdiri atas 35 kecamatan, 510 desa dan 4 kelurahan, dengan beribukota di Kecamatan Karubaga.
Slide : 47
Sumber : Kabupaten Tolikara Dalam Angka 2011

GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOLIKARA


B. TOPOGRAFI
Topografi yang bervariasi antara 1.400 - 3.300 meter dpl Sebagian besar adalah pengunungan (dataran tinggi) yang dilalui beberapa aliran sungai dan anak sungai yang berasal dari bukit dan gunung. Didominasi kemiringan lahan > 40 %, di daerah bagian tengah wilayah Kabupaten ke arah barat dan timur Bagian Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Mambramo Tengah dan sebelah selatan yang berbatasan dengan kabupaten Jayawijaya dan Lani Jaya, kemiringan lahannya bervariasi antara 0 % sampai dengan diatas 40 % PETA KEMIRINGAN LERENG KABUPATEN TOLIKARA

Slide : 48

GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOLIKARA


GAMBAR : 4.15

C. JENIS TANAH : 4.15 GAMBAR


Jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Tolikara meliputi 5 jenis, yaitu Podsolik Coklat Kelabu, Podsolik Merah Kuning, Mediteran Renzina, Podsolik Merah Kuning Renzina, Organosol Alluvial dan Latosol.

PETA JENIS TANAH

Slide : 49

GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOLIKARA


D. GEOLOGI
Kabupaten Tolikara termasuk kedalam batuan formasi pembawa logam yang terbentuk dari Formasi kelompok batu Gamping Nungni yang banyak mengandung bahan tambang Au (Emas), Cu (Tembaga), dan Ag (Perak), Formasi Warupi yang banyak mengandung bahan Cu (Tembaga) dan formasi batuan Ultramatik

PETA GEOLOGI

Slide : 50

GAMBARAN UMUM
NO
E

GAMBARAN UMUM
Kependudukan

URAIAN
Jumlah penduduk di Kabupaten Tolikara sebesar 114.427 jiwa pada tahun 2010, sedangkan pada kawasan perkotaan Bokondini adalah sebesar 8.766 jiwa menurut jumlah penduduk pada Distrik Bokondini dan Distrik Bewani. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Tolikara 21,86%, dan untuk di kawasan perkotaan Bokondini 13,5%

Pendidikan

Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Tolikara tahun 2010 mencapai 88 unit, yang terdiri dari 66 Sekolah Dasar (SD), 17 Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 4 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada kawasan Perkotaan Bokondini, jumlah sarana pendidikan dasar (SD) sebanyak 6 unit, terbagi atas 5 sekolah dasar negeri dan 1 sekolah dasar swasta. Pelayanan Kesehatan, Tolikara mengandalkan PUSKESMAS dan Balai Pengobatan Pemerintah, sedangkan pelayanan rumah sakit belum berfungsi sebagaimana mestinya. Pada kawasan Perkotaan Bokondini hanya terdapat 1 Puskesmas, 1 Puskesmas Pembantu dan 1 Balai Pengobatan Pemerintah. Guna melayani beberapa daerah yang masih belum terjangkau tersedia juga Puskesmas Keliling roda dua 1 unit. Disamping itu, kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan juga dipengaruhi oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tersedia. Di Tolikara, jumlah dokter yang tersedia hanya orang yang terdiri dari 1 dokter spesialis, 16 dokter umum, dan 2 dokter gigi. Untuk penolong kelahiran, di Tolikara juga terdapat 56 bidan.

Kesehatan

Slide : 51

GAMBARAN UMUM
NO
H

GAMBARAN UMUM
Peternakan

URAIAN
Peternakan di Tolikara di dominasi oleh peternakan babi. Babi tersebut kebanyakan di pelihara oleh keluarga sebagai hewan peliharaan. Menurut data Dinas Peternakan Kabupaten Tolikara, jumlah populasi ternak babi pada Tahun 2010 berjumlah 52.782 ekor. Selain itu, untuk ternak jenis unggas, didominasi oleh ternak ayam buras. Berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Tolikara, terdapat ayam buras sebanyak 44.781 ekor. Selain itu terdapat juga ternak lebah untuk penghasil madu. Sektor Perikanan di Tolikara belum terlalu berkembang pesat. Sampai saat ini, perikanan di Tolikara masih di dominasi oleh ikan Mujair. Karena Tolikara sebagian besar berada di wilayah daratan (bukan pantai), maka tidak terdapat perikanan laut maupun tempat pelelangan ikan.

Perikanan

Perkebunan

Perkebunan yang berkembang di Tolikara, berdasarkan Data Dinas Pertanian Kabupaten Tolikara, adalah Kopi. Akan tetapi, sebagian besar dari perkebunan Kopi ini hanya ditanam oleh masyarakat secara individu saja, bukan dimaksudkan untuk perkebunan secara luas, dimana hanya ada beberapa tanaman kopi saja untuk tiap rumah tangga yang menanam kopi.

Slide : 52

GAMBARAN UMUM
NO
K

GAMBARAN UMUM
Tanaman Pangan

URAIAN
Seperti kebanyakan wilayah di Papua, tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh masyarakat Tolikara di dominasi oleh kelas petatas (umbi-umbian), yaitu Ubi Jalar, Keladi, Ubi Kayu, Berdasarkan Data Dinas Pertanian Kabupaten Tolikara, Produksi Ubi jalar pada Tahun 2010 adalah sebanyak 10.246 ton dengan luas panen sebesar 1.823 Ha. Sedangkan Keladi produksinya 2.673 ton dengan luas panen sebesar 454 Ha. Lainnya adalah bawang merah, daun bawang, ketimun, kentang, kubis, terong, bawang putih, sawi, tomat, kacang tanah, kedelai, jagung, kacang hijau, kacang panjang, kangkung, markisa, jeruk manis, nanas, pisang, nangka, jambu biji, salak, adpokat, mangga, papaya, labu siam Perindustrian merupakan sektor yang belum berkembang di Tolikara. Pada 2010, perkembangan industri justru mengalami penurunan, karena tidak ada satu pun industri yang masih bertahan. Pertambangan dan Energi juga merupakan sektor yang belum berkembang. Listrik, sebagai komponen utama dalam pengembangan industri belum bisa dinikmati secara optimal. Sampai 2010, hanya tersedia 2 unit pembangkit listrik, yaitu di Kecamatan Karubaga dan Bokondini. Jumlah daya yang diproduksi hanya 2,5 Mwh, sehingga listrik hanya bisa dialirkan selama beberapa jam (pukul 18.00-23.00 WIT). Pariwisata di Tolikara masih belum berkembang. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Tolikara, tidak ada satu pun wisatawan yang datang. Slide : 53

Perindustrian, Pertambangan, Pariwisata dan Keuangan

GAMBARAN UMUM
NO
M

GAMBARAN UMUM
Transportasi Komunikasi dan

URAIAN
Transportasi di Tolikara masih harus banyak terus dikembangkan. Sampai saat ini akses jalan darat dari Tolikara menuju kota-kota pelabuhan masih belum ada. Akses jalan yang ada baru sebatas antar kabupaten di pegunungan tengah seperti kabupaten Jayawijaya. Sedangkan untuk transportasi udara, di Tolikara mempunyai 12 landasan pesawat tipe twin outer, yaitu 1 landasan pemerintah, 11 landasan MAF (Mission Aviation Fellowship). Selain itu masih ada 2 landasan MAF lagi yang terdapat di kecamatan Panaga dan Wunin, namun sekarang sudah rusak.

Slide : 54

4. PENDEKATAN DAN METODOLOGI A. PENDEKATAN B. METODOLOGI PELAKSANAAN

PEKERJAAN
C. DESAIN SURVEY

Slide : 55

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


KERANGKA PEMIKIRAN
Isu-Isu Masalah Regional Isu-isu masalah Internal
1 2

Karakteristik Kawasan Perencanaan


4 5

Analisis Potensi dan Permasalahan

Kebijakan Nasional Kebijakan Prov Kebijakan Kab

Struktur dan Pola Ruang Regional (Prov/Kab)

KONSEP DAN STRATEGI MASTERPLAN


9 12

Visi dan Misi Strategi Pengembangan Perkotaan Nasional

Struktur dan Pola Ruang Kawasan


10 7

ZONING REGULATION
13
PERIZINAN SANKSI INSENTIF DISINSENTIF

KAWASAN STRATEGIS Urban Design 3D


Rencana Tapak, Tata bangunan Rencana Sistem Sirkulasi Open space, parkir Prasarana, Sarana dan utilitas

STUDI KOMPARATIF/ BELAJAR DARI KOTA/ NEGERI : 1. Wilayah Golden, Colorado 2. Wilayah Boulder, Colorado 3. Wilayah Gunung Pilatus 4. Wilayah Bhutan (Kaki Gunung Himalaya) 5. Konsep Agroforestry

11

14

INDIKASI PROGRAM

Slide : 56

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


STUDI KOMPARATIF di GOLDEN COLORADO

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


STUDI KOMPARATIF di GOLDEN COLORADO

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


STUDI KOMPARATIF, di Wilayah Boulder - Colorado

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


STUDI KOMPARATIF, di Wilayah Boulder - Colorado

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


STUDI KOMPARATIF, di Wilayah Gunung - Pilatus

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


STUDI KOMPARATIF, di Wilayah Gunung - Pilatus

PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
Pendekatan dalam penyusunan RDTR Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara sebaiknya berdasar pada kebutuhan dan potensi yang ada. Sehingga tidak mesti menjalankan pendekatan baku yang berlaku di wilayah lain yang berbeda kondisinya, tetapi tetap memegang prinsip pembangunan kota lestari (sustainable urban development), yakni: 1. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat (community welfare), 2. Menjaga kualitas lingkungan (environmental quality) dan, 3. Mendorong pertumbuhan ekonomi (economic growth). Dengan prinsip di atas, prioritas pendekatan yang diusulkan untuk penyusunan RDTR Karubaga adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan Sosial Budaya, 2. Pendekatan Legalitas, 3. Pendekatan Ekonomi, 4. Pendekatan Lingkungan, 5. Pendekatan Keruangan (Spatial) dan 6. Pendekatan Lingkungan Hunian. Empat pendekatan awal (sosial-budaya, legal, ekonomi dan lingkungan) menjadi dasar dari dua pendekatan akhir (keruangan dan lingkungan hunian).
Slide : 63

PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA
Pengembangan kebijakan sosial yang memihak (affirmative action) pada kelompok lokal melalui pembuatan perangkat peraturan daerah yang melindungi komuniti adat lokal dari dominasi perilaku ekonomi monopolistik. Peningkatan, perluasan dan mempermudah memperoleh akses informasi dan institusi permodalan lain yang lebih kondusif . Program-program penanggulangan kemisikinan, pengangguran, dan keterbelakangan serta peningkatan kualitas kesehatan, selain diantisipasi melalui kebijakan-kebijakan langsung (direct policies) yang dampaknya terbatas, perlu pula dilengkapi dengan kebijakan-kebijakan tidak langsung (indirect policies). Kebijakan tidak langsung ini yang merupakan intervensi kualitatif pemerintah daerah akan lebih berdampak luas dan berjangka panjang (sustainable). Manajemen dan pelaksanaan program-progam sejatinya dilakukan secara integral antar sektoral dan komprehensif dan holistik.

Slide : 64

PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN KEJELASAN STATUS LAHAN

Pendekatan legalitas khususnya kejelasan status lahan menjadi faktor utama yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana detail tata ruang, terlebih di Papua dimana sistem hukum adat/tanah ulayat masih berlaku dan dijalankan oleh masyarakat. Kejelasan legalitas status tanah akan digunakan sebagai batasan dalam proses penyusunan rencana. Demikian juga, pada faktor kesiapan lahan (dalam arti tanah yang sudah dikuasai oleh pemerintah daerah) harus dipertimbangkan dalam penentuan rencana pengembangan kawasan-kawasan unggulan yang akan diprioritaskan dalam tahapan pembangunan (indikator program pembangunan).

Slide : 65

PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN EKONOMI : PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL

Penyusunan rencana detail, selain harus mampu mengembangkan seluruh potensi ekonomi yang ada dan penciptaan nilai tambah (added value) ekonomi wilayah, juga harus mampu mendistribusikan secara adil nilai tambah yang diciptakan. Penyusunan rencana detail ini hendaknya tidak saja berorientasi pada penarikan investasi dari luar wilayah, tapi juga memberikan dukungan pada penyediaan fasilitas pengembangan ekonomi setempat. Rencana detail harus mampu menjembatani hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) antara kegiatan ekonomi lokal dengan investasi luar. Kejelasan pengaturan lokasi antara kedua kegiatan ekonomi tersebut menjadi perhatian utama dalam penyusunan rencana.

Slide : 66

PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN ( SUSTAINABILITY)

Pendekatan lingkungan merupakan aspek penyeimbang dari ketiga pendekatan sebelumnya (sosial-budaya, legal dan ekonomi). Tuntutan pengembangan ekonomi, sosial-budaya maupun aspek legalitas lahan harus juga disandingkan dengan pengelolaan lingkungan alami maupun buatan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Pendekatan lingkungan harus mampu menyusun target-target yang terukur dalam perencanaan peningkatan kualitas lingkungan (area konservasi hutan kota, area tepian air, taman kota hingga taman lingkungan).

Slide : 67

PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN STRUKTUR KERUANGAN: INTEGRASI & OPTIMALISASI RUANG

Pendekatan Keruangan (spatial) menjadi muara integratif dari pendekatan-pendekatan sebelumnya. Rencana ruang menjadi pengikat tuntutan ataupun kepentingan yang muncul, baik dalam skala makro (seluruh wilayah kabupaten) maupun mikro (distrik). Pada pendekatan keruangan, berbagai persilangan kepentingan akan dijembatani dan diarahkan untuk menghasilkan solusi yang disepakati bersama. Karena itu konsep penyediaan infrastruktur harus terarah dan memiliki tahapan pengembangan kualitas yang jelas, yakni: diawali dengan penyediaan infrastruktur dasar (basic need infrastructure), kemudian dilanjutkan dengan pengembangan infrastruktur yang memperhatikan kondisi lingkungan (environment-friendly infrastructure) dan infrastruktur yang mampu meningkatkan daya saing wilayah (competitive infrastructure).
Slide : 68

PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN LINGKUNGAN HUNIAN : NEIGHBORHOOD UNIT DEVELOPMENT

Pendekatan lingkungan hunian (neighborhood) pada level rencana detail menjadi penting, karena pada prinsipnya rencana detail adalah rencana yang langsung bersentuhan dengan kegiatan sehari-hari warga. Lingkungan hunian juga merupakan unit terkecil dalam skala perencanaan kota. Dalam penusunan rencana detail, setiap lingkungan hunian (neighborhood unit) yang ada di Distrik Bokondini harus diidentifikasikan dan diperjelas batas areanya masing-masing. Analisis setiap lingkungan hunian, memperhatikan aspek-aspek berikut: rencana kepadatan penghuni, penyediaan dan distribusi perletakan fasilitas sosial dan fasilitas umum, struktur ruang yang terintegrasi dengan struktur makro kota, dan pembentukan kohesi sosial penghuni.

Slide : 69

PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN LINGKUNGAN HUNIAN : NEIGHBORHOOD UNIT DEVELOPMENT
Kejelasan batas-batas lingkungan hunian (neighbourhood boundaries) sebagai satu kesatuan teritori ruang sekaligus merupakan struktur yang membatasi ruang gerak penghuni. Wujud dari batas ini bersifat fisik yakni: jalan dan taman terbuka maupun bersifat non fisik seperti ikatan-ikatan emosional penghuni. Ruang untuk aktivitas bersama yang disediakan sebagai wadah bagi aktivitas formal maupun non formal penghuni. Di kawasan yang direncanakan, ruang bersama dikembangkan sebagai titik orientasi sebuah lingkungan hunian Besaran neighbourhood unit adalah area atau luasan yang biasanya diukur dengan kemampuan jelajah manusia saat berjalan kaki pada umumnya. Kepadatan masing-masing neighbourhood unit ditentukan berdasarkan angka kepadatan populasi yang secara umum masih memungkinkan untuk membangun terjadinya kontak sosial yang baik. Pusat lingkungan/ pusat komunitas bukan lagi pusatpusat layanan administratif pemerintah, melainkan fungsi-fungsi komunal yang biasanya dimanfaatkan untuk pelaksanaan musyawarah, perayaan atau upacara adat (misalnya tempat ibadah atau balai adat).

Neighborhood Unit Development/NUD

Slide : 70

PENDEKATAN
A. PRINSIP DASAR PENDEKATAN RDTR BOKONDINI
PENDEKATAN LINGKUNGAN HUNIAN : NEIGHBORHOOD UNIT DEVELOPMENT

Pola zonasi lahan ditentukan berdasarkan kebutuhan aksesibilitas terhadap ruang-ruang produksi (tempat kerja). Adanya peraturan atau kesepakatan yang disusun untuk mengikat penghuni dengan norma-norma yang secara umum dianut penghuni. Oleh karena itu seringkali homogenitas komunitas menjadi prasyarat dalam pengembangan neighbourhood unit. Meskipun demikian heterogenitas merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah persiapan untuk membangun suasana saling pengertian di antara penghuni neighbourhood unit. Dengan pendekatan NUD, diharapkan akan tercipta lingkungan hunian yang sehat dan produktif sehingga akan terbentuk warga yang berkualitas sebagai modal utama pembangunan kota.
Slide : 71

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


B. METODOLOGI
Metode pendekatan yang akan dipakai untuk melaksanakan pekerjaan ini minimal berupa : Menyusun rencana kerja, desk study, termasuk jadwal survei Menyediakan data spasial, berupa peta tematik sesuai dengan kebutuhan, yang mempunyai tingkat ketelitian sekurangnya dengan skala 1 : 5.000. Melakukan tinjauan terhadap studi yang telah ada sebelumnya. Melakukan survei dalam rangka mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan. Mengadakan studi literatur untuk menambah dan memperkaya pemahaman terhadap substansi pekerjaan. Melakukan tinjauan kebijakan terkait wilayah perencanaan. Melakukan diskusi intensif dengan pemerintah kota dan seluruh pemangku kepentingan dalam setiap tahapan proses penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi. Melakukan pembahasan di daerah sebanyak 3 (tiga) kali. Menyelenggarakan koordinasi dengan semua instansi pemerintah daerah. Melakukan konsultasi publik melalui focussed group discussion (FGD) sebanyak 3 (tiga) kali. Melakukan sosialisasi hasil akhir kegiatan sebanyak 1 (satu) kali.

Slide : 72

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


TAHAP I: PERSIAPAN TAHAP II: SURVEI, PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS TAHAP III: PERUMUSAN RENCANA
Inventarisasi Pengumpulan Data-data kebijakan Pemerintah Provinsi Papua Identifikasi Kondisi Ekstisting Struktur dan Pola Ruang Wilayah Perencanaan Inventarisasi RRTRW Kecamatan di Wilayah Papua yang sudah ada KERANGKA RENCANA DESAIN

KERANGKA ACUAN KERJA

Review/ Peninjauan kembali terhadap RRTRW Kecamatan di Wilayah Papua yang sudah ada

Identifikasi Sistem Prasarana dan Sarana Transportasi Kota Identifikasi Ketersediaan dan kualitas Prasarana dan Sarana Perkotaan

Analisis Daya Dukung Prasarana dan Sarana dan Utilitas

PERUMUSA N TUJUAN PENGEMBA NGAN

PERUMUSAN NASKAH AKADEMIK & RANPERDA

Analisis Potensi dan Permasalahan Fisik Kota ANALISIS KAPASITAS PENGEMBANGAN KAWASAN

PERUMUSA N RENCANA STRUKTUR DAN POLA

PERUMUSAN ARAHAN PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

Pengumpulan Data dan Informasi yang terkait dengan kegiatan

Identifikasi Kondisi dan Pola Tata Air Analisis Daya Dukung Lingkungan

Mobilisasi Peralatan dan Konsolidasi Tim Konsultan

Identifikasi Kondisi Geologi dan Lingkungan Kota


Perumusan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Pengumpulan Rencana Kerja Survei Peruntukan Lahan sampai kedalaman blok peruntukan Inventarisasi Warisan Budaya Kota: Gedung dan Kawasan Bersejarah

Analisis Pemanfaatan Ruang

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KAWASAN

PERUMUS AN KONSEP RDTRK

PERUMUSAN RENCANA BLOK PEMANFAAT AN RUANG

PERUMUSAN PERATURAN ZONASI

INDIKASI PROGRAM PEMBANGUN AN PERUMUSAN AMPLOP RUANG (RTBL)

Koordinasi dengan Penggunaan Jasa

Penyiapan Peta Dasar Skala 1 : 5.000

Analisis Kebutuhan Pelestarian Unsur-unsur Kota

Pengumpulan Data Kependudukan dan Sosial Budaya

Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya

Analisis Potensi dan Permasalahan Sosial Ekonomi Kota

PERUMUSAN KELAMBAGAA N DAN PERAN

Survei dan Pengumpulan Data Ekonomi Kota

Analisis Pengembangan Ekonomi Kota

LAPORAN PENDAHULUAN

FGD 1

LAPORAN ANTARA

FGD 2
DRAFT LAPORAN AKHIR

FGD 3

Slide : 73

LAPORAN AKHIR

5. GAGASAN AWAL
A. INDIKASI STRUKTUR & POLA RUANG KAWASAN B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN

Slide : 74

A. INDIKASI STRUKTUR DAN POLA RUANG KAWASAN (EKSISTING)


Bandara Bokondini/Kawasan Penerbangan Lahan Produksi Pertanian/Pe rkebunan Sport/Community Center

Rencana Landmark Kota


Kawasan Gereja Klasis

Pusat Pelayanan Distrik Permukiman Perdagangan/ Jasa Permukiman /Pertanian

Pusat Pelayanan Distrik : - Kantor Pemerintahan Distrik - Kesehatan - Polisi/TNI - Perkantoran Perumahan : - Rumah tinggal - Pertokoan Pusat Industri Pengolahan : - Stock/Gudang - Produksi - dll

Permukiman

Permukiman

Lahan Produksi Pertanian/ Perkebunan

Jasa Pelayanan Perkotaan Agroforestry : - Bank, Koperasi - Fasos & Fasum - Perdagangan dan Jasa - Pasar, Terminal

Slide : 75

A. INDIKASI STRUKTUR DAN POLA RUANG KAWASAN (EKSISTING)


Bandara Bokondini/Kawasan Penerbangan Kawasan Hutan, Produksi Pertanian/ Perkebunan Sport/Community Center Pusat Pelayanan Distrik Permukiman Kawasan Gereja Klasis Perdagangan/ Jasa Pusat Industri Pengolahan

Rencana Landmark Kota

Permukiman

Kawasan Hutan, Produksi Pertanian/Pe rkebunan

Permukiman

Jaringan Jalan : - Strategis Nasional - Lokal Primer - Lingkungan

Jaringan Infrastruktur Permukiman ; - Listrik/Energi - Telekomunikasi - Air Bersih, Limbah, Air Kotor - Persampahan

Slide : 76

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


A. TABEL POTENSI DAN PENGEMBANGAN
NO 1 1.1 POTENSI/PERMASALAHAN/BATASAN POLA RUANG KAWASAN: EMBRIO KOTA; Awal terbentuknya kawasan perkotaan Bokondini dimulai sejak masuknya misionaris melalui MAF Peranan tokoh agama dalam pembentukan ruang kawasan perkotaan yang nyaman, asri, dan indah. ARAH PENGEMBANGAN

(mission aviation fellowship).


1.2

KAWASAN LINDUNG; 80% Wilayah Kabupaten Tolikara merupakan Kawasan Lindung (Hutan Lindung dan Kawasan Suaka Margasatwa Foja) dan Kawasan Perkotaan Bokondini berada dalam wilayah Tolikara. KAWASAN STRATEGIS PROVINSI; Merupakan bagian dari Kawasan Strategis Ekonomi dalam RTRW Provinsi Papua yaitu kawasan strategis pengelolaan kawasan ekonomi rendah karbon.

Menjaga kawasan lindung sebagai kawasan strategis daya lingkungan hidup wilayah skala provinsi dan kabupaten. Menetapkan fungsi-fungsi didalam kawasan perkotaan melalui peraturan zonasi. Menguatkan dan mengarahkan kegiatan ekonomi kawasan perkotaan melalui perdagangan komoditas pertanian dan perkebunan yang berorientasi kepada ; (i) ketahanan pangan, (ii) ekspor (luar kawasan) melalui industri pengolahan yang akhirnya mampu menjadi kawasan Agroforestry yang mantap. Peningkatan jaringan jalan antar kampung yang nyaman, aman dan dapat mengakses pusat pelayanan (kesehatan, sosial, agama, pendidikan) di Distrik atau di kawasan gereja. Memberi arahan/rekomendasi KDB/KLB bagi permukiman yang berada dalam Kaw Lindung dan penetapan Zoning Regulation

1.3

1.4

PERMUKIMAN; Pola sebaran rumah yang tidak terpusat (komunal) cenderung menyebar. Beberapa rumah (komunal) berada dalam Kawasan Lindung.

Slide : 77

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


A. TABEL POTENSI DAN PENGEMBANGAN
NO 1.5 POTENSI/PERMASALAHAN/BATASAN KAWASAN GEREJA/KLASIS SKALA DISTRIK; Kawasan gereja menjadi pusat komunitas sosial, agama dan olahraga. KAWASAN PERTANIAN/PERKEBUNAN; Kawasan lahan Pertanian dan Perkebunan yang subur. ARAH PENGEMBANGAN Penguatan dan peningkatan sarana dan prasarana kawasan gereja menjadi pusat komunitas sosial, agama, pendidikan dan kesehatan. Menguatkan dan mengarahkan kegiatan ekonomi kawasan perkotaan ke Agropolitan Meningkatkan produktifitas komoditas berdasarkan musim/masa tanam. Mengarahkan dan mendorong kawasan perkotaan menjadi kawasan perkotaan Agroforestry yang ditata dengan baik melalui RTBL

1.6

1.7

KAWASAN HUTAN; Kawasan hutan produksi yang memiliki potensi kayu untuk pembangunan.

Menerapkan proses tebang pilih yang benar sesuai dengan peraturan kehutanan. Melakukan penanaman kembali kepada kawasan-kawasan yang telah dieksploitasi/kritis tanpa penerapan proses tebang pilih.
Mengarahkan pemisahan antara tempat tinggal dengan ternak untuk mendapatkan kualitas tempat tinggal yang bersih dan sehat. Pengurangan penyakit ISPA di Kawasan Perkotaan.
Slide : 78

1.8

PETERNAKAN; Kawasan peternakan belum terbentuk, masih menyatu dengan permukiman/tempat tinggal.

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


A. TABEL POTENSI DAN PENGEMBANGAN
NO 1.9 POTENSI/PERMASALAHAN/BATASAN KAWASAN PENDIDIKAN; Sudah terbentuk kawasan pendidikan, namun tidak menyatu dalam satu kesatuan kawasan khusus pendidikan. ARAH PENGEMBANGAN Peningkatan sarana dan prasarana kawasan pendidikan Mendorong perwujudan Kawasan Perkotaan Bokondini sebagai pusat pendidikan tinggi untuk mendukung kegiatan Agropolitan Agroforestry di Bokondini dan kegaitan jasa/perdagangan di Karubaga. Menyiapkan pusat kawasan pendidikan tinggi di Kawasan Perkotaan Bokondini, melalui RTBL.

2 2.1

STRUKTUR RUANG PRASARANA DAN SARANA JALAN, JEMBATAN DAN DRAINASE:

2.1.1

Telah adanya ruas jalan di dalam kawasan perkotaan.

Peningkatan (rehabilitasi) jalan di dalam kawasan perkotaan. Peningkatan fasilitas jalan (trotoar, drainase, lampu jalan kota dan lingkungan, vegetasi) didalam kawasan permukiman, jasa, pemerintah, pendidikan, kesehatan, gereja

2.1.2

Belum terhubungnya ruas jalan kabupaten (Lokal Primer) antara Distrik Bokondini Distrik Bewani - Distrik Wunin Distrik Karubaga (Jalan Sisi Utara).

Pembangunan jalan dari distrik Bokondini distrik Bewani Distrik Wunin Distrik Karubaga. (sisi utara).
Slide : 79

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


A. TABEL POTENSI DAN PENGEMBANGAN
NO 2.1.3 POTENSI/PERMASALAHAN/BATASAN Belum terhubungnya ruas jalan kabupaten antara Distrik Bokondini Kp. Mairini Distrik Bokoneri (Barat Daya) -Distrik Karubaga dan Distrik Kubu. Pembangunan jaringan jalan strategis nasional Ilu (Kab. Puncak) Woniki Kanggime Karubaga Tagime Kelila (Kab. Memberamo Tengah) - Bokondini Belum tersedianya terminal penumpang dan barang ARAH PENGEMBANGAN Pembangunan jalan kabupaten antara Distrik Bokondini Kp. Mairini Distrik Bokoneri (Barat Daya) - Distrik Karubaga dan Distrik Kubu. Mendukung dan mendorong pembangunan jalan strategis nasional.

2.1.4

2.1.5

Pembangunan terminal tipe C Penyiapan trayek didalam kawasan perkotaan. Mendorong investasi dari masyarakat dalam penyediaan transportasi lokal.

2.2 2.2.1

BANDARA : Rencana peningkatan bandara (MAF) yang ada menjadi komersial dan pusat pelabuhan udara militer (juga terdapat dalam kajian Sistem Transportasi Nasional/ SISTRANAS), dan atau mencari lokasi potensi baru untuk bandara Komersial dan Pusat Pelabuhan Udara Militer, untuk dapat mengurangi beban Pelabuhan Udara Wamena dan menjangkau pelayanan bagi kabupaten lainnya seperti Memberamo Tengah, Memberamo Raya, dan Puncak Jaya Melakukan peningkatan panjang runway landasan dan atau, Mencari lokasi potensi baru yang dapat melayani kebutuhan pelayanan transportasi udara komersial dan pertahanan udara militer.

Slide : 80

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


A. TABEL POTENSI DAN PENGEMBANGAN
NO POTENSI/PERMASALAHAN/BATASAN ARAH PENGEMBANGAN

2.3
2.3.1

ENERGI/KELISTRIKAN :
Penyediaan prasarana listrik masih terbatas dengan menggunakan PLTD milik PEMDA. Penyediaan energi dari sumber lainnya seperti energi matahari (PLTS) dan mikro hidro (PLTMH)

2.4
2.4.1

TELEKOMUNIKASI:
Belum adanya jaringan telekomunikasi Pengembangan jaringan telekomunikasi Mendorong dan menyiapkan lokasi jaringan telekomunikasi swasta.

2.5 2.5.1

AIR BERSIH ; Berlimpahnya air baik dari sungai, mata air dan air hujan. Penyediaan tempat penampungan air bersih di sumbernya. Penyediaan tempat penampungan air bersih secara komunal/kampung. Penyediaan jaringan perpipaan air bersih di kawasan perkotaan. Pengembangan dan peningkatan teknologi instalasi air bersih bagi kawasan perkotaan. Mendorong peningkatan titik-titik mata air bersih skala kampung. Mendorong seluruh bangunan memiliki saluran penampung air hujan dan penampungnya.
Slide : 81

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


A. TABEL POTENSI DAN PENGEMBANGAN
NO
2.6

POTENSI/PERMASALAHAN/BATASAN
JARINGAN AIR KOTOR, LIMBAH, PERSAMPAHAN;

ARAH PENGEMBANGAN

2.6.1

Jaringan air kotor dan limbah

Mendorong semua rumah/pertokoan/gereja/bangunan sosial dan umum memiliki saluran air kotor dan saluran air limbah (terpisah).
Mendorong semua rumah/pertokoan/gereja/bangunan sosial dan umum memiliki tong sampah. Menyiapkan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dan pengolahannya.

2.6.2

Jaringan Persampahan

2.7 BENCANA DAN MITIGASI:

2.7.1

Berada di kawasan rawan longsor (landslide) dan gempa.

Melakukan zonasi wilayah rawan longsor, dan pembuatan regulasi. Mengarahkan penggunaan teknologi yang tepat dan aman dalam pembangunan kawasan. Menetapkan kawasan-kawasan resiko tinggi terhadap bencana tanpa aktifitas pembangunan fisik.

Slide : 82

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


B. KONSEP PENGEMBANGAN AGROPOLITAN

Tipologi Agropolitan
AGRIBISNIS Ekosistem 1. Pantai 2. Dataran rendah 3. Dataran Tinggi

Komoditas Unggulan Pertanian (on farm) 1. Tanaman Pangan 2. Hortikutur (sayur, buah, bunga) 3. Perkebunan 4. Perikanan Darat 5. Peternakan 6. Perikanan Laut

Pengolahan 1. Pasca Panen non industri 2. Home Industri 3. Industri Kecil/ Menengah 4. Industri Besar

Distribusi dan Pasar 1. Tengkulak 2. Contract Farming

Penunjang Agribisnis 1. Lembaga Keuangan 2. Kios Saprotan dll

Sistem Urban 1. Hirarki permukiman 2. Mono/poli sentric 3. Infrastruktur 4. Jumlah/kepadat an penduduk urban dll

Agropolis sebagai Sentra Agribisnis kawasan (Pasar Pertanian/sub terminal agribisnis (Cold storage), Bank Cabang Pembantu, Balai Penyuluhan dan Informasi Pertanian/agribisnis, Sentra agroindustri, Kantor Pengelolan Agropolitan, Quality Control, dll) Struktur Hirarki/Jaringan Agribisnis di bawahnya ditentukan oleh karakteristik Tipologi Agropolitan
Slide : 83

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


C. KONSEP PENGEMBANGAN AGROPOLITAN AGROFORESTRY : adalah kawasan yang merupakan sistem fungsional yang terdiri satu atau lebih pusat-pusat pelayanan pada wilayah produksi pertanian yang menyatu dengan kawasan hutan (Tolikara), dan memiliki keterkaitan fungsi dan hierarki ruang dan satuan sistem permukiman dan agribisnis. Pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban function center) adalah lokasi pusat pelayanan sistem permukiman dan agribisnis yang dapat berbentuk atau mengarah pembentukan kota tani skala kecil/sedang (agropolis) yang berbasis pada kegiatan jasa dan industri berbasis pertanian. AGROFORESTRY : adalah kawasan yang merupakan sistem fungsional yang terdiri satu atau lebih pusat-pusat pelayanan pada wilayah produksi pertanian yang menyatu dengan kawasan hutan (Tolikara), dan memiliki keterkaitan fungsi dan hierarki ruang dan satuan sistem permukiman dan agribisnis.
Slide : 84

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


D. KONSEP PENGEMBANGAN AGROPOLITAN

DPP
PASAR/GLOBAL
Keterangan:

DPP DPP

Penghasil Bahan Baku Pengumpul Bahan Baku

Sentra Produksi
Kota Kecil/Pusat Regional

Kota Sedang/Besar (outlet)


Jalan & Dukungan Sapras

Batas Kws Lindung, budidaya, dll


Batas Kws Agropolitan

DPP : Desa Pusat Pertumbuhan


Slide : 85

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


E. CONTOH RENCANA RUANG KAWASAN PUSAT AGROPOLITAN (TERPADU) di KAB. MUSI RAWAS, INDONESIA

Slide : 86

B. KONSEP AWAL PENGEMBANGAN


E. KONSEP PENGEMBANGAN AGROFORESTRY (BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN/PERKEBUNAN) BOKONDINI SEBAGAI SENTRA PRODUKSI
Sentra Produksi Pengumpul bahan baku, 46 Distrik Penghasil bahan baku, (kampung)

Kunci Keberhasilan : 1. Infrastruktur yg kuat 2. Kelembagaan 3. Supply and demand

Slide : 87

6. RENCANA KERJA
A. RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN B. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Slide : 88

RENCANA KERJA
A. RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN
NO TAHAPAN KEGIATAN TUJUAN KEGIATAN SASARAN METODE 1 1 Persiapan Menyiapkan Langkah Kerja yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan dan persiapan administrasi Perumusan pendekatan dan metodologi serta penyiapan jadwal pelaksanaan pekerjaan Tercapainya langkahlangkah kerja yang efektif dan efisien Persiapan teknis dan administrasi 2

Slide : 89
BULAN 3 4

Sosialisasi Awal

Pembentukan kesamaan pandangan dan kesepakatan batas kawasan perencanaan

Sosialisasi

(BKP)
3 Penjaringan Isu-Isu Pengembangan Kawasan Perkotaan Teridentifikasinya isu-isu pengembangan wilayah yang perlu dititikberatkan untuk difokuskan dalam survei dan analisis
Teridentifikasinya kondisi awal kawasan dan kecenderungan

Tercapainya pemahaman tentang proses penyusunan RDTR oleh pemerintah setempat Teridentifikasinya isuisu pengembangan kawasan yang terkait dengan substansi RDTR Kawasan Perkotaan
Tercapainya proses pengumpulan data oleh tim pelaksana pekerjaan

Diskusi Teknis dan FGD


Diskusi teknis

Diskusi awal

Survey/ Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dan sekunder

Survey primer dan sekunder

Analisis/Identifikasi Potensi dan Permasalahan

Teridentifikasinya potensi dan permasalahan pengembangan kawasan


Perumusan konsep rencana

Pelaksanaan proses analisis

Penjelasan hasil-hasil analisis dan perolehan masukan dari dinas terkait


tercapainya proses perumusan dan kesepakatan konsep rencana oleh tim supervisi Tercapainya proses perumusan rencana

Analisis kuantitatif dan kualitatif

Konsep Rencana

Komitmen/ kesepakatan konsep rencana

Diskusi Teknis dan FGD


Diskusi teknis dan Sarasehan

Perumusan RDTR

Terumuskannya RDTR Kawasan Perkotaan Bokondini sesuai dengan permasalahan yang ada Terakomodasinya aspirasi masyarakat dalam Rencana

Pelaksanaan perumusan rencana

Lokakarya RDTR

Pendampingan kegiatan lokakarya

Tercapainya kegiatan lokakarya oleh

Seminar /

RENCANA KERJA
B. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN RIIL
NO TAHAPAN I PERSIAPAN RINCIAN PELAKSANAAN Persiapan Awal a. Koordinasi Awal Internal Tim b. Pemahaman KAK c. Penyiapan Anggaran Biaya d. Penyusunan Metode dan Rencana Kerja Persiapan Teknis a. Identifikasi Data Awal yang Tersedia b. Pemahaman awal wilayah perencanaan c. Pemantapan Metode dan Rencana Kerja d. Mobilisasi Peralatan dan Personil e.Penyiapan Perangkat Survei dan Perjalanan Dinas f. Identifikasi Kebutuhan Peta Dasar Survei Pendahuluan Survei Lanjutan a. Pengumpulan Data Sekunder di Kabupaten dan Kawasan Perencanaan a.11. Data/informasi terkait kelembagaan b. Pengumpulan Data Primer di Kawasan Perkotaan b.1. Pengambilan Batas Wilayah Kawasan Perkotaan b.2. Ground Check Jalan dan Kondisi Bangunan Eksisting Analisis Tahap Awal

November 12

WAKTU Oktober

II

SURVEI

November Minggu 1-4

November 12

III ANALISIS

Desember 2012 - Januari Desember Ke 2012 Minggu12 2

Analisis Tahap Lanjutan a. Fisik/Rona Kawasan b. Analisis wilayah yang lebih luas c. Analsis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan BWP d. Analisis Sosial Budaya e. Analisis Kependudukan f. Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan g. Analisis Sumber Daya Buatan h. Analisis Penataan Kawasan dan Bangunan i. Analisis Kelembagaan j. Pembiayaan pembangunan

Slide : 90

RENCANA KERJA
B. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN RIIL
NO TAHAPAN IV PENYUSUNAN DRAF Penyusunan Rencana RENCANA & RAPERDA RINCIAN PELAKSANAAN WAKTU Januari 2013 - 13 JANUARI Februari 2012 Minggu Ke 2

a. Penyusunan Tujuan, Kebijakan, dan Strategi penataan ruang BWP serta Kawasan Perkotaan; b. Penyusunan Rencana struktur ruang wilayah perencanaan; c. Penyusunan Rencana pola ruang wilayah perencanaan; d. Penyusunan Penetapan kawasan prioritas; e. Penyusunan Arahan pemanfaatan ruang; dan f. Penyusunan Arahan pengendalian pemanfaatan ruang g. Penyusunan zoning regulation (zoning map, zoning text) Penyusunan RAPERDA a. Penyusunan Kerangka PERDA b. Perumusan Legal Format / Bahasa Hukum dari Materi RDTR c. Penyusunan Lampiran RAPERDA V FGD & FORUM KOORDINASI PEMBAHASAN LAPORAN PENDAHULUAN & FGD 1 PEMBAHASAN LAPORAN ANTARA & FGD 2 PEMBAHASAN LAPORAN DRAFT AKHIR Sidang BKPRD Sidang BKPRN November Minggu2 1 Nov 12, Minggu ke Ke Desember Minggu 2 2 Des 12, Minggu ke Ke Januari13, Minggu ke 2 Ke Jan 2013 Minggu 4 Tentatif Tentatif

Slide : 91

7. PENUTUP
A. PROGRAM/KEGIATAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

B. PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Slide : 92

PENUTUP
A. PROGRAM/KEGIATAN SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN

Kaw Lindung Mewujudkan Pola Ruang Kawasan Budidaya

RTRW TOLIKARA

Jalan/Jembatan RDTR Bokondini

Energi

Mewujudkan Struktur Ruang

Telekomunikasi

MASYARAKAT TOLIKARA

Bandara Air Bersih, Perumahan, Sanitasi, Limbah, Persampahan

P R 2012 2017 2022 2027 2032 O G INDIKASI PK /TAHAPAN/PELAKSANA R HASIL HASIL HASIL HASIL A M Untuk mencapai / K TUJUAN E RDTR G BOKONDINI I A Untuk mencapai T TUJUAN RTRW A TOLIKARA N
Slide : 93

PENUTUP
B. PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN

BIAYA PEMBANGUNAN KAB


PAD + DAU + DAK Dana Perimbangan Kaw. Karubaga 2032

Distrik lainnya

Tolikara 2032
Distrik lainnya

Kaw. Bokondini 2032

Sekarang, 2012
Slide : 94

L/O/G/O

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

L/O/G/O

MATERI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)


RDTR KAWASAN PERKOTAAN BOKONDINI

MATERI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)


A. PERWUJUDAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN BOKONDINI

1. Perwujudan Ruang Kawasan Perkotaan Bokondini : 1. Pusat Perekonomian Jasa & Perdagangan Komoditas Pertanian dan Perkebunan Terpadu, 2. Pusat Pelayanan Transportasi Udara Militer dan Komersial, 3. Pusat Pendidikan Tinggi, 4. Penunjang Pelayanan Kesehatan Terpadu, dan 5. Penunjang Pelayanan Pemerintahan Satu Atap.

97 Slide : 97

MATERI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)


B. BATAS KAWASAN PERENCANAAN RDTR 2. Batas Kawasan Perkotaan Bokondini 1. Syarat menurut PermenPU nomor 20/PRT/M2011 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detai Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, luas minimal kawasan perencanaan adalah >60 Ha. 2. Berdasarkan hasil pengamatan Citra Satelit Quick Bird, maka yang termasuk dalam kawasan perencanaaan : 1. Kawasan Bandara Bokondini 2. Kawasan Permukiman di Mairini 3. Kawasan Telenggagama dan Galala 4. Kawasan Umaga 5. Kawasan Kolugume 6. Lahan pertanian di utara Bandara Bokondini 7. Lahan pertanian di Barat, Selatan dan sebagian Timur. 8. Kawasan Lindung di sisi utara
98 Slide : 98

MATERI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)


B. SARAN/HARAPAN/REKOMENDASI
Nama : Jabatan : Alamat : LOKASI

NO

INFORMASI/SARAN/HARAPAN/REKOMENDASI

Lembar ini dapat dilepas dan diberikan saat akhir acara

99 Slide : 99

You might also like