You are on page 1of 52

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru akan menemukan berbagai permasalahan, baik permasalahan siswa, permasalahan metodologis,

permasalahan akademis maupun permasalahan nonakademis lainnya. Semua permasalahan tersebut tentu berimplikasi langsung atau tidak langsung terhadap pencapaian hasil pembelajaran. Begitu kompleksnya permasalahan pembelajaran sehingga seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai strategi dalam menghadapi permasalahan (Wena, 2008: 170). Dilihat dari perilaku belajar siswa, juga akan ditemukan berbagai permasalahan. Misalnya ada siswa yang lambat memahami isi pembelajaran, ada siswa yang tidak bisa bekerja secara kelompok, ada siswa yang tidak mampu membuat suatu kesimpulan terhadap permasalahan, dan berbagai permasalahan lainnya. Observasi awal menunjukkan bahwa, khususnya di kelas XI IPA.4 , ratarata hasil belajar fisika mereka sangat rendah, hal ini dicerminkan dari hasil tes penjurusan yang dilaksanakan dalam rangka tes penempatan kelas. Di samping itu, motivasi belajar, aktivitas, dan perhatian siswa sangat rendah bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang lain yang berada dalam satu angkatan. Dengan kata lain, 75 persen rata-rata ketuntasan belajar minimal siswa masih berada di bawah 65 (Analisis Hasil Belajar,2006: 2).

Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar siswa. Melalui model mengajar itu guru mempunyai tugas merangsang serta meningkatkan jalannya proses belajar. Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, guru harus mengetahui bagaimana model dan proses berlangsung. Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengelola pengajaran serta lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pengajaran yakni: (1). Guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing dan (2). Siswa yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. Model dan proses pembelajaran akan mejelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Menurut Rooijakkers (dalam Syaiful Sagala, 2003: 173) mengemukakan bilamana guru tidak mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi dalam pikiran siswa untuk mengerti sesuatu, kiranya dia pun tidak akan dapat memberi dorongan yang tepat kepada mereka yang sedang belajar. Siswa akan mudah melupakan pelajaran yang diterimanya, jika guru tidak memberi penjelasan yang benar dan menyenangkan dengan demikian dalam pikiran siswa tidak terjadi gerak proses belajar. Keberhasilan seorang guru akan terjamin, jika guru itu dapat mengajak para siswa mengerti suatu masalah melalui semua tahap proses belajar, karena dengan cara begitu siswa akan memahami hal yang diajarkan. Dengan begitu dalam proses pembelajaran, guru harus dapat menggunakan model-model dan pembelajaran itu

pendekatan-pendekatan mengajar yang dapat menjamin pembelajaran berhasil sesuai yang direncanakan. Model mengajar dan proses belajar dalam pembelajaran merupakan masalah yang kompleks, karena itu bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya perlu memperkaya pemahamannya yang berkaitan dengan model mengajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran Fisika di SMA dan pengalaman sendiri waktu mengajar, banyak siswa yang memiliki sikap ilmiah dengan kategori rendah. Hal ini bisa dilihat dari : (1). Cara mereka membuat laporan hasil eksperimen, (2). Para siswa sering melakukan manipulasi data dengan tujuan hasil eksperimen mereka tidak menyimpang dari konsep dan prinsip yang dijelaskan oleh guru, dan (3). Di dalam melaksanakan percobaan Fisika banyak siswa yang kurang tekun. Pengemasan pembelajaran dewasa ini tidak sejalan dengan hakikat orang belajar dan hakikat orang mengajar menurut pandangan kaum konstruktivistik. Belajar menurut kaum konstruktivistik merupakan proses aktif siswa

mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain (Wina Sanjaya, 2005: 111). Kenyataan saat ini, masih banyak siswa belajar hanya menghapal konsep-konsep, mencatat apa yang diterangkan guru, pasif, dan pengetahuan awal jarang digunakan. Jadi belajar menurut kaum konstruktivistik mengajar bukanlah kegiatan menstranfer pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Piaget (dalam Wina Sanjaya, 2005: 118) mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan, membentuk skema

kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan, bersikap kritis, dan struktur pengetahuan itu sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Kurikulum 1994, tujuan pembelajaran Fisika di SMU adalah selain memahami konsep-konsep Fisika siswa juga dituntut mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi oleh sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Depdikbud, 1994: 6). Dari tujuan pembelajaran di atas, tampak bahwa dalam mengajarkan Fisika di SMA guru diminta untuk mencapai produk IPA dan proses IPA. Kenyataan sampai saat ini, guru kurang mengembangkan proses IPA dan hanya memfokuskan pada produk IPA. Gagasan belajar IPA yang tidak sekedar belajar sederetan fakta IPA sudah lama dicanangkan dan secara eksplisit dikenalkan sejak kurikulum 1975. Gagasan ini berimplikasi pada strategi pembelajaran IPA, dengan bergesernya praktik pembelajaran dari yang berorientasi telling science ke orientasi doing science. Salah satu alasan perubahan orientasi ini adalah merupakan salah satu upaya agar outcome lulusan memiliki kinerja sinergis yaitu proses kait-mengkait ketiga ranah kemampuan: kognitif-psikomotor-afektif. Sikap yang dikembangkan dalam IPA adalah sikap ilmiah yang lazim dikenal dengan scientific attitude (Karhami, 2000: 3). Beberapa kemasan pembelajaran berbasis konstruktivistik yang

memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan menumbuhkembangkan sikap ilmiah adalah model pembelajaran Learning Cycle. Model pembelajaran Learning Cycle merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang komprehensif, yang mencakup berbagai metode pembelajaran

yang dalam pembelajaran tradisional sering dilaksanakan secara terpisah dan sering tanpa rencana. Menurut Bruner (dalam Dahar, 1989: 103) selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari. Mereka perlu diberikan kesempatan berperan sebagai pemecah masalah seperti yang dilakukan para ilmuwan, dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri (Winataputra, 1994: 154-155). Menyadari akan kenyataan tersebut, nampaknya perbaikan pembelajaran perlu dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas yakni: Penggunaan Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Gaya Pegas Kelas XI IPA.4 Semester 1 SMA Negeri 1 Melaya Tahun pelajaran 2011/2012. B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahannya 1. Rumusan Masalah Melihat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ada di lapangan seperti yang sudah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka rumusan penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut: 1) Apakah model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPA.4 SMA Negeri 1 Melaya? 2) Apakah model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan hasil belajar Fisika kelas XI IPA.4 SMA Negeri 1 Melaya?

2. Cara Pemecahan Masalah Model pembelajaran Learning Cycle merupakan salah satu dari banyak cara yang bisa dilakukan guru dalam upaya meningkatkan mutu

pembelajaran. Model ini mempunyai langkah-langkah yang mendorong keaktifan siswa dalam belajar dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih banyak mengamati objek atau materi pelajaran, menemukan sendiri hal-hal yang perlu, baik menyangkut materi, meneliti, mengintrogasi, memeriksa materi, sehingga siswa-siswa akan dapat mengalami sendiri. Hal itu memerlukan persiapan pemikiran yang matang. Untuk persiapan yang matang ini, guru semestinya memberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya bagi siswa untuk melakukannya, menyiapkan sebaik-baiknya apa yang akan ditampilkan dihadapan siswasiswa. Model Pembelajaran Learning Cycle ini mampu merangsang siswa untuk dapat bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, menuntut persiapan yang sangat matang, menuntut kemampuan yang matang dalam kegiatan intelektual, menutut semangat yang tinggi untuk mengikuti pelajaran agar dapat memproduksi apa yang diharapkan, menuntut mereka lebih berpikir kritis. Contoh kemampuan berpikir kritis adalah, apabila siswa giat mengikuti pelajaran, akibatnya adalah mampu memecahkan masalah yang diharapkan. Siswa akan menjadi aktif akibat diberikan kesempatan untuk menyiapkan materi lewat penemuannya sendiri, yang sudah pasti akan membuktikan tuntutan-tuntutan kemampuan yang tinggi baik dalam penampilan maupun keilmuan. Tanpa keilmuan yang mencukupi tidak akan mungkin tampilannya akan memuaskan, dalam hal ini siswa tidak bisa sembarangan saja, mereka harus betul-betul mampu menyimpulkan terlebih dahulu apa yang akan mereka sampaikan. Tuntunan langkah-langkah analisis, pikiran intelektual, pemahaman

konsep, bakat akademik yang dilakukan dengan motivasi, interpretasi yang inovatif dipihak guru akan menentukan keberhasilan pelaksanaan model ini. Berdasar uraian singkat ini jelas bahwa model pembelajaran Learning Cycle menuntut kemampuan siswa untuk giat mempelajari apa yang disampaikan guru, mampu menampilkan dirinya sebagai pemikir di depan siswa-siswa yang lain. Dipihak lain, untuk dapat menyelesaikan tuntutan tersebut, inovasi yang dilakukan guru akan sangat menentukan. Inovasi tersebut berupa tuntunan-tuntunan, motivasi-motivasi, interpretasi serta kemampuan belajar tanpa hafalan. Oleh karenanya langkah-langkah ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai cara pemecahan masalah. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle dalam

pembelajaran. 2. Untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan hasil belajar belajar Fisika setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle dalam

pembelajaran. D. Manfaat Penelitian Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai acuan dalam memperkaya teori dalam rangka peningkatan kompetensi guru. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah,

khususnya SMA Negeri 1 Melaya dalam rangka meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar Fisika. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai informasi yang berharga bagi teman-teman guru, kepala sekolah di sekolahnya masing-masing.

BAB II DESKRIPSI TEORI

A. Pentingnya Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Dalam mengajarkan suatu konsep atau materi tertentu, tidak ada satu model pembelajaran yang lebih baik dari pada model pembelajaran lainnya. Berarti untuk setiap model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan, seperti: materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai (Trianto, 2007: 3). Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu (Udin S. W., 1997). Joyce, dkk. (2003) mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran di kelas. Oemar Hamalik (2003: 24) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan

pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dalam wujud suatu perencanaan pembelajaran yang melukiskan prosedur yang sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yakni: 1) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh para pencipta, 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil, 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Wina Sanjaya, 2006: 128). Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran (Nana S., 1989: 43). Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatankegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa dan tugas-tugas khusus yang dilakukan oleh siswa. Sintaks dari bermacam model pembelajaran mempunyai komponen yang sama seperti diawali dengan menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Demikian pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap menutup pelajaran. Namun demikian ada perbedaan seperti perbedaan pengelolaan lingkungan belajar, perbedaan peran siswa, perbedaan peran guru, perbedaan ruang fisik dan perbedaan sistem sosial kelas. Perbedaan-perbedaan tersebut harus dipahami oleh para guru dalam menerapkan model pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan baik. Pendapat di atas, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Chandromi Nurwijaya (1998: 12), tentang memilih metode, kadar keefektifan peserta didik

10

harus selalu diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan menggunakan multi metode seperti: Learning by doing, Learning by listening, dan Learning by playing. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa model pembelajaran sangat menentukan untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga proses penyampaian meteri kepada siswa akan lebih mudah dan nantinya mampu mengatasi kesulitan belajar siswa. Kerena pentingnya model pembelajaran dalam mengajar, maka seorang guru hendaknya harus hati-hati di dalam memilih model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Hal ini disebabkan komponen kondisi dan hasil pembelajaran tidak dapat dimanipulasi oleh guru. Komponen yang dapat dimanipulasi oleh guru pada umumnya terbatas pada model pembelajarannya saja (Degeng dan Miarso, 1993). Disamping itu, setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang oleh siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan inilah, terutama yang berlangsungnya di antara pembukaan dan penutupan pembelajaran, yang harus dipahami oleh guru penutup pembelajaran, agar model-model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini (Trianto, 2007: 5).

11

B. Model Pembelajaran Siklus (Learning Cycle) Pembelajaran Siklus (Learning Cycle) merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran Siklus

pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study (SCIS) (Trowbridge & Bybee, 1996). Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1). Eksplorasi (Exploration), 2). Pengenalan Konsep (Concept Introduction), dan 3). Penerapan Konsep (Concept Application). Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami

pengembangan. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap (Lorsbach, 2002) yang terdiri atas tahap: (a) pembangkitan minat (engagement), (b) eksplorasi (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration/extention), dan (e) evaluasi (evaluation) (Wena, 2008: 171). Kelima tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
5. Tahap Evaluasi 1. Tahap Pembangkitan Minat

4. Tahap Elaborasi

2.Tahap Eksplorasi

3.Tahap Penjelasan

Gambar 2.1 Model Pembelajaran Siklus (Wena, 2008:176).

12

C. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Siklus (Learning Cycle Model) di Kelas. 1). Pembangkitan Minat (Engagement) Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari atau yang berhubungan dengan topik bahasan. Dengan demikian siswa akan memberikan respon, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada atau tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. 2). Eksplorasi (Exploration) Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencata pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki oleh siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.

13

3). Penjelasan (Explanation) Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konep dengan kalimat sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelsan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru member difinisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi. 4). Elaborasi (Elaboration) Elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi, siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah menerapkan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa. 5). Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.

14

D.Motivasi Belajar Motivasi adalah proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang akibat adanya interaksi antara sikap, kebutuhan, keputusan, dan persepsi seseorang dengan lingkungannya (Purnomo, 1997: 396). Menurut Morgan (1986: 38) menyatakan bahwa: motivasi diartikan sebagai pendorong atau penggerak yang berasal dari dalam diri individu untuk bertindak ke arah suatu tujuan tertentu. Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi adalah suatu proses di mana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan tersebut (Munandar, 2001). Kebutuhan yang dimaksudkan adalah suatu keadaan dalam diri (internal state) yang menyebabkan hasil-hasil atau keluaran-keluaran tertentu yang menarik. Menurut kamus psikologi Chaplin (2005), motivasi didefinisikan sebagai suatu variabel penyelang (yang ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku, menuju satu sasaran. Menurut As'ad (2003), motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga motivasi tersebut merupakan kekuatan yang

menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Sama halnya dengan Munandar (2001) yang menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses di mana kebutuhan-kebutuhan

15

mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan tertentu.Motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatankegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu (Mitchell dalam Winardi, 2001). Motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu (Gray et al, dalam Winardi, 2001). Hariandja (2002) menyatakan bahwa motivasi diartikan sebagai faktorfaktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Selain itu, motivasi juga merupakan keinginan, tujuan, kebutuhan, dan dorongan. Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan perilaku seseorang, termasuk perilaku kerja. Motivasi kerja secara umum didefinisikan sebagai suatu dorongan energi yang mengatur antara keinginan dan kebutuhan individu untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan pekerjaan, sehingga ia mampu untuk menentukan bagaimana bentuk, arah, intensitas, dan durasi dalam bekerja (Shani dan Lau, 2005). Penguatan motivasi belajar yang dilakukan oleh guru melalui rekayasa pedagogis dapat digambarkan sebagai berikut.

16

1.1 Rekayasa Pedagogis Guru

1.Guru 3.1 Penguatan motivasi: hadiah,hukuman 4.a.Dampak Pengajaran

3. PBM

4. Hasil Belajar

2.Siswa

3.2 Penghayatan motivasi: semangat, kerjasama dlm belajar.

4.b. Dampak Pengiring

4.b.1.Prog Belajar sepanjang Hayat

4.b.2.Hasil Belajar Sepanjang Hayat

2.1 Emansipasi Kemandirian Sepanjang Hayat

Gambar 2.2 Motivasi belajar dalam Kerangka Rekayasa Pedagogis Guru dan Emansipasi Kemandirian Siswa Sepanjang Hayat (Dimyati, 2006: 95).

Berdasar gambar di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Guru sebagai pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagogis, membuat desain pembelajaran, dan melaksanakan proses pembelajaran serta bertindak membelajarkan siswa yang mempunayi motivasi instriksik. 2. Siswa sebagai pebelajar seharusnya menghayati belajar, untuk

memperoleh berbagai keterampilan, pengalaman serta pengetahuan. 3. Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), guru melakukan tindakan mendidik seperti 17ember hadiah, memuji, menegur, nasehat, dan

17

menghukum. Dimana semua tindakan yang dilakukan oleh pendidik bertujuan untuk mendorong supaya siswa mau belajar. 4. Akhir dari Proses Belajar Mengajar (PBM ) akan menghasilkan hasil belajar terdiri dari: 4.a). Dampak Pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan dan 4.b). Dampak Pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemmampuan di bidang laian, seperti mengarah kepada: 4.b.1). Program belajar sepanjang hayat dan 4.b.2). Hasil belajar sepanjang hayat.

18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Seting Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapan penelitian tindakan kelas yaitu : Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dua siklus. Siklus pertama menggunakan Model Pembelajaran Siklus ( Learning Cycle Model ) secara berkelompok yang terdiri 2-4 orang siswa melalui latihan terstruktur guru. Dimana latihan terstruktur maksudnya adalah guru memberikan contoh praktik penyelesaian masalah, berupa langkah-langkah penting secara bertahap dalam penyelesaian masalah atapun tugas. Siklus kedua bekerja secara kelompok, namun penambahan permasalahan yang disajikan serta adanya latihan terbimbing dari guru. Latihan terbimbing, maksudnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih di bawah bimbingan guru. Peran guru dalam tahap ini adalah memantau kegiatan siswa dan memberikan umpan balik yang bersifat korektif jika diperlukan. B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-4 SMAN I Melaya dengan jumlah siswa 40 orang dengan tingkat kemampuan siswa rata-rata hasil belajar dan motivasi belajar yang sangat rendah.

19

C. Waktu penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan mulai tanggal 20 Juli sampai dengan 28 September 2011, dengan jumlah siswa 40 orang di kelas XI IPA-4 SMA Negeri 1 Melaya. D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi untuk mengukur langkah-langkah pembelajaran oleh guru dan mengamati aktivitas siswa. Tes Hasil Belajar dan pengumpulan lembar kegiatan siswa (LKS) untuk mengukur pemahaman konsep tentang materi pembelajaran yang telah dikuasai oleh siswa. E. Teknik Analisis Data

Data tersebut dianalisis dan digunakan persentase dalam penilaiannya. Dengan pedoman konversi nilai dan nilai ketuntansan minimal 6,5 seperti tabel berikut ini: No. 1 2 3 4 5 Interval Nilai 4,5 5,4 5,5 6,4 6,5 7,4 7,5 8,4 8,5 9,4

20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kegiatan Pembelajaran Sebelum Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan berangkat dari masalah siswa sulit memahami konsep materi pelajaran fisika yang abstrak. Kesulitan siswa memahami konsep materi pelajaran itu mengakibatkan rendahnya motivasi belajar siswa mengikuti pembelajaran, sehingga pembelajaran yang diharapkan berdasarkan Kurikulum KTSP sulit untuk diwujudkan. Hal ini dapat disebabkan oleh model pembelajaran yang dirancang guru masih menggunakan metode ceramah atau diskusi kelompok yang kurang melibatkan siswa untuk terlibat aktif dan merangsang siswa untuk mengeluarkan ide-ide serta kemampuan berfikir dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan metode konvensional yang dilakukan guru selama ini, yaitu guru aktif mengajar dan siswa sebagai pembelajar yang pasif, sehingga siswa kurang antusias yang mengakibatkan pembelajaran tidak menyenangkan. Motivasi belajar siswa yang diamati sebelum tindakan, sangat rendah. Ada beberapa siswa yang malas membawa buku catatan Fisika ataupun buku pegangan, dalam mengerjakan tugas pekerjaan rumah yang diberikan guru, hanya beberapa orang saja yang mau mengerjakan di rumah, yang lainnya selalu menyelesaikannya di sekolah sebelum masuk jam pelajaran, saat pembelajaran isika berlangsung siswa tampak diam dan tertib, tetapi setelah ditanya kembali tentang materi yang baru diajarkan, siswa diam dan tidak tau menjawab, sehingga disimpulkan bahwa siswa belajar sambil melamun. Semua hal itu diakibatkan

21

karena siswa tidak diaktifkan oleh guru untuk melakukan pembelajaran dengan baik. Dengan keadaan siswa yang demikian, hasil pembelajaran siswa diakhir pokok bahasan sangat rendah, karena siswa tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan pelaksanaan pretes menunjukkan hasil belajar yang rendah sehingga dapat disimpulkan pemahaman siswa tentang konsep Fisika sangat rendah. Dari hasil pretes pada tabel 4.1. terlihat bahwa dari 40 siswa yang diberikan tes ternyata hanya 5 siswa baru mencapai ketuntasan 6,5 atau 12,5 % sedangkan 35 siswa atau 87,5% belum menuntaskan hasil belajarnya sebelum tindakan. Agar tuntas belajarnya siswa harus mendapat nilai 6,5. Berikut hasil tes belajar siswa sebelum tindakan dilakukan (pretes), seperti tampak pada tabel berikut. Tabel 4.1 Pengelompokan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan No. 1. 2. 3. 4. 5. Interval Nilai 2,5 3,4 3,5 4,4 4,5 5,4 5,5 6,4 6,5 7,4 Jumlah Jumlah Siswa 10 13 8 4 5 40 Persentase 25 % 32,5 % 20 % 10,0 % 12,5 % 100 %

2. Hasil Tindakan pada Siklus 1

a) Data Pengamatan Langkah-langkah model pembelajaran Siklus (Learning Cycle Model). Proses pembelajaran pada siklus 1 menggunakan model pembelajaran siklus dengan pengenalan Konsep Gaya Pegas melalui latihan terstruktur didalam

22

kelas. Diskusi yang dilakukan siswa membahas permasalahan yang diberikan oleh guru melalui latihan terstruktur secara berkelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari 2-4 orang yang, terdiri dari laki-laki dan prempuan, dan dibagi siswa yang pintar dan mau aktif belajar harus merata di masing-masing kelompok. Pada siklus ini, pembelajaran menggunakan model pembelajaran siklus dengan latihan terstruktur, dalam bekerja kelompok, siswa yang pandai lebih mendominasi mengerjakan permasalahan yang diberikan guru dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai. Kurang adanya kerjasama dalam penyelesaian masalah, dinamika kelompok bekerja masih pasif. Motivasi belajar siswa pada siklus ini, mendengarkan dengan aktif berada dalam kategori Tinggi. Secara keseluruhan motivasi belajar siswa masih rendah, seperti tampak pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel4.2 Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 Pengelompokan Motivasi Belajar Siswa
Rendah (R) Sedang (S) Tinggi (T)

No

Aspek Penilaian

Jumlah Siswa

1 2 3 4 5

Mengembangkan minat/rasa ingin tahu terhadap topik bahasan. Menunjukkan bukti dan klarifikasi terhadap ide-ide baru. Melakukan Penyelesaian masalah dalam diskusi. Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan. Mengkomunikasikan hasil kerja kelompok dan mengambil kesimpulan atas situasi belajarnya. Jumlah Persentase (%)

22 13 25 15 19 94 47,0

15 10 9 12 13 59 29,5

3 17 6 13 8 47 23,5

40 40 40 40 40 200

23

b) Hasil Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1 Dilihat dari data Tes Hasil Belajar Siswa dalam menyelesaikan soal tes kemudian hasilnya digabungkan dengan Hasil Lembar Kegiatan Siswa, maka didapat 20 orang siswa atau 50 % tidak mencapai ketuntasan belajar artinya 50 % tuntas. Dengan rata-rata Nilai dikelas mencapai 6,53 dengan standar deviasi 1,14. Seperti tampak pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Pengelompokan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1 Interval Nilai Jumlah Siswa Persentase 4,5 5,4 5,5 6,4 6,5 7,4 7,5 8,4 8,5 9,4 Jumlah 8 12 11 6 3 40 20 % 30 % 27,5 % 15 % 7,5 % 100 %

No. 1. 2. 3. 4. 5.

c) Refleksi Siklus 1 Guru kurang memperhatikan keterampilan kooperatif siswa dalam bekerja. Dalam mencari penyelesaian masalah yang diberikan guru, siswa kurang memahaminya dan kurang serius mengerjakannya. Masalah yang diberikan guru kurang dipahami siswa. Dalam bekerja kelompok, hanya siswa yang pintar saja yang mendominasi kelompok. Sebagian siswa malas menganggap bahwa kerja kelompok yang dilakukan adalah tidak berarti apa-apa, hanya seperti kerja kelompok biasa, yaitu aktivitas siswa tidak dinilai guru, sehingga mereka hanya

24

duduk menunggu jawaban dari teman satu kelompoknya apabila nanti ditanya oleh guru atau saat melakukan presentase. Dalam mempresentasikan hasil diskusi, siswa masih terlihat malumalu membacakannya didepan kelas atau mendiskusikannya ke kelompok lain. d). Perbaikan untuk Siklus 2 Siswa lebih diaktifkan dalam pembelajaran pada masing-masing kelompok. Siswa dilatih keterampilan bekerjasama dalam kelompok, berbagi tugas dalam setiap kegiatan dan dibimbing melakukan aktivitas dalam menjawab. Guru mengarahkan dan membimbing siswa agar lebih memahami materi pelajaran tentang konsep Gaya Pegas Guru harus memahami kembali langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan pada pembelajaran siklus agar tujuan pembelajaran tercapai. Misalnya keliling ke masing-masing kelompok untuk mengamati aktivitas siswa dan pemahaman konsep pelajaran yang didapat siswa. Pembagian tugas kelompok secara merata dilakukan guru dan anggota kelompok, agar semua siswa bekerja secara kooperatif. 3. Hasil Tindakan Pada Siklus 2 a) Data Pengamatan Langkah-langkah model pembelajaran Siklus (Learning Cycle Model). Proses pembelajaran pada siklus 2 menggunakan model pembelajaran siklus dengan pengenalan Konsep Gaya Pegas melalui latihan terbimbing didalam

25

kelas. Diskusi yang dilakukan siswa membahas permasalahan yang diberikan oleh guru melalui latihan terbimbing secara berkelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari 2-4 orang yang, terdiri dari laki-laki dan prempuan, dan dibagi siswa yang pintar dan mau aktif belajar harus merata di masing-masing kelompok. Pada siklus ini, pembelajaran menggunakan model pembelajaran siklus dengan latihan terbimbing, dalam bekerja kelompok, siswa yang pandai sudah mau memberikan motivasi kepada teman sekelompok, serta membantu temannya dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan guru. Kerjasama dalam penyelesaian masalah, dinamika kelompok bekerja sudah tampak dianmis. Motivasi belajar siswa pada siklus ini, mendengarkan dengan aktif serta mencari bukti-bukti dan mampu memberikan penjelasan sesuai dengan situasi belajarnya berada dalam kategori Tinggi. Secara keseluruhan motivasi siswa masih rendah, seperti tampak pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Motivasi Belajar Siswa Siklus 2 Pengelompokan Motivasi Belajar Aspek Penilaian Siswa
Rendah (R) Sedang (S) Tinggi (T)

No

Jumlah Siswa

1 2 3 4 5

Mengembangkan minat/rasa ingin tahu terhadap topik bahasan. Menunjukkan bukti dan klarifikasi terhadap ide-ide baru. Melakukan Penyelesaian masalah dalam diskusi. Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan. Mengkomunikasikan hasil kerja kelompok dan mengambil kesimpulan atas situasi belajarnya. Jumlah Persentase (%)

3 13 5 7 9 37 18,5

17 10 9 10 12 58 29,0

20 17 26 23 19 105 52,5

40 40 40 40 40 200

26

b). Hasil Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2 Dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 dan siklus 2 yaitu rata-rata Tes Hasil Belajar 8,18 dengan Standar deviasi 0,70. Keseluruhan siswa tuntas belajarnya mencapai 100%. Artinya dengan meningkatnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran, maka meningkat pula hasil belajar siswa. Seperti tampak pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Pengelompokan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 2 Interval Nilai Jumlah Siswa Persentase 4,5 5,4 5,5 6,4 6,5 7,4 7,5 8,4 8,5 9,4 Jumlah 0 0 5 24 11 40 0% 0% 12,5 % 60,0 % 27,5 % 100 %

No. 1. 2. 3. 4. 5.

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Siklus (Learning Cycle Model) Langkah-langkah Pelaksanaan Model pembelajaran Siklus di kelas diobservasi berdasarkan tahapan Model Pembelajaran Siklus yang dilakukan

guru. Langkah-langkah pembelajaran ini dinilai oleh siswa yang mengikuti pembelajaran dengan format disediakan oleh guru untuk mempermudah siswa melakukan penilaian. Pada Siklus 1, Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru menurut siswa dalam kategori nilai Rendah (R) mencapai 47,0%, Sedang (S) mencapai 29,5% dan Tinggi (T) mencapai 23,5%. Kategori nilai rendah terjadi

27

karena siswa belum biasa bekerja didalam kelompok dan siswa yang pintar saja kelompok, yang bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan rendah hanya menunggu jawaban. Bahkan sebagian siswa masih berfikir bahwa bekerja secara kelompok itu tidak penting, yang penting siswa itu paham untuk dirinya sendiri buk untuk enting, paham bukan teman satu kelompoknya. Sehingga keterampilan kooperatif siswa tidak tercapai maksimal. Seperti tampak pada gambar 4.1 berikut ini. Motivasi Belajar Siswa Siklus 1

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

94

59 47 29.5 47 23.5

1. Rendah,2. Sedang, 3. Tinggi

Gambar 4.1 Grafik Motivasi Belajar Siswa pada Siklus 1 Pada siklus 2, Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru langkah menurut siswa dalam kategori nilai Rendah (R) mencapai 18,5 18,5%, Sedang (S) mencapai 29,0% dan Tinggi (T) mencapai 52,5%. Seperti pada gambar 4.2 % berikut ini.

28

120 100 80 60

Motivasi Belajar Siswa Siklus 2

105

58 37 29 18.5

52.5

40 20 0 1

1. Rendah, 2.Sedang, 3. Tinggi

Gambar 4.2 Grafik Motivasi Belajar Siswa pada Siklus 2 Berdasarkan Grafik 4.1 dan 4.2 di atas, dapat dijelaskan bahwa motivasi belajar siswa kategori rendah sudah mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2 sehingga mengakibatkan motivasi belajar siswa dalam kategori tinggi mengalami peningkatan sebesar 19%. Ini berarti Latihan terbimbing dari guru dalam kelompok sudah mulai berdampak kepada kondisi kelas bekerja secara kelompok sehingga cara ini ternyata lebih membuat siswa senang belajar fisika sehingga motivasi belajar siswa akan meningkat. 2. Hasil Belajar Siswa Tes Hasil Belajar dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung, terdiri dari 10 soal pilihan berganda dengan rentang skor 0 10. Sedangkan Hasil Lembar Kegiatan Siswa penilaiannya dilakukan setelah proses kegiatan pembelajaran dengan skor maksimal 15 dan rentangan nilai 0 10. Dari analisa data terlihat bahwa rata rata tes hasil belajar mengalami peningkatan rata-rata

29

secara signifikan setiap siklusnya, artinya dengan meningkatnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran, maka meningkat pula hasil belajar siswa.

9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00

8.18 6.53

NILAI

Rata-rata Rata Standar Deviasi 1.14 0.70

Hasil Belajar Siklus 1 dan Siklus 2

Gambar 4.3 Grafik Hasil Belajar Siswa Dari hasil pembahasan di atas, maka diambil beberapa simpulan sebagai berikut : rata deviasi 1. Rata-rata hasil belajar pada siklus 1 adalah 6,53 dan standar devi 1,14. Dari hasil yang diperoleh terdapat 20 orang siswa atau 50% dari 40 siswa berada dibawah Ketuntasan Belajar Minimal. 2. Pada siklus 2 secara keseluruhan siswa tuntas belajarnya mencapai 100% dengan rata-rata nilai hasil belajar 8,18 dan standar devi rata deviasi 0,70. Jika diamati pada setiap siklus rata rata hasil belajar siswa terus meningkat rata-rata artinya rata-rata nilai siswa mengalami peningkatan secara signifikan rata setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa yang meningkat disetiap siklusnya membuat hasil belajar siswa juga meningkat siklusnya dan ketuntatasan belajar juga meningkat.

30

3. Sedangkan standar deviasi mengalami penurunan, artinya data yang didapat dari hasil penelitian tersebar secara merata atau sebaran data semakin kecil.

31

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Dari uraian pembahasan di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa simpulan yaitu sebagai berikut : 1. Pada setiap siklus, Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru menurut siswa dalam kategori nilai rendah mengalami penurunan dan kategori nilai sedang dan tinggi selalu mengalami kenaikan secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah mulai terbiasa dengan kondisi kelas bekerja secara kelompok dan menyampaikan materi. Sehingga guru dapat mengambil manfaat bahwa mengajar fisika dengan menggunakan model pembelajaran siklus masalah lebih efektif dari pada metode guru aktif ceramah didepan kelas dengan metode ceramah, walaupun diawal penggunaan model pembelajaran siklus kondisi kelas ribut dan tidak tenang, walaupun sudah diberikan dengan latihan terstruktur dari guru tetapi setelah diberikan latihan terbimbing oleh guru, cara ini ternyata lebih membuat siswa senang belajar Fisika sehingga motivasi belajar siswa meningkat. 2. Rata-rata hasil belajar Siswa pada siklus 1 mencapai 6,53 dengan standar deviasi 1,14, sedangkan pada siklus 2 mencapai 8,18 dengan standar deviasi 0,70. Jika diamati pada setiap siklus rata-rata hasil belajar siswa terus meningkat artinya rata-rata nilai siswa mengalami peningkatan secara signifikan setiap siklusnya.

32

3. Motivasi belajar siswa siklus 1, dalam penilaian Rendah mencapai 47,0%, Sedang mencapai 29,5% dan Tinggi mencapai 23,5%. Disiklus ke 2, Motivasi belajar siswa dalam penilaian Rendah mencapai 18,5%, Sedang mencapai 29,0% dan Tinggi mencapai 52,5%. Dari analisa tersebut, motivasi belajar siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Artinya penggunaan model pembelajaran siklus (Learning Cycle Model) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa tentang konsep Gaya Pegas. 4. Dengan meningkatnya tahapan pembelajaran yang dilakukan guru dan meningkatnya motivasi belajar siswa, ternyata berdampak pula terhadap hasil belajar siswa dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata hasil belajar Fisika dan ketuntatasan belajar disetiap siklus. Meningkatnya hasil belajar ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang konsep Fisika yang abstrak lebih mudah dipahami siswa, dan konsep Fisika yang abstrak menjadi lebih nyata dengan menggunakan model pembelajaran siklus.
B. Saran

1. Bagi teman-teman guru, mulailah melakukan inovasi dalam pembelajaran yang kemudian dituangkan kedalam sebuah karya tulis yang berguna untuk meningkatkan profesionalisme guru dengan melakukan penelitian tindakan kelas. 2. Bagi penyelenggara simposium nasional, perlunya dibuat laporan hasil penelitian yang baik untuk dibaca khalayak ramai dalam sebuah buku kemudian diperbanyak dan disumbangkan ke sekolah-sekolah baik dari tingkat propinsi sampai ke daerah-daerah agar dapat dibaca teman-teman

33

pendidik yang berada di daerah untuk memotivasi yang lain, agar mau melakukan penelitian dan melakukan inovasi 3. Untuk pemerhati pendidikan ditingkat pusat, perlu adanya dana yang dialokasikan sebagai proyek yang memfasilitasi pembiayaan penelitian tindakan kelas secara sederhana tentang inovasi pembelajaran di sekolahsekolah. Walaupun itu sudah dilakukan oleh pemerintah tetapi bagi guru yang berada didaerah yang jauh dari informasi belum pernah menerima bantuan dana untuk melakukan penelitian disekolah-sekolah walaupun penelitian itu sudah dilakukan oleh guru. Sehingga bantuan dana bagi guru yang melakukan penelitian, kurang merata dan menyeluruh dilakukan oleh pemerintah.

34

DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2002. http://www.scribd.com/doc/9037208/ Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, M.S. 2002. Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Beberapa faktor Psikologis. Disertasi. IKIP Jakarta. Anom. 2000. Profesionalisme Guru Fisika dalam Menghadapi Tantangan Era Global. Makalah. Disampaikan pada seminar dalam rangka HUT ke36 Jurusan Fisika STKIP Singaraja pada 1 hari Minggu 5 Nopember 2000. Arief Furchan. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Pustaka Belajar: Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Azwar, Saifuddin. 2001. Tes Prestasi. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.

Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti. Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Ekohariadi. 2002. Modalitas Majemuk Pada Pembelajaran Kontekstual, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas PPS Universitas Negeri Surabaya. Gerrad, A. dan Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / dan Penerapannya dalan KBK, Malang : UMN. Halliday & Resnick. 1996. Fisika. Jilid 2. (Diterjemahkan Pantur Silaban & Erwin Sucipto). Edisi ketiga, Jakarta: Erlangga.

35

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi pustaka. Sudjana.1992. Metode Statistik. Bandung : Tarsito. Syaiful Sagala, 2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Nawari.2010. Analisis Regresi dengan MS.Excel 2007 dan SPSS versi 17.Jakarta:PT.Elex Media Komputindo. Wena, Made.2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasonal. Malang:Bumi Aksara. Wina Sanjaya, 2005. Strategi Pembelajaran Berorientasi SNP. Bandung:Kencana Prenada Group.

36

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA KONSEP GAYA PEGAS KELAS XI IPA 4 SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 MELAYA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

OLEH DRS. I NYOMAN SURIADA,M.Pd. Pembina Tingkat I/IV.b NIP. 19640620 199702 1 002

GURU FISIKA SMA NEGERI 1 MELAYA

2011

37

ABSTRAK

Drs. I Nyoman Suriada,M.Pd. Penggunaan Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Gaya Pegas Kelas XI IPA.4 Semester 1 SMA Negeri 1 Melaya Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penggunaan Pembelajaran Siklus (Learning Cycle Model) Untuk meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Fisika Kelas XI IPA.4 Semester 1 SMA Negeri 1 Melaya Tahun Pelajaran 2011/2012. Adapun yang dipakai sebagai subjek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas XI IPA.4 SMA Negeri 1 Melaya tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, yang rata-rata mempunyai kemampuan akademik awal, aktivitas dan motivasi belajar sangat rendah. Hal ini tercermin pada saat diadakan pretes sebelum guru melakukan tindakan hampir seluruh siswa belum mencapai ketuntasan minimal yaitu 6,5. Pengambilan data hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes, yang nantinya dianalisis sebagai data kuantitatif. Sedangkan data aktivitas siswa dilakukan dengan teknik observasi, yang nantinya dianalisis sebagai data kualitatif. Data hasil belajar siswa yang mencerminkan kualitas pembelajaran tentang Konsep Gaya Pegas dikaji pada setiap siklus, yaitu: (1). Pada akhir siklus 1 diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa sebesar 6,53, dengan standar deviasi 1,14. Dari hasil yang terdapat 20 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan atau 50,0%. (2). Pada akhir siklus 2 diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa sebesar 8,18, dan standar deviasi 0,70. Dari hasil yang diperoleh ternyata secara keseluruhan siswa sudah mencapai ketuntasan minimal atau di atas atau 100%. Sedangkan skor rata-rata motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran tentang Konsep Gaya Pegas dikaji setiap siklus, yaitu: (1). Pada siklus 1 diperoleh skor rata-rata motivasi belajar siswa dengan kategori Rendah mencapai 47,0%, Sedang mencapai 29,5%, dan Tinggi mencapai 23,5%., (2). Pada siklus 2 diperoleh skor rata-rata motivasi belajar siswa dengan kategori Rendah mencapai 18,5%, Sedang mencapai 29,0 %, dan Tinggi mencapai 52,5%. Jadi berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran Learning Cycle dalam pembelajaran konsep Gaya Pegas terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Penggunaan Pembelajaran Learning Cycle, Konsep Gaya Pegas Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar Fisika.

ix

38

Lampiran 1.Foto Kegiatan Siswa Selama Proses Penggunaan Pembelajaran Learning Cycle Pada Konsep Gaya Pegas. 1. Kegiatan Siswa Saat Memberi Beban

2. Siswa Sangat Mengukur Panjang Regangan Karet

39

3. Kegiatan Siswa Menambah Beban dan Mengukur.

4. Kegiatan Siswa Saat Menambah Beban dan Mengukur perubahannya.

40

5. Kegiatan Siswa Sedang Mengukur Dan Membaca Skala dengan Teliti

6. Situasi Siswa Saat Mengerjakan Tes Hasil Belajar

41

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan PTK dengan judul Penggunaan Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Gaya Pegas Kelas XI IPA.4 Semester SMA Negeri 1 Melaya Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan penulisan PTK ini adalah Guna memenuhi persyaratan Kenaikan Pangkat/Jabatan Guru melalui Angka Kredit. Selama penulisan PTK ini penulis banyak mendapat bantuan serta sumbangan pemikiran, untuk itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Drs. I Nyoman Sukarya, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Melaya, yang telah memberikan motivasi untuk melakukan penelitian. 2. Dwi Warsito Negara, S.Pd. selaku Pengelola Perpustakaan yang telah banyak memberikan bantuan meminjam buku-buku yang relevan dengan PTK ini. 3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini yang tidak dapat penulis sebut satu persatu disini. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, semoga amal baiknya mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat pada perkembangan pendidikan pada umumnya, khususnya pada bidang studi Fisika.

Jembrana,

September 2011 Penulis,

iv

42

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA OLAHRAGA PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SMA NEGERI 1 MELAYA Alamat: Jl.Raya Negara Gilimanuk Telp(0365)4700366.Kode Pos:82252 SURAT KETERANGAN NOMOR:/800/SMAN.1 Mly/2011 Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama NIP. Pangkat/Gol. Tempat Tugas : Drs. I Nyoman Suriada, M.Pd. : 19640620 199702 1 002 : Pembina Tk.I/IV.b : SMA Negeri 1 Melaya

Dengan ini menerangkan bahwa: Memang benar nama tersebut di atas, melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada sekolah yang saya pimpin yakni di SMA Negeri 1 Melaya. Dengan Judul: Penggunaan Pembelajaran

Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Gaya Pegas Kelas XI IPA.4 Semester SMA Negeri 1 Melaya Tahun Pelajaran 2011/2012.
Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Melaya, September 2011 Kepala SMA Negeri 1 Melaya,

Drs. I Nyoman Sukarya,M.Pd. Pembina NIP. 19610427 198803 1 005

43

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA OLAHRAGA PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SMA NEGERI 1 MELAYA Alamat:Jln.Raya Negara-Gilimanuk,Telp(0365)4700366.Kode Pos:82252

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini Pengelola Perpustakaan SMA Negeri 1 Melaya menyatakan bahwa: Nama NIP Pangkat/Gol. Tempat Tugas : : : : Drs. I Nyoman Suriada,M.Pd. 19640620 199702 1 002 Pembina Tingkat I/IV.b SMA Negeri 1 Melaya

Memang benar yang tersebut di atas telah mempublikasikan Hasil Laporan Penelitian dengan judul: Penggunaan Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Gaya Pegas Kelas XI IPA.4 Semester SMA Negeri 1 Melaya Tahun Pelajaran 2011/2012di sekolah
kami dan menaruh 1 (satu) buah karyanya di perpustakaan SMA Negeri 1 Melaya. Demikian pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan dimana mestinya.

Mengetahui: Kepala SMA Negeri 1 Melaya,

Melaya, September 2011 Pengelola Perpustakaan SMA Negeri 1 Melaya,

Drs. I Nyoman Sukarya,M.Pd. Pembina NIP. 19610427 198803 1 005

Dwi Warsito Negara,S.Pd. Pembina NIP. 19590923 198403 1 005

iii

44

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN . HALAMAN PERNYATAAN . KATA PENGANTAR .. DAFTAR ISI . DAFTAR TABEL . DAFTAR GAMBAR ABSTRAK i ii iii iv v vii viii ix

BAB I PENDAHULUAN .. A. Latar Belakang Masalah .. B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahannya ... C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian ..

1 1 5 7 7

BAB II DESKRIPSI TEORI A. Pentingnya Model Pembelajaran B. Model Pembelajaran Siklus (Learning Cycle Model).. C. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Siklus

9 10 12

(Learning Cycle Model) di Kelas D. Motivasi Belajar ..

13 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian B. Subjek Penelitian . C. Waktu Penelitian . D. Teknik Pengumpulan Data ..
v

19 19 19 20 20

45

E. Teknik Analisis Data

20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ..

21 21 27

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan . B. Saran

32 32 33

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN LAMPIRAN

35

vi

46

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Pengelompokan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan .. Tabel 4.2 Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 Tabel 4.3 Pengelompokan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1 .. Tabel 4.4 Motivasi Belajar Siswa Siklus 2 Tabel 4.5 Pengelompokan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 2 ..

22 23 24 26 27

vii

47

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Model Pembelajaran Siklus ... Gambar 2.2 Motivasi Belajar dalam Kerangka Pedagogis Guru dan Emansipasi Kemandirian Siswa Sepanjang Hayat . Gambar 4.1 Grafik Motivasi Belajar Siswa pada Siklus 1 ... Gambar 4.2 Grafik Motivasi Belajar Siswa pada Siklus 2 ... Gambar 4.3 Grafik Hasil Belajar Siswa 17 28 29 30 12

viii

48

49

50

51

52

You might also like