You are on page 1of 5

Cerpen Khusnul Qhatimah Kisah Perjuanganku Bersekolah di Makassar Hari ini,Kamis tanggal 25 Juni 2009 pukul 10:00 pagi

Wita aku tiba di kota Makassar bersama dengan ibuku. Aku berniat melanjutkan SMP di kota ini. Tak pernah terlintas dibenakku sebelumnya bahwa aku akan bersekolah di Makassar karena aku hanya anak kampung yang tidak tahu apa-apa. Namun ibuku selalu memberiku motivasi, Ia menceritakan pengalamannya ketika masih bersekolah di Makassar, sungguh pengalaman yang sangat menarik untuk didengarkan. Suatu ketika, ibuku pernah berkata nak kalau sudah tamat SD nanti, sebaiknya kamu tinggal bersama kakekmu di Makassar dan bersekolah di sana. Saat itu aku sempat menolak, aku berkata pada ibu tapi bu aku ingin tetap di sini bersama ibu, bapak, kak Jaris, nenek dan juga kakekku. Lalu ibu berkata terserah kamu saja nak, tapi sejujurnya ibu ingin kamu menjadi anak yang pandai dan punya masa depan yang baik, tidak seperti anak-anak di kampung ini banyak diantara mereka yang putus sekolah dan menikah pada usia dini. Ibu lanjut bertanya nak.. sebenarnya apa cita-cita kamu? Dengan tersipu malu aku menjawab ssssebenarnya aku aku.aku ingin menjadi seperti tanteku, seorang perawat. Ibu lalu menyela pembicaraanku ohhh.jadi itu toh cita-cita mu maka dari itu nak, kamu harus bersekolah di Makassar, di sanakan kualitas pendidikan jauh lebih baik ketimbang di kampung kita .lanjut ibu. Mendengar perkataan ibu akau jadi senang dan ingin segera ke Makassar ohh.kalau gitu aku mau ke Makassar bu, kapan kirta berangkat ke sana bu? jawabku memotong pembicaraan ibu, nanti.. setelah kamu menerima ijazah SD mu jawab ibu. Setiba di Makassar, ibu langsung membawaku ke SMP Negeri tempat ibu dulu menimbah ilmu, Ketika menginjak halaman sekolah itu, jantungku berdebar dengan kencangnya. Dengan rasa gugup, ku ikuti langkah ibu yang berjalan menuju tempat pendaftaran. Dengan penuh semangat dan sedikit terengah-engah, ibu bertanya kepada salah seorang panitia di loket pendaftaran, Pak, saya ingin mendaftarkan anak saya, apakah masih ada formulirnya? Tanya ibu. Alangkah terkejutnya kami ketika mendengar jawaban dari bapak itu, maaf bu.. untuk pengambilan formulir sudah tertutup sejak kemarin, hari ini adalah hari terakhir pengembalian formulir. Mengapa ibu datang terlambat? Lalu ibu menjawab, kami baru tiba jam 10 pagi tadi pak, Kami datang dari Jene Ponto. Oooh.. begitu yah, sayang sekali bu.. pendaftaran sudah tutup, sebenarnya saya kasihan pada kalian tapi apa mau dikata, ini sudah menjadi ketentuan. Begini saja bu, di belakang sekolah ini

ada sebuah sekolah negeri, coba daftarkan anak ibu di sana, mudah-mudahan belum tutup pendafatarannya Jelas bapak tadi. Dengan wajah kecewa dan letih ibu menjawab Ia pak, terima kasih! Kami pamit dulu. Setibanya kami di sekolah yang di tunjukan oleh bapak tadi, tepat di depan pagar jantungku kembali berdebar dengan kencang. Saat ibu menuju loket pengambilan formulir dan ibupun berkata pak apakah masih ada formulirnya? Dengan jawaban yang sama, si bapak menjawab maaf bu.. untuk pengambilan formulir sudah tertutup sejak kemarin, hari ini adalah hari terakhir pengembalian formulir. Lagi-lagi kami kecewa dan meninggalkan areal sekolah tersebut dengan perasaan bingung tidak tahu harus mendaftar ke sekolah mana? Namun demikian, Ibu tetap memberiku semangat sembari berkata jangan berkecil hati nak, semua persoalan pasti ada jalan keluarnya, kita harus tetap tabah karena ini adalah cobaan dari Allah SWT. Hal ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi kita bahwa cita-cita itu butuh perjuangan. Ibu lanjut menasehatiku sudah jangan sedih yah! iya bu, sahutku. bu sekarang kita mau ke mana? Ibu menjawab kita ke rumah kakekmu saja dulu yah..? baik ibu sahutku. Sesampainya di rumah kakek, semua tante dan om ku, serta kakekku lagi ngumpul di ruang keluarga, tok.. tok.. tok..Assalamu alaikum? Kami mengucapkan salam sebelum masuk ke rumah. Serentak mereka menjawab waalaikum salam dengan wajah riang mereka menyambut kami dan mempersilahkan kami duduk. Tante Dewi berkata sebentar yah aku ambilkan minum. Tiba-tiba kakek bertanya kalian dari mana? Kok wajah kalian kusut? Emangnya berangkat jam berapa tadi dari kampung? Dengan sedih ibu menceritakan kejadian yang kami alami tadi. Om , tante dan Kakek mendengarkan cerita kami dan sesekali berupaya menenangkan kami. Mendengar cerita kami, semua om, tante dan kakekku merasa kasihan pada kami. Akhirnya, kakek memanggil namaku seraya berkata Hana.., kamu tidak usah khawatir, Kakek punya teman yang bekerja di salah satu SMP Negeri yang letaknya tidak jauh dari sini, kakek dengar sekolah itu jumlah siswanya kurang alias tidak mencapai kuota, siapa tahu kamu bisa diterima bersekolah di sana. Singkat cerita, kakek pun membawaku ke sekolah itu dan bertemu dengan temannya. Alhamdulillah, aku mengucap syukur ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan pertolonganNya lah sehingga aku dapat diterima di sekolah itu. Aku sangat senang akhirnya aku dapat bersekolah di salah satu SMP Negeri di Makassar. Pagi-pagi benar, jam dinding menunjukkan jam setengah tujuh, aku sudah rapih dengan seragam baru yang dibelikan oleh Om ku. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah, bagiku hari ini adalah hari yang indah sekaligus mendebarkan karena di sekolah yang baru nanti aku akan bertemu dengan teman-teman baru dan juga guru-guru yang belum

ku kenal. Sesampaiku di halaman sekolah terlintas dalam benakku sebuah tanya inikah sekolah baruku.?. Apakah di sini aku akan menimbah ilmu selama 3 tahun.? . aku berjalan lurus melewati 2 kelas akhirnya sampai di kelasku. wah kelasnya luas, bersih dan rapih seruku dalam hati. Tidak terasa satu bulan telah berlalu, aku tinggal di rumah kakekku dan bersekolah di sekolah ini. Tetapi kenapa yah? Aku tidak merasa bahagia bersekolah di sini, aku merasa sekolah ini tidak berbeda jauh dengan sekolah ku di kampung. Kondisi sekolah yang kotor, siswa-siswi yang bandel dan kasar, membuat akau tidak merasa nyaman dan betah berada di sekolah. Jika aku pulang ke rumah, orang-orang di rumah selalu menanyakan tentang sekolahku., tapi selalu kujawab aku senang bersekolah di sini. Aku sadar bohong itu tidak baik, tapi aku tidak mau membuat mereka kecewa. Di rumah Kakek, walaupun kadang-kadang dimarahi oleh Om dan Tante karena pekerjaan rumah tetapi aku tetap merasa bahagia, aku merasa banyak orang yang memperhatikan dan peduli kepadaku. Sebaliknya, jika berada di sekolah aku selalu merasa sepi, sendiri dan tidak punya teman. Setelah beberapa bulan aku bersekolah di sini, tak satupun teman atau sahabat yang kumiliki. Mereka semua menjauhiku dan malas berteman denganku, padahal aku selalu bersikap baik pada mereka. Suatu hari aku merasa sangat sedih ketika mendengar dua temanku yang sedang membicarakan diriku, Mereka mengatakan bahwa mereka jijik untuk berteman denganku, mereka bilang aku culun, gendut dan sombong. Tak terasa air mataku terus berlinang hingga aku tak mampu meneruskan pelajaran hari itu. Aku meminta izin kepada guru piket untuk pulang lebih awal dengan alasan sakit. Kadang terlintas di pikiranku untuk kembali ke kampung dan bersekolah di sana, tetapi di sisi lain, aku takut mengecewakan orang tuaku, selain itu, menurutku bersekolah di kampung itu pelajarannya masih sangat tertinggal dan selalu kekurangan informasi, terutama mengenai pendidikan. Ah, aku tidak boleh menyerah, aku harus tetap bersekolah di sini agar dapat meraih cita-citaku seruku dalam hati. Aku bersyukur kepada Allah SWT, karena memiliki keluarga besar yang senantiasa sayang kepadaku, Ibuku memilki 11 saudara, dan sebagian besar dari mereka masih tinggal bersamaku di rumah kakek. Dari semua adik ibu, aku paling akrab dengan Nuni, adik ibuku yang paling bungsu, Ia hampir seumur denganku. Ia tidak begitu suka jika kupanggil dengan sebutan tante. Kami berteman seperti umumnya anak sebaya, bermain, belajar dan mengerjakan pekerjaan bersama-sama. Jika aku punya masalah aku selalu curhat kepada Nuni, Ia pun selalu siap mendengarkan cerita ataupun keluh kesah tentang teman-temanku di

sekolah. Nuni selalu Menasehatiku untuk bersabar, setiap hari kami belajar bersama dan jika menemukan kesulitan, kami coba tanyakan pada aom ataupun tante. Ternyata benar kata Nuni, kalau kita sabar pasti berbuah manis. Mendekati Mid Semester, sekitar 3 bulan bersekolah di sana, aku mulai menemukan seorang sahabat. Namanya Ria, Ia teman yang baik hati. Awal dari perkenalan kami adalah ketika aku lupa mengerjakan PR Mate-matika. Aku yang lagi kebingungan karena belum mengerjakan PR Mate-matika, iih sussah banget PR ini, gimana cara menjawabnya yah? Tiba-tiba Ria datang dan menghampiriku. Ria Ria Ria Ria Ria : Hana aku boleh duduk di banggku kamu ngga? : Oh iya.. kenalkan nama saya Ria : kamu sudah mengerjakan PR Matematika? : ini.. liat punya aku. Gak papa kok. : iya sama-sama kita kan teman. Setelah beberapa bulan berteman dengan Ria, hari-hariku di sekolah jadi indah. Hingga aku naik ke kelas VIII kita masih sering belajar bersama walaupun kita berbeda kelas, aku kelas VIII-5 sedangkan Ria kelas VIII-1. Sejak saat itu, aku merasa semakin percaya diri dan memiliki banyak teman. Selain itu, mengenali diriku. Tidak terasa sekarang aku sudah duduk di kelas IX SMP, berdasarkan rollink kelas aku berada di ke kelas IX-1. Aku senang dan bangga karena ternyata kelas ini adalah kelas unggulan. Di kelasku saat ini, aku merasa sangat senang karena memiliki banyak teman, dan seorang ibu wali kelas yang sangat menyayangi kami. Hari-hariku di kelas IX-1 berjalan dengan sangat indah dan menyenangkan. Waktupun terus berlalu dan tibalah saatnya kami siswa kelas IX untuk menghadapi ujian nasional (UN) dan ujian sekolah (US). Dengan persiapan yang matang, setelah mendapat pelajaran tambahan dari guru-guru kamipun mengikuti ujian tersebut dengan sungguh-sungguh. Akhirnya, Pengumuman kelulusan pun tiba, dan Alhamdulillah kami semuanya lulus. guru-guru di sekolah juga banyak yang mulai Hana : eh, iya silahkan. Hana : aku Hana Hana : ah belum.. susah banget. Hana : wah.makasih yah, kamu baik sekali Ria. Hana : i..iya (jawabku senang).

Kini, aku merasa semakin mantap untuk meraih cita-citaku. Benar kata ibu dulu, citacita itu membutuhkan perjuangan. Dan Pertolongan Allah akan selalu ada jika kita tetap bersabar, berusaha dan berdoa.

You might also like