You are on page 1of 21

1 BABII TINJAUNPUSTAKA Seperti disebutkan di awal Bab Pendahuluan, manusia adalah tokoh kunci dalam kehidupan.

an. Ia bertanggungjawabakanbaikburuknyakehidupandiduniaini,danhalitumerupakanperwujudan pengabdiannya kepada Tuhan. Maka dalam tinjauan pustaka ini berturutturut disajikan, konsepsi ManusiadanKehidupan,Pendidikan,danPesantren(sebagaiobjekstudi). 1. ManusiadanKehidupan Pertanyaan(Si)Apakah manusiaitu,telah menjaditemasentraldanzamankezaman, dantidak pernahdapatdijawabsecarafinal.Kalaumemangpertanyaaninitidakpernahdapatdijawabsecara tuntas, mengapa manusia tidak berhenti bertanya dan kemudian menyerahkan did kepada nasib saja? Inilah suatu pertanda bahwa manusia itu penuh rahasia dan sesungguhnya mampu menciptakanduniakehidupannyasendiri.Adasuatupengibaratanterkenalyangmengatakanbahwa keledaitidakmautersandungduakalipadabatuyangsama,tetapimanusiaseringmantersandung berulangkalipadabatuyangsamatersebut. 1 Apakahdengandemikianhalmiberartimanusialebih bodoh daripada keledai? Tidak, justru sebaliknya, hal tersebut menunjukkan bahwa manusia lebih pandaidaripadakeledai. Hewan hidup sebatas pada insting atau naluri menyesuaikan din dengan lingkungan fisik yang mengitarinya, ia tidak mampu mengubah atau mengolah lingkungannya, tetapi Ia mampu dengan sempurna menyesuaikan diri dengan lingkungan alamnya. Karena inilah maka Jacques Maritain mengatakan bahwa binatang adalah makhluk spesialis yang paling sempurna. 2 Daun kehidupan binatang mantap, masa hidupnya kronologis dan hanya berorientasi kekinian. Ia tidak mampu mengingatmasalalunyadanmembayangkanmasadepannya,karenaituiadisebutbukanmakhluk sejarah. Bagi hewan sejarah tidak berperan sama sekali, meskipun ia mampu meninggalkan pengalaman negatif dan mengulang pengalaman positif, akan tetapi kemampuannya itu tidak berperanuntukmenjadikannyamemilikiwawasankesejarahan,karenahewantidakmampubelajar danpengalaman. Sebaliknya, manusia hidup tidak sebatas insting atau nalurinya saja. Dengan akal, perasaan, kemauan, dan kemampuankemampuannya yang lain ia mampu mengubah dan mengolah lingkungan yang mengitarinya dan menciptakan kehidupan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapaicitacitanya.Jikaamauberulangkalitersandungpadabatuyangsama,halitudisebabkan iainginmengetahuidanmenelitimengapaiasampaitersandung,dankemudianmemperbaikidan mengembangkan kehidupannya. Dalam konteks inilah dikatakan bahwa orientasi manusia menjangkautigadimensiwaktu:lampau,kini,danmendatang,sehinggaiamemilikipredikatsebagai makhluk sejarah. Salah satu sifat kodrati manusia adalah selalu ingin menciptakan dunia kehidupannya sendiri dan mengatasi dunia realitasnya. Sebagaimana dikatakan oleh A. Vloemans, salah satu sifat kodrati manusia adalah selalu berusaha melampaui din sendiri secara terus menerus. 3 Dengan kata lain, manusia di samping sebagai makhluk sejarah, ia juga dikuasai oleh sejarah. Oleh karena itu, ia tidak hanya berada dalam dunianya tetapi ia hidup bersama dan berdialogdengankehidupan. 4 MenurutImamalGhazali,salahsatusifatkodratimanusiaialah:tidak

Fuad Hassan, Respondeo ErgosumPersepsi Filsafat tentang Manusia, dalam Islam dan Pendidikan Nasional,LembagaPenelitianIAINJakarta,1983,hlm.3034. 2 Jacques Maritain, Education at the Crossroads, New Haven and London Yale University Press, 25 the printing,1975hlm.19. 3 FuadHassan,Loc.Cit. 4 PauloFreire,CulturalActionForFreedom,PenguinEducation,USA,1971,hlm.7677.
1

2 pernah berhenti bertanya dalam mencari kebenaran. 5 Manusia selalu ingin mengetahui rahasia alam. Makin jauh rahasia alam yang dapat diselidiki, makin banyak daerah misteri yang tidak diketahui, dan makin tinggi kekagumannya kepada Penciptanya, sebagaimana dikatakan oleh JoachimWachdalambukunyaSociologyofReligion:Mysterium,tremendumetfascinosum. 6 Sadar akan kodratnya yang tidak mau berhenti mencari kebenaran, sedang selalu ada tabir rahasia yang tidak terungkap, maka manusia dalam mengembangkan kehidupannya selalu berada dalam dan modalitas: kebebasan untuk mandiri dan ketergantungan dengan alam dan masyarakatnya; maka terjadilahpertentanganyangterusmenerusantaraindividudanmasyarakat. Tetapibagaimanapunindividupathakhirnyabarnsdapatmenemukanidentitaskepribadiannya sendiri, yang berbeda dengan orang lain. Ia harus menyadari dan mengetahui akan tugas dan tanggung jawabnya dalam kehidupan, dan maksud Tuhan menciptakan makhluk atau semua yang adaini. Dalam konsep Islam, manusia terdiri atas 3 unsur: tubuh, hayat, dan jiwa. 7 Tubuh bersifat materi,tidakkekaldandapathancur.Hayatartinyahidup,danjikatubuhmad,kehidupanberakhir. Tetapitidakdemikianhalnyadenganjiwa.Jiwaadalahkekal.Padabinatangdantumbuhtumbuhan menurut para filsuf Islam juga ada jiwa, tetapi eksistensi jiwa di sini terikat dengan tubuh yang bersifatmateri.Olehkarenaitu,jikamakhlukyangbersangkutanmati,jiwapunikutsertahancur. 8 Sebaliknya eksistensi jiwa pada manusia tidak terikat path materi, karena itu ia tidak ikut mati bersamasama dengan tubuh. Dalam Islam, istilah mad, berbeda dengan konsep mati dan paham materialismeataupahamkebendaanlain.Dalampahamtersebutmati berartihilangnyaeksistensi manusia secara total, sedang dalam Islam mati berarti tubuh manusia akan hancur, tetapi jiwanya akantetapmempunyaiwujudyangabadi. DalamIslam,orangdapatdikatakanmati,meskipuntubuhnyamasihhidup,masihbergerakdan berhubungan dengan orang lain sebagaimana layaknya orang yang masih hidup, manakala dalam hidupnya itu ia tidak mau beribadah atau sujud kepada Tuhan, menolak semua perintahNya, dan melanggarsemualaranganNya.Sebaliknya,orangtetapdikatakanhidupsekalipuntubuhnyamati, manakala sewaktu hidupnya ia selalu taat menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi semua laranganNya, misalnya para Syuhada, yaitu mereka yang berjuang di jalan Allah sewaktu hidup di dunia,dansebagainya. 9 Inilahsebabnya,makapendidikanIslamberorientasikepadaduniawidanukhrawi,tetapidalam praktiknya banyak lembagalembaga pendidikan Islam yang cenderung lebih mementingkan pendidikan yang berorientasi keakhiratan daripada keduniawian, karena kehidupan ukhrawi dipandang sebagai kehidupan yang sesungguhnya dan terakhir, sedang kehidupan duniawi dipandangsebagaisementaradanbukanterakhir. Berbeda dengan konsep tabularansa dari John Locke (16321704) yang memandang jiwa manusia dilahirkan sebagaimana kertas putih bersih yang kemudian sepenuhnya tergantung pada tulisanyangmengisinyakemanajiwaituakandibentukdandikembangkan,ataudengankatalain, kepribadian macam apa yang ingin dikembangkan oleh pendidik dan masyarkat. Dalam filsafat agama Islam, manusia adalah zat theomorfis dalam persaingannya, artinya merupakan kombinasi dariduahalyangsalingberlawanan.Iaberorientasiuntukmenjadipribadiyangbergerakdiantara

Lihat buku mengenai Imm alGhazali, antara lain: Minhajul Abidin (Darul Ulum Press Jakarta,1986), BimbinganMuminindalammencariridharabbilalamin.PustakaNasional,Singapura,1976,danOAnak(Tinta Mas,Jakarta,1983). 6 JoachimWach,SociologyofReligion,TheUniversityofChicagoPress,USA,1971,hlm.14. 7 Harun Nasution, Manusia Menurut Konsep Islam, dalam Islam dan Pendidikan Nasional, Lembaga PenelitianIAINJakarta,1983,hlm.5979. 8 JiwayangdimaksudolehfilsufIslamdisiniadalahhayat. 9 Moh.QuraishShihab,KonsepalQurantentangHidupManusia,disampaikandalamsaresehanilmiah yangdiadakanolehYayasanPondokPesantrenAlKamal,Jakarta,1987.
5

3 dua titik ekstrem Allah Syaithan. 10 Tuhan menciptakan potensi atau dayadaya dalam diri manusia,perkembanganselanjutnyaterserahpadamanusiasendiri.Manusiamempunyaikehendak bebas, ia berpelunag untuk menjadi orang jahat bagaikan setan, dan ia juga berpeluang untuk menjadi orang saleh yang taat dekat kepada Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam al Quran, surahalAnam:164,yangterjemahnya: ....Dan tidaklah seseorang membuat dosa melainkan kemudaratannya kembali kepada dirinya sendiri,danseseorangyangberbuatdosatidakakanmemikuldosaoranglain,kemudiankepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitahukanNya kepadamu apa yang kamu perselisihkan. Sebagaizattheomorfis,manusiamampumenyadaribahwaalamsemestaadalahsuatukesatuan yang utuh, semua fenomena alam semesta bersifat kausal, utuh dan kontinum, di mana setiap sesuatu mempunyai posisi dan peran masingmasing secara otonom, tetapi ia menjadi bermakna hanyakarenakaitannyadengankeseluruhan,inilahsebabnyamakaagardapatdiperolehkebenaran yang utuh kita tidak boleh melihat sesuatu secara sepotongsepotong, terlepas dari ikatannya dengankeseluruhan.BagiorangyangbenarbenarpasrahkepadTuhan,iamampumenerimasetiap peristiwabetapatragisdanmenyakitkansebagiasuatuhalyangtidakfinal,karenhalitumerupakan bagian dari keseluruhan, yang pada akhirnya kembali kepada Penciptanya, dan oleh karena itu diyakini akan berakhir pada tujuan yang baik, yang pada saat itu belum diketahui tetapi telah diyakinikebenarannya. 11 ItulahsebabnyamengapasalahsatuprinsipdarisistempendidikanIslamadalahmenggunakan metodependekatanyangmenyeluruhterhadapmanusiameliputidimensijasmanidanrohani,dan sesuai dengan fitrahnya meliputi semua aspek kemanusiaan dan kehidupan, baik yang dapat dijangkau oleh akal maupun yang hanya dapat diimani melalui kalbu. Semuanya dikembangkan secara menyeluruh dan seimbang; bukan hanya akalnya, tetapi juga kalbunya; bukan hanya lahiriahnya,tetapijugabatiniahnya. 12 2.SistemPendidikan 2.1.AliranaliranPendidikan Dalam literatur ilmu pendidikan umum terdapat tiga aliran pendidikan: Empirisme, Nativisme, dan Konvergensi.DalamkesempataniniditambahkanuraianmengenaiPendidikanIslam,sebagaialiran keempat. a.Empirisme AliraninidipeloporiolehJohnLocke(16321704),danterkenaldenganteoritabularasa.Aliranini berpendapat bahwa anak dilahirkan dalam keadaan putih bersih, bagaikan kertas kosong, dan selanjutnya terserah kepada orangtua, sekolah, dan masyarakat, ke arah mana kepribadian anak tersebutdibentukdandikembangkan.(Lihathalaman13) Berdasarkan aliran ini maka tugas pendidikan adalah menciptakan manusia baru atau membentuk generasibaruyanglebihbaikdaripadagenerasilalu.Modelpendidikansepertiinibanyakdigunakan olehbeberapanegaradiEropaTimur,serperti:Rusia,Jerman,danItaliapadasekitarperiode1930 an,untukmenyiapkangenerasitangguhgunamemenangkanpeperangan. 13
Ali Syariati, Tentang Sosiologi Islam, terjemahan Drs. Syaefullah Maryudin MA, Ananda, Yogyakarta, 1982,hlm.125. 11 Ismail R. Faruki, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Terjemahan Anas Mahyuddin, Pustaka Bandung, 1984, hlm.5664. 12 MuhamadQutub,SistemPendidikanIslam,TerjemahanDrs.SalmanHarun,AlMaarifBandung,1984, hlm.2728. 13 UrilBronfenbrenner,TwoWorldsofChildhood,PenguinEducation,Australia,1974,hlm.5120.
10

4 b.Nativisme AliraninidipeloporiolehArthurSchopenhauer(17681860),danterkenaldenganteoribakat.Aliran ini berpendapat bahwa anak dilahirkan lengkap dengan pembawaan bakatnya, yang cepat atau lambatakanmenjadikenyataandikemudianhari.Pendidikanhanyaakanberperanmembantuanak didik untuk menjadi apa yang akan terjadi sesuai dengan potensi pembawaan yang dikandungnya. Jadi tugas pendidikan bukan untuk menghasilkan apa yang harus dihasilkan, tetapi untuk menghasilkan apa yang akan dihasilkan. 14 Aliran ini percaya bahwa anak pada dasarnya baik dan mampubelajarmengembangkanbakatnya.Anakakanbelajardenganbaikdanrajinapabilamereka dalamkeadaangembiradantertarikmempelajarisesuatuyangmemangsesuaidenganbakatatau kecenderungannya. Sebaliknya, ia tidak akan mau belajar apabila dipaksa, diancam, dan harus mempelajaribidangstudiyangtidaksesuaidenganbakatataukecenderungannya.Olehkarenaitu, anakdidikhendaknyadimasukkankesekolahyangsesuaidengankeinginannya. 15 Aliraninibanyak digunakandiAmerikaSerikatdannegaranegaraEropaBarat. c.Konvergensi Aliran ini dipelopori oleh William Stern (18711939), dan terkenal dengan teori realisme, karena dianggapsesuaidengnkenyataan.TeoriKonvergensimerupakanperpaduanantaraaliranEmpirisme dan Nativisme, di mana kepribadian orang dibentuk dan dikembangkan oleh faktor endogen dan eksogenatauolehfaktordasardanajar. Dengan demikian, berbeda dengan kedua aliran sebelumnya, di mana pada aliran Empirisme kegiatan pendidikan berpusat pada pendidik, dan pada aliran Nativisme berpusat pada anak didik, makadalamaliranKonvergensikegiatanpendidikanmenjaditanggungjawabbersamapendidikdan anakdidik.Bahkankemudiandikembangkanmenjaditanggungjawabbersamapendidik,anakdidik, orangtua dan masyarakat. Bagi aliran Konvergensi, faktor dasar atau pembawaan saja tidak cukup dantidakberartiapaapatanpaupayadariluar,yaituusahapendidikan.Sebaliknya,faktorajaratau pendidikan saja juga tidak cukup dan akan siasia tanpa faktor dasar. Bagi aliran ini masalahnya bukan terletak pada apakah tugas pendidik itu menciptakan manusia baru ataukah tidak menciptakan manusia baru, melainkan terletak pada bagaimana mewujudkan taenggung jawab bersamadalammembentukhasilpendidikanyangsesuaidengantantanganzaman. d.PendidikanIslam Sepertidisebutkandi muka,menurutajaranIslam, anakdilahirkansesuaidenganfitrahnya.Tetapi pengertian fitrah di sini tidak sama dengan pengertian tabularasa menurut John Locke tersebut di muka. Pengertian fitrah di sini berarti asli, bersih, dan suci, bukan kosong tetapi berisi dayadaya yang wujud dan perkembangannya tergantung pada usaha manusia sendiri. Tuhan telah menciptakan dayadaya dalam diri mansusia jauh sebelum perbuatnnya timbul. Sebagaimana dikatakanolehalJubbaimanusialahyangmenciptakanperbuatanperbuatannya;manusiaberbuat baik dan buruk, patuh dan tidak patuh kepada Tuhan atas kehendak dan kemauan sendiri. Daya daya untuk mewujudkan kehendak itu telah terdapat dalam diri manusia sebelum adannya perbuatan. 16 Melengkapi pendapat pentingnya faktor pembawa dan lingkungan dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian anak, Islam juga mengenal sistem pendidikan prenatal, di mana selama mengandung hendaknya ibu memakan makanan yang halal, bertingkah laku sopan santun, sabar, penuh kasih sayang gembira, dan ramah serta mudah bergaul, agar anaknya kelak berkepribadianataubertingkahlakuterpuji.DalamkeluargaIslam,padaumumnyakeduaorangtua calon bayi membaca surat Yusuf yang terkenal dengan cerita kebagusan Nabi yusuf, baik fisik maupunmentalnya:cerdas,sabar,ramah,jujur,danmemilikibakatkepemimpinanyangtinggi.Hal tersebut merupakan doa dan sugesti. Melalui selfsugestion sifatsifat ini bisa masuk ke dalam jiwa
14 15

A.S.Neill,Summerhill,PenguinBooks,Australia,1973,hlm.1920. JohHolt,FreedomandBeyond,PenguinBooks,Australia,1972,hlm.1112. 16 HarunNasution,Teologiislam,AliranaliranSejarahAnalisaPerbandingan,UIPress,1983,hlm.102.

5 ibu dan bapak, dan hal tersebut merupakan kepercayaan dan sekaligus menunjukkan suatu pengakuan akan pentingnya faktor endogen yang penuh dengan kemungkinankemungkinan yang dapatmenjadipositifdannegatifdanfaktoreksogenyangakanmembentukdanmengembangkan kepribadian anak. Kecuali itu, meskipun tidak dipublikasikan secara luas, hasil penelitian Ny. Satari Imam Barnadib dari IKIP Yogyakarta 1982, sebagaimana dikutip oleh Rachmat Djatmika dalam makalahnya yang sama, menyatakan bahwa ada korelasi nyata antara tingkah laku ibu yang mengandungdanwatakanakyangdilahirkan. MeskipunadakesesuaianantarafilsafatpendidikanIslamdanaliranEmpirisme,Nativisme,dan Konvergensi, tetapi tetap terdapat perbedaan yang esensial antara filsafat pendidikan Islam dan mereka.Perbedaaituberasaldari:PendidikanIslamberangkatdarifilsafatpendidikantheocentric sedangkanmerekaberangkatdarifilsafatanthropocentric. Filsafat theocentric mengandung dua jenis nilai, yaitu nilai kebenaran absolut dan nilai kebenaran relatif. Nilai kebenaran absolut adalah wahyu Tuhan, dan nilai kebenaran relatif adalah hasilpenafsiranmanusiaterhadapwahyuTuhan.Olehkarenaitu,keduajenisnilaitersebutmemiliki hubungan yang hierarchis, di mana nilai kebenaran absolut mempunyai supremasi terhadap kebenaran relatif, dan kebenaran relatif tidak boleh bertentangan dengan nilai absolut, atau tidak bolehbertentangandenganakidahsyariahagama. Selanjutnyafilsafatpendidikantheocentricmemandangbahwasemuayangadadiciptakanoleh Nya, berjalan menurut hukumNya, dan kembali pada kebenaranNya. Filsafat ini memandang bahwa manusia dilahirkan sesuai dengan fitrhnya dan perkembangan selanjutnya tergantung pada lingkungan dan pendidikan yang diperolehnya. Dalam hal memberikan pendidikan agama kepada anak:sejakmasadininyasampaianakmampuberpikir,ditempuhmelaluikebiasaankebiasaanyang menyenangkan, seperti: salat bersamasama di masjid, puasa, menghafal doadoa, membaca ayat sucialQuranyangpendekpendekdansebagainya,sekalipunmerekabelummengertimaksudnya. Kemudiandalamperkembanganselanjutnyabarudiberipenjelasanpenjelasansesuaidengantahap perkembangan pemikirannya, dan akhirnya pelajar sendirilah yang belajar, sedang pendidik (guru) hanya membantunya. 17 Mengenai nilai yang mendasari kegiatan proses belajarmengajar, filsafat pendidikan theocentric mendasarkan kegiatan pendidikannya pada tiga nilai kunci; ibadah, ikhlas, danridaTuhan,.Bagifilsafattheocentric,manuusiadipandangsecarautuhdandalamkesatuandiri dengan kosmosnya sebagai makhluk pencari kebenaran Tuhan. Setiap peristiwa dipandang selalu terkait dengan peristiwa yang lain dan merupakan bagian dari keseluruhan, yang pada akhirnya bertemupadakebenaranTuhan.Dengankatalain,setiapkajadiandipandangbelumfinaldanakan disusul dengan kejadiankejadian lain, yang pada akhirnya bertemu pada kebenaran Tuhan. Oleh karena itu bagi yang benarbenar pasrah kepada Tuhan, ia sesungguhnya berpandangan optimistis karena ia dapat menerima setiap cobaan hidup betapa tragis dan menyenangkan. Ia tidak akan putus asa karena mengalami peristiwa yang tragis (menyedihkan), dan ia tdak akan mabuk kesenangan(lupadaratan)karenamengalamisesuatuyangmenguntungkan.Iayakinbahwasegala sesuatu mengandung hikmah Ilahiah sekalipun pada waktu itu ia belum mengetahuinya. Dalam ajaran Islam, hikmah itu milik kaum muslimin yang harus dicari. Sehubungan dengan itu maka kegiatanbelajarmengajardipandangsebagaibagiandaritotalitaskehidupan,merupakankewajiban yangtidakmengenalbatasselesaidanmerupakanibadahkepadaTuhan. Sedangfilsafatanthropocentrichanyaajarannyapadahasilpemikiranmanusiadanberorientasipada kemampuanmanusiadalamhidupkeduniawian. Sehubungan dengan itu, maka persamaan dan perbedaan antara Pendidikan Islam dan aliran Empirisme ialah keduaduanya sepakat bahwa anak yang baru lahir adalah bersih dan suci, ibarat kertas putih yang siap ditulis oleh pendidik, sehingga pendidik berperan besar sekali dalam usaha membentuk dan mengembangkan kepribadian anak. Tetapi karena adanya perbedaan konsepsi mengenaiTabularasa,sepertidiuraikandimuka,dimanaaliranEmpirismememandangnyasebagai kertas putih yang kosong, sedangkan Islam memandangnya berisi dengan dayadaya perbuatan,
17

FathiyahHasanSulaiman(penerjemah),KonsepPendidikanalGhazali,P3M,Jakarta,1986,hlm.6391.

6 maka peranan pendidik dalam konsep Pendidikan Islam lebih terbatas daripada peranan pendidik dalamaliranEmpirismedalammembentukdanmengembangkankepribadiananakdidiktersebut. Adapun persamaan dan perbedaan antara Pendidikan Islam dan aliran Nativisme ialah keduanya mengakui pentingnya factor pembawaan atau dasar dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian anak didik, sehingga anak didik berperan besar sekali dalam membentuk dan mengembakan kepribadiannya, sedang pendidik hanya membantu atau menjadi unsur fasilitator saja. Tetapi karena adanya nilai agama yang memiliki kebenaran mutlak dalam Pendidikan Islam, maka pendidik dalam Pendidikan Islam bukan hanya sekadar unsur pembantu saja, tetapi ia bertanggung jawab akan terbentuknya kepribadian muslim pada anak didik. Ia mersa bertanggung jawab kepada Tuhan atas kerja pendidikan yang ia lakukan. Meskipun demikian, jika anak sudah dewasa, kemudian menetapkan sendiri agama yang dipeluknya, hal itu adalah urusan dia sendiri denganTuhannya.NabiMuhammadhanyamenyampaikankebenaranayatTuhankepadamanusia, dan selanjutnya manusia sendirilah yang memutuskan menerima tidaknya ajaran tersebut dengan seizinTuhan.Tidakadapaksaandalammengikutiagama,sebagaimanadisebutdalamAlquran,surah alKahfi:29:

Dankatakanlah:kebenaranitudatangnyadariTuhanmu,makabarangsiapayanginginberiman berimanlahia,danbarangsiapayanginginkafirbiarlahiakafir.

Sedang persamaan dan perbedaan antara Pendidikan Islam dan aliran Konvergensi ialah keduanya mengakui pentingnya factor endogen dan eksogen dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian anak didik. Namun dalam Islam ke mana kepribadian itu harus dibentuk dan dikembangkan telah jelas, yaitu marifatullah dan bertakwa kepadaNya, 18 memahami dan menghayati sunatullah dan kemudian berserah diri kepadaNya; seluruh gerak kehidupannya dipandang sebagai ibadah kepadaNya dalam rangka mencari ridaNya. Sedang pada pendidikan yang mendasarkan dirinya pada filsafat anthropocentric pembentukan dan pengembangan kepribadiananakdiarahkanuntukmencapaikedewasaandankesejahteraanhidupduniawi. PendidikanIslamjugamempunyaipersamaandanperbedaandenganpendapatA.S.NeilldanJohn Holt, seperti disitir di muka. Baik Pendidikan Islam maupun Neill dan Holt setuju bahwa anak memiliki potensi kepribadian yang baik dan postif, dan anak hanya akan mampu menyatakan kemampuan belajar dan kejujurannya secara penuh jika ia memiliki kebebasan dan kegembiraan dalam belajar dan hal yang demikian ini merupakn sifat kodrati manusia. Tetapi dalam Pendidikan Islam, kecuali kebebasan, keterikatan juga merupakan sifat kodrati. 19 Oleh karena itu, Pendidikan Islam bergerak di antara kebebasan dan keterikatan. Sesungguhnya pendidikan yang mendasarkan diri pada filsafat anthropocentric juga mengakui adanya keterikatan. Dalam hidup tidak ada kebebasantanpaikatan.

Wearelimitedbyouranimalculture,byourmodelofreality,byourrelationwithotherpeople,byour hopesandfears

Oleh karena itu, percuma menginginkan hidup tanpa hambatan. Yang penting adalah memikirkan seberapabanyakkitadapatberbuatdalamketerikatan. 20 Tetapipahamketerikatantersebuthanya dalam pengertian secular atau keduniaan, sedang dalam filsafat theoretic, pengertian tersebut meliputiketerikatanduniawidanukhrawi. 2.2.UnsurunsurSistemPendidikan Unsurunsursuatusistempendidikanterdiriatasunsurunsurorganik,yaituparapelakupendidikan: pimpinan, guru, murid, dan pengurus; dan unsurunsru anorganik, yaitu: tujuan, filsafat dan tata
Muhammad Fadhil alJamaly, Filsafat Pendidikan Dalam al Quran, disadur Drs. Judi al Falasany, Bina ilmu,Surabaya,1986,hlm.3. 19 HasanLanggulung,BeberapaPemikirantentangPendidikanIslam,alMaarif,Bandung,1979,hlm.17. 20 JohnHolt,Op.Cit.,hlm.25.
18

7 nilai, kurikulum dan sumber belajar, proses kegiatan belajarmengajar, penerimaan murid dan tenagakependidikan,teknologikependidikan,dana,sarana,evaluasi,danperaturanterkaitlainnya didalammengelolasistempendidikan. 3.SistemPendidikanPesantren 3.1.AliranaliranPendidikanPesantren Berbeda dengan aliranaliran pendidikan yang terdapat dalam sistem pendidikan umum sebagaimanadiuraikandiatas,makadalamsistempendidikanpesantrentidakterdapataliranaliran sepertiitu.Seluruhpesantrenberangkatdarisumberyangsama,yaituajaranIslam.Namunterdapat perbedaan filosofis di antara mereka dalam memahami dan menerapkan ajaranajaran Islam pada bidangpendidikansesuaidengankondisisosialbudayamasyarakatyangmelingkarinya.Perbedaan perbedaan itu pada dasarnya berpeluang pada perbedaan pandangan hidup kiai yang memimpin pesantren mengenai konsep: teologi, manusia, kehidupan, tugas dan tanggung jawab manusia terhadap kehidupan dan pendidikan; sebagaimana tercermin dalam uraian mengenai unsurunsur dan nilainilai sistem pendidikan pesantren di belakang (butir 3.3. dan 3.4). Dalam kenyataannya masingmasing pesantren mempunyai ciri khas sendirisendiri yang berbeda satu dari yang lain, sesuai dengan tekanan bidang studi yang ditekuni dan gaya kepemimpinan yang dibawakannya. Misalnya: PP Blok Agung (Di Banyuwangi), terkenal sebagai pusat pengajian tasawuf dari Imam al Ghazali.PPTebuIreng(diJombang)terkenaldenganpusatstudiHadisdanFikih.PPGulukGuluk(di Madura)terkenaldengandakwahbilhal,danseterusnya. 3.2.KehadiranPesantrendiTengahtengahKehidupanMasyarakat Kapanpesantrenpertamadidirikan,dimanadanolehsiapa,tidakdapatdiperolehketeranganayang pasti.DarihasilpendataanyangdilakukanolehDepartemenAgamapadatahun19841985diperoleh keteranganbahwapesantrentertuadidirikanpadatahun1062atasnamaPesantrenJanTampesIIdi Pamekasan Madura. 21 Tetapi hal ini diragukan, karena tentunya ada Pesantren Jan Tampes I yang lebihtua,dandalambukuDepartemenAgamatersebutbanyakdicantumkanpesantrentanpatahun pendirian.Jadi,mungkinmerekamemilkiusiayanglebihtua. Kecuali itu tentunya pesantren didirkan setelah Islam msuk ke Indonesia. Diduga besar sekali kemungkinan Islam telah diperkenalkan di Kepulauan Nusantara sejak abad ke7 M oleh para musafirdanpedagangmuslim,melaluijalurperdagangandaritelukPersiadanTiongkokyangtelah dimulai sejak abad ke5 M. Kemudian, sejak abad ke11 M dapat dipastikan Islam telah masuk ke KepulauanNusantaramelaluikotakotapantai.Haliniterbuktidenganditemukannya:(a)Batunisan atasnamaFatimahbintiMaimunyangwafatpadatahun474Hatautahun1082MdiLeranGresik. (b) Makam Malikus Saleh di Sumatra bertarikh abad ke13 M, (c) Makam Wanita Islam bernama TuharAmisuridiBarus,PantaiBaratPulauSumatrabertarikh602H. Selanjutnya, buktibukti sejarah telah menunjukkan bahwa penyebaran dan pendalaman Islam secaraintensifterjadipadamasaabadke13Msampaiakhirabadke17M.Dalammasaituberdiri pusatpusatkekuasaandanstudiIslam,sepertidiAceh,Demak,Giri,Ternate/Tidore,danGowaTallo diMakasar.DaripusatpusatinilahkemudianIslamtersebarkeseluruhpelosokNusantara,melalui para pedagang, wali, ulama, mubalig, dan sebagainya; dengan mendirikan pesantren, dayah, dan surau. 22 Sejakabadke15,IslampraktistelahmenggantikandominasiajaranHindu,dansejakabad ke16melaluikerajaanIslampertama,yaituDemak,seluruhJawatelahdapatdiIslamkan. 23 Dengandemikian,dapatdisimpulkanbahwapesantrentelahmulaidikenaldibumiNusantaraini dalamperiodeabadke1317M,dandiJawaterjadidalamabadke1516M.Melaluidatasejarah tentang masuknya Islam di Indonesia, yang bersifat global atau makro tersebut sangat sulit
Departemen Agama RI, Nama dan Data Potensi PondokPondok Pesantren seluruh Indonesia, 1984/1985,hlm.668. 22 Majelis Ulama Indonesia, Amanah Sejarah Ummat Islam Indonesia, Keputusan Rapat Pengurus ParipurnakeII,SekretariatMUI,MesjidIstiqlalJakarta,1986,hlm.1314. 23 ZamachsyariDhofier,Loc.Cit.
21

8 menunjuk dengan tepat tahun berapa dan di mana pesantren pertama didirikan. Namun dapat dihitung bahwa sedikitnya pesantren telah ada sejak 300400 tahun lampau. Dengan usianya yang panjang ini kiranya sudah cukup alasan untuk menyatakan bahwa ia memang telah menjadi milik budayabangsadalambidangpendidikandantelahikutsertamencerdaskankehidupanbangsa,dan karenanyacukuppulaalasanuntukbelajardaripadanya. Dalam masa sekitar abad ke18an, nama pesantren sebagai lembaga pendidikan rakyat terasa sangatberbobotterutamadalambidangpenyiaranagama.Kelahiranpesantrenbaruselaludiawali denganceritaperangnilaiantarapesantrenyangakanberdiridenganmasyarakatsekitarnya,dan diakhiri dengan kemenangan pihak pesantren sehingga pesantren dapat diterima untuk hidup di masyarakat dan kemudian menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang kehidupan moral. Bahkan dengan kehadiran pesantren dengan jumlah santri yang bnyak dan datang dari berbagai masyarakat lain yang jauh maka terjadi kontak budaya antara berbagai suku, dan masyarakat sekitar. Kehidupan ekonomi masyarkat sekitar menjadi semakin ramai, banyak pedagangpedagangkecillahir,bahkandibeberapatempatdiJawaTimurlahirpasarsantri(diBlok Agung),desasantren(diJombang),dansebagainya. Nilaibaruyangdibawapesantrentersebut,untukmudahnyadisebutNilaiPutihyaitunilainilai moralkeagamaan,sedangnilailamayanglebihduluadadidalammasyaraka,disebutNilaiHitam, yaitu nilainilai rendah dan tidak terpuji seperti mo limo atau 5 nilai, yaitu maling (mencuri), madon (melacur), minum (minumminuman keras), madat (candu), dan main (judi); dan nilainilai lain yang tidak terpuji, seperti kebodohan, kedengkian, gunaguna atau santet (tergolong black magic untuk menghancurkan lawan dengan kekuatan gaib), dan sebagainya. Kebanyakan riwayat berdirinya sebuah pesantren diawali dengan kelana seorang ulama untuk menyebarkan agamanya dengan diikuti oleh satudua orang santrinya, yang bertindak sebagai cantrik, yaitu orang yang magang (belajar ilmu) pada kiai. Ulama atau kiai tersebut adakalanya terminal atau berhenti menetaplebihduludipiggirandesaatauhutankecilsekitardesa,kemudianmengadakanpengajian kepada satudua orang desa, yang akhirnya diikuti oleh seluruh masyarakat desa. Untuk itu, disamping ilmu agama, hampir dapat dipastikan bahwa setiap kiai salaf (lama) memiliki kekuatan ilmu kanuragan atau kesaktian badan dan keahlian bela diri untuk mempertahankan diri atau melawankejahatan. 24 Kehadiranpesantrenditengahmasyarkattidakhanyasebagailembagapendidikan,tetapijuga sebagai lembaga penyiaran agama, dan sosial keagamaan. Pesantren berhasil menjadikan dirinya sebagaipusatgerakanpengembanganIslam,sepertidiakuiolehDr.SoebardidanProf.Johns,yang dikutipolehZamachsyariDhofierdalambukunyaTradisiPesantren(1982)tersebut:
Lembagalembaga pesantren itulah yang paling menentukan watak keIslaman dari kerajaankerajaan Islam, dan yang memegang peranan paling penting bagi penyebaran Islam samapai ke pelosokpelosok. Dari lembagalembaga pesantren itulah asal usul sejumlah manuskrip tentang pengajaran Islam di Asia Tenggara yang tersedia secara terbatas, yang dikumpulkan oleh pengembarapengembara pertama dari perusahaanperusahaan dagang Belanda dan Inggris sejak akhir abad 16. Untuk dapat betulbetul memahami sejarah Islamisasi di wilayah ini, kita harus mulai mempelajari lembagalembaga pesantren tersebutkarenalembagalembagainilahyangmenjadianakpanahpenyebaranIslamdiwilayahini. 25


Ceritaceritasemacamituantaralaindapatdiikutidari:SejarahPondokPesantrenTebuIrengdarimasa kemasa,PusatDokumentasiPondokTebuIreng,jombang,1986,dimanadigambarkanmasyarakatdesaTebu Ireng sebelum kedatangan K.H. Hasyim Asyari sebagai masyarakat jahiliah, dan cerita legendariskarismatik dari K.H. Hasyim Asyari sendiri yang memiliki tongkat kalau dilemparkan dengan seenaknya akan mengenai hanyakepadaorangyangsalah,dansebgainya. JugaceritamengenairiwayatberdirinyaPPGulukgulukdiMadura,PPSukorejodiSitubondo,PPGontordi Ponorogo, dan sebagainya, yang dapat dilihat dari pusat dokumentasi pada masingmasing pesantren yang bersangkutan. 25 ZamachsyariDhofier,Op.Cit.,hlm.1718.
24

9 Selama masa kolonial, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang paling banyak berhubungan dengan rakyat, dan tidak berlebihan kiranya untuk menyatakan pesantren sebagai lembagapendidikanGrassrootpeopleyangsangatmenyatudengankehidupanmereka. Selama zaman kolonial, pesantren lepas dari perencanaan pendidikan pemerintah kolonial Belanda.PemerintahBelandaberpendapatbahwasistempendidikanIslamsangatjelekbaikditinjau dari segi tujuan, maupun metode dan bahasa (bahasa Arab) yang dipergunakan untuk mengajar, sehinggasangatsulituntukdimasukkandalamperencanaanpendidikanumumpemerintahkolonial. Tujuanpendidikannyadinilaitidakmeyentuhkehidupanduniawi,metodeyangdipergunakantidak jelaskedudukanya;seorangguru:apakahiaguruataukahpemimpinagama,dandalamhalbahasa yang dipergunakan, tulisan Arab sangat berbeda dengan tulisan latin sehingga menyulitkan untuk dimasukkan ke dalam perencanaan pendidikan mereka. Sebaliknya, mereka menerima sekolah zendinguntukdimasukkankedalamsistempendidikanpemerintahkolonial,karenasecarafilosofis dan teknik dianggap lebih mudah, yaitu baik tujuan, metode maupun bahasa yang dipergunakan sesuai dengan nilai kebiasaan pemerintah kolonial. Orientasi sekolah umum diarahkan untuk meningkatkankecerdasandanketeranpilandalamhidupkduniawian,sedangpesantrenmengarhkan orientasinya pada pembinaan moral dalam konteks kehidupan ukhrawi. 26 Kecuali itu, hal tersebut jugadisebabkanpemerintahkolonialBelandatakutpadaperkembanganIslam. 27 Dalamposisiuzlahatauhidupberpisahdenganpemerintahkolonialtersebut,pesantrenterus mengembangkan dirinya dan menjadi tumpuan pendidikan bagi umat Islam di pelosokpelosok pedesaan.Keadaanzamanterusberubahdanberkembangsamapizamanrevolusikemerdekaan. Pada zaman revolusi fisik pesantren merupakan salah satu pusat gerilya dalam peperangan melawan Belanda untuk merebut kemerdekaan. Banyak santri membentuk barisan Hisbullah yang kemudianmenjadisalahsatuembriobagiTentaraNasionalIndonesia.Cirikhasangkatandaratpada masamasaawalnyamenggambarkanadanyacorakkepesantrenan,sebagaimanadikatakanolehB.J. BolanddalambukunyaPergumulanIslamdiIndonesia(1985):
Pembentukan Hisbulah mungkin penting artinya karena banyak anggotanya yang kemudian menjadi anggotatentaranasional.HaliniberartibahwadalamketentaranIndonesiaadakehadiransantrimuslim yang berarti. Kemudian juga banyak orang Kristen yang menggabung ke dalam tentara Indonesia ini (misalnya bekas anggota tentara kolonial). Ciri khas angkatandarat berbeda denganangkaatan laut dan angkatan udara, yang para perwiara dan bawahan umumnya berasal dari latar belakang yang lebih sekular (misalnya berpendidikan sekolah menengah negeri yang dilengkapi dengan latihan khusus di Amerika Serikat). Mungkin sekali perbedaan suasana (dalam tentara ini) terus terasa akibatnya sampai kepada kejadiankejadian tanggal 30 Septermber 1965 dan peristiwaperistiwa yang terjadi setelah itu. Lahirnya Piagam jakarta 22 juni 1945 yang merupakan gentlement agreement atau kesepakatan kehormatan sebagaimana dikmaksudkan dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945, juga tidak terlepasdarijasaatauikutsertanyaalumnipesantren.Dilihatdaridunialuar,dokumentersebutmemang kecil,tetapijikakitainginmenolehkebelakanguntukmelihatsejarahperjuanganbangsaIndonesia,maka dapatdisimpulkanbahwahubunganantaraNegaradanIslamdiIndonesiasebagianbesarakanditentukan olehbeberapaperkataandalamdokumentersebut. 28

Uraian tersebut di atas menggambarkan sebagian bukti bahwa pesantren mampu mengemban tantangan zamannya, sehingga bobot pesantren menjadi tinggi di mata bangsa, masyarakat, keluarga, dan anak muda. Pada waktu itu pesantren merupakan tempat belajar yang sangat bergengsi, atau idola bagi generasi muda muslim sebagaimana antara lain tercermin dalam novel K.H.SyaefuddinZuhri:
MendekatiTebuIrengkhayalankumemenuhikepala.Tergambardalamanganangankutentangsebuah pesantren besar dengan para pengasuhnya yang bercitacita besar di bawah pimpinan seorang ulama

26 27

KarelA.Steenbrink,Op.Cit.,hlm.19. LihatGuruOrdonansi1925mengenaiSekolahPartikelir. 28 B.J.Boland,PergumulanIslamdiIndonesia,GrafikPers,Jakarta,1985,hlm.1427.

10
besar. Aku merasa bersyukur bahwa selama hidupku kuperoleh kesempatan untuk mengunjungi Pesantren Tebu Ireng yang termasyuhur. Walaupun tidak lama, tetapi waktu dan kesempatan yang terbatasituakankumanfaatkanuntukbelajardariTebuIrengsekalipunhanyadalamseharidua. 29

Anakanakdarikeluargamuslim(bukanpriayi)merasarendahjikamerekatidakdapatmemasuki dunia pesantren, dan keluarga mereka sangat bangga jika mereka dapat mengirimkan anaknya ke pesantren.Bertambahbesarkiai,danbertambahjauhpesantrenyangdikunjungi,bertambahtinggi hargasosialseseorangdimatamasyarakat. Tetapi sejak sekitar dua dasawarsa terakhir ini pesantren mulai menurun harganya di mata bangsa, masyarakat, keluarga dan anak muda. Pesantren di nggap kurang mampu memenuhi aspirasi mereka dan tidak mampu memenuhi tantangan pembangunan. Secara kualitatif mereka meninggalkanpesantrentetapisecarakuantitaifmerekatetapbelajardipesantren.Sementaraitu, masuk pesantren lebih murah dan mudah dibandingkan dengan masuk sekolah umum, karena memang tidak ada syaratsyarat tertentu untuk memasuki pesantren, berapa saja, dan kapan saja siswa dapat diterima, namun hati mereka (masyarakat muslim) sebenarnya mendua: di satu segi merekamengharpkandanpercayapesantrendapatmemberikanbekalmoralagamabagianakanak merekadalammengarungikehidupanmodern,tetapidisegilainmerekatakutkalaupesantrentidak dapatmembekalikemampuankerjaanakmerekadalammenghadapimasadepannya. Merekamengharpkandanpercayabahwapendidikanumumdapatmemberikanbekalsainsdan teknologikepadaanakanakmerekadalammengarungikehidupanmodern,tetapitakuttidakdapat memberikanbekalmoralagama.Halitutercermindaripernyataanbeberapatokoh,antaralainyang disebutBolanddalambukunyayangsamasepertidisitirdimuka:
Beberapa orang desa yang alim mengirimkan anakanak mereka kepada pesantren gaya lama itu. Pimpinan pesantren ini mangirimkan anakanaknya ke madrasah yang lebih modern. Para guru di madrasah tersebut mengirimkan anakanaknya ke sekolah menengah negeri agar dapat melanjutkan sekolahnya ke Universitas Islam. Para Profesor di suatu Universitas Islam berusaha memperoleh tempat bagianakanaknyadiUniversitasnegeri.DanparaProfesorUniversitasnegerimengirimkananakanaknya keluarnegeri. 30

Pernyataan Boalnd tersebut memang berlebihan, tetapi ada unsur benarnya. Gejala yang berkembang sekarang adalah, justru pertumbuhan pesantren baru lebih cepat atau lebih banyak pada masamasa sesudah kemerdekaan daripada sebelumnya. Dari data pesantren yang dihimpun oleh Departemen Agama, 1984/1985, ternyata bahwa jumlah pesantren yang didirikan sebelum tahun1900anadasekitar7%,antaratahun19001945anadasekitar25%,dansesudahtahun1945 ada sekitar 62%. Jumlah seluruh pesantren menurut data tahun 1984/1985 tersebut ada : 6.239 buah,denganjumlahsantri1.084.801orang.Pertumbuhanmerekatidakhanyadidesadesa,tetapi justru lebih banyak di kotakota. Suatu gejala yang menarik untuk disampaikan di sini ialah bahwa pesantrenpesantren tua yang didirikan sebelum tahun 19001930an pada umumnya memiliki jumlah santri yang besar; ratarata mereka mengasuh sekitar 1.5002.000 santri ke atas, sedang pesantrenmudarataratamengasuh500orangsantri. Tetapimerekaitutidakhanyabelajaragamadipesantren,merekajugamemasukimadrasahdan sekolahsekolah umum bahkan perguruan tinggi yang diasuh oleh pesantren yang bersangkutan. Hampirseluruhsantriyangbelajardimadrasahdansekolahumumjugabelajaragamadipesantren, sedang mereka yang belajar agama di pesantren tidak selalu belajar di madrasah atau sekolah umum. Merekayanghanyabelajaragama,dalamartimempelajarikitabkiabIslamklasikabadke713 M, sedikit sekali, sekitar 12% dari seluruh santri dari masingmasing pesantren. Predikat siswa diberikanpadawaktumerekabelajardimadrasahatausekolahumum,danpredikatsantripada
29 30

K.H.SyaefuddinZuhri,GurukuorangorangdariPesantren,AlMaarif,Bandung,1977,hlm.92. B.J.Boland,Op.Cit.,hlm.128.

11 waktu belajar agama. Demikian pula dengan sebutan guru untuk madrasah dan sekolah umum, ustazuntukpesantren.KitabuntukbukubukupelajaranagamadanditulisdenganhurufArab, bukuuntukpelajaranilmuumumdanditulisdenganhuruflatin. Melengkapigambarantersebut,Abd.RahmanWahiddalambukunyaBunga RampaiPesantren (1399 H) menyatakan bahwa salah satu penghambat utama pelajaran nonagama di sementara pondokpesantreniniadalahketakutanakansemakinhilangnyafungsipengembanganilmuagama. 31 Sementara itu, Fuad Hassan dalam tulisannya yangberjudul Selayang Pandang tentang Pendidikan Islam(1985),menyatakanperlunyapendidikanIslampadaumumnyadanpesantrenpadakhususnya menyesuaikandiridengantantanganzamannya.Pesantrensebagaisuatuinstitusipendidikandalam Islam harus mampu membuka pintunya untuk sains. Hal ini tidak berarti pesantren perlu mengembangkansecarakhususilmuilmuumumdanmendoubleapayangsudahada,akantetapi cukup dengan mengenalkan bagianbagian ajaran yang sudah ada, akan tetapi cukup dengan mengenalkan bagianbagian ajaran Islam yang mampu menumbuhkan kesadaran dan minat santri bahwamempelajarisainsituwajib. 32 Dari uraian tersebut jelas kelihatan bahwa bobot pesantren di mata bangsa, masyarakat, keluargadananakmudamenurun.Pesantrenkurangmampumenghadapitantanganpembangunan dan kurang mampu merespons kebutuhan kaum muda. Meraka dalam keadaan bingung; mereka lebih tertarik masuk ke pendidikan umum yang dapat menjanjikan lapangan kerja, tetapi mereka masih tetap menaruh harapan kepada pesantren yang dapat menjanjikan moral yang sangat diperlukandalammengarungikehidupanmodern. Dengandemikian,pesantrentampaknyaberadadalamduapilihandilematis:apakahpesantren akan tetap mempertahankan tradisinya, yang mungkin dapat menjaga nilainilai agamanya seperti keadaan sekarang, ataukah mengikuti perkembangan dengan risiko akan kehilangan asetnya. Sebetulnyaadajalanketigatetapimenuntutkreativitasdankemampuanrekayasapendidikanyang tiggi melalui pengeanalan asetasetnya atau identitasnya lebih dulu, kemudian melakukan pengembangan secara modern. 33 Jalan strategis ke arah itu ialah memantapkan kehadirannya sebagai subsistem pendidikan nasional sehingga jelas porsinya dalam pembangunan nasional, dengan tetap berpegang pada identitasnya. Identitas pesantren sebagai subsistem Pendidikan Nasional akan mantap jika pesantren mampu mengenakan corak pemikiaran rasional dengan memandang ilmu sebagai bagian dari sunatullah dan bukan sebagai bagian dari hukum alam yang terlepas kaitannya dengan ciptaan Tuhan. Misalnya teori evolusi Darwin yang hanya mendasarkan diripadahukumalamsemestadapatmenimbulkanpandanganyangateis. 3.3.UnsurunsurSistemPendidikanPesantren Dari berbagai hasil studi terdahulu mengenai pesantren, unsurunsur sistem pendidikan pesantren dapatdikelompokkansebagaiberikut: 34 a. Aktorataupelaku,Kiai,Ustaz,Santri,danPengurus.

Abdurrachman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, Kumpulan Karya Tulis, CV Dharma Bhakti, Jakarta, 1399H.,hlm148. 32 FuadHassan,SelayangPandangtentangPendidikanIslam,dalampesantren,No.I/Vol.II/1985,P3M, Jakarta,1985,hlm.36. 33 Nurcholis Majid, Keilmuan Pesantren, antara Materi dan Metodologi, Pesantren, No. Perdana, Oktober/Desember,1984,hlm.18.
34
31

Antaralain:

(1)SoedjokoPrasodjodkk,ProfilPesantren,LP3ES,Jakarta,1973;(2)AbdurrachmanWahid,BungaRampai Pesantren,DharmaBhakti,Jakarta,1399H.;(3)ZamachsyariDhofier,TradisiPesantren,LP3ES,Jakarta,1982; (4)FakultasTarbiyah,IAINJember,TipologiPondokPesantrendiKabupatenJember,LaporanPenelitian,1985; (5)M.DawamRahardjo,PergumulanDuniaPesantren,P3M,Jakarta,1985.

12 b. Saranaperangkatkeras 35 :Mesjid,rumahkiai,rumahdanasramaustaz,pondokatauasrama santri, gedung sekolah atau madrasah, tanah untuk: olah raga pertanian atau peternakan, empang,makam,dansebagainya. c. Sarana perangakat lunak 36 : Tujuan, kurikulum, kitab, penilaian, tata tertib, perpustakaan, pusat dokumentasi dan penerangan, cara pengajaran (sorogan, bandongan, dan halaqoh), keterampilan,pusatpengembanganmasyarakat,danalatalatpendidikanlainnya. Kelengkapan unsurunsur tersebut berbedabeda di antara pesantren yang satu dan pesantren yanglain.Adapesantrenyangsecaralengkapdanjumlahbesarmemilikiunsurunsurtersebut,dan adapesantrenyanghanyamemilikiunsurunsurtersebutdalamjumlahkecildantidaklengkap. 3.4.NilainilaiSistemPendidikanPesantren Mengenainilainilaiyangterdapatdalamsistempendidikanpesantrendiperolehgambaransebagai berikut:sepertitelahdisebutdimukabahwaantaraunsurdannilaidalamsuatusistempendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahpisahkan satu dari yang lain, ibarat gula dan manisnya.Manisadalahnilaidarigula.Iamerupakansesuatuyangsecaraesensialharusadapada gula.Tidakadagulayangtidakmanis;jikamanisitutidakada,makagulapuntidakada.Sebaliknya unsur adalah wujud luar dari gula. Bentuk gula dapat berwujud; pasir, tepung, kubus, bola, dan sebagainya.Warnaguladapatberupa:putih,coklat,merah,dansebagainya. Jadi, wujud lahiriah boleh berbedabeda, namun sifat esensialnya harus sama, yaitu manis. Dalam pengertian seperti inilah tinjauan pustaka mengenai nilai dan unsur dari sistem pendidikan pesantrenakandiuraikan. Sistempendidikanpesantrendidasari,digerakkan,dandiarahkanolehnilainilaikehidupanyang bersumberpadaajarandasarIslam.Ajarandasariniberkelindandenganstrukturkontekstualatau realitas sosial yang digumuli dalam hidup keseharian. Hasil perpaduan dari keduanya inilah yang membentuk pandangan hidup, dan pandangan hidup inilah yang menetapkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai dan pilihan cara yang akan ditempuh. Oleh karena itu, pandangan hidup seseorang selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dan perkembangan realitas sosialyangdihadapi. Dengandemikian,makasistempendidikanpesantrendidasarkanatasdialogyangterusmenerus antarakepercayaanterhadapajarandasaragamayangdiyakinimemilikinilaikebenaranmutlakdan realitas sosial yang memiliki nilai kebenaran relatif. Sebagaimana diterangkan dalam filsafat theocentric (halaman 16), nilai agama dengan kebenaran mutlak mempunyai supremasi atas nilai agama dengan kebenaran relatif, dan kebenaran nilai agama relatif ini tidak boleh bertentangan dengannilaikebenaranmutlak.DalamIslam,pemahamanterhadapajarandasaragamaituberpusat padamaslahtauhidataukeEsaanTuhan.DalamsejarahteologiIslamterdapatduaaliraneksterm yangberdiriberhadaphadapandanbertentangansatuterhadapyanglain,yaitupahamQadariyah danJabariyah. Paham Qadariyah mengagumkan kemampuan akal dan menganggap manusia memiliki kewenangan besar sekali dalam mengatur kehidupannya. Paham ini berpegang pada prinsip kebebasan manusia untuk memilih dan menentukan jalan hidupnya. Sebaliknya, paham Jabariyah mengagumkan wahyu dan menganggap manusia tidak memiliki kewenangan dalam mengatur kehidupan.Pahaminiberpegangpadaprinsipbahwamanusiatidakmempunyaikebebasanmemilih danmenentukanjalanhidupnya.Iamemandangapapunyangdiperbuatolehmanusiamerupakan keterpaksaan dalam menghadapi ketentuan Tuhan. 37 Kemudian dalam perkembangan selanjutnya,
Saranaperangkatkerasmengacukepengertianalatalatyangbersifatfisik. Saranaperangkatlunakmengacukepengertianalatalatyangbersifatnonfisikatauabstrak,misalnya: norma,nilai,isiperaturan,ajarandansebagainya. 37 Harun Nasution, Op. Cit., hlm. 3138. Nurcholis Majid, Pembahasan tentang Beberapa Segi Asketisme dalamBeberapaKitabJawadanMelayu,dalamhasilpenelitianLIPI,PandanganHidupUlama,1987/1988.
36 35

13 muncul aliran Asariyah yang menampilkan diri sebagai paham tengah antara Qadariyah dan Jabariyahtersebut.PahamQadariyahdanJabariyaholehduniapesantrendianggapsesat. PahamAsariyahkeluardenganteorikasbnyauntukmenengahipertentanganantaraQadariyah danJabariyahdenganmenyatakanbahwamanusiawajibberusaha,namundisadarkanpulabahwa usahanya itu tidak berpengaruh terhapad jalan kehidupan manusia yang telah ditentukan Tuhan. PahamAsariyahinilahyangmasukdanmendominasikehidupanpesantren,bahkanhampirseluruh umatIslamIndonesiamengikutiteologiAsariyah. Gambaran lebih lanjut mengenai ketiga aliran teologi (Asariyah yang juga menamakan dirinya sebagai Ahli Sunnah Wal Jamaah, Qadariyah dan Jabariyah) menurut versi beberapa kitab kuning, sebagaimana dituturkan kembali oleh Nurcholis Majid dalam hasil penelitian tahun 1987/1988 mengenaipandanganhidupulamaIndonesia,adalahsebagaiberikut:
Bagi kita kaum Ahl alSunnah Wa alJamaah semua makhluk dibebani kewajiban melakukan kasab (usaha), yaitu pekerjaan yang telah ditentukan oleh Allah swt, akan tetapi usahanya itu tidak memeberi pengaruh(efek)sedikitpunjuga,samasekalitidak.Makaketahuilaholehmuakanhalyangdemikianitu

Yaknidalammasalahiniadatigaaliranpendapatataumazhab.Salahsatunyaialah(yangpertama)mazhab AhlalSunnahWaalJamaahyangberpandanganbahwasesuatuapapunkecualiusahadenganikhtiarnya, bukannyaterpaksasamasekali.Namunsementaraituusahanyatersebuttidakakandapatmemberibekas ataupengaruh.

Yangdimaksuddengankasabituialahketergantunganqudratiiradat(kemampuandankemauan)seorang hamba(manusia)kepadasuatuhaltertentubebarengandenganqudratiradatabadidariTuhan.Manusia hanya menjadi wadah lahiriyah qudratiradat abadi itu saja, tanpa usaha manusia itu sendiri mampu mempengaruhinya.

Yang kedua ialah mazhab Jabariyah, yaitu mazhab yang berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai usaha sama sekali, melainkan sematamata terpaksa, tanpa ikhtiar sedikitpun juga,bagaikan bulan yang diterbangkanangin.SemuanyatelahdibuatolehTuhandanmanusiatidakikutmenentukan

KetigaialahmazhabQadariyah,yaitualiranyangmemandangbahwasesungguhnyamakhlukmempunyai kegiatan yang bersifat pilihan (ikhtiar), dengan kemampuannya sendiri yang kemampuan itu telah diciptakanAllahuntukmanusia.KeduaaliranQadariyahdanJabariyahitusesat..

Darikutipantersebutdiatas,dapatdimaklumikalauparapengritikAsariyahmengatakanbahwa parapengikutpahamAsariyahsangatmudahtergelincirmengikutipahamJabariyah.Tetapidengan pernyataannya bahwa manusia wajib berusaha, hal itu dapat ditafsirkan adanya pengakuan terhadap kemampuan dan kemauan untuk menentukan jalna hdiupnya sendiri; dan dengan pernyataannnya bahwa usaha manusia itu tidak dapat berpengaruh terhadap jalan kehidupannya yang telah ditentukan Tuhan, tidak selalu harus ditafsirkan sebagai suatu tanda fatalistis, tetapi mungkinsajayangdimaksudkanolehpernyataantersebutialahbahwaapapunyangdilakukanoleh manusiatidakakanmelampauiketentuanSunatullah,yaituhukumalamciptaanTuhan,yangtidak mengenalperubahandantidakdapatdiubaholehsiapapunkecualiolehAllahyangmenciptaknnya. HalinihanyatepatuntukanalisistingkatTuhantetapitidaktepatuntukanalisistingkatmanusia.Di kalangan manusia paham yang demikian itu dapat berarti bahwa konsep Asariyah tidak percaya pada hukum alam dan kausalitas. Sementara itu, di kalangan Ahli Sunnah Wal Jamaah juga dikenalkan rukun iman yang ke6 yaitu percaya pada Kada dan Kadar Tuhan, sehingga hal ini melengkapipendapatparapengritikAsariyahbahwapahamAsariyahadalahfatalistik. Teori kasab Asariyah tersebut sering dipandang sebagai salah satu medan pembahasan ilmu kalam yang rumit karena tekanannya untuk mencari jalan tengah atau jalan keluar dari pertentangan paham Jabariyah (fatalistis) dan paham Qadariyah (vitalistis). Sebagian pendapat mengatakanbahwateologiAsariyahmasukkedalamgolonganJabariyah, 38 dansebagianyanglain, 38 HarunNasution,Op.Cit.,hlm.106107.

14 yaitukelompokAhliSunnahWalJamaahtetapmengatakansebagaijalantengahantaraQadariyah danJabariyahtersebut. Dikaitkandengankontekspembangunanmasyarakatmodern, masalahnyabukanterletakpada apakahpahamAsariyahmasukkekubuJabariyahatauQadariyahataukahbenarbenarmerupakan jalan tengah dari keduanya, tetapi seberapa jauh kemampuan pengikutnya mengolah dan mengembangkan teori kasab dari Asariyah tersebut sehingga mampu melayani tantangan pembangunan masyarakat modern. Hal ini sangat tergantung pada pendalaman terhadap ajaran agamadanrealitassosialyangdigumulidalamhidupkeseharian. Dalam sejarah keilmuan Islam, dunia Islam pernah mencapai zaman keemasannya, yaitu pada abadke813M.dalamkurunituIslammencapaipuncakkebudayaanyangamattinggi.Padawaktu itutidakadaperbedaanantarailmuwandanagamawan.Pengertianulamaidentikdenganilmuwan. Ulamadisampingalimdalamartiagama,jugaahlidalamberbagaibidangilmumenurutbidangnya masingmasing, jadi tidak ada pemisahan dikotomis antara ilmu agama dan ilmu umum. Hal itu tercermin antara lain dari model sosiologinya Ibnu Khaldun, kedokterannya Ibnu Sina, dan sebagainya.DominasikeilmuanIslamdalammasatersebutmenjangkauhampirseluruhnegara. Dalam bidang hukum Islam (fikih), muncul 4 ahli yang kemudian menimbulkan 4 mazhab yang sampai sekarang menjadi pegangan bagi sebagian besar umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ke4 mazhab itu adalah: Maliki (714795 M) yang berpegang pada Hadis Nabi dan pendapatpendapatparasahabatNabi,Hanafi(700767M)yangberpegangkuatpadakemampuan akal, SyafiI (767812 M) yang terkenal sebagai aliran tengah antara Maliki dan Hanafi, jadi merupakan perpaduan antara Sunnah Nabi dan kemampuan akal, dan Hanbali (750855 M) yang berpegangkuatpadakonsensuskaumulamasalaf,jadisepertimazhabMaliki. Dari ke4 mazhab tersebut, mazhab SyafiI mempunyai pengaruh dan pengikut paling besar di Indonesia.HampirseluruhpesantrendiJawa,terutamadiJawaTimur,mengikutimazhabSyafiI.Ciri dari mazhab ini antara lain ialah keterikatannya pada hadis yang sangat tinggi dalam menentukan ijtihad, sehingga dapat mengambil ijtihad yang paling selamat dalam arti paling jauh dari kemungkinan salah. Seiring dengan ini, implikasinya dalam proses belajarmengajar di pesantren ialahmengandalkankemampuanmengingatdanmenghafal. Meskipundemikian,sepertidisebutkandimuka,sebagaiciriyanglaindarimazhabSyafiIialah penghargaannyayangtinggiterhadapkemampuanakaldalammenentukanhukumagama.Misalnya dalammenentukanarahkiblatbagimerekayanghendaksalatyangjauhdariMasjidilHaram,dapat dipakaiperhitunganakaldenganbuktibuktiyangada,meskipunadakemungkinanberbedadengan oranglain.Jikaterdapatkesalahan,dankesalahanitutidakdapatdielakkanatautidakdisengaja,dan upayaakalitutidakdipergunakanuntukhalhalyangdilarangolehagama,makakesalahanseperti itu dapat dimaafkan. Dalam hal memahami ayatayat Alquran yang mempunyai banyak arti, maka orangharusmencaripenjelasannyadariSunnahNabi;jikahalinitidakdapatditemukan,makaorang dapat mencarinya dari ijmak kaum muslimin, dan apabila ijmak juga tidak memungkinkan, maka merekadapatmelakukanqiyasatauanalogi.Qiyasharusdilakukanberdasarkanilmudanbuktibukti yang meyakinkan yang dapat diterima oleh akal sehat. 39 Kecuali itu, mazhab SyafiI juga sangat memperhitungkan situasi dan kondisi dalam upaya menetapkan ketentuan hukum agama. KetetapanketetapanhukumagamayangdibuatketikaiaberadadiBagdad,qaulqadim(pendapat lama), berbeda dengan ketetapan yang diambil ketika ia berada di Mesir, yang disebut qaul jadid (pendapatbaru). Seperti disebutkan di muka, mazhab SyafiI dipeluk oleh hampir seluruh umat Islam Indonesia. Bagi mereka, mazhab SyafiI telah menyatu dalam kehidupan, baik secara pribadi maupun masyarakat.BegitulengkapdantelitinyafikihSyafiI,sehinggamazhabinibenarbenartelahmelekat dalam kehidupan pemeluknya. Para pengikut mazhab SyafiI merasa kurang perlu mengenal atau mencari hukum agama dari sumber lain; hubungan mereka dengan mazhab SyafiI bukan lagi

39

AhmadiThoha(penerjemah),arRisalahImamSyafiI,PustakaFirdaus,Jakarta,1986,hlm.125233.

15 hubungan intelektualrasional. Tetapi sudah menjadi hubungan kultural emosional. 40 Dengan kata lain,ajaranImamSyafiitelahmembudayaataumenjadinilaidalamkehidupanmereka. Keenggananuntukmencarisumbersumberhukumbarutampaknyamerupakangejalaumum daritiadanyakeberaniandankemampuanmengembangkanpemikiranpemikirandalamIslamatau berijtihad melampaui zaman keemasan abad ke813 M tersebut, sehingga muncul anggapan bahwapintuijtihadtelahtertutup. Anggapan ini muncul ketika Imam alGhazali sekitar tahun 1100 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara beberapa cabang ilmu filsafat dan agama. Tetapi sesungguhnya Imam alGhazali tidakbermaksudmenyatakanbahwadalamagamatidakadaakal.Sebagaiilmuwandanagamawan besartentupernyataanpernyataantersebutberdasarkanalasanyangmantap, 41 tetapisebagaimana biasa, pengikut seorang tokoh biasanya mengadakan amplifikasi pada ajaran tokoh tersebut sehinggamakinlamamakinjauhdariaslinya.Dalamperjalananselanjutnyatimbuldikotomi "ilmu agama" yang seakanakan tidak ada akal dan "ilmu pengetahuan" yang seakanakan hanya ada akal' Keadaan ini menjadi semakin berlarut dengan terbitnya buku Ibnu Khaldun Muqaddimah pada sekitar tahun 1400an, di mana digambarkan bahwa pada waktu itu terjadi saling mengejek antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan. IImu pengetahuan dianggap menjerumuskan orang ke kekufuran, sedangkan ilmu agama dianggap kolot dan antikemajuan.Gejalayangdemikianinimasihterasasampaihariini. 42 Namun, sejak awal abad ke19 telah muncul zaman kebangkitan Islam kembali dengan tokohtokoh pembarunya antara lain Jamaluddin aIAfghani dan Muhammad Abduh. JamaluddinaIAfghani(18391897M)bergerakdibidangpolitikdanmelahirkangerakanPan IslamismeuntukmembangkitkankembaliumatIslamdaridominasibangsabangsanonIslam dengan jalan kembali kepada Islam yang sebenarnya (Alquran dan Hadis), sedang MuhammadAbduh(18481905M)bergerakdibidangpendidikan.Iasangatmembencicara belajardenganmenghafaldanmekanis.Menurutnya,kemunduranIslamdisebabkanadanya kejumudan atau kebekuan dalam pemikiran Islam. Ia menganjurkan untuk kembali mempelajari Alquran dan Hadis dan tidak perlu selalu terikat dengan pendapatpendapat ulama.Iajugamenganjurkanperlunyamengaitkandiridengankemajuanilmudanteknologi dalam zaman modern ini di dalam mempelajari ajaranajaran Islam tersebut. Menurutnya, wahyu dan akal, keduanya berasal dari Tuhan, oleh karena itu tidak mungkin bertentangan danharusbertemudalamsatukebenaran. 43 DalamsejarahpendidikanIslamIndonesia,anggapanyangmenyatakantertutupnyapintu ijtihadtersebutdapatdilacakdariduakejadian. KejadianPertama: Kembalinya para ulama dari Mekah. Seperti disebutkan dalam halaman 20 di muka, masa abad ke1317 M adalah masa berdirinya pusatpusat kekuasaan dan studi keislaman. Dengandemikian,masakembalinyaparaulamadaribelajardiMekahitu,adalahbersamaan dengan masa suburnya kegiatan menyebarnya agama Islam di bumi Nusantara ini. Sementaraitu,perjalananIslamkeIndonesiamelaluiPersiadananakbenuaIndiayangketika itu sangat kuat berorientasi pada tasawuf. Karena inilah maka bukubuku tasawuf yang menggabungkan fikih dengan amalanamalan akhlak merupakan pelajaran utama di pesantrenpesantren, di antaranya tasawuf Imam alGhazali dalam kitabkitabnya: Ihya' 'Ulumuddin, Bidayatul Hidayah, Minhajul A.bidin, dan sebagainya, yang merupakan karya
Ibid. Menurut Ibnu Taimiyah, letak kedudukan intelektual al Ghazali berada di antara ulama dan filosof. (NurcholisMajid,IslamKemoderenandanKeIndonesiaan,Mizan,Bandung,1987,hlm.282. 42 A.Baiquni,IslamdalamPengembanganIlmuPengetahuandanTeknologi,dalamIslamdanPendidikan Nasional,LembagaPenelitianIAINJakarta,1983,hlm.2941. 43 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah, Pemikiran dan Gerakan, Bulan Bintang, Jakarta, 1975,hlm.5157.
41 40

16 fikihsufistikyangsangatmendominasipelajaranpesantren.Dalammasayangamatpanjang, sekitar 7 abad (abad ke1319 M) fikihsufistik tersebut berkelindan dengan mistik Jawa dan budayabudayalaindiIndonesia,sehinggaiatidakhanyamemasukiduniapesantren,tetapi juga seluruh kehidupan umat Islam Indonesia. Sifat utama dari fikihsufistik ini ialah mementingkanpendalamanakhlakyangdiamalkandalamhidupkeseharian. Sejak abad keI319 M (bahkan sampai sekarang sesungguhnya masih terlihat gejala gejalanya),terdapatanggapanbahwatarekatterlepasdariinduknyasehinggamenimbulkan eksesekses negatif atau penyimpangan agama, sebagaimana diketahui oleh K.H. Ahmad siddiq ketika ia menyebutkan bahwa tarekat itu sesungguhnya harus bersumber pada tasawuf,tasawufbersumberpadasyariah,dansyariahbersumberpadaakidah;jaditerdapat satu kesatuan mata rantai yang tidak boleh dipisahpisahkan satu dari yang lain. Hampir dapatdipastikanbahwasemuakiaisalafmengikutitarekatsesuaidenganpilihannyamasing masing; dan karena tarekat merupakan bagian integral dari mata rantai tersebut, maka sesungguhnya praktik tarekat tidak boleh dipamerpamerkan kepada orang lain, apalagi diwujudkandalamsuatugerakanmasal.Inilahsebabnya(antaralain)mengapaK.H.R.As'ad SyamsoelArifindanK.H.AhmadSiddiqsendiritidakmembuatgerakantarekat;pelaksanaan tarekatnyadilakukansecaraindividuallangsungberhubungandenganTuhan. 44 Selain kitabkitab karya Imam alGhazali sampai saat ini di hampir seluruh pesantren masihsangatkuatpengaruhkitabTa'limulMuta'allimkaranganSyekhazZarnujiy.Kitabini merupakam pedoman bagi santri dalam menuntut ilmu di pesantren. Di antara isinya dikatakan bahwa kunci keberhasilan menuntutilmu adalah: murid wajib menghormatiguru dankitabkitabyangdiajarkannya.
.... "termasuk menghormati guru: jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, mulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macammacam di depannya, dan menanyakan halhal yang membosankan. Tetapi hendaklah menghemat waktu, jangan sampai mengetukpintunya,cukuplahdengansabarmenantidiluar sehinggaiasendiriyangkeluardarirumah.Pokoknya,adalahmelakukanhalhalyangmembuatnya rela,menjauhkanamarahnyadanmenjunjungtinggiperintahnyayangtidakbertentangandengan agama"....

.... "termasuk memuliakankitab: Syaikhul Imam Syamsul AimmahAsSyarkhasiy pada satu malam mengulang kembali pelajaranpelajarannya yang terdahulu, kebelulan terkena sakit perut, jadi seringkentut.Untukituiaterpaksamelakukan17kaliberwudukdalamsatumalamtersebutkarena mempertahankansupayabelajarselaludalamkeadaansuci"....

.... "(murid) hendaknya jangan membentangkan kaki ke arah kitab. Kitab Tafsir letaknya di atas kitabkitablain,danjanganmenaruhsesuatudiataskitab".... 45

Kutipan tersebut ternyata sejiwa dengan pengalaman Djamil Suherman dan Sepuluh Tata Tertib Pesantren MeranggengSemarang dan gaya kepemimpinan para pengasuh pesantren,sebagaimanadisebutkandalamhalaman3536,dandilaporkandalamhalaman 7996padadisertasiini. Sehubungan dengan itu, maka dalam hal pemberian ilmu di pesantren, halhal yang bersifatpanalaranakalagaktersingkir,dansebaliknyahalhalyangbersifatdogmatislebih mendalam. 46 Dalamprosesbelajarmengajardipesantrenlebihbanyakditekankanpenguasaandan pengayaan materi pengajaran daripada metodologi berpikir keilmuan. Meskipun di
Mastuhu,TigaUlamaTermasyhurdiJawaTimur,dalamNadhar,BuletintakberkalapenelitianAgama, LIPI,seri10,Desember,1987,hlm.1736. 45 Drs.AllyAsad(PenerjemahkitabTalimulMutaalim),BimbinganBagiPenuntutIlmuPengetahuan, MenaraKudus,1978,hlm.2627. 46 NurcholisMajid,KeilmuanPesantren,AntaraMateridanMetodologi,Loc.Cit.
44

17 pesantren juga diajarkan ilmu mantiq atau silogisme, tetapi sifatnya mekanis dan tidak mendorong berkembangnya pemikiran rasional, karena dalam ilmu mantik itu disusun suatukonsepuniversal.Misalnya:"Semuaorangakanmati,Aristotelesadalahorang,maka iaakanmati." Universalismeituterlalusewenangwenangsehinggatidakmemberitempatsedikitpun bagipartikular,yaitusesuatuyangdapatdiobservasidalamkehidupanempiris,dansesuatu yang dapat diobservasi itu memiliki nilai ilmiah. Sesungguhnya rumusan usul fikih oleh Imam Syafi'i lebih rasional dan realistik. Misalnya: hukum itu berputar menurut ada dan tidakada,"sesuatuyangtidakterpenuhisemua,tidakbolehditinggalkansemua. 47 Dalam perumusanperumusan itu jelas masih terdapat tempat bagi partikular untuk diobservasi.Dengandemikianadadualismepengajaranlogikadipesantren. Dalamprospektifpembinaandanpengembanganilmupengetahuandanteknologi,ilmu mantik tersebut makin lama makin turun pamornya karena sudah kurang relevan lagi dengankenyataandankemajuanlogikamodernyangdikembangkanolehJohnStuartMill dan David Hume, yang banyak dipergunakan di perguruan umum. Meskipun demikian, tampaknya sulit bagi pesantren untuk begitu saja meninggalkan ilmu mantik tersebut karena dalam agama banyak halhal yang tidak dapat dan tidak perlu diuji kebenarannya secara empiris, yang dapat diuji hanyalah dimensi pengalaman lahiriahnya, bukan dogmanya, oleh karena itu ilmu mantik tetap diperlukan, sebagaimana hal ini dibela oleh Imam alGhazali dan Ibnu Khaldun yang tetap menghargai ilmu mantik dengan membuat pernyataanbahwaorangyangtidaktahumantikhujjahnyatidakdapatditerima. 48 Kejadiankedua: Para ulama atau kiai yang sekarang memimpin pesantren mengalami model pendidikan bercorakfikihsufstikdenganorientasinilaiyangsangatmenekankanpentingnyakehidupan ukhrawidiatasduniawi,agamadiatasilmu,danmoraldiatasakal.Modelpendidikanyang sepertiituberjalandalamkurunwaktuyangamatpanjang,sepanjangpemerintahkolonial. Seperti disebutkan di muka, pemerintah kolonial menolak memasukkan pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan pemerintah atau sistem pendidikan umum, karena dianggap telalu jelek.SelamaitupendidikanIslamdijauhkandariurusankeduniawiankecualimengenaifaraid,yaitu hukumwaris. Meskipun demikian, model pendidikan tersebut tidak seluruhnya buruk, karena ternyata ia menghasilkan pertahanan mental spiritual yang kuat, dan telah mampu memberikan pembinaan moral sehingga mendapat tempat di hati masyarakat dan kaum muda Islam. Secara tidak disadari pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menumbuhkan fanatisme keagamaan yang mendalamdanemosional,dantelahikutmenambahrasaantipenjajahsebagaikaumkafir. Pada waktu perang kemerdekaan, semboyan mengusir kaum kafir yang dibawakan oleh para ulama terasa lebih membakar semangat perjuangan dari pada semboyan yang dibawakan oleh kelompok nasionalis, yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial harus diusir dari muka bumi karena tidak sesuai dengan keadilan, dan bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Kobaran semangat anti penjajah tersebut lebih dimantapkan lagi dengan salah satu doktrin keagamaan yang menyatakan bahwa mencintai tanah air merupakan sebagian dari iman, Hubbul watan minal iman. Tetapi seperti tersebut di muka dalam saatsaat terakhir ini, sekitar sejak dua atau tiga dasawarsa yang lalu lembaga pendidikan pesantren terasa mulai menurun di mata masyarakat dan kaum muda Islam, karena dianggap tidak mampu memberi jaminan kerja, sebagaimanasekolahsekolahumum,tetapimerekatetappercayabahwapesantrenmasihmampu menjaminpembinaanmoral.Olehkarenaitu,merkatetaphormatkepadapendidikanpesantrendan pendidikanpendidikan agama Islam lainnya, tetapi mereka sadar bahwa dalam mengarungi
47 48

Ibid. Ibid.

18 kehidupanmasyarakatmodernmerekamemerlukankeduanya:pembinaanmoraldanjaminankerja sekaligus,tidakcukuphanyasalahsatusaja. Meskipun demikian, bersamaan dengan itu telah pula tumbuh gejala baru di kalangan pendidikan Islam, termasuk pesantren, yaitu praktis sudah pudarnya dewasa ini pandangan anti agama Kristen sebagai agama penjajah berkat pembinaan yang intensif dari pemerintah melalui programprogram pembangunan nasional, yaitu kerukunan antar umat beragama. Misalnya dari berbagaipernyataantokohtokohagamayangtergabungdalamMajelisUlamaIndonesiapadatahun 1987 menyatakan bahwa konsep ukhuwah dalam Islam meliputi persaudaraan sesama agama (ukhuwah Islamiyah), sesama bangsa (ukhuwah wataniyah), dan sesama manusia (ukhuwah basyariyah). Sealin itu secara ressmi sistem pendidikan Islam Indonesia telah masuk menjadi subsistem pendidikannasional,yaitudenganadanyasuratkeputusanbersamaantaraMenteriPendidikandan Kebudayaan,MenteriAgama,danMenteriDalamNegeri,disingkatdenganSKB3Menteri,24Maret 1975,dimanaporsimatapelajaranumumbagimadrasahmencapai70%danagama30%.Dengan posisisepertiitu,madrasahibtidaiyahkinimemililkikedudukansetarafdankarenanyamemilikihak dankesempatanyangsamadenganSD. 49 Sebelumnitu,padatahun1973antelahdikenalkanberbagaiketerampilankepesantren,seperti: pertukangan, menjahit, perbengkelan, peternakan, pertanian, koperasi, dan sebagainya. Meskipun jenisjenisketerampilansepertiitubukanmerupakanhalbarubagisantri,karenamerekamemang sudahakrabdengannya,tetapiyangdimaksuddenganpemberianketerampilantersebutialahuntuk membuka wawasan berpikir keduniawian; wawasan berpikir selama ini dinilai terlalu berat pada keakhiratan. Belum pernah dilakukan evaluasi yang rinci mengenai keberhasilan program keterampilan tersebut, tetapi yang jelas lembagalembaga: studi, perguruan tinggi, departemen departemendansosialtelahikutsertaaktifmengambilbagiandalamkegiatantersebut,danbanyak pesantrenpesantren yang mengirimkan santrisantrinya ikut serta dalam trainingtraining keterampilan yang diselenggarakan oleh lembagaIembaga dimaksud. Lembagalembaga itu antara lain adalah: LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial), LSP . (Lembaga Studi Pembangunan), Departemen Penerangan yang mensponsori berdirinya Pusat InformasiPesantren,ITB(InstitutTeknologiBandung),dansebagainyadalammasa1977an. Semuaitubersamasamadengandampakglobaldaripembangunannasionaldankemajuanilmu danteknologi,mautidakmaumempengaruhiwawasanberpikirsantri.Sepertidisebutkandimuka, saat ini hampir di seluruh pesantren diselenggarakan madrasah, sekolah umum, dan bahkan perguruantinggiagamabaikdalambentuksekolahtinggi,institut,maupununiversitasagamayang biasanyaterdiriatas:fakultasfakultasTarbiyah,Syariah,Ushuluddin,danDakwah. Akibat masa uzlah yang panjang, corak pendidikan fikihSufistik seperti digambarkan di muka masih berjalan sampai saat ini. Namun, terdapat beberapa dampak positif antara lain ialah: (a) Timbulnyanilaikependidikanyangpositifyaitusikapyangmemandangsemuakegiatanpendidikan sebagai ibadah kepada Tuhan. Tugas menyelenggarakan pesantren oleh kiai, tugas mengajar oleh ustaz,tugasbelajarolehsantri,tugasmengirimkananakkepesantrenolehorangtua,danbelajardi pesantrendinilaisebagaiibadahkepadaTuhan.Nilaiibadahiniternyalamerupakannilaikunciyang mendasari nilainilai lain dengan keikhlasan atau kelulusan dalam menyelenggarakan dan melaksanakan tugastugas kependidikan, yang selanjutnya melahirkan nilainilai lain seperti penerimaanyangterbukakepadasiapasajayangmaumenjadisantritanpadikenakanpersyaratan persyaratantertentuseperti:waktupendaftaran,inteligensi,umur,biayaalauuang,dansebagainya, (b) Tumbuhnya pembagian tugas dalam menjaga nilainilai yang mendasari pesantren. Penjagaan nilainilaiagamadengankebenaranmutlakadaditangankiai,dannilainilaiagamaitusuperdiatas nilai agama dengan kebenaran relatif, menentukan gerak kehidupan pesantren pada semua aspeknya, sedang nilai agama kebenaran relatif berada di tangan santri dan karenanya sangat tergantung pada restu kiai. Hal ini kemudian menyebabkan berkembangnya nilainilai lain seperti:
Departemen Agama, Pondok Pesantren dan Sistem Pendidikan Nasional, Seri monografi, 1984/1985, hlm.58.
49

19 ketundukan dan ketaatan serta kepercayaan santri kepada kiai alau ustaznya, pada orangtua, saudara, dan orangorang lain terutama yang lebih tua, dan (c) Tumbuhnya nilainilai dalam pesantrenyangberbedadengannilaiyanghidupditanganmasyarakatluas,sepertikonsepterhadap kebersihandanwaktudimananilaidalampesantrendidasarkanatasajaranfikih,sedangkannilai nilai dalam masyarakat didasarkan atas realitas sosial. Di kalangan pesantren terkenal prinsip pergaulan bahwa: dalam hal hak "orang harus mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri, tetapi dalam hal kewajiban, orang harus mendahulukan kewajiban diri sendirisebelumoranglain".Sedangkandalamhalmemilihsesuatu:"memeliharahalhalbaikyang telahada,sarnbilmengembangkanhalhalbaruyanglebihbaik"almuhafazatu,'alaalqadimissalih maalakhizibiljadidilaslah. 50 Dengan diserahkannya pelaksanaan nilai agama dengan kebenaran relatif kepada santri, rnaka santri bebas dan aktif ikut serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Dengan demikian santri tidak segan melakukan perdebatan dengan siapa saja rnengenai soalsoal yang nonagama; kecuali kepada kiai, bagaimanapun rnereka tetap segan karena gaya kepemimpinan karismatik kiai yang sangatmencekam.Dibawahinidikutipkancontohcontohperbedaankonsepsiantarapesantrendan masyarakat luas mengenai: solidaritas kawan, kebersihan, horrnat kepada guru, dan uraian mengenai pengertian waktu; yang sampai sekarang pada umumnya masih hidup dalam dunia pesantren,setidaktidaknyadipesantrenpesantrentertentu,dansecarakulturalhalitumasihdapat dirasakansebagaisuatunilaiyangmasihhidupdalamkehidupanpondokpesantren. Konsepsisolidaritaskawan: "Sebagai santri, yang paling menyayangi aku tidak bisa pisah dari kawankawanku yang lain dalam segala hal. Hidup kami rukun dan desa Kedungring sebagai pesantren merupakan keluarga besar yang tidak bisa dipisahpisahkan satu sarna lain. Hubungan batin antara kami dan antara kami dengan keluarga kiai sangat eratnya. Keluarga besar yang dilindungi oleh bapak junjungan dunia akhirat.Hidupbeginikamirasatenteramdibawahlindungansuraudankiaiyangalim.Kamipercaya disinilahletakduniakami.HidupdamaidandiridaiAllah". 51 Konsepsikebersihan: "Di pesantren kami, air kolam yang bertahuntahun tidak pernah dikuras bukanlah soal yang jadi perhatianistimewa,karenamenurutanggapanmereka,airkolamyangtiapharidipergunakanorang Islam mengambil air wudlu itu tetap berkah, artinya ada khasiatnya. Besar kolam itu cukup bisa menampungairsebanyak20kullah,karenaitusyahmenurutsyaratyangditetapkanolehkitabfikih. Kolam itu dipergunakan oleh siapa saja yang datang hendak melakukan salat di surau. Mulamula mereka membasuh dua tangan yang dicelupkan bergantigantian, lalu air itu dicawiknya untuk kumurkumur, kemudian membasuh muka ratarata tiga kali, kedua Iengan sampai di atas siku, kuncung rambut, kedua telinga dan akhirnya mencelupkan sarna sekali kedua kaki bergantiganti kedalamkolam. 52 Konsepsihormatkepadaguru(kiai): SepuluhtatatertibdariPondokPesantrenMeranggengSemarang,Tengah: 1. Seorangmuridharusmempunyaikeyakinanpenuhbahwatujuannyatidaktercapaitanpa adanyaguru. 2. Muridharussepenuhnyapasrahdanmenurutkepadakepemimpinanguru. 3. Jika kebetulan murid berbeda pandangan dengan guru, maka ia harus melepaskan pandangannyasendiriitudanmenganutpandanganguru. 4. Harussenangbersamasenangnyaguru,danharusbencibersamadenganbencinyaguru.
50 51

AbdurrachmanWahid,BungaRampaiPesantren,1399H.,hlm.169. DjamilSuherman,UmiKalsum,kisahkisahpesantren,Mizan,Bandung,1984,hlm.30. 52 Ibid.,2627.Menurutfikih,airuntukwuducukupduakulah.

20 5. Tidak baleh sama sekali mendahului guru dalam membuat tafsiran tentang gejala atau pertanda. 6. Harusmerendahkansuaradihadapandandalampertemuandenganguru,balehbanyak bertanyaataupunbanyakbicara. 7. Bilahendaksowanatauberkunjungkepadaguru,muridwajibmemberilebihdulu,dan menantiwaktuyangcocokbagiguru. 8. Harus sedia membuka rahasia apa saja yang ada pada murid itu di hadapannya, dan dilarang menyembunyikan rahasianya itu, khususnya dengan suatu pengalaman keagamaan. 9. Murid dilarang mewartakan ucapanucapan guru kecuali setingkat dengan daya akal murid,danhanyadalamhalhalyangdiizinkan. 10. Sama sekali dilarang membicarakan guru secara tidak baik (mengumpat) masuk menyindir,menyinggungperasaanataumengritik. 53 Dari urain tersebut jelas bahwa nilai yang mendasari sistem pendidikan pesantren bersumberdariajaranIslamyangbersifatfikihsufistik.Halinisangatberbedadengannilai nilaiyangmendasarisistemkehidupanmasyarakatluas. Pengertianwaktu Konsepwaktumenurutpesantrenberbedadengankonsepwaktumenurutmasyarakatluas. Dalam pesantren, konsep waktu diukur dari segi salat, khususnya salat wajib lima waktu; sedang dalam masyarakat luas diukur kegiatan kehidupan atau program kerja keduniawian dalam lebih kurang 24 jam. Oleh karena itu, kalau melakukan perjanjian kegiatan apa saja dengan santri sering menggunakan patokan waktu seperti: sesudah asar, sesudah magrib, sesudah isya, sesudah subuh, dan sebagainya. Atau sebelum Ramadan, sesudah Hari Raya Haji,danseterusnya.PendeknyayangdijadikanukuranadalahwaktuibadahkepadaTuhan; bukanwaktudalamarti24kehidupansebagaimanakebiasaandalamkehidupanmasyarakat. Olehkarenaitu,makadapatdimaklumi,kalaupadasaatmenjelangmagribmasihadasantri yangmencucipakaian,pagipagibutamerekasudahmulaibekerja,dansebagainya. 54 Apalagi bulan Puasa, adalah saat yang sangat baik untuk menghubungi teman sebelum salat subuh sambil sekalian membangunkan untuk makan sahur. Hal ini tentunya tidak lazim dilakukan terhadaptemanyangtidakdalamsatukulturagama. Kunci pemahaman sistem pendidikan pesantren dari segi unsur, terletak pada sistem pembagian kerja di mana pemeliharaan nilai agama dengan nilai kebenaran mutlak ada di tangankiai,danpemeliharaannilaiagamadengankebenaranrelatifadaditanganustazdan santri. Sedang dari segi nilai, terletak pada pandangan bahwa semua kegiatan kependidikan dipandang sebagai ibadah kepada Tuhan. Nilai agama dengan kebenaran mutlak tersebut memiliki sepremasi di atas nilai agama dengan kebenaran relatif. Nilai agama dengan kebenaranmutlakmerupakansumberinformasidankonfirmasibaginilaiagamadengannilai kebenaran relatif. Sehubungan dengan itu maka sistem pendidikan pesantren dikatakan sebagai sistem tertutup, apabila menyangkut nilai agama dengan kebenaran mutlak, dan disebut sebagai sistem terbuka, apabila menyangkut nilai agama dengan kebenaran relatif. Ini berarti bahwa pesantren memiliki potensi terbuka dan lentur untuk menerima halhal yang datang dari luar, sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan akidah dan syariah. Akidah, artinya keyakinan, dan syariah artinya semua kegiatan manusia yang diatur menurut hukum Islam.
Nurcholis Majid, dalam Seminar Pendalaman Agama, Lembaga Penelitian IAIN Jakarta, 23 Oktober, 1985. 54 AbdurrahmanWahid,PesantrensebagaisubkulturaldalamBungaRampaiPesantren,DharmaBhakti, Jakarta,1399H.,hlm.742.
53

21 Kecuali itu, dengan diberikannya kesempatan yang luas bagi santri untuk aktif di bidang bidang nonagama dalam proses pendidikan, maka hal itu berarti bahwa dalam sistem pendidikan pesantren berlaku prinsip pendidikan self government, atau open school. Prinsip pendidikan yang demikian akan mampu mengantar anak didik bersikap mandiri dalam arti siap mental untuk menghadapi pekerjaan atau lapangan kehidupan apa saja, setelah ia menamatkan pendidikannya. Tetapi jika model pendidikan seperti itu tidak dilanjutkan denganpendidikanprofesionalyangakanmengantaranakdidikmenjadiorangyangmemiliki profesi atau keahlian tertentu, maka ia akan menjadi generalis yang minimalis dalam arti sanggup menerima jenis pekerjaan apa saja dengan keahlian minimal yang diperoleh dari latihanmagangdanbukandaripendidikanprofesional.

You might also like