You are on page 1of 2

ISYARAT TELUNJUK PADA DUDUK TASYAHHUD A.

Dalil-dalil Isyarat dan Mengepalkan jari-jemari

: - -
Dari Ibnu Umar, ia berkata, Rasululah apabila duduk pada salat beliau menempatkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan beliau menggenggamkan jari-jari dan berisyarat dengan telunjuk, dan menempatkan tangan kirinya di atas paha kirinyaH.R.Ahmad,Muslim dan An-Nasai -

Dari Wail bin Hujr bahwa ia berkata tentang salat Rasulullah saw. Kemudian beliau duduk, maka beliau menghamparkan kaki kirinya dan menyimpan tangan kiri diatas paha dan lutut kirinya, dan beliau menjadikan ujung sikutnya yang kanan diatas paha kanannya. Kemudian beliau menggenggamkan dua jarinya dan membuat lingkaran, kemudian mengangkat telunjuknya dan aku melihatnya menggerak-gerakannya, beliau berdua dengan itu. (H.R.Ahmad, An-Nasai dan Abu Daud.)

- -

Dan pada riwayat Ahmad: Beliau membuat lingkaran dengan jari tengah dan ibu jari, dan beliau berisyarat dengan jari telunjuk.

Dan pada riwayat Al-Baihaqi: Beliau berisyarat dengan jari telunjuknya dan pandanganya tidak melewatkan isyaratnya itu.
Keterangan: 1. Tata cara mengepalkan jari-jemari yang kanan pada duduk tasyahhud ada 3 macam: a) jari manis dan kelingking digenggam atau dikepalkan, ibu jari dan jari tengah membentuk lingkaran, sedangkan telunjuk dipakai berisyarat. b) Semua jari dikepalkan, telunjuk dipakai isyarat. c) Tiga jari dikepalkan, telunjuk dipakai isyarat, sedangkan ibu jari tidak digenggam (terbuka) di bawah telunjuk. 2. Isyarat telunjuk dilakukan selama berdoa 3. Ketika tasyahhud mata memperhatikan isyarat telunjuk itu.

B. Bentuk-bentuk Isyarat 1) Telunjuk digerak-gerakkan sebagaimana hadis Wail di atas (No. 2) 2) Telunjuk tidak digerak-gerakkan

-
Dari AbdulLah bin Az-Zubaer bahwasannya ia telah menerangkan bahwa Nabi saw. berisyarat dengan telunjuknya apabila berdoa dan tidak menggerak-gerakannya. H.r. Abu Daud, An-Nasai, dan Al-Baihaqi

Namun pada hadis ini terdapat masalah sebagai berikut:

ISYARAT TELUNJUK PADA DUDUK TASYAHHUD


1. Hadis dari Abdullah bin Zuber tidak dapat diamalkan, karena pada sanadnya terdapat dua orang rawi yang daif, yaitu a) Muhamad bin Ajlan, ia buruk hapalan (Mizanul Itidal, III:644), b) Hajaj bin Muhamad, ia mukhtalith (pikun). (Tahdzibul Kamal, V:456). 2. Kalimat walaa yuharrikuha (tidak menggerak-gerakkan telunjuknya) pada hadis Abdullah bin Zuber merupakan tambahan dari orang yang daif di atas, sebab pada riwayat Muslim juga dari Abdullah bin Zuber, kalimat itu tidak ada. Kesimpulan: 1. Bentuk isyarat telunjuk ialah digerak-gerakkan dari awal hingga selesai bacaan pada duduk tasyahhud 2. Menggerakkan telunjuk satu kali pada awal tasyahhud tidak berdasarkan dalil yang sahih. 3. Menggerakkan telunjuk pada saat mengucapkan kalimat la ilaha illallah tidak berdasarkan dalil sama sekali, walaupun yang dhaif.

You might also like