You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Secara historis, bangsa Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1982. Dengan demikian, bahasa Indonesia sejak saat itu mendapatkan posisi yang sangat membanggakan. Walaupun demikian, keberadaan bahasa Indonesia perlu dilestarikan karena pada era globalisasi bahasa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bahasa asing yang semakin gencar mengancam eksistensi bahasa Indonesia. Dalaim kaitannya dengan hal tersebut di atas, pengajaran bahasa di SLTP sangat berperan penting dalam melestarikan bahasa Indonesia. Dalam lingkup yang luas, pengajaran bahasa, Indonesia berhubungan dengan aspek politis dan edukatif. Secara politis, melalui bahasa Indonesia, bangsa kita dapat mewujudkan identitasnya dan harga dirinya kepada bangsa lain. Secara edukatif, bahasa Indonesia harus diwariskan kepada generasi muda. Wadah yang paling tepat untuk pewarisan tersebut yaitu melalui dunia pendidikan. Akan tetapi, sejauh ini pengajaran bahasa Indonesia masih belum memadai. Hal ini tentunya bertentangan dengan kenyataan bahwa perkembangan bahasa Indonesia dewasa ini sangat pesat. Berbicara mengenai pengajaran bahasa Indonesia, kita tidak terlepas dari keberadaan pengajaran bahasa Indonesia pada tiap-tiap jenjang pendidikan. Hal ini sangat penting karena mutu lulusan SD akan berpengaruh terhadap mutu

lulusan SLTP, mutu lulusan SLTP berpengaruh pula, terhadap mutu lulusan SLTA, begitu pula seterusnya. Dalam pengajaran bahasa Indonesia di SLTP, siswa bukan saja ditekankan pada kelancaran dalam menggunakan bahasa. Indonesia secara lisan, tetapi juga dituntut agar memiliki kemampuan menyusun ide-ide. Selanjutnya ide-ide tersebut disusun secara sistematis sesuai dengan ketentuan dalam tata bahasa yaitu penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bentuk tulisan, Biasanya materi yang disampaikan yang berkaitan dengan kegiatan menulis ialah mengarang. Kemampuan berbahasa mencakup empat (4) aspek penting yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam mengaplikasikan kemampuan dimaksudkan berbahasa disini yang dimilikinya. Kemampuan berbahasa yang

ialah

kemampuan

berbahasa

Indonesia

khususnya

kemampuan membaca dan kemampuan menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. yang bersifat produktif, karena bersifat produktif maka penulis memiliki kesulitan yang tinggi jika dibandingkan dengan keterampilan yang lain. Untuk menanggulangi hal itu, dibutuhkan strategi dan pendekatan yang mantap dan terencana. Keterampilan menulis akan terlaksana dengan baik apabila keterampilan berbahasa yang lain juga, berjalan dengan baik karena keterampilan-keterampilan tersebut saling mendukung yakni menyimak dan membaca. Keterampilan membaca misalnya sangat mempengaruhi kegiatan menulis siswa karena apa yang

didapat dari membaca merupakan sumber informasi yang lain. Selain membaca, menyimak juga merupakan keterampilan yang memberikan kontribusi bagi kegiatan menulis. Tarigan mengatakan bahwa menyimak akan berhasil dengan dukungan kegiatan menulis. (Tarigan, 1994:2). Untuk memperoleh dan menguasai keterampilan menulis, fungsinya harus lebih diarahkan kepada praktik dan latihan yang berkaitan dengan keterampilan tersebut. Oleh karena itu, pendekatan dan strategi yang digunakan oleh guru sangat menentukan berhasil atau tidaknya siswa menggunakannya untuk mendapat pembelajaran yang ideal dan sesuai dengan harapan dan tujuan. Dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan menulis biasanya diterapkan dalam kegiatan mengarang. Dengan mengarang siswa dapat menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang ada di dalam otak atau pikiran mereka. Kegiatan mengarang itu sendiri ialah pekejaan yang merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik atau tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Mengarang adalrjh keseluruhan rangkain kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Namun dalam kegiatan mengarang yang dilakukan siswa, hasil yang didapatkan sangat jauh dari pada yang diharapkan. Belum terdapatnya pemakaian kaidah-kaidah keabsahan yang baik dan benar disebabkan karena masih kurangnya penguasaan terhadap kosakata-kosakata yang digunakan dalam menyusun karangan tersebut. Selain itu, Sekolah yang seharusnya menjadi ajang mengasah keteramplilan siswa dalam mengarang belum memberikan latihan dan

praktik yang cukup agar siswanya terampil mengarang. Bahkan Tarigan mengatakan bahwa pengajaran mengarang di sekolah belum terlaksana dengan baik. Kelemahannya terletak pada caea guru mengajar, umumnya kurang bervariasi, tidak mengasah minat siswa uniuk mengarang, dan kurang dalam frekuensi. Petnbahasan karangan hasil karya siswa kurang dilakukan oleh guru, akibatnya siswa akan kehilangan gairah untuk belajar, berlatih dan berperaktik karang mengarang. Berdasarkan uraian tersebut, masalah pehelitian ini berpusat pada kemampuan menyusun karangan melalui pola pengembangan paragraf deduktif dan induktif di MTs. NW Karang Baru Kecamatan Wanasaba Tahun Pelajaran 2007/2008. Hal ini dilakukan mengingat keterampilan dalam menyusun paragraf merupakan materi yang paling banyak terjadi kesalahan dalam pengajaran keterampilan menulis.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini ialah: 1. Bagaimanakah kondisi awal kemampuan mengarang siswa kelas II MTs. NW Karang Baru Kecamatan Wanasaba? 2. Bagamanakah tindakan untuk niengoptimalkan kemampuan mengarang siswa dengan pola pongembangan paragraf deduktif dan induktif?. 3. Bagaimanakah hasil kemampuan akhir setelah dilakukan tindakan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pamasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian yang dicapai oleh peneliti adalah: 1. Untuk mengetahui kondisi awal kemampuan mengarang siswa kelas II MTs. NW Karang Baru Kecamatan Wanasaba. 2. Untuk mengoptimalkan kemampuan mengarang siswa dengan menggunakan kemampuan mengarang siswa dengan menggunakan pola pengambangan paragraf deduktif dan induktif. 3. Untuk mengetahui hasil kemampuan akhir setelah dilakukan tindakan.

1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, terutama untuk mengoptimalkan kemampuan mengarang siswa dengan menggunakan pola pengembangan paragraf deduktif dan induktif. 2. Bagi guru, dapat mengetahui kekurangannya dalam pembelajaran di kelas sehingga akan berusaha untuk mencari solusi agar mendapatkan model dan strategi yang lebih baik. 3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam rangka perbaikan pembelajaran di sekolah tempat meneliti dan sekolah pada umumnya.

BAB II KERANGKA TEORI

2.1. Mengarang dan Karangan Mengarang adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik (Arifin dan Tasai, 2002: 125). Mengarang merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan secara tak langsung dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kenyataan ini menuntut kepada pengarang agar terampil memanfkatkan tulisan, struktur kalimat, dan kosakata. Mengarang juga merupakan kegiatan produktif ekspresif (Tarigan, 1982: 71). Bahkan Utami Munandar (1988: 71), mengatakan bahwa mengarang merupakan kqgiatan kreatif. Oleh karena itu, keterampilan mengarang bukan merupakan suatu yang secara tiba-tiba ada dalam diri seseorang, tetapi merupakan hasil dari latihan dan praktik yang sering, teratur dan kontinyu, Pada awalnya kegiatan merangkai tidak berkaitan dengan merangkai menulis. Cakupan makna merangkai mula-mula. terbatas pada pekejaan yang berhubungan dengan benda konkret, seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata, lalu berlanjut dengan merangkai kalimat-kalimat, kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang merangkai atau menyusun kata, kalimat dan alinea tidak disebut perangkai tetapi penyusun atau pengarang untuk

membedakannya dengan perangkai bunga. Karena karangan tertulis juga disebut tulisan kemudian timbul sebutan penulis untuk orang yang menulisnya. Menurut Lamuddin Finoza (2001: 96), mengarang merupakan pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Sedangkan menurut pendapat Widiyamartaya dan Sudiati (1997), mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya. melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Adapun pengertian karangan menurut hemat penulis adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau luas dari alinea.

2. 1.1 Penggolongan Karangan menurut Cara Penyajian dan Cara Penyampaiannya. Menurut Imam Maliki (1995: 132) bahwa berdasarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat dibedakan menjadi enam (6) jenis, yaitu:

2. 1. 1.1 Karangan Deskripsi Deskripsi diambil dari bahasa Inggris Description yang tentu saja berhubungan dengan kata. keja to describe yang artinya menggambarkan dengan bahasa. Karangan deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan asal katanya

yaitu describe (bahasa latin) yang berarti tulisan tentang membeberkan sesuatu hal, melukiskan suatu hal. Deskripsi itu sendiri ialah suatu bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan menggambarkan hakikat objek yang sebenarnya.

2.1.1.2 Karangan Narasi Karangan narasi (berasal dari kata Narration yang artinya bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindaktanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam waktu satu kesatuan.

2.1.1.3 Karangan Eksposisi Kata eksposisi yang diambil dari bahasa Inggris exspotion, sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang membuka atau memulai. Karangan eksposisi merupakan sebuah karangan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.

2.1.1.4 Karangan Argumnentasi Tujuan utaina karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap dan tingkah laku tertentu. Syarat

utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bemalar dan menyusun ide yang logis. Karangan argumentasi memiliki ciffi-ciri: a. Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan

mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya. b. Mengusabakan pemecahan suatu masalah c. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian.

2.1.1.5 Karangan Persuasi Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat atau gagasan ataupun perasaan seseorang.

2.1.1.6 Karangan Campuran Selain merupakan karangan mumi, misalnya eksposisi atau persuasi, sering ditemukan karangan yang bercampuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan eksposisi dan deskripsi atau ekposisi dan argumentasi. Dalam wacana yang lain, sering kita temukan narasi yang berperan sebagai ilustrasi bagi karangan eksposisi atau persuasi.

2.2. Kerangka Karangan Secara singkat, kerangka karangan atau outline adalah suatu rencana kerja yang membuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap (Keraf, 1970: 132). Adapun manfaat sebuah kerangka kdrangan adalah sebagai berikut: a. b. c. d. Untuk menyusun karangan secara teratur Memudahkah penulis membuat klimaks yang berbeda-beda Menghindarkan penggarapan topik sampai dua kali atau lebih Memudahkan penulis mencari materi pembantu.

2.2.1 Penyusunan Kerangka Karangan Suatu. Kerangka karangan yang baik tidak di buat satu sekali, penulis akan selalu berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama. sehingga bisa diperoleh bentuk yang lebih baik, demikian seterusnya. Seorang penulis yang sudah biasa dengan tulisab-tulisan yang kompleks akan dengan mudah menyusun suatu kerangka karangan yang baik. Namun, sebelum seorang penulis yang baru mahir menyusun sebuah kerangka karangan diperlukan beberapa tuntutan (Keraf, 1970: 133). Langkah-langkah sebagai tuntutan yang harus diikuti adalah sebagai berikut: a. Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu. topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.

10

b. Langkah yang kedua adalah mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. c. Penulis berusaha mengadakan evaluasi semua semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. d. Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat terperinci, maka langkah kedua dan ketiga dikerjakan betulang-ulang untuk menyusun topik topik yang lebih rendah tingkatannya. e. Setelah semuanya siap, masih harus dilakukan langkah yang terakhir yaitu menentukan sebuah pola susunan yang paling panjang yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah di atas.

2.2.2 Syarat-Syarat Kerangka Karangan yang Baik Masih dalam Keraf (1970: 134) bahwa terlepas dari besar kecilnya kerangka karangan yang dibuat, tiap kerangka karangan yang baik harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut: a. b. c. d. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.

11

2.2.3 Pola Susunan Kerangka Karangan Masih menurut Keraf (1970: 135) bahwa untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur, biasanya dipergunakan beberapa cara atau tipe antara lain: 2.2.3.1 Pola Alamiah Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata dialami. Susunan alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian. utama yaitu: a. Urutan waktu kronologis adalah urutan yang didasarkan urutan peristiwa atau tahap-tahap kejadian b. Urutan ruang (sosial) menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang dan waktu. c. Topik yang ada

2.2.3.2 Pola Logis Macam-macam urutan logis yang dikenal adalah: a. Urutan klimaks dan anti klimaks b. Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan dari akibat ke sebab. c. Urutan pemecahan masalah d. Urutan umum-khusus terdiri dari dua corak yaitu dari umum ke khusus dan dari khusus ke umum

12

e. Urutan pamiliaritas f. Urutan akseptabilitas

2.3. Pengertian Paragraf Paragraf pada dasarnya merupakan istilah lain alinea. Sementara orang, untuk menyebut rangkaian kalimat yang terikat dalam satu kesatuan, ada yang menggunakan istilah alinea. Demi keseragaman penyebutan, dalam pembicaraan ini yang digunakan adalah paragraf. Paragraf sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalrjnat (Mustakim, 1994: 112). Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.agraf merupakan perpaduan kalimat-kalimat yang berkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut (Arifin-Tasai, 2002: 12 1). Paragraf merupakan sebagian bagian dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya (M. Ramlan, 1993: 1). Keraf (dalam Miharja, 1996: 2) menyebutkan bahwa paragraf adalah suatu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau lepas, tetapi dibangun oleh kalimt-kahmat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pada umumnya, paragraf yang baik harus memiliki hubungan yang kohesi dan koherensi. Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam paragraf sehingga tercipta hubungan yang apik. Koherensi adalah

13

kepaduan wacana sehingga komunikatif dan mengandung satu ide (Syamsudin A.R, 1997: 44). Kohesi merujuk pada pertautan bentuk sedangkan koheresi merujuk pada pertautan makna. Paragraf yang baik umumnya memiliki keduanya. Kalimat atau kata yang satu dengan yang lainnya bertautan, pengertian yang satu menyambung dengan pengertian yang lain. Sebuah paragraf hendaknya memiliki hubungan yang utuh. Keutuhan paragraf merupakan factor yang menentukan kemampuan berbahasa. Menyusun paragraf membutuhkan kemampuan dan ketelitian. Kemampuan yang dimaksud adalah bagaimana penyusun atau. penulis mampu mengorganisir kalimat-kalimat yang disusun sehingga menjadi paragraf yang padu dan benar-benar berhubungan kemudian sama-sama membentuk satu ide pokok. Di dalam paragraf, kalimat sama-sama menciptakan suasana yang menjelaskan pikiran utama yang terdapat dalam kalimat-kalimat yang satu menyusul kalimat yang lain dengan teratur. Tiap-tiap kalimat dalam paragraf susul menyusul dengan teratur. Antara tiap kalimat itu erat sekali hubungannya, kalimat yang kemudian adalah kelanjutan dari kalrjnat yang terdahulu. Tidak boleh satu kalimat yang sumbang, yang menceritakan hal lain diluar suasana ini, jika ada harus dikeluarkan. Oleh karena itu, letak kalimat utama tidak boleh sembarangan, urutannya harus menggambarkan pikiran utama. Ada cara yang mudah dalam menyusun paragraf. Selain mudah untuk mengembangkannya, kalimat-kalimat penjelasannya juga sangat beraturan. Mula-

14

mula dengan menyusun kerangka paragraf kemudian dari kerangka paragraf itu dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan dalam menyusun kerangka paragraf itu adalh betul memperhatikan urutan kerangka sudah benar-benar merupakan urutan yang sesuai dengan waktu atau kronologis (Z.H. ldris, dkk, 1979: 180). 2.3.1 Penanda Paragraf Menurut Tarigan (1994: 107), secara konkret istilah paragraf hanya terdapat pada ragam bahas tulis karena jalinan kalimat yang membentuk sebuah paragraf hanya dapat diidentifikasikan dalam bentuk tertulis. Dalam bahasa lisan sangat sulit mengidentifikasi apakah jalinan kalimat yang diucapkan oleh seseorang itu berupa paragraf atau bukan. Karena itu, penyebutan paragraf dalam pembicaraan ini merujuk pada ragam bahas tulis. Pada ragam bahasa tulis paling tidak ada dua penanda yang digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah paragraf, yaitu: 2.3.1.1 Paragraf ditandai dengan permulaan kalimat yang menjorok ke dalam, kirakira lima (5) atau tujuh (7) ketukan mesin ketik. Oleh karena itu, pembaca dengan mudah dapat mengenali permulaan tiap-tiap paragraf. Bahkan jika perlu, pembaca pun dapat menghitung jumlah paragraf dalam sebuah karya sastra. 2.3.1.2 Perenggangan, yaitu dengan memberi jarak tertentu antara paragraf yang satu dengan yang lain. Lebar perenggangan itu umumnya lebih renggang jarak spasi yang digunakan dalam tulisan yang bersangkutan.

15

2.3.2 Jenis-Jenis Paragraf Masih menurut Tarigan (1994: 104) mengatakan bahwa berdasarkan letak kalimat utama dan kalimat penjelasnya yang ada dalam stu paragraf dikenal dua pola pengembangan paragraf yaitu pola umum ke khusus dan pola khusus ke umum. Adapun pola paragraf yang dimaksud adalah sebagai berikut: 2.3.2.1 Paragraf Deduktif Paragraf deduktif adalah suatu paragraf yang menampilkan kalimat utama, atau kalimat topik pada awal paragraf, kemudian kalimat utama itu diikuti oelh kalimatkalimat lain sebagai pengembangnya. 2.3.2.2 Paragraf Induktif Paragraf induktif boleh dikatakan sebagai lawan atau kebalikan dari paragraf deduktif. Kalimat utamanya ditempatkan pada bagian kalimat, sedangkan kalimat induktif sebaliknya. Kalimat utwna pada paragraf induktif ditempatkan pada akhir paragraf dan sebelum kalimat itu ada beberapa kalimat penjelas. Dengan demikian, struktur kalimat ini diawali dengan beberapa kalimat penjelas lebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh kalimat utama. Sedangkan berdasarkan tujuannya paragrap dapat di bedakan menjadi tiga antara lain: 2.3.2.3 Paragraf Pembuka atau Pengantar Paragraf pengantar atau pembuka merupakan suatu jenis paragraf yang berfungsi untuk mengantarkan pembaca pada pokok persoalan yang akan dikemukakan.

16

Paragraf pembuka berperan sebagi pengantar untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan. Sebab itu paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka ini jangan terlalu panjang supaya tidak membosankan. Paragraf pembuka hendaknya juga sanggup atau mempunyai kemampuan menghubungkan pikiran pembaca pada pokok masalah yang akan disajikan selanjutnya. Paragraf pembuka mempunyai dua keguanaan yaitu selain supaya dapat menarik perhatian pembaca, juga berfungsi menjelaskan tentang tujuan dari penulis tersebut. Oleh sebab itu, penulis harus mampu menyajikan pembukaan ini dengan kalimat-kalimat yang menarik. 2.3.2.4 Paragraf Penghubung atau Pengembang Paragraf pengembang merupakan paragraf yang terletak antara pengantar dan penutup. Paragraf penghubung juga disebut paragraf pengembang. Fungsinya adalah untuk mengembangkan pokok persoalan yang telah ditentukan. Pada paragraf ini penulis menyatakan pokok pikiran yang ingin dikemukakan dan sekaligus menerangkan atau mengambangkannya. Pengembangan itu dapat dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan yang dikemukakan dan dapat pula sekaligus dengan memberikan bukti-bukti. Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung. Paragraf penghubung berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh kareha itu, secara kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang, dan antara paragraf dengan. paragraf harus berhubungan secara logis.

17

2.3.2.5 Paragraf Penutup Paragraf penutup merupakan suatu jenis paragraf yang berfungsi untuk mengakhiri karangan atau sebagai penutup karangan. Oleh karena itu, paragraf ini terletak pada akhir sebuah karangan atau karya tulis. Isinya dapat berupa, suatu simpulan atau rangkuman yang menandai berakhirnya suatu bahasan. Sebagai penutup, paragraf ini pun sangat penting karena tanpa paragraf ini pembaca sulit memahami apakah suatu karya tulis selesai atau belum. Dengan demikian, paragraf pehutup harus, ada pada setiap karya tulis. Sedangkan menurut tekhnik pemaparannya, paragraf dibagi menjadi empat (4) macam, yaitu: 2.3.2.6 Deskriptif Suatu paragraf yang melukiskan apa. yang terlihat di depan. mata yang bersifat tata ruang atau tata letak. 2.3.2.7 Ekspositoris Suatu paragraf yang menampilkan suatu objek peninjaunya tertuju pada suatu unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis atau keruangan. 2.3.2.7 Argumentatif Suatu yang lebih bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya paragraf ini menggunakan perkembangan analisis.

18

2.3.2.8 Naratif Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan sebuah cerita yang bersifat menceritakan. 2.3.3 Syarat-Syarat Paragraf yang Baik Berdasarkan pendapat Arifin-Tasai (1985: 126) Bahwa dalam pengembangan paragraf kita harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan. Adapun syarat-syaratnya paragraf yang baik antara lain : 2.3.3.1 Kesatuan Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tesebut. oleh kama itu, dalam

pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, suatu paragrap hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau topik. Semua katimat dalam paragrap harus membicarakan gagasan pokok tersebut. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topirjnya atau selalu relevan dengan topik. semua katimat berfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan. penulis yang masih dalam taraf belajar (tahap pemula) sering mendapat kesulitan dalam memelihara kesatuan ini.

19

2.3.3.2 Kepaduan Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pemikiran penulis tanpa hambatan karetili adanya loncatan pikiran yang membitigungkati. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan atau kohetetisi dititik beratkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan: 1. Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan: a. Repetisi atau pengulangan kata kata kunci b. Kata ganti c. Kata transisi atau ungkapan penghubung d. Paralelisme 2. Pemerincian dan urutan isi paragraf Pemerincian ini dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab-akibat, khusus-umum, umum khusus), menurut urutan ruang (spasial), menurut proses dan dapat juga dari sudut pandangan yang satu ke sudut pandangan yang lain.

20

3. Kelengkapan Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap jika tidak dikembangkan atau hanya diperlurus dengan pengulangan-pengulangan. 2.3.4 Pengembangan Paragraf Masih menurut Imam Maliki (1995: 11) bahwa dalam sebuah karya tulis, paragraf dapat dikembangkan dengan berbagai cara. Cara-cara atu tekhnik yang digunakan dalam pengembangan paragraf pada umumnya bergantung pada keluasan pandangan atau pengalaman penulis itu sendiri. Meskipun demikian, paling tidak dapat disebutkan adanya beberapa cara yang dapat digunakah untuk

mengembangkan. paragraf. Cara.-cara itu antara lain sebagai berikut: 2.3.4.1 Pengembangan dengan Klasifikasi Pengembangan dengah klasifikasi adalah suatu model pengembangan paragraf dengan cara mengklasifikasi masalah yang dikemukakan. Dengan klasifikasi itu diharapkan pembaca dapat mudah memahami informasi yang disajikan. 2.3.4.2 Pengembangan dertgan Definisi Pengembangan dengan definisi adalah suatu model pengembangan. paragraf yang dilakukan dengan cara memberikan definisi atau pengertian terhadap masalah yang jarang dibahas.

21

2.3.4.3 Pengembangan dengan Analogi Analogi adalah suatu bentuk pengembangan paragraf dengan mengutamakan dua hal yang berbeda. Sejalan dengan itu, pengembangan dengan analogi merupakan model pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda untuk memperjelas gagasan yang akan diungkapkan. 2.3.4.4 Pengembangan dengan Contoh Pengembangan paragraf dengan contoh merupakan. suatu jenis

pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara memberikan beberapa contoh sebagai penjelas gagasan yang dikembangkan. Pengembangan. paragraf dengan menyertakan contoh lebih tepat digunakan dalam menjelaskan masalah yang sifatnya abstrak atau masalah lain yang sifatnya sangat umum. 2.3.4.5 Pengembangan dengan Fakta Pengembangan dengan fakta mempakan suatu jenis pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara menyertakan sejumlah fakta atau bukti-bukti untuk memperkuat pendapat yang dikemukakan.

22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi merupakan

keseluruhan subjek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas II MTs. NW Karang Baru Kecamatan Wanasaba Tahun Pelajaran 2006/2007 yang terdiri dari. 3.1.2 Sampel

Sampel adalah sebagian bagian dari populasi dan sebagai contoh diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2003: 109). Sampel diambil dari teklmik random sampling dengan asumsi semua anggota populasi bersifat homogen sehingga secara langsung kelas dalam populasi-populasi itu dapat diujikan sebagai sampel anggota dalam populasi. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu satu kelas. Dalam hal pemilihan sampel ini yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 3.1.3 Bentuk Tindakan

Prosedur penelitian tindak kelas ini terdiri atas dua siklus atau lebih. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti yang telah didesain di dalam faktor yang ingin diteliti. Untuk dapat melihat kemampuan dan

23

keterampilan siswa dalam memahami dan mpnyusun sebuah karangan dengan menggunakan pola pengembangan deduktif dan induktif ini, maka akan diberikan sebuah latihan awal sekaligus sebagai pembangkit minat semangat mereka untuk mengikuti prosese belajar mengajar dan menerima materi yang akan diajarkan. Dari penerimaan yang juga sebagai tes awal itu, maka refleksi ditetapkan bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam menyusun sebuah karangan adalah melalui penelitian tindak kelas yang dilakukan di dalam kelas. Secara rinci, penelitian tindak kelas untuk siklus pertama dijabarkan sebagai berikut: 3.1.3.1 Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Membuat skenario pembelajaran b. Membuat lembar observasi untuk melihat bagiaman kondisi belajar mengajar di kelas ketika latihan itu diterapkan. c. Membuat alat bantu mengajar. Diperlukan dalam rangka peningkatan

keterampilan mengarang siswa. d. Mendesain dua alat evaluasi untuk mencermati kepahaman siswa dalam mebuat sebuah karangan dengan menggunakan pola pengembangan paragraf deduktif dan induktif serta untuk mengetahui apakah mereka sudah mampu membuat paragraf deduktif ataupun induktif dalam menulis sebuah karangan.

24

3.1.3.2 Pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3.1.3.3 Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan disertai dengan evaluasi. 3.1.3.4 Refieksi Data-data yang diperoleh dalam melaksanakan observasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari data-data atau hasil observasi itu, guru merefleksi diri dengan melihat data tersebut. Apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam mengarang dengan menggunakan pola pengembangan paragraf deduktif dan induktif. Di samping data observasi, digunakan juga j umal yang telah dibuat oleh guru pada saat guru selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Data dari jumal dapat juga dipergunakan sebagai acuan bagi guru untuk mengevaluasi diri sendiri. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. 3.1.4 Data dan Cara Pengembaliannya a. Sumber data dalam penelitian ini kelas ini bersumber dari siswa kelas II MTs. NW Karang Baru Kecamatan Wanasaba. b. Jenis data dari penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari hasil belajar, rencana pembelajaran dan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran.

25

c. Cara pengembalian data Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Data diambil dari hasil pemberian tugas kepada siswa 2. Data dari situasi kegiatan belajar mengajar pada. saat melaksanakan tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi 3. Data prestasi atau hasil belajar siswa diambil setelah proses pembelajaran dengan menggunakan tes dan diakhiri dengan evaluasi berdasarkan dengan standar penilaian yang telah direncanakan 4. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan diperoleh dari rencana pembelajaran dan lembar observasi. 3.1.5 Indikator Kerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah bila pemahaman dan kemampuan siswa dalam mengarang dengan menggunakan pola pengembangan paragraf deduktif dan induktif dapat ditingkatkan hingga 80%. Tugas penelitian yaitu: 1) Mendesain dan membuat proposal penelitian, 2) merencanakan dan membuat skenario pembelajaran, 3) melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan, 4) melaksanakan analisis data dan refleksi, 5) merancang dan menyusun laporan penelitian. 3.1.6 Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode tes yaitu suatu metode yang menggunakan serentetan pertanyaan atau latihan serta. alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

26

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun model tes yang dipakai adalah tes prestasi atau achievement tes, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang atau kelompok setelah mempelajari sesuatu. Tes ini diberikan sesudah orang atau kelompok yang dimaksud mempelajari hal-hal yang sesuai dengan apa yang akan diteskan. Analisis data keberhasilan penelitian ini, jika siswa mampu menulis karangan sesuai dengan ide pokok yang telah dicari dan menyusunnya menjadi sebuah karangan baru. Yang menjadi standar keberhasilan penelitian ini adalah jika dengan menggunakan modeling, kesalahan pengembangan ide pokok yang ditemukan dapat ditekankan semaksimal mungkin atau mencapai 90% dari kelas II MTs. NW Karang Baru Kecamatan Wanasaba. Untuk memberikan penilaian pada hasil siswa maka peneliti menentukan standar penilaian dengan beberapa aspek penilaian yang sesuai dengan kompetisi yang ada. Aspek penilaian yang menjadi standar penilaian siswab dapat dilihat pada tabel 3.1 Tabel 3.1. Standar Penilaian Siswa Dalam Membuat Keterangan Aspek Penilaian A. Isi meliputi 1. Menempatkan kalimat utama 2. Menempatkan kalimat penjelas dengan tepat 3. Koherensi (keterkaitan dan kesinambungan gagasan) B. EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) 1. Pemakaian tanda baca 2. Pemakaian huruf D. Pemilihan kata (diksi_ Keterangan : A Indikator B C D E

27

A : 80-100 B : 66-79 C : 56-65 D : 46-55 E : 0 -45

= Baik sekali = Baik = Cukup baik = Kurang = Tidak baik

Selanjutnya untuk mengetahui nilai rata-rata siswa dari hasil tes maka peneliti menggunakan rumus sebagai berikut: X = Keterangan: X f (x) n = Nilai rata-rata = Jumlah nilai siswa secara keseluruhan = Jumlah f ( x) n

28

You might also like