You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia.

Dalam keadaannya yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain. Adaptasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan baru. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Di dalam kandungan, fetus mempertahankan glukosa darah 7080% dari kebutuhan maternal melalui jalur plasenta. Terdapat penambahan cadangan glukosa pada hati, tulang dan otot jantung pada tahap akhir perkembangan fetus tetapi dengan sedikit glukoneogenesis. Bayi yang baru lahir masih bergantung pada glikolisis sampai adanya masukan dari luar. Untuk memfungsikan otak dibutuhkan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada tindakan penjepitan, tali pusat memakai klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Setelah lahir, bayi akan menghabiskan cadangan gula hatinya dalam 2-3 jam. Mengetahui hal ini, menimbulkan pertanyaan bagi kami tentang bagaimana bayi yang baru lahir memetabolisme glukosa yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Makalah ini akan membahas salah satu jenis perubahan yang dialami oleh bayi dalam masamasa awal kehidupannya. Yaitu tentang metabolisme glukosa pada bayi baru lahir.

B. Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui metabolisme glukosa pada bayi baru lahir, perubahan fisiologis bayi, serta patologi dari proses metabolisme ini.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Metabolisme Glukosa Metabolisme adalah jumlah semua proses fisik dan kimiawi di mana substansi hidup yang diorganisasi dihasilkan dan dipertahankan (anabolisme), dan juga transformasi dimana energy yang ada digunakan untuk organisme (katabolisme). Glukosa merupakan produk akhir dari metabolisme karbohidrat dan merupakan sumber energy utama bagi organisme hidup, yang kegunaanya dikontrol oleh insulin. Kelebihan glukosa diubah menjadi glikogen dan disimpan dalam hati dan otot untuk dipakai bilamana perlu, dan disamping itu iubah menjadi lemak dan disimpan sebagai jaringan adipose. Pada orang dewasa, metabolisme glukosa telah berkembang dengan baik. Tetapi pada bayi selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi dipenuhi oleh ibu. Saat bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi harus mempertahankan kadar glukosanya sendiri. Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran ) yang sebagian digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia. Di dalam kandungan, fetus mempertahankan glukosa darah 7080% dari kebutuhan maternal melalui jalur plasenta. Terdapat penambahan cadangan glukosa pada hati, tulang dan otot jantung pada tahap akhir perkembangan fetus tetapi dengan sedikit glukoneogenesis. Bayi yang baru lahir masih bergantung pada glikolisis sampai adanya masukan dari luar. Untuk memfungsikan otak dibutuhkan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada tindakan penjepitan, tali pusat memakai klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
3

cepat (1 sampai 2 jam). Setelah lahir, bayi akan menghabiskan cadangan gula hatinya dalam 2-3 jam. Bayi baru lahir tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenolisis). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai gikogen, terutama dalam hati, selama bulan- bulan terakhir kehidupan di rahim. Seorang bayi yang mengalami hipotermia sejak lahir, yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Hal inilah mengapa sangat penting untuk menjaga bayi tetap dalam keadaan hangat. Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam pertama, otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi yang baru lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim, dan distress janin merupakan resiko utama, karena simpanan energy berkurang atau digunakan sebelum lahir. B. Perubahan Sistem Metabolisme Glukosa 1. Hipoglikemia Bayi yang baru lahir memerlukan glukosa untuk memproduksi energy dan metabolisme sel agar fungsi kardiak, respiratorik, serta serebral dapat berlangsung. Kadar glukosa yang rendah akan

menggangu semua fungsi vital ini. Hipoglikemia merupakan suatu keadaan kegawatan pada anak, walaupun banyak studi menyebutkan otak dapat melepaskan substrat selain glukosa khususnya pada priode baru lahir, namun tidak ada satu pun substrat yang berhasil memperbaiki sekuele neurofisiologik akibat kurangnya glukosa pada system syaraf pusat. Tanda klinis dari hipoglikemia kurang begitu jelas, dapat ditemukan bayi yang menangis keras atau pun lemah, sianosis, apnea, apati, kejang, pergerakan mata yang abnormal, suhu yang tidak stabil, hipotoni dan kemampuan mengisap yang lemah. Pada beberapa bayi dapat tidak menunjukkan
4

tanda- tanda tersebut meskipun memiliki kadar glukosa darah yang sangat rendah. Insidens hipoglikemia bervariasi menurut definisi, populasi, metode dan waktu pemberian makanan, serta dan tipe pemeriksaan glukosa. Pemberian makanan lebih awal menurunkan insidens sedangkan prematuritas, hipotermia, hipoksia, diabetes ibu, infuse glukosa pada ibu dalam persalinan menambah insides hipoglikemia. Kadar glukosa serum menurun sesudah lahir sampai usia 1-3 jam. Pada bayi cukup bulan yang sehat kadar glukosa serumnya jarang kurang <35 mg/dl antara usia 1-3 jam, <40 mg/dl dari usia 3-24 jam,dan <45 mg/dl sesudah 24 jam. Hipoglikemia pada neonatus di artikan dengan kadar gula darah<40 mg/dl. Setelah 72 jam dari kelahiran, kadar glukosa plasma seharusnya lebih tinggi atau minimal sama dengan 40 mg/dl. Meskipun tidak ada ambang batas spesifik, kadar glukosa darah <20 mg/dl atau tetap rendah selama lebih dari 1-2 jam dapat memberikan gangguan perkembangan saraf yang permanen, sehingga bayi dengan resiko tinggi mengalami hipoglikemia memerlukan kontrol glukosa ketat. Empat kelompok patofisiologi bayi neonatus yang beresiko tinggi menderita hipoglikemia adalah: Bayi-bayi dari ibu yang menderita diabetes mellitus atau diabetes selama kehamilan Bayi-bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauteri atau bayi-bayi preterm yang mengalami malnutrisi intrauteri, bayi kembar, dan bayi dengan kelainan plasenta Bayi yang amat immature atau menderita sakit berat dan juga bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi dengan defek metabolic genetick seperti intoleransi fruktosa dan penyakit penyimpanan glikogen.

Diagosa hipoglikemia dibuat jika kadar glukosa dalam plasma kurang dari 1,75 mmol per liter (30 mg %) pada bayi aterm, atau kurang dari 1,15 mmol per liter (20 mg %) pada bayi prematur. Kadar glukosa darah yang normal adalah 3,5 - 5,5 mmol per liter (60 100 mg %). Gejala-gejal hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas, meliputi: kejang-kejang halus, sianosis, apnu, tangis lemah, letargis, lunglai dan menolak makanan. Bidan dan perawat harus selalu ingat bahwa hipoglikemia bisa saja tanpa gejala di awal. Akibat jangka panjang hipoglikemia adalah kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak. Tanda-tanda hipoglikemia (letargi, kemampuan mengisap yang jelek, hipertonisitas, gemetaran) mungkin baru akan terlihat setelah kerusakan otak terjadi. Semua bayi yang beresiko harus menjalani pemeriksaan screening yang frekuent dengan Dextrostix untuk mengukur kadar glukosa darahnya dan disusui secara teratur serta sering, karena Dextrostix hanya memberikan hasil perkiraan, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan pada bayi- bayi paling beresiko. Jika keadaan hipoglikemia ini tidak ditemukan secara dini, keadaan ini akan mengakiatkan gangguan serebral. Bahkan sekalipun hipoglikemia sudah diobati sebelum tanda-tandanya muncul, yang

kemungkinan terjadinya disfungsi system saraf pusat tetap terdapat. Jika tanda-tandanya sudah timbul sebelum pengobatan diberikan, maka terdapat insidensi terjadinya disfungsi system saraf pusat yang tinggi (30-60 %). Semua bayi yang pernah didiagnosa menderita

hipoglikemia harus mendapatkan pengawasan tindak lanjut yang cermat.

Bayi yang membutuhkan tindakan bedah beresiko menambah hipoglikemia sehingga memerlukan 10% glukosa (infuse),

pemberiannya biasanya dimulai ketika masuk rumah sakit dan di kontrol secara berkala. Apabila kadar glukosa darah turun hingga dibawah 40 mg/dl atau terdapat tanda- tanda hipoglikemia, dalam sejam segera dibolus 1-2 ml/kg (4-8 mg/kg/min) glukosa 10% iv. Meskipun jarang, hidrokortison, glukagon, atau somatostatin dapat di gunakan untuk penanganan hipoglikemia yang persisten. Koreksi penurunan glukosa darah dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: 1. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir harus di dorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir) 2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis) 3. Melalui pembuatan glukosa baru dari sumber lain, terutama lemak (glukoneogenesis) 2. Hiperglikemia Hiperglikemia di definisikan sebagai kadar glukosa darah lebih dari 125-140 mg/ dl. Hal ini biasanya iatrogenik, dan menghasilkan keadaan hiperosmolar dan yang diuresis dapat osmotik menyebabkan yang pada perdarahan gilirannya

intraventricular

menyebabkan dehidrasi dan hipernatremia. Hiperglikemia merupakan masalah yang biasa terjadi pada pemakaian total parenteral nutrition(TPN) pada bayi yang sangat immature (<30 minggu) atau bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1,1 kg. Hiperglikemia ini terjadi sehubungan dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin. Hiperglikemia dapat menyebabkan perdarahan intraventrikular serta kehilangan kadar air dan elektrolit. Untuk itu kadar glukosa dalam TPN harus disesuaikan berdasarkan kadar glukosa serum. Kadang- kadang insulin 0,001-0,01 U/kg/min dapat diberikan (iv)

untuk

mempertahankan

normoglikemia

dan

sangat

membantu

utamanya pada bayi dengan berat badan sangat kurang.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi dipenuhi oleh ibu. Saat bayi lahir dan tali pusat dipotong, bayi harus mempertahankan kadar glukosanya sendiri. Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran) yang sebagian digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia. Hipoglikemia pada neonatus di artikan dengan kadar gula darah<40 mg/dl. Setelah 72 jam dari kelahiran, kadar glukosa plasma seharusnya lebih tinggi atau minimal sama dengan 40 mg/dl. Koreksi penurunan glukosa darah pada bayi dilakukan dengan penggunaan ASI, penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis), dan pembuatan glukosa baru dari sumber nonkarbohidrat (glukoneogenesis). Kelompok neonates yang beresiko tinggi mengalami hipoglikemia yaitu: bayi dengan ibu DM dan DM selama kehamilan; bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauteri atau bayi preterm yang malnutrisi intrauteri, bayi kembar, dan bayi dengan kelainan plasenta; Bayi yang amat immature atau menderita sakit berat dan juga bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR); Bayi dengan defek metabolic genetik seperti intoleransi fruktosa dan penyakit penyimpanan glikogen. Semua bayi yang pernah didiagnosa menderita hipoglikemia harus mendapatkan pengawasan tindak lanjut yang cermat. B. Saran Dalam makalah ini menyajikan tentang asuhan metabolisme glukosa pada bayi baru lahir yang masih sangat bergantung pada orang lain. Dengan
9

adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya perawat dapat lebih mengerti dan memahaminya sehingga dapat dipergunakan dengan sebaikbaiknya dalam asuhan keperawatan dan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun isi dari makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapat

kesalahan, karena itu diharapkan pembaca tetap mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai proses metabolisme glukosa bayi baru lahir.

10

DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. 2010. Yogyakarta: Graha Ilmu

Asuhan Kebidanan Masa Persalinan.

Dorland. 2010. Kamus Saku kedokteran DORLAND edisi 25. Jakarta: EGC Fadilah Siti. 2009. Perubahan Fisiologi/ Adaptasi Fisik Bayi Baru Lahir. Available at:

http://bidandhila.blogspot.com/2009/01/perubahan-fisiologiadaptasi-fisik-pada.html Famer Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC Hamilton Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan

Maternitas. Jakarta: EGC

11

You might also like