You are on page 1of 10

Subscribe:

HOME

HUKUM

EKONOMI

KOMPUTER

KEGURUAN

ARTIKEL UMUM

KEBIDANAN

SKRIPSI

Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar


BAB I PENDAHULUAN

Follow by Email
Email address...

Popular post
A. Latar Belakang/Permasalahan Abses Hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena infeksi bakter, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gasmointestional yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nektolik, sel-sel inflamasi atau sel darah di dalam parenkim hati. Abses Hati dibagi secara umum yaitu abses hati amebik (AHA) dan akses hati piogenik. Abses Hati amebik yaitu komplikasi dimebiasis ekstraintertinal yang paling sering dijumpai di daerah tropik/subtropik, termasuk Indonesia. Abses hati piogenik sebagai hepatic abscess, bacterial liver obscess, buctelial obscess of the liver, bacterial hepatic abscess. Di negara-negara yang sedang berkembang abses hati amebik didapatkan secara endemik dan jauh lebih sering dibandingkan dengan abses hati piogenik. Abses hati piogenik ini tersebar di seluruh dunia, dan terbanyak di daerah tropis dengan kondisi higrene/sanitasi yang kurang. Secara epidemiologi didapatkan 8-15 per 100.000 kasus abese hati piogenik yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, dan dari beberapa kepustakaan Barat, didapatkan prevalensi antopsi bervariasi antara 0,29-1,47%. Sedangkan prevalensi di rumah sakit antara 0,008-0,16% abses hati sering terjadi pada pria dibandingkan perempuan dengan rentang usia berkisar lebih dari 40 tahun, dengan insiden puncak pada dekade ke-6 Berdasarkan hasil Laporan Medical Record Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mulai 01 Jnauari-31 Desember 2010 didapatkan penderita Abses Hepar sebanyak 71 orang. Jumlah penderita laki-laki sebanyak 57 orang dengan presentase 0,80%, sedangkan pada perempuan sebanyak 14 orang. Jumlah penderita yang meninggal dunia pada jumlah keseluruhan sebanyak 3 orang. Dari data tersebut di atas bahwa penderita Abses Hepar mayoritas dialami oleh laki-laki. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi abses hepar sangat diperlukan kerjasama tim kesehatan dan penanggulangan Abses Hepar dengan terjadinya dalam pemenuhan diri, memeriksa kesehatan secara teratur, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari minuman beralkohol, mengawasi pemberian obat atau terapi yang membantu pemulihan. Dengan latar belakang di atas penulis tertarik dan ingin mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat pada Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar. Sehingga memilih judul untuk Karya Tulis Ilmiah mengenai Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar pada Tn. S di Ruangan Santa Melania Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. July (2) May (3) B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Agar penulis mampu melaksanakan dan menerapkan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan penulisan Karya Tulis ini agar penulis diharapkan mampu : 1. Melakukan Pengkajian pada Tn. S dengan gangguan sistem pencernaan dengan Abses Hepar 2. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Tn. S dengan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar 3. Merencanakan Tindakan Keperawatan kepada Tn. S dengan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar 4. Melaksanakan Tindakan Keperawatan pada Tn. S dengan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar 5. Melakukan Evalausi Keperawatan terhadap tindakan yang diterapkan pada Tn. S dengan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar
PELUANG BISNIS DARI RUMAH
BISNIS DARI RUMAH RAIH INCOME 5-15 JT PERBULAN w w w .bisrum.co.cc Already a member? Sign in w ith Google Friend Connect

Contoh Makalah Bahasa Inggris CHAPTER I INTRODUCTION 1. Background of the Study In the classroom students do their educational activity - learning - but they SISTEM HUKUM INTERNASIONAL also do... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dapat hidup berdampingan secara damai dengan bangsa bangsa lain Pancasila Sebagai Identitas Nasional Serta merupakan dambaan... Aktualisasi Pengamalan Pancasila Dibidang Politik Dalam Era Globalisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi memang sebuah keniscayaan waktu yang mau tidak mau dihadapi oleh Labels negara manapun di ...

Blog Archive
2012 (14) 2011 (15) September (2) Sep 25 (2) Ibu Menopause Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar

April (8)

Followers

Members (6)

Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar C. Ruang Lingkup Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membahas Asuhan Keperawatan di Ruangan Rawat Inap dan satu kasus saja yaitu Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan dengan Abses Hepar pada Tn. S di Ruangan Santa Melania Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang diikuti mulai tanggal 28-30 Juni 2011. D. Metode Penulisan Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara : 1. Pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari 2 cara yaitu : a. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung antara penulis dengan keluarga atau orang terdekat pasien (Allo Amnese) b. Observasi kangsung yaitu pemeriksaan fisik mulai dari inspeksi, palpasi, perfusi dan auskultasi c. Studi literatur yaitu dengan cara mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan penyakit abses hepar baik secara medis maupun asuhan keperawatan d. Studi dokumentasi yaitu mempelajari asuhan gangguan yang berhubungan dengan abses hepar seperti catatan keperawatan hasil pemeriksaan secara laboratorium, hasil pemeriksaan , anatomi, catatan perawat tentang pasien.

E. Sistematika Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 BAB dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Terdiri dari Latarbelakang, Tujuan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan BAB II : Tinjauan Teoritis A. Konsep Medis Terdiri dari Defenisi, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan diagnostik, Komplikasi, Penatalaksanaan dan Prognosa B. Konsep Keperawatan Terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan dan Rencana keperawatan BAB III : Tinjauan Kasus Terdiri dari Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan BAB IV : Pembahasan Berisikan tentang Kesenjangan antara teoritis dengan kasus yang dijumpai BAB V : Penutup Yang meliputi Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN : a. Lembar Persetujuan Karya Tulis Ilmiah b. Daftar Konsul BAB II TINJAUAN TEORITIS ABSES HATI A. Konsep Medis 1. Defenisi Abses adalah pengumpulan ciran nanh tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi I kulit, gusi, tulang, dalam organ tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak area yang terjai abses berwarna merah dan menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat. (Microsoft Encarta Refrence Library 2004) Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh kita, warnanya cokelat dan beratnya 1,5 kg, letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen sebelah kanan bawah diafragma. (Drs. H. Syafuddin, 2006) Abses hati adalah bebentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis stail yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses gupurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati neklohk, sel-sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hati. 2. Anatomi Fisiologi

2. Anatomi Fisiologi a. Anatomi Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh kita, warnanya cokelat dan beratnya 1,5 kg, letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen sebelah kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas 2 lapisan utama : Permukaan atas berbentuk cembung, terletak dibawah diafragma, dan permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transbersus. Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibahi 4 belahan : lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quardratus. Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatika, dan vena porta. Arteri hepatika keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95% -100%, masuk kehati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai vena hepatika. Vena portu yang berbentuk dari lielasis dan vena merantika superior menghantarkan 4/5 datah kehati. Darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa oksigen telah diambil oleh limfe dan usus. Guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Besarnya kira-kira berdiamater 1mm. Satu dengan yang lain terpisah oleh jaringan ikat yang membuat cabang-cabang pembuluh darah ke hati, lubang vena portu arteri hepatika dan saluran-saluran empedu dibungkus bersama oleh sebuah balutan dan membentuk saluran porta. Darah berasal dari vena portu bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah pembuluh sinusoid darah atau kapiler hepatika. Pembuluh darah halus berjalan diantara lobulus hati, disebut vena interlobuler. Dari sisi cabang-cabang kapiler masuk kedalam bahan lobulus yaitu vena lobuker. Pembuluh darah ini mengalirkan darah dalam vena lain yang disebut vena sublobuler, yang satu sama lain membentuk vena hepatika dan langsung masuk ke dalam vena kara interior. Empedu dibentuk didalam sela-sela keal di dalam sel hepar melalui kapiler empedu yang halus/korekuli. Bahan-bahan termasuk glikogen lemak, vitamin, zat besi, vitamin yang larut dalam minyak atau lemak disimpan dihati. Hati membantu mempertahankan suhu tubuh karena masing organ ini dan banyaknya kegiatan metabolisme yang berlangsung sehingga mengakibatkan darah banyak mengalir melalui organ ini yang menaikkan suhu tubuh. B. Fisiologi 1. Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usu dan yang disimpan disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaian dalam jaringan. 2. Mengubah zat buangan dan bahan eacun untuk diekskresi dalam empedu dan urine. 3. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen 4. Diekresi empedu, garam empedu dibuat dihati, dibentuk dalam sistem ertikuldendetelisin disalurkan ke empedu 5. Pembentukan utelum, hati membentuk asam amino diubah menjadi uteum, dikeluarkan dalam darah oleh ginjal dalam bentuk urine. 6. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air. 3. Etiologi Pada umumnya abses hati terbagi atas dua yaitu : a. Abses hati amebik merupakan komplikasi amebiasis ektraintestinal yang sering dijumpai di daerah tropik/subtropik, termasuk Indonesia. b. Abses hepar pyogelik dikenal dengan juga sebagai hepatis abses barterial inter obscess, bakterial obscess of the liver, bacterial hepatic abscess. (Aru. W.S, 2002). 4. Patofisiologim 5. Manifestasi Klinik Beberapa manifestasi klinis abses hepar adalah, Demam, menggigil, diafresis, malaire, anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, nyeri tumpul pada adomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen, hepatomegali, ikterus, anemia. a. Test - Diagnostik 1. Laboratorium Kelainan pemeriksaan hematologi pada amblaus hati didapatkan hemoglobin antara 10,411,39% sedangkan leukosit berkisar antara 15.000-16.000/ml. Pada pemeriksaan faal hati didapatkan albumin 2,76-3,059 % globunin 3,62-3,759% totoal bilimbin 0,9-2,44 mg% fostafase alkali 270,4-382,0 u/i sedangkan SGOT 27,8-55,9 u/i dan SEPT 15,7-63,0 u/i. Jadi kelainan laboratorium yang dapat ditentukan pada amebitus hati adalah anemia ringan

Jadi kelainan laboratorium yang dapat ditentukan pada amebitus hati adalah anemia ringan sampai sedang lekositosis berkisar 15.000/ml sedangkan kelainan faal hati didapatkan ringan sampai sedang. 2. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto dada Kelainan foto dada amebiasisi hati dapat berupa peninggian kubus diafragma, efusi pleura, kolagis paru dan abses paru. 2. Foto pulus abdumen Kelainan fotopuler abdumen tidak begitu banyak hanya mungkin dapat berupa gambaran ilens, hepotonegali, atau gambaran udara diatas hati jarang didaptkan berupa air fluid level yang jelas. 3. Ultrasonografi USG dapat mendeteksi kelainan sebesar 2 cm disamping sekalian dapat melihat kelainan lilien diagragma keterbatasan USG terutama jika kelainan pada daerah tertentu pasien atau kurang kapertuby. Gambaran ultrasonografi adalah : 1. Bentuk bulat atau oval 2. Tidak ada gema dinding yang berarti 3. Ekogenesitas lebih rendah dari parenkim hati normal 4. Brsentuhan dengan kapsul hati 5. Peninggian soluk distel 6. Penatalaksanaan Terapi abses hati mencakup pemberian antibiotik secara intervensi. Antibiotik yang digunakan dalam terapi tergantung pada jenis mikroorganisme yang ditemukan. Peramatan yang kontinu merupakan indikasi meningkat kondisi pasien yang serius. (Brunner & Sudarth 2001) 7. Komplikasi Klainan plempulmonal Gagal hati Perdarahan kedalam rongga abses Hemobilia Empioma Fislusa nepabronkial Ruphur ke dalam pelikerd atau retropsitoneum (An. W.Sudoyo, 2006) B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, malause umum b. Sirkulasi Tanda : klerik pada sklera, khht, membran mukosa c. Eliminasi Gejala : Diare/konstipasi d. Makanan/cairan Gejala : Hilang nafsu makan (endreklia),penurunan berat badan, mual muntah. Tanda : asilis e. Neurosenson Tanda : peka rangsang, letangi, asleriksis f. Nyeri / kenyamanan Gejala : kram abdumen, nyeri tekan pada kudian kanan atas Tanda : otot tegang, gelisah g. Pernafasan Gejala : tidak minat/enggan merokok (perokok0 h. keamanan Gejala : adanya transfusi darah Tanda : demam, lartikalia, Lesi mukulopapuler, enlema tak beraturan. i. Seksualitasi Gejala : pada hidup/perilaku meningkatkan resiko terpgan h. Penyuluhan Gejala : riwayat yang diketahui/mungkin berpajan pada linus, bakteri.

2. Diagnosa Keperawatan 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan/ketahanan nyeri/mengalami keterbatasan aktivitas/depresi 2. perubahan pada nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuho kebutuhan metabolik, anoreksia, mual/muntah gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, penurunan peristaltik (replek fiseral0 empedu tertahan, peningkatan kebutuhan kalori/status supermetabolik. 3. Resikotinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (asites0 gangguan proses pembekuan. 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, malnuktisi, kurang pengetahuan untuk menghindari permajanen pada patigen. 5. Harga diri rendah berhubungan dengan jengkel/marah/terkurung sakit lama, periode penyembuhan. 6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan. 7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi tidak mengenal sumber informasi. (Maruln Dengoes, 2000) 3. Rencana Keperawatan No Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi 1 Menunjukkan teknik/ perilaku yang memam-pukan kembali melakukan aktivitas Kriteria hasil : Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas - Tingkatkan turah baring/duduk berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan.

- Ubah posisi sesering mungkin, berikan perawatan kulit yang baik. - Lakukan tugas dengan cepat - Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif aktif. - Dorong menggunakan manajemen stress contoh relaksasi progresif, isnansasi bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton tv, radio, membaca. - Awasi terlulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati. - Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah kekaki yang mencegah sirkulasi optimal kehati. - Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan. - Meningkatkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan. - Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan ini dapat terjadi karena keterbatasan yang terganggu periode istirahat. - Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping. - Menunjukkan berkurangnya resolusi/ eksaserbasi penyakit memerlukan istirahat lanjut mengganti program terapi 2 Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/ memperta-hankan berat badan yang sesuai. Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan hasil berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan sebab tanda malnutrisi - Atasi pemasukan diet/jumlah kalori beri makanan sedikit dalam frekwensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar. - Berikan perawatan mulut sebelum makan - Anjurkan makan pada posisi duduk tegak - Dorong pemasukan sari jeruk, minum karbonat dan permen serat sepanjang hari. - Kolaborasi dengan ahli diet, dukung tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien dengan masukan lemak dan potensi sesuai toleransi. - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi seperti antibiotik - Berikan tambahan makanan/ nutrisi dukungan total bila dibutuhkan. - Makan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia juga paling kuat selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.

- Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan. - Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan - Bahan ini sudah dicerna/toleran bila makanan lain tidak. - Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu metabolisme lemak bervariasi, tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu dan perlunya pembatasan pemasukan lemak serta terjadi diare. - Diberikan jam sebelum makan dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan. - Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tunda kekurangan terjadi/ gejala memanjang. 3 Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda lilal stabil dengan kulit baik, pengisian kaliper nadi, peliper kuat dan - Awasi masukan dengan keluaran urine, bandingkan berat badan harian catat kehilangan melalui usus haslus, mundath, diare - Kaji tanda vitas nadi perfor, penisian kapiler turgor kuat dan membran mukrosa - Periksa asites atau pembentukan adema, ukur lingkar abdomen sesuai indikasi. - Berikan pasien menggunakan lapkatun/ spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi - Observasi tanda pendarahan, contoh hematurin/ moleha rekimosisi, perdarahan terus menerus dan ganti/ bekas infeksi. - Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian efek terapi, catatan diare berhubungan dengan respon terhadap infeksi dan mungkin trejadi sebagai masalah yang lebih serius dari obstruksi aliran darah portal dengan kongesti vaskuler pada praktitis sebagai hasil pengguna obat (intomicin) akulasi untuk menurunkan kadar amonia sesuai pada adanya enselofasi hepatik. - Indikator volume sirkulasi/perfusi - Menurunkan kemungkinan perdarahan kedalam jaringan - Menghindari trauma dan perdarahan gusi 4 Mengatakan pemahaman penyebab menderita/ faktor resiko, menunjukkan teknik melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang/ transmisi ke orang lain. - Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan pernafasan sesuai kebijakan rumah sakit, termasuk cuci tangan efektif. - Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi - Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/ orang terdekat - Mencegah transmisi penyakit keluar ke orang lain melalui cuci tangan efektif dalam mencegah transmisi linus. - Pasien terpajan terhadap proses infeksi/ densial resiko komplikasi setuniler. - Pemahaman alasan untuk untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma. 5 Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi diri negatif, menyetakan penerapan diri dan lamanya penyembuhan/ kebutuhan isolasi meyakini diri sebagai orang yang berguna, bertanggung jawab pada diri sendiri. - Kontak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar, dorong diskusi perasaan/ masalah - Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup (penggunaan alkohol) - Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien - Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi - Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya, kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk mengungkapkan perasaam, untuk rasa lebih mgnontrol situasi pasien merasa fesat dan mengalahkan diri, penilaian dari orang lain aka merusak harga diri lebih lanjut. - Masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran fungsi pasien pada keluarga. - Meningkatkan hrga diri dan meminimalkan cemas dan depresi. 6 Meningkatkan jaringan kulit/ utusi, exbos eksosiasi, melaporkan tak ada penurunan pruritus/ lecet - Gunakan air mandi dingin. Hindari sabun/ alkali berikan minyak sesuai indikasi. - Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau kelamaan tidur - Berikan masase pada waktu tidur - Berikan obat sesuai indikasi - Mencegah kulit kerign berlebihan, memberikan penghilang gatal - Menurunkan potensial cedera kulitm - Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan perubahan kulit - Menghilangkan gatal

7 Menyatakan pemahaman proses penyakit dan mengatakan. Mengidentifikasi hubungan tanda/ gejala penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan. - Kaji tingkah pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan - Berikan informasi khusu tentangpencegahan/penularan penyakit - Remajakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat - Bantu pasien mengidentifikasi aklilus penyakit - Dorong keseimbangan diet seimbang - Identifikasi area untuk mempertahankan fungsi usus biasanya. - Diskusikan pembatasan standar darah - Kaji ulang perlunya menghindari alkohol G-12 bulan minimum atau lebih lama sesuai toleransi individu - Mengidentifikasi area kekurangan pengatahuan/ salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan. - Kebuthan/ rekomendasi akan bervariasi karena penyebab dan sirkulasi individu. - Ini tak perlu ditunggu sampai berubah sampai kembali normal untuk memulai aktivitas tetapi aktivitas keras perlu dibatasi sampai habis kembali normal. - Aktivitas yang dapat dinikmati atau membantu pasien menghindari permasalahan pada penyembuhan panjang. - Meningkatkan kesehatan umum dan meningkatkan proses penyembuhan jaringan. - Penurunan tingkat aktivitas, perubahan pada pemasukan makanan/cairan dan mulilitas usus dapat mengakibatkan kongsipasi - Mencegah penyebaran infeksi - Meningkatkan iritasu hepatik dan mempengaruhi pemulihan. BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DENGAN ABSES HEPAR PADA TN. S DI RUANGAN SOMTA MELONIA RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN 28 30 Juni 2011 A. Identifikasi 1. Pengkajian a. Biodata Nama initial : Tn. S Tempat /Tgl.Lahir (umur) : 4-4-1965 (46 tahun) Jenis kelamin : Laki-laki Status perkawinan : Sudah menikah Agama : Katolik Warga negara/suku : Indonesia/Batak karo Pendidikan/pekerjaan : PNS Alamat rumah : Desa Hulu Kec. Pacur batu Kab. Deli Serdang Tanggal masuk/jam : 24 Juni 2011/ 21.00Wib Rekam medik : 00-25-41-99 b. Penanggung jawab Nama : Tn. K Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Desa Mbainai Kec. Sibiru-biru Kab. Deliserdang Pekerjaan/pendidikan : Wiraswasta Hubungan dengan pasien : Saudara kandung B. Data Medik Diagnosa : Abses hepar Dr.yang merawat : dr.Pengarapan C. Riwayat Kesehatan Sekarang I. Riwayat kesehatan/alasan masuk rumah sakit Santa Elisabeth Medan tanggal 24 Juni 2011 pukul 21.00Wib. Pada tanggal 24 Juni 2011 pukul 21.00wib pasien datang kerumah sakit Santa Elisabeth Medan dengan keluhan nyeri pada perut sebelah kanan atas, sering mual muntah, tidak selera

makan, tidak bisa tidur karena nyeri pada perut demam atas anjuran dokter untuk rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, cek darah rutin, cek fungsi faal hati, USG. Nyeri dapat berkurang setelah makan obat yang diberikan oleh dokter. II. Keluhan saat ini tanggal 28 Juni 2011 pukul 14.00 Wib Pada tanggal 28 Juni 2011 pukul 14.00Wib, masih ada nyeri pada perut kanan atas, sering mual saat makan, tidak selera makan, tidak bisa tidur karena nyeri pada perut terutama pada malam hari. III. Keadaan umum a. Tekanan darah : 110/70 mmhg MAP = = Kesimpulan : Perpfusi ginjal masih dalam batas normal MAP normal : 70 100 mmhg b. Pernafasan : frekwensi 22 x/menit c. Suhu : 37,5C d. Nadi : 88 x/menit IV. Genogram Keterangan D. Pola kesehatan sehari-hari a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan 1. Data Subjektif Pasien yang sakit, jika sakit hanya flu, batuk, sakit kepala, demam, diare, biasanya diobati pake obat warung seperti obat sanaflu, bodrex, ponstan langsung sembuh kalau diare menggunakan larutan garam. jarang memeriksa kesehatan ke fasilitas kesehatan b. Keadaan saat ini tanggal 28 Juni 2011 pukul 14.00 Wib Pasien mengeluh nyeri didaerah perut kanan atas, nyeri seperti ditusuk-tusuk, sudah dilakukan perawatan selama 4 hari tetapi nyeri masih ada. E. Pola Nutrisi Metabolik 1. Data Subjektif a. Keadaan sebelum sakit Pasien memiliki kebiasaan makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk dan sayur ditambah dengan air putih 6-8 gelas tiap hari, tidak memiliki kesulitan saat makan. b. Keadaan saat ini tanggal 28 Juni 2001 Pasien tidak selera makan karena merasa pahit dilidah, dan ada rasa mual setiap mau makan. 2. Data Objektif Pasien terakhir makan pukul 11.30 Wib, makan yang diberikan tidak hasbis karena pasien merasa mual, dan ada rasa pahit dilidah, mukosa bibir kering, tidak ada peradangan pada gusi, gigi geligi lengkap tidak ada gigi palsu. F. Pola Eliminasi 1. Keadaan Subjektif a. Keadaan sebelum sakit Pasien memiliki kebiasaan BAB 1-2 x /hari, biasanya pada pagi hari atau sore hari, BAK 6-6 x/hari b. Keadaan sejak sakit Pasien merasa sulit BAB dan BAK seperti biasa. 2. Data Objektif Pasien masih bisa mandi kekamar mandi, tetapi terkadang dibantu oleh istri karena pasien merasa lemas G. Pola Kativitas dan Latihan 1. Data Subjektif a. Keadaan sebelum sakit Pasien memiliki kegiatan sehari-hari. Bekerja sebagai guru SMA mulai pagi sampai sore hari, sehabis pulang dari sekolah membantu istri bekerja di kebun. b. Keadaan sejak sakit Pasien sulit melakukan aktivitas yang berat, namun untuk melakukan aktivitas sederhana seperti makan, minum, kekamar mandi masih bisa dilakukan walau perut terasa sakit, namun kadang-kadang pasien minta bantuan istri bila pasien merasa tidak sanggup melakukan aktivitas tertentu.

aktivitas tertentu. 2. Data Objektif Aktivitas harian : pasien dapat melakukan aktivitas dengan H. Pola Tidur dan Istirahat 1. Data Subjektif a. Keadaan sebelum sakit Kebiasaan pasien waktu tidur setiap hari 6-7 jam tidup pada malam hari pukul 22.00 05.00 wib, pasien tidak pernah menggunakan obat tidur saat tidur menggunakan lampu tidur, pada siang hari jarang tidur siang. b. Keadaan sejak sakit, tanggal 28 Juni 2011 Sejak sakit tidak dapat tidur dengan nyenyak apalagi pada malam hari karena merasa nyeri 2. Data Objektif Pasien tampak gelisah, mengeluh nyeri pada perut kanan atas, ekspresi wajah mengantuk, sering menguap, palpebrae tampak kehitaman. I. Pola persepsi kognitif - pengetahuan 1. Data Subjektif a. Keadaan sebelum sakit Pasien tidak mengerti tentang penyakitnya karena tidak pernah menanyakan kepada tenaga kesehatan tentang penyakit yang dialami sekarang ini. b. Keadaan sejak sakit, tanggal 28 Juni 2011 Setelah dokter menjelaskan tentang penyakitnya, dokter menyarankan untuk cek darah rutin, cek fungsi faal hati, faal ginjal, dan elektrolit untuk kesimpulan penyakit yang dialaminya. 2. Observasi Pasien tidak banyak mengerti tentang penyakit yang dialaminya, hanya dapat menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan yang dianjurkan oleh dokter untuk kepastian penyakit yang dialaminya. J. Pola Persepsi dan Konsep Diri 1. Data Subjektif a. Keadaan sebelum sakit Pasien sebelum sakit dia berperan aktif dalam pekerjaannya sebagai guru SMA, berperan sebagai ayah dan kepala keluarga, dan selain berusaha mencukupi kebutuhan keluarga dan memberikan yang terbaik dari keluarganya. b. Keadaan sejak sakit, tanggal 28 Juni 2011 Pasien sejak sakit tidak dapat bekerja sebagai guru SMA untuk sementara, merasa sedih karena tidak dapat berkumpul seperti biasa lagi dengan keluarga. 2. Data Objektif 1. Observasi a. Kontak Mata. : pada saat dilakukan pengkajian pada pasien dapat berespon dengan baik b. Rentang perhatian : pada saat namanya dipanggil pasien menoleh dan menjawab dengan baik K. Pola peran dan hubungan dengan sesama 1. Data Subjektif a. Keadaan sebelum sakit Pasien tinggal satu rumah bersama istri dan anak-anaknya, sering bersosialisasi dengan sesama atau tetangganya.. b. Keadaan sejak sakit, tanggal 28 Juni 2011 Pasien merasa sedih karena sejak sakit tidak bisa berkumpul dengan keluarga seperti biasa lagi, tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga dan hanya berbaring di tempat tidur. 2. Data Objektif Pasien hanya ditemani oleh istri dirumah sakit, kadang-kadang keluarga yang lain datang menjenguk. L. Pola Reproduksi - Seksualitas 1. Data Subjektif a. Keadaan sebelum sakit Pasien sudah punya istri dan mempunyai 3 orang anak, tidak ada gangguan pada sistem reproduksi. b. Keadaan sejak sakit, tanggal 28 Juni 2011 Pasien saat ini tidak ada pikiran untuk melakukan hubungan seksualitas 2. Data Objektif Tidak ditemukan adanya kelainan pada alat kelamin

Tidak ditemukan adanya kelainan pada alat kelamin M. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres 1. Data Subjektif a. Keadaan sebelum sakit Pasien jarang marah pada istri dan anak-anaknya, kalau lagi ada masalah dapat menyatakannya dengan bercerita pada istri dan anak-anaknya. b. Keadaan sejak sakit Pasien merasa sedih karena membebani istri dan keluarganya dengan penyakitnya dan berharap untuk cepat sembuh. 2. Data Objektif 1. Observasi Pasien tampak lemas dan gelisah 2. Pemeriksaan fisik a. Tekanan darah : 110/70 mmhg b. HR : 88 x/menit N. Pada Sistem Nilai Kepercayaan 1. Data Subjektif a. Keadaan sebelum sakit Pasien beragama kristen katolik dan rajin kegereja, setiap hari minggu bersama keluarganya dan tidak pernah lupa untuk berdoa sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah tidur. b. Keadaan sejak sakit Sejak sakit pasien tidak pernah kegeraja lagi, hanya berdoa dan percaya bahwa Tuhan itu ada dan berharap Tuhan akan memberikan kesembuhan dan kesehatan pada seluruh keluarganya. Kebiasaan doa sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah tidur masih tetap dilakukan, bersama istri dirumah sakit. 2. Data Objektif Tidak ditemukan adanya kelainan pada alat kelamin

Recommend this on Google

FOREDI UNTUK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE!

DAPATKAN BONUS 8 JUTA, HANYA DENGAN 95 RIBU.

Newer PostJUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA MAU GAJI 20


95RIBU INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ? TAMBAH UKURAN VITAL METODE ARAB SUDAN

Home

GASA REKOMENDASI BOYKE UNTUK EREKSIOlder LEBIH KENCENG!

Post

FOREDI ANTI EJAKULASI DINI REKOMENDASI BOYKE! STOP KEPUTIHAN DENGAN TISU MAJAKANI BOYKE CARA PEMULA DAPAT UANG DARI INTERNET

cari

MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU LOWONGAN KERJA ONLINE 2012

DENGAN 50.000 DAPAT 1-2JT/HARI+250 PRODUK BONUS HASIL 58 JUTA/BULAN PEMULAPUN BISA MENDAPATKANNYA KumpulBlogger.com

LOWONGAN KERJA TERBARU !

Copyright (c) 2011 MAKALAH KULIAH . Designed for Online Bingo Bet Calculator, Free Bingo , Fruit Machines

You might also like