You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang masalah Secara global WHO (World Health Organization) memperkirakan PTM

menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan pola fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang melatarbelakangi prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM), sehingga kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi epidemiologi. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat dari tahun ke tahun.Diabetes melitus sering disebut sebagai The Great Imitator , karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Menurut P rice & Wilson(2005)Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Sedangkan menurut Mansjoer dkk(2000) diabetes

mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Berdasarkan definisi, glukosa darah puasa harus lebih besar dari pada 140 mg/100 ml pada dua kali pemeriksaan terpisah agar diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan.

Secara umum, diabetes mellitus dapat dikendalikan yaitu dengan cara: pengaturan makanan (diet) yang pertama dan kunci menejemen DM yang sekilas tampaknya mudah, tetapi kenyataanya sulit mengendalikan diri terhadap nafsu makan oleh karena itu, penting

untuk diketahui tentang tingkat kepatuhan seseorang dalam menjalankan dietnya, faktorfaktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dan cara-cara untuk mengurangi

ketidakpatuhan pasien diabetes mellitus. Dan pengendalian DM yang kedua adalah dengan latihan jasmani, perubahan perilaku resiko, obat anti diabetic. Timbulnya komplikasi diabetes mellitus yang mengakibatkan kecacatan atau sampai menimbulkan kematian disebabkan oleh kurangnya peng etahuan pasien tentang diabetes mellitus dan upaya pencegahan terhadap jangka komplikasinya.M enurut lama termasuk penyakit

Wikipedia(2006)

disebutkan

komplikasi

kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari populasi dunia. DM terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama tipe 2) terjadi di negara berkembang. Peningkatan prevalensi terbesar terjadi di Asia dan Afrika, sebagai akibat dari tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup, seperti pola makan Western-style yang tidak sehat. Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung meningkat dari tahun ketahun. Indonesia menduduki rangking ke 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa

Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari. Di dalam Surabaya Post (2007)K e t u a P e r s a t u a n Diabetes mengungkapkan, Indonesia RSU Dr. Sutomo mellitus Drakup diseluruh Satya juga

jumlah pasien

diabetes

Indonesia

sebanyak 14,6 juta jiwa padatahun 2007.

Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2008 angka prevalensi penderita diabetes tanah air mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa. Angka prevalensi pre-diabetes mencapai dua kali lipatnya atau 11% dari total penduduk Indonesia. Berarti, jumlah penduduk indonesia yang terkena diabetes akan meningkat dua kali lipat dalam beberapa waktu mendatang. Pada daerah seperti Papua Barat memiliki angka prevalensi diabetes terhitung kecil dari angka rata-rata diabetes nasional yaitu berada pada angka 1,7 % namun angka prevalensi prediabetes bisa mencapai 20 kali lipatnya atau sekitar 21.6%. ) . Sedangkan menurut Pengurus Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Subagijo Adi di Jawa Timur jumlah penderita diabetes mellitus 6% atau 2.248.605 orang dari total jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak 37.476.757 orang (Sensus Penduduk, 2010), dan di Kabupaten Jombang penderita diabetes mellitus tahun 2010 sebanyak 780 orang (0,06%) dari jumlah penduduk total 1.202.407 orang (Dinkes Kabupaten Jombang, 2011).

Diabetes mellitus dewasa ini lebih mengarah pada pola hidup yang tidak seimbang. Menurut Price & Wilson(2000) sekitar 80% pasien diabetes tipe 2 mengalami obesitas. Secara umum DM merupakan beban kesehatan masyarakat yang cukup berat mengingat bahwa diabetes tidak bisa disembuhkan, hanya bisa dikendalikan atau dicegah (diperlambat), rentan terhadap komplikasi dan bersifat terminal (diakhiri dengan kematian). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ada lima komponen diantaranya pendidikan (edukasi), perencanaan makan (diet), olahraga dan latihan, pengobatan dan pemantauan serta pencegahan dan pengendalian komplikasi. Pada dasarnya penyusunan program diet diabetes mellitus adalah mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal, selain itu juga diperlukan pendidikan atau penyuluhan pada pasien diabetes mellitus untuk menerapkan pola makan seimbang untuk menyesuaikan kebutuhan glukosa sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui pola makan yang sehat. Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada pasien diabetes. Penderita diabetes banyak yang merasa tersiksa sehubungan dengan jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan.

Namun sangat disayangkan

sebagian besar masyarakat Indonesia penyandang

Diabetes Melitus nampaknya masih mengesampingkan kepatuhan diet, dimana pengaturan makanan (diet) adalahkunci menejemen Diabetes Melitus, tidak mengherankan bila dari tahun ke tahun jumlah penyandang diabetes mellitus terus meningkat di Indonesia. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan tentang Diabetes Melitus terhadap kepatuhan klien menjalani diet diruang Dahlia RSUD Jombang Tahun 2013.

1.2.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu adakah hubungan tingkat pengetahuan tentang diabetes melitus terhadap kepatuhan klien menjalani diet diruang Dahlia RSUD Jombang ?

1.3.Tujuan

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus terhadap kepatuhan klien menjalani diet di ruang Dahlia RSUD Jombang.

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada klien diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Jombang. 2. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan klien menjalani diet di ruang Dahlia RSUD Jombang 3. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan terhadap diabetes mellitus terhadap tingkat kepatuhan klien dalam menjalani diet di ruang Dahlia di RSUD Jombang.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Menambah wacana ilmiah tentang hubungan tingkat pengetahuan terhadap diabetes mellitus terhadap tingkat kepatuhan klien dalam menjalani diet di ruang Dahlia di RSUD Jombang sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dalam penanganan pasien diabetes mellitus agar kelak kedepannya penatalaksanaan tindakan

keperawatan pasien diabetes mellitus terutama dalam upaya promotif dan rehabilitative dapat terlaksana secara lebih efektif dan efisien . 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian dapat di jadikan sumber informasi serta dasar pengetahuan bagi mahasiswa-mahasiswa keperawatan dan dapat dijadikan sebagai suatu materi latihan dalam penanganan pasien dengan diabetes melitus. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti nyata tentang hubungan tingkat pengetahuan terhadap diabetes mellitus terhadap tingkat kepatuhan klien dalam menjalani diet sehingga dapat digunakan untuk menentukan intervensi yang lebih tepat dalam peningkatan penyuluhan konseling tentang kepatuhan diet pada

penderita diabetes mellitus sebagai upaya pencegahan resiko komplikasi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya dan untuk menambah referensi tentang penelitian seputar diabetes melitus.

Tugas Riset Keperawatan

Disusun oleh : Nelly Khasanah NIM 09.321.027/ VII A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2012

You might also like