You are on page 1of 63

KONSEP-KONSEP PEMIKIRAN TENTANG FILSAFAT

RANGKUMAN

Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V

Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh:

Nama : Fristi Novitasari

No. Absen :

NIM : 2006-41-236

Kelas : D (pagi)

Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)

Modul : 1

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)


Jakarta Pusat

Konsep-konsep Pemikiran

Tentang Filsafat

Dra. Hj. Kismiyati EL Karimah.

PENDAHULUAN

Maunusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena dia diberi
akal. Akal inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya,
membedakan manusia dengan binatang. Dengan akalnya manusia berpikir, bahkan sering
dijumpai dalam komunikasi sehari-hari muncul istilah “orang itu tidak punya pikiran”,
ini sebagai analogi bahwa pikiran sama dengan akal.

Dengan akhirnya mencari tahu. Inilah asal mula pengetahuan, yaitu adanya
keingintahuan manusia. Ketika manusia berpikir, dari mana dia ada, untuk apa dia ada,
dan kemana setelah tiada? Pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab dengan segera dan
spontan, tetapi membutuhkan pemikiran secara mendalam, membutuhkan perenenungan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat filsafat. Jawabannya membutuhkan pemikiran
filsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam tentang segala sesuatu sejauh akal
manusia dapat menjangkaunya.

KEGIATAN BELAJAR 1

Pengertian Filsafat

Secara etimologis (ilmu asal usul kata) kata filsafat berasal dari bahasa Yunani
philosophia. Philosophia terdiri dari dua kata, yaitu philein yang berarti mencintai atau
philia yang berarti cinta serta sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Dari
bahasa Yunani ini melahirkan kata dalam bahasa Inggris philosophy yang diterjemahkan
sebagai cinta kearifan/kebijaksanaan. Cinta dapat diartikan sebagai suatu dinamika yang
menggerakan subjek untuk bersatu dengan objeknya dalam arti dipengaruhi dan diliputi
objeknya. Sedangkan kearifan atau kebijaksanaan dapat diartikan ketepatan bertindak.
Dalam bahasa Inggris dapat ditemukan kata policy dan wisdom untuk menyebut
kebijaksanaan. Namun yang sering dipergunakan dalam filsafat adalah kata wisdom dan
lebih ditujukan pada pengertian keaifan.

PENGERTIAN FILSAFAT DAPAT DIBEDAKAN

1. Filsafat sebagai suatu sikap

Filsafat merupakan sifat terhadap kehidupan dan alam semesta. Bagaimana


manusia yang berfilsafat dalam menyikapi hidupnya dan alam sekitarnya.

Contoh: seorang ibu yang tiba-tiba mendapat berita kematian putrinya yang
pramugari.

Seorang ibu yang mampu berpikir secara mendalam dan menyeluruh dalam
menghadapi musibah tersebut akan dapat bersikap dewasa, dapat mengontrol dirinya
dan tidak emosional. Sikap kedewasaan secara kefilsafatan adalah sikap yang
menyelidiki secara kritis, terbuka dan selalu bersedia meninjau persoalan dari semua
sudut pandangan.

2. filsafat sebagai suatu metode

berfilsafat adalah berpikir secara reflektif, yaitu berpikir dengan memperhatikan


unsur di belakang objek yang menjadi pusat pemikirannya.

3. filsafat sebagai kumpulan persoalan

banyak persoalan-persoalan abadi yang dihadapi oleh para filsuf. Usaha-usaha


untuk memecahkannya telah dilakukan, namun ada persoalan-persoalan yang smpai
hari ini belum juga terpecahkan.
Contoh: persoalan apakah ada ide-ide bawaan?

Hal ini telah dijawab oleh John Locke.

Contoh: berapa IP (indeks prestasi) yang Anda capai semester ini?

Pertanyaan yang demikian dapat langsung dijawab karena bersangkutan dengan


fakta. Sedangkan pertanyaan yang berikut:

Apakah Tuhan itu ada?

Apakah kebenaran itu?

Apakah keadilan itu Ada perbedaan antara pertanyaan filsafat dengan pertanyaan
bukan filsafat?

4. filsafat merupakan system pemikiran

Dalam sejarah filsafat telah dirumuskan system-sistem pemikiran dari Socrates,


Plato, dan Aristoteles. Dengan demikian tanpa adanya nama-nama pemikir tersebut
besert hasil pemikirannya, maka filsafat tidak dapat berkembang seperti sekarang.

5. filsafat merupakan analisis logis

para tokoh filsafat analitis berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah


menyingkirkan kekaburan-kekaburan dengan cara menjelaskan arti dari suatu istilah,
baik yang dipakai dalam ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari.

6. filsafat merupakan suatu usaha untuk memperoleh pandangan secara


menyeluruh

Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai macam


ilmu serta pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh.
Hakikat dari sesuatu haruslah mempunyai sifat-sifat berikut:

a. umum, artinya dapat diterapkan secara luas.


b. Abstrak, artinya tidak dapat ditangkap dengan panca indera, dan hanya dapat
ditangkap dengan akal.
c. Mutlak harus terdapat pada sesuatu hal, sehingga halnya menjadi ada.

Menurut Descrates ada beberapa tahapan untuk memulai perenungan filsafat, yaitu:

a. menyadari adanya masalah

apabila seseorang menyadari bahwa ada sesuatu masalah, maka orang tersebut
akan mencoba untuk memikirkan penyelesaiannya.

b. meragu-ragukan dan menguji secara rasional anggapan-anggapan

setelah selesai dirumuskan, mulailah mengkaji pengetahuan yang diperoleh


melalui indera san meragukannya.

c. memeriksa penyelesaian-penyelesaian yang terdahulu

setelah menguji pengetahuan perlu mempertimbangkan penyelesaian-


penyelesaian yang telah diajukan mengenai masalah yang bersangkutan.

d. mengajukan hipotesis
e. menguji konsekuensi-konsekuensi

mengadakan verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang telah dilakukan.

f. menarik kesimpulan

kesimpulan yang diperoleh dapat merupakan masalah baru untuk diuji kembali
dan seterusnya.
Teori-teori Filsafat

Pengertian teori (dari bahasa Inggris theory, bahasa Latin theoria, dan bahasa
Yunani theoreo yang berarti melihat atau thorus yang berarti pengamatan) menurut
kamus umum bahasa Indonesia (1995;1041) adalah:

1. pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa


(kejadian)
2. atas dan hokum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan
3. pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu

A. THALES (abad ke 6)

Menurut Thales arkhe dalam semesta adalah air. Semuanya berasal dari air dan
semuanya kembali menjadi air (K. Bertens, 1975:26).

Alasan Thales mengemukakan air sebagai zat asali alam semesta, karena bahan
makanan semua makhluk memuat zat lembab dan juga benih pada semua makhluk
hidup. Teori tentang alam semesta ini barangkali terlalu sederhana, namun pada saat
itulah untuk pertama kalinya manusia berpikir tentang alam semesta dengan
menggunakan rasio.

B. HERAKLEITOS (abad ke 5 SM)

Menurut Herakleitos, perubahan merupakan satu-satunya kemantapan, It rest by


changing. (K. Bestens, 1975: 42). Tidak ada sesuatu pun yang betul-betul ada,
semuanya menjadi. Menjadi merupakan perubahan yang tiada henti-hentinya melalui
2 cara:

1. seluruh kenyataan merupakan arus sungai yang mengalir.


2. seluruh kenyataan adalah api.
Perkataan yang terkenal dari Herakleitos adalah panta rhei kai uden menei,
semuanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal mantap.

C. PARAMENIDES ((515 SM)

Seluruh jalan kebenaran bersandar pada satu keyakinan: yang ada itu ada, itulah
kebenaran.

Ada dua pengandaian yang dapat membuktikan kebenaran, yaitu:

1. orang dapat mengemukakan bahwa yang ada itu tidak ada.


2. orang dapat mengatakan bahwa yang serentak ada dan serentak juga tidak ada.

Kedua pengertian di atas sama-sama mustahil, yang tidak ada tidak dapat
dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan.

D. SOCRATES

Menurut Socrates, manusia merupakan makhluk yang dapat mengenal, yang


harus mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup dalam masyarakat. Teorinya
tentang manusia bertitik tolak dari pengalaman sehari-hari dan dari kehidupan yang
konkret.

Socrates berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. apakah hidup yang baik?

2. apakah kebaikan itu, yang mengakibatkan kebahagiaan seorang manusia?

3. apakah norma yang mengizinkan kita menetapkan baik buruknya suatu


perbuatan?

untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Socrates memulai dengan


bertanya kepada siapa saja yang ditemuinya. Metode Socrates ini disebut dialektika,
dari kata Yunani dialeqesthai berarti bercakap-cakap atau berdialog. Karena tujuan
dari dialog adalah untuk menemukan pengertian tentang kebajikan, maka Socrates
menamai metodenya dengan maieutika tekhne seni kebidanan).

E. PLATO (428 SM)

Dari pengertiannya tentang ide umum dan ide konkret, dapat disimpulkan bahwa
menurut Plato realitas sebenarnya terdiri dari dua dunia. Satu dunia mencakup benda-
benda jasmani yang dapat ditangkap oleh panca indera. Pada tahap ini semua realitas
berada dalam perubahan. Contoh: baju yang sekarang dipakai rapid an bersih, besok
sudah lusuh dan kotor. Karena itu ada suatu dunia lain, yaitu dunia ideal, yaitu dunia
yang terdiri ide-ide. Dalam dunia ideal ini tidak ada perubahan, dan sifatnya abadi.

Plato memandang manusia sebagai makhluk yang terpenting di antara segala


makhluk yang terdapat di dunia ini. Jiwa merupakan pusat atau intisari kepribadian
manusia, dan jiwa manusia bersifat baka atau kekal.

F. ARISTOTELES (384 SM)

Sejak Aristoteles inilah pemikiran-pemikiran filsafat tersusun secara sistematis,


yang dikelompokan dalam 8 bagian, yaitu:

1. logika
2. filsafat alam
3. psikologi
4. biologi
5. metafisiska
6. etika
7. politik dan ekonomi
8. retorika dan paetika
teori Aristoteles tentang gerak dapat dipahami melalui contoh berikut ini, yaitu air
dingin menjadi panas. Gerak berlangsung antara dua hal yang berlawanan antara
panas dan dingin. Namun ada sesuatu hal yang dulunya dingin kemudian menjadi
panas. Dengan demikian ada 3 faktor dalam setiap perubahan, yaitu:

1. keadaan/cirri yang terdahulu, yaitu dingin


2. keadaan/cirri yang baru, yaitu panas
3. suatu substratum atau alas yang tetap, yaitu air.

Dalam pandangannya tentang penyebab tiap-tiap kejadian, baik kejadian alam


maupun kejadian yang disebabkan manusia, Aristoteles menyebut ada 4 penyebab,
yaitu:

1. penyebab efisien (efficient cause) yaitu sumber kejadian, factor yang


menjalankan kejadian. Contoh: tukang kayu yang membuat meja makan.
2. penyebab final (final cause). Yaitu tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian.
Contoh: meja makan dibuat untuk makan.
3. penyebab material (material cause). Yaitu bahan dari mana benda dibuat. Contoh:
meja makan dibuat dari kayu.
4. penyebab formal (formal cause). Yaitu bentuk yang menyusun bahan. Contoh:
bentuk meja ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi sebuah meja.

G. AL KINDI (796-873 SM)

Teorinya tentang pengetahuan terbagi dalam 2 bagian:

1. pengetahuan Ilahi (devine science)

pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan.

2. pengetahuan manusiawi (human scince)

pengetahuan yang didasarkan atas pemikiran.


KOMUNIKASI SEBAGI KEGIATAN ILMIAH,
POKOK PIKIRAN FILSAFAT KOMUNIKASI,
PIKIRAN SEBAGAI ISI PESAN KOMUNIKASI

RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V
Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh:
Nama : Nabilla Fuadillah Alhumaira
No. Absen : 24
NIM : 2006-41-251
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)
Modul : 2

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
Jakarta Pusat
FILSAFAT KOMUNIKASI

Aristoteles memperkenalkan retorika sebagai ilmu pertama mengenai


pernyataan antar manusia. Komunikasi berasal dari kata communis yang berarti
sama dalam arti sama maknanya mempunyai tujuan untuk punya pengertian
yang sama.

Komunikasi Sebagai Kegiatan Ilmiah

Berdasarkan paradigma Lasswell maka komunikasi berarti proses


penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada seorang komunikan
melalui media tertentu untuk menghasilkan efek tertentu.

Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah :

1. The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan).

2. The correlation of the parts of society in responding to the environment


(korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi
lingkungan).

3. The transmission of the social heritage from one generation to the next
(transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).

Komunikasi sebagai kegiatan antarmanusia mulai diperkenalkan oleh


Aristoteles melalui retorika sebagai ilmu pertama mengenai pernyataan antar
manusia. Komunikasi berlangsung antara pemberi pesan (komunikator) dan
penerima pesan (komunikan) agar mempunyai kesamaan makna. Oleh Carl I.
Hovland ditambahkan fungsi komunikasi selain untuk mencari kesamaan
makna, juga untuk mengubah tingkah laku komunikan. Proses komunikasi
menurut
Harold Lasswell harus memenuhi unsur-unsur :

1. Komunikator.

2. Pesan.

3. Media.

4. Komunikan.

5. Efek.

Komunikasi sebagai suatu ilmu ditandai dengan ciri ada objek tertentu,
sistematis, universal dan mempunyai metode tertentu. Objek material
komunikasi adalah perilaku manusia baik sebagai individu, kelompok atau
masyarakat. Sedangkan objek formalnya adalah situasi komunikasi yang
mengarah pada perubahan sosial termasuk perubahan pikiran, persamaan,
sikap dan perilaku individu, kelompok, masyarakat dan pengetahuan
kelembagaan.

Adapun lingkup komunikasi dapat dibedakan berdasarkan konteksnya,


yaitu :

1. Bidang komunikasi.

2. Sifat komunikasi.

3. Tatanan komunikasi.

4. Tujuan komunikasi.

5. Fungsi komunikasi.

6. Teknik komunikasi.

7. Metode komunikasi.
POKOK PIKIRAN FILSAFAT KOMUNIKASI

Filsafat sebagai cara berpikir yang radikal dan menyeluruh untuk


mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Mendefinisikan filsafat komunikasi
sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (versthelena) secara
fundamental, metodologis, sistematis, analistis, kritis dan holistis teori dan
proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya,
tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya.

Mengacu pada paradigma Laswell dengan 5 unsur komunikasi, ada


komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk
mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi
proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur tersebut. Misalnya berkaitan
dengan tempat, waktu, gangguan (noise) dan lain sebagainya.

Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997)


menyebutkan adanya lingkungan komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi
sedikitnya mempunyai tiga dimensi :

1. Dimensi fisik.

2. Dimensi sosial-psikologis.

3. Dimensi temporal (waktu).

Hal lain dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah
unsur gangguan (noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang
mendistorsi pesan. Dalam suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila
pesan yang disampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang
diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat berupa ganguan fisik (ada suara
dari selain komunikator), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala
komunikator-komunikan) serta gangguan semantik (salah mengartikan makna).
(Devito, 1997:29).
Macan Definisi Contoh
Fisik Interferensi dengan transmisi fisikDesingan mobil yang lewat,
isyarat atau pesan lain. dengungan komputer, kaca mata.

Interferensi kognitif atau mental. Prasangka dan bias pada sumber


Psikologis
penerima, pikiran yang sempit.

Orang berbicara dengan bahasa


Pembicara dengan pendengar
yang berbeda, menggunakan jargon
Semantik
memberi arti yang berlainan.
atau istilah yang terlalu rumit yang
dipahami pendengar.

1. Metafisika

Menurut Richard Lanigan, metafisika adalah studi tentang sifat dan fungsi
teori tentang realita. Berkaitan dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan
dengan hal-hal berikut :

a. Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual


dengan realita dalam alam semesta.
b. Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab dan aturan.
c. Problema pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada
perilaku manusia.
2. Epistemologi

Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan


disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya dilandasi oleh :

a. kerangka pemikiran yang logis,


b. penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran,
c. verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual.

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,


metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that
investigated the origin, nature, methods and limits of human knowledge).

(Effendi 1993:324)

3. Aksiologi

Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti


etika, estetika atau agama (the branch of philosophy dealing with values, as
those of ethis, aesthetics, or religion). Aksiologi berkaitan dengan cara
bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologis
diperoleh dan disusun.

4. Logika

Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode


penalaran secara benar (deals with the study of the principles and methods
of correct reasoning).
Paradigma Laswell dalam proses komunikasi dengan lima unsurnya :
komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tidaklah cukup untuk dianalisis
secara filsafat. Hal ini disebabkan masih adanya paradigma yang
mempengaruhi proses komunikasi, yang oleh Joseph A. Devito disebut sebagai
lingkungan komunikasi. Lingkungan komunikasi mempunyai tiga dimensi, yaitu :
Fisik, sosial-psikologi, dan temporal.

Definisi filsafat komunikasi menurut Onong U. Effendi adalah suatu


disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental,
metodologis, sistematis, analitis, kritis dan holistis teori dan proses komunikasi
yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya,
tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya. Salah satu gangguan semantik,
yaitu berkaitan dengan bahasa yang dipergunakan baik oleh komunikator
maupun komunikan. Pemaknaan terhadap bahasa yang sama akan
mengabaikan komunikasi yang efektif dan inilah hakikat dari komunikasi yaitu
pemaknaan yang sama. Dengan demikian filsafat komunikasi adalah studi
secara mendalam tentang pernyataan manusia yang disampaikan pada orang
lain menuju kemengertian bersama.

Richard Lanigan membuat analisis filsafat mengenai komunikasi dengan


mengemukakan pertanyaan-pertanyaan :

1. Apa yang aku ketahui? (What do I know?)

2. Bagaimana aku mengetahuinya? (How do I know?)

3. Apakah aku yakin? (Am I sure?)

4. Apa aku benar? (Am I right?)

Keempat pertanyaan diatas berkaitan dengan penyelidikan secara


sistematis, studi terhadap metafisika, epistemologi, aksiologi dan logika.
PIKIRAN SEBAGAI ISI PESAN KOMUNIKASI

Tujuan Nilai Tujuan


LOGIKA

Dasar
Pebenaran Benar atauIlmu
salah Pengetahuan

Pikiran
Kecocokan Baik danKeserasian
buruk
FILSAFAT Keindahan

ETIKA
Indah atau
Kesenian
Kehendak jelek

ESTETIKA

Perasaan
Manusia adalah makhluk yang berpikir. Sedangkan komunikator manusia
akan mengomunikasikan hasil berpikirnya kepada orang lain dalam bentuk
pesan. Pesan komunikasi mempunyai dua aspek, yaitu isi pesan dan lambing.
Dalam pesan diperlukan bahasa, sebab tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan
tidak mungkin dikomunikasikan.

Sebagai makhluk yang berpikir, manusia berbeda dengan binatang yang


ditandai dengan ciri-ciri pembeda sebagai berikut :

1. Ciri-ciri fisik.

2. Ciri-ciri sosial.

3. Ciri-ciri sebagai personal

Berpikir adalah kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas


yang muncul dihadapan kesadarannya dalam pegalaman dan pengertian.
Fungsi berpikir adalah untuk mengetahui dan untuk mengerti/memahami.

Sebelum suatu pesan disampaikan kepada komunikan, seorang


komunikator haruslah melakukan pertimbangan nilai (value judgement). Hal ini
berkaitan dengan efek yang timbul dari pesan tersebut. Apakah pesan yang
akan disampaikan benar atau salah (nilai logika), baik atau buruk (etika), dan
infah atau jelak (estetika).

Perspektif mana di antara tujuh tersebut paling berpengaruh alam


melakukan penilaian etika komunikasi sepenuhnya tergantung pada Anda.
KONSEP ETIKA KOMUNIKASI DAN

HAKIKAT KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

RANGKUMAN

Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V

Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh:

Nama : Feisya Ausriny R.

No. Absen : 30

NIM : 2006-41-282

Kelas : D (pagi)

Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)

Modul : 3 dan 4

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)


Jakarta Pusat

KONSEP ETIKA KOMUNIKASI


Manusia diberi keistimewaan sendiri jika dibandingkan dengan jenis makhluk
lainnya. Keistimewaan tersebut adalah kemampuan manusia untuk berfikir. Dengan
kemampuan untuk berfikir inilah manusia dapat memikirkan berbagai macam realitas
secara mendalam. Dengan berfikir, manusia sadar akan dirinya, siapa saya, apa yang
harus saya perbuat dan sebagainya, sehingga manusia akan berfikir sebelum melakuakn
tindakan. Manusia akan berfikir dan menimbang apakah perbuatan yang dilakukannya
sesuai harkat kemanusiaannya atau sebaliknya.
Secara umum tujuan dari modul ini adalah untuk memberikan pemahaman
mengenai pengertian dasar bagaimana seharusnya manusia berkomunikasi. Setelah
mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat mengerti dan memahami tentang :
pengertian etika, mazhab-mazhab etika, pengertian etika komunikasi.

Pengertian Etika
Menurut William Benton, dalam encyclopedia Britannica adalah studi yang
sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya atau
tentang prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya didalam
segala hal disebut juga filsafat moral
Dari pengertian diatas, kata etika sering juga diartikan dengan moral. Kedua
pengertian itu (etika dan moral) sering kali diidentikkan, padahal sesungguhnya kedua
kata itu dalam penggunaannya dapat dibedakan. Etika lebih ditujukan pada suatu system
pengkajian, suatu sudut pandangan yang dalam islam dikenal Ilmu Akhlak. Sedangakn
moral ditujukan kepada suatu yang dikaji atau tingkah laku perbuatan itu sendiri,
didalam Islam sering disebut akhlak. Karena itu etika disebut juga filsafat kesusilaan atau
filsafat moral, yang berarti filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan nilai baik-
buruk, sehingga etika merupakan filsafat yang sifatnya praktis. Pengertian antara etika
dan moral dapat dipisahkan, tetapi dalam penggunaanya antara keduanya akan saling
beriringan.

1. Etika Deskriptif
Dalam pengertian ini etika bersangkutan dengan nilai dan ilmu pengetahuan yang
membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.

2. Etika Normatif
Etika sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran-ukuran atau
norma –norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan
tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. Etika normative ini berusaha mencari
ukuran umum bagi baik dan buruknya tingkah laku.

3. Etika Kefilsafatan
Franz Magnis Suseno dalam buku Etika dasar menyebut ada beberapa jenis
norma. Norma adalah peraturan atau pedoman hidup tentang bagaimna seyogianya
manusia harus bertingkah laku dan berbuat dalam masyarakat.

Norma-norma dapat dibedakan :


a. norma teknis dan permainan
b. norma yang berlaku umum
Norma teknis dan permainan hanya berlaku untuk mencapai tujuan tertentu atau
untuk kegiatan-kegiatan sementara dan terbatas

Sedangakan norma yang berlaku umum dalam masyarakat dapat dibedakan :


a. Norma kepercayaan/keagamaan
dasar norma ini adalah kitab suci
b. Norma moral
Norma moral berhubungan dengan manusia sebagai pribadi. Pendukung
dari norma ini adalah hati nurani manusia
c. Norma sopan santun
Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kesopanan, kepantasan
atau kepatutan yang berlaku dalam masyarakat.
d. Norma hukum
Norma hokum pelaksanaanya dapat dituntut dan dipaksakan. Sedangkan
pelanggarannya ditindak dengan pasti oleh pengusaha sah dalam masyarakat.

Mazhab-mazhab Etika
Pengertian mazhab menurut kamus bahasa Indonesia dapat berarti :
1. haluan atau aliran mengenai hokum fikih yang menjadi ikutan umat Islam.
Kecenderungan umat islam di Indonesia banyak yang mengandung mazhab
syafii.
2. golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran atau aliran tertentu di bidang
ilmu, cabang keseniaan, dan sebagainya dan yang berusaha memajuakan hal itu

etika selalu berhubungan dengan hal-hal yang baik dan buruk, antara hal-hal yang
susila dan tidak susila, ataupun antara hal-hal yang tidak boleh dilakuakn maupun
yang boleh dilakuakan.

Mazhab-mazhab dalam etika antara lain adalah :


1. Egoisme
Adalah tindakan atau perbuatan yang palinga baik adalah yang memberi hasil
atau manfaat bagi diri sendiri untuk jangka waktu selama diperlukan atau dalam
waktu yang lama (Sutrisno Hudoyo, 1979:48)
Egoisme secara praktis Nampak dalam :
a. Hedonisme
Tujuan dari hedonisme adalah memperoleh kesenangan. Tokoh
hedonisme adalah Eudoxus dan Epicurus. Hedonisme dapat dikelompokan
dalam :
1) hedonisme Eis
2) hedonisme Psikologis
3) hedonisme Egois
4) hedonisme Altruistis
5) hedonisme Universalistis
6) hedonisme Estetis
7) hedonisme Religius
8) hedonisme Analistis
9) hedonisme Sintetis Empiris
10) Hdonisme Sintetis Apriori

b. Eudaemonisme
Berasal dari bahasa Yunani eudemonia yang berarti bahagia atu
kebahagiaan yang lebih tertuju pada rasa bahagia. Tujuan eudaemonisme
adalah memperoleh kebahagiaan, baik kebahagiaan badaniah maupun
kebahagiaan rohaniah.
Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan tercapai dalam kegiatan yang
merealisaikan bakat-bakat dan kesenangan manusia, setiap manusia harus
hidup dengan mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada pada dirinya
sehingga dengan demikian kebahagiaan yang merupakan tujuan utama akan
tercapai.

2. Deontologisme
Deontologisme berpendapat bahwa baik buruknya atau benar salahnya suatu
tindakan tidak di ukur berdasarkan akibat yang ditimbulkannya melainkan
berdasarkan sifat-sifat tertentu dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan.
Bentuk deontologisme ada 2 yaitu
a. Deontologisme tindakan
Tema sentarlnya adalah baik dan buruknya suatu tindakan dapat dapat
dirumuskan atau dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada
peraturan umum.
b. Deontologisme peraturan
Kaidah yang berlaku adalah baik dan buruknya suatu tindakan diukur
pada satu atau beberapa peraturan yang berlaku umum, dan bersifat mutlak,
tidak dilihat dari baik buruknya akibat perbuatan itu.

3. Utilitarianisme
Mazhab ini berpendapat bahwa baik buruknya tindakan seseorang diukur dari
akibat yang ditimbulkannya.
Ada 2 bentuk utilitarianisme, yaitu :
a. Utilitarianisme tindakan
Bentuk ini menganjurkan agar segala tindakan manusia akan
mengakibatkan sedemikian rupa kelebihan akibat baik yang sebesar mungkin.
Semua cara harus ditempuh dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari
tindakan tersebut.
b. Utilitarianisme peraturan
Semboyan dari utilitarianisme peraturan adalah bertindaklah selalu sesuai
dengan kaidah-kaidah yang penetapannya menghasilkan kelebihan akibat-
akibat baik yang sebesar mungkin dibandingkan dengan akibat-akibat buruk.

4. Theonom
Mazhab ini mengatakan bahwa kehendak Allah adalah merupakan ukuran
baik buruknya suatu tindakan
Ada 2 macam teori ini, yaitu :
a. Teori theonom murni
Kaidah umum yang berlaku dalam teori ini adalah suatu perbuatan
dianggap benar atau susila apabila sesuai dengan kewajiban-kewajiban
yang diperintahkan Allah kepada manusia
b. Teori umum kodrat
Sesuai dengan hokum kodrat bahwa Allah menciptakan manusia, dan
memang keberadaan manusia sudah dikhendaki oleh Allah. Manusia didunia
diberi kebebasan untuk menjalankan apa yang baik bagi dirinya, karena itu
kebaikan dari suatu perbuatan tergantung dari manusia itu sendiri, tergantung
apakah perbuatan itu dapat mewujudkan nilai-nilai manusiawi atau tidak.

Pengertian Etika Komunikasi


Komunikasi adalah penyampaian pesan atau pengertian daqri seseorang kepada
orang lain, secara baik langsung ataupun melalui media yang bertujuan untuk
mendapatkan kesamaan pengertian antara pemberi dengan si penerima
secara umum ,penilaian terhadap prilaku seseorang apakah etis atau tidak dapat
didasarkan atas 3 macam prinsip dalam mengambil keputusan. Prinsip-prinsip tersebut
menyingkapkan masalah pokok dalam etika (Kattsoff, 1992:353)
1. prinsip-prinsip apakah yang dapat dipakai sebagai dasar membuat tanggapan
kesusilaan?
2. perbuatan-perbuatan apakah yang dikatakan betul, artinya yang dibenarkan dari
segi kesusilaan?
3. makana apakah yang dikandung oleh kata seharusnya, dan apakah yang
merupakan sumber wajib?

Richard L. Johannesendalam bukunya etika komunikasi membuat pertanyaan-


pertanyaan dasar yang dipakai sebagai alat untuk membuat penilaian etika komunikasi
yang lebih sistematik dan memiliki dasar yang kuat, yaitu (saya hanya menyebutkan 5
dari 9 pertanyaan)
1. mampukah saya menjelaskan dengan tepat apa criteria, standar atau perspektif
etika yang diterapkan pada saya atau orang lain?apakah dasar yang konkret bagi
penilaian etika?
2. mampukah saya membenarkan kelogisan atau relevansi standar ini untuk kasus
tertentu?mengapa criteria etika yang sangat sepadan ini termasuk standar yang
sangat potensial? Mengapa standar ini mendapat prioritas diatas sandar relavan
lainnya?
3. mampukah saya menunjukan dengan jelas dalam hal apa komunikasi dinilai
berhasil atau gagal dalam memenuhi standar-standar itu? Penialaian apakah yang
dibenarkan dalam kasus ini tentang drjat keestisan? Apakah penilaian yang cocok
adalah penilaian yang memiliki sasaran yang spesifik dan terfokus sempit dari
penilaian yang luas, digeneralisasi dan serba mencakup?
4. kepada siapakah tanggung jawab etis harus diberikan? Dengan cara apa dan
sejauh mana? Tanggung jawab mana yang lebih utama? Apa tanggung jawab
komunikator terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyakarakat luas?
5. bagaimanakah perasaan saya tentang diri sendiri berdasarkan pilihan etika ini?
Dapatkah saya melanjutkan hidup dengan cara sendiri dengan mengikuti hati
nurani? Apakah saya ingin orang tua saya atau pasangan saya mengetahui pilihan
ini?
Richard L. Johannesen memaparkan adanya tujuh perspektif dalam penilaian etika
komunikasi insani yaitu :

1. Perspektif politik
Karl Wallace memandang ada 4 nilai yang mendasar bagi berlangsungnya
system politik Amerika :
a. penghormatan atau keyakinan akan wibawa dan harga diri individual
b. keterbukaan atau keyakinan pada pemerataan kesempatan
c. kebebasan yang disertai tanggung jawab
d. keyakinan pada kemampuan setiap orang untuk memahami hakikat
demokrasi

untuk mewujudkan ke-4 nilai diatas, diperlukan suatu pedoman etika,


yaitu:
a. mengembangkan kebiasaan meneliti yang tumbuh dari pengenalan bahwa
satunya argument dan informasi tentang subjek yang dibicarakan
b. menumbuhkan kebiasaan bersikap adil dengan memilih dan menampilkan
fakta dan pendapat secara terbuka.
c. Mengutamakan motivasi umum daripada motivasi pribadi
d. Menanamkan kebiasaan menghormati perbedaan pendapat

2. Perspektif Sifat Manusia


Menurut Aristoteles bahwa tindakan manusia yang benar-benar manusiawi
adalah berasal dari seorang rasionalis yang sadar apa yang dilakukannya dengan
bebas untuk memilih melakukannya
Etika komunikasi dinilai dari criteria berikut :
a. maksud si pembicara
b. sifat dari cara-cara yang di ambil
c. keadaan yang mengiringi

3. Perspektif Dialogis
Komunikasi insani bukanlah jalur satu arah, melainkan transaksi dialog dua arah.
Dialog tampaknya paling mungkin berkembang dalam situasi komunikasi pribadi,
dua orang, berhadap-hadapan, lisan, yang berlangsung, meskipun sebentar-sebantar,
selama periode panjang
Thomas Nilsen mengatakan bahwa untuk mencapai komunikasi antar rasional
yang etis perlu dipupuk sikap-sikap berikut ini:
a. penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa memandang umur, status
atau hubungan dengan pembicara
b. penghormatan terhadap ide, perasaan, maksud, dan integritas orang lain
c. sikap suka memperbolehkan, keobjektifan dan keterbukaan pikiran, yang
mendorong kebebasan berekspresi
d. penghormatan terhadap bukti dan pertimbangan yang rasional terhadap berbagai
alternative.
e. Terlebih dahulu mendengarkan dengan hati-hati bersimpati sebelum menyatakan
persetujuan atau ketidaksetujuan
4. Perspektif Situasional
Factor situsional atau kontekstual konkret yang mungkin relavan bagi penilaian
etika yang murni situasional antara lain :
a. peran atau fungsi komunikator terhadap khalayak
b. standar khalayak mengenai kelogisan dan kelayakan
c. drajat kesadaran khalayak tentang cara-cara komunikator
d. tingkat urgensi untuk pelaksanaan usulan komunikator
e. tujuan dan nilai khalayak
f. standar khalayak untuk komunikasi etis

5. Perspektif Religius
Kitab suci seperti Al-Qur’an, Injil, dan Taurat dapat dipakai sebagai standar
mengevaluasi etika komunikasi. Dalam kitab suci telah jelas tertulis apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dan apa yang tidak boleh dilakuakn oleh
manusia.

6. Perspektif Utilitarian
Criteria yang digunakan dalam menilai etika komunikasi adalah :
a. adanya kegunaan
b. adanya kesenangan
c. adanya kegembiraan
d.
7. Perspektif Legal
Pelaku komunikasi yang legal yaitu yang sesuai dengan peraturan yang berlaku
dianggap perilaku komunikasi yang etis.
HAKIKAT KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA
Komunikasi merupakan hal yang mat penting dalam kehidupan manusia. Seperti
pendapat Ashley Montagu yang dikutip oleh Jallaludin Rakhmat dalam bukunya yang
berjudul “psikologi komunikasi” bahwa kita belajar menjadi manusia melalui
komunikasi. Seorang bayi hanyalah seonggok daging sampai dia belajar mengungkapkan
perasaan dan kebutuhannya melalui senyuman, tangisan atau tendangan
Modul ini terdiri dari tiga (3) pokok kegiatan belajar, yaitu manusia sebagai
pelaku komunikasi, kegunaan komunikasi dalam kehidupan manusia, dan komunikasi
untuk aktualisasi diri.

Manusia sebagai Pelaku Komunikasi


Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dialkukan para
pelaku komunikasi, yaitu komunikator sebagai penyampai pesan sedangkan komunikan
sebagai penerima pesan. Poses komunikasi yang terjadi pada seseorang berlangsung
secara mekanistis dan psikologis, yaitu terjadi ketika komunikator menyampaikan pesan
melalui mulut kalau lisan atau melalui tangan jika tulisan atau gambar, untuk kemudian
diterima oleh komunikan melalui telinga kalau lisan dan melalui mata jika pesan berupa
tulisan atau gambar (Effendi, 1983:342)

A. KONSEPSI MANUSIA
Onong Uchyana Effendi dalam bukunya yang berjudul “ilmu teori dan filsafat
komunikasi”, ada 3 jenis makhluk di alam ini
1. yang paling rendah tarafnya adalah tumbuhan yang memiliki anima avegetativa
atau roh vegetatif dengan fungsi yang terbatas pada makan, tumbuh menjadi
besar, dan berkembang biak.
2. yang lebih tinggi tarafnya adalah binatang yang memiliki 2 jenis anima yaitu
anima vegetative dan anima sensitive, sehingga selain menjadi besar dan
berkembang biak, juga memiliki perasaan, naluri, nafsu, mampu mengamati,
bergerak dan bertindak.
3. yang paling tinggi tarafnya adalah anima intelektive yang hanya dimiliki
manusia, sehingga selain mampu menjadi besar, berkembang biak, bernafsu,
bernaluri, bergerak, bertindak, juga mampu berpikir dan berkhendak

B. PAHAM-PAHAM MENGENAI MANUSIA


1. Paham Materialisme
Paham ini berpendapat bahwa pada prinsipnya manusia adalah materi atau
benda belaka, walaupun ada kelebihannya dibandingkan benda-benda lainnya.

2. Paham Idealisme
Paham ini memandang manusia adalah manusia, karena dia berfikir, memiliki
ide, dn karena dia sadar akan dirinya.
3. Paham Eksistensialisme
Paham ini berpendapat bahwa manusia tidak saja berada di dunia, tetapi juga
menghadapi dunia dan benda-benda lainnya didunia. Lebih jauh lagi dia mengerti
arti dari benda-benda yang dihadapinya. Manusia juga mengerti arti hidup. Itu
semua berarti bahwa manusia adalah subjek. Subjek artinya sadar, sadar akan
dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Paham ini menentang
paham matrelialisme dan paham idealisme. Paham matrelialisme yang hanya
memandang manusia sebagai objek saja, dianggap lupa bahwa benda-benda
didunia menjadi objek karena adanya subjek. Sedangkan paham idealisme yang
hanya memandang manusia sebagai subjek saja, dianggap lupa bahwa manusia
berdiri sebagai manusia karena bersatu dengan lingkungannya.
Selain konsep manusia yang dilahirkan oleh ketiga paham tersebut di atas,
ada empat pendekatan yang digunakan oleh pakar psikologi, dalam memandang
konsep tentang manusia.
a. Homo Volens (manusia berkeinginan)
Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan
oleh keinginan-keinginan terpendam.
b. Homo Sapiens (manusia berfikir)
Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya, makhluk
yang selalu berusaha memahami lingkungannya.
c. Homo Mechanicus (manusia mesin)
Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan
semuanya oleh lingkungan atau seluruh perilakunya sebagai pengaruh
lingkungan. Pendekatan ini juga memandang manusia sebagai makhluk
yang begitu plastis mudah dibentuk menjadi apapun oleh lingkungan.
d. Homo Ludens (manusia bermain)
Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya.

Kegunaan Komunikasi bagi Kehidupan Manusia

A. INTERAKSI
Manusia menggunakan komunikasi sebagai alat untuk menghubungkan dirinya
dengan dunia luar, juga sebagai alat untuk menyatakan keinginannya atau
mengekspresikan dirinya dan mempengaruhi orang lain.
Interaksi yang terjadi antara pihak-pihak yang berkomunikasi, dapat berbentuk :
1. Interaksi antara Individu dengan Individu
Seperti telah dijelaskan bahwa interaksi terjadi apabila seseorang berkomunikasi
dengan orang lain.

2. Interaksi antar Kelompok


Manakala pihak-pihak yang melakukan komunikasi mengatasnamakan masing-
masing kelompoknya, maka akan tercipta interaksi antar kelompok. Berikut ini ada
beberapa contoh :
Anda terlibat percakapan dengan seorang sahabat anda waktu SMA tentang
sepak bola. Anda seorang penggemar PERSIB sedangkan sahabat anda penggemar
PERSIJA. Percakapn semakin seru ketika masing-masing mulai menceritakan
kehebatan kesebelasan favoritnya dan yang satu merasa lebih hebat dari yang lain
sehingga terjadi pertengkaran.
Dalam contoh ini anda bertindak atas nama kelompok PERSIB dan anda
menggunakan atribut nilai, norma kelompok pada diri anda, sedang sahabat anda
bertindak atas nama kelompok PERSIJA dengan segala atribut norma, nilai
kelompoknya sehingga masing-masing tidak lagi memandang satu sama lainnya
sebagai individu yang berdiri sendiri.
Apabila dam percakapan sahabat anda berpendapat negative tentang PERSIB,
maka anda akan marah pada sahabat anda tersebut, tapi sebaliknya jika hal-hal baik
yang dikatakannya maka anda akan merasa bangga. Begitu juga yang akan terjadi
pada sahabat anda bil nda melakukan hal yang sama. Sering kita baca berita tentang
para pendukung sepak bola yang saling baku hantm atas nama kesebelasan kecintaan
masing-masing.

3. Interaksi antara Individu dengan Kelompok


Ketika dua pihak berkomunikasi dimana satu pihak mewakili sebuah kelompok
dan pihak lain yang berbicara atas nama dirinya sendiri maka bentuk interaksi yang
terjadi disebut interaksi antara individu dengan kelompok.

B. KEBUTUHAN DASAR
Sebagai makhluk social, manusia selalu membutuhkan orang lain. Sejak lahir
manusia membutuhkan hubungan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya baik biologis seperti makanan, minuman dan lainnya seperti perhatian,
kasih saying,penghargaan dll. Sebagai contoh seorang bayi akan menangis,
menendang sebagai cara untuk mengkomunikasikan kebutuhannya, kemudian orang
sekitarnya terutama ibunya akan memberi makna dari pesan tersebut, apakah lapar,
haus, basah atau ingin bermanja
Kebutuhan-kebutuhan ini dapat terpenuhi apabila kondisi lingkungan sekitar
dan keadaan social dalam masyarakat memungkinkan seseorang termotivasi untuk
mencapai kebutuhannya (Goble, 1987:69-79)
Seorang antropolog terkenal bernama Ashley Montagu menyatakan bahwa :
“The most important agency through which the child learns to be human is
communication, verbal also non verbal” ( dikutip oleh rakhmat, 1992:2)

C. PENGOPERAN NILAI ANTAR GENERASI


Kegunaan komunikasi bagi kehidupan manusia selain untuk berinteraksi antar
sesama manusia, sebagai kebutuhan dasar manusia, juga untuk mentransfer nilai,
norma, aturan yang ada dari satu generasi ke generasi yang lain. Proses pengoperan
ini dilakukan melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Yang dimaksud
dengan pendidikan sekolah disini adalah pendidikan resmi atau formal yang
dilakukan sekolah-sekolah seperti SD, SMP, SMU, perguruan tinggi dan lembaga
pendidikan lainnya termasuk kursus-kursus. Adapun pendidikan luar sekolah yang
dimaksud disini adalh pendidikan tidak resmi atau non formal seperti pendidikan
yang dilakukan orangtua pada anaknya.
Dalam kegiatan pendidikan ada 2 unsur penting yaitu yang mengajar dan yang
diajar. Proses bljar mengajar diarahkan pada penerimaan dan penyesuaian individu
sepenuhnya dalam masyarakat. Melalui komunikasi seseorang belajar menerima,
mengerti orang lain untuk menjaga hubungannya dengan orang lain. Dengan
demikian seseorang harus mau berubah dan mengubah sebagai usaha untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan masyarakat sekitarnya. Pendidikan
merupakan jembatan komunikasi antar generasi dan suatu usaha mempersiapkan
manusia untuk menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi masa depan yang
penuh tantangan. Selain itu pendidikan juga merupakan usaha untuk meneruskan
nilai-nilai luhur bangsa.
Jadi inti pokok daripendidikan adalah penemuan identitas diri dan identitas
bangsa untuk mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis.

Komunikasi untuk Aktualisasi Diri

A. PENGERTIAN
Moslow berpendapat bahwa pribadi yang teraktualisasikan dapat didefinisikan
sebagai penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas,
potensi-potensi dan sebagainya. Pribadi yang teraktuliasasikan tidak memiliki
kecenderungan kearah gangguan psikologis, neurosis atau psikosis (Goble,1987:48)

B. CIRI-CIRI AKTUALISASI DIRI


Abraham Maslow menemukan bahwa :
1. Secara umum manusia-manusia superior ini mampu melihat hidup ini seperti
yang mereka inginkan. Dengan demikian mereka lebih cermat dalam
mempersepsi dan memahami sesuatu. Mereka tidak akan membirkan harapan-
harapan dan keinginan-keinginan pribadi menyesatkan pengamatan mereka.
2. Maslow juga menemukan bahwa kreatif merupakan cirri umum lain yang
dimiliki oleh orang yang mengkualitaskan diri. Kreatif dalam arti : fleksibel,
spontan, berani, terbuak dan rendah bhati merupakan keunggulan-keunggulan
mereka yang juga membuat mereka lebih mudah menyesuaikan diri dalam
berbagai perubahan situasi. Keberanian mengemukakan gagasan baru secara
spontan, polos, tanpa prasangka. Juga tidak takut melakukan kesalahan yang
bodoh sekalipun.
3. Ciri lain dari orang yang teraktualisasikan dirinya adalah kadar konflik dirinya
rendah. Dia tidak berperang melawan dirinya, dia tahu dengan pasti yang benar
dan yang salah, yang baik dan yang buruk. Hasratnya selaras dengan
pertimbangan akal sehat, sehingga mereka tidak takut pada keingainan mereka
sendiri. Pertentangan antara baik dan buruk bukan masalah untuk mereka dan
secara konsisten mereka lebih memilih nilai-nilai luhur
4. Orang yang mengaktualisasikan dirinya memiliki kepribadian yang lebih
harmonis dan mampu memandang dunia dengan cara yang lebih menyatu
5. Orang yang matang secara psikis mampu menghargai orang lain dan juga
menghargai dirinya. Mereka menyukai orang lain tetapi tidak tergantung pada
orang lain, karena kemampuan-kemampuan mereka yang luar biasa mereka
menggantungkan diri mereka sepenuhnya kepada kepastian mereka sendiri.
Mereka lebih mampu menerima orang lain apa adanya. Sehingga tidak menyukai
pujian-pujian atau penghargaan-penghargaan kosong.
6. Orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya memiliki kemerdekaan psikologis.
Artinya mereke mampu mebuat- keputusan-keputusan mereka sendiri. Hal-hal
prinsip yang mereka anggap tidak sejalan dengan pandangan mereka akan ditolak
sekalipun bertentangan dengan pendapat khalayak ramai. Pribadi yang
teraktualisasikan dikatakan memiliki kemerdekaan psikologis, artinya mereka
mmiliki kepercayaan diri yang tinggi. Itu sama sekali tidak berarti mereka tidak
membutuhkan orang lain. Mereka menyukai orang lain tapi tidak tergantung pada
orang lain, mereka sangat mandiri.\
7. Mereka memiliki sifat-sifat yang merupakan nilai-nilai agama-agama besar
seperti, kebaikan, kebenaran, kejujuran, kearifan, sedekah, mengurangi
permusuhan, kekejaman dan perusakan, meningkatkan persahabatan dan lainnya.
8. Secara umum mereka, orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mencintai
tanggung jawab kepada pekerjaannya (Goble,1987:47-68). Seperti sudah
dijelaskan tidak semua orang mampu menjadi orang-orang yang
mengaatualisasikan diri, tetapi ada beberapa catatan yang dapat digarisbawahi
yaitu tentang keberhasilan komunikasi mereka dengan orang lain yang akhirnya
mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain. Seperti misalnya
kemampuan mereka melihat hidup dengan lebih jernih, lebih objektif
menjauhkan mereka dar prasangka-prasangka buruk yang sering menjadi
hambatan suksesnya komunikasi dan interaksi antr manusia.
ARTI, FUNGSI, DAN HAKIKAT MEDIA SEBAGAI PENUNJANG
KEGIATAN KOMUNIKASI

RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V

Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh:
Nama : Dian Juliyani
No. Absen : 43
NIM : 2006-41-411
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)
Modul : 5

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
Jakarta Pusat
Arti, Fungsi, dan Hakikat Media sebagai
Penunjang Kegiatan Komunikasi

A. ARTI MEDIA KOMUNIKASI


Media komunikasi merupakan alat, saluran, sarana untuk menyampaikan
gagasan, ide-ide, pikiran manusia. Media-media tersebut mempunyai karakteristik yang
berbeda satu sama lain, yang merupakan kekutan sekaligus kelemahannya.

B. FUNGSI MEDIA KOMUNIKASI


Media komunikasi berfungsi untuk memperluas hubungan komunikasi antar
manusia, juga memperbesar kemampuan manusia untuk menjalin hubungan komunikasi
antar manusia. Selain itu media komunikasi juga berfungsi menyimpan pesan
komunikasi yang berupa ide-ide, gagasan, pikiran manusia, dan dapat pula berfungsi
untuk mendistribusikan atau mentransfer pesan-pesan tersebut dari satu tempat ke tempat
lainnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi dengan menggunakan media terutama
media massa adalah usaha menembus ruang dan waktu. Media komunikasi terbagi
menjadi dua (2) jenis, yaitu :
1. media pertama (primary medium) berupa lambing verbal dan non verbal
2. media sekunder (secondary medium) yaitu media yang berwujud, berbentuk benda
atau alat
Menurut Ruben, fungsi media komunikasi memperluas komunikasi antar manusia
dengan :
1. meningkatkan produksi pesan dan pendistribusiannya
2. meningkatkan persediaan, penyimpanan, dan temu balik pesan komunikasi
Secara umum dapat dikatakn bahwa media komunikasi digunakan untuk
mencapai komunikasi yang efektif, karena media komunikasi merupakan perpanjangan
tangan komunikator untuk mencapai komunikan sasarannya.

C. HAKIKAT KEHADIRAN MEDIA KOMUNIKASI BAGI KEHIDUPAN


MANUSIA
Kehadiran media komunikasiamat penting bagi kehidupan manusia. Media
komunikasi memberikan pengaruh yang besar pada banyak aspek kehidupan manusia
sebagai individu. Media juga mempengaruhi kehidupan kelompok dan masyarakat serta
dunia. Dengan kemajuan teknologi, media komunikasi mampu meningkatkan kualitas
hidup manusia, meningkatkan kualitas peradaban manusia.
Tinjauan Mengenai Eksistensi Media Komunikasi

A. MEDIA KOMUNIKASI SEBAGAI ALAT BANTU


Sebagai alat, media komunikasi membantu manusia mendistribusikan ide-ide,
gagasan, dan pikirannya dalam bentuk lambing yang berarti kepada manusia lain. Selain
memproduksi dan mendistribusikan pesan, media komunikasi juga membantu
menyimpan pesan-pesan komunikasi berupa ide-ide, gaagsan, dan pikiran manusia.
Manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengingat seluruh informasi yang
ada, yang diterimanya dan yang dibutuhkannya. Dengan demikian dia membutuhkan
sarana tertentu untuk menyimpan informasi-informasi tersebut untuk kemudian
ditemukan kembali bial diperlukan.

Media Massa dan Media Nirmassa


Sebagai alat, media komunikasi juga dibagi dalam dua (2) kategori, yaitu :
1. media nirmassa seperti surat, poster, telegram, telepon, spanduk, bulletin, brosur,
papan pengumuman, dll digunakan untuk menjangkau satu atau sejumlah
komunikan yang relative sedikit
2. media massa seperti surat kabar, radio, televise dan film digunakan untuk
menjangkau sejumlah besar komunikan
Kedua bentuk media ini memiliki karakter yang berbeda, oleh sebab itu berbeda
pula pembentukkannya. Komunikator harus benar-benar memperhatikan karakteristik,
ciri-ciri dan sifat media yang akan digunakan untuk kegitan penyampaian pesan
komunikasinya.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MEDIA KOMUNIKASI


Sebagai sarana penyalur pesan, media komunikasi mempunyai beberapa kekutan
dan kelemahan.

1. Kelebihan dan Kekurangan Media sebagai Alat


Secara umum komunikasi yang menggunakan media akan mengalami hambatan
dalam penerimaan umpan balik (feedback). Umpan balik yang dating akan tertunda
sampai proses komunikasi selesai.
Sebagai alat, media komunikasi dibagi dalam tiga (3) sifat, yaitu :
a. Media komunikasi yang bersifat hanya dapat didengar (auditif)
b. Media komunikasi yang bersifat hanya dapat dilihat (visual)
c. Media komunikasi yang dapat didengar sekaligus dilihat (audio visual)

2. Kelebihan dan Kekurangan Media Massa


Media massa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk kegiatan
komunikasi massa.
a. Surat Kabar
Pesan komunikasi yang disampaikan melalui surat kabar diungkapkan dalam
bentuk huruf-huruf dan gambar-gambar yang tidak bergerak. Kelebihan surat kabar dan
media cetak lainnya adalah dapat disimpan, didokumentasikan, dikaji ulang, dijadikan
bukti otentik

b. Televisi
Televisi memiliki beberapa kelebihan yaitu memiliki gambar yang hidup tidak
seperti surat kabar. Kekurangannya, siaran televisi bersifat sepintas lalu, kadang-kadang
ada gangguan penerimaaan sehingga tidak sempurna, perhatian penonton televisi tidak
dapat dibagi-bagi misalkan sambil kerja, sambil masak, sambil mencuci, dll.

c. Radio
Pesan komunikasi yang disampaikan melalui radio diungkapkan dalam bentuk
suara dan bunyi, tidak ada gambar seperti televisi. Kelebihannya, pesan komunikasi
dapat ditata sedemikian rupa dengan efek suara yang tepat sehingga dapat menimbulkan
kesan yang diinginkan. Keunggulan lainnya adalah para pendengar radio dapat
menikmati siaran radio sambil mengerjakan pekerjaan yang lain.

d. Film
Film yang dimaksud di sini adalah film yang ditayangkan di gedung bioskop.
Kelebihan media film selain memiliki gambar dan suara, juga penggunaan gedung
khusus yang dapat ditata untuk menimbulkan efek tertentu. Kekurangannya komunikan
harus datang khusus ke tempat tertentu untuk menyaksikannya.

C. OPTIMALISASI PERAN MEDIA KOMUNIKASI


Dengan adanya media komunikasi terutama media massa, manusia dapat
merambah dunia dalam waktu yang cepat hingga tak tampak lagi batas ruang dan waktu
di mana akhirnya batas Negara juga hilang menjadi satu “global village” (desa global).
Disebut demikian karena dunia akan terasa kecil akibat pendeknya jarak komunikasi
antara komunikator dengan komunikannya.
Pendapat Steven H. Charlie seperti dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa ada
lima (5) hal efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu :
1. efek ekonomis
2. efek social
3. efek pada penjadwalan kegiatan
4. efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
5. efek pada perasaan orang terhadap media
Media Komunikasi dan Kehidupan Manusia

Media komunikasi berfungsi memperluas dan memperbesar kemampuan manusia


untuk menjalin hubungan komunikasi dengan manusia lain. Hubungan komunikasi antar
manusia melalui media komunikasi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
kualitas peradaban manusia. Perkembangan media komunikasi telah mengantar manusia
memasuki satu peradaban yang memungkinkan dia menembus ruang dan waktu.
Media komunikasi dan komunikasi bermedia membawa banyak perubahan di
segala aspek kehidupan manusia. Teknologi media komunikasi telah mengubah cara-cara
pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian pesan-pesan komunikasi.
Didunia kerja, hamper tidak ada pekerjaan yang tidak tersentuh media
komunikasi. Perkembangan media telah mengubah cara-cara pengumpulan, pengolahan,
dan penyebaran informasi.

A. PELUBERAN INFORMASI
Perkembangan media komunikasi akan menambah jumlah jenis media
komunikasi dan juga jumlah pesan komunikasi yang ada. Hal ini menyebabkan suatu
kondisi yang disebut dengan “peluberan informasi”. Sejalan dengan bertambahnya media
komunikasi maka voleme pesan komunikasi yang disalurkan juga meningkat.

B. PENGENDALIAN ARUS INFORMASI


Tidak dapat dipungkiri bahwa pengendali arus informasi (bias pemegang saham
terbesar, pemilik, pemerintah, dll) dapat menetapkan kebijakan informasi yang akan
didistribusikan dan dapat pula dia yang memaknai informasi-informasi tersebut.
Sehingga kemungkinan komunikan tidak lagi memiliki kebebasab memaknai informasi.
IDEAL KOMUNIKASI : SISTEM AUTHORITARIANISM , SISTEM
LIBERTARIANISM , SISTEM KOMUNIS , KONSEP TANGGUNG
JAWAB SOSIAL DAN KONSEP LAINNYA

RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V

Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh:
Nama : Shannas Nadia
No. Absen : 69
NIM : 2006-41-779
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)
Modul : 6

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
Jakarta Pusat
IDEAL KOMUNIKASI : SISTEM AUTHORITARIANISM , SISTEM

LIBERTARIANISM , SISTEM KOMUNIS , KONSEP TANGGUNG

JAWAB SOSIAL DAN KONSEP LAINNYA

MENURUT SISTEM AUTHORITARIANISM

Sistem Authoritarianism merupakan system kekuasaan yang sempat mengundang

silang pendapat para ahli pikir di zamannya tentang pemberian legitimasi terhadap

“kekuasaan absolute” yang berada pada satu tangan elit berkuasa.

A.Pergeseran Pemikiran Ke Arah Pembatasan Absolutisme.

Sejak zaman Plato (429-397 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) pemikiran-

pemikiran telah mulai darahkan kepada kemakmuran negara dan kebijakan penguasa

dalam mewujudkan keadilan. Produk-produk pemikran Plato dan Aristoteles banyak

mengilhami para ahli pikir di abad tiga belas dan tujuh belas, yang pada dasarnya

bagaimana kekuasaan diaktualisasikan dalam kehidapan bernegara.

B.Karakteristik Transaksi Komunikasi.

Dalam sistem authoritarianism semua sumber komunikasi berada pada kelompok

penguasa, khususnya berada pada raja dan keluarga raja. Sistem authoritarianism

memunculkan karakter bagaimana hubungan manisia (individu-individu) dengan negara,

bagaimana ruang gerak individu dalam hidup bernegara dan bagaimana sikap Negara

terhadap kebebasan individu. Dalam hal ini tercakup sifat manusia, sifat masyarakat,

hubungan antara manusia dengan Negara dan filosofi yang mendasar, sifat pengetahuan

dan sifat kebenaran.

C.Simbol-simbol Kekuasaan.

Secara rinci, system authoritarianism memunculkan ciri-ciri sebagai berikut:

1.Proses komunikasi berlangsung secara vertical


2.Feedback dari masyarakat hamper tidak tampak.

3.Tema pesan komunikasi dalam bentuk:

a.Menumbuhkan sifat-sifat pengkultusan.

b.Mewujudkan loyalitas pengabdian.

c.Orientasi kewilayahan.

d.Mewujudkan integritas sikap, perilaku ke system dogma negara.

4.Pendapat umum tidak berkembang bahkan cenderung tidak ada.

5.Media massa dikendalikan dan dikontrol secara ketat

MENURUT SISTEM LIBERTARIANISM

A.Pemikiran-pemikiran Tentang Demokrasi

Konsep-konsep pemikiran tentang “demokrasi” berawal dari adanya “Piagam

Agung” atau Magna Charat pada tahun 1225 yang berisi pengakuan raja absolut atas

hak-hak istimewa kaum bangsawan. Pengakuan tersebut merupakan tonggak aspirasi

demokrasi dan tonggak-tonggak hak-hak asasi manusia.

B.Hakikat Kebebasab Berkomunikasi

Dalam system liberitarianism maka setiap individu mendapatkan kesempatan

untuk memasarkan ide, pemikiran, gagasan, dan keinginan terutama yang ditransformasi

melalui media massa. Kebebasan berkomunikasi mendapat jaminan dari penguasa, hal

ini berdasar kepada pemikiran bahwa hak-hak berkomunikasi merupakan bagian dari

hak-hak asasi manusia.

C.Proses Komunikasi Berlangsung Berdasar Norma-norma Komunikasi (Hukum-

hukm Komunikasi)

Dalam kajian teoritis bahwa proses komunikasi yang efektif apabila terjadi proses

saling merespons antara komunikator dan komunikan, sehingga tujuan tercapai.


Terjadinya saling merespons mengandung makna bahwa komunikasi ditempatkan

sebagai subjek bukan sebagai objek, sehinggatidak memproyeksikan pribadinya terhadap

diri komunikasi.

MENURUT SISTEM KOMUNIS

A.Karakter Yang Muncul Dalam Sistem Komunis

Sistem komunis tidak lepas dari orientasi pencapaian tujuan sistem yaitu

terwujudnya masyarakat komunis. Karakter yang muncul dalam system komunis, yaitu:

1.Sentralisasi kekuasaan.

2.Tidak melegitimasi hak-hak keperdataan individual.

3.Tidak mengakui terhadap hak-hak asasi manusia.

4.Bersifat tertutup terhadap system nilai luar.

B.Hak-hak Berkomunikasi Dalam Sistem Komunis

Sebagai ukuran untuk menentukan rigid (kaku) tidaknya kebebasan

berkomunikasi dapat diperhatikan dari beberapa aspek, yaitu:

1.Perkembangan pendapat umum.

2.Kesertaan masyarakat di dalam mengelola media massa.

3.Sosialisasi sistem sosial.

C.Hakikat Feedback (Umpan Balik) Dan Respons

Feedback ataupun respons bukan merupakan input bagi pemerintah, karena

semua feedback atau respons hakikatnya berasal dari partai sebagai lembaga

infrastruktur yang menyatu dengan lembaga suprastruktur.


MENURUT KONSEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL (SOCIAL

RESPONSIBILITY) DAN SISTEM LAINNYA

A.Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Sebagai Suatu Konsep

Konsep social responsibility berakar pada pengetahuan manusia. Dengan

rasionya, maka mempunyai persepsi yang dapat membedakan mana hal-hal yang

bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat. Berlandas pada ilmu pengetahuan maka

manusia dapat membandingkan dan mempertimbangkan secara rasional, sehingga ia

dapat bertanggungjawab atas segala tindakan dan perbuatannya.

B.Sistem Pancasila

Pengelola media massa di Indonesia berakar pada tata nilai, budaya bangsa yang

diformulasikan dalam format Undang-Undang Dasar 1945. Pengaturan tentang media

massa ini bersandar pada Pasal 28 UUD 1945 yang pada intinya mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan : kebebasan berserikat, berkumpul dan kebebasan menyatakan

pendapat baik secara lisan maupun tulisan.

Apabila kita kaji secara mendasar bagaimana konsep Pancasila, maka akan

tampak jelas bahwa kebebasan yang tumbuh berkembang selalu berlandas pada etika

nasional sebagai pencerminan dari moral bangsa Indonesia.


FILSAFAT KOMUNIKASI : ETNIS KULTUR HAKIKAT DAN
ORIENTASI POLA PIKIR ETNIS KULTUR, SISTEM NILAI,
JALINAN KOMUNIKASI DENGAN PROBLEMA KULTURAL,
SISTEM NILAI, JALINAN KOMUNIKASI DENGAN
PROBLEMA KULTURAL

RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V

Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh:
Nama : Novena Sandy
No. Absen : 26
NIM : 2006-41-260
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas
Terbuka
Modul : 7

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
Jakarta Pusat
Filsafat Komunikasi : Etnis Kultur Hakikat dan
Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur, Sistem Nilai,
Jalinan Komunikasi dengan Problema Kultural,
Sistem Nilai, Jalinan Komunikasi dengan Problema
Kultural
Secara fisik alam memberi fasilitas ruang gerak kepada manusia
untuk berkiprah. Berdasarkan faktor fisik alam ini maka manusia
berada dalam determinan-determinan yang berbeda. Dengan kata lain
lingkup geonatur (= lingkungan fisik alam) akan memisahkan manusia
secara berkelompok-kelompok sehingga timbul ragam budaya
manusia yang disebut etnis kultur. Etnis kultur dimaksudkan sebagai
suku budaya yang memiliki pola-pola sikap perilaku sebagai cerminan
budayanya.
Terbentuknya negara adalah konsep ideal dari etnis kultur untuk
mengejar cita-cita hidup yaitu kesejahteraan lahir dan batin. Di dalam
wadah negara itulah terjadi proses ineraksi antaretnis untuk
menyamakan persepsi melalui produk-produk imajinasi yang disebut
simbol-simbol komunikasi.
Setelah mahasiswa memahami modul ini, diharapkan agar dapat
menjelaskan tentang :
1. Hakikat Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur

2. Hakikat Komunikasi Antar Etnis Kultur Dan Etnis Bangsa

3. Hakikat Sistem Nilai Dalam Proses Komunikasi Antar Etnis

1. Hakikat dan Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur


Setiap etnis kultur memiliki pola-pola sikap, perilaku sebagai
cerminan budayanya. Pada gilirannya pola-pola perilaku ini menjadi
identitas etnis. Setiap etnis akan berorientasi kepada nilai-nilai
etnisnya, sehingga akan menjadi problema didalam mewujudkan etnis
pada skala yang disebut bangsa. Semain maju dan berkembang
kualitas kepentingan individu-individu maka semakin kompleks pula
problema-problema etnis.

A. Hakikat dan Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur


Setiap etnis kultur memiliki pola-pola sikap, perilaku sebagai
cerminan budayanya. Pada gilirannya pola-pola perilaku ini menjadi
identitas etnis. Setiap etnis akan berorientasi kepada nilai-nilai
etnisnya, sehingga akan menjadi problema didalam mewujudkan etnis
pada skala yang disebut bangsa.
Menurut Koentjaraningrat wujud budaya etnis kultur terbagi ke
dalam tiga wujud yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola


dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud yang pertama bersifat ideal dan abstrak yang berada dalam
angan-angan atau cita-cita. Dalam fungsi adat terdiri dari beberapa
lapisan, dari yang paling abstrak dan luas, sampai yang paling konkret
dan terbatas. Lapisan yang paling abstrak adalah sistem nilai budaya.
Lapisan berikutnya, ialah sistem norma adalah lebih konkret. Sistem
hukum yang bersandar norma-norma adalah lebih konkret lagi.
Sedangkan peraturan-peraturan khusus yang mengatur berbagai
aktifitas sehari-hari dalam kehidupan masyarakat, merupakan lapisan
adat yang paling konkret tetapi terbatas ruang lingkupnya.
Wujud kedua, sering disebut sistem sosial, yaitu yang terdiri dari
aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta
bergaul antara satu dengan yang lainnya menurut pola-pola tertentu
yang berdasarkan pada adat tata kelakuan.
Wujud ketiga, yaitu benda-benda hasil karya manusia yang disebut
dengan benda kebudayaan. Produk ini lebih konkret karena dapat
dilihat, diraba, dan dirasakan. Ketiga wujud kebudayaan yang telah
diuraikan diatas dalam kenyataan empiris merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.
Sifat-sifat dasar yang tampak dari keragaman etnik kultur
dikemukakan oleh Pierre L. Van De Berghe dalam bukunya “Pluralism
and The Polity: A Theoritical Exploration” sebagai berikut :
1. Terjadinya segmentasi kedalam bentuk kelompok-kelompok yang
sering kali memiliki sub kebudayaan yang berbeda satu sama
lain;
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplementer;
3. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya
terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar;
4. Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik diantara
kelompok yang lain;

5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan (coecion)


dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi; serta

6. Adanya dominasi politik oleh satu kelompok atas kelompok-


kelompok lainnya. (Nasikum, 1988)

B. Hakikat komunikasi Sebagai Hakikat Kebutuhan Etnis Kultur

Berkomunikasi merupakan hakikat kebutuhan manusia di dalam


mempertahankan hidup, meningkatkan hidup, dan memelihara
keturunan yang sejahtera lahir dan batin. Hal ini merupakan nilai-nilai
ideal yang berada pada setiap diri manusia baik secara individu
perorangan maupun individu masyarakat.

Untuk mencapai nilai-nilai tersebut manusia yang berada dalam


etnis kultur mulai mengoptimalisasikan fasilitas yang disediakan alam
untuk memenuhi kebutuhan maksimal.
Dalam kondisi semacam ini terjadi suatu proses pergeseran pola
pikir yang oleh Van Puersen dikualifikasikan ke dalam tiga tahapan,
yaitu pertama tahap mitis, pada tahap ini cara berpikir manusia terikat
nilai-nilai sakral yang ada pada alam dan melembaga pada diri
manusia suatu sikap bahwa alam harus tetap utuh. Tahapan kedua
yaitu tahapan ontologis. Pada tahapan ini keadaan masyarakat relatif
lebih maju dari masyarakat yang ada pada tahap mitis. Interaksi dan
transaksi komunikasi mulai bergeser kepada skala yang lebih luas.
Tahapan berikutnya sebagai tahapan yang ketiga yaitu tahapan
fungsionalis. Pada tahapan ini manusia mulai berpikir rasional.
Individu-individu manusia mulai berpikir tentang peran dirinya di
tengah-tengah masyarakat. Pada gilirannya terjadi kompetisi
kepentingan, sehingga kecenderungan kearah konflik kepentingan
sangat memungkinkan apabila ego ideal individu berusaha
menempatkan pada ego individu lainnya.

Dalam konflik ini L.R Pondy mengangkat tiga faktor dasar


penyebab konflik, yaitu :

1. Berlomba dalam memanfaatkan sumber langka (Competition for


Scare Resources)

2. Dorongan di dalam memperoleh otonomi (Drives for Outonomy)

3. Perbedaan di dalam mencapai tujuan tertentu (Disvergence of


Sub Unit Goals)

Kondisi konflik sebagai kondisi antagonistik terhadap alam


semesta yang secara filosopis terdapat ketentraman, keserasianl,
keseimbangan dan keadilan. Karena itu secara fisafi kehidupan
manusia harus menyerasikan diri dengan keadaan alam semesta ini.

Astrid Soesanto dalam judul bukunya “Filsafat komunikasi”


mencatat tiga syarat untuk mencapai ideal harmoni, yaitu :

1. Pendapat-pendapat norma-norma dalam masyarakat diarahkan


kepada harmonisasi,

2. Sifat-sifat khas dari materi komunikasi dipergunakan untuk


mewujudkan dan meningkatkan harmoni dalam masyarakat

3. Pemberi lambang dengan penerima lambang memiliki persepsi


yang sama yang mengarah ke kondisi harmonis.

C. Sikap Toleransi Etnis Kultur Sebagai Hakikat Ideal


Komunikasi

Ideal komunikasi selalu mengarah kesifat-sifat integratif seluruh


sikap dan perilaku ke dalam pola keyakinan atau sistem nilai yang
dijunjung tinggi bersama. Ideal komunikasi menempatkan komunikan
dalam kualitas dan derajat yang sama dengan komunikator. Dalam arti
bahwa komunikan bukan dijadikan sebagai objek, namun merupakan
subjek yang terkaitnya berbagai kepentingan antara komunikator dan
komunikan secara timbal balik. Penempatan komunikan sebagai
subjek mengandung makna bahwa komunikator berorientasi kepada
kondisi psikologis komunikan yang bersifat abstrak dan spekulatif.

Pola-pola interaksi tidak sekedar mengisi kebutuhan dan


kepentingan bersama namun telah bergeser kepola yang memberi
pedoman terwujudnya sikap-sikap integratif dan pelestarian
keberadaan etnis sebagai bangsa.

Sikap toleransi dan kompromistis terhadap sistem nilai luar


mengandung makna memperluas transaksi-transaksi komunikasi
dengan mengkaitkan berbagai kepentingan etnis bangsa yang saling
menguntungkan. Kondisi semacam ini merupakan ideal komunikasi
yang memicu ke arah terwujudnya harmonisasi.

2. Hakikat Komunikasi Antar Etnis Kultur Dan Etnis Bangsa


Perkembangan komunikasi pun terus berhimpit mengikuti
kualitas berpikir manusia. Transaksi-transaksi komunikasi tidak lagi
berada dalam tahap melukiskan perasaan menjadi suatu kebutuhan
yang melingkar dalam skup skala kecil, akan tetapi komunikasi telah
membawa manusia memasuki lingkaran-lingkaran yang lebih luas dan
kompleks. Transaksi antaretnis kultur berkembang menjadi transaksi
antar etnis bangsa, demikian seterusnya dinamika manusia tidak
pernah surut atau habis selama planet bumi masih ada.

A. Hakikat Menyatakan Pikiran dan Perasaan

Sean Mac. Bride dalam bukunya “Many Voices; One World


Communication and Society Today and Tomorrow” mempunyai
pandangan yang lebih luas tentang pandangan komunikasi. Menurut
bride komunikasi itu memelihara dan menggerakan kehidupan serta
dapat melukiskan dinamika masyarakat dan peradaban umat manusia.
Tanpa komunikasi tidak mungkin seseorang dapat menyatakan
kehendak dan cita-citanya. Komunikasi dapat mengubah suatu insting
menjadi inspirasi melalui tahapan proses berpikir dan sistem untuk
bertanya, memerintah dan mengawasi. Lebih dari itu bahwa
komunikasi merupakan tempat penyimpanan ide bersama,
memperkuat perasaan kemanusiaan melalui tukar menukar pesan
untuk mengubah pikiran menjadi suatu perbuatan atau tindakan yang
menggambarkan setiap perasaan dan kebutuhan dari mulai yang
sederhana kepada yang bermanfaat atau yang merusak. (Bride, 1980)
Pandangan Bride memberikan suatu perspektif bahwa bride
menempatkan komunikasi sejajar dengan peradaban umat manusia,
keduanya saling berhimpit dan tidak pernah kering selama manusia
ada.

Pandangan yang sama terhadap komunikasi dengan masyarakat


manusia yaitu pandangan Jery.C.Wofford, Edwin A. Gerloff dan Robert
C.Cummins dalam buku “Organizational Communication” terbitan
tahun 1977 pada halaman tiga menyatakan bahwa, komunikasi terikat
pada sistem sosial (The Binding Agent of All Social System) atau
subsistem sosial. Kenyataan empiris menunjukan bahwa berhasil atau
tidak nya komunikasi selalu ditandai oleh hasil peristiwa sosial. Karena
itu komunikasi akan terus berkembang dari mulai bentuk sangat
sederhana sampai kepada bentuk yang paling kompleks dan rumit.

Hakikat pernyataan pikiran dan perasaan berdimensi dua yaitu


dalam etnis bangsa dan keluar etnis bangsa. Ke dalam etnis bangsa
hakikat pernyataan adalah untuk mewujudkan perasaan persepsi,
integritas sikap dan perilaku ke dalam tatanan sistem nilai kualitas
kehidupan etnis kultur dalam berbagai aspek kehidupan, pelestarian
sistem nilai. Kemudian keluar etnis bangsa yaitu memperluas
transaksi-transaksi untuk kepentingan etnis bangsa intranegara.

Karena itu maka fungsi komunikasi telah melebar kedalam


beberapa fungsi utama, yaitu :

1. Fungsi informasi; fungsi ini memberi rujukan bagi seluruh etnis


kultur (etnis bangsa). Fungsi informasi terdiri dari; pengumpulan,
penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar,
fakta dan pesan opini dan komentar agar dapat dipahami dan
bereaksi secara jelas terhadap kondisi global, nasional,
lingkungan agar dapat mengambil keputusan dengan tepat.

2. Fungsi sosialisasi; fungsi ini menyediakan sumber ilmu


pengetahuan (sumber rujukan) yang memungkinkan setiap
individu bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat
yang efektif, sehingga sadar akan fungsi sosialnya dan dapat
aktif dalam masyarakat (orientasi integratif antar etnis kultur).

3. Fungsi motivasi; fungsi ini menjelaskan tujuan tiap masyarakat


dalam jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong
setiap individu untuk menentukan pilihan dan keinginannya,
mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan
yang akan dicapai bersama.

4. Fungsi debat dan diskusi; fungsi ini menyediakan dan saling


menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan
persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai
masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang
diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih
melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan
bersama ditingkat internasional dan lokal.

5. Fungsi pendidikan; fungsi ini adalah pengalihan ilmu


pengetahuan yang dapat mendorong perkembangan intelektual
pembentukan watak dan perilaku serta kepribadian. Fungsi ini
membentuk juga kemampuan, keterampilan, dan keahlian yang
diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan.

6. Fungsi memajukan kebudayaan; fungsi ini untuk


menyebarluaskan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud
melestarikan warisan masa lampau, perkembangan kebudayaan
dengan memperluas nuansa pandang, membangun imajinasi
dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetika.

7. Fungsi hiburan, fungsi ini untuk memperkaya rujukan batiniah


penyebarluasan lambang-lambang budaya, kesenian, drama,
imajinasi, musik dan lain sebagainya.

8. Interaksi; fungsi ini menyediakan bagi etnis bangsa, etnis kultur,


kelompok, individu, kesempatan memperoleh pesan yang
mereka perlukan agar terwujudnya saling pengertian dan saling
menghargai pendapat, pandangan dan keinginan.

B. Hakikat Transaksi Komunikasi Antar Etnis Kultur dan Etnis


Bangsa

Transaksi-transaksi komunikasi telah melebar ke sifat nasional,


regional dan global dengan mengaitkan berbagai kepentingan etnis-
etnis bangsa yang saling menguntungkan. Pada tangga ini sumber-
sumber komunikasi mulai ditata secara bijak, terencana dan
terorganisasikan. Komunikasi mengalir melalui struktur formal,
dikendalikan dan dioperasikan menurut ukuran-ukuran normatis.

Hakikat transaksi antar etnis bangsa yaitu untuk meningkatkan


kualitas peradaban, melalui tukar menukar produk kebudayaan yang
mengandung makna kegiatan komunikasi etnis bangsa telah melintasi
batas wilayah sistem budaya etnis bangsa lain. Dalam proses
komunikasi disebut ‘komunikasi antar dan lintas budaya’ Intercultural
and Cross Cultural Communication.

‘Intercultural Communication’ merupakan komunikasi dua arah


bersifat tidak resmi, di dalam nya berlangsung proses pertukaran
pikiran dan gagasan yang berlatar belakang budaya berbeda.
Sedangkan ‘Crosscultural Communication’ sebagai bentuk komunikasi
antar bangsa yang mempunyai latar belakang budaya berbeda. Cross
Cultural sebagai bentuk komunikasi resmi yang dilakukan oleh pejabat
suatu negara dengan menggunakan media massa. Komunikasi bersifat
satu arah karena tidak bersifat kontak langsung.
Kedua bentuk kegiatan komunikasi sebagaimana diungkap
diatas dalam konteks global dikualifikasikan ke dalam komunikasi
internasional, karena telah mengaitkan dua arah atau lebih etnis
bangsa dengan latar budaya berbeda.

C. Hakikat Ketentraman dan Perdamaian dalam Konteks Hak-


hak Asasi Manusia

Filsafat komunikasi melihat manusia dalam lingkup alam


semesta ini berada dalam keharmonisan dengan tanpa melihat batas-
batas geonatur dan geokultur. Manusia mempunyai hak-hak yang
sama di dalam berkomunikasi dimanapun mereka berada, dalam
bentuk dan etnis yang bagaimanapun sifatnya, tidak ada diskriminasi
atas hak-hak tersebut. Namun dalam kenyataan empiris geokulturlah
yang membedakan hak-hak manusia berkomunikasi. Bahkan pada
tingkat kemajuan berpikir telah melebihi manusia lainnya, maka
muncul naluri ingin mendominasi terhadap etnis bangsa lain sehingga
terjadi jurang pembeda atas etnis bangsa dengan bangsa lain.

Beberapa faktor yang dapat menggeser nilai-nilai kemanusiaan


yaitu :

1. Tidak efektifnya jalinan komunikasi, sehingga argumentasi


rasional beralih ke sifat-sifat emosional.

2. Nilai-nilai dogmatis yang muncul dari paham, doktrin atau


kepercayaan.

3. Orientasi objektif terhadap kultur bangsa.

4. Berebutnya sumber alami untuk meningkatkan kualitas hidup


etnis bangsa tanpa peduli terhadap etnis bangsa lain.

5. Keangkuhan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam berupaya


mencapai taraf ‘kesempurnaan’ (=besifat nisbi)

3. Hakikat Sistem Nilai Dalam Proses Komunikasi Antar Etnis


Filsafat komunikasi di dalam proses bekerjanya selalu mencari
dan membentuk nilai-nilai kebenaran yang diabadikan untuk
kepentingan umat manusia. Filsafat komunikasi melihat lingkungan
hidup manusia dalam lingkungan alam semesta ini dalam kondisi yang
harmonis. Tidak ada satu manusia pun merasa nilai-nilai yang
dimilikinya terganggu atau dilanggar manusia lainnya, sebagaimana
yang ada pada alam semesta yang selalu memberi ketentraman,
keseimbangan, dan keadilan.

A. Makna Sistem Nilai Dalam Proses Komunikasi


Nilai merupakan konsep abstrak tentang segala sesuatu yang
bersifat baik, buruk, benar, salah. Nilai selalu dijunjung tinggi,
dihargai, ditaati. Karena itu dijadikan pedoman untuk memandu
perilaku etnis kultur di dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai yang bersifat abstrak kemudian distrukturisasikan ke
dalam norma-norma yang bersifat konkret. Norma-norma inilah yang
mempedomani pergaulan etnis kultur dalam lingkup yang lebih luas
sebagai suatu etnis bangsa. Norma merupakan kaidah yang tumbuh
dan berkembang di dalam masyarakat. Norma-norma mengatur
perbuatan manusia tentang mana yang diperbolehkan dan mana yang
dilarang.
Proses komunikasi merupakan proses pertukaran lambang dalam
arah tertentu dan telah direncanakan sejak awal sesuai kualitas dan
tingkat harapan yang diinginkan. Dalam proses ini, maka nilai-nilai itu
atau norma-norma memberi lingkaran-lingkaran aktivitas agar tidak
ada suatu aktivitas pun yang mendominasi atau mengekspresikan
aktivitas lainnya. Nilai-nilai yang telah distrukturisasikan ke dalam
norma-norma selain mempedomani perilaku juga mengatur lalu lintas
pertukaran simbol-simbol antar etnis baik sebagai komunikator
maupun sebagai komunikan.
Di dalam lingkup yang lebih luas yang disebut etnis bangsa
maka norma-norma lebih di konkretkan lagi dalam bentuk perundang-
undangan yang mengatur perilaku dan sikap individu berbangsa dan
bernegara, sekaligus mengatur dan mengayomi lalu lintas pesan-
pesan komunikasi dalam skala yang lebih luas.

B. Sistem Nilai Untuk Mengatur Hak dan Kewajiban


Hak bersifat asasi yang berada pada setiap diri manusia. Hak
memiliki dibagi ke dalam dua kualitas yaitu hak absolut (mutlak)
bersifat alami yang mutlak dapat dipertahankan terhadap perbuatan-
perbuatan hukum individu lain. Hak ini tidak pernah diberikan atau
dipaksa untuk diberikan kepada siapapun juga. Hak yang bersifat
absolut sebagai hak yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia
secara utuh, yaitu hak hidup dan hak berkomunikasi.
Hak berkomunikasi merupakan hak absolut, karena sejak
manusia lahir hak tersebut telah melekat secara alami pada diri
manusia. Norma-norma yang mengatur terhadap hak berkomunikasi
ini bukan terhadap hak berkomunikasinya, akan tetapi terhadap isi
yang dikomunikasikan.
Yang termasuk hak nisbi, yaitu hak-hak yang muncul sebagai
akibat terjadinya transaksi-transaksi komunikasi atau aktivitas-
aktivitas hubungan manusia di dalam kehidupan bermasyarakat.
Misalnya hak memiliki dan menikmatinya, hak memasarkan ide,
pendapat, cita-cita, hak berprestasi, hak perlindungan, hak mengejar
kebahagiaan. Hak-hak ini dikualifikasikan sebagai hak kebendaan yang
bersifat abstak dan bersifat konkret. Hak-hak ini muncul melalui suatu
proses pemilihan dan penguasaan hak, sehingga hak berdampingan
dengan kewajiban.
Secara filsafi antara hak dan kewajiban berada dalam
keseimbangan tidak berbobot kecenderungan kesalahsatu diantara
keduanya. Hal ini disebut ‘adil’.
Pengertian ‘adil’ yaitu menempatkan sesuatu sesuai dengan
fungsi dan manfaat kebudayaannya. Menempatkan sesuatu harus
diartikan sebagai, penghargaan, pemberian imbalan, hadiah, sanksi,
rasional, wajar dan argumentatif. Karena itu “keadilan” merupakan
konsep abstrak yang berkaitan dengan nilai-nilai kepuasan batiniah.
Fungsi hak dan kewajiban adalah untuk menentukan kualitas
kepentingan yang akan dipenuhi, sehingga tidak ada yang akan
dirugikan.

C. Makna Keadilan dan Kebenaran Berkomunikasi Antar Etnis


Keadilan dan kebenaran merupakan konsep abstrak yang
bersifat ideal. Setiap etnis bangsa yang berada dalam planet bumi ini
selalu menempatkan keadilan dan kebenaran ini pada tangga
terhormat, setiap mendambakan dan menjunjung tinggi terhadap
kedua sifat tersebut.
Dalam proses komunikasi makna keadilan ditujukan kepada
“perlakuan sikap” yaitu perlakuan sikap yang steril dari sifat-sifat
subjektif, a priori, bertendensi, diskriminasi dan sikap-sikap intoleran.
Keadilan bersifat moralistis yang berkait locus internal (=motif
kejiwaan) yang berada pada individu-individu yang terlibat dalam
proses komunikasi. Karena itu untuk mencapai “kualitas adil” maka
proses komunikasi selalu menggunakan pendekatan melalui konsep
ideal yang paling mendasar yaitu yang disebut “persuasif”.
“Persuasif” suatu proses spekulatif untuk menebus nilai-nilai
kejiwaan yang dapat dikonstrkusi ke dalam suatu bentuk tertentu
menurut pola yang telah di desain berdasrkan ukuran-ukuran tertentu
pula. Sasaran persuasif terbagi dalam dua tahap ,yaitu tahap antara
sebagai tahap awal dan tahap yang diinginkan. Pada tahap antara
persuasif berfungsi untuk menembus abstraktif-abstraktif kejiwaan
yang disebut “frame of reference” (lingkup rujukan) dan “ field of
experience” (lingkup pengalaman). Makna keadilan pada tahap antara
yaitu menetapkan kapasitas relatif tentang kapasitas sasaran untuk
memancing tumbuhnya reaksi-reaksi sasaran (feedback), sehingga
pada tahap ini menentukan berlangsung tidaknya proses komunikasi.
Tahap kedua yaitu tahap yang diinginkan. Pada tahap ini proses
komunikasi berada dalam ideala tertentu yaitu berubahnya kondisi
awal ke kondisi yang dicita-citakan sesuai ukuran-ukuran normatif.
Pada tahap ini terjadi proses encoding (proses formulasi lambang-
lambang) secara selektif menurut ukuran kepentingan sasaran,
sehingga proses tetap berorientasi kepada kapasitas sasaran.
Lambang-lambang komunikasi bersifat final untuk ditransformasikan,
sehingga ideal kominikasi dapat didekati. Ideal komunikasi pada tahap
ini yaitu terbentuknya sikap perilaku komunikan sesuai pola yang telah
ditentukan.
Selanjutnya makna kebenaran. Dalam proses komunikasi, maka
kebenaran dapat diartikan dari tiga faktor utama yaitu; pertama, itikad
atau motif yang ada pada diri komunikator. Motif sebagai dorongan
dasar untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Motif yang berlandas
pada interes pribadi atau berbobot subjektif, maka akan
menampakkan karakter pada diri komunikan.
Kedua, konsisten tidaknya terdapat ukuran-ukuran normatif.
Ukuran kebenaran dapat dilihat dari tiga ukuran normatif, yaitu
menurut undang-undang, menurut nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat dan menurut kaidah agama. Penyimpangan dari ketiga
ukuran tersebut maka nilai-nilai kebenran bersifat semu..
Ketiga, faktor isi komunikasi. Isi komunikasi yan mencerminkan
nilai-nilai kebenaran yaitu isi komunikasi yang mengaitkan berbagai
kepentingan komunikator dan komunikan.
PEMIKIRAN TENTANG PENDEKATAN
HOMOPHILY DAN HETEROPHILY:
PENGERTIAN, HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK,
MONOMORPHIC DAN POLYMORPHIC

RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V

Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh:
Nama : Angga Puspita
No. Absen : 29
NIM : 2006-41-276
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)
Modul : 8

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
Jakarta Pusat
PEMIKIRAN TENTANG PENDEKATAN
HOMOPHILY DAN HETEROPHILY:
PENGERTIAN, HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK,
MONOMORPHIC DAN POLYMORPHIC

PENGERTIAN HOMOPHILY DAN HETEROPHILY DALAM


KONTEKS TUJUAN KOMUNIKASI

Keragaman komunikan sangat mempengaruhi keberhasilan tujuan komunikasi.


Dalam terminologi komunikasi, komunikan dikualifikasikan dalam dua bentuk atau sifat,
yaitu homophily dan heterophily, yang menampakkan karakter berbeda dan
memunculkan pendekatan yang berbeda pula.

A. Pengertian Homophily dan Heterophily

1. Homophily
Proses komunikasi akan efektif jika komunikator dan komunikan mempunyai
derajat dan kapasitas atau status yang sama, baik dari sisi pengetahuan, norma-norma,
lingkungan sosial maupun pola kepercayaan dan pola keyakinan, dan lain-lain.
Kesamaan ini oleh Rogers dan Shoemaker disebut homophily. Berasal dari kata homolos
dari bahasa Yunani Kuno yang artinya semacam atau sama (equal).
Kondisi homophily ditujukan kepada masyarakat sederhana dalam kualitas kehidupan
struktur sosialnya atau masyarakat ”solidaritas” menurut Durkheim atau masyarakat
Gemeinschsft menurut Ferdinand Tonnies.
Pesan-pesan yang dipertukarkan cenderung ke monomorphic atau satu macam isi
komunikasi. Terutama berkaitan dengan tingkat kepentingan masyarakat dalam skala
kecil pada dasarnya tentang garizah pokok.
Monomorphic dapat pula dijadikan tolak ukur kapasitas rujukan seseorang.
Kondisinya cenderung konservatif kurangnya kecenderungan terhadap perubahan,
karena terbatasnya dorongan dari dalam (inner power) jiwa setiap individu.

2. Heterophily
Menunjukkan keragaman individu-individu yang mengadakan interaksi baik dalam
sistem nilai, pendidikan, status, dan lain-lain.
Ditujukan pada masyarakat organis atau masyarakat yang telah memiliki pembagian
kerja, tampak kelengkapan struktur organisasinya menurut Durkheim, atau masyarakat
Gesselschaft menurut Tonnies. Cenderung individualistis, serta orientasi berpikir
cenderung ke perolehan keuntungan bagi dirinya, setiap tindakan diukur dengan
keuntungan material.
Materi komunikasi bersifat polymorphic atau pesan komunikasi lebih dari satu
macam.
Masyarakatnya dihadapkan pada problema menginterpretasikan dan
menstrukturisasikan pesan-pesan komunikasi yang dapat memenuhi seluruh tingkat
kepentingan, serta terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan frekuensi pesan-pesan
komunikasi.

B. Problema-problema Homophily dan Heterophily

1. Problema Homophily
Secara filsafi kondisi ideal harmonis yang menjadi tujuan komunikasi hanya bersifat
semu. Karena keharmonisan diwujudkan oleh pola keyakinan seperti ideologi yang
distrukturisasikan ke dalam struktur kekuasaan, akan melahirkan sifat-sifat totaliter,
sentralisasi sumber-sumber komunikasi, dan tidak mengembangkan toleransi.
Monomorphic sebagai muatan ideologis dalam satu arah tujuan yaitu terwujudnya
masyarakat berdasar ideologi tersebut. Contoh Marxisme sebagai ideologi komunis oleh
Karl Marx.
Usaha keseragaman dapat terjadi rintangan-rintangan, disebabkan beberapa faktor,
yaitu faktor dalam karena ragam pola kepercayaan, faktor interes subjektif, maupun
faktor dari luar yakni masuknya pola keyakinan luar ke dalam struktur sistem nilai,
struktur sistem sosial dan sistem kekuasaan yang bersifat ideologis.
Homophily yang berdasar pola keyakinan ideologis terbuka kemungkinan untuk
berubah, apabila ada nilai-nilai atau pola keyakinan lain yang lebih baik.

2. Problema Heterophily
Problema heterophily adalah masalah integratif, masalah kesatuan dan persatuan atau
masalah menstrukturisasikan simbol-simbol komunikasi ke dalam struktur tertentu yang
dapat mengayomi simbol-simbol komunikasi yang beragam. Kecenderungan problema
heterophily, yaitu:
1. Kemungkinan yang bersifat positif terjadi konsensus antarpluralis atau antaretnis;
Terjadi bila berlangsungnya proses diskusi yang mengaitkan kepentingan etnis kultur
atau pluralis. Hal ini merupakan faktor terwujudnya sifat integratif, dan dapat
melahirkan pola-pola keyakinan baru yang diakui dan dijunjung tinggi bersama,
sehingga ideal komunikasi secara filosofis dapat didekati.
2. Kemungkinan terjadi alternatif kecenderungan dalam kondisi kompetisi dapat
bersifat positif, dapat pula ke arah negatif;
Positif bila terjadi peningkatan dinamika interaksi dan berkembangnya transaksi-
transaksi komunikasi secara kuantitatif maupun kualitatif. Negatif bila seluruh
pluralis atau etnis terdapat kecenderungan saling mendominasi.
3. Kemungkinan ke arah konflik antarpluralis atau antaretnis kultur;
Terjadi saat masing-masing mengisolasi diri dari pengaruh nilai-nilai luar etnisnya
atau setiap pluralis atau etnis tidak mengembangkan sifat-sifat toleransi.

C. Hakikat Integritas Mental, Pola Pikir ke Dalam Pola Keyakinan


Pola keyakinan merupakan pola perilaku seluruh etnis kultur yang telah bergeser
kesikap perilaku etnis bangsa.
Integritas mental dan pola pikir diartikan sebagai suatu tanggung jawab terhadap
keberadaan etnis bangsa dalam lingkup geo natur secara utuh. Proses komunikasi
berkembang ke bentuk-bentuk spesialisasi untuk mempertahankan dan melestarikan
pola-pola keyakinan, berupa sosialisasi, pendidikan.
Integritas mental dan pola pikir, sebagai orientasi sikap perilaku yang mengaitkan
berbagai kepentingan untuk keberadaan bersama, merupakan konsep ideal yang menjadi
faktor penentu terwujudnya ideal komunikasi yaitu kondisi harmonis.
Transaksi-transaksi komunikasi antaretnis bangsa dihantar oleh hakikat filsafat
komunikasi yaitu bagaimana seharusnya umat manusia (etnis-etnis bangsa)
berkomunikasi dalam kaitan alam semsesta ini.
Keseragaman merupakan konsep integritas mental sikap dan perilaku serta pola pikir
dalam sistem nilai yang sedang berlangsung.
Setiap etnis bangsa berkembang memiliki moral nasional sebagai unsur terwujudnya
moral internasional. Namun dalam berlangsungnya transaksi antara etnis bangsa pada
akhirnya terpulang kepada moral nasional.

MONOMORPHIC DAN POLYMORPHIC DENGAN KARAKTERISTIK


SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI

Merupakan produk berpikir manusia untuk menentukan kualitas proses komunikasi,


yang harus diekspresikan melalui strukturisasi simbol-simbol komunikasi menurut
kualitas dan kapasitas sasaran.

A. Memberi Karakter pada Simbol


Simbol sebagai faktor utama di dalam mengenal sifat-sifat, karakter dan mental
manusia.
Simbol mempersonifikasikan, melukiskan, menjelaskan, mempertegas pikiran dan
perasaan manusia.
Kemajuan yang dicapai manusia pada hakikatnya adalah produk transformasi simbol-
simbol dalam frekuensi tinggi. Secara filosofi simbol-simbol hadir bersama-sama dengan
keberadaan umat manusia, berlangsung dalam proses relatif lama, dari pengenalan
simbol yang sangat sederhana sampai kompleks dan rumit.
Simbol-simbol memiliki karakter berbeda sesuai kemampuan imajinasi manusia,
macam-macamnya:

1. Simbol Verbal
Secara epistemologis simbol verbal berkaitan dengan tingkat kapasitas dan rujukan
yang dimiliki manusia, dalam artian bahwa penggunaan simbol ini tidak dapat
digeneralisasikan ke dalam suatu standar tertentu.
Simbol verbal lebih bersifat ekspresif dan memberi dampak imajinasi yang relatif
kuat. Dan berada dalam kualitas abstrak di mana individu mempunyai tingkat
penginderaan skup kecil dan terbatas.
Simbol verbal dalam mentransformasikan produk pemikiran dan perasaan, menurut
tingkatan kualitas sasaran, tetap memerlukan suatu proses formulasi atau proses
encoding yang lebih jelas dan konkret, sebagai aktivitas menginterpretasikan dan proses
penyesuaian antar kualitas rujukan.
Abstraksi sasaran yang disebut ”Frame of reference” dan “Field of experiencs”
dikualifikasikan dalam tiga tingkatan:
1. Tingkat kualitas optimal.
• kuantitas dan kulitas produk penginderaan dalam frekuensi tinggi
• latar belakang: status, pendidikan, sifat integratif terhadap nilai-nilai dan
norma
• topik bersifat polymorphic kualitas tinggi dan bervariasi.
• Contoh: lingkup kenegaraan, mimbar ilmiah, seminar, diskusi panel,
konferensi, dan lainnya.

2. Tingkat kualitas menengah.


• produk penginderaan dalam frekuensi tinggi kadar menengah
• topik bersifat monomorphic dan dapat pula polymorphic
• latar belakang: status dan pendidikan menengah
• orientasi berpikir dalam skala kecil dengan tingkat subjektivitas dan kurang
argumentatif
3. Tingkat kualitas rendah.
• produk penginderaan pada lingkup terbatas
• orientasi berpikir tidak argumentatif, lebih interes subjektif dan kurang
rasional
• topik bersifat monomorphic sebatas kebutuhan sehari-hari.

2. Simbol Gambar-gambar
Bersifat visual, merupakan simbol komunikasi yang dapat membantu meringankan
sasaran (komunikan) dalam bekerjanya proses imajinasi untuk memahami transformasi
muatan komunikasi melalui gambar-gambar.
Lebih mendekati tingkat konkritual. Membentuk persepsi yang sama bagi sasaran,
walaupun pada saat tertentu kualitas persepsi dan kemampuan interpretasi akan terdapat
perbedaan, sesuai kapasitas dan kualitas rujukan komunikan (heterophily).

3. Simbol-simbol Lain
Yaitu simbol isyarat dan gerak-gerik, yang biasa digunakan dalam hal-hal tertentu
yang hanya dapat dipahami oleh individu-individu yang terlibat dalam proses
komunikasi.
Simbol isyarat merupakan simbol khusus karena dalam memahaminya perlu suatu
konsensus penafsiran. Simbol-simbol isyarat dapat pula digunakan dalam masalah
sekuriti, keamanan negara, keselamatan rakyat.
Gabungan antara simbol isyarat dan gerak-gerik dimanfaatkan untuk
mentransformasikan pesan-pesan komunikasi secara luar biasa (tuna netra, tuli bisu).

B. Hakikat Simbol dalam Pelestarian Sistem Nilai


Secara aksiologis, nilai-nilai merupakan pedoman perilaku manusia di dalam
mempertaruhkan hidupnya. Nilai merupakan konsep abstrak tentang baik dan buruk,
benar dan salah, yang sealalu menyertai kehidupan manusia.
Ikatan nilai-nilai berwujud menjadi ”sistem nilai” atau merupakan pola tetap yang
terus berproses yang mengarah kepada tercapainya fungsi primer dari sistem yaitu tujuan
sistem. Hal ini berarti bahwa sistem apabila tidak berhenti di awal, di tengah, atau di
penghujung proses.
Sistem nilai tidak pernah berhenti, dia terus berproses selama sistem nilai tersebut
dipertahankan dan dijunjung tinggi.
Pelestarian sistem nilai secara filsafi merupakan bagian dari kepuasan batiniah yaitu
suatu kepuasan yang tidak pernah menerima kehadiran pola keyakinan lain bagi generasi
berikutnya kecuali pola keyakinan yang berlangsung saat sekarang (in on going system).
Pelestarian sistem nilai bermakna sebagai proses transformasi nilai-nilai dalam
seperangkat simbol-simbol komunikasi dari satu generasi ke generasi selanjutnya secara
berkesinambungan, serta memproyeksikan pola keyakinan atau kepercayaan yang
berlangsung dalam kenyataan empirik ke abstraksi ambang masa depan.
Abstraksi ambang masa depan dapat didekati dengan menggunakan berbagai teori,
yaitu: Teori Sebab Akibat, Teori Deduksi dan Induksi, Teori Gestalt Psychology dan
Teori Analisis Kesenjangan Informasi. Namun abstrak masa depan dapat ditembus antara
lain dengan cara sosialisasi sistem nilai melalui pola pembinaan efektif.
Sosialisasi sistem nilai sebagai suatu proses mempersiapkan sikap dan perilaku calon
penerima pola sikap atau pola keyakinan berdasar nilai-nilai yang diterima dan dijunjung
tinggi bersama saat sekarang dapat berlangsung atau diterima di masa depan.
Transaksi yang terjadi di masa depan sangat bergantung kepada sistem nilai yang
melandasinya. Selama sistem nilai tetap berlanjut seperti yang berlangsung sekarang,
maka transaksi-transaksi yang terjadi cenderung menunjukkan kualitas yang sama.
Hakikat teori-teori tersebut bermuara pada transaksi-transaksi yang berlangsung
antara para pelaku (moral dan mental) sistem baik masa sekarang maupun di ambang
masa depan.

C. Monomorphic dan Polymorphic dalam Konteks Kualitas Kehidupan


Secara ontologis, manusia dengan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya berupaya
memanfaatkan fasilitas yang disediakan alam (geo nature) melalui proses interaksi
sosial yang diarahkan untuk kepentingan bersama.
Simbol-simbol komunikasi mengemas berbagai ragam kepentingan (polymorphic)
yang memicu kepada peningkatan kualitas hidup.
Wujud konkret negara adalah pemerintahan (dalam arti luas) yang dibebani tugas
untuk mengaktualisasikan program-program yang mengakomodasikan seluruh
kepentingan warga negara untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh isi negara. Produk
berpikir mengarah ke cita-cita dan kebijaksanaan (policy) sebagai das wollen negara,
yang mendekatkan pada fungsi primer negara yang ideal termasuk di dalamnya ideal
komunikasi negara.
Program –program berdimensi dua, yaitu bersifat rutin (pelayanan dari pemerintah
sebagai komunikator kepada rakyat sebagai komunikan) dan bersifat pembaharuan
(pembangunan). Pada program pembangunan, melekat tugas-tugas meningkatkan
kualitas hidup warga masyarakat. Transaksi (komplementer) bersifat ultra duplex, di
mana terdapat partisipasi aktif masyarakat dalam melibatkan diri untuk mempercepat
proses tercapainya tujuan pembangunan bagi masyarakat. Karena topik-topik yang
menjadi sumber transaksi mencakup seluruh aspek kehidupan (bersifat polymorphic),
yang menandai peningkatan kualitas individu-individu manusia dalam tingkat rujukan
maupun kualitas hidupnya.
IDEAL KOMUNIKASI : HAK-HAK BERKOMUNIKASI,
KEKUASAAN DAN HAKIKAT DEMOKRATISASI KOMUNIKASI,
HAKIKAT KEHADIRAN MEDIA KOMUNIKASI BAGI UMAT
MANUSIA

RANGKUMAN
Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V

Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh:
Nama : Donna A.
No. Absen : 52
NIM : 2006-41-537
Kelas : D (pagi)
Judul Buku : Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)
Modul : 9

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
Jakarta Pusat

Ideal Komunikasi : Hak-hak Berkomunikasi, Kekuasaan


dan Hakikat Demokratisasi Komunikasi, Hakikat
Kehadiran Media Komunikasi bagi Umat Manusia

Hak-hak berkomunikasi merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia yang


melekat pada hakikat hidup manusia. Dalam kapasitas sebagai manusia muncul sifat-sifat
saling ketergantungan, sehingga tidak ada satu manusia pun yang dapat mengisolasi diri
dari manusia lain.
Penggunaan hak secara bebas atau pengekangan terhadap hak pada dasarnya ingkar dari
ideal komunikasi. Karena itu sumber-sumber komunikasi yang berkaitan dengan
kepentingan manusia perlu ditata secara bijak tanpa keluar dari ketentuan normatif
tersebut.
Hak-hak Berkomunikasi sebagai Bagian dari Hak-hak Asasi Manusia
A. Hak-hak Berkomunikasi
Fungsi komunikasi lebih terarah kepada terpeliharanya norma-norma yang
mempedomani sikap perilaku dalam mengadakan transaksi-transaksi komunikasi.
Norma-norma memberi arah agar transaksi komunikasi yang berlangsung tidak
memberi dampak negatif. Hal ini berarti bahwa hak-hak berkomunikasi tidak
dapat dinikmati secara mutlak sepanjang hak-hak tersebut dapat merugikan pihak
lain. Penggunaan hak harus berorientasi kepada manfaat yang dapat dinikmati
bersama (=oleh komunikator dan komunikan) dan mencerminkan sifat-sifat
keadilan serta kebenaran.
Didalam kenyataan empiris, sistem nilai yang sedang berlangsung (sistem in on
going) dapat dikualidikasikan ke dalam dua sifat, yaitu :Totaliter dan demokrasi.

Kualifikasi pertama, yaitu totaliter menampakkan karakter-karakter, sebagai


berikut:
1. sumber-sumber komunikasi berada dalam satu tangan elit berkuasa sebagai
pengelola utama,
2. alur komunikasi mengalir secara vertikal menurut struktur formal,
3. isi komunikasi didesain menurut pola kebijaksanaan elit kuasa,
4. komunikan(masyarakat) lebih bersifat sebagai sasaran (objek), daripada
sebagai subjek,
5. transaksi komunikasi lebih bersifat “etatisme” (segalanya oleh negara) untuk
memperoleh legitimasi atas keberadaan penguasa,
6. karakter-karakter tersebut seluruhnya bermuara pada sifat sentralistis dalam
semua aspek kehidupan.
Kualifikasi kedua, yaitu sifat-sifat yang berada pada penganut paham demokrasi.
Menurut paham ini komunikasi berkembang berdasar perklembangan tingkat rujukan
yang dimiliki masyarakat (baik dalam posisi sebagai komunikator maupun sebagai
komunikan). Sean Mc. Bride dalam bukunya Many Voices One World Communication
and society today abd Tomorow mengangkat karakter komunikasi yang berada dalam
lingkup penganut fahm demokrasi sebagai berikut:
1. individu-individu (komunikan) dijadikan partner aktif,
2. meningkatkannya pesan yang dipertukarkan,
3. mendorong perkembangan kualitas komunikasi yang diwakili masyarakat
(ed.Infrasktruktur komunikasi).
Karakteristik yang paling prinsip yang muncul dalam paham demokrasi yaitu
meningkat dan berkembangnya :proses diskusi dan dialog”, sehingga setiap individu daat
memasarkan ide,gagasan atau pendapat secara efektif. Dalam konteks “das sein” atau
dalam kaitan komunikasi yang berlangsung dalam “wilayah sistem kekuasaan”, maka
konsep demokrasi mempedomani bahwa sumber-sumber komunikasi tidak bersifat
sentralistis yang berada pada satu tangan elit berkuasa (elit otoritarif), namun sumber-
sumber komunikasi dipilah (separation) datau dibagi (division) sesuai fungsi dan lingkup
wewenang. Setiap fungsi bersifat dominan (dominant function)yang dapat diganti atau
digeser oleh dominan lainnya. Kebijkasanaan komunikasi sebagai produk elit berkuasa
adalah produk jalinan fungsi yang mengayomi seluruh kepentingan baik kepentingan
komunikator (elit berkuasa) maupun kepentingan komunikan (masyarakat). Dari dua
sistem nilai yang berbeda memberi isyarat bahwa pengaturan hak-hak asasi tidak dapat
digeneralisasikan ke dalam satu pola atau satu tatanan tertentu.

B. Kebebasan dan Tanggung Jawab


Apa yang diangkat Mery memberi suatu isyarat bahwa kebebasan yang
diperoleh seseorang tidak dapat dinikmati secara mutlak, senantisa kebebasan
tersebut dapat merugikan orang lain. Karena itu kebebasan harus selalu
berdampingan dengan tanggung jawab, dalam artian bahwa setiap kebebasan
mempunyai dasra moral. Hal ini mengandung makna bahwa kebebasan yang
digunakan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Selain itu
bahwa kebebasan yang digunkan harus memberikan manfaat bagi kemajuan
masyarkat. Menurut Barker penyalagunaan kebebasan itu ada dua macam yaitu
“legal liberty” dan “social liberty”. Legal linerty yaitu penyalahgunaan kekuasaan
untuk kepentingan elit berkuasa dengan menggunakan sanksi-sanksi hukum. Hal
ini terjadi apabila nilai-nilai interest atau sifat-sifat subjektif dikaitkan kepada
struktur kekuasaan, sehingga produk-produk hukum yang dibentuk dapat
menimbulkan diskriminasi perlakuan hukum, atau penguasa memaksakan nilai-
nilai paham-paham tertentu terhadap masyarkat. Selain pengusaan yang dapat
menyalahgunakan kebebasan maka masyarakat pun dapat pula menyalahgunakan
kebebasan dengan mkasud untuk menjatuhkan wibawa penguasa dan
mengoyangkan keberadaan penguasa di pandangan rakyatnya. Kondisi semacam
ini Barker menyebutkannya dengan istilah “Social liberty”. Penyalahgunaan ini
dilakukan dengan cara memproduksi dan memobilisasi “pendapat umum” (public
opinion) yang diarahkan kepada maksud-maksud tersebut di atas. Barker
mencatat tiga macam tuntutan masyarakat yang diangkat secara bertahap, yaitu
1. civil liberty; kebebasan sebagai warga negara,
2. political liberty; kebebasan warga negara dalam turut menentukan corak
dan arah pemerintah,
3. economic liberty; kebebasan warga negara dalam mengejar kebebasan
kesejahteraan hidup.

C. Ruang gerak pendapat umum (public opinion) dalam ikatan normatif


Karakter yang muncul dalam kutub totaliter, bahwa pendapat umum berada
dalam ikatan normatif (penekanan) dapat diperhatikan sebagai berikut:
1. gagasan monoisme (lawan pluralisme) yang menolak adanya golongan yang
berlainan pikiran karena dianggap sebagai perpecahan.
2. persatuan dipaksa melalui kekuatan undang-undang.
3. oposisi ditindas.
4. negara merupakan alat untuk mencapai tujuan komunisme besarnya
dukungan terhadap pemerintah.
Berbeda dengan kutub demokrasi. Pada negara-negara penganut paham
ddmokrasi menempatkan pendapat umum pada tangga terhormat. Hal ini
berdasarkan pola pemikiran bahwa pendapat umum sebagai bgaian dari hak-hak
asasi manusia yaitu bagian dari hak berkomunikasi. Para penganut paham
demokrasi mempunyai pandangan posotif terhadap keberadaan pendapat umum,
yaitu sebagai kekuatan dahsyat yang dapat memperkokoh kehidupan kenegaraan.

Kekuasaan dan Hakikat Demokratisasi Komunikasi


Problema yang dihadapi dalam abstraksi sejarah dan kenyataan empiris yaitu
bagaimana mengubah nilai-nilai kekuasaan absolut untuk dapat digunakan secara
demokratis. Pergeseran pemikiran tentang otonomi absolut ke demokrasi setelah
munculnya konsep pemikiran John Locke tentang factum Subjectionist dan factum
Unionist. Di abad kedua puluhan muncul konsep “persemakmuran manusia bebas” yang
dibangun secara imajinatif untuk mengimbangi konsep “negara militer”. Konsep ini
untuk mewujudkan masyarakat yang mampu menempatkan martabat manusia dalam
teori dan kenyataan. Sistem politik merupakan akumulasi sejumlah besar unsur
meknisme yang digunakan untuk bekerja sama dengan lingkungan, mengatur perilaku
dan mengubah struktur internal yang berproses untuk membentuk kembali tujuan-tujuan
fundamental. Sistem merupakan kegiatan siklus yang rumit dan dinamika yang
dimilikinya dan berorientasi kepada tercapainya tujuan sistem. Tanggung jawab untuk
pengaturan kekuasaan hakikatnya berada pada lembaga legislatif sebagai jelmaan
aspirasi publik melalui sistem pemilihan. Secara berurutan renunagn manusia terwujud
dalam prodk di bidang teknologi komunikasi yang disebut media massa. Melalui media
massa inilah manusia mentransformasikan produk-produk berpikir sekaligus perasaan
yang dapat menembus ruang dan waktu. Produk berpikir tersebut diilhami oleh aliran
“Filasafat Modern” dan “Aliran Prgamatisme”. Setiap penghuni sistem nilai selalu
berupaya untuk melestarikannya, hal ini dilakukan dengan cara: sosialisasi, pendidikan
dan upaya-upaya hukum. Isi komunikasi dan feedback hakikatnya mareupakan produk
berpikir manusia semakin meningkat kualitas berpikir manusia semakin ringgi tingkat
frekuensi isi komunikasi dan feedback yang disampaikan. Feedback dapat dijadikan
tolok ukur untuk mengetahui sistem nilai yang melandasi berlangsunganya proses
komunikasi.

Hakikat Kehadiran Media Komunikasi bagi Umat Manusia


Munculnya silang pendapat antara aliran Frankfurt dengan aliran Chicago, pada
prinsipnya melihat kemampuan media massa dalam mentransformasikan produk-produk
berpikir, ide, pandangan manusia baik secara individual maupun sebagai anggota
masyarakat. Demikian perkasanya produk teknologi komunikasi yang telah
menghamparkan jasanya bagi kepentingan umat manusia tanpa memperhatiakn ras, etnis
kultur, norma, jenis kelamin dan usia. Karena itu media komunikasi menjadi ajang
rebutan antara penguasa dan masyarakat penyandang modal untuk difungsikan sesuai
tingkat kepentingannya. Hilangnya kesempatan masyarakat dalam kesertaan mengelola
media massa, merupakan replika dari hapusnya hak-hak individual dalam masalah
keperdataan. Hakikat kesertaan masyarakat dalam mengelola bidang media massa
sebagai hakikat manusia untuk mengejar cita-cita hidup yang lebih berkualitas.
Kehadiran media mssa membantu menusia dalam memprluas cakrawala pandang yang
melintas batas kemampuan indriatif. Dalam wacana politik, maka media massa dapat
dijadikan bursa ideologi untuk lebih memperluas pengaruh. Pemanfaatan kehadiran
media massa oleh individu tidak terlepas dari karakteristik yang dimiliki individu
bersangkutan. Hal ini sesuai dengan teori tentang pemahaman manusia yang melahirkan
tiga paham, yaitu materialistis, idealisme, dan eksistensisme.

You might also like