You are on page 1of 5

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.

500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian: pertama, BBL sangat rendah bila kahir berat lahir kurang dari 1.500 gram, dan kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram. Penyebab BBLR sangatlah multifaktorial, antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan lainnya.Pada saat persalinan, BBLR mempunyai risiko kurang menyenangka, yaitu asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit setelah lahir. Hal itu diakibatkan faktor paru yang belum matang. Risiko lainnya adalah hiportemia (suhu tubuh 6,5 167 C). Karena itu, perhatian dan pelayanan atau perawatan BBLR dimulai sejak lahir dan sebaiknya persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di puskesmas, rumah sakit, atau rumah sakit bersalin) Perawatan BBLR Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya. Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar panas. Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal. Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus (bayi kuning) BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal. Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam bulan pertama. Menurut Wirman Bayi dapat berada dalam kondisi BBLR jika lahir sebelum waktunya, atau lahir cukup bulan namun dilahirkan dari ibu dengan kekurangan energi kronis. Kondisi ini terjadi karena ibu hamil tidak mendapat asupan makanan bergizi yang cukup selama masa kehamilan. BBLR berisiko pada penurunan kecerdasan anak, pertumbuhan terhambat, imunitas rendah, serta mati. Bayi dengan BBLR juga berisiko terkena hipoglikemia, hipotermia, dan mengidap penyakit degeneratif saat dewasa.

Dari sekitar 38.000 ibu hamil di Bandar Lampung, sedikitnya 2-5 persen diperkirakan melahirkan anak BBLR. Ibu-ibu yang berisiko tinggi melahirkan bayi BBLR, antara lain, memiliki lingkar lengan atas di bawah 23,5 sentimeter dan berat badan kurang dari 45 kilogram. Sebagian besar dari mereka miskin dan tak mampu memenuhi kebutuhan gizi bagi dirinya dan bayinya. Kemungkinan karena angka kemiskinan yang terus meningkat di perkotaan. Lingkungan tempat tinggal juga buruk sehingga kondisi kesehatan ikut buruk, kata Wirman. Untuk mengatasi hal itu, Pemkot Bandar Lampung memberikan makanan tambahan berupa susu khusus ibu hamil bagi 150 ibu hamil berisiko tinggi. Jumlahnya memang masih sangat kecil, katanya. batas diafragma kabur. c) Stadium III; Kedua lapangan paru tampak radio opak dengan bronkogram udara sampai lapangan perifer paru. Batas jantung dan diafragma tidak tampak lagi. d) Stadium IV (akhir); Bercak menjadi satu dan merata disebut paru putih. KASUS Bayi Ny R. laki-laki bangsa Indonesia lahir di RSU Langsa/Aceh Timur pada tanggal I I Rini 1996, umur 56 jam, terlihat tanda-tanda sindrom gangguan pernapasan. Bayi dirawat di Bagian Perinatologi Rumah Sakit Umum Langsa. Riwayat Persalinan Lahir dengan pembedahan, alas indikasi plasenta previa, gawat janin dan letak lintang. Nilai APGAR I menit dan 5 menit 1-3. Berat badan lahir 2450 gram, panjang badan saat lahir 43 cm. Riwayat keluarga dan kehamilan Penderita merupakan anak ke 3,Ibu berumur 34 tahun, pendidikan sarjana. Ayah berumur 37 tahun, pendidikan sarjana, pekerjaannya pegawai negeri. Hari pertama haid terakhir tanggal 10-1-1995. Pemeriksaan antenatal 6 kali, hanya minum vitamin selama haid, penyakit selama hamil tidak ada. Pemeriksaan fisik Seorang bayi laki-laki, berat badan 2450 gram, panjang hadan 43 cm, merintih, sesak nafas, sianosis dan apnu. Setelah dilakukan resusitasi kardiopulmonal pernapasan menjadi 65 x/menit. Retleks lemah. Kepala tidak ada kelainan, dada simetris dan terdapat retraksi di daerah suprasternal, interkostal dan epigastrium. Jantung dalam batas normal. Pada auskultasi paru suara pernapasan kurang terdengar. Perut lemas. Hati dan limpa tidak teraba. Anggota gerak bawah biru. Foto toraks disimpulkan terdapat penyakit membran hialin stadium III. Diagnosis kerja Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan, asfiksia berat, penyakit membran hialin stadium III. Penatalaksanaan Penderita dirawat dalam inkubator, diberi IVFD KAEN I B dengan tetesan 6-12 tetes mikro/menit, oksigen intranasal 1-2 liter/m.Vitamin K1 mg,ampisilin 100 mg/6jam/iv.deksametason 1.5 mg/6 jam/iv. Pada hari kedua perawatan didapatkan sesak napas bertambah. Untuk mencegah kelelahan, oksigen intranasal dinaikkan menjadi intermiten 5 1/menit, pembersihan jalan napas serta dilakukan pernapasan ambu bag. Pemeriksaan analisis gas darah tidak dilakukan karena alatnya tidak ada. Pemeriksaan darah tepi menunjukkan Hb 19,1 g/dl, gula darah 79 mg% trombosit 32.400/mm3 Bayi melemah, kedua kaki kebiru-biruan dan agak mengeras. Kesan pada waktu itu terjadi sepsis. Fungsi lumbal tidak dilakukan karena keadaan umum tidak baik. Pada hari ketiga perawatan keadaan umum penderita bertambah buruk, kesadaran menurun sampai sopor. SINDROMA PADA GANGGUAN PERNAFASAN Sindroma pada gangguan pernafasan terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah dilahirkan. Mekonium adalah tinja janin yang pertama. Merupakan bahan yang kental, lengket dan berwarna hitam kehijauan, mulai bisa terlihat pada kehamilan 34 minggu. Pada bayi prematur yang memiliki sedikit cairan ketuban, sindroma ini sangat parah. Mekonium yang terhirup lebih kental sehingga penyumbatan saluran udara lebih berat.

PENYEBAB Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stres selama proses persalinan berlangsung. Bayi seringkali merupakan bayi post-matur (lebih dari 40 minggu). Selama persalinan berlangsung, bayi bisa mengalami kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya gerakan usus dan pengenduran otot anus, sehingga mekonium dikeluarkan ke dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di dalam rahim. Cairan ketuban dan mekoniuim becampur membentuk cairan berwarna hijau dengan kekentalan yang bervariasi. Jika selama masih berada di dalam rahim janin bernafas atau jika bayi menghirup nafasnya yang pertama, maka campuran air ketuban dan mekonium bisa terhirup ke dalam paru-paru. Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu, mekonium juga menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara, menyebabkan suatu pneumonia kimiawi. Cairan ketuban yang berwarna kehijauan disertai kemungkinan terhirupnya cairan ini terjadi pada 5-10% kelahiran. Sekitar sepertiga bayi yang menderita sindroma ini memerlukan bantuan alat pernafasan. Aspirasi mekonium merupakan penyebab utama dari penyakit yang berat dan kematian pada bayi baru lahir. Faktor resiko terjadinya sindroma aspirasi mekonium: Kehamilan post-matur Pre-eklamsi Ibu yang menderita diabetes Ibu yang menderita hipertensi Persalinan yang sulit Gawat janin Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih berada dalam rahim). GEJALA Cairan ketuban yang berwarna kehijauan atau jelas terlihat adanya mekonium di dalam cairan ketuban Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika mekonium telah dikeluarkan lama sebelum persalinan) Ketika lahir, bayi tampak lemas/lemah Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis) Takipneu (laju pernafasan yang cepat) Apneu (henti nafas) Tampak tanda-tanda post-maturitas (berat badannya kurang, kulitnya mengelupas). DIAGNOSA Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin menunjukkan bardikardia (denyut jantung yang lambat) Ketika lahir, cairan ketuban mengandung mekonium (berwarna kehijauan) Bayi memiliki nilai Apgar yang rendah. Dengan bantuan laringoskopi, pita suara tampak berwana kehijauan. Dengan bantuan stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal (ronki kasar). Pemeriksaan lainnya yang biasanya dilakukan: Analisa gas darah (menunjukkan kadar pH yang rendah, penurunan pO2 dan peningkatan pCO2) Rontgen dada (menunjukkan adanya bercakan di paru-paru). PENGOBATAN Segera setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan lendir dari mulut bayi.Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan sebuah selang ke dalam trakea bayi dan dilakukan pengisapan lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai di dalam lendir bayi tidak lagi terdapat mekonium. Jika tidak ada tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif serta kulitnya berwarna kehijauan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak melakukan pengisapan trakea yang terlalu dalam karena khawatir akan terjadi pneumonia aspirasi. Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan garam untuk mencuci saluran udara. Setelah

lahir, bayi dimonitor secara ketat. Pengobatan lainnya adalah: Fisioterapi dada (menepuk-nepuk dada) Antibiotik (untuk mengatasi infeksi) Menempatkan bayi di ruang yang hangat (untuk menjaga suhu tubuh) Ventilasi mekanik (untuk menjaga agar paru-paru tetap mengembang). Gangguan pernafasan biasanya akan membaik dalam waktu 2-4 hari, meskipun takipneu bisa menetap selama beberapa hari. Hipoksia intra-uterin atau hipoksia akibat komplikasi aspirasi mekonium bisa menyebabkan kerusakan otak. Aspirasi mekonium jarang menyebabkan kerusakan paru-paru yang permanen. KOMPLIKASI Pneumonia aspirasi Pneumotoraks Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen Gangguan pernafasan yang menetap selama beberapa hari. ASFIKSIA NEONATARUM A. PENGERTIAN Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipolesia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transfor O2 dan ibu kejanin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. B. ETIOLOGI 1. Asfiksia intra uterin 2. Bayi kurang bulan 3. Obat-obat yang diberikan/diminum oleh ibu 4. Penyakit neuromuscular bawaan (congenital) 5. Cacat bawaan 6. Hipoksia intrapartum C. DERAJAT BERAT RINGANNYA ASFIKSIA a. Normal bila nilai APGAR 7 10 b. Asfiksia sedang bila nilai APGAR score 4 6 c. Asfiksia berat bila nilai APGAR score 0 3 D. TANDA DAN GEJALA - Apnu primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonusneuromuscular menurun - Apnu sekunder : Apabila asfiksia berlanjut, bagi menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah E. FAKTOR PREDISPOSISI - Ibu : 1. Gangguan his misalnya hipertoni dan tetani 2. Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya plasenta previa 3. Hipertensi pada eklamsi 4. Gangguan mendadak pada plasenta seperti salutio plasenta - Janin : 1. gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat 2. Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi/analgesik yang diberikan kepada ibu, pendarahan intrakranial dan kelainan bawaan 3. Ketuban keruh/meconium F. DIAGNOSIS Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian:

1. Denyut jantung janin Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyut semenit, selama his frekuensi ini bias turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan dnyut jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100x semenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. 2. Mekanisme dalam air ketuban Mekoneum pada presentasi-sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Asanya mekoneum dalam air ketuban pada presentasi-kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah. 3. Pemeriksaan pH darah janin Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis. G. PENATALAKSANAAN AWAL ASFIKSIA 1. Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan (hangatkan) dengan menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering 2. Bebaskan jalan nafas : atur posisi-isap lendir Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hati dan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan : - Extensi kepala dan leher sedikit lebih rendah dari tubuh bayi - Hisap lendir/cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan ketuban, mekonium/lendir dan darah menggunakan penghisap lendir DeLee 3. Rangsangan taktil Bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisap lendir/cairan ketuban dari mulut dan hidung yang pada dasrnya merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan pernafasan yang adekuat pada bayi baru lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang betul. Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil yaitu : 1. Menepuk atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan. 2. Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh , tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil, tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil atau menggosok. Prosedur ini tidak dilakukan pada bayi-bayi dengan apnu, hanya dilakukan pada bayi-bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dan dalamnya pernafasan.

You might also like