You are on page 1of 11

KESALAHAN BERBAHASA DALAM KOMUNIKASI Makalah Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa

Oleh: 1. 2. 3. 4. Nurul Ilmiyah Mr. Siti Machsunah Maslahatun Nuroniyah Anik Afridalilah (D37209003) (D07209051) (D07209053) (D37209013)

Dosen Pembimbing : Heni Listiana, M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagipencipta semesta alam, yang telah memberikan rahmat taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Komunikasi ini guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa. Sholawat serta salam semogu tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari jalan kesesatan menuju jalan yang diridhoi oleh Allah SWT yakni agama islam. Tak lupa kami mengucapkan bunyuk terima kasih kepada Ibu Heni Listiana selaku dosen pembimbing mata kuliah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini sangatlah jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat didalamnya.oleh karena itu kami berharap agar pembaca dapat memberikan saran atau kritik yang bersifat membangun agar lebih terciptanya kesempurnaan pada penulisan berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan umumnya bagi para pembaca, Amiin.
Comment [ms2]: ini seharusnya banyak bukan bunyuk" Comment [ms1]: ini seharusnya semoga. bukan semogu

Surabaya, 23 Mei 2012

Penulilis

Comment [ms3]: Seharusnya tulisan disamping bukan penulilis melainkan Penulis.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, tindak komunikasi merupakan aktivitas yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Kemampuan berkomunikasi harus senantiasa dilatih agar manusia dapat merasakan manfaat dari hasil komunikasi itu sendiri. Percakupan dalam arti komunikasi verbal satu arah, yakni dar ibu kepada anak sudah mulai dilakukan sejak anak dilahirkan. Percakapan bukanlah suatu wacana yang tanpa aturan. Percakapan mempunyai suatu struktur atau kaidah bahasayang dimulai dengan pembukaan oleh salah satu pembicaranya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari komunikasi ? 2. Jelaskan pengertian kesalahan berbahasa dalam komunikasi ? 3. Bagaimana bentuk kesalahan komunikasi dalam berbahasa ? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari komunikasi 2. Megetahui pengertian kesalahan berbahasa dalam komunikasi 3. Mengetahui bentuk kesalahan komunikasi dalam berbahas
Comment [ms4]: Seharusnya Percakapan bukan Percakupan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Berbahasa Ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai kesalahan berbahasa. Yakni pandangan dari sudut guru dan pandangn dari sudut siswa . Dari sudut guru, kesalahan itu adalah suatu aib atau cacat cela bagi pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa itu menandakan bahwa pengajaran bahasa tidak berhasil atau gagal. Karena itu kesalahan berbahasa itu harus dihindari agar pengajaran bahasa berhasil. Sementara dari sudut pandang siswa kesalahan berbahasa merupakan bagian integral dari proses belajar bahasa. Kesalahan itu tentunya dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan menata lebih sempurna komponen proses belajar-mengajar bahasa. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa. Kesalahan berbahasa itu dikaitkan dengan kaidah bahasa atau tata bahasa saja. Karena itu kesalahan berbahasa didefinisikan berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake). Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Apabila siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang dipelajari dia sering membuat kesalahan ketika menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu berulang dan terjadi secara sistematis dan konsisten. Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada beberapa siswa. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktek berbahasa. Sementara kekeliruan berbahasa terjadi bukan karena siswa belum menguasai kaidah bahasa namun dalam menggunakan bahasa yang sedang dipelajari mereka lupa atau keliru dalam menerapkan kaidah bahasa itu. Kekeliruan bersifat acak dan individual. Kekeliruan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran lingusitik, tidak sistematis, tidak ada pola yang sama dalam

kekeliruan berbahasa yang diperbuat. Kekeliruan bahasa tidak bersifat permanen. Artinya, bila siswa sudah menyadari kekeliruannya , dia akan memperbaiki sendiri kekeliruan itu. Kekeliruan berbahasa sering diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya individual, tidak sistematis dan bersifat sementara. B. Kategori Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik (kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2). Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2). Selain itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau intervensi B1 pada B2. Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan wilayah (taksinomi) kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau kekhilafan: 1. taksonomi kategori linguistik 2. taksonomi kategori strategi performasi 3. taksonomi kategori komparatif 4. taksonomi kategori efek komunikas. Taksonomi kategori linguistik membedakan kesalahan berdasarkan komponen bahasa dan konsisten bahasa. Berdasarkan komponen bahasa, wilayah kesalahan dibedakan menjadi: 1. kesalahan tataran fonologi; 2. kesalahan tataran morfologi dan sintaksis; 3. kesalahan tataran semantik dan kata; 4. kesalahan tataran wacana. Berdasarkan konstituen bahasa, kesalahan terjadi pada tataran penggunaan unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur bahasa lain dalam satu bahasa. Misalnya frase dan klausa dalam tataran sintaksis atau morfem-morfem gramatikal dalam tataran morfologi. Berdasarkan taksonomi kategori strategi performasi, kesalahan didasarkan kepada penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemerolehan dan pengajaran bahasa kedua (B2). Pendeskripsian kesalahan ini seharusnya dipertimbangkan atau dihubungkan dengan proses kognitif pada saat anak (siswa) memproduksi (merekonstruksi) bahasanya.
Comment [ms5]: ini bukan Taksinomi tetapi Taksonomi.

Dalam kategori strategi performasi, tataran kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kesalahan. Berikut adalah keempat kesalahan kategori strategi performasi: 1. Penanggalan (omission), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat. 2. Penambahan (addition), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat. 3. Kesalah bentukan (misformation), penutur membentuk suatu frase atau kalimat yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frase atau kalimat menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa. 4. Kesalah urutan (misordering), penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa dalam suatu konstruksi frase atau kalimat di luar kaidah bahasa itu. Akibatnya frase atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa. Berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan dibedakan menjadi 4 (empat) tataran kesalahan. Berikut adalah keempat jenis kesalahan berdasarkan taksonomi komparatif. 1. Kesalahan interlingual disebut juga kesalahan interferansi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2). 2. Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat perkembangan. Kesalahan berbahasa bersumber dari penguasaan bahasa kedua (B2) yang belum memadai. 3. Kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa yang merefleksikan kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini diakibatkan kesalahan pada interlingual dan intralingual. 4. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari B1 maupun B2. Misalnya: anak kecil yang mulia belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari B1 maupun B2. Berdasarkan kategori efek komunikasi, kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi kesalahan lokal dan kesalahan global. Berdasarkan jenis penyimpangan bahasa, kesalahan lokal adalah kesalahan konstruksi kalimat yang ditanggalkan (dihilangkan) salah satu unsurnya. Akibatnya proses komunikasi menjadi terganggu. Misalnya: penutur menggunakan kalimat atau tuturan yang janggal atau nyeleneh saat berkomunikasi. Adapun kesalahan global adalah tataran kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh tuturan atau isi yang dipesankan dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menjadi tidak dapat dipahami.
Comment [ms6]: ini interferensi bukan interferansi

Akibat frase ataupun kalimat yang digunakan oleh penutur berada di manapun baik B1 maupun B2. C. Analisis berbahasa dalam berkomunikasi

luar kaidah bahasa

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama ataumenjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Beberapa definisi komunikasi adalah: 1.Komunikasi adalah k eg i a t a n p en g o p e r a n lambang ya n g m en g a n d u n g a r t i / m a k n a ya n g p e r l u dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi (Astrid). 2.Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G). 3.Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain(Davis, 1981).4.Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W) 5 . K o m u n i k a s i a d a la h p e n ya m p a i a n d a n m em a h a m i p es a n d a r i s a t u o r a n g k e p a d a o r a n g l a i n , komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi). Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Manusia sebagai mahkluk bercerita (homo fabulans) senantiasa ingin menyampaikan segala sesuatu yang ada dalam perasaanya kepada orang lain melalui bahasa. Dalam proses transformasi pesan dari individu pihak komunikator kepada individu atau pihak lainnya sebagai komunikan inilah sering terjadi kesalahan terutama dalam bahasa tulis yang merupakam rekaman dari bahasa lisan. Ditinjau dari segi sampainya pesan, kesalahan berbahasa lisan kurang terasa salahnya karena dalam komunikasi ini dapat dibantu dengan mimik (gerak muka), gestur (gerak anggota tubuh),

atau isyarat lainnya. Lain halnya dengan komunikasi tulisan. Bahasa tulis memerlukan kelengkapan dan berakibat pada gagalnya penyampaian pesan karena salah tafsir, tidak mengerti apa yang disampaikan. Tidak menutup kemungkinan kesalahan berbahasa akan menimbulkan kesalahan fatal baik dari pendengar atau pembaca terhadap pemaknaan pesan dari penutur atau penulis sehingga terjadi konflik dan sebagainya. Kesalahan pertama terjadi akibat kebiasaan berbahasa ( language habit ) yang salah sehingga terjadi kesalahan berbahasa ( language error ). Kebiasaan berbahasa terjadi secara spontan dan biasanya sukar dihilangkan kecuali lingkungan bahasanya diubah. Contoh lain ada orang terbiasa menggunakan frase /yang mana/ bukan dalam fungsinya dalam penanya tidak lupa kepada pembawa acara yang mana telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan sambutan ........ Kesalahan kedua karena perbedaan struktur bahasa ibu dengan bahasa yang digunakannya dalam pergaulan atau komunikasi resmi. Misalnya dengan adanya perbedaan antara bahasa ibu Sunda atau Jawa dengan bahasa Indonesia, maka akan terjadi interferensi dari bahasa kesatu ke bahasa kedua, misalnya kata / gaji/ oleh orang Sunda diucapkan /gajih/ , kata / akan / oleh orang dari suku Jawa diucapkan jadi / aken / dan sebagainya. Kesalahan pada tataran frasa contohnya nasi tok, dalam bahasa Indonesia harus menjadi hanya nasi. Kesalahan dalam bidang klausa misalnya rumahnya Pak Basuki yang besar sendiri dari omahe Pak Basuki sing gede dewe seharusnya rumah Pak Rahmat yang paling besar Kesalahan bidang sintaksis misalnya, Sebulan sekali pada hari Minggu, di kampung saya selalu mengadakan kerja bakti Seharusnya yang dipakai adalah diadakan karena memakai kata depan / di /. Kalau dihilangkan kata depannya baru kalimat itu jalan. Analisis berbahasa dalam komunikasi verbal cenderung sama dengan komunikasi non verbal, dua komunikasi ini sama-sama mengacu pada Ejaan Yang Disempurnakan. Yang membedakan adalah pada komunikasi lisan tidak hanya EYD yang harus diperhatikan, tapi juga intonasi suara, mimik, dan juga ekspresi tubuh atau eksplorasi gerak. Karena komponenkomponen di atas juga mempengaruhi makna pesan yang akan disampaikan ataupun yang akan diterima oleh lawan bicara. Berikut ini beberapa kesalahan berbahasa yang kerap kali digunakan dalam komunikasi verbal beserta analisinya : Berikut contoh kalimat yang salah :
Comment [ms7]: Seharusnya garis miring (/ gaji/) pertama tidak dipisah melainkan (/gaji/).

1. Para sodara jamaah pengajian sekalian yang kita hormati,Kita bersyukur kepada para pelantara agama yang mana pada beliau-beliau itu begitu gigih memperjuangkan agama. Kita lihat kesalahan yang sering kita jumpai ini adalah kerancuan atau gejala pleonasme dalam penjamakan. Kata / para / yang sudah menunjukkan lebih dari satu kerap digabungkan dengan kata / sekalian / atau diulang misalnya / para pengurus-pengurus, para bapak-bapak, dan sebagainya yang sudah sama-sama bermakna banyak. Demikian pula akhiran asing /-in / pada kata hadirin, ini juga sudah menandakan banyak. Kesalahan serupa sering kita simak misalnya pada saat ada pertunjukkan hiburan di lapangan, pembawa acara menyambut penampilan penyanyi idola mereka dengan ucapan Baiklah para hadirin sekalian, kita sambut penyanyi kesayangan kita.. Bentukan yang benar adalah para hadir ( tetapi kurang baik, kurang lazim ), sehingga bentukan yang baik dan benar adalah cukup hadirin atau ditambah dengan kata sifat yang berbahagia. Dalam pengajian bisa menggunakan sapaan Hadirin yang berbahagia, Bapak/ Ibu sekalian, Bapak/ Ibu/ Saudara sekalian yang saya hormati, Saudara-saudara yang berbahagia, Para Saudara jamaah pengajian yang berbahagia atau yang mengharap rida Allah, yang dimulyakan Allah, dan sebagainya. Bentuk sapaan sodara dalam pengucapan memang alih-alih menjadi bunyi / o /, padahal dalam penulisan dan juga pelafalan yang tepat adalah saudara ( secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yakni / sa / yang berarti satu dan / udara / yang berarti perut, jadi artinya adalah satu perut atau berasal dari satu perut ibu seperti kakak, adik. Lama-kelamaan kata itu meluas penggunaanya. Demikian pula kata / ibu /, / bapak / yang dialamatkan hanya pada lingkungan keluarga saja. Bahkan karena kesepakatan tertentu misalnya di suatu pondok pesantren kepada sesama santri putri yang ditunjuk ketuanya mereka memanggil / ibu /, dan sebagainya.) Kata / kita / yang tepat biasanya digunakan dalam bentuk ajakan yang berarti orang kesatu ( pembicara ) dengan orang kedua ( orang yang diajak berbicara ) terlibat di dalamnya, misalnya Marilah kita wujudkan rukun kompak serta kerja sama yang baik ! Kesalahan pengucapan ( tataran fonologi ) pada kata pelantara bisa jadi merupakan kasus perseorangan yang terseleo lidah ( slif of tangue ) atau kerena memang kebiasaan. Kita maklumi kata dasarnya adalah / antara / mendapat awalan ( prefiks ) per- sehingga bentukan kata yang benar adalah perantara. Frasa yang mana merupakan serapan dari

bahasa Ingris / wich I sering dingunakan dengan tidak tepat. Demikian pula frasa yang mana sebagai bentuk serapan dari where is seperti Pondok di mana tempat saya berguru sekarang sudah direhab ( di mana dihilangkan saja, ini mubazir ). Penggunaan frasa yang tepat dalam bahasa Indonesia adalah dalam bentuk tanya yaitu Yang mana bulpen kamu ? Di mana sekarang kamu ditugaskan? Bentukan beliau-beliau dalam hal ini mungkin pengguna bahasa tidak tahu kata ganti (pronomia) personal ketiga jamak yakni mereka ( they ) dalam bahasa Ingris. Bisa jadi karena ingin mengagungkan (yuadhim) dan memang dia tahu bahwa orangnya banyak. Berikut contoh kalimat yang benar : Para Saudara jamaah pengajian yang saya hormati, Kita bersyukur kepada para peratara agama yang telah memperjuangkan agama Allah dengan gigih. Pada kesempatan ini marilah kita bersyukur kepada para perantara hidayah yang telah memperjuangkan agama Allah. Kita harus bersyukur kepada para perantara agama, sebab mereka telah memperjuangkan agama Allah dengan begitu gigih. Berikut contoh kalimat yang salah: 2. Di kamar mandi atau jeding ( dari bahasa Jawa, KBBI : 464 artinya bak/ tempat air ) ada tulisan di larang menyimpan barang didalam jeding ada lagi peringatan Air jangan isrof ! Matikan air dan lampu! Penulisan /di/ pada kata /larang/ seharusnya diserangkaikan karena /di/ sebagai awalan atau prefiks yang merupakan morfem terikat (harus diikatkan, belum memiliki makna tersendiri ), membentuk kata kerja pasif, serta berada dalam tataran morfologi. Sedangkan /di/ pada /dalam/ seharusnya dipisahkan karena sebagai kata depan ( Preposisi ), membentuk kata keterangan tempat, serta berada dalam konteks sintaksis. Kesalahan serupa sering ditemui misalnya Disini akan di bangun toko baru, atau kadang-kadang ditulis kedua-duanya disatukan ada juga yang sama-sama dipisahkan. Padahal jenis kata itu mempunyai wilayah serta distribusi masing-masing. Peringatan kedua ini adalah struktur yang terbalik karena isrof dalam bahasa Arab artinya adalah berlebihan. Jadi peringatannya adalah Jangan isrof air atau lengkapnya Menggunakan air jangan isrof ! Kalau Air jangan isrof ! seolah-olah air itu benda hidup seperti manusia yang bisa diberi peringatan agar tidak berlebihan. Padahal yang diperingati itu adalah manusia yang menggunakan air itu. Coba bandingkan dengan kamu

jangan isrof yah ! Peringatan ketiga adalah penghematan predikat yang berakibat pada salah sasaran sehingga bahasa tidak efektif, meskipun efesien. Predikat atau dalam hal ini kata kerja untuk listrik, memang matikan tapi untuk air adalah tutup ( krannya). Sehingga peringatan itu akan lebih baik bila ditulis Listrik matikan, dan air tutup kembali ! atau lebih lengkapnya, Setelah dipakai, listrik matikan, dan air tutup kembali ! Kalau peringatan Jagalah kebersihan dan kesucia ! itu memang sudah tepat karena ada dua kata benda yakni kebersihan, menurut standar higienis, dan standar suci dalam kaitan untuk sahnya ibadah ( salat ). 3. Pada spanduk setiap bulan Agustus dan Idul Fitri sering kita lihat Dirgahayu HUT RI ke61, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1427 H. Mohon Maaf Lahir Bathin. Penulis spanduk jelas tidak tahu akan arti kata / dirgahayu/. Menurut KBBI (edisi ketiga : 267) dan juga Kamus Besar Bahasa Indonesia sebelumnya, dirgahayu itu berarti berumur panjang. Jadi mendoakan semoga berumur panjang hari ulang tahun yang hanya sehari itu yakni tanggal 17 Agustus, padahal sehari itu dari dulu hanya 24 jam umurnya. Terus RI ke-61, pantas saja negara akan dicabik-cabik jadi negara-negara kecil (faderal) sehingga sampai tahun 2006 ini sudah ada RI kesatu, kedua, terus sampai ke-61, padahal komitmen kita akan NKRI sudah begitu bulat. Sering terjadinya kerusuhan di manamana, bahkan beberapa provinsi ingin merdeka, memisahkan diri, bisa jadi salah satunya adalah dampak dari tulisan itu. Untuk memperbaiki tulisan spanduk itu kita harus jeli menempatkan kata sehingga membentuk frasa yang tepat. Jadi kata dirgahayu digandengkan dengan RI, singkatan HUT dilekatkan dengan ke-61 dan seterusnya. Sehingga tulisan yang benar adalah Dirgahayu RI HUT ke-61. Tulisan pada spanduk Idul Fitri ini seperti di atas juga begitu merobak setiap selesai bulan puasa, juga pada koran dan majalah. Kerancuan ini sering terjadi karena penggabungan kata yang berasal dari bahasa Arab (sebutlah bahasa ketig) yang digandengakan dengan bahasa Indonesia. Bandingkan dengan ucapan (maksudnya menghormat) Mampir dulu guru Ustadz yang masih didengar di beberapa kampung. Kita tahu bahwa ustadzun itu berarti guru, Yauma ied berarti hari raya. Fitri berarti lebaran, suci. Sehingga tulisan dan ucapan yang benar adalah Selamat Idul Fitri 1427 H. Mohon Maaf Lahir Batin. ( bukan bathin ) atau Selamat Hari Raya Lebaran.( Berseri ) * Pernah dimuat pada Majalah Cakrawala Lebak bulan Mei 2007.*
Comment [ms10]: Seharusnya bukan Merobak melainkan Merebak Comment [ms9]: ini bukan Faderal tetapi Federal Comment [ms8]: ini kurang huruf N harusnya Kesucian bukan Kesucia

You might also like