Professional Documents
Culture Documents
NAMA : ASWADI RAHMAD PESERTA LK 2 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CABANG JAMBI
[Type text]
Page 1
Bab III PENUTUP ..25 A. Kesimpulan .25 B. Saran-saran .27 DAFTAR PUSTAKA 29
[Type text] Page 2
KATA PENGANTAR
Masalah perekonomian merupakan masalah yang tiada batasnya dalam iklim kehidupan. Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara Asia, disamping China dan India yang tetap tegar tumbuh positif saat negara lain terpuruk akibat krisis finansial global. Ini merupakan suatu prestasi dan optimisme bagi masa depan perekonomian Indonesia. Dengan kondisi ini, pemerintah mengadakan Asean-China Trade Agreement (ACFTA) dengan tujuan menghadapi persaingan global dan tetap
memperjuangkan perekonomian agar tidak muncul lagi suatu krisis finansial global yang pernah ada. Makalah ini disusun untuk membahas mengenai pengaruh ACFTA terhadap perekonomian Indonesia. Namun, selain itu penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu sebagai salah satu syarat untuk mrngikuti Latihan kader dua (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Kota jambi, penulis mengucapkan terima kasih atas pihak-pihak yang terkait yang telah memberikan dukungan dan dorongan dalam bentuk apapun sehingga dapat terlaksananya penyusunan makalah GARUDA DI BELENGGU NAGA: UPAYA UNTUK MEMINIMALISIR DAMPAK NEGATIF PASAR BEBAS ASEAN CHINA TRADE AGREEMENT (ACFTA) DI INDOENSIA. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan atas saran dan kritik yang membangun agar dalam penyusunan makalah yang selanjutnya dapat lebih disempurnakan. Demikian makalah ini disusun, apabila ada salah kata penulis memohon maaf sebesar besarnya. Terimakasih.
Penyusun
[Type text]
Page 3
menandatangani Naskah Perjanjian Perdagangan Barang ( The Framework Agreement on Trade in Goods ) yang berlaku pada 1 Juli 2005. Berdasarkan perjanjian ini negara ASEAN 5 ( Indonesia, Thailand, Singapura, Philipina, Malaysia) dan China sepakat untuk menghilangkan 90% komoditas pada tahun 2010. Untuk negara ASEAN lainnya pemberlakuan kesepakata ini dapat ditunda hingga 2015. Namun seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara berkembang yang belum maju sepenuhnya. Disaat peserta ACFTA saling berlomba lomba untuk membangun infrastruktur, pembangunan ekonomi,memberikan insentif kepada investor, dll, negara kita tentu belum dapat menyeimbangi kecepatan pembangunan
[Type text]
Page 4
negara lain. Dan akibatnya, negara kita harus meminta penundaan ACFTA di bulan terakhir mendekati diberlakukannya kesepakatan. Memang sangat memalukan bagi negara kita. Apalagi permasalahan ekonomi kerap kali muncul mengenai berbagai pemenuhan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam dan meningkat. Maka dari itu, dampak akan perekonomian Indonesia adanya perjanjian AFTA-China harus lebih diperhatikan. Hal ini perlu adanya solusi, pemikiran dan sikap atau mental yang harus dipersiapkan dan juga tepat dalam menghadapi persaingan global ini.
NEGATIF PASAR BEBAS ASEAN CHINA FREE AGREEMENT (ACFTA) TERHADAP BURUH DI INDOENSIA ini adalah sebagai salah satu syarat Latihan kader dua (LK 2) di Jambi. Maksud dari adanya penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :Menilai dampak positif dan negatif dari adanya ACFTA di Indonesia, terutama terhadap buruh di Indonesia. a) Mengetahui sejauh mana persiapan Indonesia dalam menghadapi persaingan global. b) Mengetahui strategi untuk meminimalisr dampak negatif rezim perdagangan bebas terhadap buruh di indonesia
C. Metode Penelaahan
Dalam penyusunan makalah yang berjudul ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA(ACFTA) ini, penulis menggunakan metode pustaka, berbagai
dalam negri, mencintai produk Indonesia sehingga barang barang dari dalam negri tidak kehilangan pasar atau lebih meningkat di perdagangan lokal dan perdagangan internasional.
[Type text]
Page 6
Perjanjian yang menyangkut perdagangan bebas ini identik dengan hubungan kerjasama dagang antar negara anggota ASEAN ataupun negara non-anggota. Dalam impementasinya perdagangan bebas harus memperhatikan beberapa aspek yang dapat mempengaruhi prinsip perdagangan yaitu seperti prinsip sentral dari keuntungan komparatif (Comparatif Advantege) selain itu juga, kita harus memperhatikan pro dan kontra dibidang tarif dan kuota, serta melihat bagaimana jenis mata uang (valuta asing) yang diperdagangkan berdasarkan kurs tukar valuta asing. Asean China Free Trade Area (ACFTA) yaitu dimana tidak adanya hambatan tarif (bea masuk 0-5 %) maupun hambatan non-tarif bagi negara-negara ASEAN dan juga China. Tujuan dari ACFTA sendiri itu adalah memperkuat dan meningkatkan kerja sama antar negara terkait, yaitu meliberisasikan perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan atau penghapusan tarif. Kesepakatan perjanjian itu mencakup dalam tiga bidang yang strategis yaitu: perdagangan barang-barang, jasa, dan juga investasi. Perjanjian ACFTA adalah kerja sama dalam bidang ekonomi, Economic Co-opertaion between Asean and peoples Republic of China, yaitu kerjasama antara seluruh anggota daripada ASEAN dengan Negara Cina. Perjanjian ini bermula di tandatangani pada tanggal 5 November 2002 yang melahirkan tiga buah kesepakatan, Kesepakatan
[Type text] Page 7
pertama, pada tanggal 29 November 2002 yang melahirkan suatu kesepakatan di bidang barang (Agreement on Trade in Goods), lalu diadakannya kesepakatan kedua, pada tanggal 14 Januari 2007 yang menghasilkan suatu bentuk kesepakatan di bidang perdagangan dan jasa (Agreement on Trade in Service), dan adanya kesepakatan ketiga, pada tanggal 15 Agustus 2007 yang menghasilkan kesepakatan di bidang investasi (Agreement on Investation). Pada tanggal 1 Januari 2010 kesepakatan atau perjanjian perdagangngan ACFTA mulai diberlakuakan.
B. Tujuan ACFTA :
Tujuan ACFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi Negara-negara ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN. Dalam kesepakatan, ACFTA direncanakan berpoerasi penuh pada tahun 2008 namun dalam perkembangannya dipercepat menjadi tahun 2003. Mekanisme utama untuk mencapai tujuan diatas adalah skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT) yang bertujuan agar barang-barang yang diproduksi diantara negara ASEAN yang memenuhi ketentuan setidak-tidaknya 40% kandungan lokal akan dikenai tarif hanya 0-5%.Anggota ASEAN mempunyai tiga pengecualian CEPT dalam tiga kategori : 1. Pengecualian sementara 2. Produk pertanian yang sensitif 3. Pengecualian umum lainnya (Sekretariat ASEAN 2004) Untuk kategori pertama, pengecualian bersifat sementara karena pada akhirnya diharapkan akan memenuhi standar yang ditargetkan,yakni 0-5%. Sedangkan untuk produk pertanian sensitif akan diundur sampai 2010. Dapat disimpulkan,paling lambat 2015 semua tarif diantara negara ASEAN diharapkan mencapai titik 0%. ACFTA dicanangkan dengan instrumen CEPT, mengemukakan bahwa komitmen utama dibawah CEPT-ACFTA hingga saat ini meliputi 4 program,yaitu : 1. Program pengurangan tingkat tarif yang secara efektif sama diantara negara-negara ASEAN hingga mencapai 0-5 persen.
[Type text]
Page 8
2. Penghapusan hambatan-hambatan kuantitatif (quantitative restrictions) dan hambatan-hambatan non tarif (non tariff barriers) 3. Mendorong kerjasama untuk mengembangkan fasilitasi perdagangan terutama di bidang bea masuk serta standar dan kualitatif. 4. Penetapan kandungan lokal sebesar 40 persen
akan adanya perjanjian ACFTA tersebut akan berdampak negatif pada usaha menengah mereka, bukan hanya para pengusaha industri saja para pekerja pun menyadari akan hal itu, walaupun pengaruh ACFTA belum mereka alami saat ini namun lambat laun para pekerja pun akan merasakan dampak yang diberikan oleh ACFTA. Situasi itulah yang dirasakan oleh negara Indonesia yang terbilang sebagai negara berkembang. Tidak dapat dipungkiri ACFTA sebagai produk globalisasi akan relatif berpengaruh bukan hanya terhadap negara maju saja tetapi berpengaruh juga terhadap negara-negara berkembang. Dengan adanya globalisasi di dunia ini telah membuat seakan negara satu dan negara lainya kehilangan batas-batas teritorialnya serta berujung pada hilangnya status bangsa-negara.
dan keamanan yang buruk ikut mempengaruhi daya saing kita dalam perdagangan dunia. Memang, secara umum,beberapa produk kita siap berkompetisi.
Misalnya,minyak kelapa sawit,tekstil,alat-alat listrik,gas alam,sepatu dan garmen. Tetapi,banyak pula yang akan tertekan berat memasuki ACFTA. Di antaranya,produk otomotif,teknologi informasi,dan produk pertanian. Dalam ACFTA, peran negara dalam perdagangan sebenarnya akan direduksi secara signifikan. Sebab,mekanisme tarif yang merupakan wewenang negara dipangkas. Karena itu,diperlukan perubahan paradigma yang sangat signifikan, yakni dari kegiatan perdagangan yang mengandalkan proteksi negara menjadi kemampuan perusahaan untuk bersaing. Tidak saja secara nasional atau regional dalam ACFTA, namun juga secara global. Karena itu, kekuatan manajemen, efisiensi, kemampuan permodalan, dan keunggulan produk menjadi salah satu kunci keberhasilan. Dalam menghadapi ACFTA, Indonesia salah satu negara anggota ASEAN masih memiliki beberapa kendala yang menunjukan ketidaksiapan kita dalam menghadapi ACFTA, diantaranya adalah:dari segi penegakan hukum, sudah diketahui bahwa sektor itu termasuk buruk di indonesia. Jika tak ada kepastian hukum,maka iklim usaha tidak akan berkembang baik,yang mana hal tersebut akan menyebabkan biaya ekonomi tinggi yang berpengaruh terhadap daya saing produk dalam pasar internasional. Faktor lain yang amat penting adalah lembaga-lembaga yang seharusnya ikut memperlancar perdagangan dan dunia usaha ternyata malah sering diindikasikan KKN. Akibat masih meluasnya KKN dan berbagai pungutan yang dilakukan unsur pemerintah disemua lapisan, harga produk yang melempar ke pasar akan terpengaruhi. Otonomi daerah yang diharapkan akan meningkatkan akuntabilitas pejabat publik dan mendorong ekonomi lokal ternyata dipakai untuk menarik keuntungan sebanyak-banyaknya dari dunia usaha tanpa menghiraukan implikasinya. Otonomi malah menampilkan sisi buruknya yang bisa mempengaruhi daya saing produk indonesia di pasar dunia. Persoalan lain yang harus dihadapi adalah kenyataan bahwa perbatasan indonesia sangat luas,baik berupa lautan maupun daratan,yang sangat sulit diawasi.
[Type text] Page 11
Akibatnya,terjadi banjir barang selundupan yang melemahkan daya saing industri nasional. Miliaran dolar amblas setiap tahun akibat ketidakmampuan menjaga perbatasan dengan baik. Menurut taksiran kemampuan TNI-AL, sekitar 40 persen dari seharusnya digunakan untuk mengamankan lautan dari kekurangan dana dan sarana yang lain. Kendala utama bagi masyarakat indonesia adalah mengubah polapikir,baik di kalangan pejabat, politisi, pengusaha, maupun tenaga kerja. Mengubah pola pikir ini sangat penting bagi keberhasilan kita memasuki ACFTA. Namun, selain menghadapi berbagai persoalan, ACFTA jelas juga membawa sejumlah keuntungan. Pertama, barang-barang yang semula diproduksi dengan biaya tinggi akan bisa diperoleh konsumen dengan harga yang lebih murah. Kedua,sebagai kawasan yang terintegrasi secara bersama-sama, Kawasan ASEAN akan menjadi lebih menarik lahan investasi. Indonesia dengan sumber daya alam dan manusia yang berlimpah mempunyai keunggulan komparatif. Namun,peningkatan SDM merupakan keharusan. Ternyata,kemampuan SDM kita sangat payah dibandingkan Filipina atau Thailand.
E.
Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian pemerintah atas persertujuan perjanjian perdagangan bebas tersebut, terutama dari kesiapan kalangan industriindustri dalam negeri kita., serta faktor-faktor pendukung dalam meningkatkan daya saing terhadap produk-produk China. Kemudian apakah China merupakan negara yang tepat bagi kita untuk menjalin kerjasama dalam perdagangan bebas tersebut? Hal inilah yang menjadi perhatian kalangan industri. Sampai dengan 2007, nilai impor Indonesia terhadap RRC telah mencapai 8,5 miliar dollar Amerika Serikat. Angka ini menempati posisi kedua dalam daftar Negara importer ke Indonesia. Peringkat pertama ditempati Singapura dengan nilai sebesar 9,8 miliar dollar Amerika Serikat, sedangkan China hanya menjadi tujuan terbesar keempat dalam eksport Indonesia setelah Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Banyak Mitos yang beredar dalam masyarakat yang terkait dengan perdagangan bebas, antara lain :
[Type text]
Page 12
A.
akan terjadi. Kenyataan yang terjadi bahwa perdagangan bebas justru meningkatkan harga pangan. B. WTO dan TNC akan memproduksi pangan yang aman. Kenyataannya
dengan penggunaan pestisida secara berlebih dan pangan hasil rekayasa genetik justru membahayakan kesehatan manusia dan juga keseimbangan ekologis. C. Kaum perempuan akan diuntungkan dengan pasar bebas pangan.
Kenyataannya, perempuan petani semakin tersingkir baik sebagai produsen maupun konsumen. D. Bahwa paten dan hak kekayaan intelektual akan melindungi inovasi
dan pengetahuan. Kenyataannya, paten justru memperlambat alih teknologi dan membuat teknologi menjadi mahal. E. Perdagangan bebas di bidang pangan akan menguntungkan konsumen
karena harga murah dan banyak pilihan. Kenyataannya, justru hal itu mengancam pangan di negara-negara berkembang. Perdagangan bebas yang cenderung menguat disambut beragam reaksi. Seorang Pengusaha yang juga salah satu Ketua Dewan Jagung Indonesia, menilai kesepakatan perdagangan bebas tidak ubahnya pedang bermata dua. Apabila siap, keterlibatan Indonesia dalam berbagai kesepakatan perdagangan bebas dipastikan menciptakan peluang besar. Tetapi, dibukanya pasar bebas bisa jadi boomerang apabila kita tidak siap. Indonesia bisa hanya menjadi pasar oleh negara lain dan akan mengancam industri dalam negeri. F.DAMPAK ASEAN-CHINA FRADE TRADE AGREEMENT (ACFTA) BAGI BURUH DI INDONESIA KESEPAKATAN perdagangan bebas (free trade agreement) yang secara berangsur diteken pemerintah RI, sejak Orde Baru hingga pemerintahan Presiden SBY, memiliki dampak signifikan bagi nasib buruh negara berkembang seperti Indonesia. Sebab perdagangan bebas bukan saja berimplikasi pergerakan modal dan
[Type text]
Page 13
barang lintas negara, tapi juga pergerakan manusia dalam hal ini tenaga kerja antarnegara (borderless labour). Secara teoretis, kesepakatan perdagangan bebas itu membuka peluang buruh Indonesia untuk leluasa mengais rezeki di luar negeri. Sebab, kesepakatan itu harusnya juga meniadakan hambatan arus buruh antarnegara. Artinya, buruh kita bebas mencari kerja ke negara-negara yang memiliki upah buruh lebih tinggi, yakni di negara-negara industri maju. Namun kesepakatan itu kenyataannya justru cenderung merugikan buruh kita. Kenapa? Sebab rezim perdagangan bebas didesain oleh WTO (World Trade Organization) dan negara-negara maju beserta kaum kapitalisnya, untuk
melonggarkan arus modal, barang, dan jasa antarnegara, tapi tidak termasuk arus buruh lintas negara. Walhasil, kesepakatan perdagangan bebas membuat modal negara maju bebas masuk (atau keluar) dan mengeksploitasi buruh murah di negara berkembang. Sementara buruh negara berkembang tak bebas masuk bursa kerja di negara maju karena sistem negara maju yang tertutup dan protektif. Dengan demikian, negara-negara maju yang giat mengompori rezim perdagangan bebas sejatinya secara curang telah memproteksi buruhnya. Dengan beragam cara, mereka berusaha mengerem imigrasi kaum penganggur atau buruh murah dari negara lain. Maka, apa yang disebut perdagangan bebas sebetulnya bukanlah konsep yang bebas nilai (value free) murni. Melainkan konsep yang sarat muatan ideologi neoliberal dan kapitalis internasional (multi national
corporation/MNC). Karena itu, kesepakatan perdagangan bebas justru mengancam posisi buruh Indonesia di negerinya sendiri. Ini disebabkan beberapa faktor. Pertama, pendidikan dan keterampilan buruh Indonesia umumnya masih kalah dari buruh negara maju. Termasuk tenaga kerja profesional seperti manajer, dokter, dosen, akan menghadapi persaingan dengan tenaga sejenis dari luar negeri, jika perdagangan bebas juga meliputi aspek tenaga kerja.
[Type text]
Page 14
Kedua, pekerja lokal akan cenderung menerima perlakuan diskriminatif, baik dalam promosi, gaji, maupun pemberian fasilitas lainnya, dibandingkan dengan buruh atau tenaga kerja asing. Dengan posisi dan pekerjaan sama, pekerja lokal acap mendapat gaji dan tunjangan lebih kecil dibanding pekerja asing. Ini tentu merugikan posisi buruh dalam negeri jika pintu impor buruh dibiarkan terbuka dan bebas. Ketiga, kesepakatan perdagangan bebas merupakan legalisasi program ekonomi neoliberal yang didesain untuk menguntungkan posisi negara maju atau para pemodal besar mereka (MNC). Akibatnya, kesepakatan ini juga cenderung memperlakukan pekerja sebagai komoditas belaka. Implikasinya, buruh sekadar dibayar sesuai kebutuhan hidup minimum dan bisa dipekerjakan secara kontrak ataupun diperjualbelikan antarperusahaan dalam wujud subkontrak atau alih-daya (outsourcing). Nasib buruh kontrak ini sangat memprihatinkan. Karena mereka menjadi kehilangan hak-hak dasarnya seperti cuti haid, cuti hamil, tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, pesangon, kepastian bekerja, dan sebagainya. Mereka juga tidak memiliki kebebasan berorganisasi dan mengekspresikan aspirasinya dengan unjuk rasa atau mogok. Sebab, ketika mereka diketahui bergabung dengan organisasi buruh, apalagi ikut unjuk rasa atau mogok, mereka tak akan diperpanjang kontraknya dan kehilangan pekerjaan tanpa pesangon. Implikasi lainnya, para penguasa di negara-negara berkembang yang surplus tenaga kerja akan berlomba menyediakan buruh murah dan menyediakan regulasi yang menekan hak buruh sebagai strategi menarik investasi asing. Inilah kebijakan yang disebut labour market flexibility (LMF) atau kebijakan tenaga kerja fleksibel. Ini, misalnya, terlihat dari paket rencana revisi UU Ketenagakerjaan No.13/2003 oleh pemerintah SBY-JK yang bakal sangat merugikan buruh dan ditentang para buruh belum lama ini. Mengapa dalam sistem neoliberal atau perdagangan bebas, negara cenderung menekan buruh? Hal ini karena bila di suatu negara berkembang upah buruhnya tinggi dan regulasinya pro-buruh, maka para investor akan merelokasi pabriknya ke negara yang berupah buruh murah dan otomatis juga lebih menjanjikan keuntungan melimpah. Di sini, akibatnya PHK massal pun terjadi. Sekadar contoh PHK dan
[Type text] Page 15
penutupan pabrik elektronik Sony, pabrik sepatu Reebok, dan pabrik pisau cukur Gillette di Indonesia pada 2005.
(outsourcing) dari ketentuan perundangan (UU No.13/2003 tentant Ketenagakerjaan). UU ini sebenarnya telah membatasi bahwa sistem outsourcing hanya dibolehkan untuk kerja borongan dan sementara sifatnya, serta tidak boleh pekerjaan yang termasuk bisnis utama (core business) perusahaan. Namun prakteknya, ketentuan outsourcing lebih banyak disalahgunakan pengusaha untuk mengalihkan status karyawan tetapnya menjadi buruh kontrak. Sementara pemerintahan SBY tidak mengambil tindakan apapun terhadap pengusaha yang melanggar UU tersebut. Karena itu lebih baik sistem outsourcing dihapuskan saja dari UU Ketenagakerjaan.
[Type text]
Page 16
Keempat, menyediakan fasilitas latihan kerja yang berkualitas untuk meningkatkan kompetensi dan etos kerja buruh lokal agar siap bersaing secara global bila skenario terburuk berupa arus bebas tenaga kerja antarnegara tak bisa dihinda
[Type text]
Page 17
[Type text]
Page 18
B. Saran-Saran
ACFTA kini sudah berjalan, kita sudah tidak bisa lagi mengantisipasi. Kita hanya bisa berusaha mengurangi dampak negatifnya. Kami memberikan beberapa alternatif cara-cara untuk mengurangi damapak negatifnya. Pemerintah sepatutnya melakukan langkah antisipatif untuk memberikan kesempatan industri lokal berkembang, peningkatan kapasitas terpasang di seluruh cabang industri manufaktur, deregulasi perizinan, perbaikan
infrastruktur listrik, jalan, dan pelabuhan, serta akses intermediasi perbankan yang menarik bagi investor dan peduli terhadap Market Domestic Obligation (MDO). UKM (usaha kecil menengah) perlu ditingkatkan guna memajukan daya saing produk yang semakin ketat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan keringanan terhadap para wirausahawan dalam memperoleh kredit usaha. Pada dasarnya import akan berkurang jika masyarakat lebih mencintai produk dalam negeri. Maka pemerintah harus bisa membentuk karakter masyaraktnya sejak awal, dimana masyarakat harus mencintai produk dalam negeri dan bangga, salah satu yang menurut kami baik dan sudah mulai didengungkan dan seharusnya terus diserukan adalah semboyan Aku Cinta Produk Indonesia Untuk mendukung produk produksi dalam negeri, pemerintah sebaiknya memudahkan para investor dalam melakukan investasi, misalnya dengan cara One Day Service yang mempersingkat waktu birokrasi Pemerintah membuat suatu standar mutu untuk barang-barang yang akan diekspor, karena pada dasarnya kualitas atau mutu adalah kelemahan China. Maka kita harus memanfaatkan kelemahan itu standar mutu untuk barang-barang yang akan diekspor, karena pada dasarnya kualitas atau mutu adalah kelemahan China. Maka kita harus memanfaatkan kelemahan itu Menyediakan fasilitas latihan kerja yang berkualitas untuk meningkatkan kompetensi dan etos kerja buruh lokal agar siap bersaing secara global bila skenario terburuk berupa arus bebas tenaga kerja antarnegara tak bisa dihindar
[Type text] Page 19
DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo, I, & Hadi, syamsul. (2009). Merangkul Cina : PT Gramedia Pustaka Utama. 2. Arifin, Syamsul., Dian, Adeana. (2004). Kerja Sama Perdagangan Internasional : Peluang dan tantngan bagi Indonesia : PT Elex Media Komputindo. 3. Chandra,Alexender C & Pambudi, Daniel. (2006). Garuda terbelit naga: dampak kesepakatan perdagangan bebas bilateral Asean-China terhadap perekonomian Indonesia : Institute for Global Justice 4. Sukirno, Sadono. ( 200r4 ). Teori Pengantar Makro Ekonomi: Rajawali pers.
[Type text]
Page 20