You are on page 1of 7

Selasa, 27 November 2012

Hasil Diskusi E-Class Teori Politik Internasional 2012 Emerich de Vattel Kelompok Kacapiring Inisiator Michiko Karlina Mujizatya Mokodompit 10/296731/SP/23871 Peserta Diskusi Willarda Lucky Dwi Ananda Bagyani Widi Kurniasari Natalia Imas Kristi Nugraheni Valentino Samuel Fredrick Nurfadhilah Afandy Aulia Istiqomah K Pertanyaan : 1. Mengacu pada referensi yang diberikan dan pemahaman anda mengenai de Vattel, menurut anda apa poin penting atau adakah ide baru oleh gagasan-gagasan beliau ? Willarda : Humanitarian intervention menurut Vattel secara garis besar dilarang untuk dilakukan. Terdapat dua pengecualian di mana humanitarian intervention ini dapat dilakukan: apabila negara yang akan dilakukan intervensi ini memberikan persetujuannya, atau apabila negara ini sudah hancur oleh perang sipil. Hal ini dikarenakan konsep Vattel yang sangat mendukung kedaulatan tertinggi yang dimiliki oleh sebuah negara. Dalam hal ini, berlawanan dengan konsep-konsep yang telah diungkapkan sebelumnya oleh pemikir-pemikir yang lain seperti Grotius, Vattel menyatakan bahwa humanitarian intervention ini dilakukan bukan untuk tujuan menjaga 'keadilan (justice)' tetapi untuk tujuan self preservation. Natalia : Ide-ide de Vattel yang baru dibandingkan dengan pemikir-pemikir sebelumnya adalah bahwa ia memikirkan mengenai status kewarganegaraan masyarakat. Menurut saya sendiri ia kemudian menekankan bahwa individu merupakan aktor yang sangat penting. Berbeda dengan pemikir-pemikir sebelumnya yang memfokuskan pada negara sebagai bentuk kolektif yang belum memikirkan mengenai peranan individu dalam negara tersebut. Pemikirannya mengenai kewarganegaraan menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang dinilai dari 09/281999/SP/23363 09/282756/SP/23567 10/299762/SP/24210 10/302205/SP/24263 10/298232/SP/23988 10/305682/SP/24382

Selasa, 27 November 2012

keturunan (patriarkhi) sehingga wilayah tempat kelahiran bukan merupakan parameter seseorang untuk mempunyai kewarganegaraan. De Vattel juga sempat

mengungkapkan mengenai naturalisasi dalam masyarakat yang menjadi dasar bagi negara modern di kemudian hari dalam proses pemindahan kewarganegaraan. De Vattel juga menekankan mengenai adanya humanitarian intervention dilihat sebagai nilai humanis dan bukan mengenai perebutan kekuasaan. Ia juga sangat menekankan akan kedaulatan negara sebagai hal yang sangat penting dalam permasalahan perang dan humanitarian intervention. Valentino : Menurut saya, poin penting dari pemikiran de Vattel adalah penjelasan mengenai konsepsi akan perang yang lebih bermartabat dan lebih manusiawi. Hal itu tercermin dari landasan dasar munculnya prinsip-prinsip mengenai kombatan dan non kombatan melalui pemikirannya. Selain itu, de Vattel juga mengasumsikan bahwa perang adalah sesuatu yang natural dan buah pemikiran dari organisasi sosial, serta sebagai alat untuk melindungi diri, sehingga setiap negara boleh berperang. Pemikiran penting lainnya yang menurut saya juga merupakan suatu ide baru adalah lahirnya konsep akan kewarganegaraan, dimana de Vattel meyakini bahwa kewarganegaraan seseorang merupakan turunan dari kewarganegaraan ayahnya, bukan tempat kelahirannya. Bagyani : Vattel memberikan penekanan pada aspek-aspek baru yang sebelumnya tidak dijamah oleh pemikir-pemikir politik sebelumnya, yang bahkan sama-sama membahas mengenai just war dan law of nations. Vattel merupakan penggagas dari penggolongan atas masyarakat di dalam situasi perang, yaitu combatant dan noncombatant. Vattel menekankan perlindungan pada pihak sipil dan bahkan mengatur agar senjata pemusnah yang memiliki efek destruktif berlebihan tidak digunakan. Persoalan kemanusiaan Vattel menjadi poin terpenting yang terus dijadikan acuan hingga saat ini dalam HHI, selain konsepnya yang memisahkan antara persoalan agama dan perang. Pemikir sebelumnya selalu mengaitkan moral agama dalam menganalisa alasan/sebab peperangan, namun Vattel secara percaya diri meyakinkan bahwa persoalan agama bukan termasuk alasan terjadinya just war. Nurfadhilah : Menurut saya, poin penting dari gagasan de Vattel adalah mengenai prinsip perang dan terjadinya pembatasan dalam perang dengan tujuan untuk meminimalisir dampak perang dan membuat perang menjadi lebih manusiawi. Prinsip ini kemudian menjadi awal terbentuknya gagasan mengenai prinsip HHI yaitu pembedaan antara golongan kombatan dan non kombatan. Selain itu, ide baru yang

Selasa, 27 November 2012

dapat ditangkap dari beliau adalah de Vattel memiliki kepercayaan yang berbeda mengenai perang yang sebenarnya alamiah, terjadi berasal dari organisasi sosial mereka. Vattel tidak mencantumkan unsur agama dalam bukunya dan Law of Nation membahas mengenai karakteristik dasar manusia yang menentukan tindakan negara. Seperti yang dijelaskan dalam presentasi anda, de Vattel meyakini bahwa interaksi negara anarki berangkat dari pemikiran bahwa negara lebih mampu memenuhi kepentingannya daripada individu. Hal ini membuat negara melindungi diri dari pihak lain dengan menggunakan kekuatan militer. Selain itu, beliau juga membahas dengan detail mengenai kewarganegaraan suatu penduduk. Aulia : Menurut saya, gagasan Vattel mengenai perang yang memperhatikan prinsip kemanusiaan sangat baik untuk mengatur terjadinya perang. Ketika peperangan berlangsung bisa dipastikan pihak-pihak yang terlibat akan berusaha bagaimanapun caranya untuk menang, sehingga dikhawatirkan akan meluakai dan merusak tempattempat yang dianggap sebagai sarana publik. Vattel hadir dengan permikiran bahwa perang yang seperti ini harus diatur agar tidak timbul korban yang tidak diinginkan. 2. de Vattel tidak menjadikan agama sebagai alasan dalam terjadinya perang. Berikan komentar anda (setuju atau tidak) terhadap gagasan ini. Willarda : Menurut saya, saya kurang setuju apabila agama dijadikan "kambing hitam" akan terjadinya banyak perang. Alasan Vattel mengeluarkan pendapat ini sebenarnya dapat dimengerti, mengingat Vattel hidup di abad ke 18 di mana sebelumnya sebagian besar perang pecah dikarenakan alasan agama, seperti misalnya Thirty Years War tahun 1618-1648. Namun, mengingat situasi dunia politik kontemporer, terutama pasca Perang Dunia I,II dan perang-perang proxy yang terjadi selama Perang Dingin, agama bukan lagi menjadi alasan utama dan satu-satunya yang dapat menyebabkan perang ini pecah, namun lebih kepada perebutan wilayah kekuasaan, power politics, ideologi, dsb. Oleh karena itu, menurut saya, pendapat Vattel ini sudah tidak begitu relevan lagi saat ini. Natalia : Saya setuju dengan pendapat dari de Vattel mengenai perang tidak ada kaitannya dengan agama. Menurut saya sendiri memang agama berperan penting bagi manusia untuk kemudian memunculkan norma-norma dalam masyarakat, namun tidak semua aspek dalam agama kemudian entah dijadikan landasan berperang ataupun sebagai aturan-aturan dalam perang. Agama menurut saya sendiri akan memicu masyarakat dan negara menciptakan apa yang kita kemudian sebut sebagai norma yang nantinya menurut de Vattel akan jadi jus ad bello (aturan-aturan dalam

Selasa, 27 November 2012

perang) dalam rangka untuk melindungi setiap individu di dalam negara. De Vattel seakan ingin menyatakan bahwa perang dan agama adalah dua hal yang jauh berbeda dan harus dipisahkan. Perang dan agama tidak berhubungan sehingga diharapkan bahwa perang juga nantinya tidak akan menggangu ataupun menghancurkan entah itu bangunan agama dan lainnya yang berhubungan dengan agama. Perang merupakan hal di luar dari agama itu sendiri karena perang tidak ditentukan atau diputuskan oleh institusi agama namun dari kedaulatan negara seperti yang dijelaskan oleh de Vattel. Sepenangkapan saya sendiri bahwa negara memiliki kedaulatan untuk mengatur masyarakatnya seperti apa yang diidealkan oleh de Vattel, namun kemudian agama tidak memiliki kedaulatan tersebut. Negara lebih pada penyadaran dalam diri manusia untuk berperilaku dan bertindak sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab yang dimiliki oleh masing-masing agama. Ia seakan ingin menyatakan bahwa jaman kegelapan jangan sampai terulang kembali di dunia. Nurfadhilah : Menurut saya, agama tidak lagi relevan untuk dapat dikatakan sebagai alasan terjadinya perang. Hal ini dikarenakan alasan utama terjadinya perang bukan hanya agama. Di era kontemporer, terjadinya perang lebih ke alasan kekuasaan (power), kepentingan, wilayah dan ideologi. Valentino : Saya setuju dengan pendapat de Vattel mengenai agama bukanlah alasan terjadinya perang karena perang merupakan alat untuk melindungi diri dan kini alasan terjadinya perang, terutama di era modern seperti sekarang adalah untuk mencapai kepentingan politik, ekspansi kekuasaan, dan atau memecahkan situasi perbatasan wilayah, penyebaran ideologi seperti komunisme, hanya saja masyarakat sosial terkadang mengaitkan perang ini sebagai bentuk pertengkaran antar agama karena masing-masing pihak yang berperang memiliki perbedaan dalam hal agama yang dominannya, seperti misalnya Israel yang mayoritas beragama Yahudi dan Palestina yang mayoritas beragama Islam. Bagyani : Dari pemikirannya yang meyakinkan bahwa agama bukanlah the cause of just war, kita bisa melihat Vattel adalah seorang yang sekuler. Menurutnya moral dari negara berbeda dengan apa yang dimiliki individu. Negara, menurut Vattel, tidak serentan manusia dalam interaksinya dengan negara lain seperti rentannya interaksi manusia dengan manusia lain, sehingga pertimbangan-pertimbangan moral tidak terlalu penting bagi negara. Yang dijadikan batasan bagi perilaku negara adalah hukum dasar keadilan, pertimbangan-pertimbangan moral digantikan sepenuhnya

Selasa, 27 November 2012

dengan pertimbangan-pertimbangan praktis, pemikiran teologis digusur oleh pemikiran-pemikiran tentang 'ideals' dan 'rights'. Saya menyetujui pendapat ini sebab pada dasarnya agama di dalam perang lebih sering hanya digunakan sebagai legitimasi dari kalangan elite yang memiliki kepentingan dalam perang untuk mendapatkan dukungan dari masyarakatnya. Ajaran agama sendiri menekankan pada perdamaian dan usaha penyebaran agama (gospel) dalam imperialisme 3G cenderung dilakukan dengan pemaksaan/kekerasan sehingga makna penting di dalam ajarannya telah terabaikan. Aulia : Vattel menyadari bahwa manusia ketika berperang adalah untuk mempertahankan kepentingannya, sehingga jika perang dikaitkan dengan keberadaan Tuhan atau agama, akan membuat perang seakan akan halal dilakukan. Menurutnya jika alasan perang adalah karena Tuhan, maka perang akan terjadi di mana-mana. Sehingga justifikasi perang karena agama harus ditiadakan. Saya sependapat dengan Vattel. 3. Berikan pendapat dan gagasan anda mengenai konsep Just War oleh de Vattel, dengan mengacu pada konsep Just War oleh pemikir-pemikir sebelumnya. Natalia : Just war yang dikonsepkan oleh de Vattel merupakan konsep yang memberikan hak bagi negara untuk kemudian berperang namun tidak lagi dikaitkan terhadap agama seperti yang pada waktu itu banyak terjadi. Konsep ini lebih modern dan mengedepankan bahwa negara memang memiliki kedaulatan yang harus dijunjung oleh setiap aktor lainnya. konsep just war milik de Vattel juga melihat aspek-aspek lainnya dalam perang sehingga just war yang dilakukan lebih rapi dan lebih mengedepankan aspek negara dan pemerintahnya dan bukan agama. Willarda : Konsep yang diajukan oleh Vattel dalam hal hubungan antar negara pada dasarnya sangat menekankan akan pentingnya kedaulatan yang dimiliki oleh setiap negara dan bahwa setiap negara harus saling menghormati kedaulatan setiap negara yang lain. Konsep just war yang kemudian dipaparkan oleh Vattel pun kemudian secara garis besar berdasarkan akan konsep kedaulatan ini, di mana di dalam skema ini, perang (atau juga humanitarian intervention) tidak dibenarkan apabila melanggar kedaulatan negara lain, dan tanpa merugikan negara itu sama sekali, misalnya untuk tujuan conquest (penjajahan), perebutan harta benda / properti, ataupun perbedaan agama. Selain itu, Vattel juga berusaha untuk memaksimalisasi aspek kemanusiaan di dalam perang, seperti dengan membedakan antara kombatan dan nonkombatan, dan sebagainya. Sampai di titik ini, saya setuju akan pendapat Vattel mengenai just war.

Selasa, 27 November 2012

Kemudian Vattel menyatakan bahwa humanitarian intervention ini tidak dibenarkan apabila tidak menimbulkan kerugian bagi negara itu untuk tujuan menghormati kedaulatan negara yang dimaksud. Dalam poin ini, saya kurang setuju, karena demi alasan kemanusiaan, kadang humanitarian intervention oleh negara lain ini perlu untuk dilakukan, seperti dalam kasus kemanusiaan di Rwanda, dll. Hanya saja, dalam melakukan humanitarian intervention ini perlu dilakukan pertimbangan dan pelaksanaan yang sangat matang dan hati-hati dengan konsen (mayoritas) masyarakat internasional bersama sehingga tidak membawa kasus kemanusiaan yang ada ke arah yang lebih buruk.
Nurfadhilah : Konsep Just War oleh Vattel hanya menekankan pada pembatasan perang agar lebih manusiawi. Pemisahan ini dilakukan untuk memisahkan mana penduduk yang berpartisipasi aktif dan tidak. Pembatasan ini dijelaskan dalam pemisahan objek perang

yaitu kombatan dan non. Valentino: Konsep Just War de Vattel adalah mengenai penjelasanaakan aturanaturan perang yang lebih manusiawi dan bermartabat, dan peperangan merupakan hak yang dimiliki oleh setiap negara serta negaralah yang menentukan apakah perang dapat dilakukan atau tidak, secara garis besar hampir sama dengan para pemikir sebelumnya. Namun disini, de Vattel menyertakan gagasan mengenai pemisahan penduduk yang dapat berpartisipasi di dalam peperangan (setuju dengan pendapat Nurfadhilah). Selain itu, de Vattel juga menyertakan konsepsi jus ad bellum dan jus ad bello. Hal itulah yang saya kira membedakan pemikiran tentang perang milik de Vattel dengan para pemikir sebelumnya. Bagyani : Ada beberapa poin de Vattel yang saya setujui dalam just war. Namun persoalan intervensi yang menurutnya dilarang dilakukan ketika membahayakan kedaulatan suatu negara dapat menjadi pisau bermata dua. Alasannya mengemukakan ini adalah untuk mencegah dicederainya kedaulatan suatu bangsa atas wilayahnya sendiri namun hal ini terkadang merupakan suatu hal yang harus dilakukan 'untuk kebaikan yang lebih besar', dalam artian, intervensi menjadi jalan keluar terbaik dari konflik kemanusiaan yang terjadi. Hal ini banyak berlaku pada saat ini, ketika berbagai pelanggaran kemanusiaan merebak di berbagai negara tanpa mampu dicegah oleh badan-badan internasional sebagai justifikasi dari kedaulatan. Aulia : Vattel hadir dengan konsep yang secara mendasar sama, namun Vattel lebih menekankan pada keharusan untuk menjalankan perang yang lebih beradab.

Selasa, 27 November 2012

Kesimpulan : Secara umum, diskusi telah berjalan dengan lancar dan kondusif. Diskusi dimulai pada pukul 7.45. Peserta diskusi telah menjawab tiga pertanyaan dengan jawaban yang beragam. Namun, diskusi tidak dapat berjalan dua arah dan lambat dikarenakan partisipasi peserta diskusi berjumlah enam orang dari sebelas orang. Pada pertanyaan pertama membahas mengenai pemahaman peserta diskusi terhadap de Vattel. Peserta diskusi memiliki jawaban yang hampir sama. Dalam menjawab pertanyaan ini, mereka secara umum memahami bahwa de Vattel memegang konsep intervensi humaniter yang dilakukan dengan tujuan self-preservation. Selain itu, hal ini dilihat sebagai nilai humanis. Kesamaan jawaban peserta diskusi juga terlihat dari pemahaman mereka akan konsep perang Vettel yang lebih manusiawi dan perang adalah sesuatu yang alamiah, berasal dari organisasi sosial mereka. Sebagai tambahan dari pengembangan ide baru dari pemikir sebelumnya, de Vattel dipahami telah mengeluarkan gagasan mengenai status kewarganegaraan masyarakat dan konsep naturalisasi. Pertanyaan kedua merupakan pertanyaan pemantik mengenai komentar peserta diskusi mengenai ide de Vattel yang tidak melibatkan agama dalam perang. Semua peserta diskusi setuju dengan ide de Vattel mengenai keterlibatan agama dalam terjadinya perang, dan juga berpendapat bahwa agama tidak lagi relevan dengan perang. Alasanalasan pendapat ini antara lain; melihat kondisi Vattel jaman saat itu, perang bisa saja terjadi karena ideologi dan faktor lain, perang dapat mengancurkan agama, perang merupakan hal diluar agama menyangkut negara dan perang digunakan sebagai legitimasi dari kalangan elite yang memiliki kepentingan dalam perang untuk mendapatkan dukungan dari masyarakatnya. Selanjutnya, pertanyaan ketiga yang melibatkan peserta diskusi dalam pendapat mereka mengenai konsep Just War de Vattel. Menurut peserta, just war de Vattel adalah hak negara untuk berperang namun tidak dikaitkan dengan agama. Terdapat persamaan pendapat yaitu konsep kedaulatan antar negara yang harus dijunjung tinggi. Just war juga meminimalisir dampak terjadinya perang dengan adanya prinsip pemisahan kombatan dan non-kombatan. Dalam konsep ini juga terdapat intervensi humaniter yang dilakukan karena pertimbangan yang matang dan hati-hati. Kesimpulan akhir dari kelompok Kacapiring adalah peserta diskusi setuju dan memiliki pandangan yang sama terhadap gagasan-gagasan Vattel yaitu pandangan mereka terhadap agama dalam perang, konsep Just war, prinsip pemisahan kombatan dan non, dan hak perang.

You might also like