You are on page 1of 12

Nama : Ruben Saragih Absen : 24 Kelas : XII TKJ A Job ke : I

Pemateri RAID

: Bpk Dodi Bpk.Nursirwan Mata Pelajaran : Administrasi Jaringan

I.

Pendahuluan RAID merupakan singkatan dari Redundant Array of Independent Disk adalah konsep mewujudkan beberapa media penyimpanan fisik (harddisk/diskdrive) sedemikian sehingga secara logika kumpulan dari disk-disk ini terlihat sebagai sebuah media penyimpanan besar oleh sistem operasi. Level-Level RAID Ada beberapa tipe/level RAID berdasarkan konsiderasi I/O performa dan reliabilitas data. Masing-masing dibagi kedalam nomor-nomor yang berurutan dimulai dari 0. RAID 0 : non redundant / block-level striping without parity RAID 0 merupakan non-redundant disk array, tidak memiliki redundansi sama sekali. skema ini memberikan peningkatan performa dan penambahan media penyimpanan namun tanpa toleransi fault. Semakin banyak disk yang digunakan semakin besar pula kemungkinan disk failurnya. peningkatan bandwidth namun memiliki resiko kehilangan data yang lebih besar. Biasanya digunakan untuk komputer yang membutuhkan performa dan kapasistas yang besar, bukan reliabilitas, seperti pada lingkungan super-computing. Data dibagi-bagi dan ditulis dalam satuan yang disebut blok-blok. urutan blok ini ditandai dengan stripe-size yang merupakan paramater konfigurasi array. masing-masing blok dituliskan pada disk yang berbeda secara simultan. ini memungkinkan bagian yang lebih kecil dari keseluruhan data untuk dibaca secara parallel dari drive-drive, sehingga performa I/Onya didapatkan. RAID 1 : Mirrorring Skema yang digunakan pada RAID 1 adalah mirrorring. data yang dituliskan pada satu drive akan diduplikasi atau dituliskan juga pada drive lainnya. pada umumnya skema ini diterapkan dengan 2 harddisk/diskdrive tapi aplikasi mengunakan 3 atau lebih disk drive juga memungkinkan. dengan skema ini didapatkan data yang reliable, kerusakan pada satu disk tidak akan mempengaruhi disk yang lain, sistem akan tetap bekerja selama salah satu disk berada dalam kondisi yang baik. kekurangannya adalah penurunan performa pada penulisan data. RAID 2 : bit level striping with dedicated parity Pada RAID2 data di stripe untuk beberapa disk dengan putaran disk yang sama, masingmasing bit data dimasukkan kedalam masing-masing disk, disertai dengan parity yang

digunakan untuk melakukan identifikasi disk yang error/salah dan melakukan error recovery. bit level party pada RAID type ini diterapkan menggunakan Hamming Code. karena striping dan parity dilakukan pada level bit sesuai dengan Hamming Code maka dibutuhkan disk-disk khusus untuk menyimpan masing masing bit paritynya yang jumlahnya akan menyesuaikan dengan jumlah harddisk utama yang ingin digunakan. untuk keterangan mengenai Hamming Code dapat dipelajari di sini, sedangkan untuk parity dapat dibaca di sini. Dengan menerapkan Hamming Code ini maka fungsi error detection dan error correction dapat dilakukan. dibawah ini contoh penggunaan 4 disk yang membutuhkan tambahan 3 disk untuk penyimpanan bit-bit parity yang dibutuhkan pada RAID level 2. RAID 3 : byte level striping with dedicated parity RAID level 3 menggunakan disk controller yang dapat mendeteksi lokasi terjadinya disk fault dan hanya membutuhkan 1 harddisk tambahan yang digunakan untuk menyimpan parity. parity data ini digunakan untuk keperluan error recovery. RAID 3 menerapkan konsep bytelevel striping, atau artinya sebuah file atau data akan (di-stripe) dibagi dan disimpan ke dalam harddisk dalam satuan byte untuk masing-masing disk. parity data dihitung dan disimpan pada sebuah disk. Dengan skema ini maka diperlukan 1 hadrdisk/diskdrive yang ditambahkan untuk keperluan parity. Keuntungan dari penggunaan skema ini adalah peningkatan performa I/O seperti pada konsep striping biasa, yaitu file diakses secara parallel pada disk-disk. Kekurangannya adalah dibutuhkannya disk kontroller berupa hardware ataupun software untuk melakukan striping ini, dengan adanya parity maka hardware harus memiliki spesfisifikasi kalkulasi yang baik, karena setiap penulisan data akan dihitung paritinya. RAID 4 : block level striping with dedicated parity RAID level 4 menggunakan konsep yang sama dengan RAID level 3 hanya saja pada RAID 4 striping dilakukan pada blok-blok yang ukurannya didefinisikan dalam stripe-size. ukuran masing-masing blok pada umumnya dalam satuan KiB. Stripe size yang ada biasanya dalam rentang 2KiB hingga 512 Kib, dengan ukuran yang diijinkan adalah dalam 2 pangkat x, (2, 4, 8, ... ) KiB. dengan ukuran blok seperti ini dan dedicated parity / parity yang disimpan khusus dalam sebuah drive dapat timbul bottleneck. Request pembacaan file yang ukurannya lebih kecil dari stripe-size akan mengakses hanya 1 disk. Request penulisan file harus melakukan update terhadap blok dan melakukan penghitungan parity. Untuk file besar yang penulisannya membutuhkan striping pada setiap disk (semua disk), maka perhitungan parity akan mudah dilakukan, sedang untuk penulisan file yang ukurannya lebih kecil dari 1 blok maka harus dilakukan pengaksesan dan penulisan pada blok yang telah ada. Perbandingan data baru dan data lama pada blok tersebut juga harus dilakukan untuk kemudian dituliskan parity-nya. Proses ini disebut juga read-modify-write procedure. Bottleneck dapat timbul karena pada setiap penulisan file, parity mungkin akan dihitung ulang dan diupdate, efeknya timbul pada pengaksesan secara lebih pada disk yang digunakan untuk khusus menyimpan parity.

RAID 5 : block level striping with distributed parity RAID 5 mirip dengan RAID 4 dalam skema blok stripingnya, namun RAID 5 menggunakan parity yang didistribusikan ke dalam tiap disk, tentu saja untuk menghilangkan bottleneck yang mungkin timbul pada skema RAID 4. Skema ini memiliki performa yang paling baik untuk request pembacaan file kecil dan penulisan file yang berukuran besar. peningkatan performa pembacaan karena semua disk dapat berkontribusi dalam pengaksesan. Kekurangan dari skema ini adalah pada penulisan file berukuran kecil karena proses read, modify, write yang terjadi untuk penulisan file kecil. Prosedure ini juga mengakibatkan penulisan file kecil pada RAID 5 kurang efisien dibandingkan dengan mirrorring pada RAID 1. RAID 6 : block level striping with double distributed parity Double parity pada RAID 6 memungkinkan sistem untuk melakukan koreksi kesalahan yang terjadi pada 2 disk sekaligus, hal ini mungkin saja terjadi pada sistem besar yang sibuk. Skema ini memberikan tingkat reliabilitas data yang lebih tinggi. Kekurangan dari skema ini adalah penambahan pada prosedur read modify write yang sekarang dilakukan untuk 2 buah parity, sehingga membutuhkan waktu pemrosesan yang lebih lama. Skema seperti ini disebut P+Q redundancy, dan menggunakan Reed-Solomon code untuk implementasinya. II. Tujuan - Siswa memahami fungsi dari RAID - Siswa memahami pengaturan partisi pada RAID III. Peralatan - Virtual box - Iso Ubuntu 12.04 server - Software mdadm

IV.

Langkah Kerja Pada praktek kali ini penjelasan langkah kerja dimulai dari pengaturan partisi harddisk.Setelah melakukan pengaturan bahasa , zona waktu , keyboard , hostname ,username dan password pada penginstalan selanjutnya adalah pengaturan partisi harddisk.Pada penginstalan kali ini terdapat 2 harddisk yaitu SCSI sda dan sdb [ 8.6 ] GB ATA Virtual Box Harddisk.

1. Pilih harddisk yang akan di partisi

Gambar 1.0 2. Setelah itu buat partisinya pada kedua harddisk sebagai berikut :

- Root Volume 5.1 GB Primary Beginning File system RAID Bootable flag on - Swap Volume 1 GB Primary end File system RAID Bootable flag off - Home Volume 2.5 GB Logical File system ext4 Bootable flag off

Gambar 1.1 3. Kemudian pilih Configure software RAID

Gambar 1.2

Gambar 1.3

4. Setelah itu buat MD Device yang pertama type RAID1 dan device 2 ,untuk partisi yang akan dijadikan root.

Gambar 1.4

Gambar 1.5

Gambar 1.6

5. Kemudian buat MD Device yang kedua dengan type RAID1 dan device 2 ,untuk partisi yang akan dijadikan swap.

Gambar 1.7 Maka tampilan penginstalan partisi akan seperti berikut

Gambar 1.8

6. Ketika RAID device sudah dibuat baru atur file system dan berikan mount point

Gambar 1.9

Gambar 1.10

Jika sudah selesai mengatur file system dan memberikan mount point pada RAID device,maka tampilan akan seperti berikut :

Gambar 1.11

Gambar 1.12

Gambar 1.13

Hasil kerja Gunakan aplikasi mdadm untuk melakukan pengecekan jika virtual machine sudah terinstal.

Gambar 1.14 Pada gambar 1.14 sintaks yang digunakan untuk melihat atau memastikan bahwa filesystem root sudah terdegradasi yang ditandai dengan tulisan BOOT_DEGRADED=true adalah nano /etc/initramfs-tools/conf.d/mdadm.

Gambar 1.15

Gambar 1.15 menampilkan informasi dari md0

Gambar 1.16 Gambar 1.16 menampilkan informasi dari md1

V.

Kesimpulan RAID merupakan teknologi harddisk pada server yang memberikan solusi terhadap masalah ketersediaan media penyimpanan.

You might also like