You are on page 1of 4

1

Al-Islam I (Materi-4)

NORMA & SUMBER HUKUM ISLAM Oleh: Dra. Hj. Hikmani, M.Pd. A. Hakikat Sumber Hukum dalam Islam Dalam agama samawi sumber ajarannya mutlak dari Tuhan yang bersifat doktrin dan tidak mungkin adanya campur tangan manusia. Adanya campur tangan manusia di dalam penetapan serta pencetusan sumber ajaran, berarti menghilangkan kemurnian ajaran itu sendiri, dan kebenarannya pun patut dipertanyakan. Yang dimaksud sumber dalam kajian ini adalah sumber hukum, norma, nilai dan atau ajaran Islam. Adapun sumber utama al-Islam adalah al-Quran kemudian as-Sunnah as-Shahihah. Sedangkan hasil ijtihad dapat pula dijadikan sumber al-Islam, namum ijtihad bukan sebagai sumber utama al-Islam. Sebab dia merupakan metodologi memahami substansi al-Islam yang terkandung dalam al-Quran dan as-Sunnah. B. Al QURAN, Sumber Hukum Dalam Islam Kata al-Quran secara harfiah berasal dari kata qaraa yang berarti membaca dan bentuk masdarnya (kata dasar) quran yang berarti bacaan, sesuai dengan firman Allah dalam surat 75 ayat 17-18 : Artinya : Sesungguhnya tanggungan Kami lah mengumpulkan (dalam dadamu) dan (menetapkan bacaannya (di lidahmu). Apabila telah selesai Kami membacanya, maka ikutilah bacaannya itu. Memang al-Quran diturunkan untuk dibaca, difahami, direnungkan, dan kemudian diamalkan. Adapun pengertian al-Quran secara istilah adalah Firman Allah SWT yang diwahyu kan kepada Rasul terakhir Muhammad SAW sebagai mujizat, untuk manusia dan di suruh mempelajarinya. Maksud al-Quran sebagai Firman Allah itu berarti seluruh isinya mutlak dari kalam sebagaimana sifatnya yang absolut. Al-Quran tidak bisa dimasuki unsur kalam manusia. Maka keberadaannya tetap terjaga. Definisi al-Quran yang lain dapat juga kita kemukakan pendapat Dawud al-Attar. Di mana beliau menyebutkan bahwa, Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara lafaz (lisan), makna serta gaya bahasa (uslub)-nya, yang termaktub dalam mushaf yang dinukil secara mutawatir. Definisi di atas mengandung beberapa kekhususan sebagai berikut : a. Al-Quran sebagai wahyu Allah, yaitu seluruh ayat Al-Quran adalah wahyu Allah; tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi. b. Al-Quran diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya. Artinya isi maupun redaksi Al-Quran datang dari Allah sendiri. c. Al-Quran terhimpun dalam mushaf, artinya Al-Quran tidak mencakup wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum yang kemudian disampaikan dalam bahasa Nabi sendiri. d. Al-Quran dinukil secara mutawatir, artinya Al-Quran disampaikan kepada orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Quran merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi SAW dengan menggunakan bahasa Arab, yang penukilannya disampaikan secara mutawatir, dari generasi ke generasi, hingga sampai sekarang ini, Penukilan

2 al-Quran dilakukan oleh para sahabat dengan menghafalnya dan menyampaikan ke generasi setelah mereka melalui sanad yang mutawatir. Dengan demikian otentisitas dan keabsahan al-Quran dan terpelihara sepanjang masa serta tidak akan pernah berubah. Hal dibenarkan oleh Allah dalam firman-Nya : Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr : 9) C. Nama-nama Al-Quran. Al-Quran mempunyai beberapa nama, di antaranya adalah : Al-Kitab (Kitab Allah) lihat QS. 2;2. Al-Furqan (pembeda antara yang benar dengan yang batil) lihat QS. 25;1. Az-Zikr (peringatan) lihat QS. 15;9. At-Tanzil (diturunkan) lihat QS. 26;192. Selain itu juga ada nama-nama yang lain, seperti; al-Huda (petunjuk), ar-Rahmah (kasih), al-Majid (mulia), al-Mubarak (pembawa berkah), an-Nazir (pemberi peringatan), al-Mubin (penjelas), al-Karim (yang mulia), al-Kalam (firman Tuhan), dan an-Nur (cahaya). D. Sejarah Pewahyuan Al-Quran. Sebagai wahyu Al-Quran diturunkan secara bertahap selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Yang terdiri dari 30 juz, 114 surat (dimulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nas) dan 6236 ayat (tanpa Basmalah). Metode penurunan al-Quran semacam ini mengandung nilai-nilai ilmiah serta terdapat berbagai hikmah. Misalnya segi keaktualan, ketepatan, keluasan dan kefleksibelan, sehingga mampu menjawab persoalan manusia dalam berbagai zaman. Secara rinci hikmah tersebut dapat digambarkan antara lain : a. Untuk meneguhkan hati Rasulullah SAW dengan cara mengingatkannya secara terus Menerus b. Untuk lebih memudahkan memahami dan mengamalkannya oleh pengikut-pengikut Rasulullah SAW. c. Di antara ayat-ayat itu ada yang merupakan jawaban atau penjelasan dari suatu pertanyaan atau masalah yang diajukan kepada Nabi SAW sesuai dengan keperluan. d. Hukum-hukum Allah SWT yang terkandung di dalamnya mudah diterapkan secara bertahap. e. Memudahkan penghafalan. Ayat yang pertama turun adalah surat al-Alaq ayat : 1-5, ayat ini menggambarkan betapa masyarakat Mekkah pada saat itu betul-betul berada di ujung tombak kebodohan. Ayat ini datang denga membawa misi sadar baca yang mempunyai arti luas dan mendasar untuk suatu misi kebangkitan dan kemaslahatan umat manusia. Ayat yang terakhir turun adalah surat al-Maidah ayat 3, yang menggambarkan keber hasilan misi suci Nabi Muhammad SAW dan ajaran yang dibawanya telah sempurna dan cukup untuk referensi generasi berikutnya. Ayat ini diturunkan pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah ketika Nabi SAW sedang menunaikan ibadah haji yang terakhir (haji wada) di padang Arafah ketika beliau berumur 63 tahun. Al-Quran diturunkan kepada Nabi SAW melalui berbagai cara, antara lain adalah sebagai berikut; a. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi SAW tanpa memperlihatkan wujudnya. Nabi tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya. b. Malaikat Jibril menampakkan dirinya kepada Nabi SAW sebagai seorang laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapannya, sehingga Nabi cepat mengetahui dan menghafal ayat-ayat yang disampaikannya.

3 c. Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng. d. Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wajudnya yang asli. Secara garis besar, al-Quran diturunkan di dua tempat. Pertama di Makkah atau sebelum Nabi Hijrah (pindah) ke Madinah, ayat-ayat ini disebut ayat-ayat Makkiyah yang jumlahnya sebanyak 4.726 ayat. Ayat-ayat Makkiyah lebih menitikberatkan pada aspek keimanan, sesuai dengan konteks masyarakat di waktu itu yang mengalami krisis ketauhidan. Ciri-cirinya yang lain; ayat-ayatnya pendek-pendek, dan dimulai dengan perkataan ya ayyuha an-nas (wahai manusia). Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Hafalan Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril. Setelah itu Nabi SAW segera mengumpulkan sahabatsahabatnya untuk menyampaikan wahyu yang baru diterimanya. Nabi SAW pun menyuruh para sahabat untuk menghafalkan wahyu yang diterimanya. Di samping itu, Nabi SAW juga menyuruh sahabat-sahabatnya yang pandai menulis untuk menuliskan ayat-ayat yang diturunkan. Ketika di Madinah, Nabi SAW memiliki beberapa orang juru tulis, seperti Zaid bin Sabit. Kedua, di Madinah atau sesudah Nabi Hijrah ke Madinah, ayat-ayat ini disebut ayat-ayat Madaniyah. Yang jumlah ayatnya sebanyak 1.510. Ayat-ayat Madaniyah lebih menitikberatkan pada masalah-masalah syariah serta moralitas, sesuai dengan konteks masyarakatnya yang relatif lebih memiliki keimanan yang handal. Ciricirinya yang lain; ayat-ayatnya panjang-panjang, diawali dengan perkataan ya ayyuha allazina amanu (wahai orang-orang yang beriman). E. Kandungan Al-Quran. Secara global isi (kandungan) al-Quran tercermin dalam surat al-Fatihah yang disebut sebagai Ummul Quran (induk al-Quran) meliputi; a. Masalah keimanan. b. Masalah peribadatan. c. Masalah janji dan ancaman, dan atau masalah manusia, Tuhan dan alam. (yang lain menyebutnya dengan prinsip-prinsip syariat). Kandungan al-Quran yang membahas masalah-masalah keimanan, di antaranya menyangkut tentang; iman kepada Allah SWT dengan segala sifat-sifatnya, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, imana kepada hari akhirat, dan iman kepada qada dan qadar-Nya. Kandungan al-Quran yang membahas prinsip-prinsip ibadah, antara lain tentang; shalat, zakat, puasa pada bulan Ramadhan, dan haji. Kandungan alQuran yang membahas prinsip-prinsip syariat, antara lain tentang; manusia, masyarakat, sosial, ekonomi, musyawarah, sejarah, dan hukum-hukum. F. Posisi Al-Quran sebagai Sumber Hukum. Seluruh mazhab dalam Islam sepakat bahwa al-Quran adalah sumber hukum yang paling utama, dengan kata lain, al-Quran menempati posisi awal dari tertib sumber hukum dalam berhujjah. Al-Quran dipandang sebagai sumber hukum yang utama dari sumber-sumber yang ada. Safi Hasan Abi Thalib menegaskan : Al-Quran dipandang sebagai sumber utama bagi hukum-hukum syariat. Adapun sumbersumber lainnya adalah sumber yang menyertai dan bahkan cabang dari al-Quran. Dan dari sini, jelas bahwa al-Quran menempati posisi utama dalam berargumentasi, tidak boleh pindah kepada yang lain kecuali apabila tidak ditemukan di dalamnya. Sebagai sumber ajaran Islam yang utama al-Quran diyakini berasal dari Allah dan mutlak benar. Keberadaan al-Quran sangat dibutuhkan manusia. Di kalangan Mutazilah dijumpai pendapat bahwa Tuhan wajib menurunkan al-Quran bagi manusia, karena manusia dengan segala daya yang dimilikinya tidak dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Bagi

4 Mutazilah, al-Quran berfungsi sebagai konfirmasi, yakni memperkuat pendapat-pendapat akal pikiran, dan sebagai informasi terhadap hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh akal. Di dalam al-Quran terkandung petunjuk hidup tentang berbagai hal walaupun petunjuk tersebut terkadang bersifat umum yang menghendaki penjabaran dan perincian oleh ayat lain atau oleh hadis. Petunjuk al-Quran terkadang memang bersifat global sehingga menerapkannya perlu ada pengolahan dan penalaran akal manusia, dan karena itu pula al-Quran diturunkan untuk manusia yang berakal. Dengan demikian jelas bahwa kehujjahan (argumentasi) Al-Quran sebagai wahyu tidak seorangpun mampu membantahnya di samping semua kandungan isinya tak satupun yang bertentangan dengan akal manusia sejak awal diturunkan hingga sekarang dan seterusnya. Lebihlebih di abad modern ini, di mana perkembangan sains modern sudah sampai pada puncaknya dan kebenaran Al-Quran semakin terungkap serta dapat dibuktikan secara ilmiah. Suatu hal yang perlu diingat bahwa al-Quran merupakan satu-satunya al-kitab yang paling mampu bertahan keberadaannya, keotentikan isi maupun teks-teksnya. Bahkan naskah aslinya dapat disaksikan sekarang di Baitul Quran (Musim al-Quran) di Arab. Al-Quran telah terbukti setelah lima belas abad masih utuh, aktual, semakin menarik dan tidak pernah kering bila dikaji. Isi dan sastranya yang tingggi tidak pernah tertandingi oleh siapa pun dan kapan pun. Kewajiban kita terhadap al-Quran adalah membacanya, dan mempelajari agar dipahami isi dan maksudnya. Kemudian diamalkan, menerapkan nilai-nilai yang dikandungnya, baik halhal yang berhubungan dengan sosial, individu, kepada Tuhan dan lain-lainnya. Terakhir, sebagai seorang muslim dia harus mempertahankan serta memelihara al-Quran. Pekanbaru, 17 Oktober 2011

You might also like