You are on page 1of 15

TUGAS METALURGI II PENGUJIAN METALOGRAFI BAJA 1020

Disusun oleh : Martha A. Afrianto 2710 100 021

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Metallography adalah suatu metode untuk menyelidiki struktur logam dengan menggunakan mikroskop optis dan mikroskop elektron. Struktur/gambar logam yang terlihat melalui mikroskop disebut mikro struktur. Pengamatan metalografi dengan mikroskop umumnya dibagi menjadi dua yaitu : Metalografi Makro : yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran 10100 kali Metalografi Mikro :yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran di atas 100 kali Pada gambar ini terlihat daerah lingkup ukuran mikro struktur logam yang umumnya diamati dengan mikroskop.

Dari gambar 1 ternyata bahwa penyelidikan mikro struktur tersebut berkisar antara 10-6 cm (batas kemampuan elektron mikroskop hingga 10-2 cm batas batas kemampuan mata manusia). Meskipun daerah lingkup pengamatan metallograpy ini mencakup suatu daerah yang luas (10-6 - 10-2 cm) namun demikian obyek pengamatan yang biasanya digunakan yaitu 10-5 cm atau order pembesar 5.000 - 30.000 kali untuk mikroskop electron dan 10-3 cm atau order pembesaran 100 - 1000 kali untuk mikroskop optis. I.2 Tujuan Percobaan metallography ini bertujuan untuk mengetahui struktur mikro suatu baja karbon 1020.

BAB II DASAR TEORI II.1 Metallography Pengamatan Metallography didasarkan pada perbedaan intensitas sinar pantul permukaan logam yang masuk kedalam mlkroskop sehingga terjadi gambar yang berbeda (gelap, agak terang, terang). Apabila terhadap permukaan logam yang telah dihaluskan (polish) dicelupkan kedalam suatu media kimia (etsa), maka permukaan logam tersebut akan dilarutkan. Mikro struktur yang berbeda akan dilarutkan dengan kecepatan yang berbeda sehingga meninggalkan bekas permukaan dengan orientasi sudut yang berbeda pula. Dengan demikian apabila seberkas sinar dikenakan pada permukaan logam yang telah di test maka sinar tersebut akan dipantulkan sesuai dengan orientasi sudut permukaan yang terkena.

Agar permukaan logam dapat diamati secara metallography maka terhadap permukaan tersebut. Terlebih dahulu dilakukan persiapan berikut : 1. Pemotongan spesimen 2. Mounting spesimen (bila diperlukan) 3. Grinding dan polishing 4. Etsa.

Setelah permukaan spesimen dietsa maka spesimen tersebut siap untuk diamati dibawah mikroskop dan pengambilan foto metallography. II.2 Baja Karbon Menurut komposisi kimianya baja dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu baja karbon (baja tanpa paduan, plain carbon steel dan baja paduan) Baja karbon bukan berarti baja yang sama sekali tidak mengandung sejumlah unsur lain selain besi dan karbon. Baja karbon masih mengandung sejumlah unsur lain, tetapi masih dalam batas batas tertentu yang tidak banyak berpengaruh terhadap sifatnya. Unsur unsur ini biasanya merupakan ikutan yang berasal dari proses pembuatan besi / baja seperti mangan dan silicon, dan beberapa unsur pengotor seperti belerang, phosphor, oksigen, nitrogen, dan lain lain yang biasanya ditekan sampai kadar sangat kecil. Umumnya baja karbon (Plain Carbon Steel) diklasifikasikan menjadi baja karbon rendah, baja karbon menengah, baja karbon tinggi. Baja karbon rendah (Low Carbon Steel / Mild Steel), kadar karbon sampai 0,3%. Strukturnya terdiri dari ferrit dan sedikit perlit, sehingga baja ini kekuatanya relative rendah, linak, tetapi keuletannya tinggi, mudah dibentuk dan dimachining. Baja ini tidak dapat dikeraskan (kecuali dengan pengerasan permukaan). Baja karbon menengah (Medium Carbon Steel), kadar karbon 0.3% 0,7%. Masih terdiri dari ferrit dan perlit juga, dengan perlit cukup banyak, sehingga baja ini lebih kuat dank eras serta dapat dikeraskan, tetapi getas. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel), kadar karbon lebih dari 0,7% lebih kuat dan lebih keras lagi, tetapi keuletan dan ketangguhannya rendah.

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada uji metalografi adalah spesimen baja karbon AISI 1020 III.1.2 Peralatan Peralatan yang digunakan pada kerja bangku antara lain: 1. 2. Alat Pemotong Hand grinding dengan kertas gosok masing-masing grid 180, 240, 400,

600, 800, 1000, 1500, 2000


3. 4. Etching reagen antara lain Nital (NaOH,HNO3) Mikroskop optis dengan kamera pengambil foto metalografi sampai 500 kali 5. 6. 7. Resin dan katalis Metalpolish Kain Beludru

III.2 Prosedur Kerja

Untuk mengetahui struktur mikro pastinya harus dilakukan preparasi spesimen dengan cara : 1. Pemotongan Spesimen Menurut ketentuan ukuran spesimen mempunyai luas permukaan antara s/d 1 in2 atau diameter s/d 1 in. Dengan alasan lebih kecil atau lebih besar dari ketentuan diatas akan sulit pada proses grinding dan polishingnya. Cara memotong spesimen sedemikian rupa sehingga permukaanya harus rata dan harus untuk menudahkan proses grinding dan polishingnya. Bila setelah dipotong, spesimen belum rata, dapat dikikir atau digerinda duduk untuk menghaluskan spesimen tersebut. Proses pemotongan ini harus dilakukan dengan disiram

menggunakan media pendingin misalnya air. Untuk menghidari rusaknya struktur kristal dari spesimen akibat overheating (panas yang timbul selama pemotongan), juga harus dihindari kerusakan spesimen karena sebab - sebab mekanis atau sebab-sebab lainnya. 2. Mounting spesimen Mounting yang dipilih pada spesimen ini adalah dengan menggunakan resin. Tujuan dimounting adalah untuk memudahkan pemegangan spesimen dalam proses grinding dan polishing juga menghindarkan panas pada tangan akibat spesimen yang panas karena gesekan. Spesimen yang telah dipotong sesuai ukuran, dimasukkan ke cetakan resin. Resin diracik dengan menuangkan beberapa resin secukupnya pada wadah yang lain. Kemudian ditambahkan katalis

secukupnya. Diaduk sampai rata, langsung dituang kedalam cetakan yang sudah ada spesimennya. Ditunggu sampai resin mengeras. Setelah mengeras, spesimen yang sudah diresin dapat dikeluarkan dari cetakan. 3. Grinding dan Polishing Setelah spesimen diresin, spesimen mudah untuk dipegang dan tidak akan panas saat digrinding dan polishing. Spesimen digosok pada hand grinder, kalau permukaannya masih kasar digosok lebih dahulu dengan kertas gosok dengan grid 180 dan 240. Hand grinding dilakukan untuk kertas gosok dengan grid di bawah 1000 yaitu 180, 240, 400, 600, 800. Untuk grid 1000, 1500, 2000 menggunakan mesin grinding. Spesimen ditelungkupkan dan digosokkan pada kertas gosok yang dialiri air. Gerakan penggosokkannya menjauh dan mendekat (maju-mundur) terhadap operator (penggosok) Setelah terjadi garis-garis goresan yang sejajar dan merata spesimen dicuci dengan air, sebelum digosokkan pada kertas gosok grid berikutnya. Untuk pindah ke grid selanjutnya, arah garis garis goresannya harus saling tegak lurus dengan sebelumnya, artinya goresan dari grid 240 goresan dengan grid 400 dan seterusnya.

Setelah melalui Grinding process sampai kehalusan 2000 grid, permukaan spesimen dicuci dengan air dan alkohol kemudian dikeringkan dengan soft tissue.

Kemudian di polish dengan menggunakan beludru yang di pasang pada mesin polishing. Spesimen diolesi dengan metalpolish agar mengkilat. Kemudian di polish.

4. Mengetsa (Etching) Proses etsa digunakan untuk mendapatkan ganbaran yang nyata dari struktur logam melalui mikroskop metallurgi. Dilakukan dengan cara mencelup tissue ke larutan nital (campuran NaOH dengan HNO3 dengan perbandingan 3:1). Setelah itu tissue yang basah tersebut di usapkan ke permukaan spesimen kurang lebih 4 kali pengusapan. Jika terlalu lama diusap maka spesimen akan gosong karena korosinya terlalu dalam. Mengetching merupakan mengkorosikan spesimen. Korosi yang kita perlukan hanya sampai batas butir. Oleh karena itu tidak boleh terlalu lama proses pencelupannya. Dietching dapat mengkorosikan tepat sampai batas butir karena batas butir merupakan tempat yang mempunyai tegangan yang paling tinggi sehingga energinya paling tinggi oleh karena itu akan 5. Pengamatan Metallography dan Pengambilan Foto Spesimen yang telah di etsa selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 50x, 100x, 200x, dan 500x. Kemudian dilakukan pengambilan (pemotretan) foto metallography. Saat pengambailan foto dicari daerah yang bagus dan fokus untuk mempermudah pengamatan.

III.3Hasil Pengujian

Gambar 1 : perbesarn 20 kali

Gambar 2 : perbesarn 50 kali

Gambar 3 : perbesarn 100 kali

Baja karbon rendah atau sangat rendah, seperti telah dijelaskan sebelumnya, banyak digunakan untuk proses pembentukan logam lembaran, misalnya untuk badan dan rangka kendaraan serta komponen - komponen otomotif lainnya. Baja jenis ini dibuat dan diaplikasikan dengan mengeksploitasi sifat-sifat ferrite. Ferrite adalah salah satu fasa penting di dalam baja yang bersifat lunak dan ulet. Baja karbon rendah umumnya memiliki kadar karbon di bawah

komposisi eutectoid dan memiliki struktur mikro hampir seluruhnya ferrite. Pada lembaran baja kadar karbon sangat rendah atau ultra rendah, jumlah atom karbonnya bahkan masih berada dalam batas kelarutannya pada larutan padat ferrite seluruhnya hingga batas kelarutannya di dalam larutan padat ferrite, penambahan karbon berpengaruh terhadap sifat-sifat mekanik lembaran. Pada kadar karbon lebih tinggi akan mulai terbentuk endapan cementite atau fase pearlite pada batas butirnya sebagaimana terlihat pada Gambar 3-7. Fasa-fasa padat yang ada didalam baja :

a. Ferit (alpha) : merupakan sel satuan (susunan atom-atom yang paling kecil dan teratur) berupa Body Centered Cubic (BCC=kubus pusat badan), Ferit ini mempunyai sifat : magnetis, agak ulet, agak kuat, dll. b. Austenit : merupakan sel satuan yang berupa Face Centered Cubic (FCC = kubus pusat muka), Austenit ini mempunyai sifat : Non magnetis, ulet, dll. c. Sementid (besi karbida) : merupakan sel satuan yang berupa orthorombik, Semented ini mempunyai sifat : keras dan getas. d. Perlit : adalah suatu campuran lamellar dari ferrite dan cementite. Konstituen ini terbentuk dari dekomposisi Austenite melalui reaksi eutectoid pada keadaan setimbang, di mana lapisan ferrite dan cementite terbentuk secara bergantian untuk menjaga keadaan kesetimbangan komposisi eutectoid. Pearlite memiliki struktur yang lebih keras daripada ferrite, yang terutama disebabkan oleh adanya fase cementite atau carbide dalam bentuk lamel-lamel. e. Delta : merupakan sel satuan yang berupa Body Centered Cubic (BCC=kubus pusat badan).

Tabel Komposisi Kimia AISI 1020

Tabel Sifat Mekanik AISI 1020

BAB IV

PEMBAHASAN Pengujian metallography ini bertujuan untuk mengetahui struktur mikro pada suatu baja karbon AISI 1020. Spesimen yang digunakan adalah baja AISI 1020 yang merupakan bagian dari baja karbon menengah. Berikut ini gambar spesimen yang sudah digrinding ,dipolishing, dan sudah dietsa

Ferrit

Perlit

Gambar 7: salah satu spesimen baja AISI 1020 (perbesaran 50 kali)

1.

Baja karbon rendah/ low carbon steel/ mild stell : Kandungan C = 0.1 0.2% Penggunaan untuk bahan konstruksi, seperti : Besi plat Besi strip Besi siku Besi beton, dll

Gambar 8: Stuktur mikro AISI 1020 perbesaran 200x

Berdasarkan perhitungan didapatkan struktur mikro 89,88% perlit dan 10,12 % cementit. Untuk mengetahui kadar karbon dapat dilakukan perhitungan menggunakan Lever Rule sebagai berikut :

Perlit (P)

Karbon (X) Cementit (C)

Perlit = C-X C-P

0,8988 = 6,67-X 6,67-0,8

5,275956 =6,67-X

X =6,67-5,275956 X = 1,39 %

Jadi kadar karbon dalam spesimen mata bor yang dilakukan uji metalografi sebesar 1,39%. Dari gambar diatas diketahui bahwa pada perbesaran 200x dan 500x struktur mikro yang terlihaat adalah pelit dan cementit. Perlitnya jumlahnya sangat banyak sekali hampir mendominasi struktur mikro. Cementitnya berada kecil kecil tersebar merata pada setiap tempat. Ada juga beberapa cememtit yang besar mengumpul pada suatu tempat, tetapi tidak banyak. Jumlah perlit yang sangat banyak merata pada struktur mikro ini menunjukkan ciri dari baja dengan kadar karbon tinggi. Hal ini sesuai dengan baja perkakas yang memiliki kadar karbon tinggi (sekitar 1% C). Dengan banyaknya karbon pada baja maka struktur yang terbentuk akan banyak perlitnya, sehingga kekerasanya akan tinggi. Hal ini sesuai dengan spesifikasi dari baja perkakas sendiri yang membutuhkan kekerasan yang tinggi. Cementit yan terbentuk jumlahya cukup banyak, terlihat dari gambar diatas meskipun bentuknya kecil- kecil. Dengan adanya cementit pada baja maka sifat baja akan menjadi sangat keras dan getas seperti sifat cementit itu sendiri. Dengan adanya cementit ini juga akan menambah kontribusi untuk meningkatkan kekerasan pada baja. Dengan demikian kombinasi dari perlit dan sementit akan menghasilkan kekerasan yang sangat tinggi cocok digunakan sebagi alat perkakas, seperti mata bor pada spesimen yang digunakan.

Mata bor merupakan alat yang digunakan dalam kondisi kecepatan tinggi. Oleh karena itu rentan terjadi penurunan kekerasan bila digunakan pada temperatur tinggi. Pada komposisi dari baja perkakas berkecepatan tinggi (HSS/ High Speed Steel) mengandung wolfram atau molybdenum. Penambahan unsur W atau Mo ini digunakan untuk menghasilkan sifat red hardness yakni sifat kekerasan pada temperatur tinggi pada baja perkakas. Unsur W atau Mo ini merupakan carbide former dan carbide stabilizer, pembentuk dan penstabil karbida. Jadi dengan adanya W atau Mo dalam baja akan membuat karbida yang terbentuk dalam baja tidak mudah terurai dalam temperatur tinggi sehingga kekerasannya tidak turun akibat tidak adanya karbida yang terurai. Dengan kadar karbon tinggi, menghasilkan banyak perlit pada struktur mikro. Kombinasi banyaknya perlit dan cementit pada baja akan membuat baja sangat keras. Dan dengan penambahan unsur W atau Mo akan menstabilkan karbida pada temperatur tinggi sehingga kekerasan yang terbentuk tetap tinggi walau digunakan pada temperatur tinggi. Sesuai dengan spesifikasi dari baja perkakas yang dalam hal ini adalah mata bor.

You might also like