You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Dalam setiap kegiatan pendidikan tidak akan bisah dipisahkan dari kegiatan evaluasi, tanpa ada evaluasi tidak mungkin akan diketahui hasil usaha pendidikan maka semua kegiatan pendidikan hanya sia-sia belaka, karena kita tidak pernah mengetahui apakah pendidikan yang kita lakukan berhasil atau tidak, baik atau buruk, lulus atau tidak lulus. Evaluasi adalah kegiatan akhir yang harus dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi oleh peserta didiknya, atau bisa juga evaluasi diartikan sebagai sebuah proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Mengevaluasi dapat diumpamakan sebagai pekerjaan memotret. Gambar potret atau foto dikatakan baik apabila sesuai dengan aslinya (bukan lebih baik dari aslinya seperti dikatakan oleh iklan). Gambar pemotretan hasil evaluasi tersebut di dslm kegiatan evaluasi dikenal dengan data evaluasi. Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Agar dapat diperoleh data yang valid, instrument atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Jika pernyataan tersebut dibalik,instruman evaluasi dituntut untuk valid karena diinginkan dapat diperoleh data yang valid. Dengan kata lain, instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi valid. Dalam pembicaraan ini akan dikemukakan adanya dua jenis validitas.validitas pertama menyangkut soal secara keseluruhan yang akan dibahas pada bagian awal bab ini. Sesudah selesai, diusul pembahasan validitas kesua, yakni validitas yang menyangkut butir soal atau item dan validitas factor yang menyangkut bagian materi. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari validitas? 2. Apa saja macam-macam validitas?

3. Bagaimana cara mengetahui validitas alat ukur? C. TUJUAN 1. Dapat menjelaskan pengertian validitas 2. Mengetahui macam-macam validitas 3. Dapat menjelaskan cara mengetahui validitas alat ukur

BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Validitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan hukum. Menurut Diknas bahwa validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Sedangkan menurut Wiki pedia Indonesia diterjemahkan , kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan demikian kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga kata valid dapat diartikan ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan. Menurut Anas Sujiono apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur maka tes dikatakan valid adalah apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian , Retno mengemukakan tiga pokok pengertian yang bisa digunakan sebagai berikut : a. Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu alat tes atau alat evaluasi, dan tidak menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar tidak valid. b. Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat), sehingga istilah yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada yang disebut validitasnya tinggi, sedang dan rendah. c. Validitas selalu dibatasi pada pengkususannya dalam penggunaan dan tidak pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah validitasnya untuk mengukur berfikir matematis dan sedang validitasnya untuk meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran amate-matik yang akan datang. Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut. 1. Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel. 2. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang akan datang. 3. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut. Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat untuk mengukur); mengukur apa yang harus diukur atau ditimbang. Timbangan inilah merupakan alat ukur yang valid dalam suatu kasus yang membutuhkan jawaban. Suatu penelitian yang melibatkan variabel yang tidak bisa diukur secara
4

langsung, maka masalah validitas menjadi tidak sederhana. Karena di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris. Bagaimanapun tidak sederhananya suatu instrumen penelitian, harus valid, agar hasilnya dapat dipercaya. Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari apa yang kita inginkan. Jika pada suatu kesempatan kita ingin memperoleh tinggi suatu meja, penggaris merupakan alat ukur yang valid, karena dengan alat ini kita akan dapatkan berapa centi meter tinggi meja tersebut. Meteran gulung juga alat yang valid. Selain itu, pengukuran dengan jengkal tangan juga merupakan cara yang bisa dilakukan. Namun tidak demikian halnya jika kita gunakan termometer badan. Bagaimana kita bisa memperoleh tinggi meja hanya dengan sebuah termometer. B. Macam- macam Validitas Di dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis olleh Scarvia B. Anderson dan kawan- kawan disebutkan: A test is valid if it measures what it purpose to measure. Atau jika diartikan lebih kurang demikian: sebuah tes diakatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia valid disebut dengan istialah sahih Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditentukan pada tes itu sendiri tetapi pada hasil pengetesan atau skornya. Contoh: Skor yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan menunjukkan kemampuan seseorang dalam memegang dan memperbaiki mobil, bukan pengetahuan orang tersebut dalam hal yang berkaiatan dengan mobil. Tes yang mengukur pengetahuan tentang mobil bukanlah tes yang sahih untuk mekanik.

Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). Dua hal inilah yang dijadikan dasar pengelompokan validitas tes. Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris. a. Validitas Logis Istilah validitas logismengandung kata logis yang berasal dari kata logika, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrument evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirangcang dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebagaiman pelaksanaan tugas lain misalnya membuat sebuah karangan, jika penulis sudah mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik. Berdasarkan penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut kita dapat memahami bahwa validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demekian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun. Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu:validitas isi dan validitas konstrak (construct valididity)validita isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Selanjutnya validitas konstrak sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak aspek aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Penjelasan lebih jauh tentang kedua jenis validitas logis ini akan diberikan berturut- turut dalam membahas jenis- jenis validitas instrumen nanti.

b. Validitas Empiris Istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari- hari, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahawa orang tersebut memeng jujur. Contoh lain, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut banyak menghasilakan ide- ide baru yang diakui berbeda dari halhal yang sudah ada. Dari penjelasan dan contoh- contoh tersebut diakui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdassarkan ketentuan seperti halnya validitas logos, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman. Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mrnguji bahwa sebuah instrumen memang valid. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan kriterium atau sebuah ukuran. Kriterium yang digunakan sebagai pembanding kondisi instrumen dimaksud ada dua, yakni: yang sudah tersedia dan yang belum ada tetepi akan terjadi di waktu yang akan dating. Bagi instruman yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudah tesedia, yang sudah ada, disebut memiliki validitas ada sekarang , yang dlam istilah bahas inggris desebut memiliki concurrent validity. Selanjutnya instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi, disebut memiliki validitas ramalan atau validitas prediksi, yang istilah dalam bahas inggris disebut memiliki predictive validity. Dari uraian adanya dua jenis validitas, yakni validitas logis yang ada dua macam, dan validitas empiris, yang juga ada dua macam, maka secara keseluruhan kita mengenal adanya empat validitas, yaitu: (1) validitas isi, (2) validitas konstrak, (3) validitas ada sekarang, (4) validitas predictive. Dua yang pertama, yakni (1) dan (2) dicapai melalui penyusunan bedasarkan ketentuan atau teori, sedangkan dua berikutnya, yakni (3) dan (4) dicapai atau diketahui sesudah dibuktikan melalui pengalaman.

Adapun penjelasan masing- masing validitas adalah sebagai berikut. 1) Validitas isi (content validity) Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kulikuler. Validitas isi dapat diuasahakan sejak saat penyusunan dengan cara memerinci materi kurikulum atau materi, buku pelajaran. Bagaimana cara merincikan matari untuk kepentingan diperolehnya validitas isi sebuah tes akan dibicaran secara lebih mendalam pada waktu menjelaskan cara penyusunan tes. 2) Validitas konstruksi (construct validity) Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butirbutir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berfikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berfikir yang menjadi tujuan instruksional. Sebagai contoh jika rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) : siswa dapat membandingkan antar efek biologis dan efek psikologis , maka butir soal pada tes merupakan perintah agar siswa membedakan antar dua efek tersebut. Sekarang TIK dikenal dengan Indikator. Konstruksi dalam penertian ini bukanlah susunan seperti yang sering dijumpai dalam teknik, tetapi merupakan rekaan psikologis, yaitu suatu rekaan yang dibuat oleh para ahli ILmu jiwa dengan suatu cara tertentu memerinci isi jiwa atas beberapa aspek seperti: ingatan (pengetahuan), pemahaman, aplikasi, dan seterusnya. Dalam hal ini, mereka menganggap seolah- olah jiwa dapt dibagi- bagi tetapi sebenarnya tidak demikian pembagian ini hanya merupakan tindakan sementara untuk mempermudah pembelajaran. Seperti halnya validitas isi, validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan

setiap aspek dalam TIK. Pengerjaanya dilakukan berdasarkan logika bukan pengalaman. Dalam pembicaraan mengenai penyusunan tes hal ini akan disinggung lagi. 3) Validitas ada sekarang (concurrent validity) Validitas ini lebih umum diknal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika halnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah sesuai tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini, hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent) Dalam pembandingan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan. Untuk jelasnya dibawah ini dikemukakan sebuah conto. Misalnya, seorang guru ingin megetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterrium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Miasalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatuf yang lalu. 4) Validitas prediksi (predictive validity) Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu hal yang akan dating jadi sekarang belum terjadi sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating. Misalnya, tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan dating. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan mengikuti kuliah. Jika nilai tesnya tinggi tentu menjamin keberhasilannya kelak. Sebaliknya, seorang calon dikatakan tidak lulus tes karena memiliki nilai tes yang rendah jadi diperkirakan akan tidak mampu mengikui perkuliahan yang akan datang.

Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalh nilai- nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dahulu idak memiliki validitas prediksi. C. Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur Sekali lagi, diulangi bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil res tersebut dengan ktiterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment ada 2 (dua)macam, yaitu: a. Korelasi product moment dengan simpangan, dan b. Korelasi product moment dengan angka kasar. Rumus kolerasi product moment dengan simpangan: Contoh perhitungan : Misalkan akan menghitung validitas tes presentasi belajar matematika.sebagai kriterium diambil rata- rata ulangan yang akan dicari validitasnya diberi kode X dan rata- rata nilai harian diberi kode Y. kemudian dibuat table persiapan sebagai berikut. TABEL PERSIAPAN UNTUK MENCARI VALIDITAS TES PRESENTASI MATEMATIKA No 1. 2. Nama Nadia Susi X 6,5 7 Y 6,3 6,8 X 0 + 0,5 Y -0,1 +0,4 0,0 0,25 0,01 0,16 Xy 0,0 +0,2

10

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Cecep Erma Dian Asmara Siswoyo Jihad Yana Lina Jumlah

7,5 7 6 6 5,5 6,5 7 6 65,5

7,2 6,8 7 6,2 5,1 6 6,5 5,9 63,8

+ 1,0 + 0,5 -0,5 -0,5 -1,0 0 +0,5 -0,5

+0,8 +0,4 +0,6 -0,2 -1,3 -0,4 +0,1 -0,6

1,0 0,25 0,25 0,25 1,0 0,0 0,25 0,25 3,5

0,64 0,16 0,36 0,04 1,69 0,16 0,01 0,39 3,59

+0,8 +0.2 -0,3 +0,1 +1,3 0,0 +0,05 +0,3 2,65

Dimasukkan ke rumus Indeks kolerasi antara X dan Y inilah indeks validitas soal yang dicari. Rumus kolerrasi product moment dengan angka kasar: Dimana:

= koefisien kolerasi antara variable X dan variable Y, dua variable yang dikolerasikan Dengan menggunakan data hasil tes prestasi matematika diatas kiri dihitung dengan rumus kolerasi product moment dengan angk kasar yang table persiapannya sebagai berikut: No 1. 2. 3. 4. 5. Nama Nadia Susi Cecep Erna Dian X 6,2 7 7,5 7 6 Y 6,26,3 6,8 7,2 6,8 7 42,25 49 56,25 49 36 39,69 46,24 51,84 46,24 49 Xy 40,95 47,6 54,0 47,6 42

11

6. 7. 8. 9. 10.

Asmara Siswoyo Jihad Yana Lina Jumlah

6 5,5 6,5 7 6 65,0

6,2 5,1 6 6,5 5,9 63,8

36 30,25 42,25 49 36 426,0

38,44 26,01 45,5 36 34,81 410,81

37,2 28,08 39 45,5 35,4 417,3

Dimasukkan ke dalam rumus:

Jika diperbandingkan dengan validitas soal yang dihitung dengan rumus simpangan, ternyata terdapat perbedaan sebesar 0,003, lebih besar dihitung dengan rumus simpangan. Hal ini wajar karena dalam mengerjakan perkalian dan penjumlahan jika diperoleh 3 atau angaka di belakang koma dilakukan pembulatan keatas. Perbedan ini sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Untuk memperjelas pengertian tersebut dapat disampaikan keterangan sebagai berikut. Kolerasi positif menujukkan adanya hubungan sejajar antara dua hal. Misalnya, hal pertama nilainya baik, hal kedua ikut naik. Sebaliknya jika hal pertama turun, yang kedua ikut turun. IPA Matematika : 2, :4, 3, 5, 5, 6, 7, 8, 4, 5, 3, 4, 2 3

Kondisi nilai matematika sejajar dengan nilai IPA karena naikmdan turunya nilai matematika mengikuti naik dan turunya nialai IPA. Coba perhatikan! Kolerasi negative menujukkan adanya hubungan kebalikan antara dua hal, misalnya, hal pertama nilainya naik, justru yang kedu turun. Sebaliknya jika yang pertama turun, yang kedua naik. Contoh kolerasi negative antara bahasa Indinesia dengan matematika.

12

Bahasa Indonesia Matematika

: :

5, 8,

6, 7,

8, 5,

4, 1,

3, 2,

2 3

Keadaan hubungan antara dua hal yang kitaa jumpai dalam kehidupan sehari- hari tidak hanya selalu positif atau negative saja, tetapi mungkin 0. Besarnya kolerasi pun tidak menentu. Coba cermatilah bagaimana hubungan antara dua nialai mata pelajaran A dan B berikut ini. Contoh kolerasi tidak tentu. Nilai A Nilai B : : 5, 4, 6, 4, 4, 3, 7, 7, 3, 4, 8, 9, 7 4

Keadaan kedua nilai tersebut jika dihitung dengan rumus kolerasi mungkin positif mungkin negative. Coba hitunglah! Koefisien kolerasi selalu terdapat antara 1,00 sampai + 1,00. Namun karena dalam mengitung sering dilakukan pembulatan angka- angka, sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negative menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menujukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien kolerasi adalah sebagai berikut: Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat tinggi : tinggi :cukup :rendah : sangat rendah

Penafsiran harga koefisien kolerasi ada 2 (dua) cara, yaiitu: 1. Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan misalkan kolerasi tinggi, cukup, dan sebagainya. 2. Dengan konsultasi ke tabel harga kriti r product moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya kolerasi tersebut. Jika harga r lebih kecil dari harga kritik tabel, maka kolerasi tersebut tidak segnifikan . begitu juga arti sebaliknya.

13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. 2. Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris. 3. Dari uraian adanya dua jenis validitas, yakni validitas logis yang ada dua macam dan validitas empiris, yang juga ada dua macam, maka secara keseluruhan kita mengenal adanya empat validitas, yaitu: (1) validitas isi, (2) validitas konstrak, (3) validitas ada sekarang, (4) validitas predictive. Dua yang pertama, yakni (1) dan (2) dicapai melalui penyusunan bedasarkan ketentuan atau teori, sedangkan dua berikutnya, yakni (3) dan (4) dicapai atau diketahui sesudah dibuktikan melalui pengalaman. 4. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment ada 2 (dua)macam, yaitu: c. Korelasi product moment dengan simpangan, dan d. Korelasi product moment dengan angka kasar. Rumus kolerasi product moment dengan simpangan:

B. Saran Demikianlah pembahasan tentang validitas dalam artian bahwa tugas kita masih panjang untuk mencari langkah- langkah perbaikan masa yang akan datang sehingga pendidikan kita lebih baik untuk masa yang akan datang, tentunya makalah ini masih ada kekurangan perlu perbaikan agar bisa dimanfaatkan, terima kasih

14

DAFTAR PUSTAKA
http://marasai.blogspot.com/2009/03/makalah-evaluasi-pendidikan.html

Arikunto, Suharsimi. 2012.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi ke-2). Jakarta: PT Bumi Aksara

15

You might also like