You are on page 1of 3

Insan Adabi

Human capital development in Islam is centrally rooted in education, whose purpose is not merely to produce a good citizen, nor a good worker, but a good man. Terjemahan bebas: Pengembangan daya-hidup manusia menurut ajaran Islam pada dasarnya bermula dari pendidikan, yang tujuannya bukan hanya menghasilkan abdi negara yang baik, maupun pekerja yang baik, namun manusia yang baik. [Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, Dewesternization and Islamization: Their Epistemic Framework and Final Purpose, 2009: 9].

A. Latar Belakang Kalangan muda Muslim kini terlihat seolah-olah tidak mengetahui model manusia ideal menurut ajaran Islam. Mereka terjebak pada budaya populer yang menjanjikan kemasyuran dan kehidupan bergelimangan harta-benda. Banyak kalangan muda Muslim yang terjerat dengan tipu-daya dan hasutan media massa. Mereka mengidolakan figur-figur yang menurut ajaran Islam bukanlah merupakan suri tauladan yang baik. Seorang penyanyi yang merupakan pelaku perzinahan dijadikan idola, kelompok penyanyi perempuan yang gemar mengumbar aurat dijadikan idola, bahkan lelaki yang bertingkah seperti perempuan (waria) pun dijadikan idola. Dunia yang ditinggali kalangan muda Muslim kini adalah dunia yang tidak akrab dengan ajaran Islam, maka wajar jika kalangan muda Muslim jauh dari nilai-nilai Islami. Mereka haruslah diperkenalkan kembali dengan ajaran-ajaran luhur Islam, salah satunya adalah konsepsi Islam tentang insan adabi.

B. Insan Adabi Adab merupakan konsep yang penting dalam ajaran Islam tentang pendidikan. Definisi adab adalah pengakuan dan pemahaman akan kenyataan bahwa pengetahuan (ilm) dan segala ciptaan berada pada susunan bertingkat dan memiliki kedudukan tertentu, baik dalam kapasitas fisik, intelektual, spiritual, maupun potensinya. Oleh karena itu insan adabi adalah manusia yang menyadari dan melaksanakan tanggungjawabnya sebagai manusia di hadapan Tuhan,

tanggungjawabnya pada diri sendiri, dan tanggungjawabnya pada manusia lain secara adil serta terus-menerus berusaha mengembangkan diri menuju pada kesempurnaan adab. Insan adabi bukan sekedar manusia yang pandai bersopan-santun dan konsep adab tidak sama dengan sopan-santun. Konsep adab lebih luas dan lebih mendalam dari konsep sopan-santun. Jika adab hanya dimaknai sebagai sopan-santun, maka bisa-bisa ada orang yang menyatakan Nabi Ibrohim a.s. sebagai orang yang tidak beradab, karena berani menyatakan kepada ayahnya, Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata. (Quran Surat Al-Anaam [6]: Ayat 74). Bisa jadi, jika hanya berdasarkan sopan-santun, tindakan mencegah kemunkaran (nahyu anil munkar) akan dikatakan sebagai tindakan tidak beradab. Adab menekankan pengakuan atas struktur realitas. Konsep struktur dalam ajaran Islam sangat penting karena dapat menghindarkan manusia dari kekacauan pengetahuan (confusion of knowledge), keruntuhan adab (loss of adab) dan munculnya pemimpin yang tidak cakap serta jahat (rise of unqualified and false leader). Konsep adab pada dasarnya merumuskan apa yang utama dan apa yang mesti didahulukan. Jadi sama sekali tidak terkait dengan rasisme maupun diskriminasi. Dari aspek pengetahuan, konsep adab menghasilkan pembagian pengetahuan menjadi ilmu fardhu ain dan ilmu fardhu kifayah. Ilmu fardhu ain adalah ilmu yang wajib dikuasai oleh setiap muslim (seperti tata cara ibadah yang benar dan cara membaca Quran yang benar), sedangkan ilmu fardhu kifayah adalah ilmu yang harus dipelajari umat muslim ketika yang bersangkutan telah menguasai secara tuntas dan benar ilmu fardhu ain (seperti ilmu ekonomi, kimia, fisika, biologi, metematika, dan ilmu-ilmu praktis lainnya untuk menunjang aktivitas kehidupan). Dari aspek hubungan antar sesama manusia, konsep adab melahirkan semangat kesetaraan yang adil. Dalam Quran dinyatakan, Adil itu lebih dekat kepada taqwa. (Quran Surat Al-Maaidah [5]: Ayat 8). Berdasarkan konsep adab, pengakuan akan keluhuran manusia tidak hanya dinilai dari kriteria seperti jabatan, kekayaan dan garis keturunan, namun pada seberapa mampu manusia yang bersangkutan dapat menempatkan segala sesuatu sesuai pada tempatnya yang layak (berlaku adil).

C. Pendidikan untuk Membentuk Insan Adabi Konsep tadib jika dipahami secara memadai dan diterapkan secara layak merupakan konsepsi Islam tentang pendidikan yang lebih tepat daripada talim maupun tarbiyah. Konsep tadib merangkum struktur konsep dari elemen-elemen pengetahuan (ilm), pengarahan (talim) dan pembinaan (tarbiyah). Tadib secara konseptual memadukan antara pengetahuan yang benar (ilmu) dengan tindakan yang layak (amal) dengan berdasarkan pada struktur realitas menurut ajaran Islam. Pengetahuan manusia akan struktur realitas pada dasarnya bukanlah merupakan pengetahuan yang sama sekali baru, karena Alloh SWT sebelumnya telah mengajarkannya kepada manusia, Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda). (Quran Surat Al-Baqoroh [2]: Ayat 31). Namun karena ketidakperdulian dan arogansi manusia, mereka mengingkari akan ajaranajaran Ilahi tersebut sehingga melahirkan kekacauan dalam memahami fenomena dan hakikat kehidupan. Yang benar dianggap salah, yang salah dianggap benar. Yang sepele diutamakan, yang utama disepelakan. Strategi Barat untuk mengendalikan dan menguasai umat Islam adalah dengan merusak konsep struktur realitas dalam ajaran Islam. Tanpa adanya struktur, maka Tuhan tidak lagi penting, wahyu tak lagi penting, bahkan agama tak lagi penting karena segala hal dianggap sama, sejajar, tak memiliki keutamaan. Konsep tadib yang menekankan pada kesadaran akan adanya struktur realitas jika dipahami secara memadai dan dilaksanakan secara layak mampu menghalau serta memperlemah pengaruh jahat pemikiran dan kebudayaan Barat. Wallohu alam.

[Tulisan ini merupakan ulasan atas makalah Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud yang berjudul Dewesternization and Islamization: Their Epistemic Framework and Final Purpose, yang dipresentasikan pada The International Conference on Islamic University Education in Russia and its Surrounding Areas, Kazan, Tatarstan, Russia 27-30 September 2009]

You might also like