You are on page 1of 13

KINERJA KOLOM BETON PADA BANGUNAN EKSlSTlNG Dl SEMARANG (VERIFIKASI TERHADAP KETENTUAN SNI) (THE PERFORMANCE OF THE EXISTING

BUILDING CONCRETE COLUMNS IN SEMARANG; A VERlFlCATlON TO THE SNI PROVISION)

~ n t o n i u s ' Yannu Muzayanah dan W. Agung Yusmartanto 8 ,

ABSTRAK Makalah ini berisi suatu kajian mengenai kinerja bangunan yang terbuat dari stmktur beton bertulang eksisting (yang telah berdiri) yang berada pada zona gempa. Pembahasan dititikberatkan pada perilaku elemen struktur yang langsung menerima energi getaran akibat gempa yaitu struktur kolom. Beberapa karakteristik dalam aspek desain kolom agar mempunyai ketahanan terhadap beban gempa dikaji secara mendalam untuk menggambarkan bahwa betapa pentingnya desain tulangan pengekang daiam peranannya untuk menyerap energi getaran akibat gempa. Evaluasi terhadap bangunan struktur kolom eksisting dilakukan dengan meninjau karakteristik tulangan pengekang terpasang pada kolom yang kemudian diverifikasi terhadap ketentuan dalam Standar Nasional Indonesia. Perilaku kekuatan dan daktiiitas kolom juga diprediksi dengan mensimulasi keruntuhan kolom berdasarkan perilaku momen-kulvatur penampang. Kata-kata kunci: zona gempa, tulangan pengekang, daktiiitas

ABSTRACT

This paper presents the building performance which construct by using of existing reinforced concrete columns on.the seismic zones. Discussion focused on the behaviour of columns structure, the elements of building structure which directly suffered of seismic force. Several aspects of columns design characteristics, in order to have resistance to the seismic ioading, are throughiy studied lo illustrate of how important is the role of confining reinforcement to absorb the seismic energy. Evaluation on building strucfure using of existing columns are taken place by means of main characteristic parameter of confining reinforcement on column which validated with the provision on the Indonesian National Standard. Strength and ductility behaviour of columns are also predicted by using of simulation on column failure based on the moment-curvafure behaviour of sections.

Keywords: seismic zones, confining reinforcement, ductilify

' Dosen Fakuifas Teknik Universitas lslam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang
163

Alumni Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang

Jurnal PONDASI Vol. I 2 No.2 Desember 2006

I. PENDAHULUAN
1.I. Latat Belakang

bahwa betapa dahsyatnya bencana yang dapat terjadi. Untuk memenuhi keperluan perencanaan struktur bangunan, dari data rekaman gempa dari skala kecil sampai skala kuat di lndonesia selama puluhan atau ratusan tahun terakhir, telah disusun peta zona gempa untuk seluruh wilayah lndonesia (lihat gambar 1.1). Filosofi perencanaan bangunan untuk gedung berdasarkan Standar Nasional lndonesia (SNI 03-2847-2002) menentukan bahwa apabiia terjadi beban gempa yang mengenai struktur kolom, maka kolom harus dapat mempertahankan kekuatannya atau bahkan meningkat paska terlepasnya selimut beton. Untuk menjaga kondisi tersebut rnaka pada kolom harus dipasang tulangan lateral sebagai tulangan pengekang minimum dalam rasio seperti persamaan (I) dan (2).

Wilayah lndonesia berkedudukan di khatulistiwa yang terletak pada posisi benturan antara lempengan kerak bumi samudera dan kerak burni benua yang berbeda umur, jenis sehingga kondisi alamiah yang dimiliki tidak hanya mernpunyai keunggulan alam komparatif, tetapi juga rnerniliki kerawanan bencana alam yang frekuensinya tinggi. Bencana alarn tersebut diantaranya bencana gempa bumi. Gernpa burni telah mengakibatkan korban jiwa dan hancurnya infrastruktur, tidak berfungsinya fasilitas umumlpenting yang rnempengaruhi stabilitas sosial, ekonomi, politik dan bahkan keamanan. Gernpa bumi yang teijadi di daerah Yogyakarta dan sekitarnya dengan kekuatan 5,9 SR pada tanggal 27 Mei lebih 2006 5000 telah jiwa mengakibatkan kurang

meninggal. Kejadian gernpa itu menunjukkan

Gambar 1.1. Peta zona gempa lndonesia [SNI 03-1726-20021 Kinerja Kolom Beton Pada Bangunan Eksisting Di Semarang

164

untuk tulangan spiral:

1.2. Rumusan Masalah

Hampir semua gedung-gedung yang dibangun sebelum tahun 1990 maupun paska 1990-an pada dasarnya direncanakan dengan untuk tulangan lateral persegi: menggunakan peraturan gempa dan beton yang lama (yaitu PBI '71, SNI 03-1726-1989 dan SNI 03-2847-1992), dimana persyaratan Persamaan tulangan pengekang belum menjadi perhatian utama dalam desain struktur beton tahan gempa. Tulangan yang kinerja kolom dipasang kolom lateral pada lerhadap atau struktur beban tulangan kolom lateral pengekang atau yang biasa disebut sengkang mempunyai fungsi utama yaitu mengontrol (biasanya beban gempa) sehlngga daktilitas dapat dipertahankan atau kolom kekuatannya terhadap mempunyai kekuatan yang memadai untuk mempertahankan beban gempa.

(1)

dan

(2)

tersebut

dimaksudkan bahwa apabila terjadi beban gempa bangunan dapat memberi respon secara inelastik. Dalam kenyataannya, perencanaan kolom struktur beton pada bangunan selama ini sering mengabaikan ketentuan desain yang ditentukan oleh SNI tersebut [Newsletter HAKI, 20061, dan konstruksi bangunan tetap dilaksanakan sehingga pemasangan tulangan lateral hanya difungsikan sebagai pengikat tulangan longitudinal. Dengan demikian apabila terjadi gempa pada struktur bangunan yang telah berdiri akan sangat beresiko mengalami kegagalan, sebagai' akibat dari tidak adanya kekangan yang memadai dari beton inti. a. Kegagalan kolom Gempa Aceh (2004)

b. Kegagalan kolom Gempa Yogyakalta (2006)

Gambar I.2. Kegagalan kolom akibat terjadi gampa.

165

Jurnal PONDASI Vol. 12 No.2 Desember 2006

Gambar 1.2 memperlihatkan kegagalan struktur

tulangan pada pertemuan balok kolom dan penyaluran tulangan dari kolom ke pondasi bangunan tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Kegagalan struktur pada umumnya terjadi pada bangunan yang mempunyai 2 sampai dengan 3 lantai. Berdasarkan kondisi bangunan di Aceh tersebut, maka timbul pertanyaan sampai seberapa besar ketahanan struktur bangunan beton yang

kolom pada bangunan akibat gempa Aceh (2004) dan gempa Yogyakarta (2006), yang ditandai yang dengan keruntuhan seadanya, kolom atau yang disebabkan oleh pemasangan tulangan lateral terkesan biasanya diseragamkan dan tidak didesain agar mampu menyerap energi gempa yang tejadi. Berdasarkan data keruntuhan yang terjadi akibat kejadian gempa diketahui bahwa pada umumnya keruntuhan tejadi karena struktur beton bertulang yang digunakan tidak mempunyai daktilitas yang cukup untuk

telah berdiri apabila tejadi beban gempa terutama struktur bangunan yang ada di Pulau jawa.
1.3. Tujuan Penelitian

menyerap energi gempa yag tejadi. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak dipasangnya tulangan lateral sebagai tulangan pengekang (confined) dalam jumlah yang cukup pada struktur kolom beton. Gempa bumi di propinsi Nangroe Aceh Darussalam (26 Desember 2004) dan Yogyakarta (27 Mei 2006) telah memben banyak pelajaran bagi perencana bangunan bahwa dipasangnya tulangan lateral di bawah rasio minimum yang sesuai ketentuan SNI telah mengakibatkan dengan mudahnya bangunan struktur beton mengalami kegagalan (Imran dkk., 2005, 2006). Tulangan lateral yang dipasang yang pada kolom terkesan dipasang rendahnya rasio

Di dalam paper ini, jumlah tulangan lateral yang dipasang pada kolom akan dievaluasl dan divenfikasl terhadap ketentuan dalam Standar Nasional Indonesia sehingga dapat diketahui kineja gempa. Bangunan yang dievaluasi adalah bangunan fasilitas umum yang dititikberatkan pada bangunan dengan jumlah lantai antara 2 sampai dengan 5 lantai yang berada di kota Semarang. Data kolom yang diteliti mempunyai penampang bulat dan persegi. kolom terutama kekuatan dan daktilitasnya apabila terjadi

II.TINJAUAN PUSTAKA
2.4. Perilaku Tegangan-Regangan

seadanya dengan rasio yang lebih rendah dari disyaratkan. Lebih tulangan lateral dan syarat minimum SNI tersebut menyebabkan tulangan lateral tidak mampu menyerap energi gempa yang timbul dan struktur mengalami keruntuhan yang tiba tiba. Sambungan tulangan, pemasangan

Beton

Terkekang Telah dilaporkan dari banyak peneliti bahwa beton yang dibebani dengan gaya multiaksial jika (tnaksial), akan mengalami beton yang peningkatan tegangan aksial, dan daktilitas, dibandingkan dengan

Kinerja Kolom Beton Pada Bangonan Eksisting D i Semarang

166

dibebani gaya uniaksial [Sakai & Sheikh, 1989; Sheikh & Toklucu, 19931. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya lateral tekan, yang diberikan oleh kekangan (confinemenf) pada beton tersebut. Gaya lateral tekan ini akan menahan deformasi lateral beton, apabila diberikan gaya aksial. Selain meningkatkan kapasitas aksial, tegangan lateral yang bekeja pada beton, akan meningkatkan daktilitas kolom tersebut.

Deformasi dari beton yang mulai mengalami retak akan terhambat karena adanya tekanan lateral kekangan, sehingga kurva teganganregangan beton terkekang akan menunjukkan penurunan yang lebih landai setelah puncak (lihat gambar 2.1), yang menunjukkan bahwa beton tersebut mempunyai perilaku yang daktail.

Garnbar 2.1. Perilaku tegangan-regangan beton terkekang dan beton tidak terkekang

Gambar 2.2. Proses terlepasnya selimut beton dari inti beton

167

Jurnal PONDAS1 Vol. 12 No2 Desember 2006

Penggunaan tulangan lateral atau kekangan (confinement) pada inti beton dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan dan daktilitas dari kolom [Azizinamini dkk., 19921. Pada saat regangan pada tegangan puncak untuk beton tanpa tulangan (plain concrete), selimut dari kolom akan terlepas dari inti kolom (lihat gambar 2.2). Antonius (2004) mengungkapkan bahwa mulai saat itu kekangan pada inti beton mengalami deformasi lateral yang akan menyebabkan beton runtuh. Beton mengalami keruntuhan setelah tercapai tegangan leleh pada kekangan tersebut, dengan asumsi bahwa tidak terjadi buckling. Tulangan lateral sangat berperan dalam mengekang pengembangan lateral yang terjadi akibat beban tekan aksial, mencegah terjadinya buckling pada tulangan longitudinal, dan mencegah keruntuhan geser pada kolom [Mander dkk., 1988; Watson dkk., 19921. Semakin tinggi beban aksial yang bekerja terhadap kolom, semakin banyak pula tulangan lateral yang diperlukan agar struktur lebih kuat dan lebih daktail.
2.2. Daktilitas Beton Terkekang

Berdasarkan kurva momen-ku~atur, struktur yang daktail ditandai dengan landainya penurunan momen setelah momen puncak paska terjadinya cover spalling. p tinggi . ps moderat
Cover Spalls

ps rendah

(selimut terlepas)

1
[Antonius dkk., 20061

Ku~atur

Gambar 2.3. Kurva momen kurvatur penampang

Perilaku daktilitas kolom selanjutnya dapat dijelaskan berdasarkan gambar 2.3. Pemasangan tulangan lateral dengan rasio yang rendah (p, rendah) ditandai dengan penurunan kekuatan yang signifikan setelah terlepasnya selimut dari inti beton. Pada kondisi tersebut tulangan lateral tidak dapat mempertahankankekuatan beton inti meskipun selimut sudah terlepas. Kandungan tulangan lateral yang sedang (ps moderat) ditunjukkan dengan relatif

Daktilitas kemampuan

diasosiasikan struktur

dengan untuk

datarnya kurva setelah selimut beton terlepas. Dipasangnya tulangan lateral tersebut biasanya disesuaikan dengan syarat minimum ketentuan lentur kolom meningkat secara SNI. ~ekuatan signifikan paska cover spalling apabila dipasang tulangan lateral dengan rasio yang tinggi (p, tinggi). Kondisi tersebut dapat terjadi karena tulangan lateral dapat mengaplikasikan tegangan lateral melebihi deformasi lateral beton yang terjadi.

elemen

berdeformasi setelah kekuatan puncak tanpa terjadinya penurunan kekuatan yang terlalu besar. Level daktilitas tertentu diperlukan sebagai faktor keamanan agar tidak terjadi keruntuhan struktur yang tiba tiba, yang dalam ha1 ini struktur yang daktail dapat memberikan peringatan struktur. akan terjadinya keruntuhan

Kinerja Kolom Beton pada Bangunan EksistingD i Semarang

168

Ill.METODOLOGI
3.1. Pengumpulan Data

ditentukan dalam SNI 03-2847-2002 sebagai berikut: kolom dari beserta gambar

Data penulangannya

struktur diperoleh

>

Llntuk Kolom Penampang Bulat adalah persamaan (1) dan persamaan (3) berikut:

perencanaan proyek. Pengumpulan data rasio tulangan lateral yang terpasang dikalkulasi berdasarkan Desain data gambar gambar perencanaan. perencanaan

>

Untuk Kolom Penampang Persegi adalah persamaan (2) dan persamaan (4) berikut:

pada

diasumsikan bahwa penulangan terpasang adalah sama dengan penulangan gambar perencanaan. Rasio tulangan pengekang yang dihitung adalah berdasarkan data penulangan di daerah pertemuan balok-kolom yang rawan terhadap terjadinya sendi plastis. Pada daerah tengah kolom pada umumnya spasi tulangan pengekang adalah lebih renggang daripada daerah balok-kolom tersebut.
3.2. Tinjauan Bangunan Eksisting

Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 23.4, apabila kuat rencana pada bangunan inti komponen struktur telah memenuhi ketentuan kombinasi pembebanan termasuk pengaruh gempa, maka persamaan (1) dan (3) tidak periu diperhatikan. Berdasarkan rasio tulangan lateral yang terpasang, dilakukan evaluasi mengenai kinerja kolom melalui dkk. perilaku (1993). Momen-Kuwatur Model tersebut penampang berdasarkan model kekangan oleh Muguruma digunakan karena dapat diaplikasikan untuk beton mutu normal sampai beton mutu tinggi.
IV. HASlL DAN PEMBAHASAN

Bangunan eksisting

yang

ditinjau

terdiri dari bangunan fasilitas umum yaitu SMU Sultan Agung (3 lantai), Perpustakaan Daerah Jawa Tengah (4 lantai), Rumah Sakit Umum Tugurejo (3 lantai) dan Swalayan ADA Siliwangi (3 lantai).
3.3. Kalkulasi Rasio Tulangan Lateral

Rasio tulangan lateral terpasang dihitung berdasarkan definisi volume tulangan lateral dalam satu putaran terhadap volume inti beton dalam satu putaran. Rasio tulangan lateral terpasang tersebut . kemudian di verifikasi terhadap rasio tulangan lateral minimum yang

Hasil

perhitungan

rasio

tulangan

terpasang pada kolom masing-masing gedung ditampilkan pada tabel IV.1 sampai dengan tabel IV.4, sedangkan perilaku momen-kuwatur penampang diperlihatkan pada gambar 4.1 sampai gambar 4.4.

Jurnal PONDASI Vol. I2 No.2 Desember 2006

4.1. Hasil Analisa


SMU Islam Sultan Aquna (3 lantail Tabel IV.l Hasil perhitungan rasio tulangan gedung SMU Sultan Agung

900000 800000 700000

GEDUNG SMU SULTAN AGUNG SEMARANG (fcV=24,9 MPa)

F
E

600000

z. sooooo
400000 300000 200000 100000

Gambar 4.1. Perilaku momen-kuwatur penampang kolom

Geduna PERPUSDA Jawa Tenqah (4 Lantai) Tabel lV.2

Kinerja Kolom Beton Pada Bangunan Eksisting Di Semarang

170

GEDUNQ PERPUSDA JAWATENOAH (~CL-ZZW


~~4.33% ps=0,51% 600000 500000 p=3.92% ps=0,51%

Gambar 4.2. Perilaku momen-kuwatur penampang kolom Gedunq RSU Tuoureio (3 Lantai) Tabel lV.3

GEDUND RS TUGUREJO (fc'=22,8)

KURVATUR (4lmm)

Garnbar 4.3. Perilaku momen-kuwatur penarnpang kolom

171

Jurnal PONDASl Vol. 12 No.2 Desember 20.06

Geduna ADA Siliwanqi (3 lantai) Hasil Perhitungan Rasio Tulangan Kolom gedung ADA Siliwangi

GEDUNG ADASlLlWANGl SEMARANG (fc1=29,I)


1800000

Gambar 4.4. Perilaku momen-ku~atur penampang kolom

Kinerja Kolom Beton Pada Bangunan Eksisting D i Semarang

172

4.2. Pembahasan

tulangan polos sebagai tulangan pengekang periode tahun (tabel sampai 4). Penggunaan tulangan polos sebagai tulangan pengekang tersebut dapat memberi dampak yang negatif terhadap kinerja kekangan yang dihasilkan. Berdasarkan literatur, kuat lekat tulangan polos yang pada dasarnya hanya terdiri dari mekanisme adhesi dan friksi hanyalah *lo% dari kuat lekat tulangan ulir. Selain itu degradasi lekatan akibat beban bolak-balik apabila teijadi gempa pada tulangan polos sangat signifikan dibandingkan dengan degradasi lekatan pada tulangan ulir. SNI 031726-2002 hanya mengijinkan penggunaan tulangan polos pada spiral. Sedangkan untuk penulangan lainnya, disyaratkan untuk desain menggunakan tulangan ulir. Dengan memenuhi mengasumsikan persyaratan struktur gedung di Semarang di atas telah kombinasi pembebanan seperti yang dimaksud dalam SNI pasa123.4, maka praktis sebagian besar penggunaan tulangan pengekang pada kolom gedung yang ditinjau tidak memenuhi persyaratan rasio minimum. Berdasarkan tabel diatas terlihat hanya sebagian kecil kolom dengan rasio tulangan pengekang yang memenuhi ketentuan SNI, yaitu hanya kolom K1 pada gedung SMU Islam Sultan Agung; kolom K3, K4, K5 dan K7 pada gedung RSU Tugurejo, terpasang sedangkan pada rasio tulangan gedung kolom-kolom

Berdasarkan

pembangunannya, gedung-gedung di atas pada dasarnya direncanakan dengan menggunakan peraturan gempa dan beton yang lama (PBI '71, SNI 03-1726-1989 dan SNI 03-2847-1992). Berdasarkan peraturan gempa yang baru (SNI 03-1726-2002), Semarang berada pada zona gempa 2. Menurut peraturan ini, bangunan yang berada pada zona gempa 2 dapat direncanakan dengan menggunakan sistem struktur yang memenuhi persyaratan detailing menengah. Struktur gedung bertingkat yang ditinjau di atas pada umumnya berupa struktur portal terbuka beton bertulang tanpa dinding geser, dan dengan atau tanpa dinding bata sebagai pengisi atau penyekat. Struktur gedung seperti ini relatif fleksibel bilamana portalnya tidak diberi dinding pengisi. Namun bila portalnya diberi dinding pengisi, seringkali tanpa disadari kekakuan struktur yang dihasilkan menjadi jauh lebih kaku dari perkiraan perencana karena kontribusi dinding pengisi terhadap kekakuan dan kekuatan struktur pada umumnya diabaikan dalam analisis struktur. Hampir semua tulangan longitudinal yang digunakan dalam desain kolom telah memenuhi persyaratan rasio minimum SNI yaitu 1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa desain kolom utama. Hampir semua tulangan lateral kolom yang digunakan adalah 10 mm, yaitu sesuai batas minimum yang ditentukan dalam SNI beton, namun dari semua tulangan lateral terpasang 173 tersebut masih menggunakan berdasarkan kekuatan (strength) terhadap beban statik lebih menjadi perhatian

Perpusda Jawa Tengah dan Swalayan ADA Siliwangi semuanya berada dibawah rasio minimum berdasarkan SNI. Rasio tulangan lateral terpasang yang berada dibawah ketentuan SNI tersebut dapat beresiko

Jurnal PONDASI Vol. 12 N o 2 Desember 2006

mengalami

kegagalan

apabila

mengaiami

agar lebih waspada apabila terjadi beban gempa.

beban bolak-balik, yaitu beton inti pada kolom akan rusak atau bahkan hancur dan tulangan longitudinal mengalami tekuk. Pada bangunan yang kolomnya mengalami kerusakan yang demikian akan memicu timbulnya keruntuhan soff-storey. Berdasarkan data gambar perencanaan juga teriihat bahwa spasi tulangan lateral di tengah tinggi kolom lebih renggang daripada spasi tulangan lateral di daerah balok-kolom. Kondisi yang demikian apabila terjadi gempa dapat mengakibatkan kerusakan bulging (tekan) di lokasi setengah tinggi kolom yang dimungkinkan dari beban vertikal yang besar pada kolom. Beban vertikal yang besar ini kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya komponen vertikal yang cukup signifikan dari percepatan gempa yang terjadi. Berdasarkan kurva momen-kurvatur penampang (gambar 6 sampai 9) menunjukkan bahwa setelah seiimut terlepas dari inti beton, kolom tidak dapat secara mempertahankan Hal ini kekuatannya signifikan. c.

b. Hampir semua tulangan longitudinal yang


digunakan dalam desain kolom telah memenuhi persyaratan rasio minimum SNi yaitu 1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa desain kolom berdasarkan kekuatan (sfrength) sudah cukup baik. Meskipun Semarang masuk dalam zona gempa 2, yaitu kemungkinan terjadinya gempa ringan, namun antisipasi terhadap beban sikiik tetap perlu menjadi perhatian utama. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penggunaan tulangan pengekang pada kolom gedung yang ditinjau tidak memenuhi persyaratan rasio minimum SNI, dimana desain tulangan pengekang terkesan seadanya.
d. Evaluasi terhadap kinerja kolom terhadap

bangunan eksisting berdasarkan perilaku momen-kurvatur di atas mengindikasikan bahwa daktilitas penampang kolom relatif rendah.
5.2. Saran

mengindikasikan bahwa kekuatan kolom iebih menjadi perhatian utama dibandingkan dengan daktilitas dalam desain tulangan kolom.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesirnpulan

a. Tulangan pengekang pada kolom harus dirancang sesuai persyaratanlperaturan perencanaan stNktur mengalami yang berlaku. yang bangunan yang Tanpa dapat dapat tulangan pengekang kolom memadai,

Berdasarkan analisa dari beberapa gedung yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut : a. Pengetahuan bangunan tentang eksisting kinerja sangat struktur penting

keruntuhan

memicu keruntuhan total bangunan.

b. Salah satu cara antisipasi terhadap


kinerja struktur bangunan yang tidak mempunyai daktilitas yang cukup adalah dengan memben perkuatan struktur agar kekakuannya secara lateral meningkat.

diiakukan sebagai peringatanlwarning baik kepada Pemerintah maupun masyarakat

Kinerja Kolom Beton Pada Bangunan Eksisting Di Semarang

174

UCAPAN TERIMA KASlH Terima kasih disampaikan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah atas dukungan finansial di dalam penelitian ini melalui program Penelitian Terapan Tahun Anggaran 2006. DAFTAR PUSTAKA Antonius, Pratikso dan Wibowo, K. (2006); Studi Mengenai Ketahanan Bangunan Struktor Beton Yang Telah Berdiri terhadap Beban Gempa; Laporan Penelitian Terapan. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prop. Jateng Tahun Anggaran 2006. Antonius; Imran, lswandi dan Setiyawan, P. (2005); Efek Konfigurasi Tulangan Lateral terhadap Perilaku kekuatan dan Daktilitas Kolom Beton Mutu Normal dan Mutu Tinggi; Prosiding Seminar Nasional Eksp. Lab. Komputasi dan Aplikasi, UII 28 Mei 2005. Antonius (2004); Pengaruh Tulangan Lateral terhadap Mekanisme Cover Spalling pada Struktur Kolom Beton Mutu Tinggi; Prosiding Konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan II, UGM Yogyakarta 20 Januari, ha1.168-176. Antonius; Imran, Iswandi; Suhud, R. dan Munaf, Dicky R. (1 999); Respon Kolom Beton Mutu Thggi terhadap Beban Konsentris; Seminar Nasional Rekayasa Kegempaan. ITB Bandung, 4-5 November. Azizinamini, A., W.G. Corley and L.S.P. Johal (1992), Effects of Transverse Reinforcement on Seismic Performance of Columns, ACI Structural Journal, V.89, No.4, July-August, 442-450. Badan Standardidasi Nasional (2002); Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-17262002. Badan Standardidasi Nasional (2002), Tata Cara Penghitungan StruMur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002. Newsletter HAKl (2006); Catatan terhadap Tulangan Sengkang di Kolom; Volume 8. Januari 2006. Imran, I., Suarjana, M., Hoedajanto, D., Soemardi, B. dan Abduh, M. (2006); Beberapa Pelajaran dari Gempa Yogyakarta; Tinjauan Kinerja Struktur Bangunan Gedung; Jurnal HAKl V.7 No.1, Mei 2006, 1-14. Imran, I., Hoedajanto, D. dan Suhalwanto (2005); Beberapa Pelajaran dari Gempa Aceh, Tinjauan Kinerja 2 Bangunan Perkantoran di Banda Aceh; Seminar Sehari: Pelajaran dari Gempa & Tsunami, Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, 25 Mei 2005. Mander, J.B., M.J.N. Priestley and R. Park (1988); Theoritical Stress-Strain Model for Confined Concrete, J. of Structural Eng., V.114, No.8, August 1988, 1804-1824. Sakai, K. and S.A. Sheikh (1989); What Do We Know about Confinement in Reinforced Concrete Columns? (A Critical Review of Previous Work and Code Provisions), ACI Structural Journal, V.86, No.2, Mar.-Apr. 1989. Sheikh, S.A. and M.T. Toklucu (1993); Reinforced Concrete Columns Confined by Circular Spirals and Hoops; ACI Structural Journal, V.90, No.5, Sept-Oct 1993, 542-553. Watson, S.; F.A. Zahn and R. Park. (1992); Confining reinforcement for concrete columns, Journal of Structural Eng., V.120, No.6, June 1994, 1798-1823.

175

Jurnal PONDASI Vol. 12 No2 Desember 2006

You might also like