You are on page 1of 24

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Bahan mentah untuk pembuatan bahan, tidak dapat diperoleh dari alam

dengan jumlah tak terbatas. Pemakaian yang kian meningkat, memaksa orang untuk berhemat dan sedapat mungkin memanfaatkan kembali barang bekas (terutama logam). Dalam proses praolahan, Sebelum bijih mengalami proses metalurgi ekstraksi secara hidrometalurgi, pirometalurgi, ataupun elektrometalurgi bijih akan mangalami suatu pengolahan awal yang terdiri dari : 1. Kominusi (pengecilan ukuran) 2. Sizing dan clasification (pemisahan dan pengelompokkan mineral dengan melihat dari ukuran mineral tersebut) 3. Konsentrasi (pemisahan mineral melalui sifat fisik mineral, misalnya berat jenis, konduktivitas, kemagnetan serta sifat permukaan). Tanpa mengalami proses preparasi maka bongkahanbongkahan bijih yang merupakan hasil penambangan tidak mungkin langsung dapat digunakan dalam proses metalurgi ekstraksi. Jika hal itu dilakukan maka efisiensi dari proses metalurgi ekstraksi itu sendiri akan rendah bahkan akan menyebabkan kerugian yang cukup besar. Pada proses preparasi bijih akan dilakukan proses penyesuaian, mulai dari ukuran sampai dengan konsentrasi atau kandungan bijih itu sendiri. Hasil dari proses tersebut adalah konsentrat, sedangkan pengotornya disebut tailing. Salah satu alat yang digunakan dalam proses pemisahan mineral berharga dengan pengotornya berdasarkan sifat kemagnetan yaitu Magnetic Separator. Metode Magnetic Separation ini telah digunakan lebih dari 200 tahun dalam proses konsentrasi bijih besi dan masih digunakan hingga saat ini. Berbagai macam peralatan pemisahan magnetik telah banyak digunakan sejak awal dan hingga sekarang telah banyak perkembangan dan perbaikan dalam peralatannya Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 1

untuk dapat meningkatkan kadar besi yang tinggi. Pada saat ini hampir 90% dari proses konsentrasi besi menggunakan metode pemisahan magnetik. Proses konsentrasi Bijih besi lebih banyak dilakukan oleh Magnetic Separator karena besi merupakan unsur yang sifat kemagnetannya sangat baik, sehingga lebih efisien untuk dikonsentrasi dengan menggunakan metode ini.

1.2

Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu Melakukan proses pemisahan

mineral berdasarkan sifat kemagnetannya dengan menggunakan alat Magnetic Separator.

1.3

Batasan Masalah Dalam percobaan Magnetic Separator, proses pemisahan mineral berkisar

pada pencampuran pasir besi dan pasir kwarsa dengan alat Magnetic Separator. Tegangan rotornya 8, 9 dan 10 volt dengan feed yang dipakai 60 gram.

1.4

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada laporan ini terdiri dari lima bab. Bab I

menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat untuk mendukung sebuah percobaan yang telah dilakukan. Bab III menjelaskan mengenai metode percobaan, yang berupa diagram alir, alat & bahan, serta prosedur percobaan. Bab IV menjelaskan mengenai data-data percobaan yang telah dicatat saat melakukan praktikum, baik berupa tabel ataupun grafik. Serta menjelaskan mengenai pembahasan yang telah dihitung. Dan bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bijih Besi Bijih besi merupakan bahan baku utama dalam pembuatan bijih besi dan baja. Indonesia memiliki potensi sumber daya bijih besi yang cukup besar yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini terjadi dikarenakan adanya berbagai kendala, baik secara teknis maupun kendala secara non-teknis. Diantaranya adalah rendahnya kandungan kadar besi (Fe) yang dimiliki oleh bahan baku bijih dalam negeri yaitu, 35-59 % dengan pengotornya antara lain Al2O3, CaO, SiO2 serta pengotor utamanya titanium oksida yang kadarnya hingga 14%.[Distamben Jabar,2007] Bijih besi merupakan campuran mineral yang mengandung besi berupa mineral hematite, magnetite, goethite dan limonite dengan mineral pengotor seperti silica. Antara mineral pengotor dan mineral besinya terdapat perbedaan sifat kemagnetan yang cukup signifikan. Dalam keadaan seperti ini, untuk memisahkan mineral besi dengan mineral pengotornya yang sekaligus meningkatkan kandungan besinya dapat dilakukan pemisahan melalui pemisahan berdasarkan sifat magnetiknya. Sebelum dilakukan konsentrasi bijih besi diklasifikasikan berdasrkan ukurannya pada tahap classification dengan menggunakan screen maupun classifier. Pada tahap konsentrasi, peningkatan kadar mineral dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat dari mineral tersebut, seperti berat jenis, sifat kelistrikan dan sifat kemagnetan serta sifat mampu basahnya. Oleh karena itu proses konsentrasi dibedakan berdasarkan sifat tersebut menjadi empat macam yaitu 1. Gravity Concentration, yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Alatnya antara lain heavy medium separator, jig concentration, sluice box, humprey spiral, dan shaking table. 2. Magnetic Separation, yaitu pemisahan mineral berdasarkan daya tarik mineral dalam medan magnet. Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 3

3.

Electrostatic Separation merupakan metode pemisahan berdasarkan sifat konduktivitas mineral terhadap medan listrik.

4.

Floation atau pengapungan merupakan metode pemisahan berdasarkan sifat mampu basah permukaan.

Konsentrasi secara magnetik adalah metoda yang paling banyak digunakan untuk memisahkan mineral besi dari mineral-mineral pengotornya (mineral dengan sifat magnet yang lemah ataupun yang non magnet). Saat ini hampir 90% proses konsentrasi besi dunia menggunakan cara ini. Tabel 1. Beberapa Potensi Bijih Besi Di Indonesia
Tipe Endapan Lokasi Cadangan (Juta Ton)
Jampang kulon Jampang Jampang jabar Sindangambararang Jabar Cidaun, jabar 4,03 3,32 4,21 14,16 9,78 Titanium tinggi dan terikat pada Fe 6,67 Fe : 38 59 %

Karakteristik

Potensi Pemanfaatan
1. Sebagai bahan baku proses DR, melalui proses benefisiasi dan pelletizing 2. Sebagai bahan baku proses direct smelting, melalui proses benefisiasi

Pasir Besi

Cipatujah, jabar Purworejo, jateng S.BogowontoS.progo, Jogya S. S.opak,Yogya Lumajang , jatim Jember, jatim Peg. Kukusan dan progo-

28,88 2,01 14,16 2,00

3. Sebagai bahan pelindung refractory pada blast furnace.

Fe : 38 59 % 126,00 426,49 7,50 7,40 50,00 ? 1.60 1.00 Fe : 55,0 % 5.00 Fe : 55,0 % Ni : 0,1 2,5 % Cr : 1,3 3,6 % Co : 0,09 0,11 % Fe : 68,2 % Fe : 58,5% Fe : 66,4 % Fe : 59,3%

Cocok pembuatan

untuk baja

Duwa, Kalsel

Laterit

P. Sebuku , Kalsel P. Danawan, Kalsel Belitung Lampung

paduan Ni, Cr dan Co

Dapat

digunakan

dalam bentuk lump ore.

Kontak Metasomatik

Padang Air Ibu, Sumbar Jajakan-Pontianak, Kalsel Tanalang, Kalsel

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

2.2 Magnetic Separation Pemisahan partikel mineral berdasarkan tingkah laku mineral terhadap medan magnet dan sifat kemagnetan dari partikel itu sendiri. Alat yang dipakai untuk proses pemisahan ini adalah Magnetic Separator. Cara ini dipakai karena di alam ada material yang bila diletakkan di medan magnet material tersebut akan tertarik (magnetik mineral) dan ada pula yang tidak tertarik oleh magnet (non-magnetik mineral). Syarat terjadinya pemisahan adalah adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh magnet permanen atau electromagnet. Bila fluks density pada medan magnet sama maka disebut medan magnet homogen. Dan jika fluks density pada medan magnet tidak sama disebut medan magnet non homogen. Apabila suatu benda diletakkan dalam medan magnet, induksi magnet pada obyek adalah: B = H + ..................................................................................................(1) Keterangan: B = induksi magnet pada obyek H = medan induksi yang disebabkan oleh medan magnet = intensitas kekuatan magnet dari material objek. Banyaknya garis-garis gaya megnet disebut fluks. Banyaknya garis-garis gaya persatuan luas disebut fluks density. Bila fluks density pada medan magnet sama maka disebut medan magnet homogen. Dan jika fluks density pada medan magnet tidak sama disebut medan magnet non homogen. Apabila suatu benda diletakkan dalam medan magnet, induksi magnet pada obyek adalah:

Gambar 1 Garis-garis gaya magnet [Sutisna, 2005] Pemisahan magnetik hanya diterapkan terhadap mineral-mineral yang bersifat magnetik. Separator magnetic basah biasanya digunakan untuk bijih lebih halus dari 13 in. (0,3 cm). Separator ini dapat berjenis sabuk atau yang paling umum jenis drum-putar. Separator jenis drum terdiri dari satu atau lebih drum berputar yang elemen magnet bagian dalamnya tidak berputar mempunyai kekuatan 3-7 Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

pole. Magnet tersebut dapat berupa electromagnet atau magnet permanen. Setelah umpan memasuki peralatan sebagai lumpur, bahan bersifat magnet ditarik ke bagian kutub dan dibawa ke titik pelepasan pada permukaan drum. Banyak jenis kotak/drum dirancang yang digunakan. Jenis aliran searah paling sering digunakan bijih halus untuk mendapatkan endapan bersih. Magnet tersebut dapat berupa electromagnet atau magnet permanen. Dahulu hanya jenis electromagnet yang sering digunakan, tertapi sekarang digunakan terutama jika diinginkan kuat medan yang sangat tinggi atau jika diinginkan kuat medan dapat diubah-ubah. Sekarang magnet permanen umum digunakan sejak bahan-bahan modern memungkinkan menahan kuat medan yang tinggi secara tetap. Kebanyakan magnet permanen adalah jenis alniko tetapi jenis keramik mengandung Barium Ferrit akan makin sering digunakan. Beberapa jenis separator magnetic yang telah dikembangkan menerapkan arus bolak-balik, tetapi penggunaan komersilnya masih kecil. Separator intensitas tinggi untuk pemisahan mneral-mineral magnetik lemah biasanya digunakan jenis kering. Pengaruh tegangan permukan biasanya mempengaruhi pemisahan basah. Karena daya tarik magnetik berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, mineralmineral magnetis lemah harus didekatkan ke magnet jika akan dipisahkan. Peralatan yang digunakan berupa jenis sabuk dan rol induksi. Bijih harus benarbenar kering dan halus untuk menghasilkan yang terbaik.[Harrys Siregar,2002] Medan magnet yang diperlukan dapat dihasilkan dari magnet tetap ataupun dari magnet yang umumnya lebih banyak dipakai. Magnetic Separator dapat dikategorikan menjadi low intensity dan high intensity Magnetic Separator. Prinsip kerjanya adalah bila sekumpulan mineral (non-magnetik dan magnetik) dilewatkan dalam suatu medan magnet, maka mineral-mineral yang bersifat magnetik akan tertarik sedangkan yang non-magnetik tidak tertarik, sehingga pemisahan dapat dilakukan. Umpan dimasukkan satu kesatuan dan jatuh masuk ke dalam drum yang bergerak. Drum berputar disekitar magnet. Di bawah drum terdapat tiga wadah untuk menyeleksi sifat magnet mineral. Mineral non magnetik akan jatuh cepat meninggalkan drum dan masuk ke wadah khusus non magnetik. Dan mineral yang memiliki sifat magnet yang sangat kuat akan terus Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

mengikuti gerak drum dan akan menarik magnet serta jatuh masuk ke wadah khusus mineral yang bersifat magnet. Begitu pula mineral yang middlings akan masuk ke wadahnya. Selain medan magnet, gaya gravitasi juga sangat berpengaruh dalam proses. Dengan cara mengatur intensitas medan magnet dari satu ujung ke ujung yang lain maka pemisahan mineral dari non magnetik sampai yang bersifat sangat magnetik dapat dilakukan.

Gambar 2 Proses Pada Magnetic Separator [Harrys Siregar,2002]

Magnetic Separator merupakan pemisahan fisik pada partikel yang berbeda disertai dengan 3 gaya didalamnya yang saling berlawanan:

1. Gaya Magnetik (force magnetic) 2. Gaya gravitasi, sentrifugal, gesek atau inersia (inertial forces) 3. Gaya Atraktif antar partikel

Ketiga gaya tersebut menentukan separator yang mana bergantung pada umpan dan karakterisasi separator. Umpan yang diberikan harus mencakupi

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

distribusi ukuran, magnetic susceptibility, dan sifat fisik dan kimianya yang mempengaruhi gaya-gaya yang berkaitan.

2.3 Magnetic Susceptibility Prinsip pemisahan magnetik ialah memisahkan mineral berharga dari pengotornya berdasarkan atas derajat kemagnetannya atau magnetic susceptibility. Magnetic susceptibility merupakan sifat material yang menentukan mudah atau tidaknya material mengalami pengaruh dalam medan magnet. Magnetic susceptibility dapat dibagi atas tiga macam, yaitu feromagnetik, diamagnetik dan paramagnetik.[Moniz, 1994] :

1. Feromagnetik : material feromagnetik merupakan material yang memiliki derajat kemagnetan yang tinggi dan bervariasi serta memiliki gaya tarik yang kuat terhadap medan magnet. Material ini memiliki sifat magnetik yang sangat kuat dibandingkan material lainnya. Magnetite, cobalt dan nikel merupakan contoh dari material feromagnetik. 2. Paramagnetik : material paramagnetic merupakan material yang memiliki nilai magnetic susceptibility yang rendah. Material ini memiliki gaya tarik yang lemah terhadap medan magnet. Contohnya adalah mineral hematite, ilmenite, pryrhothite, goethite, limonite, litium, sodium dan kalsium. 3. Diamagnetik : material diamagnetik memiliki nilai derajat kemagnetan yang negatif dan rendah. Artinya material ini jika diletakkan dalam medan magnet akan ditolak lemah oleh medan magnet tersebut. Silika, bismuth, tembaga, emas, kuarsa, perak, feldspar dan beryllium adalah sebagian contohnya.

Pemilihan proses pemisahan magnetik dengan cara basah atau pun kering, tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran butiran. Apabila ukuran butir mineral cukup halus, maka biasanya pemisahan dilakukan dengan cara basah agar debu yang dihasilkan menjadi berkurang. 0<k<1 : mineral paramagnetic Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

0>k k>1

: mineral diamagnetic : mineral ferromagnetic ferromagnetic

paramagnetic diamagnetc

H A B

Gambar 3. Kurva Tipe Magnetisasi (A) mineral ferromagnetic (B) mineral paramagnetic dan diamagnetic

Kemiringan (slope) pada kurva gambar 2 adalah merupakan magnetic susceptibility (k) yaitu:
k

................(2)

Bijih besi merupakan campuran mineral yang mengadung besi berupa mineral hematite, magnetite, goethite dan limonite dengan mineral pengotor seperti silica. Antara mineral pengotor dan mineral besinya terdapat perbedaan sifat kemagnetan yang cukup signifikan. Dalam keadaan seperti ini, untuk memisahka mineral besi dengan mineral pengotornya yang sekaligus meningkatkan kandungan besinya dapat dilakukan pemisahan melalui pemisahan berdasarkan sifat magnetiknya. Pemisahan magnetik merupakan pemisahan secara fisik dari partikel yang berbeda berdasarkan tiga gaya yang bekerja saling berlawanan [Kelly, 1982]. Tanpa adanya ketiga gaya ini mineral tidak akan terpisah, gaya tersebut antara lain, sebagai berikut : 1. Gaya magnet atau medan magnet yang ditimbulkan oleh alat magnetic separator. 2. Gaya gravitasi, sentrifugal dan gaya gesek hidrodinamik. Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

10

3. Gaya tarik atau tolak antar partikel.

Gaya-gaya diatas, yaitu gaya magnet, competing force dan gaya tarik atau tolak antar partikel, akan menentukan terjadinya pemisahan. Gaya tersebut tergantung pada sifat umpan dan karakter separator. Sifat umpan yang dimaksud antara lain distribusi ukuran, magnetic susceptibility, serta sifat fisik dan kimia lainnya yang dapat mempengaruhi gaya-gaya yang bekerja.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

11

BAB III METODE PENELITIAAN

3.1. Diagram alir percobaan Untuk lebih memahami proses percobaan pada magnetik separator ini, dibuatlah diagram alir prosedur percobaan magnetik separator yang terdapat dibawah ini. pasir kwarsa 40 gram dan pasir besi 20 gram

Mempersiapan alat magnetic separator

Melakukan proses pengumpanan

Melakukan proses separation

Menimbang konsentrat dan tailing yang diperoleh

Data pengamatan

Literatur

Kesimpulan

Gambar 4. Diagram alir percobaan Magnetic separator

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 11

12

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang digunakan 1. Mesin magnetic separator low intensity 2. Kuas pembersih 3. Neraca teknis 4. Nampan & wadah penampung 5. Stop watch 3.2.2 Bahan yang digunakan 1. Pasir Besi 15 g 2. Pasir kwarsa 35 g

3.3 Prosedur Percobaan 1. Menimbang pasir kwarsa 40 gram dan pasir besi 20 gram. 2. Setting magnetic separator dengan tegang rotor 7 volt dan tegangan pengumpanan sebesar 12 volt . 3. menyiapkan stop watch. 4. Melakukan proses pengumpanan dan mencatat waktunya. 5. Menimbang berat yang diperoleh dari proses pengumpanan. 6. Melakukan proses separation. 7. Menimbang konsentrat dan tailing yang diperoleh. 8. Mengulangi prosedur yang sama dengan komposisi yang sama dengan variabel tegangan rotor 8 dan 9 volt.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan Pada Tabel 1 dibawah ini adalah hasil perhitungan dari percobaan Magnetic Separator dengan didapat tailling dan konsentrat yang berbeda sesuai dengan tegangan rotor dan tegangan umpan yang diberikan. Tabel 2. Hasil perhitungan laju pengumpanan Feed P besi + P kwarsa (gr) 1 2 3 15 + 35 gr 15 + 35 gr 15 + 35 gr Tegangan Rotor (volt) 7 8 9 6, 26 4, 1 3, 49 7, 99 12, 19 14, 33 Laju pengumpanan (g/m)

Waktu (menit)

Tabel 3. Hasil perhitungan persen tailing dan konsentrat No 1 2 3 Konsentrat (gram) 6 5,5 5,3 Tailing (gram) 44 41,5 35,2 t(%) 30 32,17 38,1 k(%) 30 30 30

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 13

14

4.2 Pembahasan Dari pengamatan yang terlihat pada tabel 1 dan tabel 2 dapat diketahui bahwa tegangan rotor sangat berpengaruh terhadap laju pengumpanan dan juga hasil dari pemisahan. Dari situ, dapat di tarik sebuah grafik sebagai berikut :

16 14 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Laju Pengumpan

Tegangan Rotor

Gambar 5. Grafik tegangan rotor terhadap laju pengumpanan

Kecepatan tegangan rotor dan tegangan umpan sangat berpengaruh dalam menentukan efisiensi proses konsentrasi mineral. Dalam praktikum ini, percobaan I dengan laju pengumpanan 7,99 gram/menit menggunakan tegangan rotor 7 volt dan tegangan umpan 12 volt, didapat konsentrat sebesar 6 gram dan tailing sebesar 44 gram. Pada percobaan II dengan laju pengumpanan 12,19 gram/menit menggunakan tegangan rotor 8 volt dan tegangan umpan 12 volt, didapat konsentrat sebesar 5,5 gram dan tailing sebesar 41,5 gram. Pada percobaan III dengan laju pengumpanan 14,33 gram/menit

menggunakan tegangan rotor 9 volt dan tegangan umpan 12 volt, didapat konsentrat sebesar 5,3 gram dan tailing sebesar 35,2 gram

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

15

Kecepatan tegangan rotor ikut serta dalam mempengaruhi pemisahan antara konsentrat dengan tailing. Setelah dilakukan percobaan, maka saya sebagai penulis menyimpulkan bahwa semakin cepat rotor bergerak dengan semakin bartambahnya tegangan (volt), maka berat konsentrat yang didapat akan semakin kecil, karena kecepatan Feed ikut dipengaruhi oleh kecepatan rotor, jika semakin cepat maka gaya centrifugal yang didapat akan semakin besar, sehingga kebanyakan dari mineral besi akan terlontar ke wadah tailing dan kemudian terbuang, dan sedikit dari mineral besi yang terkandung di dalam Feed akan masuk ke dalam wadah konsentrat.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Setelah melakukan praktikum tentang Magnetic Separator dapat disimpulkan bahwa : 1. Kecepatan tegangan rotor ikut serta dalam mempengaruhi pemisahan antara konsentrat dengan tailingnya. Semakin cepat rotor bergerak dengan semakin bartambahnya tegangan (volt), maka berat tailing yang didapat akan semakin besar, karena kecepatan Feed ikut dipengaruhi oleh kecepatan rotor. 2. Bijih besi yang memiliki sifat kemagnetan dapat melalui magnetic separator sampai menuju konsentrat 3. Tailing yang tidak memiliki sifat kemagnetan, akan jatuh menuju tailing. 4. Jumlah berat konsentrat yang terdapat pada sesungguhnya tidak sesuai dengan jumlah konsentrat dalam praktikum.

5.2 Saran Setelah praktikan melakukan percobaan, banyak masalah yang timbul saat melakukan percobaan. Karena itu, praktikan akan memberikan beberapa saran untuk yang akan melakukan praktikum selanjutnya, sebagai berikut : 1. Letakkan magnetic separator pada tempat yang datar, tidak miring dan tidak bergoyang, karena jika magnetik separator bergerak-gerak, maka laju pengumpanan akan berubah.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 16

17

DAFTAR PUSTAKA

Ardi,rio. 2008. Unjuk kerja Magnetic separator pada proses pemisahan mineral besi dari mineral pengotornya. Jurusan Teknik Metalurgi : Cilegon.

Norrgran,A. Daniel & Mankosa, J.Michael,Bench scale and Pilot Plant Test for Magnetic Concentration Circuit Design. Mineral Processing Plant Design,Practice and Control Proceedings, Volume I (pp. 176 200), Littleton. Society for Mining. Metallurgy and Exploration,Inc. Schnmetz,Alois. 1985. Pengetahuan Bahan Dalam Pengerjaan Logam. Angkasa : Bandung. Sutisna, Deddy T. 2005. Tinjauan potensi dan pemanfaatan cebakan bijih besi di Indonesia, (on-line). Available at http://www.esdm.go.id. Tim Laboran Metalurgi. 2008. Modul Praktikum Laboratorium Metalurgi. FT. Untirta : Cilegon. Vohdin,K.W. 1981. Mengolah Logam. Pradnya Paramita : Jakarta.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 17

18

LAMPIRAN

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 18

19

Lampiran 1. Contoh Perhitungan 1. Menghitung laju pengumpanan yang terjadi. Percobaan 1 Laju pengumpanan = berat umpan / waktu = 50 gram / 6,26 menit = 7,99 gram/menit Percobaan 2 Laju pengumpanan = berat umpan / waktu = 50 gram / 4,1 menit = 12,19 gram/menit Percobaan 3 Laju pengumpanan = berat umpan / waktu = 50 gram / 3,49 menit = 14,33 gram/menit 2. Menentukan % Berat Percobaan 1 : w ( feed pasir besi) - w (konsentrat) %w x100 % w ( feed pasir besi) 15 - 6 %w x100 % 15 9 %w x100 % 15 %w 0,6 x 100 % 60% Percobaan 2 : w ( feed pasir besi) - w (konsentrat) %w x100 % w ( feed pasir besi) 15 - 5,5 %w x100 % 15 9,5 %w x100 % 15 %w 0,63 x 100 % 63,3 % Percobaan 3 : w ( feed pasir besi) - w (konsentrat) %w x100 % w ( feed pasir besi) Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

20

15 - 5,3 x100 % 15 9,7 %w x100 % 15 %w 0,65 x 100 % 65 % %w

3. Menghitung Recovery yang diperoleh? Rumus Umum, Maka, R = Percobaan 1 R=

= 0,12

Percobaan 2 R=

= 0,11

Percobaan 3 R=

= 0,106

Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus 1. Menghitung laju pengumpanan yang terjadi. Percobaan 1 Laju pengumpanan = berat umpan / waktu = 50 gram / 6,26 menit = 7,99 gram/menit Percobaan 2 Laju pengumpanan = berat umpan / waktu Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

21

= 50 gram / 4,1 menit = 12,19 gram/menit Percobaan 3 Laju pengumpanan = berat umpan / waktu = 50 gram / 3,49 menit = 14,33 gram/menit

2. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang dapat mempengaruhi suatu proses Magnetic Separation? Jawab: a. Gaya magnet (force magnetic) : gaya yang bekerja pada Magnetic Separator yang merupakan gaya yang sangat mempengaruhi pemisahan apakah partikel itu bersifat magnet atau tidak. Gaya ini yang paling mendominasi dalam pemisahan magnetic. Di dalam gaya magnet ini terdapat medan magnet yang ditimbulkan sehingga akan adanya medan magnet tersebut dapat langsung menarik atau menolak partikel sesuai dengan sifat kemagnetan yang dimilikinya. Ketika partikel magnet diletakkan pada medan magnet yang berada pada permukaan drum maka mineral tersebut akan mengalami gaya magnet. b. Gaya tarik : Dalam alat pemisah magnetik ini, didalamnya ketika proses pemisahan berlangsung terdapat gaya tarik menarik dan tolak menolak antara partikel-partikel. Hal ini juga karena pengaruh magnet yang ada dalam alat pemisah magnetik. c. Gaya Gravitasi : Gaya ini merupakan gaya yang saling berlomba (berlawanan) dengan gaya magnet dan saling beraksi dengan semua partikel dalam pemisahan diantaranya adalah gaya gravitasi, hydrodynamic drag, friction, dan inertia. Jika pemisahan yang terjadi pada permukaan drum yang berputar, maka gaya sentrifugal yang mempengaruhinya. Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

22

d.

Selain ketiga gaya di atas yang dijelaskan, yang mempengaruhi proses magnetic separator juga adalah magnetic susceptibility yang merupakan kemampuan suatu material untuk menarik gaya-gaya magnet. Mampu atau tidaknya suatu material terhadap kekuatan magnet ini tergantung pada magnetic susceptibility yang dimilikinya. Distribusi ukuran juga sangat mempengaruhi proses magnetic separator karena ditribusi ukuran juga mempengaruhi gaya-gaya yang bekerja di dalamnya. gaya-gaya yang bekerja di dalamnya.

3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Magnetic separator ? Jawab: Magnetic separator dapat dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu magnetic separator dalam intensitas rendah (low intensity) yang dapat beroperasi pada kekuatan selang di bawah 0,2 Tesla dan efektif untuk melakukan konsentrasi mineral ferromagnetic serta menggunakan magnet permanent ferrit untuk menghasilkan medan magnet. Selain itu, terdapat magnetic separator dalam intensitas tinggi (high intensity) yang dapat beroperasi pada kekuatan di atas 0,2 Tesla dan efektif untuk melakukan konsentrasi mineral paramagnetic yang menggunakan magnet

elektromagnetik. Magnetic separator juga menurut medianya ada yang basah dan kering.

4. Tentukan % berat yang hilang? Jawab: Percobaan 1 : w ( feed pasir besi) - w (konsentrat) %w x100 % w ( feed pasir besi) 15 - 6 %w x100 % 15 9 %w x100 % 15 %w 0,6 x 100 % 60%

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

23

Percobaan 2 : w ( feed pasir besi) - w (konsentrat) %w x100 % w ( feed pasir besi) 15 - 5,5 %w x100 % 15 9,5 %w x100 % 15 %w 0,63 x 100 % 63,3 % Percobaan 3 : w ( feed pasir besi) - w (konsentrat) %w x100 % w ( feed pasir besi) 15 - 5,3 %w x100 % 15 9,7 %w x100 % 15 %w 0,65 x 100 % 65 % 5. Hitung Recovery yang diperoleh? Jawab: Rumus Umum, Maka, R =

Percobaan 1 R=

= 0,12

Percobaan 2 R=

= 0,11

Percobaan 3

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

24

R=

= 0,106

Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan

Gambar 6. Magnetic Separator

Gambar 7. Neraca Teknis

Gambar 8. Pasir Kuarsa

Gambar 9 . Pasir Besi

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

You might also like