You are on page 1of 11

BAB I

PEMBAHASAN

A.Teori-Teori dalam Belajar


1.Teori Operant Conditioning
Teori operant conditioning dimulai pada tahun 1930-an. Burhus
Fredik Skinner selama periodeteori stimulus Respons untuk
menyempurnakan teorinya Ivan Pavlo yang disebut “classical
conditioning”. Skinner setuju dengan konsepnya John Watson bahwa
psikologi akan diterima sebagai sain (science) bila studi tingkah laku
(behavior) tersebut dapat diukur, seperti ilmu fisika, teknik, dan
sebagainya.
Menurut Skinner, belajar adalah proses perubahan tingkah laku
yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil
belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya
respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa
diamati dan diukur. Hasil temuan skinner terdapat tiga komponen
dalam belajar yaitu: discriminative stimulus response reinforcement
(penguatan)- penguatan positif penguatan negative.
2.Teori Conditioning Of Learning (Robert M. Gagne)
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset
tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia.
Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran
yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki
belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh
pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih
sulit atau lebih kompleks. Menurut Gagne belajar memberi kontribusi
terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang
logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil
dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut

1
Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat
kompleks. Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah: mekanisme
dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara
kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude
(perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga
belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang
selanjutnya disebut kapasitas atau outcome.1
Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang
dinyatakan, seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan
menjelaskan. Kemampuan atau unjuk kerja dari hasil belajar, seperti
membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi
kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat
menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti;
menganalisa berita-berita, membuat keseimbangan keuangan,
menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan
rumus-rumus matematika.
Dengan kata lain ia tahu “knowing how” Attitude (perilaku)
merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar
(peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model
ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau
orang yang diidolakan. Strategi kognitif adalah kemampuan yang
mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir.
Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah
dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan
menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan.
Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self
learner” dan “independent tinker”.
3.Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive
Development Theory)
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi
1 Prof. Dr. Kasmiranwuryo M.A, Drs, H. Ali Sjaifullah, Pengantar Ilmu Jiwa Social (Erlangga:
Jakarta), hlm:39

2
yangterus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus
perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami
fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi
perkembangan kognitif piaget, duturunkan dari analisa perkembangan
biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan)
adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan
prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu: gerakan bayi, semi
logika, pra operasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak
dewasa. Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
yaitu :
a.lingkungan fisik
b.kematangan
c.pengaruh sosial
d.proses pengendalian diri (equilibration)
Tahap perkembangan kognitif :
a.Periode Sensori motor (sejak lahir 1,5 – 2 tahun)
b.Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun)
c.Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun)
d.Periode operasi formal
Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur, guru,
dosen, guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat
mengembangkan berpikir logis.
4.Teori Berpikir Sosial (social Learning Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog
pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini
dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam
setting yang alami atau lingkungan sebenarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku,
lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang
mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang

3
saling berpengaruh (interlocking), Harapan dan nilai mempengaruhi
tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik
lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal tingkah laku
mengaktifkan kontingensi lingkungan.
Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan
atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda.
Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.
Tingkah laku dihadirkan oleh model, model diperhatikan oleh pelajar
(ada penguatan oleh model) tingkah laku (kemampuan dikode dan
disimpan oleh pembelajar) pemrosesan kode-kode simbolik skema
hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan
tingkah laku, (Bandura, 1976).

B.Perkembangan Psikologi Sosial


Pada abad-19 di Eropa barat psikologi sosial mulai dipikirkan
secara sistematis dan secara khusus. Yang mana sebelumnya hanya berupa
pemikiran dan bayangan saja. Adapun perkembangannya adalah sebagai
berikut:
1.Gabriel Tarde
Adalah seorang sosiolog dan kriminalog Prancis yang mana
dianggap sebagai bapak dari psikologi sosial. Menurut Tarde hubungan
sosial (social interaction) itu berkisar pada imitasi; bahkan menurut dia
semua pergaulan antar manusia adalah berdasarakan proses imitasi itu.
Imitasi adalah proses mencontoh, meniru, ikutan dan menurut
pendapat Tarde ini perkembangan proses imitasi dalam masyarakat
merupakan kelangsungan yang dapat dirumuskan sebagai berikut
pertama timbul sebuah gagasan atau keyakinan baru dalam masyarakat
lalu keyakinan atau gagasan baru itu diimitasi dan disebarkan oleh
banyak orang dalam masyarakat itu.2

2 Dr. w. A. Gerungan Dipl.Psych, Psychology, Cet.viii, (PT. Eresco : Jakarta) , hlm:35

4
Jadi garis besarnya adalah kehidupan masyarakat ditentukan
oleh dua macam kejadian utama, yaitu dengan timbulnya gagasan baru
dari individu yang berbakat kemudian diimitasi dan disebarluaskan,
namun dari hasil imitasi itu dapat memunculkan gagasan baru juga,
jadi dari satu gagasan dapat muncul beberapa gagasan karena
perbedaan dari individu itu sendiri, yang mana akan menimbulkan
beberapa rantai pengetahuan dan gagasan baru.
Yang berperan penting dalam masyarakat adalah imitasi yang
mana akan membentuk atau berlakunya suatu adat dan kebiasaan
dalam suatu kelompok masyarakat, yang mana pada awalnya hanya
bermula dari ide dari seorang individu, dan secara turun-temurun
dilaksanakan sehingga menjadi sebuah kebiasaan dalam kelompok itu.
Dalam teori Gabriel trade ini bertumpu pada proses imitasi
sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar manusia.
2.Gustave Le Bon (1841-1932)
Terkenal karena sumbangannya dalam lapangan “psikologi
massa” yang dimaksud “massa”; “crowd” atau orang ramai, ialah satu
dari bentuk-bentuk pengelompokan dalam kehidupa manusia, adapun
ciri-ciri “massa” adalah:
-suatu kumpulan manusia yang terdiri dari banyak
orang dan berjumlah ratusan sampai ribuan
-kumpulan ini berkumpul dan mengdakan saling
berhubungan untuk sementara
-dan mereka berkumpul karana minat atau
kepentinagan bersama yang sementara
Contoh dari “crowd” ini adalah: para penonton, para suporter,
dan para pengunjuk rasa juga demonstran
Menurut Le Bon dalam teorinya, bahwa ada beberapa sifat
antara jiwa masa dam jiwa individu, misalnya:
Jiwa massa itu impulsive, lebih mudah tersinggung, ingin
bertindak dengan segera dan nyata, mudah terbawa oleh sentiment,

5
kurang rasional dan mudah dipengaruhi, dan lebih mudah mengimitasi.
Sedangkan sifat individual yang tidak sama dalam sikap
kesehariannya dan menyaksikan sesuatu yang pada hemat mereka
tidak patut dilakukan, sifat-sifat massa yang digambarkan oleh Le Bon
ini merupakan suatu gambaran jiwa yang lebih “primitif” dari pada
sifat-sifat individu, yang dalam artian sifat primitif yang terjadi dari
ketidak rasionalan, penuh sentimen,yang sukar dikendalikan dan suka
melanggar peraturan.
3.Sigmund Freud (1856-1969)
Adalah seorang psikiater ternama dari Austria, yang terkenal
dengan pendapatnya tentang psikologi sosial. Freud juga memepelajari
ilmu massa yang sejalan dengan Le Bon, namun dalam sifat individu
dia berbeda dengan Le Bon, yang mana menurut Freud bahwa dalam
jiwa massa itu terdapat dan dicakupi oleh sifat individu, hanya saja
dalam jiwa massa yang primitif itu terdapat pada individu manusia
dalam taraf yang tidak sadar yang mana menurut Freud beberapa sifat
primitif massa itu terpendam dalam diri individu dan baru tersalurkan
dengan adanya massa itu sendiri.
4.Emile Durkheim (1858-1917)
Adalah seorang sosiolog yang mempunyai pengaruh besar pada
psikologi sosial, menurut Durkheim masyarakat adalah sistem yang
mengikat kehidupan orang-orang dan merupakan lingkaran yang
menguasai segala kehidupan, norma-norma yang semula tidak ada
pada individu, lambat laun akan diberikan dan bahkan akan dipaksakan
oleh oleh masyarakat itu terhadap individu.3

C.Metode Psikologi Sosial


Dalam psikologi sosial ada beberapa metode yang dilakukan
secara empiris tidak seperti ketika psikologi sosial hanya dipikir dan
direnungkan tanpa bukti dan fakt-fakta yang jelas, ada beberapa metode

3 Ibid, hlm: 39

6
yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
1.Metode Eksperimen
Wilhem Wundt adalah yang pertama memakai dam
mendasarkan metode ini kedalam psikologi sosial secara ilmiah, dalam
metode ini ada beberapa syarat yang diajukan oleh Wilhem:
a.kita harus dapat menetukan dengan tepat waktu
terjadi gejala yang ingin kita selidiki
b.kita harus dapat mengikuti langsung gejala yang
ingin kita selidiki dari mulanya sampai pada
akhirnya, dan kita harus mengamati dengan
perhatian yang khusus
c.tiap-tiap observasi (pengamatan) harus dapat kita
ulangi dalam keadaan-keadaan yang sama
d.kita harus mengubah-ubah dengan sengaja syarat-
syarat keadaan eksperimen
Maksud metode ini memanglah untuk menimbulkan dengan
sengaja suatu gejala guna dapat menyelidiki berlangsungnya dengan
persiapan yang cukup dan perhatian yang khusus.
2.Metode Survey
Dalam metode ini penyelidik mengumpulkan keterangan-
keterangan seluas mungkin mengenai kelompok tertentu yang ingin dia
selidiki, kebiasaan survey yang digunakan adalah dengan wawancara,
observasi dan angket untuk mendapatkan keterangan
3.Metode Diagnotik-Psikis
Dalam mengumpulkan beberapa keterangan biasanay
penyelidik tidak melakuakan dengan biasa, kadang perlu dilakukan uji
test-test psikolgi yang dapat menggambarkan segi-segi psikologi yang
lebih dalam mendapat keterangan.
4.Metode Sosiometri
Morena adalah orang yang berjasa dalam metode ini karena
dialah yang menemukannya, yang mana metode ini merupakan metode

7
baru dalam ilmu sosial dan terfokus untuk meneliti “intra-group-
relations” atau saling berhubungan antara anggota kelompok di dalam
suatu kelompok.

8
BAB II
KESIMPULAN

A.Kesimpulan
Dalam psikologi belajar pendidikan, pengkarakteran suatu
kelompok bisa dikatakan mendapat peran penting, karena dengan
pengkarakteran maka akan lebih gampang mendapatkan data dan dapat
pula lebih mudah dicerna dan diolah, namun tidak kalah penting adalah
bagaimana cara menerapkan beberapa metode yang telah ada diatas, yang
apabila metode itu diterapkan dengan tepat dan sesuai dengan tempatnya,
maka akan mendapatkan hasil yang maksimal. Dan jika mengikuti
pendapat Tarde maka pentinglah peran sebuah kelompok ataupun massa
dalam menampakkan ekspresi terpendam dalam setiap individu. Dan
dalam pendapat Durkheim yang mana lebih menekankan pada peran
masyarakat, namun jika digabungkan dengan teori tarde maka masyarakat
pun dapat dikategorikan kedalam sebuah massa, karena merupakan sebuah
kumpulan yang didalamnya berkumpul individu-individu yang
mempunyai kepentingan yang sama yang membedakan dalam masyarakat
tidaklah dalam kepentingan sementara namun untuk kepentingan yang
terus menerus dan menjaga perindividu yang bernaung dalam kelompok
masyarakat itu.
Namun juga ada pendapat yang memasukkan grup juga termasuk
dalam kelompok manusia pendapat ini dikemukakan oleh Theodore
M.Newcomb, yang mana menurut theodore definisi grup itu tergantung
penilain perindividu. Grup akan lahir jika ada: motiv, fungsi, formasi
dalam strukutur dan norma tertentu seperti yang diungkapkan oleh
Muzafer Sherif.
B.Saran
Betapa pentingnya memahami diri kita sendiri sebelum memahami
personal orang lain maka dari itu pendidikan sosial sangatlah perlu karena
dapat memberikan pengetahuan bahwa pentingnya kebersamaan dalam

9
masyarakat, dan saat inilah kesadaran itu mulai surut. Jadi perlulah
kesadaran bersosial dalam diri kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Mustaqim, Drs Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, Jakarta:2003 PT.


Rineka Cipta
Prof. Dr. Kasmiran Wurya M.A, Drs. H. Ali Sjaifullah, Pengantar Ilmu
Jiwa Sosial, Jakarta:1983, Erlangga
Prof. Dr. H. Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: 2007, Bumi Aksara
Dr. W.A Gerungan, Psychology-Social, Jakarta: 1983, PT. Eresco

11

You might also like