You are on page 1of 4

Analisis kapasitas antioksidan Asam Elagat pada Stroberi dapat dilakukan dengan beberapa metode , diantaranya : a.

Uji ORAC Total kapasitas antioksidan dapat digambarkan dalam sebuah spektrum luas dari kapasitas antioksidan melawan berbagai radikal oksigen/nitrogen yang sangat reaktif. Uji ORAC (oxygen radical absorbance capacity) akan mengukur efek kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas pada probe yang berpendar (fluorescent). Setiap perubahan dari intensitas pendar, menunjukkan indeks kerusakan akibat radikal bebas. Dengan adanya pengaruh antioksidan, perlambatan dari dampak kerusakan akan mencerminkan kapasitas antioksidan dalam menetralisir radikal bebas. b. Uji ABTS Asam 2,2-Azinobis(3-etilbenzatiazolin)-6-sulfonat (ABTS) merupakan substrat dari peroksidase yang jika dioksidasi oleh H2O2 akan membentuk senyawa radikal kation metastabil (kestabilan kritis) yang menunjukan absorbansi kuat pada panjang gelombang 414 nm. Akumulasi dari ABTS dapat dihambat oleh antioksidan yang bergantung pada lamanya reaksi dan jumlah antioksidannya. Kemampuan relatif antioksidan untuk mereduksi ABTS dapat diukur dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 734 nm karena panjang gelombang ini mendekati daerah inframerah sehingga dapat meminimalkan interfensi dari absorbansi komponen lain. Hasil pengukuran dengan spektrofotometer selanjutnya dibandingkan dengan standar baku dari antioksidan sintetik, yaitu trolox yang analog dengan vitamin E. Hasil perbandingan ini diekspresikan sebagai TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant Activity). TEAC adalah konsentrasi (dalam milimolar) larutan trolox yang memiliki efek antioksidan ekuivalen dengan 1,0 mM larutan zat uji. TEAC mencerminkan kemampuan relatif dari antioksidan untuk menangkap radikal ABTS dibandingkan dengan kemampuan trolox. c. Pengujian DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang stabil. Prinsip metode uji DPPH didasarkan pada reaksi penangkapan atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh DPPH. Selanjutnya DPPH akan tereduksi menjadi diphenyl picryl hidrazine (DPPH-H). Reduksi DPPH menjadi DPPH-H menyebabkan perubahan warna larutan dari ungu menjadi kuning (Lupea et al dalam Kurniawan 2011). Penurunan absorbansi DPPH dari warna ungu ke kuning diukur pada 517 nm. Berikut mekanisme terjadinya pembentukan senyawa diphenyl picryl hidrazine dari DPPH :

Pereaksi DPPH hanya dapat mengukur senyawa antioksidan yang terlarut dalam pelarut organik khususnya golongan alkohol. Secara luas pereaksi DPPH digunakan untuk mengukur dan membandingkan kapasitas antioksidan senyawa turunan fenolik dan mengakumulasikan kapasitas antioksidan melalui perubahan serapan yang terjadi. Pengujian kapasitas antioksidan DPPH harus dilakukan secara cepat dan hati-hati karena pereaksi DPPH dapat dengan mudah mengalami degradasi oleh cahaya, oksigen pH dan jenis pelarut. Beberapa keunggulan penentuan antioksidan menggunakan metode uji DPPH antara lain pengerjaanya mudah, cepat, reprodusibel, sensitif, dan hanya membutuhkan sedikit sampel. (Koleva et al dalam Kurniawan 2011)

Penentuan Kadar Vitamin C Vitamin merupakan suatu senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lin bagi makhluk hidup. Pada umumnya didalam buah-buahan banyak terdapat kandungan vitaminnya. Salah satunya adalah vitamin C. Vitamin C atau asam askorbat merupakan suatu nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan juga buah-buahan. Oleh karena itu, vitamin C sering disebut fresh food vitamin. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin C-nya; semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya (Winarno,F.G, 1984). Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selam pemrosesesan dan penyimpanan. Vitamin C lebih mudah rusak dalam pemasakan dibanding vitamin-vitamin lain dan mudah sekali teroksidasi, lebih-lebih bila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim asorbic acid oksidase, sinar dan temperatur yang sangat tinggi. Vitamin C mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna , titik cair 190-192 0C. Bersifat larut dalam air sedikit larut dalm aseton atau alcohol yang mempunyai BM rendah. vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan benzen, dengan logam membentuk garam. Sifat asam ditentukan oleh

ionisasi enol group pada atom C no 3 pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu , enzim askorbat oksidase, sinar,dan temperature tinggi. Larutan encer Vitamin C pada pH kurang dari 7.5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti diatas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dehidroaskorbat (Sudarmaji, Slamet, 1989). Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat, keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam askorbat sangatt mudah teroksidasi secara reversible menjadi asam L-dihidroaskorbat. Asam L- dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L- diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan viatamin. Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi iodin. Hal ini berdasarkan bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan iodin. Indikator yang dipakai adalah amilum.Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya warna biru dari iod-amilum. Perhitungan kadar vitamin C dengan standarisasi larutan iodin yaitu tiap 1 ml 0.01 N iodin ekivalen dengan 0,88 mg asam askorbat. Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang (Sudarmaji, Slamet, 1989). O=C | HO C || O O = C OH | HO C I | HO C I + I2 | H C OH | HO C H | CH2OH

HO C | HC | HO C H | C H2OH Reaksi Vitamin C dengan iod

Cara lain dalam penentuan vitamin C adalah dengan 2,6 D (2,6 Na-dikloro indofenol). Asam askorbat dapat mereduksi 2,6 D sehingga terjadi perubahan warna.Larutan 2,6 d dalam suasana netral atau basis akan berwarna biru sedang dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Apabila 2,6 D direduksi oleh asam askorbat maka akan menjadi tidak berwarna,

dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi 2,6 D maka akan kelebihan larutan 2,6 d sedikit saja mudah akan terlihat terjadinya perwarnaan. Untuk perhitungan maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6 D dengan vitamin C standar.

You might also like