You are on page 1of 26

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Air merupakan pokok bagi kehidupan dan secara keseluruhan

mendominasi komposisi kimia dari semua organisme. Terdapatnya dimana-mana dalam biota sebagai tumbuhan metabolisme biokimia dan mempunyai sifat kimia serta fisika yang unik. Istilah limnologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata limne berarti genangan rawa atau danau. Jadi, limnologi adalah ilmu yang mempelajari lingkungan perairan darat (misalnya danau, situ, waduk, sungai, rawa, dan lahan basah), terdiri atas komponen biotik dan abiotik, serta pengungkapan prosesproses interaksi diantara komponen-komponen ini (Hehanussa et al,. 2001) Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong dan legokan). Perairan air tawar sebagai lingkungan mempunyai peran besar bagi kita dan bagi kehidupan organisme-organisme diperairan.karena komponen air tawar adalah merupakan sumber yang murah dan mudah dicapai bagi keperluan domestik

Boyd dan Lithkoppler (1979), kualitas air secara luas diartikan setiap faktor fisika, kimiawi dan biologi yang mempengaruhi manfaat penggunaan air bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Zonneveld et al (1991) mengemukakan bahwa kualitas air memengaruhi seluruh komunitas perairan (bakteri, tanaman, ikan, zooplankton, dan lain sebagainya). Di dalam ekologi perairan terdapat beberapa organisme seperti benthos, plankton, bakteri dan pertumbuhan air. Keduduakan fitoplankton sebagai produser primer adalah penghasil nutrisi yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak serta asam lemak telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain dalam bidang perikanan, farmasi dan makanan suplemen. Organisme ini diisolasi kemudian dibudidayakan secara intensif untuk mendapatkan monospsies dengan kepadatan tinggi. Benthos merupakan organisme yang tinggal didalam dan atau diatas sediment didasar suatu perairan. Benthos dpat mendaur ulang bahan organic, membantu proses mineralisasi menduduki posisi penting dalam rantai makanan, indicator pencemaran karena siklus hidupnya yang panjang dan pergerakannya yang terbatas. Ikan sebagai hewan nekton yaitu hewan yang dapat bergerak bebas diperairan langsung merasakan perubahan tersebut. Perubahan ini disebabkan karena adanya perubahan dari perairan mengalir menjadi perairan tergenang sehingga akan mempengaruhi keberadaan dan pola penyebarannya. Keberadaan ikan diperairan sangat erat kaitannya dengan fitoplankton sebagai sumber makanan utama.

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan praktikum Pengukuran Debit Air yaitu untuk mengetahui debit air yang terdapat di aliran sungai belakang marine science Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Sedangkan, manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui bagaimana cara-cara dalam pengukuran debit air dan mengetahui apa contoh dari kegunaan pengukuran debit air tersebut. Tujuan praktikum Parameter Biologi adalah mengetahui sebaran plankton dan benthos diwaduk fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Riau. Sedangkan, manfaat dari praktikum ini yaitu supaya praktikan dapat mengidentifikasi jenis plankton dan benthos, mampu menghitung kelimpahan, serta mampu menghitung uji lanjut beberapa indeks seperti keragaman, keseragaman, dan dominansi. Tujuan praktikum Parameter Kimia-1 yaitu untuk mengetahui cara menentukan kandungan CO2 bebas dan oksigen terlarut dalam suatu perairan, sekaigus perhitungannya. Sedangkan, manfaat dari praktikum ini yaitu dapat menambah pengetahuan mahasiswa/mahasiswi yang ada di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau tentang kandungan oksigen terlarut dan CO2 bebas diperairan. Tujuan dari praktikum Parameter Kimia-2 yaitu mengukur kualitas air dilihat dari segi parameter kimia yaitu nitrat-nitrogen dan orthofosfat. Sedangkan manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa mengerti dan mengetahui cara-cara mengukur kualitas air dilihat dari segi parameter kimia yaitu nitrat-nitrogen dan orthofosfat. Serta mengetahui bagaimana cara menggunakan spektrophotometer.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Waduk adalah sebuah kolam besar tempat mengumpulkan dan menyimpan air untuk dipakai di musim kering. Namun dalam perkembangannya, waduk mempunyai beberapa fungsi lain yaitu untuk pengairan, pengendalian banjir, pembangkit listrik tenaga air, penggerak mesin kebutuhan air minum, perikanan, pariwisata dan lain sebagainya (Sachlan, 1980) Perairan umum merupakan bagian permukaan bumi yang secara permanen berkala digenangi air, baik air tawar, payau, atau laut yang dihitung dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami maupun buatan (Dinas Perikanan Tingkat 1 Propinsi Riau, 1997). Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) per satuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Pemilihan lokasi pengukuran debit air dapat dilakukan di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, dan aliran tidak melimpah melewati tebing sungai (Sihotang, Asmika dan Efawani, 2006). Fitoplankton merupakan dasar terciptanya kehidupan ekosistem perairan, karena dalam sistem aliran energi fitoplankton menempati tropik level pertama sebagai produsen.Fitoplankton merupakan bagian dari plankton dan merupakan dasar terbentuknya rantai makanan dan perairan. Fitooplankton terdiri atas 2 jenis yaitu eukariotik alga dan prokariotik alga (Odum, 1993) Benthos sebagai organisme dasar suatu perairan mempunyai habitat yang relatif tetap. Perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya sangat

mempengaruhi komposisi dan kelimpahannya, sehingga kelompok organisme ini sering digunakan sebagai indicator pencemaran di dalam suatu ekosistem perairan (Siagian, 1997) Oksigen terlarut adalah jumlah gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen dalam perairan berasal dari hasil fotosintesa oleh phytoplankton atau tanaman air lainnya yang diperoleh dengan bantuan energi ATP dari sirkulasi fosfor atau berasal dari difusi dari udara. Kadar oksigen dalam air dapat ditentukan dengan dua cara yaitu dengan cara titrasu (tetrimeter) dan dengan pengukuran alat elektronik yang disebut DO- meter (Nikolsky, 1963) Karbondioksida bebas yang dianalisa adalah kardondioksida yang berada dalam bentuk gas yang terkandung dalam air. Kandungan karbondioksida bebas diudara adalah sekitar 0,03 0/0 . kandungan CO2 dalam air murni pada tekana 1 atm dan temperatur 250C adalah sekitar 0,4 ppm ( Wardoyo, 1981). Semakin tinggi kecerahan maka makin dalam daya penetrasi cahaya matahari dalam perairan. Hal ini akan mengakibatkan lapisan produktif lebih tebal dan produktivitas primer akan semakin tinggi (Welch, 1981) Wardoyo (1981), mengemukakan bahwa suhu air merupakan faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya. Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untuk reaksi metabolisme dalam tubuh organisme. Fosfat merupakan salah satu unsur penting dan banyak terdapat di sungai, hal ini disebabkan karena sungai banyak membawa bahan-bahan dan sampah

organic maupun sumber fosfat daratan lainnya sehingga konsentrasi fosfat di sungai lebih besar dari sekitarnya (Wardoyo, 1981) Kelarutan oksigen dilaut sangat penting artinya dalam mempengaruhi keseimbangan kimia di air laut dan juga dalam kehidupan organisme di laut. Faktor yang mempengaruhi konsentrasi O2 di lau antara lain yang terpenting adalah proses fitosintesis oleh tumbuhan air, pertukaran udara dipermukaan air,gerakan percampuran masa air dan proses kimia dan salinitas. Karbondioksida terdapat di laut karena adanya aktifitas metabolisme biota laut dan karena interaksi antara laut dengan udara dilapisan permukaan. CO2 di laut sebagian besar dalam bentuk asan karbonat, bikarbonat, dan CO2 bebas. Sistem CO2 ini berfungsi sebagai pengatur PH laut (Koesoebiono, 1979).

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, mulai tanggal 26 Oktober-23 November 2011 pada pukul 10.00-11.40 WIB. Bertempat di laboraturium Limnologi dan sampel ada yang diambil dari waduk Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan selama pratikum adalah sampel air yang diambil di waduk, botol sampel, lugol 4 %, label, 2 ml NaOH+KI, 1 ml MNSO4, 2 ml H2SO4, titrasi Na2S2O35H2O, Indikator pp, Titrasi Na2CO3 0,0454 N, pereaksi brucine, H2SO4 pekat, aquades, NaOH pekat, ammonium molybdate, SnCl2. Alat yang digunakan selama pratikum adalah botol BOD, plankton net, centrifuge, cawan petri, mikroskop, cover glass, objek glass, buku identifikasi benthos, buku identifikasi plankton, pipet tetes, erlenmeyer, gelas ukur, jarum suntik, bola pimpong, tali sepanjang 3 meter sebanyak 2 buah, benang, jarum pentol, stopwatch, thermometer, secchi disk, kertas saring whatman, gelas piala, batang pengaduk, spektrofotometer, cuvet, milipore dan alat tulis.

3.3. Metode Pratikum Metode yang digunakan adalah metode langsung dimana praktikan turun langsung kelapangan untuk mengambil sampel dan juga ada yang memakai metoda titrasi atau tetrimetri, metoda brucine dan metoda SnCl.

3.4 Prosedur praktikum 3.4.1. Pengukuran Debit Air 1. Metode Emboys Float 1. Menentukan panjang selokan yang akan diukur kecepatan arusnya. 2. Mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telah ditentukan dengan menggunakan pelampung. 3. Menentukan konstanta perairan dengan melihat keadaan dasar perairan (0,8 untuk dasar perairan berbau dan berkerikil 0,9 untuk dasar perairan berlumpur) 4. Menghitung debit air dengan rumus : R = WDAL / T Keterangan : R : Debit Air

W : Rata rata lebar (m) D A L T : Rata rata kedalaman (m) : Konstanta perairan : Jarak yang ditempuh pelampung (m) : Waktu (detik)

2. Metode Weir (Rectangular Weir) 1. Menentukan lebar Weir yang digunakan 2. Membendung selokan dengan menggunakan Weir 3. Mengukur tinggi perairan dari dasar perairan sampai garis bawah air 4. Mengukur ktinggian air setelah dipasang Weir 5. Menghitung debit denagan menggunakan rumus : a. Rectangular Weir Q = 0,33 (L 0,2 H)

b. 90 North Weir c. Trapezoid Weir 3.4.2. Parameter Biologi

Q = 2,5 H5/2 Q = 3,367 LH 3/2

Prosedur praktikum parameter biologi dilakukan dengan cara menyaring 5 liter air di suatu perairan dengan planktonet sebanyak 10 kali sehingga total air yang disaring adalah 50 liter. Masukkan air yang telah dilakukan pemekatan denagn plankton net ke dalam botol film kemudian air sample tadi di beri lugol agar plankton awet dan tidak rusak. Biarkan air sampel mengendap untuk selanjutnya diidentifikasi plankton yang terdapat pada air sampel dan menghitung berapa jenis plankton yang diperoleh untuk selanjutnya data data tersebut dihitung dan dianalisis dengan menggunakan rumus :

N=nx
Dimana :

A C x x 1/E B D

N = jumlah total plankton (sel/L) n = jumlah rata rata sel plankton pada setiap lapangan pandangan (sel) A = luas gelas penutup (mm2) B = luas satu lapangan pandang (mm2) C = volume air yang tersaring (ml) D = volume air 1 tetes dibawah gelas penutup (ml) E = volume air yang disaring (L) Untuk benthos Pada titik sampling yang telah ditentukan, sejumlah sampel benthos dari dasar perairan diambil dengan menggunakan Petersen dredge. Sampel yang bercampur endapan dasar kemudian dimasukkan kedalam saringan lalu dibersihkan dengan cara memutar saringan pada permukaan air di perairan.

10

Kemudian sampel itu dibawa ke laboratorium Limnologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Di laboratorium, sebaiknya sampel tersebut dianalisis di bawah stereo mikroskop. Setelah itu dihitung kelimpahan benthos tersebut. 3.4.3. Parameter Kimia-1 1. Penentuan DO Air diambil dengan menggunakan botol BOD, dan dijaga jangan sampai timbul gelembung udara, Tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH-KI sehingga terjadi endapan berwarna coklat, Tambahkan 20 tetes H2SO4 pekat, kemudian botol dikocok sampai endapan hilang dan berwarna kuning, Diambil sampel air tersebut sebanyak 50 ml, dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer, Dititrasi dengan Na2S2O35H2O sampai warna kuning pucat, Ditambahkan 3-5 tetes amilum sampai warna menjadi biru, Dititrasi kembali dengan Na2S2O35H2O sampai warna biru hilang, Dihitung oksigen terlarut dengan rumus : DO (mg/l) =
ml titran x 8000 x 0,025 ml sampel

2. Penentuan CO2 bebas Sampel air dengan menggunakan botol oksigen, jangan sampai timbul gelembung udaranya,

11

Pipet air sampel sebanyak 25 ml masukkan kedalam Erlenmeyer dengan hati-hati, kurangi pengaruh aerasi,

Tambahkan 3 tetes indicator pp, apabila warna menjadi merah muda berarti tidak ada CO2 bebasnya. Jika tidak berwarna berarti ada CO2 dan lanjutkan ke prosedur berikutnya,

Titrasi segera dengan Na2CO3 0,0454 N sampai menjadi bening kembali. Dan hitung sampai tetes keberapa sampel tersebut berwarna bening kembali, dan itulah ml titrannya,

Dihitung CO2 bebas dengan rumus : CO2 (mg/l ) =


ml titran x N titran x 44/2 x 1000 Vol sampel

3. Alkalinitas Sampel air dengan menggunakan botol oksigen, jangan sampai timbul gelembung udaranya, Pipet air sampel sebanyak 50 ml masukkan kedalam Erlenmeyer dengan hati-hati, kurangi pengaruh aerasi, Tambahkan indikator pp 4 tetes, Tambahkan BC-GMR 2 tetes sampai warna menjadi biru, Titrasi dengan H2SO4 0,022 sampai berwarna orange, Dihitung total alkalinitas dengan rumus :
1000 x 50 x N x a ml sampel

3.4.4. Parameter Kimia-2 Adapun prosedur praktikum yang dilakukan oleh praktikan adalah berdasarkan atas petunjuk asisten dosen, yakni :

12

1. Penentuan kadar nitrat-nitrogen Saring air sampel sebanyak 25-50 ml dengan kertas saring whatman no. 42 atau yang setara, Pipet 5 ml sampel yang telah di saring, masukkan kedalam gelas piala, Tambahkan 0,1 ml brucine (diaduk), Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan di aduk. 2. Penentuan kadar orthofosfat Saring air sampel sebanyak 25-50 ml dengan kertas saring milipore, Pipet 5 ml sampel yang telah disaring masukkan kedalam gelas piala, Tambahkan 0,2 ml ammonium molybdate, aduk Dan tambahkan 1 tetes SnCl2 aduk, diamkan selama 10 menit.

13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1. Pengukuran debit air Metode Emboys Float Dik : W1 = 96 cm W2 = 127 cm W3 = 90 cm D1 = 60 cm D2 = 65 cm D3 = 38 cm W=

W1 W2 W3 3 96cm 127cm 90cm = 3 = 104,3 cm 1,043 m D1 D2 D3 3 60cm 65cm 38cm = 3 = 54,3 cm 0,543 m

D=

A = 0,8 L = 3,375 m T = 107 s Dit : R ( m3/s) =..? = = =


WDAL T

Jawab : R (m3/s)

1,043m x 0,543m x 0,8 x 3,375 m 107 s


1,5291423m3 = 0,014 m3/s 107 s

Metode Weir(90 North Weir ) Dik Dit : H = 67,3 cm = 0,673 m : Q (m3/s) = ? = 2,5 H5/2 = 2,5 . 0,637 5/2 = 2,5 . 0,323

Jawab : Q (m3/s)

14

= 0,80 m3/s

4.1.2. Parameter Biologi Dari praktikum Parameter Biologi yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1.1 Jenis Plankton Spesies Thalassiothrix frauenfeldii Arcella Diacoides Colesterium ehrenbergii Cocconeis placentuli Jumlah Pandang Ke 1 2 3 4 8 48 4 1 6 1 12 13 16 30 5 1 -

Untuk perhitungan Plankton adalah sebagai berikut :


A C x x 1/E B D

Plankton: N = n x

Keterangan : N = Jumlah total plankton (sel/L) n = jumlah rata-rata sel plankton pada setiap lapangan pandang

A = luas gelap penutup (mm2) B = luas satu lapangan pandang ( r ) C = Volume air tersaring (ml)

D = Volume air 1 tetes di bawah gelas penutup E N =nx n = 9,06 A = 22 m x 22 m = 484 mm2 B = 10 x 10 = 1,7 x 22 = 37,4 mm2 C = 125 ml D = 0,06 ml E = 100 L = 100.000 ml = Volume air yang disaring (L)
A C x x 1/E B D

15

Maka : N = 9,06x

484 125 x x 1/100.000 37 ,4 0,06

= 9,06 x 12,9 x 2083,3 x 0,00001 = 2,43483 sel/ml 2434,83 sel/L

No 1.

Tabel 1.2 Jenis zoobenthos Gambar

Nama spesies Globular sp

Jumlah yang ditemukan 4

2.

Syuat turbinate

Tabel 1.3 Jenis fitobenthos No 1 Gambar Nama spesies Lenna minor Jumlah yang ditemukan 16 Jenis tumbuhan mengapung

Chara sp

mencuat

16

Fissidens

Melekat pada substrat

Glaux maritima

mencuat

Nymphoides peltatum

mencuat

4.1.3. Parameter Kimia-1 Penentuan DO Dik : ml titran = 1,6 ml ml sampel = 50 ml Dit : DO ( mg/l ) =..? = = = Penentuan CO2 Bebas
ml titran x 8000 x 0,025 ml sampel
1,6 ml x 8000 x 0,025 50 ml
320 = 6,4 mg / L 50

Jawab : DO (mg/l)

17

Dik

: ml titran = 3 ml N titran = 0,0454 N Vol Sampel = 25 ml

Dit

: CO2 ( mg/l ) = ?
ml titran x N titran x 44/2 x 1000 Vol sampel
3 ml x 0,0454 x 44/2 x 1000 25 ml 2996,4 = 119,856 mg / L 25

Jawab : CO2 (mg/l ) = = =

Alkalinitas Dik : N = 0,022 a = 1,5 ml Vol Sampel = 50 ml Dit : Alkalinitas = ?


1000 x 50 x N x a ml sampel

Jawab : =

= =

1000 x 50 x 0,022 x 1,5 ml 50 ml

1650 = 33 mg / L 50

4.1.4. Parameter Kimia-2 Dari praktikum Parameter Kimia 2 yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Penentuan kadar nitrat-nitrogen

18

Saring air sampel sebanyak 25-50 ml dengan kertas saring whatman no. 42 atau yang setara, Pipet 5 ml sampel yang telah di saring, masukkan kedalam gelas piala, Tambahkan 0,1 ml brucine (diaduk) Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan di aduk. lebih pudar dari yang sebelumnya. 2. Penentuan kadar orthofosfat Saring air sampel sebanyak 25-50 ml dengan kertas saring milipore, Pipet 5 ml sampel yang telah disaring masukkan kedalam gelas piala, Tambahkan 0,2 ml ammonium molybdate, aduk bening Dan tambahkan 1 tetes SnCl2 aduk. 4.2. Pembahasan 4.2.1. Pengukuran Debit Air Perikanan umumnya tidak mengkonsumsi air, tapi sangat memerlukan kondisi kualitas dan kuantitas air tertentu, termasuk perlindungan lingkungan dan kelestarian fungsi sumberdaya flora dan fauna yang terdapat dalam air. Kualitas air secara luas dapat diartikan secara fisik, kimiawi dan biologis yang mempengaruhi manfaat penggunaan bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung (Boyd, 1979). Person dan Hargrave (1977) mengatakan klasifikasi ukuran sedimen yang umum dipakai adalah pasir (sand). Ukuran 2 - 0,05 mm, lumpur (slit) ukuran 0,005 - 0,002 mm, butiran yang lebih dari 2 mm digolongkan dalam kelompok kerikil. jadi warna biru pudar. warnanya jadi Menjadi warna kuning Menjadi warna kuning

19

4.2.2. Parameter Biologi Kelimpahan fitoplankton didefenisikan sebagai jumlah individu plankton per satuan volume air dan dinyatakan dalam jumlah sel per m3 air. Variasi musiman kelimpahan plankton di daerah subtropis sangat nyata sekali, tetapi di daerah tropis variasi musiman kurang menonjol. Umumnya pada variasi musiman kelimpahan fitoplankton di daerah tropis bukan disebabkan oleh perubahan suhu tetapi karena adanya pergantian arah angin (Raymont dalam Avenvair, 1994). Nybakken (1992) menyatakan bahwa organisme hidup dalam suatu perairan pada suatu saat tertentu dapat dinyatakan berdasarkan jumlah individu per satuan volume air dan isi total organisme yang dipanen (volumetrik) per satuan volume air. Kelimpahan plankton dinyatakan sebagai jumlah plankton per satuan volume air (sel/liter). 4.2.3. Parameter Kimia-1 Soeseno (1971) menyatakan bahwa berkurangnya kadar O2 terlarut di perairan di sebabkan oleh pernapasan hewan, proses pembongkaran bahan-bahan organik dan dasar perairan yang mereduksi. Karbondioksida memegang peranan penting bagi kehidupan organisme perairan, bagi organisme perairan jumlah karbondioksida tersedia dalam jumlah yang cukup banyak tetapi bila jumlah tersebut melebihi batas maka akibatnya kehidupan organisme air akan mengalami saat kritis, karena kadar CO2 terlalu tinggi dapat meracuni hewan air secara langsung (Sumawidjaya, 1975) Karbondioksida bebas yang dianalisa adalah kardondioksida yang berada dalam bentuk gas yang terkandung dalam air. Kandungan karbondioksida bebas

20

diudara adalah sekitar 0,03 0/0 . kandungan CO2 dalam air murni pada tekana 1 atm dan temperatur 250C adalah sekitar 0,4 ppm (Wardoyo, 1981). 4.1.4. Parameter Kimia-2 Kadar nitrat di perairan tidak kurang dari 0,2 mg/l. Apabila kurang dari kadar tersebut, maka daya dukung perairan tersebut secara alami untuk kehidupan ikan tidak memadai. Hal ini dikarenakan kadar nitrat yang rendah tidak mampu berbuat banyak untuk pertumbuhan fitoplankton sebagai makanan ikan. Fosfat merupakan salah satu unsur penting dan banyak terdapat di sungai, hal ini disebabkan karena sungai banyak membawa bahan-bahan dan sampah organic maupun sumber fosfat daratan lainnya sehingga konsentrasi fosfat di sungai lebih besar dari sekitarnya. Penentuan nitrat-nitrogen dengan metoda brucine (Apha.1992), dengan pereaksi brucine dan asam sulfat pekat. Reaksi brucine dengan nitrat membentuk senyawa bewarna kuning. Kecepatan reaksi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat panas larutan. Pemanasan larutan dilakukan dengan penambahan asam sulfat pekat. Metode ini hanya sesuai untuk air sampel yang konsentrasinya nitratnitrogenya 0,1-0,2 mg/l (selang terbaik 0,1-1 mg/l). disamping itu, adanya bahan pengoksidasi kuat atau pereduksi kuat dalam sampel akan mempengaruhi hasil (Harnalin et al 2011). Dalam larutan asam, orthofosfat bereaksi dengan ammonium molybdate membentuk senyawa kompleks ammonium phosphomolybdate. Dengan suatu pereaksi reduksi (Stannous chloride), molybdate dalam senyawa kompleks tersebut dapat tereduksi menjadi senyawa yang berwarna biru. Intensitas warna

21

biru bertambah dengan semakin bertambahnya kadar fosfat terlarut yang ada. (Harnalin et,al 2011)

22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Pratikum limnologi yang dimulai dari Parameter Biologi sampai Parameter kimia-2 ini dilakukan guna untuk mengetahui keadaan perairan waduk di Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, baik organisme hidup seperti plankton dan benthos atau keadaan perairan itu seperti kecerahan, suhu, kadar nitrat dan fosfat, oksigen terlarut, karbondioksida bebas dan debit airnya. 5.2 Saran Untuk lebih memahami materi sekaligus cara kerja dari setiap praktikum yang dilakukan maka diharapkan agar kelengkapan alat lebih diutamakan, sehingga setiap praktikan mengerti dan memahami praktikum tersebut. Dan juga diharapkan kepada para asisten agar selalu membimbing praktikan pada saat praktikum berlangsung. Disamping itu tempat yang dijadikan sebagai objek hendaknya lebih mendukung agar setiap ilmu yang didapatkan dapat diaplikasikan terhadap suatu penelitian dan juga dalam masyarakat. Serta tempat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tempat yang berpotensi.

23

DAFTAR PUSTAKA

Avenvair. 1994. Dampak Buangan Limbah Cair PT. Crumb Robber Factory Terhadap Kualitas Air Dan Fitoplankton Di Sungai Siak. Pekanbaru. Riau 59 hal Boyd, E. C. 1979. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Auburn Univercity Agricultural Experiment Stasion. Alabama. 389 p. Dinas Perikanan Tingkat I Propinsi Riau. 1997. Buku Tahunan Statistik II. I. Press. Jakarta. 393 hal. Harnalin.A ,Sihotang.C ,Siagian.M.2011. Buku Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau 2011. Hehanussa, P.E. 2001. Kamus Limnologi (Perairan Darat). IHP-UNESCO Panitia Nasional Program Hidrologi Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Koesoebiono. 1979. Dasar-dasar Ekologi Umum. Bagian IV : Ekologi Perairan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 145 hal. Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of fisher. Nybakken, J.W. 1992. Suatu Pendekatan Ekologi Perairan. BICP Gramedian. Jakarta. 450 hal. Odum. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Ahli Bahasa : Samingan, T. Gadjahmada University Press. Yogyakarta. Person, T. R. M. Takashi dan B.Hargrave. 1977. Biological Oceanografic. 2 th eds Pergamon Press. Hamburg.332 p. Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Diktat Perkuliahan Faperika Universitas Riau, Pekanbaru. 166 hal Siagian, M. 1997. Diktat Kuliah Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru, 57 hal. Soesono. 1971. Dasar-dasar Perikanan Umum. Yasaguna. Jakarta. 155 hal. Sumawadijaya. 1975. Lymnology Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi IPB. Bogor. 95 hal (tidak diterbitkan)

24

Wardoyo, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDIPSL dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan). Welch, P. 1981. Limnology. Second Edition. McGraw. Hill Book Company, New York. 382 pp. Zonneveld, N., E. A. Huisman dan J. H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Diterjemahkan oleh M. Siti Jiati. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 311 hal

25

LAMPIRAN
1.Alat-alat Yang Digunakan Selama Praktikum

Trapezoid Weir

Rectangular Weir

90 North Weir

Penggaris

Tali Rapia

Mikroskop

Plankton net

26

Petersen dredge

Kantong Plastik

Gelas Ukur

Jarum Suntik

Pipet Tetes

Erlenmeyer

Gelas piala

You might also like