You are on page 1of 47

HUBUNGAN RECEIVE SERVE DAN BLOCK TERHADAP KEMAMPUAN BERMAIN BOLAVOLI PADA KLUB YUSO SLEMAN PUTRA Oleh:

Tekad Subiyanto 06602241062 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara receive serve dan block dengan kemampuan bermain bolavoli pada Klub Yuso Sleman putra. Penelitian ini termasuk kategori penelitian deskriptif.Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan video dokumentasi penelitian. Populasi penelitian ini adalah 14 atlet bola voli Yuso Sleman Putrausia 1724 tahun dan Sampel yang diambil adalah 10 atlet. Pemilihan sampel menggunakan teknik porpusive sampling.Instrumen yang digunakan adalah Braddy Volley Ball Tes untuk tes kecakapan bermain bola voli. Untuk analisis receive serve dibagi menjadi dua cara yaitu kinerja receive serve dan keberhasilanreceive serve. Block dibagi menjadi kinerja block dan keberhasilan block. Pengambilan data dilakukan dengan cara mendokumentasi simulasi pertandingan selama 3 set.Analisis data menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji objektivitas, uji linieritas, uji normalitas, dan uji hipotesis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bola voli dikenal tidak hanya sebagai olahraga prestasi, tetapi juga sebagai olahraga rekreasi. Jadi tidak sedikit orang yang suka dan kenal olahraga ini. Menurut Yunus (1992: 1) pada awalnya ide permainan bola voli adalah memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangi permainan dengan mematikan bola itu di daerah lawan. Memvoli artinya memainkan atau memantulkan bola sebelum bola menyentuh lantai. Dalam sebuah tim bola voli terdapat empat peran penting, yaitu Setupper, Spiker, Libero, dan Defender. Set-upper atau pengumpan adalah orang yang bertugas untuk mengumpankan kepada rekan-rekannya dan mengatur serangan. Spiker bertugas memukul bola agar jatuh di daerah lawan. Libero adalah pemain bertahan yang bisa bebas keluar masuk tetapi tidak boleh melakukan smash keseberang net. Defender merupakan pemain yang bertahan untuk menerima serangan dari lawan. Yang sering dilupakan orang dalam bermain bola voli bahwa selain kondisi fisik yang bagus, kemampuan membaca permaianan juga penting, terutama Set-upper yang harus mengatur dan mensiasati jalannya pertandingan pada saat menyerang maupun bertahan. Untuk menguasai kemampuan bermain bola voli yang baik tidaklah mudah. Berlatih dengan tekun dan penuh semangat agar menjadi pemain yang baik sudah menjadi tugas seorang atlet, memiliki kemampuan teknik yang

mumpuni serta ketahanan fisik dan mental yang kokoh, hal tersebut harus dimiliki setiap pemain. Adapun faktor lain adalah interaksi atau komunikasi dengan teman di arena pertandingan. Ketahanan fisik yang prima dan penguasaan teknik yang sempurna akan membuat permainan yang bagus, sedangkan mental yang tangguh akan mampu mengontrol emosi dan tidak mudah terprofokasi, bisa bermain sekaligus berinteraksi dengan kawan sehingga membangun kerjasama dan kekompakan di arena pertandingan. Siklus permainan bola voli atau proses saat permainan bola voli berlangsung meliputi beberapa tahapan, yaitu dari awal seorang pemain melakukan servis kelapangan lawan, kemudian pihak lawan melakukan penerimaan servis (Recieve serve) dengan sebaik mungkin agar dapat diterima pengumpan (Set-upper). Pengumpan (Set-upper) mengumpan dengan

melambungkan bola pada bagian atas dekat net dilanjutkan pukulan smash (Spiker) dengan tujuan agar pihak lawan tidak dapat menerima bola. Pada saat bersamaan pihak lawan menyusun pertahanan untuk membendung serangan dengan menutupi atau mengantisipasi celah bidang pukulan smash dengan block dan cover. Permainan bola voli sangat dipengaruhi oleh teknik-teknik yang dikuasai dari setiap pemain. Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti (Suharno, 1979: 11). Begitu pula dalam permainan bola voli, bahwa teknik adalah cara memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai tujuan dengan peraturan permainan bola voli yang berlaku

untuk mencapai hasil optimal. Dalam mempertinggi prestasi bola voli, teknik sangat erat kaitannya dengan kemampuan gerak, kondisi fisik, taktik dan mental. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam permaian bola voli. Yang pertama adalah servis yaitu sentuhan pertama dengan bola. Pada awalnya servis hanya dianggap sebagai pukulan pertama. Tetapi servis berkembang menjadi suatu penyerangan. Yang kedua adalah smash merupakan suatu keahlian yang esensial, cara termudah untuk memenangkan angka. Biasanya teknik ini yang sangat disukai oleh para pemain bola voli dibandingkan teknik yang lain. Yang ketiga adalah receive serve yaitu menerima bola dari servis lawan. Dan yang keempat adalah block yaitu dengan menutupi sebanyak mungkin lapangan sendiri dari penyerang atau smash (Dieter Beutestahl, 1986: 26). Dari beberapa teknik yang ada dalam permainan bola voli dibagi menjadi dua bagian, yaitu teknik untuk menyerang dan bertahan. Biasanya teknik yang digunakan untuk menyerang adalah servis dan smash. Sedangkan teknik untuk bertahan adalah receive serve dan block. Banyak pelatih mempunyai pendapat yang salah. Bahwa penyerangan menduduki tempat yang jauh lebih penting dari pertahanan. Jadi dengan kata lain tim yang dapat menyeranglah yang akan menang. Tetapi pendapat itu kurang tepat, tim yang dapat mempertahankan diri dengan baik seringkali dapat mengalahkan tim yang dapat menyerang dengan baik. Dengan pertahanan yang baik dan kuat pemain itu dapat mengimbangi pukulan smash maupun servis lawan.

Beberapa teknik yang digunakan dalam pertahanan diantaranya ada receive serve dan block. Receive serve merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam sistem awal penyerangan. Begitu juga dengan block merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam sistem pertahanan. Jadi sangat penting untuk diperhatikan dalam latihan ataupun pertandingan. Untuk memulai penyerangan yang baik haruslah diawali receive serve yang baik pula seperti halnya pada penerimaan bola pertama biasanya penerimaan bola dengan lengan depan maupun dengan operan overhead. Teknik penerimaan servis ini harus bisa dikuasai oleh setiap pemain dengan baik, sebab sering kali penerimaan servis yang kurang tepat menjadi pemicu kegagalan dalam penyerangan. Menerima servis adalah titik awal dari usaha tim untuk memperoleh perpindahan bola. Penerimaan servis yang baik membuat sebuah tim dapat membangun serangan dan diharapkan dapat mematikan lawan. Penerimaan servis yang baik mempengaruhi kesuksesan dalam penyerangan. Penerimaam servis tidak hanya meliputi teknik individu, taktik regu juga akan menentukan keberhasilannya. Demikian juga dengan block, kemampuan dalam melakukan block maupun pertahanan belakang yang baik sangat menguntungkan, karena tim akan dapat menyusun serangan balik untuk mendapatkan poin. Teknik pertama untuk membendung serangan adalah block terutama pertahanan dari smash. Teknik block kelihatannya mudah dipelajari, tetapi meskipun telah menguasai teknik dengan baik belum menjamin keberhasilan suatu block dalam pertandingan. Oleh karena itu agar dapat melakukan block secara berhasil diperlukan latihan yang banyak dan kemauan

yang keras. Kebanyakan atlet berhasil melakukan block pada saat latihan akan tetapi gagal dalam menghadapi pertandingan. Mereka tidak sanggup mengulang kembali keberhasilannya pada saat pertandingan karena lawan yang dihadapi memiliki kemampuan smash yang bervariasi, berbeda-beda dan masih banyak lagi lainnya. Dari latar belakang di atas peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana tim bola voli Yuso Sleman Putra dalam melakukan teknik block dan receive serve pada saat bermain. Apakah ada hubungan antara kedua teknik tersebut dengan kemampuan bermain bola voli. Selain itu untuk dijadikan bahan evaluasi dan juga untuk meningkatkan dan memperbaiki kedua teknik tersebut yang masih buruk menjadi lebih baik lagi.

B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1.

Teknik penyerangan lebih disukai oleh pemain dibandingkan

teknik pertahanan pada saat latihan.


2.

Kemampuan receive serve tidak hanya dipengaruhi tehnik dan

taktik individu, tetapi juga beregu baik pola ataupun sistemnya.


3.

Hubungan receive serve dan block terhadap kemampuan bermain

bola voli.
4.

Hubungan servis dan smash terhadap kemampuan bermain bola

voli.

5.

Kedudukan pemain (posisi pemain) menentukan keberhasilan

penyerangan dan pertahanan dalam bermain bola voli.


6.

Kemampuan berinteraksi atau komunikasi mempengaruhi setiap

pertahanan dan penyerangan dalam bermain bola voli.


7.

Pada permainan bola voli perlu tingkat kepandaian membaca

pertandingan.

C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari salah penafsiran dan agar tidak menjadi luas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Hubungan Receive Serve dan Block Terhadap Kemampuan Bermain Bola Voli Yuso Sleman Putra.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah, dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Adakah hubungan antara kinerja receive serve, kinerja block, keberhasilan

receive serve dan keberhasilan block dengan kemampuan bermain bola voli Yuso Sleman Putra?
2. Adakah hubungan antara kinerja receive serve,dengan kemampuan bermain

bola voli Yuso Sleman Putra?


3. Adakah hubungan antara kinerja block dengan kemampuan bermain bola

voli Yuso Sleman Putra?

4. Adakah hubungan antara keberhasilan receive serve dengan kemampuan

bermain bola voli Yuso Sleman Putra?


5. Adakah hubungan antara keberhasilan block dengan kemampuan bermain

bola voli Yuso Sleman Putra?

E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui:


1. Hubungan antara kinerja receive serve, kinerja block, keberhasilan receive

serve dan keberhasilan block dengan kemampuan bermain bola voli Yuso Sleman Putra.
2. Hubungan antara kinerja receive serve dengan kemampuan bermain bola

voli Yuso Sleman Putra.


3. Hubungan antara kinerja block dengan kemampuan bermain bola voli Yuso

Sleman Putra.
4. Hubungan antara keberhasilan receive serve dengan kemampuan bermain

bola voli Yuso Sleman Putra.


5. Hubungan antara keberhasilan block dengan kemampuan bermain bola voli

Yuso Sleman Putra.

F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pemain, pelatih maupun tim bola voli untuk meningkatkan prestasi, juga pada seluruh pembinaan cabang olahraga bola voli pada umumnya. Secara khusus untuk

memperbaiki kemampuan receive serve daan block dengan memperhatikan kualitas bermain bola voli pada klub yang bersangkutan. Apakah kedua teknik tersebut sudah baik atau masih kurang agar menjadi bahan evalusai. Karena teknik tersebut sangat menentukan kualitas bermain bola voli tentunya dalam pertahanan. Dan hasil penelitian ini juga dapat sebagai bahan pengetahuan bagi mahasiswa untuk mengembangkan cabang olahraga bola voli.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pusataka


1. Hakekat Permainan Bola Voli

Bola voli merupakan olahraga yang dimainkan dua tim yang di pisahkan oleh bola di atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan. Dalam bola voli yang memenangkan sebuah rally memperoleh poin. Rally adalah permainan bola menyeberangi net antara dua tim yang saling berlawanan dan berakhir dengan perolehan angka (Barbara Viera dan Ferguson, 1996: 4). Dengan sistem rally point semua tim harus berusaha mengurangi kesalahan sendiri melalui penguasaan teknik-teknik dari permainan bola voli yang baik. Kesalahan sendiri akan menyebabkan regu lawan dengan mudah mendapatkan poin. Perolehan poin pada bola voli apabila: (1) berhasil mendaratkan bola pada lapangan lawan, (2) regu lawan melakukan kesalahan sendiri, (3) regu lawan mendapat hukuman, (4) akibat memenangkan rally (PP. PBVSI, 2002: 22). Teknik yang digunakan untuk menyerang adalah servis dan smash. Servis adalah teknik satu-satunya dalam pemainan bola voli yang keberhasilanya sangat dipengaruhi oleh kemampuan individu. Kemampuan servis yang baik akan merusak pertahanan lawan, mempersulit dalam melakukan serangan serta tim akan memperoleh poin dengan cepat apabila servis yang bisa langsung mematikan. Dalam bola voli servis merupakan

10

serangan pertama karena permainan di mulai bila wasit sudah meniup dan bola servis sudah dipukul ke daerah lawan. Selain servis teknik yang paling banyak di gunakan dalam bola voli adalah smash. Untuk mendukung keberhasilan smash diperlukan kemampuan sistem pertahanan tim yang kuat. Untuk melakukan smash di mulai dari bertahan yang baik terutama dalam menerima servis dari lawan terlebih dahulu. Smash akan baik dilakukan jika bola yang diterima sesuai dengan yang di harapkan oleh penyerang, sehingga dapat memukul bola sesuai harapan. Maka dari itu penting sekali melakukan receive serve yang baik (Barbara Viera dan Ferguson, 1996: 27). Block merupakan bagian dari pertahanan yaitu pertahanan petama terhadap smash. Karena untuk mendapatkan angka atau poin dalam bola voli banyak diperoleh dengan melakukan smash maka untuk dapat menghambatnya dilakukan block yang baik. Keberhasilan block akan menghasilkan angka atau poin sehingga block dapat digunakan sebagai serangan untuk mematikan lawan. Kemampuan block yang baik dapat menjadi sebuah serangan yang cepat (Barbara Viera dan Ferguson, 1996: 121).
a. Receive Serve (Penerimaan Servis)

Penerimaan servis merupakan teknik penting selain teknik lainnya dalam permainan bola voli. Ketika menerima servis, melakukan operan yang baik sangat penting dalam mumulai penyerangan bagi tim. Kemampuan menerima servis yang baik bisa dilihat dari kesiapan

11

menerima servis. Kesuksesan bergatung pada kemampuan untuk membaca servis lawan dengan lebih cepat, bergerak di posisi, dan bersiap untuk merima. Penerimaan servis adalah titik awal dari usaha untuk memperoleh perpindahan bola. Penerimaan servis yang baik modal untuk memulai serangan. Untuk dapat menerima servis yang baik seorang pemain harus dapat mengantisipasi datangnya bola. Biasanya servis dilakukan dengan kekuatan penuh. Walaupun tidak ada aturan yang mengharuskan untuk menerima servis dengan lengan depan, tapi kebanyakan pelatih bola voli cenderung menganggapnya sebagai metode yang tepat untuk menerima servis. Untuk memperkirakan arah datangnya bola adalah dengan memusatkan perhatian pada tubuh pemain yang melakukan servis. Memperhatikan sudut bahu, kemana kaki depan mengarah, dan arah lengan yang akan memukul bola pemain yang akan melakukan servis. Semakin cepat dapat menerka arah bola maka semakin besar kemungkinan untuk menerima bola dengan baik (Barbara Viera dan Ferguson, 1996: 35). 1) Operan Lengan Depan Untuk meningkatkan efisiensi dalam penerimaan servis, bangsa Jepang memperkenalkan dan mempopulerkan operan lengan depan sebelum Olimpiade 1964. Operan lengan depan merupakan teknik yang harus dikuasai oleh pemain bola voli. Teknik ini juga dikenal sebagai operan lengan bawah (anderhand passing). Operan ini biasanya menjadi teknik pertama yang digunakan tim bila tidak

12

memegang servis. Operan ini digunakan untuk menerima servis, menerima spike, menerima bola setinggi pinggang ke bawah, dan menerima bola yang memantul dari net. Operan lengan depan harus dilakukan dengan baik agar bola yang diterima mudah dikuasai. Teknik ini merupakan titik awal dari sebuah penyerangan. Bila bola yang dioperkan jelek, pengumpan akan mengalami kesulitan untuk menempatkan bola yang baik untuk penyerang (Barbara dan Ferguson, 1996: 19). Servis telah berkembang dengan pesat sekali, dipergunakan untuk menyerang dan memegang inisiatif pertandingan. Oleh itu penerimaan servis harus dapat mengimbangi servis tersebut, sedemikian sehingga penerimaan servis yang akan menentukan jalannya pertandingan. Kalau penerimaan itu salah, maka

kemungkinan besar angka berikutnya akan diraih oleh lawan. Dig merupakan satu-satunya cara untuk menerima servis yang sulit karena dengan cara ini pemain masih berkesempatan

mengarahkan bola sesuai harapan. Yang menerima servis harus berusaha mengetahui jenis servis yang digunakan lawan sedini mungkin. Pemain harus menentukan juga arah laju bola, kemudian cepat-cepat pindah keposisi yang terbaik untuk menerima bola tersebut kemudian melakukan dig sesuai dengan tujuannya

mengarahkan (Dieter Beutelstahl, 1986: 16).

13

Gambar 1. Kinerja Peleksanaan Operan Lengan Depan ( Barbara Viera dan Ferguson, 1996: 20) Berikut ini adalah pelaksanaan dari gerakan operan lengan depan. a) Tahap pertama: Persiapan. Pertama bersiap-siap dengan posisi dasar kaki yang satu di depan kaki yang lain, kedua kaki dengan jarak kira-kira selebar dua paha. Kedua lutut ditekuk sedikit, sehingga tubuh bagian atas membungkuk sedikit kedepan. Kedua lengan ditekuk sedikit di depan tubuh. Pemain cepat-cepat bergerak menuju tempat jatuhnya bola, tetapi harus sudah siap berdiri pada waktu peneriman bola tersebut. Posisi lengan tidak boleh salah. Kedua tangan di julurkan lurus ke depan, satu tangan ditempatkan di atas tangan yang lain dengan kedua telapak tangan menghadap ke atas (kedua ibu jari saling berdekatan). Kedua tangan harus ditekan ke bawah menghimpit pergelangan tangan sedemikian rupa sehingga kedua lengan bagian bawah menjadi kaku dan tegang. Kedua lengan bagian bawah harus sejajar, dengan sisi sebelah dalam menghadap

14

ke atas sehingga membentuk suatu bidang penerimaan bola yang cukup luas. b) Tahap Kedua: Kontak dengan bola (sentuhan). Tubuh harus siap di belakang bola sedemikian sehingga menghadap arah lajunya bola nanti. Dengan meluruskan kedua kaki, pemain penerima bola dibagian dalam kedua lengan sebelah bawah, kemudian menggalinya sesuai dengan arah yang dituju (dengan menggali dimaksudkan dapat seakan-akan menyendok bola itu ke atas atau dig). Kedua tangan tetap lurus saat memukul bola. Kedua bahu bergerak kedepan supaya pemain tidak terpengaruh oleh pantulan bola, yang dapat menyebabkan tubuh kita tidak seimbang lagi.
c) Tahap Ketiga: Follow Through (gerakan akhir)

Gerakan ini diteruskan dengan follow through (gerakan lanjutan), kemudian segera mengambil posisi berikutnya,

mempersiapkan pukulan musuh (Barbara Viera dan Ferguson, 1996: 20). Kesalahan Umum: Kesalahan yang sering terjadi: (1) Karena kurang

memeperhatikan servis lawan dan tidak cepat mengikuti arah jatuhnya bola, (2) Melakukan dig pada waktu pemain masih pada posisi bergerak, (3) Membiarkan bola itu memantul dengan gerakan lengan, tanpa dibantu oleh kekuatan bahu, berat badan

15

tidak

digerakan

sesuai

dengan

posisi

dasar,

(4)

Hanya

mempergunakan kekuatan lengan dari bahu ke bawah tidak mengikut sertakan kekuatan kedua kaki, biasanya siku ditekukan sewaktu mengadakan kontak dengan bola, (5) Kemudian tidak menekan dengan kedua pergelangan tangan kebawah, sehingga kedua lenga bawah tidak mempunyai kekuatan, (6) Lengan dibiarkan menggantung dan biasanya kurang konsentrasi (Dieter Beutelstahl, 1986: 17). Operan lengan depan merupakan teknik yang relatif mudah jika cara melakukannya bergerak mendekati bola terlebih dahulu, dengan kata lain bila berada pada posisi yang tepat sebelum melakukan teknik ini. Kesulitan dalam melakukan teknik operan lengan depan ini adalah disebabkan karena tidak terbiasa menggunakan lengan dalam memainkan bola. Sebagai akibatnya kecenderungan yang timbul adalah memukul bola dengan tangan (Barbara Viera dan Ferguson, 1996: 19). Kesalahan dalam melakukan teknik operan lengan depan: Kesalahan terjadi karena: (1) Lengan terlalu tinggi dalam memukul bola, dan lanjutan tangan berada di atas bahu, (2) Merendahkan tubuh dengan menekuk pinggang bukan lutut, sehingga bola yang diterima terlalu rendah dan terlalu kencang sulit untuk di terima, (3) Tidak memindah berat badan ke arah sasaran, sehingga bola tidak pindah ke muka, (4) Lengan terpisah sebelum, pada saat, atau

16

sesaat sesudah menerima bola, sehingga operan salah, (5) Bola mendarat di lengan daerah siku, atau menyentuh tubuh (Barbara Viera dan Ferguson 1996: 21).
2) Operan Overhead

Operan overhead digunakan pada situasi yang tepat dan jangan biarkan bola jatuh pada sampai ketinggian operan lengan depan, karena operan overhead adalah cara untuk menguasai bola. Teknik ini memang tidak sering digunakan dalam penerimaan servis, terutama untuk menerima servis topspin, jari-jari tidak akan kuat untuk menahan laju bola. Namun teknik ini sering digunakan untuk mengumpan dan menyerang. Ketinggian bola tergantung yang diinginkan penyerang (Barbara Viera dan Ferguson 1996: 51).

Gambar 2. Kinerja Pelaksanaan Operan Overhead. (Barbara L Viera, 2000: 54) Melakukan operan overhead adalah meregangkan kaki selebar bahu, lutut menekuk, tangan terangkat sekitar 6-8 inci di depan pelipis dan ibu jari ke arah mata. Bentuklah yaitu dengan ibu jari dan telunjuk, sehingga jemari terpisah dua kali dari jarak ibu jari.

17

Perhatikan bola melalui jendela. Bahu harus sejajar dengan sasaran. Ketika bola menyentuh tangan, tangan juga mengikuti bentuk bola. Dengan hanya dua persendian paling atas dari jari dan ibu jari yang benar-benar menyentuh bola. Pada saat bola menyentuh jemari luruskan tangan dan kaki, pindah berat badan ke arah sasaran yang akan dituju (Barbara Viera dan Ferguson 1996: 52). Kesalahan dalam melakukan teknik overhead: (a) Bola menyentuh telapak tangan dan tertahan, (b) Bola bergerak ke atas, bukan meninggi ke depan, (c) Mengalami kesulitan dalam mengarahkan bola kearah sasaran, (d) Bola berputar terlalu keras, (e) Umpan menyeberangi net ke daerah lawan, (f) Bola bergerak ke net dan (g) Mengumpan bola terlalu rendah (Barbara Viera dan Ferguson 1996: 55).
b. Block 1) Pentingnya Block Dalam Pertandingan Bola Voli

Block merupakan pertahanan lapisan pertama menghadapi serangan lawan. Tujuan dari block adalah untuk menutup sebagian lapangan dari pihak lawan. Suatu block dikatakan berhasil apabila bola berhasil di block dan memantul kembali ke lapangan lawan, atau bola dapat di block memantul tinggi ke atas ke arah bidang lapangan sendiri, atau pihak lawan mengarahkan bola serangan tepat pada posisi bertahan. Demikian pentingnya peranan block dalam keberhasilan suatu tim bola voli, maka pelatih dituntut memberikan teknik block

18

secara benar dan tepat. Teknik block merupakan teknik yang jarang diberikan oleh pelatih dibandingkan dengan teknik-teknik yang lain dalam bola voli, karena selain menjenuhkan juga dipandang suatu teknik yang sederhana (Barbara Viera dan Ferguson 1996: 121).
2) Peran Block Dalam Bola Voli

Menang kalah suatu pertandingan bola voli tergantung pada baik tidaknya kemampuan dasar pemain itu sendiri. Terutama dalam kemampuan mengeblock. Setiap pertahanan juga tergantung dari jenis dan posisi block yang di mainkan. Jadi pada setiap pemain atau tim harus melatih block dengan tekun dan teliti, tidak tergantung dari tingkatan pemain itu sendiri. Semua tingkat kelas dari junior (pemula), remaja dan senior, agar dilatih block dengan baik. (Dieter Beutelstahl, 1986: 26). Dalam bola voli block tunggal sering kali tidak cukup untuk menutupi atau menghentikan serangan lawan. Tujuan block sendiri adalah untuk menutupi sebanyak mungkin lapangan sendiri dari pihak penyerang. Oleh sebab itu semakin lebar block, semakin kecil daerah yang tersisa yang harus di jaga oleh pemain bertahan. Kebanyakan tim menggabungkan dua atau tiga pemain untuk membentuk block ganda atau tiga orang, yang sering disebut dengan block ganda (Barbara Viera dan Ferguson 1996: 122). Block ganda maupun tunggal sangat penting pada permainan bola voli. Pada saat bemain seorang melakukan block bola untuk tidak

19

memasuki lapangan sendiri, dan pihak lawan akan mengatur serangan kembali. Hal ini sangat penting karena semakin lama lawan mengolah bola, semakin besar melakukan kesalahan. Walaupun seringkali bola juga masuk lapangan sendiri tetapi bola tersebut melambung cukup tinggi, maka block bisa dikatakan berhasil karena memberikan banyak waktu untuk menerima bola yang tidak lagi bertenaga.
3) Macam-macam Block

Menurut Dieter Beutelstahl (1986: 26) dalam bukunya menyebutkan Ada 3 jenis block:
1) One-man block 2) Two-man block 3) Three-man block

: Block satu orang. : Block dua orang. : Block tiga orang.

Untuk block yang baik, pemain harus dapat menaksir jatuhnya bola. Atau dengan kata lain meramalkan, ke arah mana lawan akan memukul bola. Pemain dengan tipe block dua orang atau tiga orang selalu harus menghadap net. Pemain membentuk block dengan langkah ke sisi, masing-masing bersedia melakukan take-off pada saat bersamaan. Setiap pemain yang bergerak maju untuk membentuk block harus berhenti dahulu sebelum take-off. Jika pemain yang membentuk itu masih terlalu jauh dengan pemimpin block itu pada waktu take-off sudah di mulai, maka sebaiknya melakukan take-off dari tempatnya berdiri, dengan kedua lengan dijulurkan kearah pemimpin block itu sewaktu sedang melompat. Dengan cara seperti itu maka akan terbentuk area pertahanan yang luas dan cukup kuat.

20

Dibandingkan dengan kemampuan dasar gerak lain, gerakan dari block termasuk gerakan yang paling mudah dilakukan. Memang penentuan ini relatif sekali, tergantung dari masing-masing pemain. Dieter Beutelstahl (1986 : 26) menjelaskan, block juga dibagi menjadi empat tahap:
1) Pertama : Bergerak menuju posisi block.

Yaitu pemain melangkah kesisi untuk mengambil posisi take-off yang baik. Bagian tubuh sebelah atas menghadap net. Kedua lengan ditekuk sedikit dan diletakkan di depan tubuh. Telapak kedua tangan menghadap net.

Gambar 3. Bergerak menuju posisi block.


2) Kedua: Take-off (Melompat)

Pemain mengambil posisi berdiri, kedua kaki ditekuk sedikit kira-kira setengah meter dari net. Dari posisi inilah melakukan take-off. Kedua lengan tetap pada posisi semula, ditekuk sedikit dan berada di depan pemain. Jarijari dibeberkan lebar-lebar. Take-off dilakukan dengan meluruskan kedua kaki dan mengayunkan kedua lengan ke atas dengan bersamaan.

Gambar 4. Take-off (Melompat). 3) Ketiga: Kontak dengan bola. Pada waktu terjadi kontak dengan bola semua jari-jari dibeberkan selebar mungkin. Jari-jari tangan ini harus 21

kaku dan tegang. Kedua tangan diletakan sedekat mungkin sehingga bola tidak dapat menyelinap di antara kedua tangan tersebut. Pada jenis permainan block pasif tubuh dan lengan pemain harus tetap lurus di udara. Jenis block ini sangat sesuai untuk pemain yang bertubuh kecil dan pendek, yang tidak mampu melakukan block aktif. Pada jenis permainan block aktif, kedua tangan pemain ditekankan ke bawah pada bola tersebut, sejauh dan setinggi mungkin dari net. Seorang block ini dapat diperkuat lagi dengan dengan jalan membungkukan tubuh di bagian pahanya.

Gambar 5. Kontak dengan bola.


4) Keempat: Landing (Mendarat)

Setelah selesai mengadakan kontak dengan bola maka pemain secepat mungkin mendarat lagi. Lengan digerakan ke atas dan ke belakang. Secepat mungkin, sedemikian sehingga pemain tidak menyentuh net. Pemain memutar tubuhnya sesuai dengan arah pukulan bola. Pemain mendarat, kemudian segera mengambil tempat sesuai dengan posisinya yang baru di lapangan.

Gambar 6. Landing (Mendarat). Ada beberapa kesalahan umum yaitu lompatan kurang kuat. Sehingga pemain take-off terlalu cepat atau sudah terlambat. Pemain 22

sudah melakukan take-off pada waktu masih berlari. Akibatnya gerakan-gerakannya kurang terkontrol. Biasanya bola akan

menyangkut net karena melakukan blocking dengan mata tertutup. Jari-jari kurang dibeberkan, sehingga area pertahanan yang dibentuk oleh tangan itu terlalu sempit. Pemain jangkauannya terlalu pendek, tetapi tetap mencoba melakukan blocking yang aktif. Akibatnya bola akan menyangkut net. Gerakan tangan ke depan dan ke belakang terlambat, sehingga bola akan menyangkut pada net. Kaki kurang ditekuk, sehingga lompatan tak dapat setinggi yang diharapkan. Dieter Beutelstahl (1986: 109) menyebutkan biasanya dalam permainan bola voli ada tiga macam block. Yang dimaksud adalah block satu orang, block dua orang, dan block tiga orang.
1) Block satu orang

Block jenis ini dimainkan apabila posisi memainkan penyerangan yang sangat cermat dan kuat, sehingga pamain pihak lain tidak mempunyai kesempatan sama sekali untuk membantu block. Tetapi pada jenis block ini, sesungguhnya lapangan di tutupi oleh bayangan dari block tersebut. Sulit sekali mempertahankan lapangan dengan block seperti ini.
2) Block dua orang

Block ini biasanya dibentuk pada posisi empat dan posisi dua pada permainan yang normal. Situasi block seperti ini

23

memberikan kemungkinan lebih banyak untuk meng-cover pertahanan, jika dibandingkan dengan block satu orang.
3) Block tiga orang

Block sepeti ini hanya dibentuk pada situasi-situasi tertentu, dan biasanya ditempatkan pada posisi tiga. Block seperti ini digunakan pada waktu menghadapi serangan yang sangat tangguh dari pemain penyerang.

B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang dilakukan oleh Puri Handayani dari Fakultas Ilmu Keolahragaan dengan judul Kemampuan Tim Yuso Gunadarma Putra Dalam Melakukan Block Dan Receive Serve Pada Kejuaraan Liga Profesional (Proliga) Tahun 2003. Adapun hasil penelitian yaitu kemampuan Tim Yuso Gunadarma dalam melakukan block terhadap smash open terlemah adalah saat melawan Tim Surabaya Samator (42,50%), block terhadap smash semi terlemah pada saat menghadapi Tim Jakarta Pinisi (27,16%), block terhadap smash quick terlemah pada saat melawan Tim Bandung Tektona (28,33%), block terlemah dari smash posisi belakang saat menghadapi Tim Jakarta Monas (23,81%). Sedangkan persentase kemampuan Tim Yuso Gunadarma dalam melakukan block terlemah pada saat block terhadap smash quick (35,61%).

24

C. Kerangka Berpikir Kegagalan suatu tim pada pertandingan bola voli biasanya diakibatkan lemahnya pertahanan yang dibentuk. Hanya pertahanan yang kuat yang dapat mengimbangi pukulan-pukulan smash lawan. Seorang pemain dapat

digolongkan seorang pemain bertahan yang baik, apabila pemain ini terjun dalam permainan dengan penuh keberanian dan ketabahan, sudah

memperkembangkan kemampuannya untuk menahan dan mengimbangi serangan pihak lawan. Kemampuan ini dapat dilihat bagaimana pemain dalam melakukan receive serve dan block. Sistem penyerangan pada bola voli dimulai dan bertumpu pada penerimaan servis (receive serve). Karena itu bagaimana pentingnya penerimaan servis tersebut terhadap kualitas bermain bola voli sudah jelas. Pemain harus sanggup menerima servis secermat dan sebaik mungkin agar penyerangan dapat dilakukan dengan sempurna. Pertahanan tidak lepas dari block, tentunya dalam meredam serangan smash. Hanya dengan block yang cermat pemain dapat mengimbangi smash lawan. Selain itu block dapat menjadi serangan balik yang cepat. Oleh sebab itu setiap pemain harus dapat melalukan block dengan sebaik mungkin tentunya dengan latihan yang tekun dan teliti. Sebab sering kali seorang pemain dapat melakukan block pada saat latihan namun gagal dalam permainan. Dari gambaran di atas maka sangatlah penting untuk diketahui apakah kedua teknik tersebut ada hubungan dengan kualitas bermain bola voli, karena kedua teknik ini dimungkinkan sangat mempengaruhi kualitas bermain bola voli khususnya pada tim Yuso Sleman

25

Putra dalam menghadapi setiap pertandingan. Hal ini juga dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi klub untuk menunjang prestasi maksimal.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
6. Ada hubungan yang signifikan antara kinerja receive serve, kinerja block,

keberhasilan receive serve dan keberhasilan block terhadap kemampuan bermain bola voli Yuso Sleman Putra.
7. Ada hubungan yang signifikan antara kinerja receive serve terhadap

kemampuan bermain bola voli Yuso Sleman Putra.


8. Ada hubungan yang signifikan antara kinerja block terhadap kemampuan

bermain bola voli Yuso Sleman Putra.


9. Ada hubungan yang signifikan antara keberhasilan receive serve terhadap

kemampuan bermain bola voli Yuso Sleman Putra.


10. Ada hubungan yang signifikan antara keberhasilan block terhadap

kemampuan bermain bola voli Yuso Sleman Putra.

26

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk kategori penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud untuk mencari penjelasan, tidak untuk menguji hipotesis maupun membuat prediksi (Saifudin, 2001: 7). Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

menjelaskan atau menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (yang sedang terjadi). Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari istilah variabel itu sendiri terkandung makna variasi. Variabel juga disebut dengan istilah ubahan karena dapat berubahubah dan bervariasi (Suharsimi Arikunto, 2006: 10). Penelitian ini bermaksud mengetahui hubungan receive serve dan block terhadap kemampuan bermain bola voli tim Yuso Sleman. Teknik pengambilan data dari penelitian ini mengunakan survei langsung dan mendokumentasikan ke dalam video. Kemampuan dihitung dengan cara memberi poin pada setiap receive serve dan block yang dilakukan.

27

Keterangan: X1 : Kinerja Receive Serve X2 : Kinerja Block X3 : Keberhasilan Receive Serve X4 : Keberhasilan Block Y : Kemampuan Bermain Bola Voli Ganbar 7. Desain Penelitian

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Agar tidak terjadi salah penafsiran pada penelitian ini maka berikut akan dikemukakan beberapa definisi operasional variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel Bebas
a. Kemampuan Riceive Serve

Receive serve ialah cara menerima bola dari servis lawan. Beberapa definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Kinerja receive serve dengan lengan depan meliputi:

a) Sikap awalan atau persiapan Sikap awalan yaitu konsentrasi pada pemain yang melakukan servis bergerak ke arah bola dengan mengatur posisi tubuh menggenggam jemari tangan, kaki dalam posisi merenggang dengan menekuk lutut, tubuh merendah membentuk landasan dengan lengan, kedua ibu jari sejajar siku terkunci lengan sejajar dengan paha dan punggung lurus.

28

b) Pelaksanaan atau perkenaan Sikap perkenaan yaitu menerima bola di depan tidak mengayunkan lengan, berat badan dialihkan ke depan, memukul bola jauh dari bola dengan menggerakan landasan ke sasaran, pinggul bergerak ke depan dan memperhatikan saat bola menyentuh lengan. c) Sikap akhir atau lanjutan Sikap akhir jemari tangan tetap digenggam siku tetap terkunci, landasan bola mengikuti arah sasaran dengan berat badan diarahkan kesasaran dan memperhatikan bola ke arah sasaran.
2) Kinerja receive serve dengan overhead meliputi:

a) Sikap Awal Sikap awalan yaitu konsentrasi pada pemain yang melakukan servis bergerak ke arah bola dengan mengatur posisi tubuh meregangkan kaki selebar bahu, lutut menekuk, tangan terangkat sekitar 6-8 inci di depan pelipis dan ibu jari ke arah mata. Bentuklah semacam jendela dengan ibu jari dan telunjuk, sehingngga jemari terpisah dua kali dari jarak ibu jari.
b) Sikap Perkenaan

Perhatian bola melalui jendela. Bahu harus sejajar dengan sasaran. Ketika bola menyentuh tangan, tangan juga mengikuti bentuk bola. Dengan hanya dua persendian paling atas dari jari dan ibu jari yang benar-benar menyentuh bola. Pada saat bola

29

menyentuh jemari luruskan tangan dan kaki, pindah berat badan ke arah sasaran yang akan dituju.
c) Sikap Akhir atau Lanjutan

Sikap akhir jemari tangan tetap pada posisi semula namun menghadap kearah sasaran dengan berat badan diarahkan kesasaran dan memperhatikan bola ke arah sasaran (Barbara Viera dan Ferguson, 1996: 20). Dalam memberikan penilaian terhadap kinerja Receive Serve lengan depan dan Overhead digunakan empat kriteria yaitu sangat baik (skor 4), baik (skor 3), kurang baik (skor 2) dan buruk (skor 1).
3) Keberhasilan

receive

serve menggunakan

lengan depan dan

menggunakan overhead dapat diberi skor sesuai deskripsi sebagai berikut:


a) Penerimaan servis yang masuk garis serang dan tepat pada posisi

pengumpan sehingga dapat diumpan dengan baik sesuai setrategi. (skor 4)


b) Penerimaan servis yang cukup baik dan melewati garis serang dan

dapat di umpan dengan baik namun tidak maksimal. (skor 3)


c) Penerimaan servis yang kurang baik sehingga bola hanya sekedar

diumpan atau di lambung atau sekedar di selamatkan. (skor 2)


d) Penerimaan servis yang buruk sehingga susah di selamatkan dan

gagal diselamatkan bahkan sama sekali tidak di terima sehingga mengakibatkan penambahan poin atau angka untuk lawan. (skor 1)

30

Dalam penelitian ini servis yang akan diterima dibatasi yaitu float service dan jump service. Servis ialah cara memukul bola pertama dalam memulai permainan bola voli.
1) Floating service ialah jalannya bola dari hasil pukulan servis itu tidak

berputar atau dengan kata lain bola berjalan mengapung atau mengambang.
2) Jump service ialah sebuah gerakan servis yang dilakukan dengan

meloncat seperti gerakan smash. Jalannya bola berputar ke depan dan keras.
b. Kemampuan Block

Adalah daya atau kekuatan untuk menutupi sebanyak mungkin lapangan permainan dari penyerang (smash) yang merupakan hasil dari pembawaan yang ada dalam dirinya dan latihan. Untuk pembatasan block dalam penelitian ini adalah semua block yang di lakukan oleh pemain yang sedang bertanding di lapangan. Definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Kinerja atau pelakasanaan dalam melakukan gerakan block: a) Sikap Awalan

Pusat perhatian pada pengumpan, setelah itu perhatian ke penyerang menunggu dengan tangan sejajar bahu, jari tangan di buka dengan lebar. Setelah pengumpan mengumpan, tekukan lutut dan angkat tangan, tetap berada pada posisi tinggi selama pergerakan.

31

b) Sikap Perkenaan

Melompat sesaat setelah penyerang melompat, melakukan penetrasi ke lapangan lawan, menarik kedua tangan kemudian kembali ke lantai dengan mendarat dengan kedua kaki.
c) Sikap Akhir atau Lanjutan

Menekuk lutut untuk meredamkan lompatan, berpaling dari net kemudian memperhatikan bola dan mencari bola kembali ke posisi semula, kemudian bersiap untuk permainan selanjutnya (Barbara Viera dan Ferguson, 1989: 121). Dalam memberikan penilaian terhadap kinerja Block digunakan empat kriteria yaitu sangat baik (skor 4), baik (skor 3), kurang baik (skor 2) dan buruk (skor 1).
2) Keberhasilan block yang dinilai apabila menggunakan One-man block

(block yang dilakukan satu orang), Two-man block (Block yang dilakukan dua orang) dan Three-man block (block yang dilakukan tiga orang). Adapun batasan skor yang digunakan sebagai berikut:
a) Block yang langsung mematikan lawan. (skor 4) b) Block yang kembali pada bidang lapangan lawan, tetapi masih

dapat diselamatkan atau lawan dapat menyusun serangan kembali. (skor 3)

32

c) Block yang menghasilkan touch block yang masuk pada bidang

lapangan sendiri, tetapi masih dapat diselamatkan atau bola dapat dikuasai dan dikembalikan dengan serangan balik. (skor 2)
d) Block yang gagal atau tidak dapat diselamatkan, bahkan tidak

melakukan block padahal seharusnya itu dilakukan block yang mengakibatkan penambahan poin atau angka untuk lawan. (skor 1) 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan bermain bola voli yang diukur menggunakan tes dari Braddy Volley Ball Test (Braddy, 1945). Sampel melakukan tes Braddy dengan melakukan pass atas ke dinding selama satu menit. Setiap sampel dihitung berapa kali dapat melakukan pasing atas ke tembok dan dicatat. Setiap sampel melakukan tes Braddy sebanyak dua kali.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Suharsimi (2002: 102), populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Menurut Sugiyono (2010: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek mempunyai kuantitas, karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Menurut Sudjana (2002: 6) populasi adalah totalitas dari nilai yang mungkin, hasil menghitung dari semua kumpulan

33

kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya. Sutrisno Hadi (1994: 220) dalam bukunya menyatakan bahwa populasi adalah jumlah penduduk dan individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Jadi populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang memiliki ciri dan karakteristik sama yang dipelajari sifatsifatnya. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet putra kelompok umur 17-24.. Jumlah populasi klub tersebut adalah 14 atlet. 2. Sampel Menurut Saifuddin Azwar (1997: 79), sampel adalah sebagian dari populasi. Sugiyono (2010: 62) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau dapat mewakili populasi. Apabila sampel yang diambil dalam penelitian tidak representatif atau tidak mewakili karakteristik populasi yang ada, maka kesimpulan yang diambil dalam suatu penelitian akan mengalami kesalahan dalam penafsirannya. Sampel dari penelitian ini adalah atlet putra tim Yuso Sleman. Karena keterbatasan penelitian, penentuan sampel melalui teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 668). Sampel dalam penelitian ini

34

adalah atlet putra Yuso Sleman yang mengikuti latihan, memiliki keterampilan receive serve, bock, kemampuan bermain yang baik, pernah mengikuti kejuaraan bola voli, dan berusia 17-24 tahun. Untuk menentukan sampel tersebut, peneliti mengkonsultasikan ketentuan sampel pada pelatih yang lebih mengerti kemampuan atlet-atletnya dan layak untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Jumlah atlet yang memenuhi batasan di atas adalah 10 atlet dari 14 atlet.

D. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Saifudin, 2001: 35). Dalam penelitian ini kemampuan receive serve dan block tim Yuso Sleman Putra merupakan kasus yang akan diteliti sehingga subjek dari penelitian ini adalah tim Yuso Sleman Putra usia 17-24 tahun sebanyak 10 orang. Jadi data penelitian yang diperoleh dari tim Yuso Sleman Putra yang bermain dan yang melakukan receive serve dan block. Penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk aktifitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya

35

kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

E. Instrumen dan Teknik Pengambilan Data 1. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Suharsimi, 1998: 151). Penelitian ini menggunakan metode survei. Data penelitian diambil dengan melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan receive dan block pada saat bermain yang telah di dokumentasikan dalam bentuk video. Data yang dikumpulkan pada saat bermain yang berlangsung dengan menggunakan instrumen yang khusus dirancang untuk mengukur kemampuan receive dan block menggunakan judge atau hakim, menggunakan blangko observasi yang dilengkapi dengan pedoman observasinya. Blangko observasi berisi kolom dan baris tabel untuk setiap kemampuan receive dan block beserta penilainnya. Dalam blangko yang digunakan dalam penelitian terdapat

pernyataan-pernyataan sekaligus skor yang berhubungan dengan variabel penelitian. Khususnya pada penilaian kinerja receive serve dan block. Teknik penentuan skor yang digunakan adalah memakai modifikasi Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

36

persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analisis kuantitatif, jawaban itu dapat diberi skor (15 atau disesuaikan dengan kebutuhan). Skala likert adalah skala yang paling sering digunakan untuk menentukan skor dengan menghadapkan responden pada suatu pernyataan atau sikap, kemudian diminta untuk memberikan jawaban: Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat tidak setuju. Jawabanjawaban ini diberi skor 1 sampai 5 (Masri Singarimbun & Sofian Effendi, 1987: 111). Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif maupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral/ragu-ragu" tidak tersedia. Seperti yang dipakai dalam tabel judge berikut, penentuan skor digunakan 1-4 skor dengan alternatif (4) baik sekali, (3) baik, (2) kurang baik, dan (1) tidak baik/buruk. Tujuan dari modifikasi skor 1-4 ini adalah untuk menghindari keragu-raguan juri dalam menentukan nilai setiap kinerja atlet dalam melakukan gerakan smash. Cara pengukuran adalah memberikan blangko tersebut kepada judge atau hakim untuk memberikan penilaian sesuai dengan skor yang terdiri dari empat pernyataan. Pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini telah di

37

modifikasi yaitu buruk, kurang baik, baik dan sangat baik. Masingmasing pernyataan diberi skor 1 sampai 4.

Gambar 8. Desain Perekaman Dalam Penelitian Tabel 1. Judge Kinerja Block


No 1 2 3 4 5 No Pungg. Skor Awalan 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 Perkenaan 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 Akhiran 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 Keberhasilan 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 Juml ah

2 1 Jumlah

Tabel 2. Judge Kinerja Serve Receive


No 1 2 3 4 5 No pun g. Servis yang diterim a F J F J F J F J F J F J Servis yang diterima Awalan 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 Perkenaan 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 Jumlah 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 Akhiran 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 Keberhasil an 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 Jenis pene. servis B B B B B B A A A A A A Jml

38

2. Teknik Pengambilan Data Suharsimi Arikunto menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (2006: 128). Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Oleh karena penelitian ini menggunakan teknik observasi maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatau yang terjadi. Untuk mempermudah mengidentifikasi, teknik observasi dibagi dua jenis, salah satunya Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan gerak. Diam, misalnya ruang, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain-lain. Bergerak, misalnya aktifitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian, gerakan, belajar mengajar dan sebagainya. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang di susun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Mengamati adalah menatap kejadian gerak atau proses. Mengamati bukanlah pekerjaan mudah karena manusia banyak minat dan kecenderungan-kecenderungan yang ada padanya. Padahal hasil pengamatan harus sama, walaupun dilakukan oleh beberapa orang. Maka dengan kata lain pengamat harus objektif.

39

Mengingat banyaknya variabel yang akan diamati dalam penelitian ini, melatih pengamatan perlu dilakukan dengan harapan data yang akan diperoleh objektif, ada dua tahap dalam melatih pengamatan: a. Tahap pertama, adalah mendiskusikan format observasi, menjelaskan dengan contoh-contoh kejadian dan gerak untuk sebuah item, memahami apa yang harus diamati dan bagaimana membuat catatan.
b. Tahap kedua adalah latihan mengamati dan sekaligus mencatat. Gerakan

ini berupa simulasi di mana salah seorang peserta pengamat menjadi model, sedangkan yang lain menjadi pengamat dan mengisi format. kemudian hasilnya didiskusikan. Dapat juga mengamati gerakan yang ada di televisi ataupun video (Suharsimi Arikunto 2006: 231). Penelitian ini menggunakan metode survei dan pengambilan data dilakukan melalui observasi langsung dan me-record kemampuan receive dan block pada pada saat bermain satu set atau lebih. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui kemampuan receive dan block yang dilakukan setiap pemain dengan menulis poin yang akan diberikan. Sedangkan untuk mengukur kemampuan bermain bola voli digunakan tes dari Braddy Volley Ball Test (Braddy, 1945). Pelaksanaan tes: a. disusun.
b.

Sampel dipanggil satu-persatu sesuai dengan daftar yang telah

Sampel melakukan tes Braddy dengan memantulkan bola ke dinding.

40

c.

Setiap sampel memantul-mantulkan bola ke dinding selama satu menit.

d.

Setiap sampel dihitung berapa kali dapat melakukan pasing atas ke tembok dan dicatat.

e.

Setiap sampel melakukan tes Braddy sebanyak dua kali.

Gambar 9. Lapangan (Tempat) Tes dari Braddy (Suharno H.P,1979; 67) Pada saat bermain bola voli, untuk melakukan observasi yang tepat tidak mudah sehingga untuk mengurangi tingkat kesalahan dalam pengamatan digunakan judge (hakim). Judge tersebut harus orang yang professional di bidangnya, terutama yang terlibat langsung dalam proses melatih atlet. Meskipun sebelumnya sudah diadakan latihan pengamatan, biasanya seorang hakim memiliki pandangan yang berbeda dengan hakim yang lain tentang objek yang diamati. Dalam penelitian ini sebelum pengambilan data, semua judge disamakan persepsinya terlebih dahulu, caranya dengan mengumpulkan semua judge dalam forum kecil untuk diskusi. Sebelumnya peneliti sudah menyiapkan kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam pengambilan data sehingga semua judge lebih mudah untuk memahami. Setiap judge menerima lembaran-lembaran kemampuan block dan receive dan juga rekaman video permainan yang akan dinilai. 41

Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:


a.

Pengumpulan data dilakukan oleh 3 orang judge (observer). Para

judge bertugas menentukan poin sesuai batasan yang ada. Judge harus benar-benar orang yang kompeten dan profesional dalam bidangnya. Dari 3 judge tersebuat menilai 2 tim yang ada pada rekaman video tersebut. Tujuan digunakan 3 orang judge agar data yang diperoleh objektif. Berikut ini adalah kriteria judge yang akan terlibat dalam penelitian ini.
1) Minimal mahasiswa kepelatihan bola voli semester 8 yang telah lulus

kuliah Perencanaan Program Latihan, Tes Pengukuran dan Evaluasi, dan KKN-PPL. 2) Telah memiliki pengalaman melatih.
3) Memahami kajian teori dan konsep dasar tentang kinerja receive dan

block yang sebelumnya telah dipahami dan didiskusikan dengan juri lainnya.
b.

Para judge (observer) mengambil keputusan berdasarkan hasil dari

pelaksanaan receive dan block sesuai dengan batasan yang ada. Di samping itu judge memperhatikan wasit yang memimpin pertandingan, karena keputusan wasit pada jalannya pertandingan adalah mutlak. Judge tidak berhak menyatakan suatu receive dan block yang berhasil apabila wasit telah menyatakan suatu keputusan yang berlawanan.
c.

Judge mendata setiap pelaksanaan receive dan block pada

blangko observasi. Data yang diperoleh benar-benar murni dari setiap

42

receive dan block yang telah terjadi dan tidak dikotori oleh hasil dari luar receive dan block yang telah ditetapkan. F. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui instrumen tersebut benar-benar merupakan instrumen yang baik sebelum instrument di gunakan penelitian yang sebenarnya. Baik buruknya instrumen akan berpengaruh terhadap benar tidaknya data yang diperoleh. Sedangkan mutu hasil penelitian sangat ditentukan oleh benar tidaknya data dan juga tenaga pelaksanaan di lapangan. Uji coba dilakukan untuk mengetahui objektifitas judge terhadap penilaian dan juga untuk melatih tenaga kerja yang bekerja di lapangan dalam proses pelaksanaan pengambilan data. Uji coba instrumen dilakukan pada hari minggu tanggal 23 januari 2011, dengan sampel atlet putra umur 17-21 tahun Klub Bola Voli Baja 78 Bantul sebanyak 10 orang. Tempat pelaksanan dilakukan di GOR Patalan pada jam 11.00-13.00 WIB. Namun karena keterbatasan alat pada saat uji coba penelitian tidak menggunakan rekaman, jadi mengamati secara langsung pada saat bermain.

G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5%. Korelasi yang digunakan adalah korelasi parsial dan korelasi ganda. Korelasi parsial berguna untuk menganalisa hubungan tiap variabel bebas dengan variabel terikatnya. Adapun

43

korelasi ganda digunakan untuk mengetahui korelasi secara simultan dari variabel bebas dengan variabel terikatnya. Sebelum dilakukan analis data, maka dilakukan uji prasyarat yang meliputi validitas, normalitas dan linearitas. 1. Uji Coba Instrumen a. Uji Validitas Instrumen Untuk memperoleh validitas yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya itemitem yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang bersangkutan. b. Uji Reliabilitas Instrumen Reabilitas adalah sesusatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi 2006: 178). Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik belah dua (split half) dan proses analisis menggunakan bantuan komputer SPSS 15.0.
c. Uji Objektivitas Judge

Keobjektivan suatu pengamatan menunjukkan kesamaan hasil yang diberikan oleh dua orang atau lebih pengetes terhadap objek yang

44

sama. Uji ini untuk mengetahui tingkat kesamaan antara judge pertama, kedua, dan ketiga dengan bantuan perhitungan statistik. Uji data dalam penelitian ini menggunakan teknik product moment oleh pearson. (Suharsimi Arikunto, 2006: 275). Rumusnya sebagai berikut:

= Jumlah skor dari tes pertama (x) = Jumlah skor dari tes kedua (y) = Hasil kali skor X dengan Y Untuk setiap responden = Jumlah kuadrat dari skor pertama = Jumlah kuadrat dari skor tes kedua 2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Data Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran masing-masing fariabel bebas maupun terikat mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi Kwadrat. ( fo fh) 2 fh Keterangan: x 2 : Chi kwadrat fo : Frekuensi yang diperoleh dari sampel fh : Frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi (Sutrisno Hadi, 1989: 76-77). x2 = Selanjutnya harga Chi Kwadrat perhitungan taraf signifikansi 5%, apabila harga Chi Kwadrat hitung lebih kecil dari Chi Kwadrat tabel 45

maka datanya normal dan sebaliknya apabila Chi Kwadrat hitung lebih besar dari pada Chi Kwadrat tabel maka datanya tidak normal. b. Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui sifat hubungan linier atau tidak antara variabel bebas dan variabel terikat. Untuk keperluan uji linieritas dengan uji F. Adapun rumusnya adalah: RK reg

RK res Keterangan: F reg = harga bilangan untuk garis regresi RK reg = rerata kuadrat garis regresi RK res = rerata kuadrat residu Selanjutnya harga F dikonsultasikan dengan harga tabel pada taraf signifikansi 5%. Dikatakan linier apabila harga F observasi lebih kecil dari F tabel dan sebaliknya (Sutrisno Hadi, 1991: 13). 3. Uji Hipotesis Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan rumus person product moment. N . XY ( X )( Y )
2

Freg =

rXY =

{N . X

( X )

}{N . Y

(Y )

Keterangan: Ry(1,2) : koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2 a1 : koefisien prediktor X1 a2 : koefisien prediktor X2 X1Y : jumlah produk antara X1 dengan Y 46

X 2Y

: jumlah produk antara X3 dengan Y

Untuk menguji apakah harga R tersebut signifikan atau tidak dilakukan uji F (Sutrisno Hadi, 1994: 26) dengan rumus: R 2 ( N m 1) m 1 R2

F=

Keterangan : F : harga F N : cacah kasus M : cacah prediktor R : koefisien korelasi antar kriterium dengan prediktor- prediktor. Harga F tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel dengan derajat kebebasan N-m-1 pada taraf signifikansi 5%. Apabila harga F hitung lebih besar atau sama dengan harga F tabel, maka ada hubungan yang signifikan antara variabel terikat dengan masing- masing variabel bebasnya.

47

You might also like