You are on page 1of 3

Pengujian impak digunakan untuk menguji kecenderungan suatu material untuk bersifat getas.

Spesimen yang diberi notch (takikan) menerima beban secara tiba- tiba (rapid loading). Pada pembebanan cepat ini, terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen. Sejarah dilakukannya pengujian ini adalah karena hasil uji tarik yang biasa digunakan untuk mengetahui sifat material tidak dapat memprediksi secara tepat perilaku patah dari material. Spesimen yang digunakan dalam pengujian impak adalah batang baja ST 37 dan Alumunium dengan standar ASTM E 23 yang mempunyai luas penampang melintang berupa bujursangkar (10 x 10 mm) dan memiliki notch V-45, dengan jari-jari dasar 0.25 mm dan kedalaman 2 mm, seperti yang tampak pada gambar berikut ini.

Pengujian impak dilakukan dengan menggunakan dua metode standar yaitu metodeCha r py danIz o d. Metode Charpy V Notch (CVN) banyak digunakan di Amerika sedangkan metode Izod banyak digunakan di Inggris (Eropa). Pada pengujian kali ini, dilakukan metode Charpy. Prinsip kerja metode Charpy yaitu : Specimen uji diletakkan dengan posisi mendatar pada penjepit. Palu pemukul diatur pada ketinggian tertentu. Atur posisi jarum pada alat ukur energi sesuai dengan sebesar energi yang kita inginkan Palu dilepaskan dari ketinggian tersebut lalu mengenai spesimen pada bagian luar spesimen yang sejajar dengan takikan Energi yang diserap oleh spesimen dihitung berdasarkan perbedaan energi potensial palu saat sebelum dan sesudah pemukulan (dapat dibaca langsung di skala pada mesin penguji).

Metode Charpy lebih umum dilakukan karena lebih mudah diterapkan, murah dan pengujiannya dapat dilakukan pada suhu di bawah suhu ruang. Pada metode Izod, spesimen harus dipendam dalah posisi horizontal, kemudian diberi rapid load dibagian diatas notch. Hal ini dinilai agak merepotkan dalam

pengujian, karena suhu spesimen yang telah ditentukan dapat mudah berubah akibat lamanya waktu pemendama spesimen yang akan mengakibatkan hasil pengujian yang tidak valid. Terdapat beberapa jenis patahan, yaitu patah ulet, patah getas, dan campuran dari keduanya. Material yang bersifat ulet adalah material yang penyerapan energinya tinggi. Sebaliknya material yang bersifat getas adalah material yang penyerapan energinya rendah. Patah ulet disebabkan oleh tegangan geser dengan ciri-ciri antara lain, pada permukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa), berserat, menyerap cahaya, pempilannya buram, dan terjadi deformasi plastis. Patah getas disebabkan oleh tegangan normal, permukaannya terliahat bentuk granular, berkilat dan memantulkan cahaya serta tidak didahului deformasi plastis. Dalam kehidupan nyata, peristiwa patah getas dinilai lebih berbahaya daripada patah ulet karena terjadi secara tiba tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu sehingga tidak tampak gejala-gejala material tersebut akan patah. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya patah getas dan patah ulet yaitu : Tegangan triaxial Temperatur Patah getas disebabkan oleh temperatur rendah (di bawah temperatur transisi), sedangkan patah ulet disebabkan oleh temperatur tinggi (di atas temperatur transisi).Temperatur transisi adalah rentang temperatur yang menjadi batas daari sifat ulet dan getas suatu material. Laju regangan atau laju pembebanan Semakin tinggi laju pembebanan maka energi yang diserap semakin kecil sehingga mengakibatkan terjadinya patah getas

Harga impak adalah energi yang diserap tiap satuan luas penampang lintang spesimen uji. Harga impak didapat dengan persamaan

Keterangan : m = massa bandul pemukul g = percepatan gravitasi h1 = beda tinggi pusat bandul & spesimen sebelum pemukulan

h2 = beda tinggi pusat bandul & spesimen setelah pemukulan

You might also like