Professional Documents
Culture Documents
A. TANAMAN CENGKEH
Daunnya bundar telur sungsang, dan daun yang masih muda berwarna merah
Cengkeh merupakan tanaman tropis berakar tunggang, bercabang dan kuat. Tinggi
tanaman dapat mencapai 15 meter dan dapat mencapai umur sampai lebih dari
100 tahun, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-
pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika
bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5 - 2
cm (Anonim, 2002).
Tanaman cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi. Setiap
bagian pohon mengandung minyak, mulai dari bunga, daun, gagang hingga akar.
yang tertinggi terdapat pada bagian bunga yaitu sekitar 14 – 21%, sedangkan pada
Semua bagian dari tanaman cengkeh mempunyai kandungan yang relatif sama,
yang berbeda hanya jumlahnya saja. Di bawah ini Tabel yang menunjukkan sifat
Karakteristik Keterangan
Nama botani Syzygium aromaticum
Metode ekstraksi Penyulingan uap
umumnya
Warna Kuning emas bercahaya
Konsistensi Medium, sedikit berminyak
Catatan keharuman Menengah
Kekuatan dari aroma Kuat
Gambaran keharuman Pedas, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
dengan bau tanaman.
Kegunaan Arthritis, asma, bronchitis, rematik, sprains, nyeri
otot, sakit gigi.
Unsur utama Eugenol, eugenyl asetat, caryophyllene,
isocaryophyllene.
(Sumber: www.aromaweb.com).
11
B. MINYAK ATSIRI
Minyak atsiri pertama kali dibuat oleh bangsa Mesir, Persia, dan India.
Sebenarnya penyulingan minyak atsiri waktu itu terbatas pada terpenten dan
kamfor. Perdagangan minyak wangi dan salep telah sejak lama di Negara-Negara
Timur, Yunani, Roma Kuno. Bahan yang digunakan bukan minyak atsiri
kedalam botol yang telah berisi minyak. Selanjutnya botol yang telah berisi
dan hasil penyulingan tersebut, hampir tak ada lagi dan sangat kabur.
Penelitian sistematis tentang sejumlah minyak atsiri dapat dikatakan dimulai oleh
kimia tentang minyak atsiri selanjutnya adalah penyelidikan oleh ahli kimia
Beberapa komoditas seperti minyak nilam, pala, dan minyak cengkeh merupakan
oleh petani dalam usaha skala kecil dengan teknologi sederhana, mulai dari teknik
12
budidaya sampai pengolahan. Dengan demikian, produktivitas tanaman dan mutu
minyak umumnya lebih rendah dari harga produk yang sama dari negara produsen
2. Sumber
Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatile oil) adalah minyak mudah menguap dan diperoleh dari
tanaman dengan cara penyulingan uap atau suatu hasil reaksi hidrolisis bahan
tanaman yang mudah menguap dari kandungan senyawa esensi tanaman itu
(Zulchi dan Aisni., 2002). Minyak tersebut menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau
tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tak larut dalam
setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit, dan
akar.
Ditinjau dari segi bahan bakunya, minyak atsiri dapat dibedakan atas minyak atsiri
primer dan sekunder. Minyak atsiri produk primer adalah minyak atsiri sebagai
hasil utama dari suatu bahan, misalnya nilam, dan akar wangi; sedangkan produk
sekunder adalah hasil tambahan atau limbah dari suatu bahan misalnya minyak
13
3. Komposisi Kimia
Pada umumnya variasi komposisi minyak atsiri disebabkan oleh perbedaan jenis
tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) serta
belerang (S).
golongan yaitu:
1. Hidrokarbon
hidrogen (H) dan karbon (C). Komponen kimia yang termasuk golongan
hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas setiap jenis
encer, terutama jika terkena cahaya matahari dan oksigen udara. Minyak
14
Tujuan dari pemisahan fraksi terpen dari minyak atsiri yaitu 1).
2. “Oxygenated hydrocarbon”
Komponen kimia dari golongan ini terbentuk dari unsur karbon (C),
Disamping itu, minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil
15
Tabel 2. Persenyawaan Kimia yang Terkandung Dalam Minyak Atsiri
1. Sifat fisik
2. Sifat kimia
16
C. MINYAK CENGKEH
1. Komposisi Kimia
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman cengkeh
(Syzygium aromaticum). Minyak atsiri ini dapat diperoleh dari bunga, gagang, dan
terutama eugenol. Kadar eugenol dalam minyak cengkeh dipengaruhi oleh asal
minyaknya. Kadar terbanyak dan kualitas yang baik dapat dihasilkan oleh minyak
yang diperoleh dari bunga dan gagang cengkeh. Kualitas minyak daun cengkeh
hanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan minyak bunga atau gagang
Bunga mengandung sekitar 20% minyak, sedangkan bagian gagang dan daun
sekitar 4-6% minyak (Guenther, 1990). Selain itu, kandungan minyak saat
ekstraksi dipengaruhi oleh lamanya proses penyulingan (Zulchi dan Aisni, 2002).
Minyak atsiri dalam bunga dan gagang cengkeh mengandung eugenol dan
kariofilen, yang merupakan komponen kimia yang memberikan rasa getir dan bau
17
pedas dari cengkeh. Di bawah ini merupakan Tabel perbandingan komposisi kimia
kimia, yaitu:
a. Eugenol [CH2=CHCH2C6H3(OCH3)OH)]
18
Gambar 2. Reaksi Antara Eugenol dengan NaOH
Eugenol digunakan sebagai bahan baku parfum, pemberi flavor, dan dalam
sintetis. Saat ini, kebanyakan vanilin sintetis dibuat dari fenol atau dari
Eugenol asetat terdapat juga pada minyak gagang cengkeh, tetapi dalam
jumlah yang sangat kecil. Eugenol asetat dapat dibuat dari eugenol dengan
19
d. Metil n-amil keton
Senyawa dalam minyak daun cengkeh yang terdapat dalam jumlah yang
Mutu minyak gagang cengkeh, ditentukan oleh kadar eugenol. Kadar eugenol
dalam minyak gagang cengkeh ditentukan oleh kondisi gagang sebelum disuling
Di Indonesia belum ada suatu standar mutu yang pasti untuk minyak gagang
cengkeh. Di bawah ini Tabel standar mutu dari minyak gagang cengkeh menurut
Karakteristik Nilai
Penampakan dan odor Kuning sampai berwarna coklat terang
Putaran optik 0o sampai -1o30o
Kadar eugenol 89% sampai 95%
Kelarutan dalam alkohol Larut dalam 2 bagian/lebih dari alkohol 70%
Indeks bias pada suhu 20 oC 1.5340 sampai 1.5380
(Sumber: EOA, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak sangat ditentukan oleh sifat dan
senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Sifat fisik seperti bobot jenis,
indeks bias, putaran optik, dan kelarutan dalam etanol 70% dapat dijadikan
20
Apabila bobot jenis, indeks bias, dan putaran optik menunjukkan angka yang
seperti mineral dan lemak. Apabila sifat itu menunjukkan angka yang rendah,
3. Manfaat
Minyak cengkeh ternyata punya khasiat yang cukup besar dan merupakan baku
industri farmasi dan pestisida nabati. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Rempah (BALITTRO) menunjukan bahwa, minyak cengkeh juga dapat
dipakai sebagai bahan baku pembuatan balsam yang dapat menghilangkan rasa
sakit, terutama reumatik. Di samping itu dapat digunakan juga sebagai obat kumur
dan permen.
Bukan itu saja, hasil penelitian BALITTRO juga menunjukkan eugenol yang
penyakit busuk batang pada tanaman vanili dan jamur tular tanah yang umumnya
21
D. PROSES PENYULINGAN MINYAK GAGANG CENGKEH
campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari
Mekanisme penyulingan yaitu sebagai berikut: pada suhu air mendidih, sebagian
minyak atsiri akan larut dalam air yang terdapat dalam kelenjar. Campuran
minyak dalam air ini akan berdifusi ke luar dengan peristiwa osmosis melalui
selaput membran yang sedang mekar sampai di permukaan bahan, dan selanjutnya
menguap. Dengan pemanasan oleh uap atau air, minyak atsiri akan dibebaskan
dari kelenjar minyak dalam jaringan tanaman. Untuk mengganti minyak yang
diuapkan ini, sejumlah minyak masuk ke dalam larutan dan menembus membran
sel bersamaan dengan masuknya air. Proses ini berlangsung terus sampai seluruh
zat menguap didifusikan dari dalam kelenjar minyak dan diuapkan oleh uap air
1. Pengeringan
Proses penyulingan gagang cengkeh ini dimulai dari proses penjemuran. Tujuan
dari penjemuran ini adalah menguapkan sebagian air dalam bahan sehingga
proses penyulingan mudah dan lebih singkat, serta untuk menguraikan zat tidak
Proses penjemuran dilakukan diatas lantai beton atau tikar, selama 6 hari dibawah
coklat tua. Mutu cengkeh kering yang baik yaitu berwarna coklat kekuning-
22
kuningan, dan berat cengkeh yang dihasilkan sekitar 31 - 35% dari berat basah
(Ketaren, 1985).
minyak selama proses penyimpanan. Hal ini terjadi karena pada proses
pengeringan, air dalam tanaman akan berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri
dan akhirnya menguap (Guenther, 1990). Sehingga, minyak atsiri yang berada
dalam tanaman akan berkurang karena sebagian minyak atsiri telah ikut menguap
Prinsip: Penentuan banyaknya air dengan cara destilasi dengan suatu cairan
organik yang tak bercampur dengan air, dan dikumpulkan dalam suatu
Tujuan dilakukannya pengukuran kadar air yaitu untuk menentukan berapa kadar
Prosedur:
23
1) Gagang cengkeh kering sebanyak 10 g dirajang, kemudian dimasukkan ke
5) Mengamati hasilnya.
Hasil:
Pengukuran kadar air ini dilakukan pemanasan selama 2,5 jam. Hasilnya, air yang
Perhitungan:
V
Kadar air = × 100%
M
Keterangan:
1,1ml
Kadar air bahan = × 100%
10 g
= 11%
Pembahasan:
24
Pengukuran kadar air dilakukan untuk mengetahui berapa kadar air yang terdapat
dalam bahan. Sehingga kita bisa mengetahui berapa kadar air yang optimal dalam
penyulingan minyak
Pada saat pemanasan, minyak dalam bahan akan larut bersama toluen sedangkan
air yang tidak larut dengan toluen akan menguap dan masuk kedalam tabung
ekstraktor destilasi. Pengujian ini berdasarkan berat jenis dari air. Berat jenis
Toluen lebih ringan daripada air. Sehingga pada saat pemanasan, air yang
Setelah pemanasan selama 2,5 jam didapatkan kadar air sebesar 1,1 ml. Kadar air
Semakin tinggi kadar air, maka kadar rendemennya akan semakin kecil, sehingga
menghasilkan minyak yang sedikit. Oleh karena itu, bahan yang akan disuling
harus cukup kering, agar menghasilkan minyak yang cukup banyak. Menurut
Ketaren (1989), gagang cengkeh yang baik untuk disuling mempunyai kadar air
8,7 – 10,2%. Jadi kadar air dalam gagang cengkeh tersebut (11%), kurang kering
Secara garis besar proses penyulingan minyak atsiri yaitu secara perlahan-lahan
cairan dalam alat penyuling didihkan, sehingga campuran uap terdiri dari uap air
dan uap minyak. Campuran tersebut mengalir melalui pipa kondensor, sehingga
uap tersebut dicairkan kembali dengan sistem pendinginan dari luar, yaitu
biasanya dengan air dingin. Dari kondensor, kondensat tersebut ditampung dalam
25
tabung pemisah (receiver); dan dalam tabung tersebut minyak atsiri akan terpisah
Proses penyulingan ini menggunakan tipe air dan uap (skala lab). Hal itu di
karenakan, bahan yang akan disuling berjumlah sedikit. Ketel tersebut dapat
menampung gagang cengkeh sebanyak 2,1 kg. Alat-alat seperti ketel, kondensor,
yang digunakan pada penyulingan ini hampir sama dengan menggunakan ketel
besar. Perbedaannya hanya pada bentuk alat dan kapasitas. Di bawah ini
merupakan Gambar alat penyulingan tipe air dan uap (skala lab).
Ketel suling adalah tempat bahan yang akan disuling. Ketel suling
26
ditutup rapat (Gambar 5). Pada tutup tersebut dipasang pipa untuk
Ketel dapat dibuat dari plat tembaga, alumunium, plat besi (galvanized
iron), baja dan stainless steel. Stainless steel merupakan bahan logam yang
(coil condensor) yang berfungsi untuk mengubah uap menjadi bentuk cair
27
condensor, karena mempunyai permukaan yang lebih luas (Ketaren,
1985).
Aliran air dalam kondensor harus berlawanan dengan aliran uap air dan
mempunyai suhu yang hampir sama dengan suhu air pendingin yang
masuk ke kondensor.
atau stainless steel. Besi dan tembaga tanpa lapisan tidak baik dipakai
digunakan yaitu berupa kolam atau air sungai yang mengalir Bagan proses
Lampiran 4.
pemisah minyak dan air, disebut “florentine flask”. Alat ini di desain
28
sedemikian rupa, sehingga dapat langsung memisahkan minyak dan air
Bila berat jenis minyak lebih ringan daripada air, maka minyak tersebut
akan berada dibagian atas air. Minyak gagang cengkeh mempunyai berat
jenis yang lebih besar daripada air (Bj minyak > Bj air), sehingga mengendap
separator.
Pada sistem penyulingan dengan air, bahan yang akan disuling langsung
29
Kelemahan dari penyulingan ini adalah pengekstraksian minyak atsiri
yang lebih luas dan jumlah bahan bakar yang lebih banyak. Kelemahan
lainnya adalah akibat komponen minyak yang bertitik didih tinggi dan
bersifat larut dalam air tidak dapat menguap secara sempurna, maka
rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan
dengan minyak hasil sistem sulingan dengan air, serta bahan yang disuling
Kelemahan dari sistem penyulingan ini yaitu jumlah uap yang dibutuhkan
besar. Dalam hal ini sejumlah besar uap akan mengembun dalam
bawah ini, merupakan Gambar dari alat penyulingan dengan uap dan air.
30
Gambar 8. Alat Penyulingan Dengan Uap dan Air
Pada sistem ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam “boiler”
31
minyak yang bertidik didih tinggi serta bertekstur keras, misalnya minyak
gagang cengkeh.
Prosedur penyulingan:
Hasil:
gagang cengkeh sebanyak 62 ml (2,95% dari 2,1 Kg). Minyak gagang cengkeh
yang dihasilkan berwarna kuning transparan, beraroma khas cengkeh, serta pedas.
Pembahasan:
Proses penyulingan ini dilakukan selama 2 hari, yaitu hari pertama selama 9 jam
dan hari kedua selama 5 jam. Hal tersebut dilakukan, karena diperkirakan masih
ada minyak yang terdapat dalam gagang cengkeh tersebut. Sehingga setelah
ada lagi minyak yang menetes dari kondensor. Penyulingan gagang cengkeh
32
dengan menggunakan alat penyuling yang baik, membutuhkan lama penyulingan
sekitar 8-24 jam, dan hal ini tergantung dari ukuran dan jenis insolasi ketel
(2,95% dari 2,1 Kg). Menurut Sofyan dkk. (1979), penggunaan api yang besar
akan meningkatkan rendemen, kadar eugenol, bobot jenis, indeks bias, dan
putaran optik.
persen. Tetapi hasil yang didapat yaitu sebanyak 2,95%, yang berarti berbeda
banyak kadar air dalam bahan, sehingga minyak sulit menguap pada saat
penyulingan.
Kesimpulan:
Hasil dari penyulingan gagang cengkeh sebanyak 2,1 kg, menghasilkan minyak
gagang cengkeh sebanyak 62 ml. Nilai tersebut jauh dibawah nilai standar dari
minyak gagang cengkeh yaitu sekitar 5,0 – 6,0% (Ketaren, 1985). Hal tersebut
dapat disebabkan pada proses penjemuran yang kurang baik, tak adanya
33
perajangan terhadap gagang cengkeh sebelum disuling, serta penggunaan api yang
kurang besar.
kemurnian dan komposisi dari minyak gagang cengkeh, apakah telah sesuai
Prinsip: Metode ini didasarkan pada perbandingan antara berat minyak pada suhu
yang ditentukan dengan berat air pada volum yang sama dengan volum
Prosedur:
34
5. Mencuci kembali piknometer, kemudian membasuh kembali secara
Hasil:
Perhitungan:
m2 ⋅ m
dt25 = × 100%
m1 ⋅ m
Keterangan:
14,0214 ⋅ 8,7981
Sehingga, dt25 = × 100%
13,7818 ⋅ 8,7981
5,2233
= × 100%
4,9837
= 1,0480
35
Keterangan:
= 1,0487
Kesimpulan:
Nilai bobot jenis dari minyak gagang cengkeh yang didapat yaitu sebesar 1,0487.
Berdasarkan standar mutu minyak gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut telah
Prinsip: Bila seberkas sinar mengenai sebuah bidang batas dari 2 zat yang
dan diteruskan. Tergantung pada besarnya sudut jatuh maka sinar yang
Keterangan:
36
0,0004 = Faktor koreksi
Prosedur kerja:
5. Mengatur saklar sampai garis ini berimpit dengan titik potong dari 2 garis
yang bersilangan.
Hasil:
Pada suhu ruangan pengerjaan 29 oC didapatkan nilai indeks bias sebesar 1,5360.
Perhitungan:
= 1,5310 + 0,0016
= 1,5326
37
Pembahasan:
Pada pengujian indeks bias, didapat hasil yaitu 1,5326. Berdasarkan standar mutu
minyak gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut kurang sesuai dengan standar
mutu dari EOA yaitu 1,5340 sampai 1,5380. Karena nilai yang didapat hampir
kekurang telitian dari pengamat dalam mengamati skala yang terdapat pada
refraktometer.
Angka indeks bias menunjukkan sifat fisik dari minyak cengkeh yang diukur
berdasarkan penyimpangan atau bias dari sinar yang melewatinya pada suhu
tertentu (Samsoeqi T. dan Nanan N., 1987). Sifat fisik ini erat hubungannya
Kesimpulan:
Nilai indeks bias minyak gagang cengkeh yang didapat yaitu sebesar 1,5326.
Berdasarkan standar mutu minyak gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut
kurang sesuai dengan standar mutu dari EOA yaitu 1,5340 sampai 1,5380.
3. Uji Eugenol
Prinsip: Kadar eugenol dapat diketahui dengan penambahan KOH atau NaOH
Dari sisa minyak yang tak bereaksi, kadar eugenol dapat diketahui.
Prosedur kerja:
38
3. Mengocok dengan shaker selama 30 menit.
Hasil:
Perhitungan:
10 − pembacaan
Kadar Eugenol = × 100%
10
Keterangan:
39
Jadi, kadar eugenol minyak gagang cengkeh ini yaitu:
10 − 0,8
Kadar Eugenol = × 100%
10
= 92%
Pembahasan:
Uji eugenol ini bertujuan untuk menentukan kadar eugenol dalam minyak gagang
cengkeh yang diuji. Dari hasil pengujian, kadar eugenol yang didapat yaitu
sebesar 92%. Nilai tersebut telah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan
EOA yaitu sebesar 89% sampai 95%. Semakin tinggi kadar eugenol dalam
minyak gagang cengkeh, maka mutu minyak atsiri akan semakin baik (Ketaren,
1985).
Kesimpulan:
Kadar eugenol minyak gagang cengkeh yang didapat yaitu sebesar 92%.
Berdasarkan standar mutu minyak gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut telah
sesuai dengan standar dari EOA yaitu sebesar 89% sampai 95%.
Tujuan dari pengujian minyak atsiri menggunakan kromatografi gas ini yaitu
40
Prosedur kerja:
41
Bagian-bagian alat kromatografi gas:
a. Gas pembawa
nitrogen digunakan sebagai gas pembawa. Tekanan gas yang berada dalam
tertutup setelah jarum tersebut dicabut. Sampel yang disuntik akan masuk
ke dalam liner dan dipanaskan serta hingga menguap. Sampel yang telah
42
Gambar 15. Injector
c. Kolom/turus
Ada yang dari jenis polar, non polar dan intermediate. Komponen-
43
d. Detektor
diterima dari pengesan, menjadi bentuk grafik atau data. Grafik biasanya
puncak. Dari grafik dan data tersebut nilai-nilai seperti kepekatan sampel
Hasil:
eugenol yang terlihat setelah 26, 255 menit sebesar 89,23822%. Grafik hasil
44
Pembahasan:
distribusi zat sampel diantara dua fasa. Terdapat berbagai jenis alat kromatografi,
Komponen pada minyak gagang cengkeh yang paling menentukan kualitas suatu
tidak terlalu mempengaruhi mutu. Menurut Guenther (1990), kadar eugenol pada
minyak gagang cengkeh yaitu sebanyak 83 - 95%. Pada pengujian ini, didapat
nilai eugenol sebesar 89,23822%. Nilai berarti telah sesuai dengan teori. Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa minyak gagang cengkeh tersebut cukup murni.
Kesimpulan:
minyak gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut (89,23822%) telah sesuai dengan
Prinsip: Suatu sudut yang melalui bidang dari sinar terpolarisasi diputar oleh
dan ke kiri.
45
Prosedur kerja:
5. Membaca nilai putaran optik pada skala yang terdapat pada alat.
Hasil:
Perhitungan:
= 179o –180o
= -1o
Pembahasan:
Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan dalam sinar atau cahaya yang
46
(dextrorotation) atau ke kiri (laevorotation). Sifat optis aktif suatu minyak
Sudur rotasi tergantung dari sifat cairan, panjang tabung yang dilalui sinar,
Derajat rotasi dan arahnya, penting untuk menentukan kriteria kemurnian. Arah
Kesimpulan:
Nilai putaran optik yang didapat yaitu –1o. Berdasarkan standar mutu minyak
gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut telah sesuai dengan standar dari EOA
6. Kelarutan Alkohol
sebagai berikut:
Prosedur kerja:
47
2. Memasukkan etanol 70% kedalam buret.
Hasil:
Pembahasan:
Salah satu sifat dari minyak atsiri yaitu larut dalam alkohol 70%. Dalam hal ini
minyak gagang cengkeh menurut EOA, larut dalam 2 bagian atau lebih dari etanol
70%. Dari hasil pengujian, nilai kelarutan minyak gagang cengkeh yang diuji
Kesimpulan:
Nilai kelarutan terhadap etanol 70% yaitu sebanyak 1 ml, yang berarti larut
cengkeh dari EOA, nilai tersebut sesuai dengan standar dari EOA yaitu larut
Dari hasil pengujian mutu minyak gagang cengkeh, secara skematis dapat dilihat
48
Tabel 6. Nilai Mutu Minyak Gagang Cengkeh yang Diuji
1. Penjernihan
Minyak atsiri yang baru disuling biasanya masih mengandung sejumlah kecil
air suling, yang terdispersi dalam minyak dan sejumlah kotoran lainnya,
sehingga akan terjadi reaksi yang lambat antara air dan minyak atsiri
Perjernihan minyak atsiri ini merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan
49
2. Pengemasan Minyak atsiri
sebagai berikut:
2. Mudah dipakai.
tertentu yaitu:
3. Tidak dipengaruhi oleh oksigen udara, air dan akan lebih baik jika
Minyak atsiri dalam jumlah kecil baik disimpan dalam botol berwarna,
sedangkan dalam jumlah besar disimpan dalam drum dilapisi dengan bahan
Gelas
Warna botol yang paling baik digunakan untuk penyimpanan minyak atsiri
adalah botol resisten terhadap cahaya (yaitu botol berwarna biru, amber,
50
merupakan wadah kemasan yang baik untuk minyak atsiri, karena minyak
tak bereaksi dengan gelas. Namun tidak praktis, karena mudah pecah,
Drum
Pada umumnya, minyak atsiri untuk tujuan ekspor dikemas dalam drum
yang terbuat dari logam. Drum tersebut biasanya terbuat dari alumunium,
seng dan besi (yang dilapisi dengan bahan yang tak bereaksi dengan
minyak atsiri, misalnya timah putih). Alumunium dan stainless steel baik
harganya mahal.
Berbagai jenis plastik telah dikenal sebagai bahan kemasan, namun belum
pertimbangan antara lain, sebagian plastik dapat larut dalam minyak atsiri
pemasaran merupakan faktor yang dapat menurunkan mutu minyak, terutama jika
dalam gudang atau ruangan dingin dan tidak dikenai oleh cahaya matahari
langsung. Secara skematis penanganan minyak atsiri dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini.
51
Tabel 7. Penanganan Minyak Atsiri
52