You are on page 1of 5

KOTA CILEGON

Pengaruh Industri terhadap Perubahan Fisik Kota.


Transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri merupakan perubahan karakter perdesaan ke perkotaan sehingga akan membawa efek ganda pada perubahan-perubahan lainnya (multiplier efect). Hal ini akan menuntut pula adanya transformasi alokasi sumber daya lahan dari pertanian ke non-pertanian. Proses alih fungsi ini melibatkan reorganisasi struktur fisik kota secara internal maupun ekspansinya ke arah luar ( Pierce dalam Kustiwan , 1997:505). Industri memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam masyarakat. Akibat yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya industri bias dalam berbagai bentuk yang berbeda. Bila suatu kota sangat tergantung hanya kepada satu jenis industri atau perusahaan, perkembangan industri atau perusahan tersebut akan menentukan apakah kota tersebut akan berkembang atau hancur. Kehadiran industriindustri baru dalam suatu wilayah akan berpengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja ini belum tentu terpenuhi dari penduduk wilayah tersebut, sehingga harus mendatangkan dari luar daerah. Wilayah tersebut akan berkembang menjadi kota-kota yang besar dan padat penduduknya. Kota tersebut berkembang menjadi tempat tinggal tenaga kerja yang jumlahnya cukup besar. Sudah menjadi konsekwensi logis, lahan tak terbangun akan berubah menjadi tempat-tempat permukiman. Akibat lain dari tumbuhnya industri yang dianggap buruk adalah timbulnya polusi yang sering menimbulkan berbagai pendekatan penanganan baik dalam kalangan masyarakat, maupun dalam kalangan industri sendiri. Di samping itu, bertambahnya penduduk membawa mobilitas yang semakin tinggi yang menimbulkan keruwetan lalu lintas dan tata kota, harga tanah yang melonjak dan biaya hidup yang terus meningkat.

Fungsi-fungsi Ruang Kawasan Kota


Dalam menentukan fungsi-fungsi penggunaan lahan berupa daerah terbangun (built up area), daerah peralihan serta perdesaan dapat dilihat dari ciri khas lahan yang dominan (kondisi eksisting). Dari kondisi data yang didapat menunjukkan kondisi fungsi-fungsi ruang kawasan kota adalah sebagai berikut:

KOTA CILEGON
Kawasan perumahan terkonsentrasi pada pusat kota, atau lebih tepatnya berada di Kecamatan Cilegon, Kecamatan Jombang, Kecamatan Ciltangkil dan Kecamatan Purwakarta, hal ini dapat dilihat dari banyaknya jaringan jalan dan perumahan. Kawasan pertanian dan tegalan terdistribusi di daerah peralihan kota atau pinggiran pusat kota. Kawasan Industri terkonsentrasi pada bagian Timur kota. Jalur hijau, kawasan lindung/waduk terkonsentrasi pada bagian Utara kota. Kawasan fungsi perdagangan dan jasa mempunyai karakteristik memusat linier sepanjang jalan utama Kota Cilegon Kawasan pemerintahan dan perkantoran serta pelayanan umum, terkonsentrasi pada pusat kota. Kawasan olah raga/open space/ taman dan kawasan wisata terkonsentrasi pada kawasan terbuka dan sepanjang pantai. Dari karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi penggunaan lahan bersifat menyebar namun konsentrik dengan arah perkembangan fungsi kegiatan linier mengarah ke Serang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Jenis Kegiatan Ruang Kota


Pada dasarnya kegiatan ruang perkotaan adalah kegiatan yang menempati suatu ruang dan mempunyai pengaruh terhadap dampak perkembangan kota dan migrasi penduduk. Kota yang berbasis pada kegiatan industri akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan perumahan, sedangkan kota yang berbasis perdagangan dan jasa akan membutuhkan kegiatan prasarana dan sarana penunjang. Ditinjau dari

KOTA CILEGON
kegiatan kota akan dapat diketahui beberapa pusat-pusat orientasi pergerakan dan sebagai pembangkit utama Kota Cilegon, antara lain sebagai berikut: 1. Pusat kegiatan industri pada bagian Selatan 2. Pusat kegiatan perdagangan dan jasa pada bagian pusat kota 3. Pusat kegiatan transportasi atau terminal dan pelabuhan 4. Pusat kegiatan rekreasi sepanjang pantai Merak Pusat-pusat kegiatan diatas adalah potensi yang dapat menciptakan pola perubahan penggunaan lahan terutama kawasan sekitar pusat kegiatan terebut. Kawasan Pusat Perdagangan (pusat kota) saat ini tumbuh dan berkembang secara cepat menyebar secara paralel di pinggiran jalan utama. Namun tidak demikian untuk kawasan pusat kegiatan industri lebih cenderung tumbuh berdasarkan tingkat pengembangan intensifikasi industri.

Kondisi Fisik Wilayah Studi

KOTA CILEGON
Berdasarkan karakteristik kemiringan lahan dan morfologi daratan, kawasan pusat kota Cilegon berupa dataran dengan kemiringan 0 2% sampai dengan 2 7% dengan ketinggian berkisar antara 0 25 m. Kawasan ini mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata 26,4o 27,8o C, kelembaban Nisbi udara 78 86%, tekanan udara 1011,1 mb dan tekanan uap air 27,3% serta curah hujan 178 mm per tahun. Keadaan tanah di kawasan ini merupakan tanah regosol dengan kedalaman efektif < 90 cm dan memiliki tekstur tanah halus kasar. Jenis tanah ini dijumpai di daerah Barat dan tengah Kota Cilegon, berasal dari dataran dan lereng pegunungan berwarna coklat tua. Termasuk jenis ini adalah lempung, lempung pasiran dan pasir. Berdasarkan data yang ada, jenis batuan yang terdapat di kawasan pusat kota adalah Breksi dan Tuva dari salah satu gunung yang ada di Kota Cilegon (Gn. Gede). Dari fisik hidrologi, terdapat beberapa sungai kecil dengan lebar 4 6 meter, yaitu Kali Sekong, Kali Temposo dan Kali Gayam. Sungai suangai ini bersumber dari mata air yang berada di luar wilayah Kota Cilegon (Kec. Mancak, Kab. Serang). Pada umumnya kali tersebut berfungsi sebagai drainase kota yang bersifat alami. Dengan kondisi topografi Kota Cilegon yang diapit perbukitan baik di bagian Utara dan Selatan berpengaruh terhadap pola jaringan drainase yang ada, hal ini terlihat pada beberapa kawasan termasuk pusat kota yang merupakan titik-titik rawan banjir (genangan air).

Tata Ruang
Pada kawasan penelitian banyak terjadi perubahan struktur ruang yang ditandai dengan banyak bangunan yang sudah tidak sesuai lagi dengan luas dan bentuk aslinya, baik itu GSB, KDB dan fungsi bangunan. Berkaitan dengan struktur ruang, untuk kawasan pusat kota kepadatan bangunan sudah relatif tinggi. Berdasarkan kajian terhadap peta RTRW Kota Cilegon, perkembangan kawasan terbangun yang terjadi saat ini dilihat dari aspek perencanaan bukan merupakan penyimpangan. Kawasan sampel penelitian berdasarkan peta RTRW merupakan kawasan dengan fungsi perdagangan dan jasa. Sedangkan permukiman yang ada merupakan permukiman yang lama, namun dapat berfungsi ganda yaitu sebagai hunian dan sebagai lahan usaha karena pertimbangan lokasi yang menguntungkan. Apabila dilihat dari aspek hubungan keserasian antar kegiatan dalam suatu kawasan tidak saling membatasi atau merugikan, sejauh mekanisme pengendalian dari pemerintah berjalan dengan baik dan dipatuhi penduduk pusat kota. Kondisi ini diharapkan dapat membawa keuntungan bagi pelaku aktivitas perdagangan dan jasa, perkantoran maupun bagi masyarakat. Namun khusus untuk kawasan yang dilewati

KOTA CILEGON
Jalan Samang Raya dan ruas jalan sekunder di pusat kota, terlihat adanya perbedaan rencana struktur ruang yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Hampir semua komponen penggunaan lahan mengalami perubahan dalam arti proporsi penggunaan lahan untuk tiap jenis dan lokasi-lokasi kegiatan, pertumbuhan lahan kekotaan cenderung menempati jalur transportasi. Sehingga pola umum penggunaan lahan akan mengikuti pola memanjang atau segaris (linier pattern).

You might also like