You are on page 1of 88

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR

TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SKRIPSI
Diajukan dan dipertahankan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan pada program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana

Oleh: ANGELINUS W. KUSUMA 0604040024

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA


Kupang, 2012
i

LEMBARAN PENGESAHAAN

JUDUL PENELITIAN

Evaluasi Penggunaan Bubur Kalifornia untuk Mengendalikan Penyakit Diplodia pada Tanaman Jeruk Keprok Soe di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur

NAMA/NIM Dosen pembimbing JURUSAN PROGRAM STUDI

: Angelinus W. Kusuma/0604040024 : Ir. I Wayan Mudita, M.Sc. : Sri Widinugraheni, SP, M.Sc. : Budidaya Pertanian : Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan

Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II

Ir. I Wayan Mudita, M.Sc. NIP. 19590721 198601 1 002

Sri Widinugraheni, SP. M.Sc. NIP. 197207202 199703 2 002

Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Dekan Fakultas Pertanian

Ir. J. E. R. Markus, M.App.Sc. NIP. 19640701 199009 2 001 Tanggal Lulus:

Ir. Marten R. Pellokila, MP, Ph.D. NIP. 19650317 198903 1 002

ii

RINGKASAN

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Oleh: Angelinus Warta Kusuma Di bawah Bimbingan: Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., dan Sri Widinugraheni, SP. M.Sc.

Penyakit diplodia telah menjadi kendala utama dalam usaha pengembangan dan peningkatan produksi jeruk keprok soe. Kebijakan pengendalian yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah pengendalian penyakit dengan menggunakan Bubur Kalifornia sebagai bagian dari program pengembangan jeruk keprok soe. Walaupun program tersebut sudah dilaksanakan, sejak lama, sampai saat ini belum tersedia informasi mengenai efektifitas penggunaan Bubur Kalifornia tersebut. Sebagaimana dengan program pemerintah dan program pembangunan lainnya, pelaksanaan program pengendalian penyakit diplodia dengan menggunakan Bubur Kalifornia tersebut perlu ditindaklanjuti dengan evaluasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan, untuk mengkaji seberapa efektif penggunaan Bubur Kalifornia sebagai teknik pengendalian penyakit diplodia pada jeruk keprok soe. Penelitian lapangan telah dilaksanakan di pusat produksi jeruk keprok soe di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) sejak bulan Oktober sampai November 2010. Di Kabupaten TTS dilakukan di Kecamatan Molo Tengah (Desa Oelbubuk), Kecamatan Molo Utara (Desa Obesi, Tunua dan Ajaobaki), sedangkan di Kabupaten TTU di Kecamatan Miomaffo Barat (Desa Lemon dan Desa Suanae). Dari setiap desa ditentukan 10 petani jeruk, masingmasing 5 petani yang menggunakan Bubur Kalifornia dan 5 petani yang tidak menggunakan Bubur Kalifornia, untuk diwawancarai mengenai cara aplikasi Bubur Kalifornia. Dari setiap petani diambil satu kebun, dan di setiap kebun dibuat tiga transek uantuk melakukan pengamatan insidensi penyakit. Wawancara dilakukan mengenai: (1) jumlah pohon yang diberi perlakuan Bubur Kalifornia, (2) cara aplikasi bubur kalifornia, 3) waktu dan frekuensi aplikasi bubur kalifornia, (4) cara memperoleh bubur kalifornia, dan (5) dosis yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan. Pengamatan dilakukan terhadap: (1) gejala dan tanda busuk diplodia, (2) insidensi tanaman yang diberi perlakuan dan tanpa perlakuan Bubur Kalifornia, (3) ketinggian tempat (elevasi), (4) dimeter batang, dan (5) populasi tanaman. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisisis kualitatif dilakukan dengan mengolah transkip rekaman hasil wawancara dan kemudian menentukan tema yang terdapat dalam transkrip hasil wawancara dengan analisis temati dan analisis kuantitatif dengan uji t dan analisis regresi linier sederhana dan berganda.
iii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan aplikasi Bubur Kalifornia pada tanaman jeruk di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU ternyata tidak efektif dalam mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe. Hasil analisis tematik menunjukkan bahwa, sekalipun hampir semua petani mendapatkan penyuluhan sebelum melakukan aplikasi, ternyata tidak semuanya mengikuti cara menyiapkan dan mengaplikasikan Bubur Kalifornia sebagaimana yang direkomendasikan, demikian juga dengan waktu dan frekuensi pengaplikasian. Frekuensi aplikasi bervariasi, ada petani yang hanya melakukan aplikasi sekali saja, ada pula yang mengaplikasikannya berulang-ulang tetapi pada musim hujan. Dosis aplikasi yang digunakan oleh petani tidak sesuai dengan rekomendasi. Hasil uji t menunjukan bahwa tanaman tanpa perlakuan dan dengan perlakuan Bubur Kalifornia ternyata menderita busuk diplodia dengan insidensi yang tdak berbeda nyata. Keadaan tidak berbeda nyata ini tidak berhubungan dengan ketinggian tempat, jarak tanam, dan populasi tanaman, baik secara sindiri-sendiri maupun secara berganda. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakefektifan Bubur Kalifornia dalam mengendalikan busuk diplodia pada jeruk soe di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU berhubungan dengan faktor pelaksanaan kebijakan, bukan dengan kondisi fisik lingkungan.

Kata Kunci : Bubur Kalifornia, penyakit diplodia, evaluasi, jeruk keprok soe, Kabupaten TTS dan TTU

iv

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i LEMBARAN PENGESAHAAN .........................................................................ii RINGKASAN ......................................................................................................iii DAFTAR ISI ........................................................................................................v DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Tujuan dan Kegunaan dari Penelitian ........................................................ 2 1.2.1. Tujuan ......................................................................................................2 1.2.2. Kegunaan .................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengendalian Penyakit sebagai Bagian dari Perlindungan Tanaman.........3 2.1.1. Kebijakan perlindungan Tanaman ............................................................ 3 2.1.2 Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat dalam Perlindungan Tanaman .................................................................. 4 2.2 Evaluasi sebagai Unsur Penting Program Perlidungan Tanaman .............5 2.3 Penggunaan Bubur Kalifornia untuk Pengendalian Penyakit ................... 6 2.3.1 Bubur Kalifornia, Cara Penggunaan dan Cara Pembuatanya ................ 6 2.3.2 Penyakit-Penyakit yang Dilaporkan Dapat Dikendalikan dengan Bubur Kalifornia ...........................................................................6 2.3.2.1 Berbagai Penyakit yang Pernah Dilaporkan ............................... 6 2.3.2.2 Gejala dan Tanda Busuk Diplodia ...............................................7 2.3.2.3 Penyebab Penyakit dan Morfologi Patogen .................................7 2.3.2.4 Daur Busuk Penyakit Diplodia .................................................... 9 2.3.2.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Busuk Diplodia ...............9 2.4 Arti Penting dan Budidaya Jeruk Keprok Soe ............................................9 2.4.1. Arti Penting Jeruk Keprok Soe .................................................................10 2.4.2. Budidaya Jeruk Keprok Soe di TTS dan TTU ..........................................10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Teoritis ...................................................................................... 12 3.2. Rancangan Pengambilan Sampel .............................................................. 13 3.3. Pelaksanaan Penelitian ...............................................................................14 3.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................14 3.3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................... 14 3.3.3. Wawancara dan Pengamatan di Lapangan ..............................................14 3.4. Peubah Penelitian ....................................................................................... 15 3.5. Analisis Data ............................................................................................... 16
v

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Pertanaman Jeruk ................................................. 17 4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 17 4.1.2. Kedaan Umum Tanaman Jeruk Keprok Soe ............................................18 4.2. Evaluasi Kualitatif ..................................................................................... 19 4.2.1. Jumlah Tanaman dengan dan Tanpa Perlakuan ......................................19 4.2.2. Penyiapan dan Pengaplikasian Bubur Kalifornia .....................................20 4.2.3. Waktu dan Frekuensi Pengaplikasian Bubur Kalifornia ......................... 21 4.2.4. Cara Memperoleh Bubur Kalifornia ......................................................... 23 4.2.5. Dosis yang Dibutuhkan dalam Pengaplikasian .........................................24 4.3. Evaluasi Kuantitatif .................................................................................. 24 4.3.1. Gejala Penyakit Diplodia pada Jeruk Keprok Soe di Lokasi Penelitian .................................................................................. 24 4.3.2. Efektivitas Bubur Kalifornia dalam Mengendalikan Penyakit Diplodia ...............................................25 4.3.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan Efektivitas Bubur Kalifornia ..........26 4.3.3.1. Hubungan Insidensi dengan Faktor Tunggal ............................. 26 4.3.3.2. Hubungan Insidensi dengan Faktor Berganda .......................... 29 4.4. Pembahasan Umum ................................................................................... 30 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................32 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 32 5.2 Saran .........................................................................................................32 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33 LAMPIRAN .........................................................................................................35

vi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Curah Hujan Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan .............................................................. 17 Tabel 2. Curah Hujan Kecamatan Miomafo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara .................................................................. 18

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 (a) Diplodia Kering Membentuk Koloni yang Berwarna Hitam Kecoklatan dan Tersebar Disebar di bagian Batang Jeruk ..............8 Gambar 1 (b) Diplodia Basah, Infeksi Patogen pada bagian Batang Muncul Luka ............................................................ 8 Gambar 2. Alur dan Skema Pengambilan Sampel Secara Bertingkat untuk Menentukan Sampel Rumah Tangga dan Sampel Pengamatan ................. 13 Gambar 3. (a) Infeksi Diplodia: (a) Infeksi Lanjutan Diplodia Basah pada Batang .. 25 Gambar 3. (b) (b) Infeksi Lanjutan Diplodia Kering pada Batang ........................... 25 Gambar 4. Plot Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dan Insidensi Penyakit Diplodia ................................................................ 27 Gambar 5. Plot Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dan Insidensi Penyakit Diplodia ......................................................................28 Gambar 6. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Populasi Tanaman dan Insidensi Perlakuan ................................................................................... 29

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 35 Lampiran 2a. Daftar Pertanyaan yang Ditujuakn Kepada Petani Jeruk Keprok Soe di Lokasi Penelitian yang menggunakan Bubur Kalifornia ...................... 36 Lampiran 2b. Daftar Pertanyaan yang Ditujukan Kepada Petani Jeruk Keprok Soe di Lokasi Penelitian yang menggunakan Bubur Kalifornia ......................................38 Lampiran 3. Lembar Pengamatan Lapangan ........................................................... 39 Lampiran 4a Contoh Transkripsi Wawancara dengan Petani yang Menggunakan Bubur Kalifornia (tidak semua dilampirkan) .................... 40 Lampiran 4b Contoh Transkripsi Wawancara dengan Petani yang Tidak Menggunakan Bubur Kalifornia (tidak semua dilampirkan) ..........55 Lampiran 5a Data Insidensi Perlakuan dan Tanpa Perlakuan .................................. 58 Lampiran 5b. Hasil Analisis Uji T ..........................................................................59 Lampiran 6a. Data Regresi Ketinggian Tempat dengan Insiden Perlakuan ..............60 Lampiran 6b. Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dengan Insidensi Perlakuan ................................................................................. 62 Lampiran 7a. Data Diameter Batang dengan Insidensi Perlakuan ............................ 63 Lampiran 7b. Hasil Analisis Regresi Diameter Batang dengan Insidensi Perlakuan ................................................................................ 67 Lampiran 8a. Data Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan ........................ 68 Lampiran 8b. Hasil Analisis Regresi Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan ................................................................................ 72 Lampiran 9a. Data Berganda Ketingian Tempat, Diameter Batang, Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan ....................................... 73 Lampiran 9b. Hasil Analisis Regresi Berganda Ketinggian Tempat, Diameter Batang, Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan ...........80

ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu masalah utama dalam membudidayakan tanaman adalah ancaman serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang dapat mengakibatkan kerusakan dan kehilangan hasil tanaman. Demikian pula pada budidaya jeruk keprok soe, tidak terlepas dari gangguan penyebab penyakit. Menurut laporan Bora (2001) 25 75%, petani mengalami kehilangan hasil, yang disebabkan oleh penyakit baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan, tetapi hasilnya belum memadai. Pengendalian penyakit dilakukan untuk mengurangi menurunkan tingkat infeksi, menghindari kematian tanaman, dan kehilangan hasil. Kebijakan pengendalian yang telah diberikan oleh pemerintah adalah pengendalian penyakit dengan menggunakan Bubur Kalifornia dengan melalui program pengembangan jeruk keprok soe (Badan Litbang Pertanian, 2010). Pemerintah memandang perlu untuk mengambil kebijakan ini mengingat jeruk merupakan komoditas penting bagi petani di wilayah TTS dan TTU karena merupakan sumber penghasilan tunai rumah tangga. Bubur Kalifornia merupakan fungisida sintetik yang diformulasikan dari belerang kapur dan air (Wudianto, 1990). Bubur Kalifornia mempunyai kelebihan dalam hal mudah dibuat dengan bahan yang mudah diperoleh di daerah dan murah sehingga ketika harga pestisida sintetik mahal maka Bubur Kalifornia menjadi alternatif. Menurut Wudianto (1990), Bubur Kalifornia dapat mengendalikan penyakit, busuk diplodia basah dan diplodia kering (Botryodiplodia theobromae). Pemerintah menganjurkan pengendalian dengan Bubur Kalifornia, dengan alasan Bubur Kalifornia merupakan fungisida alami dan mudah diperoleh. Bubur Kalifornia juga sangat praktis dalam pembuatan dan penggunaannya (Badan Litbang Pertanian, 2010). Walaupun sudah lama diaplikasikan sebagai langkah pengendalian, tetapi sejak Bubur Kalifornia mulai digunakan, sampai saat ini belum tersedia informasi mengenai evektifitas penggunaan Bubur Kalifornia tersebut untuk mengendalikan penyakit jeruk. Menurut Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi NTT (2000), penggunaan Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit-penyakit jeruk merupakan program 1

pemerintah. Sebagaimana dengan program pemerintah dan program pembangunan lainnya, pelaksanaan program perlu dan ditindak-lanjuti dengan evaluasi. Oleh karena itu, penggunaan Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit busuk diplodia perlu dievaluasi untuk mengetahui seberapa efektif Bubur Kalifornia dalam mengendalikan penyakit-penyakit tersebut. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji evektifitas penggunaan Bubur Kalifornia sebagai teknik pengendalian penyakit diplodia pada jeruk keprok soe.

1.2

Tujuan dan Kegunaan dari Penelitian 1.2.1. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui evektifitas penggunaan

Bubur Kalifornia dalam mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe yang ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Timor Tengah Utara.

1.2.2. Kegunaan Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan pengendalian penyakit tanaman jeruk keprok, khususnya petani dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengendalian Penyakit sebagai Bagian dari Perlindungan Tanaman 2.1.1 Kebijakan Perlindungan Tanaman Perumusan kebijakan yang berhubungan dengan perlindungan tanaman

didasarkan pada Undang-undang (UU) No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman. .Menurut Pasal 20 UU No. 12 Tahun. 1992, perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu. Selanjutnya, Pasal 21 menyatakan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan melalui kegiatan berupa: (a) pencegahan masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke dalam dan tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (b) pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan (c) eradikasi organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melakukan tindakan perlindungan tanaman tersebut, Pasal 22 menyatakan bahwa setiap orang atau badan hukum dilarang menggunakan sarana dan/atau cara yang dapat mengganggu kesehatan dan/atau mengancam keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumberdaya alam dan/atau lingkungan hidup, ketentuan mengenai penggunaan sarana dan/atau cara diatur lebih lanjut oleh pemerintah. Mengenai keterlibatan pemerintah, Pasal 24 menyatakan bahwa apabila serangan organisme pengganggu tumbuhan merupakan eksplosi, maka pemerintah bertanggungjawab menanggulanginya bersama masyarakat. Selajutnya, Pasal 25 menyatakan bahwa pemerintah dapat melakukan atau memerintahkan dilakukannya eradikasi terhadap tanaman dan/atau benda lain yang menyebabkan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan, apabila organisme pengganggu tumbuhan tersebut dianggap sangat berbahaya dan mengancam keselamatan tanaman secara meluas (UU No. 12 Tahun. 1992). PP No. 6 Tahun 1995, mengatur pelaksanaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Menurut Pasal 8, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan dengan memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang 3

dikembangkan dalam satu kesatuan, sedangkan menurut Pasal 9, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan melalui tindakan pemantauan dan pengamatan terhadap organisme pengganggu tumbuhan dan faktor yang mempengaruhi perkembangannya serta perkiraan terjadinya serangan organisme pengganggu tumbuhan. Mengenai pelaksanaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan Pasal 10 menyatakan bahwa tindakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan dengan: (1) cara fisik, melalui pemanfaatan unsur fisika tertentu; (2) cara mekanik, melalui penggunaan alat dan atau kemampuan fisik manusia; (3) cara budidaya, melalui pengaturan kegiatan bercocok tanam; (4) cara biologi, melalui pemanfaatan musuh alami organisme pengganggu tumbuhan; (5) cara genetik, melalui manipulasi gen baik terhadap organisme pengganggu tumbuhan maupun terhadap tanaman; (6) cara kimiawi, melalui pemanfaatan pestisida; dan/atau (7) cara lain sesuai perkembangan teknologi. Selanjutnya, Pasal 22 menyatakan bahwa pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilakukan secara efektif, efisien dan aman sesuai petunjuk teknis yang ditetapkan (PP No. 6 Tahun 1995). Kebijakan yang ditetapkan menurut UU No. 12 Tahun 1992 dan PP No. 6 Tahun 1995 mengamanatkan bahwa perlindungan tanaman terdiri atas tindakan pencegahan, pengendalian dan eradikasi untuk menanggulangi OPT. Kebijakan yang berhubungan dengan penelitian ini adalah tindakan pengendalian melalui cara kimiawi. Penggunaan Bubur Kalifornia merupakan aplikasi kebijakan, khususnya kebijakan pengendalian dengan cara kimiawi. Dalam UU No. 12 Tahun 1992 maupun PP No. 6 Tahun 1995, pasal yang mengatur tentang evaluasi belum ada. Namun demikian, tersirat dari Pasal 22 UU No. 12 Tahun 1992 bahwa setiap tindakan perlindungan tanaman perlu dievaluasi.

2.1.2 Kewajiban Tanaman

Pemerintah

dan

Masyarakat

dalam

Perlindungan

Perlindungan tanaman merupakan kewajiban dan tanggungjawab bersama masyarakat maupun pemerintah. Ketentuan yang mengatur kewajiban dan

tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat dalam perlindungan tanaman tersebut adalah Pasal 20 UU No. 12 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa pelaksanaan perlindungan tanaman menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Mengenai 4

tanggung jawab pemerintah, Pasal 24 UU No 12 Tahun 1992 mengatur bahwa apabila serangan organisme pengganggu tumbuhan merupakan eksplosi, pemerintah bertanggung jawab menanggulanginya bersama masyarakat. Selajutnya, Pasal 25 menyatakan bahwa pemerintah dapat melakukan atau memerintahkan dilakukannya eradikasi terhadap tanaman dan/atau benda lain yang menyebabkan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan, khususnya apabila organisme pengganggu tumbuhan tersebut dianggap sangat berbahaya dan mengancam keselamatan tanaman secara meluas. Mengenai pelaksanaan oleh masyarakat, Pasal 11 menyatakan bahwa pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan oleh perorangan atau badan hukum yang memiliki dan/atau menguasai tanaman (UU No. 12 Tahun 1992). Peran aktif pemerintah dalam mengambil kebijakan perlindungan tanaman merupakan bentuk tanggungjawab pemerintah atas perlindungan tanaman. Masyarakat sebagai salah satu komponen dalam perlindungan tanaman perlu mendukung kebijakan pemerintah, yaitu dengan cara melaksanakan tindakan perlindungan sebagaiman kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2.2

Evaluasi sebagai Unsur Penting Program Perlindungan Tanaman Evaluasi adalah suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu

obyek, keadaan peristiwa atau kegiatan tertentu yang sedang diamati atau yang telah dilaksanakan (Wikipedia Indonesia, 2010). Evaluasi suatu kegiatan pengendalian merupakan proses penilaian terhadap hasil yang dicapai dari pelaksanaan pengendalian yang telah dilaksanakan, evaluasi tersebut meliputi keberhasilan dan kegagalan. Melalui evaluasi maka dapat dinilai evektifitas dari tindakan perlindungan tanama yang dilakukan (Wikipedia Indonesia 2010). Menurut Resminingsih (2010), evaluasi merupakan pemikiran terhadap

keberhasilan dan kekurangan dalam sebuah program. Evaluasi juga merupakan suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat suatu keputusan (Lelman, 1978). Ditambahkan lagi, menurut Wong (2011), evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan. Evaluasi merupakan unsur penting dalam program perlindungan tanaman. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau kegagalan dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan evaluasi dapat meliputi wawancara terhadap 5

orang atau instansi tertentu obsevasi (pengamatan) langsung terhadapa apa yang telah dilaksanakan (Wikipedia Indonesia, 2010).

2.3

Penggunaan Bubur Kalifornia untuk Pengendalian Penyakit 2.3.1 Bubur Kalifornia, Cara Penggunaan dan Cara Pembuatanya Bubur Kalifornia merupakan fungisida yang telah diperkenalkan sejak abad ke-

18. Di luar negeri, termasuk di beberapa negara maju, fungisida ini masih digunakan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Bubur Kalifornia adalah belerang, kapur dan air (Wudianto, 1990). Bubur Kalifornia (lime sulphur) terdiri atas Bubur Kalifornia yang kering (dry lime-sulphur) dan Bubur Kalifornia yang masak sendiri (self-boiled lime sulphur) (Badan Litbang Pertanian, 2012). Cara kerja Bubur Kalifornia adalah dengan menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur. Racun Bubur Kaliforia membunuh patogen dengan menghambat perkembangan dan penularan patogen serta dengan mempercepat kematian dari jamur yang menginfeksi tanaman (Badan Litbang Pertanian, 2012). Konsentrasi aplikasi Bubur Kalifornia yang direkomendasikan adalah 1 kg kapur dalam 10 liter air untuk 50-100 pohon (Dinas Pertanian TTS, 2001). Waktu yang tepat dalam pengaplikasian Bubur Kalifornia adalah pada saat musim kemarau dengan frekuensi 1 kali dalam satu musim (Badan Litbang Pertanian, 2011). Pembuatan Bubur Kalifornia dilakukan dengan cara: (1) memannaskan 10 bagian air dalam periuk tanah, kaleng cat atau drum besi sampai mendidih, (2) memasukan satu bagian serbuk belerang sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai benar-benar merata dan (3) merebus selama kurang lebih 15 menit (Wudianto, 1990). Hasil Bubur Kalifornia yang berkualitas baik akan berwarna kuning kemerahan dan pada saat didinginkan akan terpisah endapan berwarna kuning dan larutan di atasnya berwarna merah. (Wudianto, 1990).

2.3.2 Penyakit-Penyakit yang Dilaporkan Dapat Dikendalikan dengan Bubur Kalifornia 2.3.2.1 Berbagai Penyakit yang Pernah Dilaporkan Menurut Murdolelono dkk. (2000), tanaman jeruk keprok soe di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU menderita beberapa penyakit berbahaya, di antaranya busuk diplodia, busuk phytophthora dan penyakit psorosis. Di antara penyakit-penyakit 6

tersebut, busuk diplodia merupakan penyakit yang paling penting di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU karena menurut Murdolelono (2000) menyebabkan kematian sebagian besar pohon jeruk keprok soe.

2.3.2.2 Gejala dan Tanda Busuk Diplodia Pada jeruk dikenal dua macam busuk diplodia yaitu, diplodia basah dan diplodia kering. Gejala penyakit ini dapat ditemukan pada akar, batang, serta ranting dan dapat berupa busuk akar, busuk leher, dan mati ranting. Gejala diplodia basah mudah dikenali karena menyebabkan tanaman sakit mengeluarkan blendok yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang. Kulit batang tanaman sakit, setelah beberapa lama, dapat sembuh kembali, tetapi sebagian besar akan mengering dan mengelupas. Pada perkembangan lebih lanjut, pada batang timbul luka-luka yang tidak beraturan, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit, memanjang dan bahkan dapat berkembang melingkari batang atau cabang sehingga menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Jamur berkembang di antara kulit batang dan kayu, dan merusak lapisan kambium tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau sampai hitam (Semangun, 1989). Gejala awal diplodia kering sukar diketahui sehingga menyebabkan penyakit ini menjadi lebih berbahaya dibandingkan dengan diplodia basah yang mudah diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang menderita diplodia kering tiba-tiba mengering dengan celah-celah kecil pada permukaan kulit. Pada bagian celah-celah kulit yang mengelupas tampak adanya massa spora berwarna putih atau hitam. Kulit yang mengering meluas sangat cepat dan bila sudah mengelilingi batang atau cabang maka daun-daun akan menguning dan cabang di bagian atasnya akan mati (Murdolelono, 2000).

2.3.2.3 Penyebab Penyakit dan Morfologi Patogen Penyebab penyakit diplodia menurut Semangun (1989) adalah jamur Diplodia natalensisi. dengan sinonim Botryodiplodia natalensis. Jamur ini mempunyai kisaran inang yang sangat luas. Patogen patogenik ini menyebar pada bagian batang tanaman jeruk dengan membentuk koloni. Koloni yang terbentuk akan berwarna hitam kecoklatan (Gambar 1a). Hal tersebut menyebabkan batang tanaman yang terinfeksi patogen membusuk dan akan menimbulkan gejala seperti luka pada batang (Gambar 7

1b). Infeksi pada tingkatan tinggi dapat menyebabkan tanaman jeruk mengering dan lama kelamaan mati secara keseluruhan. (Semangun, 1989). Menurut Species Fungorum (2012a), nama saat ini (current name) untuk jamur Diplodia natalensis Pole-Evans adalah Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl. Jamur Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl. bersinonim dengan dengan sinonim Botryodiplodia ananassae (Sacc.) Petr., Botryodiplodia elasticae Petch, Botryodiplodia gossypii Ellis & Barthol., Botryodiplodia theobromae Pat.,

Botryodiplodia tubericola (Ellis & Everh.) Petr., Botryosphaeria rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Arx, Chaetodiplodia grisea Petch, Cryptostictis glandicola (Schwein.) Starbck, Diplodia ananassae Sacc., Diplodia cacaoicola Henn., Diplodia gossypina Cooke, Diplodia natalensis Pole-Evans, Diplodia theobromae (Pat.) W. Nowell, Diplodia tubericola (Ellis & Everh.) Taubenh., Lasiodiplodia nigra Griffon & Maubl., Lasiodiplodia triflorae B.B. Higgins, Lasiodiplodia tubericola Ellis & Everh., Lasiodiplodiella triflorae (B.B. Higgins) Zambett., Macrophoma vestita Prill. & Delacr., Phoma glandicola (Schwein.) Cooke, Physalospora glandicola N.E. Stevens, Physalospora gossypina F. Stevens, Physalospora rhodina Berk. & M.A. Curtis, Pyreniella rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Theiss., dan Sphaeria glandicola Schwein, dengan posisi dalam klasifikasi sebagai berikut: Botryosphaeriaceae, Botryosphaeriales, Incertae sedis, Dothideomycetes, Ascomycota, Fungi (Species Fungorum, 2012b).

(a)

(b)

. Gambar 1. Penyakit diplodia pada jeruk keprok: (a) Diplodia Kering Infeksi Patogen pada bagian Batang Muncul Luka (b) Diplodia Basah Infeksi Patogen Membentuk Koloni yang Berwarna Hitam Kecoklatan dan Tersebar Disebar di bagian Batang Jeruk Sumber: Mudita (2008). 8

2.3.2.4 Daur Penyakit Busuk Diplodia Menurut Semangun (1989), Diplodia natalensis mempunyai kisaran inang yang sangat luas. Perkembangan penyakit diplodia terjadi pada awal musim hujan (antara bulan OktoberNovember). Patogen masuk melalui luka baik secara alamiah maupun luka buatan serta alat-alat pertanian. Infeksi penyakit diplodia banyak terdapat di dataran rendah dengan kelembaban tinggi. (Semangun, 1989). 2.3.2.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Busuk Diplodia Infeksi patogen pada jeruk keprok bergantung pada umur tanaman, umur tanaman yang lebih muda akan menyebabkan jamur Diplodia natalensis akan berkembang dengan baik dan cepat. Tanaman jeruk yang lebih tua umurnya akan bertahan dari infeksi patogen. Faktor lingkungan juga mempengaruhi perkembangan penyakit diplodia. Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang penting dalam perkembangan penyakit. Pengaruh suhu dan kelembaban dapat menghambat dan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan penyakit dalam menginfeksi tanaman jeruk (Semanngun, 1989). 2.4 Arti Penting dan Budidaya Jeruk Keprok Soe 2.4.1. Arti Penting Jeruk Keprok Soe Sebagai salah satu komoditas utama, jeruk keprok soe sangat berpeluang untuk menjadi sumber penambahan pendapatan asli daerah. Dalam hal ini jeruk keprok soe memiliki keunggulan komparatif yang dapat bersaing dengan jeruk lainnya, mempunyai peluang pasar yang luas (lokal, antar kota, kabupaten, provinsi, dan nasional), dan mempunyai peluang pengembangan karena ditunjang oleh kesesuaian kondisi agroklimatik (Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, 2010). Keberadaan jeruk keprok soe menjadi kebanggaan masyarkat NTT, khususnya masyarakat TTS dan TTU. Kebanggaan masyarakat ini dikarenakan jeruk keprok soe merupakan tanaman asli yang telah dibudidayakan secara turun temurun. Oleh karena itu, masyarakat merasa kerusakan akan sangat merugikan (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan , 2001).

2.4.2. Budidaya Jeruk Keprok Soe di TTS dan TTU

Teknik perbanyakan tanaman jeruk keprok soe lebih banyak dilakukan dengan perbanyakan vegetatif dalam bentuk okulasi. Dengan demikian, pembibitan merupakan tahap awal dalam upaya membudidayakan tanaman jeruk. Batang bawah bersumber dari biji sapuan, sedangkan batang atas berasal dari mata tunas jeruk keprok soe dari pohon induk yang telah disertifikasi oleh UPTPSB. Perbanyakan dengan cara ini mengalami kendala karena terjadinya ketidak-sesuaian antara batang atas dengan batang bawah, dan membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan bibit yang siap tanam. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan teknik kultur jaringan melalui embriogenesis somatik dan penggandaan tunas aksiler (Mudita, 2008). Bibit jeruk keprok soe dikembangkan oleh petani penangkar dan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Timor Tengah Selatan lewat pengelolaan Kebun Dinas. Permasalahan yang dihadapi dalam rangka mendapatkan bibit yang berkualitas antara lain adalah keterbatasan dalam mendapatkan mata tunas dari pohon induk yang dijadikan sebagai batang atas (Seran & Hau, 2003). Bibit bermutu berasal dari perbanyakan vegetatif bebas penyakit sistemik, dan mempunyai karakteristik tanaman mirip dengan karakteristik pohon induknya. Untuk memperoleh bibit yang sehat bermutu, terjamin keasliannya, dan terkontrol maka proses pembibitan dengan cara okulasi harus melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu: seleksi varietas pohon induk, pembersihan tanaman yang sakit melalui metode penyambungan tunas pucuk, analisis patogen, blok fondasi, blok penggandaan mata tempel, dan distribusi mata tempel kepada penangkar, serta distribusi bibit dari penangkar ke petani (Bora & Murdolelono, 2000).

10

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Teoritis Evaluasi adalah suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu obyek, keadaan peristiwa atau kegiatan tertentu yang sedang diamati atau yang telah dilaksanakan (Wikipedia Indonesia, 2010). Menurut Resminingsih (2010), evaluasi merupakan pemikiran terhadap keberhasilan dan kekurangan dalam sebuah program. evaluasi merupakan pemikiran terhadap keberhasilan dan kekurangan dalam sebuah program. Evaluasi juga merupakan suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat suatu keputusan (Lelman, 1978). Menurut Wong (2011), evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan. Evaluasi merupakan unsur penting dalam program perlindungan tanaman dan dapat dilakukan dengan obsevasi (pengamatan) secarah langsung terhadapa apa yang telah dikerjakan dapatpula dilakukan dengan mewawancara terhadap komponenkomponen yang bersangkutan yang telah melaksanakan kegiatan tersebut. Proses evaluasi suatu kegiatan, dalam hal ini adalah pengendalian, maka yang menjadi tujuan adalah penilaian keberhasilan dan kegagalan apa yang telah dilaksanakan sebelumnya. Melalui evaluasi maka dapat dinilai evektifitas dari tindakan perlindungan tanama yang dilakukan. Evaluasi pelaksanaan pengendalian penyakit dengan menggunakan Bubur Kalifornia dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengendalian serta kemampuan Bubur Kalifornia yang digunakan dalam mengendalikan penyakit jeruk keprok soe. Dasar hukum yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi, tersirat pada Pasal 22 UU No. 12 Tahun 1992.

11

3.2. Rancangan Pengambilan Sampel Rancangan pengambilan sampel yang digunakan adalah rancangan sistematik bertingkat. Pengambilan sampel penelitian dapat dilihat pada skema sebagaimana disajikan pada Gambar 2.
Kabupaten

Kecamatan

Desa

10 Responden

5 Responden Pengguna Bubur Kalifornia

5 Responden yang Tidak MenggunakanBubur Kalifornia

Kebun yang Paling Banyak Tanaman Jeruk

Kebun yang Paling Banyak Tanaman Jeruk

Transek (3 bagian)

Transek (3 bagian)

Pengamatan Insidensi

Gambar 2. Alur dan skema pengambilan sampel secara bertingkat untuk menentukan sampel rumah tangga dan sampel pengamatan

Pengamatan insidensi dilakukan dengan membuat tiga transek di setiap kebun, satu di bagian tengah dan dua di bagian pinggir. Transek dibuat dari bagian kebun yang 12

lebih tinggi ke bagian yang lebih rendah. Pada setiap transek kemudian diambil empat pohon sebagai pohon sampal. Keempat pohon tersebut diambil secara sistematik dengan posisi pada jarak yang sama di sepanjang transek.

3.3.

Pelaksanaan Penelitian 3.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Timor Tengah

Selatan (TTS) dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Di Kabupaten TTS penelitian dilasanakan di Desa Tunua, Ajobaki, dan Obesi di Kecamatan Mollo Utara dan di Desa Oelbubuk di Kecamatan Mollo Tengah, sedangkan di Kabupaten TTU dilasanakan di Desa Lemon dan Desa Suanae di Kecamatan Miomafo Barat. Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan OktoberDesember 2011.

3.3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat tulis menulis, untuk mencatat data, alat ukur (meter) untuk mengukur diameter batang tanaman jeruk, kamera untuk mengambil gambar tanaman jeruk dan GPS (Global Positioning System) untuk mengukur ketinggian tempat tiap lokasi pengamatan tanaman jeruk. Bahan yang digunakan adalah daftar pertanyaan untuk dilakukan wawancara.

3.3.3.

Wawancara dan Pengamata di Lapangan

Wawancara dilakukan terhadap petani sampel dengan panduan daftar pertanyaan sebagaimana dicantumkan pada (Lampiran 2). Daftar pertanyaan disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka mengenai pelaksanaan pengendalian dengan menggunakan Bubur Kalifornia. Wawancara dilaksanakan sedapat mungkin dengan petani tanpa kehadiran pihak ketiga, atau dipengaruhi oleh orang lain yang tidak berkepentingan baik bertempat di rumah maupun di kebun sebelum pelaksanaan penelitian. Pengamatan lapangan dilakukan di kebun yang ditentukan oleh pemilik kebun. Bila petani responden memilki lebih dari satu kebun, maka pengamatan dilakukan pada kebun yang tanaman jeruknya paling banyak diberikan perlakuan pengendalian dengan 13

Bubur Kalifornia. Pengamatan lapangan dilakukan dengan mengamati dan mencatat insidensi penyakit pada tanaman baik yang diberi perlakuan, maupun yang tidak diberi perlakuan Bubur Kalifornia. Pengamatan tersebut dilakukan dengan menggunakan lembaran pencatat data (Lampiran 3).

3.4.

Peubah Penelitian

Peubah yang datanya dikumpulkan melalui pengamatan lapangan adalah: 1) Tingkat keberhasilan pengendalian dengan Bubur Kalifornia dengan cara melakukan pengamatan insidensi penyakit yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan Bubur Kalifornia. Insidensi penyakit adalah penyakit yang menginfeksi tanaman 2) Cara menyiapkan dan mengaplikasikan Bubur Kalifornia, dilakukan dengan wawancara. 3) Waktu dan frekuensi aplikasi Bubur Kalifornia, dilakukan dengan wawancara. 4) Cara memperoleh Bubur Kaliforia, dilakukan dengan wawancara. 5) Dosis yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan Bubur Kalifornia dilakukan dengan wawancara. Peubah yang datanya dikumpulkan melalui pengamatan lapangan adalah : 1) Tingkat keberhasilan pengendalian dengan Bubur Kalifornia dengan cara melakukan pengamatan insidensi penyakit yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan Bubur Kalifornia. 2) Ketinggian tempat lokasi pengamatan, dengan cara mengukur ketinggian tempat (elevasi) 3) Dimeter batang tanaman diukur percabangan 4) Populasi tanamaan diukur setiap jarak tanaman sampel dengan empat tanaman terdekat 50 cm dari permukaan tanah atau sebelum

14

3.5. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisisis kualitatif dilakukan dengan mentranskripsi rekaman wawancara dan kemudian menentukan tema yang terdapat dalam transkripsi dengan analisis tematik. Tema-tema analisis ditetapkan bukan dari data, melainkan ditetapkan terlebih dahulu, yaitu jumlah pohon yang diberi perlakuan terhadap seluruh jumlah pohon yang dimiliki, cara menyiapkan dan mengaplikasikan Bubur Kalifornia, waktu dan frekuensi aplikasi Bubur Kalifornia, cara memperoleh Bubur Kalifornia dan dosis yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan Bubur Kalifornia. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan evektifitas pengendalian Bubur Kalifornia. Pertama-tama, dilakukan pembandingan insidensi antara tanaman yang diberi dan yang tidak diberi perlakuan Bubur Kalifornia dengan menggunakan uji t. Bila pembandingan menunjukkan bahwa penggunaan Bubur Kalifornia ternyata menyebabkan insidensi penyakit atau secara nyata dengan tanpa penggunaan Bubur Kalifornia, maka dilakukan analisis regresi faktor tunggal dan kemudian analisis regresi faktor berganda. Menurut Mudita (2012), analisis regresi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan satu faktor tertentu dengan satu atau beberapa faktor lain.

15

BAB IV. PEMBAHASAN

4.1.

Lokasi Penelitian dan Pertanaman Jeruk 4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) memiliki luas wilayah 394.700 ha,

dengan batas sebelah utara adalah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), sebelah timur Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu, sebelah selatan Laut

Timor, dan sebelah barat Kabupaten Kupang (BPS TTS, 2010). Wilayah Kabupaten TTS terdiri atas barisan penggunungan yang terletak di bagian utara, dengan dataran tinggi di bagian tengah dan barisan pegunungan di sebelah Selatan. Kondisi geografis Kabupaten TTS memiliki struktur geografis yang berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan 49-51o. Kabupten TTS berada pada ketinggian 0-1.500 m dpl (BPS TTS, 2010). Kabupaten TTU mempunyai luas wilayah 2.669,66 km2, dengan batas-batas sebelah Utara dengan Republic Democratic Timor Leste (RDTL), sebelah Timur dengan Kabupaten Belu, sebelah Selatan dengan Kabupaten TTS, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Kupang ( BPS TTU, 2010). Wilayah Kabupaten TTU terdiri atas kawasan pesisir Utara dan dataran tinggi berada pada bagian tengah. Desa-desa yang menjadi sampel penelitian seluruhnya terletak di barisan pegunungan Utara kabupaten TTS dan Kabupaten TTU. Data curah hujan lokasi penelitian di Kabupaten TTS dan TTU perkecamatan dalam sepuluh tahun terakir disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Curah Hujan Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2211 2008 2009 180 2010 5670 2011 313

Curah Hujan 1428 2668 2668 1884 2211 (Milimeter) Sumber: BPS Kabupaten TTS (2011)

16

Tabel 2. Curah Hujan Kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 356 2007 501 2008 292 2009 3026 2010 675 2011 -

Curah 742 2042 989 715 Hujan (Milimeter) Sumber: BPS Kabupaten TTU (2011).

Tanaman jeruk ditanam di daerah yang memiliki curah hujan tahunan antara 1000-3.000 mm/tahun (optimum 1.500-2.500 mm/tahun). Induksi pembungaan jeruk membutuhkan kondisi tanah kering (strees air) paling sedikit sekitar 2 bulan yang biasanya akan tercapai jika terjadi bulan kering (curah hujan < 60 mm) minimal 3 bulan berurutan. (Badan Litbang Pertanian, 2011). Curah hujan pada daerah penelitian berkisar antara 292-5670 mm/tahun. Kisaran curah hujan tersebut cukup lembab untuk perkembangan tanaman jeruk keprok. Curah hujan yang tinggi akan berpengaruh terhadap kelembaban tanah, sehingga tanaman jeruk akan cepat terinfeksi jamur busuk diplodia. Pada tanah yang tidak kelebihan air, tanaman akan lebih tahan terhadap perkembangan penyakit daripada pada tanah yang kelebihan air (Badan Litbang Pertanian, 2011). 4.1.2. Kedaan Umum Tanaman Jeruk Keprok Soe Hasil pengamatan menunjukan bahwa tanaman jeruk keprok soe yang ada di lokasi penelitian menunjukan insidensi penyakit diplodia sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan insidensi perlakuan yang lebih tinggi dari insidensi tanpa perlakuan Bubur Kalifornia. Pada umumnya petani mempunyai masalah yang sama terhadap tanaman jeruk keprok soe yang mereka miliki, yakni sebagian besar tanaman mereka telah terinfeksi penyakit busuk diplodia. Selain penyakit diplodia, juga terdapat penyakit lain, yaitu penyakit phytophthora dan penyakit psorosis. Menurut seorang petani, ketong punya jeruk ni tidak sama ke dulu. Sekarang su hilang semua, tu kerena penyakit pu kerja Petani tersebut mengalami kesulitan untuk mengendalikan penyakit yang dari tahun ketahun menurunkan kualitas dan bahkan hampir memusnahkan tanaman jeruk keprok soe yang meraka miliki. Menurut petani tersebut, tanaman jeruk keprok soe yang mereka miliki saat ini sudah berkurang jumlahnya dibandingkan dengan jumlah tahun-tahun sebelumnya.

17

Dari hasil wawancara serta pengamatan secara langsung, jeruk keprok soe yang ada saat ini ternyata telah mengalami kerusakan. Petani mengakui bahwa tanaman jeruk keprok soe sekarang ini jauh dari harapan. Jeruk keprok soe yang dahulu menjadi kebanggaan, sekarang justeru meresahkan mereka.

4.2.

Evaluasi Kualitatif 4.2.1. Jumlah Tanaman dengan dan Tanpa Perlakuan Hasil wawancara dan pengamatan secara langsung terhadap petani sampel jeruk

keprok soe (Lampiran 4a dan Lampiran 4b) menunjukkan bahwa petani telah menggunakan Bubur Kalifornia. Seorang petani menjelaskan bahwa dia telah memberikan perlakuan Bubur Kalifornia terhadap sembilan pohon yang terinfeksi diplodia sebanyak dua puluh pohon. Menurut petani tersebut: Kalau tanaman jeruk keprok yang saya oleskan itu sembilan pohon sudah kena [terinfeksi] penyakit dan saya lihat parah sekali. Jeruk yang saya punya itu ada dua puluh pohon (Transkip Wawancara, 2011). Seorang petani petani lain lagi menjelaskan bahwa dia memberikan perlakuan Bubur Kalifornia terhadap dua belas pohon dari dua puluh lima pohon yang dimilikinya: Saya hanya oleskan [pada] dua belas pohon, dari dua puluh lima pohon yang saya punya [miliki] (Transkip Wawancara 2011). Seorang petani lain menjelaskan bahwa, tanaman jeruk keprok soe yang diberi perlakuan Bubur Kalifornia bejumlah dua puluh satu pohon yang terinfeksi diplodia dari tiga puluh tiga pohon yang dimiliki. Seorang petani lain juga menjelaskan bahwa tanaman jeruk keprok soe yang diberi perlakuan Bubur Kalifornia sebanyak lima belas pohon yang terinfeksi diplodia dari dua puluh tiga pohon: Saya oleskan lima belas pohon yang sudah kena [terinfeksi] penyakit diplodia, kalau tanaman yang saya punya [miliki] semuanya ada dua puluh tiga pohon. (Transkip Wawancara 2011). Seorang petani yang tidak menggunakan Bubur Kalifornia menjelaskan tanaman jeruk keprok soe yang terinfeksi diplodia sebanyak delapan pohon dari sebelas pohon yang dimilkinya: Saya punya [miliki] jeruk sebanyak sebelas pohon, sedangkan yang kena [terinfeksi] penyakit delapan pohon (Transkip Wawancara 2011).

18

Seorang petani yang lain yang tidak menggunakan Bubur Kalifornia juga menjelaskan bahwa jeruk keprok soe yang terinfeksi diplodia sebanyak sebelas pohon, dari lima belas pohon yang dimiliki: Jeruk yang ada sekarang sebanyak lima belas pohon, sedangkan yang kena [terinfeksi] penyakit sembilan pohon (Transkip Wawancara 2011). Dari hasil wawancara dan pengamatan, jumlah pohon sampel, baik yang diberi maupun yang tidak diberi perlakuan Bubur Kalifornia, berbeda antar petani. Contoh sampel wawancara serta pengamatan dari kutipan di atas menunjukan jumlah pohan yang diberi perlakuan lebih banyak dari jumlah pohon yang tidak diberi perlakuan. Hasil wawancara dan pengamatan dari keseluruhan pohon dari keseluruhan petani sampel yang ada di enam desa menunjukan jumlah petani sampel yang menggunakan Bubur Kalifornia lebih banyak dari yang tidak menggunakan.

4.2.2. Penyiapan dan Pengaplikasian Bubur Kalifornia Hasil analisis tematik data hasil wawancara (Lampiran 4a dan Lampiran 4b) menunjukan hampir semua petani jeruk keprok soe melakukan hal yang sama sehubungan dengan penyiapan dan pengaplikasian Bubur Kalifornia. Seorang petani di desa Tunua menjelaskan penyiapan dan pengaplikasian Bubur Kalifornia dengan cara sebagai berikut: Kami petani yang menggunakan bubur ini, diberi penyuluhan bagaimana cara mencampurkan larutan dari Bubur Kalifornia, cara kerja dan cara mengaplikasikannya pada tanaman yang terinfeksi diplodia. Kami siapkan dulu jerigen, ember atau gentong untuk tempat campuran. Setelah kami campur kami aduk-aduk larutan [maksudnya campuran] tersebut sampai rata, kemudian dimasak [di dalam] di periuk. Kalau sudah panas [mendidih] kami angka, setelah sudah dingin baru kami oleskan di jeruk yang sakit. Sebelum aplikasi kami bersihkan dulu jeruk yang akan kami oles nanti [baru kemudian] siapkan alat serta bahan yang akan kami gunakan (Transkip Wawancara 2011). Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa petani jeruk keprok soe mendapatkan penyuluhan sebelum petani tersebut mengaplikasikan Bubur Kalifornia pada tanaman jeruk keprok soe yang terinfeksi penyakit diplodia. Sebelum mengaplikasikan Bubur Kalifornia, petani perlu terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan untuk pembuatan Bubur Kalifornia tersebut. Berkaitan dengan hal ini seorang petani dari Desa Oelbubuk menjelaskan: Kami petani selalu ikut apa yang dijelaskan oleh penyuluh dari pihak pemerintahan. Kalau kami bikin [kerjakan] sendiri, takutnya salah. Kalau 19

caranya itu, kami oleskan bubur yang sudah siapkan secara merata di bagian jeruk yang kena [terinfeksi] sakit itu (Transkip wawancara 2011). Aplikasi yang dilakukan oleh petani sesuai dengan prosedur dan cara kerja yang diberikan penyuluh pertanian sebagaimana diungkapkan oleh seorang petani: Selalu kami oleskan yang sakit duluan, supaya cepat terobati, kami takut jeruk mati (Transkip Wawancara 2011). Aplikasi yang dilakukan selalu mendahulukan tanaman jeruk keprok soe yang sudah terinfeksi diplodia dengan harapan tanaman dapat pulih sehingga tidak menjadi sumber penular bagi tanaman lainnya. Semua yang berhubungan dengan menyiapkan dan mengaplikasikan dilakukan petani sesuai dengan aturan. Hal tersebut dilakukan oleh petani dengan harapan agar pengendalian dengan menggunakan Bubur Kalifornia dapat memberikan hasil yang efektif.

4.2.3. Waktu dan Frekuensi Pengaplikasian Bubur Kalifornia Hasil analisis tematik data hasil wawancara (Lampiran 4a dan Lampiran 4b) menunjukan bahwa waktu dan frekuensi pemberian Bubur Kalifornia tidak sama antar petani. Bebepara petani mengaplikasikan pada saat musim kemarau, petani lainnya mengaplikasikannya pada saat musim hujan. Demikian juga dengan frekuensi aplikasi, juga berbeda antar petani. Seorang petani di Desa Oelbubuk menjelaskan waktu dan frekuensi pengaplikasian Bubur Kalifornia adalah sebagai berikut: Kami sebagai petani ikut aturan yang ada, aturan yang kami dapatkan saat penyuluhan. Kami oleskan sesuai waktu yang telah dijelaskan dalam penyuluhan, itu tu [waktu] pada saat panas [kemarau] supaya itu bubur dapat meresap bagian [di dalam] yang kami oleskan. Kami biasanya oleskan satu kali saja selama musim panas (Transkip Wawancara 2011). Waktu dan frekuensi pengapliksian yang dilakukan oleh petani sesuai dengan ketentuan, yaitu waktunya pada saat musim kemarau dan minimal satu kali aplikasi dalam satu tahun. Petani tersebut juga mengaplikasikan Bubur Kalifornia sesuai dengan apa yang mereka dapatkan saat mengikuti penyuluhan. Menurut Badan Litbang Pertanian (2011), waktu yang tepat adalah pada saat musim kemarau dengan frekuensi satu kali aplikasi dalam musim kemarau. Seorang petani dari Desa Suanae menjelaskan waktu dan frekuensi pengaplikasian sebagai berikut: 20

Penyuluh pertania datang jelaskan di kami petani ini, kapan kami harus oleskan, mereka jelaskan waktu di kami. Mereka [penyuluh] kasih tau [menginformasikan] di kami itu tu [waktu] harus pada saat panas,mereka juga omong [menjelaskan] ke kami selang waktu yang harus kami oleskan satu kali selama masih [musim] panas supaya kami punya [miliki] bubur itu di bias resap ke jeruk [di bagian] yang kami oleskan (Transkip Wawancara 2011). Sama halnya dengan petani sebelumnya, penjelasan yang diberikan pada saat wawancara menunjukan bahwa petani mengikuti aturan serta ketentuan yang diberikan oleh penyuluh pertania. Aplikasi Bubur Kalifornia diaplikasikan satu kali pada saat musim kemarau. Menurut Wudianto (1990), waktu yang tepat untuk pengaplikasian adalah pada saat musim kemarau. Seorang petani dari Desa Obesi menjelaskan bahwa waktu dan frekuensi pengaplikasian Bubur Kalifornia adalah sebagai berikut: Kami biasanya oleskan itu barang [Bubur Kalifornia] saat matahari panas atau musim panas juga, saya oles tidak [bukan] sati kali saja, lebih dari satu kali. Saya pikir kalau saya oles terus-terus pasti dia berubah, dia sembuh [terobati] denga cepat (Transkip Wawancara 2011). Petani tersebut melakukan aplikasi pada musim kemarau. Hal tersebut sudah sesuai ketentuan, tetapi frekuensi aplikasi tidak sesuai dengan ketentuan. Frekuensi yang tepat menurut Badan Litbang Pertania (2011) adalah satu kali aplikasi pada musim kemarau. Seorang petani dari Desa Ajobaki menjelaskan waktu dan frekuensi pengaplikasian Bubur Kalifornia sebagai berikut : Kami dapat penyuluhan menyangkut waktu yang tepat untuk oles itu bubur [pengolesan], saya biasa oles bubur di musim panas juga,tapi saya lihat saya punya jeruk tidak baik [terobati] saya oles lagi di musim hujan, karena yang saya lihat saya punya jeruk ini di musim hujan banyak rusak [terinfeksi] ada juga yang mati [Transkip Wawancara 2011]. Petani tersebut tidak mengikuti aturan waktu dan frekuensi aplikasi dengan baik. Petani tersebut cendrung melihat perubahan pada tanaman jeruk keprok soe yang dimilki dari keadaan luar saja. Dia juga melakukan pengendalian dengan hanya melihat keadaan tanaman jeruk yang sudah semakin sakit (terinfeksi). Menurut Badan Litbang Pertanian (2011), waktu yang tepat untuk mengaplikasikan Bubur Kalifornia adalah pada musim kemarau. Hal yang dilakukan petani tersebut menyalahi ketentuan waktu pengaplikasian Bubur Kalifornia. Waktu yang kurang tepat dalam pengaplikasian dapat menyebabkan aplikasi Bubur Kalifornia menjadi tidak efektif. 21

4.2.4. Cara Memperoleh Bubur Kalifornia Hasil analisi tematik data wawancara (Lampiran 4a dan Lampiran 4b) menunjukan adanya ketidaksamaan antar petani dalam memperoleh Bubur Kalifornia. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan petani yang menggunakan Bubur Kalifornia. Seorang petani yang menggunakan Bubur Kalifornia di Desa Oelbubuk menjelaskan bahwa: Kami dapat ini barang [Bubur Kalifornia] dari pemerintah. Pemerintah kasi kami waktu itu hari ada program, mereka [pemerintah] mau kembangkan kami punya jeruk keprok ini. Mereka [pemerintah] bilang program pemberdayaan jeruk keprok soe. Mereka bagi kasi kami lewat kelompok tani, saya dapat itu bahanbahan untuk buat itu bubur karena saya ikut kelompok tani (Transkip Wawancara 2011). Petani tersebut memperoleh Bubur Kalifornia langsung melalui program pemerintah, yaitu program pengembangan jeruk keprok soe, yang dibagiakan melalui kelompok-kelompok tani yang ada di Desa. Seorang petani lain dari Desa Obesi menjelaskan bagaimana cara memperoleh Bubur Kalifornia, sebagai berikut: Saya dapat itu barang [Bubur Kalifornia] pake beli di pegawe [petugas] pertanian yang kerja di Kecamatan. Mereka [petugas] suruh saya masuk kelompok tani, supaya bias dapat gratis (Transkip Wawancara 2011). Petani tersebut memperoleh Bubur Kalifornia dengan jalan membeli di petugas pertanian yang bekerja di kecamatan. Seorang petani dari desa yang sama menjelaskan, bagaiman petani tersebut mendapatakan Bubur Kalifornia. Saya dapat itu bahan-bahan [Bubur Kalifornia] dari tetangga saya, dia punya banyak, makanya dia bagi dengan [kepada] saya. Saya tidak pake beli, dia kasi saya frei-frei [gratis] sa [saja] (Transkip Wawancara 2011). Petani tersebut memperoleh Bubur Kalifornia melalui tetangganya, tanpa membeli atau mendapat pembagian gratis dari pemerintah.

22

4.2.5. Dosis yang Digunakan dalam Aplikasi Hasil analisi tematik data wawancara (Lampiran 4a dan Lampiran 4b) menunjukan dosis yang digunakan dalam pengaplikasian berbeda antara satu petani dengan petani yang lain. Hal tersebut dapat disimak dari hasil wawancara dengan petani Seorang petani di desa Tunua menjelaskan bahwa dosis yang digunakan dalam pengaplikasian Bubur Kalifornia adalah sebagai berikut: Saya ini ikut saja aturan pakai yang telah dijelas waktu saya terima penyuluhan, saya takut buat salah lagi [aturaan salah]. Mereka [penyuluh] kastau [beritakan] kami saat penyuluhan, kalau mau pake itu bubur harus sesuai dengan aturan, jadi saya taru kapur [dan belerang] ditambah dengan air 10 liter, terus saja aduaduk baru saya masak sampai dia [campuran] itu masak (Transkip wawancara 2011). Petani tersebut mengikuti rekomendasi yang diberikan penyuluh pertanian saat Bubur Kalifornia dibagikan. Dosis yang direkomendasikan oleh penyuluh pertanian adalah 1 kg kapur dicampurkan dengan air 10 liter. Menurut Dinas Pertanian TTS (2001), konsentrasi yang digunakan adalah 10 liter air dan 1 kg kapur untuk 50-100 pohon. Seorang petani lain dari Desa Lemon menjelaskan dosis yang digunakan sebagai berikut: Kalau aturan pake barang itu [Bubur Kalifornia] saya tau, mereka kastau [diinformasihkan] penyuluh pertania, tapi saya campurkan itu barang [bahanbahan] sebanyak-banyaknya, supaya saya tidak cape-cape kalau saya mau oles ke jeruk [Transkip Wawancara 2011]. Dosis yang diberikan tidak sesuai rekomendasi. Petani menggunakan dosis yang berlebihan, hanya karena ingin meringankan dalam pekerjaan. Seharusnya konsentrasi yang tepat adalah 10 liter air dan 1 kg kapur (Dinas Pertanian TTS, 2001) untuk 50-100 pohon. Hal yang dilakukan petani tersebut mempengaruhi evektifitas Bubur Kalifornia, dalam mengendalikan penyakit sasaran.

4.3.

Evaluasi Kuantitatif 4.3.1. Gejala Penyakit Diplodia pada Jeruk Kerpok di Lokasi Penelitian. Pengamatan secara langsung ditemukan penyakit diplodia telah merusak jeruk

keprok soe. Hal ini tampak dari gejala dan tanda yang ditemukan pada tanaman. Bagian batang dan ranting tanaman kelihatan kering dan mengeluarkan blendok (Gambar 3). Warna daun menguning dan timbul pada bagian jeruk secara berkelompok dan infeksi 23

diplodia tersebar di seluruh bagian batang maupun cabang tanaman. Penyakit diplodia tersebut kemudian berkembang dan menyebabkan kematian tanaman.

(a)

(b)

Gambar 3. Infeksi Diplodia: (a) Infeksi Lanjutan Diplodia Basah pada Batang, (b) Infeksi Lanjutan Diplodia Kering pada Batang. Sumber: Foto Penelitian 2011.

4.3.2. Efektivitas Bubur Kalifornia dalam Mengendalikan Penyakit Diplodia Suatu pengendalian dapat dikatakan berhasil atau efektif apabila tanaman yang diberi perlakuan menunjukkan insidensi yang lebih rendah daripada tanaman tanpa perlakuan. Untuk mengukur keberhasilan Bubur Kalifornia, telah disajikan dan dibahas hasil wawancara dengan petani pengguna dan bukan pengguna Bubur Kalifornia. Namun untuk melengkapinya diperlukan data pengamatan langsung di lapangan, yaitu pengamatan insidensi penyakit pada tanaman yang diberikan perlakuan dan pada tanaman tanpa perlakuan. Data pengamatan insidensi disajikan pada Lampiran 5a, sedangkan hasil uji t dapat disajikan pada Lampiran 5b. Hasil uji t terhadap data insidensi penyakit menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata (P(T<=t) satu-arah>0,05) antara tanaman yang diberikan perlakuan dan tanpa diberikan perlakuan Bubur Kalifornia. Berdasarkan atas hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa ternyata perlakuan Bubur Kalifornia tidak efektif dalam mengendalikan buduk diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU.

24

Penggunaan Bubur Kalifornia yang tidak efektif tersebut terjadi karena beberapa faktor. Hasil analisis tematik menunjukkan bahwa petani melakukan penyimpangan dalam waktu aplikasi, yakni waktu pengaplikasian yang salah oleh petani. Bubur Kalifornia seharusnya diaplikasikan pada musim kemarau, tetapi petani

mengaplikasikan pada musim hujan. Selain itu, petani melakukan aplikasi terhadap tanaman yang sakit, padahal Bubur Kalifornia bersifat mencegah penyebaran penyakit, bukan mengobati tanaman yang telah sakit. Seharusnya, tanaman yang sudah sakit parah ditebang dan dibasmi dan aplikasi Bubur Kalifornia dilakukan terhadap tanaman yang sakit ringan dan terutama terhadap tanaman sehat untuk melindungi tanaman dari infeksi oleh jamur. Aplikasi juga tidak dilakukan terhadap seluruh tanaman dan tidak oleh semua petani secara serentak. Dengan demikian, tanaman yang tidak memperoleh aplikasi Bubur Kalifornia akan menjadi sumber inokulum bagi tanaman sehat dan tanaman yang telah diberi aplikasi Bubur Kalifornia.

4.3.3. Faktor-Faktor Kalifornia 4.3.3.1.

yang

Berhubungan

dengan

Efektivitas

Bubur

Hubungan Insidensi Penyakit dengan Faktor Tunggal

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakefektifan Bubur Kalifornia dalam mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk Keprok soe di Kabupten TTS dan kabupaten TTU, dilakukan analisis regresi antara ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman dengan insidensi penyakit. Ketinggian tempat merupakan proksi suhu, diameter tanaman merupakan proksi umur tanaman, dan populasi tanaman merupakan proksi kelembaban udara. Suhu, umur tanaman, dan kelembaban udara merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit (Semangun, 1989) sehingga dapat menentukan evektifitas pengendalian dengan menggunakan Bubur Kalifornia. Data ketinggian tempat dan insidensi penyakit diplodia disajikan pada Lampiran 6a, sedangkan hasil analisis regresi antara keduanya disajikan pada Lampiran 6b. Plot hasil analisis regresi disajikan pada Gambar 3.

25

57

Insidensi Perlakuan (%)

37 17 -3

1000

1030

1060

1090

1120

1150

1180

-23

Gambar 4. Plot Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dan Insidensi Penyakit Diplodia

Hasil analisis regresi menunjukan signifikan model p>0,05 dan signifikan parameter model p>0,05. Hasil analisis regresi tersebut menunjukkan bahwa ketinggian tempat tidak berhubungan dengan insidensi penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe. Hal ini juga berarti bahwa efektivitas Bubur Kalifornia dalam mengendalikan penyakit diplodia tanaman jeruk keprok soe tidak berhubungan dengan ketinggian tempat. Karena ketinggian tempat merupakan proksi suhu maka ini juga berarti bahwa ketidakefektifan penggunaan Bubur Kalifornia tidak berhubungan dengan suhu. Data diameter batang dan insidensi penyakit diplodia disajikan pada Lampiran 7a, sedangkan hasil analisis regresi antara keduanya disajikan pada Lampiran 7b. Plot hasil analisis regresi disajikan pada Gambar 4

940

970

Ketinggian Tempat (m dpl)

26

67 57

Insidensi Perlakuan (%)

47 37 27 17 7 -3 -13 -23 5.73 7.73 9.73 11.73 13.73 15.73 17.73 19.73

Diameter Batang (cm)

Gambar 5. Plot Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dan Insidensi Penyakit Diplodia

Hasil analisis menunjukan signifikan model p>0,05 dan signifikan parameter model p>0,05. Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa diameter batang tidak berhubungan dengan insidensi penyakit diplodia pada jeruk keprok soe dan dengan demikian juga dengan efektivitas Bubur Kalifornia dalam mengendalikan penyakit tersebut. Mengingat diameter batang merupakan proksi umur tanaman maka ini juga berarti bahwa ketidakefektifan penggunaan Bubur kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia di Kabupaten TTS dan kabupaten TTU tidak berhubungan dengan umur tanaman. Data populasi tanaman dan insidensi penyakit diplodia disajikan pada Lampira 8a, sedangkan hasil analisis regresi antara keduanya dapat disajikan pada Lampiran 8b. Plot hasil analisis regresi disajikan pada Gambar 5.

27

67 57 47 37 27 17 7 -3 -13 -23

Insidensi Perlakuan (%)

1,002

1,502

2,002

2,502

3,002

3,502

4,002

4,502

Gambar 6. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Populasi Tanaman dan Insidensi Perlakuan

Hasil analisis menunjukan signifikan model p>0,05 dan signifikan parameter model p>0,05. Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa populasi tanaman tidak berhubungan dengan insidensi penyakit diplodia. Hal ini juga dapat berarti bahwa ketidakefektifan penggunaan Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di Kabupaten TTS dan kabupaten TTU tidak berhubungan dengan populasi tanaman. Mengingat populasi tanaman merupakan proksi kelembaban udara maka hal ini juga dapat diartikan bahwa ketidakefektifan penggunaan Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di Kabupaten TTS dan kabupaten TTU tidak berhubungan dengan kelembaban udara mikro di areal pertanaman.

502

Populasi Tanaman (pohon)

4.3.3.2.

Hubungan Insidensi Penyakit dengan Faktor Berganda

Hasil analisis regresi yang dijasikan sebelumnya dilakukan terhadap ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman secara sendiri-sendiri. Padahal, insidensi penyakit dapat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman secara bersamaan. Untuk menguji apakah terjadi hubungan seperti ini atau tidak maka dilakukan analisis regresi berganda antara insidensi penyakit dengan ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman secara berganda. Data ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman serta insidensi penyakit

28

disajikan pada Lampiran 9a, sedangkan hasil analisis regresi berganda disajikan pada Lampiran 9b. Hasil analisi regresi berganda menunjukan tidak terdapar hubungan yang nyata antara ketinggian tempat, diameter batang dan populasi tanaman dengan insidensi penyakit. Hal tersebut ditunjukan oleh signifikan model p>0,05 dan signifikan

parameter model p>0,05. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa insidensi penyakit diplodia tidak berhubungan secara berganda dengan faktor ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman. Dengan kata lain, efektivitas penggunaan Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia tidak berhubungan secara berganda dengan faktor ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman.. Dengan kata lain, ketidakefektifan penggunaan Bubur Kalifornia dalam mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU tidak berhubungan dengan ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman yang masing-masing merupakan proksi suhu udara, umur tanaman, dan kelembaban udara mikro.

4.4.

Pembahasan Umum Wilayah Kabupaten TTS dan TTU merupakan pusat produksi jeruk kerpok soe

yang merupakan kebanggaan dan unggulan masyarakat NTT. Namun dalam beberapa tahun terakhir, populasi keprok soe yang dibudidayakan semakin berkurang dan produksinya pun menurun. Penurunan populasi dan produksi tersebut dapat terjadi karena penyakit diplodia sehingga pemerintah daerah setempat mencanangkan program pengendalian dengan menggunakan Bubur Kalifornia. Untuk menentukan keberhasilan program perlindungan tanaman, termasuk program pengendalian penyakit diplodia dengan menggunakan Bubur Kalifornia, perlu dilakukan evaluasi, bukan hanya untuk mengetahui tingkat keberhasilan, tetapi juga untuk menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program tersebut. Evaluasi suatu program seharusnya dilakukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan daur pengelolaan program, tetapi sejauh ini pemerintah daerah setempat tidak pernah melakukan evaluasi tersebut dengan sebagaimana mestinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan aplikasi Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di 29

TTS dan TTU tidak efektif. Hal itu ditunjukan dengan tidak terdapatnya perbedaan insidensi yang nyata antara tanaman yang diberikan aplikasi dengan tanaman yang tidak diberikan aplikasi Bubur Kalifornia. Hasil yang tidak efektif ini terjadi karena penyimpangan dalam pelaksanaan aplikasi Bubur Kalifornia. Penyimpangan terjadi bukan saja oleh petani, tetapi juga oleh petugas dalam memberikan penyuluhan kepada petani terutama dalam hal waktu aplikasi dan tanaman yang dijadikan sasaran aplikasi. Hal ini dikonfirmasi pula dengan hasil analisis regresi yang menunjukkan bahwa insidensi penyakit pada tanaman yang diberikan maupun yang tidak diberikan perlakuan Bubur Kalifornia tidak berhubungan dengan ketinggian tempat, diameter batang, maupun populasi tanaman. Dengan kata lain, program penggunaan Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di kabupaten TTS dan kabupaten TTU tidak berhasil ternyata tidak berhubungan dengan faktor lingkungan fisik. Dengan demikian maka ketidakberhasilan program pengendalian penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU berkaitan terutama dengan faktor lingkungan sosial, dalam hal ini pelaksanaan kebijakan pemerintah melalui program penggunaan Bubur mengendalikan penyakit diplodia. Kalifornia untuk

30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan Pengendalian penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe dengan

menggunakan Bubur Kalifornia kurang efektif. Insidensi penyakit diplodia pada tanaman Keprok soe yang diberikan dan tidak diberikan aplikasi Bubur Kalifornia ternyata tidak berbeda secara nyata. Ketidak berhasilan aplikasi Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia tersebut ternyata tidak berhubungan dengan lingkungan fisik, melainkan dengan faktor sosial. Dalam hal ini, faktor sosial tersebut berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah setempat menggunakan Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia pada jeruk Keprok soe.

5.2

Saran Mengingat keterbatasan lingkup penelitian ini maka diperlukan penelitian

lanjutan untuk menunjukkan apakah tanaman jeruk keprok soe, selain terinfeksi oleh penyakit diplodia, juga terinfeksi oleh penyakit lain yang memang tidak dapat dikendalikan dengan Bubur Kalifornia.

31

DAFTAR PUSTAKA

BPS TTU. 2010. Statistik Pertanian Kabupaten TTU dalam Angka. Kupang: BPS Provinsi NTT. 2010. Badan Litbang Pertanian, 2010 . Bubur Kalifornia dan Penggunaanya diakses 5/5/2010. Propinsi NTT. Badan Litbang Pertanian, 2010. Keprok Soe Bebas penyakit. diakses 5/5/2010). Provinsi NTT. Bora & Murdolelono. (2000). Prosiding Masalah dan Alternatif Pengendalian Penyakit Jeruk Keprok Soe Di Nusa Tenggara Timur. Strategi Program Pengkajian Jeruk Keprok Soe. Kupang: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT. BPS TTS. (2010). Staistik Pertanian Kabupaten TTS dalm Angka. Kupang: BPS Provinsi NTT. Cardozo, 2002. Penyakit Diplodia Jeruk. diakses 24/11/2012. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan .(2001). Pengembangan Jeruk Keprok Soe Propinsi NTT. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, 2010. Prosiding seminar Nasional. Budidaya Jeruk Unggulan Indonesia. Yokyakarta. Husein dalam Wikipedia Indonesia, 2010 Cara Kerja dan Evaluasi. diakses 15/09/2010 . Lelman, 1978. Pengertian dan Evaluasi. Carapedia diakses 24/11/2012. Mudita, I W. (2008). Penyakit Diplodia pada Jeruk Keprok Soe.. Picasa Web Album, siakses dari: Mudita. 2012. Analisi Regresi, dalam Sumberdayaskripsi. diakses 10/092012 Resminingsih, A. d, 2010. Pengertian dan evaluasi. carapedia. diakses 24/11/2012 Semangun. (1989). Penyakit penting tanaman Hortikultura. Jakarta: Gramedia. Seran & Hau. (2003). Pengelolaan Sisitem Usaha Tani Menunjang Perkembangan Jeruk Keprok Soe Secara Berkelanjutan. Seminar Nasional Jeruk Keprok Soe. Kupang: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT. Species Fungoeum, 2012a. Diplodia natalensis Pole-Evans. Diakses dari: http://www.speciesfungorum.org/Names/NamesRecord.asp?RecordID=227722 Species Fungoeum, 2012b. Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl., Diakses dari: http://www.speciesfungorum.org/Names/GSDSpecies.asp?RecordID=188476 32

Winarto, 1997. Infeksi Penyakit Diplodia. dalam Prosiding Seminar Infeksi penyakit yang Membahayakan jeruk .Yokyakarta Wong, D. L, 2011. Pengertian dan Evaluasi. carapedia. diakses 24/11/2012 Wudianto. (1990). Bubur Kalifornia dan Penggunaanya. Yokyakarta : Kanisius.
Tambuan, H. dan Hapsoro, W. A. 2007. Jeruk Keprok Soe (JKS). Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura UPTD Proteksi Tanaman. Kupang

Undang-undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Lembaran Negara Republik Indonesia No. 12. Tahun 1992. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46

33

Lampiran 1. Lokasi Penelitian

34

Lampiran 2a. Daftar Pertanyaan yang Ditujuakn Kepada Petani Jeruk Keprok Soe di Lokasi Penelitian yang menggunakan Bubur Kalifornia. 1) Nama Bapak/Ibu siapa, umur berapa tahun? Sudah menikah atau belum? 2) Apakah Bapak/Ibu dahulu pernah sekolah? Sekolah terakhir sekolah apa? Sampai tamat atau tidak dari sekolah yang paling terakhir itu? 3) Tempat tinggal Bapak/Ibu ini termasuk dusun berapa, desa apa?

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari pemerintah atau membeli sendiri? 2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK? 3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang diberitahukan? 4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK? 5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah tergantung ukuran tanamannya? 6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu mengolesi tanaman dalam satu tahun?\ 7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu? 8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim kemarau? 9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja? 10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa? 11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus berulang, setiap barapa hari atau minggu? 12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya? Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian?

35

13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? 14) Bagaimana keadaan tanaman setelah diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? 15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi? Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut? 16) Kalau BK memang dapat menyembuhkan tanaman, apakah Bapak/Ibu pernah membeli sendiri BK? Di mana membeli? Berapa harganya? 17) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana?

36

Lampiran 2b. Daftar Pertanyaan yang Ditujukan Kepada Petani Jeruk Keprok Soe di Lokasi Penelitian yang menggunakan Bubur Kalifornia. 1) Saya mendengar, petani jeruk lainnya menggunakan BK untuk mengendalikan penyakit jeruk keprok. Bagaimana dengan Bapak/Ibu, mengapa tidak ikut menggunakan? 2) Atau, apakah Bapak/Ibu memang tidak bersedia menggunakan BK karena alasan lain? Mohon Bapak/Ibu menjelaskan alasan tidak menggunakan BK. 3) Atau, apakah dahulu Bapak/Ibu pernah menggunakan BK dan karena suatu alasan Bapak/Ibu kemudian tidak mau menggunakannya lagi? Apakah memang begitu? 4) Bila memang begitu, apakah alasan Bapak/Ibu tidak lagi menggunakan BK padahal dahulu pernah menggunakan? 5) Apakah Bapak/Ibu yakin BK dapat mengobati segala macam penyakit? Atau apakah Bapak yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok saat ini memang disebabkan oleh penyakit yang dapat diobati dengan BK? 6) Bila Bapak/Ibu yakin bahwa BK tidak dapat mengobati semua macam penyakit atau bila ibu yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok bukanlah penyakit yang dapat diobati dengan BK, bagaimana Bapak/Ibu bisa berpikir demikian? (Apa alasannya sehingga Bapak/Ibu mengatakan demikian)?

37

Lampiran 3. Lembar Pengamatan Lapangan Lembar Pengamatan Pohon diberi Perlakuan Bubur Kalifornia Nama : Dusun : Desa : Ketinggian Tempat : Peubah Pengamatan Uraian Pohon Sampel ke 1 2 3 4 5

1. Jumlah pohon total dalam transek


(pohon)

2. Jumlah pohon bergejala penyakit


diplodia dalam transek (pohon) 3 Penyebaran gejala diplodia pada pohon Bagian terinfeksi 4. Tanda penyakit pada pohon sampel (patogen yang tampak, tulis uraian pada buku kerja terpisah) 5. Lingkar batang pohon sampel (cm)

Lembar Pen#gamatan Pohon tidak diberi Perlakuan Bubur Kalifornia Nama : Dusun : Desa : Ketinggian Tempat : Peubah Pengamatan 1. 2. 3. Jumlah pohon total dalam transek (pohon) Jumlah pohon bergejala penyakit diplodia dalam transek (pohon) Penyebaran gejala pada pohon Bagian terinfeksi 4. Tanda penyakit pada pohon sampel (patogen yang tampak, tulis uraian pada buku kerja terpisah 5. Lingkar batang pohon sampel (cm) Uraian Pohon Sampel ke 1 2 3 4 5

38

Lampiran 4a Contoh Transkripsi Wawancara dengan Petani yang Menggunakan Bubur Kalifornia (tidak semua dilampirkan) Nama Desa Kabupaten : Petani X :X :X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari pemerintah atau membeli sendiri? Jawaban : Itu bubur kami dapat dari pemerintah. Pemerintah berikan kami lewat kelompok kelompok tani, lewat program pemberdayaan dan pengembangan jeruk keprok yang ada di kabupaten TTS. Petani yang tidak ada kelompok tidak dapat. 2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK? Jawaban : Kami petani yang menggunakan bubur ini, diberi penyuluhan, bagai mana cara mencampurkan larutan dari Bubur kalifornia, cara kerja dan bagaimana cara mengaplikasikannya pada tanaman yang terinfeksi penyakit diplodia. . Kami siapkan dulu jerigen, ember atau gentong untuk tempat campuran dan belerang, kapur siri dan air. Setelah kami campur kami aduk-aduk larutan tersebut sampai rata, kemudian dimasak diperiuk. Kalau sudak panas (mendidih) kami angkat, setelah sudah dingin baru kami oleskan di jeruk yang sakit. Sebelum aplikasi kami bersihkan dulu jeruk yang akan kami oles nanti dan siapkan alat serta bahan yang akan kami gunakan 3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang diberitahukan? Jawaban : Kami petani ini selalu ikut apa yang dijelaskan oleh penyuluh pertanian dari pemerintah kalau kami bikin sendiri takunya salah. Kalau caranya itu kami oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah merata di bagian jeruk yang kena sakit. Mereka dari penyuluh dari dinas pertania, yang kerja di kecamatan. Penyuluh jelaskan cara-cara campur larutan, terus cara oles, kemudian saat kapan harus kami oleskan. 4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK? Jawaban : Kalau caranya itu kami oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah merata di bagian jeruk yang kena sakit itu

39

5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah tergantung ukuran tanamannya? Jawaban : ya, tergantung ukuran tanamannya, kalau dia banyak maka kami campur banyak dan oleskan. Biasaanya kami campur bukan untuk satu pohon saja, tetapi kami siapkan untuk banyak pohon. 6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu mengolesi tanaman dalam satu tahun? Jawaban : kalau itu, untuk seluruh tanaman yang saya punya, yang saya gunaka sekitar dua jergen. 7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu? Jawaban : kami petani ini selalu ikut penjelasan yang diberikan oleh penyuluh dari pemeritah. Kami selalu bersikan dulu pada bagin batang, ranting dan pada bagianbagian yang akan dioleskan. 8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim kemarau? Jawaban : Kami ikut arahan dari penyuluh pertania, kami biasanya melakukan pengendalian pada saat musim kemarau, sehingga Bubur Kalifornia yang kami oleskan dapat bermanfaat dengan baik mematikan penyakit yang menyerang. Musim kemarau bubur cepat kering dan dia pasti meresap ke bagian jeruk yang kami oleskan tadi 9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja? Jawaban : Selalu kami oleskan yang sakit duluan, supaya cepat terobati, kami takut nanti jeruk mati. 10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa? Jawaban : penyuluh jelaskan di kami, harus yang sakit duluan, tapi kami takut yang sehat juga kena, makanya kami oleskan juga yang masih sehat. 11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus berulang, setiap barapa hari atau minggu?

40

Jawaban : Selalu kami oleskan yang sakit duluan, supaya cepat terobati, kami takut nanti jeruk mati. 12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya? Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian? Jawaban : khusus yang kami oleskan banyak yang sehat, tapi ada beberapa pohon yang tidak bias bertahan, tetap sakit terus 13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? Jawaban : kelihatan warnanya agak putih-putih, kunung-kuning, dia kelihatan macam luka-luka itu. Macam keluar lender begitu 14) Bagaimana keadaan tanaman setelah diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? Jawaban : kalau yang sudah kami oleskan kelihatan seperti biasa warnanya, dia tidak luka-luka. Lender juga tidak keluar lagi. 15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi? Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut? Jawaban : kalau soal puas, kami puas juga. Tapi ada sebagin pohon yang mati, kami harap supaya semua pohon sehat terus 16) Kalau BK memang dapat menyembuhkan tanaman, apakah Bapak/Ibu pernah membeli sendiri BK? Di mana membeli? Berapa harganya? Jawaban : Itu bubur kami dapat dari pemerintah. Pemerintah berikan kami lewat kelompok-kelompok tani, lewat program pemberdayaan dan pengembangan jeruk keprok yang ada di kabupaten TTS dan TTU. Petani yang tidak ada kelompok tidak dapat. Saya pernah beli di petugas yang kerja di dinas pertania. 17) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana? Jawaban : sebagian masih ada, tapi sampai saat ini jeruk di kami punya kampung sebagian besar tidak ada lagi. Mungkin kami terlambat kasi obat juga,mungkin juga ada penyakit lain. Kami petani tidak tau kalau jeruk yang kami punya ini sudah berkurang sekarang.

41

Nama Desa Kabupaten

: Petani X :X :X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari pemerintah atau membeli sendiri? Jawaban : ade kami dapat dari pemerintah. Mereka kasi kami lewat kelompok kelompok tani, dong pemerrintah punya program pemberdayaan dan

pengembangan jeruk keprok di ketong punya kabupaten. 2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK? Jawaban : sebelum ketong pake, ketong dapa penyuluhan, dong ajar ketong cara mencampur larutan, ajar ketong cara kerja, terus cara ketong oles di jeruk yang kena penyakit busuk tu ade. Mereka kami siapkan jerigen, ember, atau gentong untuk tempat ketong belerang, kapur siri dan air. Ketong campur abis aduk-aduk dia sampai rata. Habis itu ketong masak di periuk sampai dia panas. Kalau sudah panas ketong angka periuk, terus lepas sampai dingin, baru ketong oles di jeruk yang kena itu panyakit. 3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang diberitahukan? Jawaban : ketong petani ini ikut sa apa yang mereka omong (penyuluh pertanian) dari pemerintah kalau kami bikin sendiri takunya salah. Kalau caranya itu kami oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah merata di bagian jeruk yang kena sakit itu. Dong kastau cara penggunaanya, cara campurnya, terus cara olesnya, terus kapan ketong harus oles. 4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK? Jawaban : Kalau caranya itu kami oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah merata di bagian jeruk yang kena sakit itu. 5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah tergantung ukuran tanamannya? Jawaban : ya ade, tergantung ukuran tanamannya, kalau dia banyak maka kami campur banyak dan oleskan. Biasaanya ketong campur bukan untuk satu pohon saja, tetapi kami siapkan untuk banyak pohon.

42

6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu mengolesi tanaman dalam satu tahun? Jawaban : ade kalau untuk saya punya pohon hanya dua ember bokor tu ade, itu untuk seluruh jeruk. 7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu? Jawaban : ketong bersikan dulu ade, dia punya bagian-bagian jeruk tu. 8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim kemarau? Jawaban : beta su omong tadi ade, ketong ikut arahan dari penyuluh pertania, kaetong biasanya oles saat musim panas. 9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja?Jawaban : ketong oleskan yang sakit duluan,ketong takut nanti jeruk mati. 10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa? Jawaban : be su kastau tadi ade, yang sake dahulu ade,supaya dia biasa sembuh. 11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus berulang, setiap barapa hari atau minggu? Jawaban : Selalu kami oleskan yang sakit duluan. Ade tu aturan dong jelaskan tu cukup satu kali saja, kalu dia su kering. Biasa oles lagi kalau ketong lihat jeruk masih parah. 12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya? Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian? Jawaban : khusus yang kami oleskan banyak yang sehat, tapi ada beberapa pohon yang tidak bias bertahan, tetap sakit terus 13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? Jawaban : kelihatan warnanya agak putih-putih, kunung-kuning, dia kelihatan macam luka-luka itu. Macam keluar lender begitu.

43

14) Bagaimana keadaan tanaman setelah diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? Jawaban : kalau yang sudah kami oleskan kelihatan seperti biasa warnanya, dia tidak luka-luka. Lender juga tidak keluar lagi. 15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi? Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut? 16) Jawaban : kalau soal puas, kami puas juga. Tapi ada sebagin pohon yang mati, kami harap supaya semua pohon sehat terus. 17) Kalau BK memang dapat menyembuhkan tanaman, apakah Bapak/Ibu pernah membeli sendiri BK? Di mana membeli? Berapa harganya? Jawaban : Itu bubur kami dapat dari pemerintah. Pemerintah berikan kami lewat kelompok-kelompok tani, lewat program pemberdayaan dan pengembangan jeruk keprok yang ada di kabupaten TTS dan TTU. Petani yang tidak ada kelompok tidak dapat. Saya pernah beli di petugas yang kerja di dinas pertania. 18) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana? Jawaban : separuh yang masih ada ade, mungkin ketong terlambat kasi tu barang juga ade, tapi ketong petani ne tidak tau ade. Mungkin pengaruh tu ko atu pengaruh laen, ade dong yang tau. Nama Desa Kabupaten : Petani X :X :X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari pemerintah atau membeli sendiri? Jawaban : saya pake beli ade, be beli di tu penyuluh pertaniaan yang kerja di kantor camat. Tu hari be beli seratus ribu, dong bilang untuk uang rook sa. 2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK? Jawaban : sebelum beta bawa pulang, tu pegawe penyulu jelaskan di beta dulu, bagaimana dia pung aturan mainnya. Tu penyuluh bilang siapkan dulu tempa kosong di jerigen ato ember, atau gentong. Tempat itu untuk ketong campur belerang, kapur siri dan air. Dia bilang, setelah campur baru di eok-eok sampai rata, 44

habis itu masak di periuk sampai dia mendidih. Kalau sudah mendidih baru angkat. Lepas dia sampai dingin baru biasa oles di jeruk. 3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang diberitahukan? Jawaban : kalau beta sendiri lansung dijelaskan di kantor camat, langsung dengan petugasnya memang. Tu dia kastau beta yang tadi tu cara-caranya tu, terus waktu kapan saya harus oleskan. 4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK? Jawaban : Kalau caranya itu kami seperti yang dijelaskan petugas tadi oles bubur yang sudah disiapkan, kita oles secarah merata di bagian jeruk yang kena penyakit busuk tu 5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah tergantung ukuran tanamannya? Jawaban : tu hari beta beli hanya 1 ember ade. Aturanya seperti itu, harus tergantung ukuranya ade, tapi beta oles sedik-sedikit, karena kurang tow ade. 6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu mengolesi tanaman dalam satu tahun? jawaban : be punya kurang ade,,jadi beta olessadikit-sadikit, soalnya b punya jeruk yang kana panyakit banyak na. 7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu? Jawaban : ketong bersikan dulu ade, dia punya bagian-bagian jeruk tu. 8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim kemarau? Jawaban : beta su omong tadi ade, ketong ikut arahan dari penyuluh pertania, kaetong biasanya oles saat musim panas. 9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja? Jawaban : be oles yang su parah sekali ade. 10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa? 45

Jawaban : be su kastau tadi ade, yang sake dahulu ade,supaya dia biasa sembuh. 11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus berulang, setiap barapa hari atau minggu? Jawaban : be kasi satu kali saja ade.. 12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya? Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian Jawaban : ada yang sehat ade, tapi ada yang mati na. 13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? Jawaban : ketong lihat kering, batang macam ke orang potong tu ade. 14) Bagai mana keadaan setelah dioleskan? Jawaban : kalau yang sembuh tu, dia punya batang ketong lihat sehat, terus macam luka-luka tu tidak ada, tapi ada yang masih noe-noe, kering, terus dia punya luka ju masih ada na. 15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi? Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut? Jawaban : beta puas kalau tidak ada yang mati, 16) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana? Jawaban : sebagiannya masih ada ade, mungkin ketong terlambat kasi tu barang juga ade, mungkin juga penyakit lain yang kena ketong punya panyakit ade.

Nama Desa Kabupaten

: Petani X :X :X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari pemerintah atau membeli sendiri? Jawaban : Dapat dari pemerintah. 2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK? Jawaban : Kami, diberi penyuluhan, bagai mana cara mencampurkan larutan, cara kerja dan bagaimana cara mengaplikasikannya pada tanaman yang terinfeksi 46

penyakit busuk batang. . Kami siapkan dulu jerigen, ember atau gentong untuk tempat campuran dan belerang, kapur siri dan air. Setelah kami campur kami adukaduk larutan tersebut sampai rata, kemudian dimasak diperiuk. Kalau sudak panas (mendidih) kami angkat, setelah sudah dingin baru kami oleskan di jeruk yang sakit. Sebelum aplikasi kami bersihkan dulu jeruk yang akan kami oles nanti dan siapkan alat serta bahan yang akan kami gunakan. 3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang diberitahukan? Jawaban : Kami ikut apa yang dijelaskan oleh penyuluh pertanian dari pemerintah kalau kami bikin sendiri takunya salah. Kalau caranya itu kami oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah merata di bagian jeruk yang kena sakit. Mereka dari penyuluh dari dinas pertania, yang kerja di kecamatan. Penyuluh jelaskan cara-cara campur larutan, terus cara oles, kemudian saat kapan harus kami oleskan. 4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK? Jawaban : Kalau caranya itu kami oleskbu bur yang kami sudah siapkan secarah merata di bagian jeruk yang kena sakit itu. 5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah tergantung ukuran tanamannya? Jawaban : ya, tergantung ukuran tanamannya, kalau dia banyak maka kami campur banyak dan oleskan. Biasaanya kami campur bukan untuk satu pohon saja, tetapi kami siapkan untuk banyak pohon. 6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu mengolesi tanaman dalam satu tahun? Jawaban : kalau itu, untuk seluruh tanaman yang saya punya, yang saya gunaka sekitar dua jergen. 7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu? Jawaban : kami petani ini selalu ikut penjelasan yang diberikan oleh penyuluh dari pemeritah. Kami selalu bersikan dulu pada bagin batang, ranting dan pada bagianbagian yang akan dioleskan.

47

8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim kemarau? Jawaban : Kami ikut arahan dari penyuluh pertania, kami biasanya melakukan pengendalian pada saat musim kemarau, sehingga Bubur Kalifornia yang kami oleskan dapat bermanfaat dengan baik mematikan penyakit yang menyerang. Musim kemarau bubur cepat kering dan dia pasti meresap ke bagian jeruk yang kami oleskan tadi. 9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja? Jawaban : Selalu kami oleskan yang sakit duluan, supaya cepat terobati, kami takut nanti jeruk mati. 10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa? Jawaban : yang sakit duluan, kalau yang sehat juga kena baru kita oleskan. Karena kami takut yang parah itu mati. 11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus berulang, setiap barapa hari atau minggu? Jawaban : Selalu kami oleskan yang sakit duluan, supaya cepat terobati, kami takut nanti jeruk mati. 12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya? Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian? Jawaban : khusus yang kami oleskan banyak yang sehat, tapi ada beberapa pohon yang tidak bias bertahan, tetap sakit terus. 13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? Jawaban : kelihatan warnanya agak putih-putih, kunung-kuning, dia kelihatan macam luka-luka itu. Macam keluar lender begitu 14) Bagaimana keadaan tanaman setelah diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? Jawaban : kalau yang sudah kami oleskan kelihatan seperti biasa warnanya, dia tidak luka-luka. Lender juga tidak keluar lagi. 48

15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi? Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut? Jawaban : kalau soal puas, kami puas juga. Tapi ada sebagin pohon yang mati, kami harap supaya semua pohon sehat terus. 16) Kalau BK memang dapat menyembuhkan tanaman, apakah Bapak/Ibu pernah membeli sendiri BK? Di mana membeli? Berapa harganya? Jawaban : kami pake hanya itu kali saja, tidak beli lagi ade. 17) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana? Jawaban : masih ada ,yang mati, kami tidak tau mungkin bukan dia punya obat yang ini, atau ada penyakit lain ade,,ade dong yang tau,,kami petani ne tidak terlalu tau. Nama Desa Kabupaten : Petani X :X :X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari pemerintah atau membeli sendiri? Jawaban : dapa dari pemerintah, lewat kelompok kelompok tani. 2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK? Jawaban : kami dapa penyuluhan, bagaiman cara mencampur larutan,cara kerja, terus cara oles di jeruk yang kena penyakit. kami siapkan jerigen, ember, atau gentong untuk tempat campur belerang, kapur siri dan air, campur abis aduk-aduk dia sampai rata. Habis itu masak di periuk sampai dia panas. Kalau sudah panas kami angka periuk, terus lepas sampai dingin, baru kami oles di jeruk yang kena itu panyakit. 3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang diberitahukan? Jawaban : seperti saya jelaskan tadi, dari dinas pertania melalui penyuluh pertania di Kecamatan. Caranya seperti tadi. 4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK?

49

Jawaban : Kalau caranya itu kami oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah merata di bagian jeruk yang kena sakit itu. 5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah tergantung ukuran tanamannya? Jawaban : ya ade, tergantung ukuran tanamannya, kalau dia banyak maka kami campur banyak dan oleskan. Biasaanya ketong campur bukan untuk satu pohon saja, tetapi kami siapkan untuk banyak pohon. 6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu mengolesi tanaman dalam satu tahun? Jawaban : ade kalau untuk saya punya pohon hanya dua ember bokor tu ade, itu untuk seluruh jeruk. 7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu? Jawaban : ketong bersikan dulu ade, dia punya bagian-bagian jeruk tu. 8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim kemarau? Jawaban : beta su omong tadi ade, ketong ikut arahan dari penyuluh pertania, kaetong biasanya oles saat musim panas. 9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja? Jawaban : ketong oleskan yang sakit duluan,ketong takut nanti jeruk mati. 10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa? Jawaban : be su kastau tadi ade, yang sake dahulu ade,supaya dia biasa sembuh. 11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus berulang, setiap barapa hari atau minggu? 12) Jawaban : Selalu kami oleskan yang sakit duluan. Ade tu aturan dong jelaskan tu cukup satu kali saja, kalu dia su kering. Biasa oles lagi kalau ketong lihat jeruk masih parah. 13) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya? Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian? 50

Jawaban : khusus yang kami oleskan banyak yang sehat, tapi ada beberapa pohon yang tidak bias bertahan, tetap sakit terus. 14) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? Jawaban : kelihatan warnanya agak putih-putih, kunung-kuning, dia kelihatan macam luka-luka itu. Macam keluar lender begitu. 15) Bagaimana keadaan tanaman setelah diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? Jawaban : kalau yang sudah kami oleskan kelihatan seperti biasa warnanya, dia tidak luka-luka. Lender juga tidak keluar lagi. 16) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi? Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut? Jawaban : kalau soal puas, kami puas juga. Tapi ada sebagin pohon yang mati, kami harap supaya semua pohon sehat terus. 17) Kalau BK memang dapat menyembuhkan tanaman, apakah Bapak/Ibu pernah membeli sendiri BK? Di mana membeli? Berapa harganya? Jawaban : Itu bubur kami dapat dari pemerintah. Pemerintah berikan kami lewat kelompok-kelompok tani, lewat program pemberdayaan dan pengembangan jeruk keprok yang ada di kabupaten TTS dan TTU. Petani yang tidak ada kelompok tidak dapat. Saya pernah beli di petugas yang kerja di dinas pertania. 18) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana? Jawaban : separuh yang masih ada ade, mungkin ketong terlambat kasi tu barang juga ade, tapi ketong petani ne tidak tau ade. Mungkin pengaruh tu ko atu pengaruh laen, ade dong yang tau.

51

Nama Desa Kabupaten

: Petani X :X :X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari pemerintah atau membeli sendiri? Jawaban : saya punya tu tetangga yang kasi, soalnya mereka punya ada banyak na. 2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK? Jawaban : saya tidak terlalu tau, tetangga yang kasi juga tiddak menjelaskan caracara bagaiman. Hanya dia bilang, kau campur itu barang-barang (larutan) terus kau adu, kau buat di ember atu bokor besar. Terus itu dia bilang masak sampai mendidi terus oles di jeruk 3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang diberitahukan? Jawaban : saya tidak ada informasi dari instansi manapun, hanya tetangga saya yang beritakan seperti saya omong tadi. 4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK Jawaban : caranya macam tadi itu. 5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah tergantung ukuran tanamannya? Jawaban : tu hari dia kasi saya lumayan juga, jadi saya oleskan di saya punya jeruk hamper semua. 6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu mengolesi tanaman dalam satu tahun? jawaban : saya oleskan secarah keseluruh di saya punya tanaman jeruk ade, yang sakit dengan yang belum sakit tu, alasanya saya takut yang sehat juga kena penyakit lagi. 7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu? Jawaban : saya bersihkan bagian-bagian tertentu saja.

52

8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim kemarau? Jawaban : saya oles pada saat mau hujan ade. 9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja? Jawaban : be oles yang su parah sekali ade. 10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa? Jawaban : saya oles semua ade, saya sudah kastau tadi. Takut yang sehat juga kena lagi,lebeh baik saya oles semua. 11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus berulang, setiap barapa hari atau minggu? Jawaban : saya hanya kasi satu kali. 12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya? Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian Jawaban : adu ade, saya punya hamper sebagian mati. 13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya, cabangnya, daunnya? Jawaban : kelihatan pucat-pucat ade, keluar macam nana tu ade, di bagian batangnya 14) Bagai mana keadaan setelah dioleskan? Jawaban : lebih banyak yang mati, ada yang sembuh sebentar saja terus kena lagi ade. 15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi? Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut? Jawaban : puas bagimana, ko mati semua ne ade. 16) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana? Jawaban : sebagian besar mati, mungkin saya terlambat atau saya salah pake, atau mungkin ada sebab lain. Ada penyakit lain mungkin ade.

53

Lampiran 4b Contoh Transkripsi Wawancara dengan Petani yang Tidak Menggunakan Bubur Kalifornia (tidak semua dilampirkan) Nama Desa Kabupaten : Petani X :X :X

1) Saya mendengar, petani jeruk lainnya menggunakan BK untuk mengendalikan penyakit jeruk keprok. Bagaimana dengan Bapak/Ibu, mengapa tidak ikut menggunakan? Jawaban : itu bubur dibagian pada mereka yang punya kelompok tani. Kami yang tidak ikut kelompok tani tidak dapat. 2) Atau, apakah Bapak/Ibu memang tidak bersedia menggunakan BK karena alasan lain? Mohon Bapak/Ibu menjelaskan alasan tidak menggunakan BK. Jawaban : yang pertama kami tidak ikut kelompok tani, kalau diberikan kami bersedia. Kalau menurut kami petani yang tidak sekolah, kami lihat meraka yang menggunakan itu obat, jeruknya juga mati. Mungkin itu obat tidak cocok dengan penyakit itu barang kali. 3) Atau, apakah dahulu Bapak/Ibu pernah menggunakan BK dan karena suatu alasan Bapak/Ibu kemudian tidak mau menggunakannya lagi? Apakah memang begitu? Jawaban : kami tidak pernah menggunakan itu bubur, kami tidak mau pake karena tidak cocok dengan penyakit yang dialami jeruk kami. 4) Bila memang begitu, apakah alasan Bapak/Ibu tidak lagi menggunakan BK padahal dahulu pernah menggunakan? Jawaban : kami tidak gunakan dari dulu. Yang menggunakanpun tidak pake lagi karena tidak cocok dengan penyakit yang dialami oleh jeruk keprok soe kami. 5) Apakah Bapak/Ibu yakin BK dapat mengobati segala macam penyakit? Atau apakah Bapak yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok saat ini memang disebabkan oleh penyakit yang dapat diobati dengan BK? Jawaban : kami petani ini tidak tau ade, tapi kami lihat merak yang menggunaka itu bubur jeruknya juga sekarang sudah berkurang, padahal dulu banyak juga seperti kami punya. Mungki ada penyakit atau penyebab yang lain sampai kami punya tanaman mati semu. 6) Bila Bapak/Ibu yakin bahwa BK tidak dapat mengobati semua macam penyakit atau bila ibu yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok bukanlah penyakit yang dapat 54

diobati dengan BK, bagaimana Bapak/Ibu bisa berpikir demikian? (Apa alasannya sehingga Bapak/Ibu mengatakan demikian)? Jawaban : kalau jeruk yang bias diobati atau disembuhkan dengan itu bubur berarti dia cocok. Kami tidak tau itu bubur cocok untuk penyakit apa, soalnya kami ini tidak sekolah dan tidak ada juga yang menjelaskan di kami petani ini ade. Pasti ada penyakit lain atau penyebab lain sehingga jeruk kami mati. Nama Desa Kabupaten : Petani X :X :X

1) Saya mendengar, petani jeruk lainnya menggunakan BK untuk mengendalikan penyakit jeruk keprok. Bagaimana dengan Bapak/Ibu, mengapa tidak ikut menggunakan? Jawaban : itu bubur dibagian pada mereka yang punya kelompok tani. Kami yang tidak ikut kelompok tani tidak dapat. 2) Atau, apakah Bapak/Ibu memang tidak bersedia menggunakan BK karena alasan lain? Mohon Bapak/Ibu menjelaskan alasan tidak menggunakan BK. Jawaban : yang pertama kami tidak ikut kelompok tani, kalau diberikan kami bersedia. Kalau menurut kami petani yang tidak sekolah, kami lihat meraka yang menggunakan itu obat, jeruknya juga mati. Mungkin itu obat tidak cocok dengan penyakit itu barang kali. 3) Atau, apakah dahulu Bapak/Ibu pernah menggunakan BK dan karena suatu alasan Bapak/Ibu kemudian tidak mau menggunakannya lagi? Apakah memang begitu? Jawaban : kami tidak pernah menggunakan itu bubur, kami tidak mau pake karena tidak cocok dengan penyakit yang dialami jeruk kami. 4) Bila memang begitu, apakah alasan Bapak/Ibu tidak lagi menggunakan BK padahal dahulu pernah menggunakan? Jawaban : kami tidak gunakan dari dulu. Yang menggunakanpun tidak pake lagi karena tidak cocok dengan penyakit yang dialami oleh jeruk keprok soe kami. 5) Apakah Bapak/Ibu yakin BK dapat mengobati segala macam penyakit? Atau apakah Bapak yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok saat ini memang disebabkan oleh penyakit yang dapat diobati dengan BK? Jawaban : kami petani ini tidak tau ade, tapi kami lihat merak yang menggunaka itu bubur jeruknya juga sekarang sudah berkurang, padahal dulu banyak juga seperti

55

kami punya. Mungki ada penyakit atau penyebab yang lain sampai kami punya tanaman mati semu. 6) Bila Bapak/Ibu yakin bahwa BK tidak dapat mengobati semua macam penyakit atau bila ibu yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok bukanlah penyakit yang dapat diobati dengan BK, bagaimana Bapak/Ibu bisa berpikir demikian? (Apa alasannya sehingga Bapak/Ibu mengatakan demikian)? Jawaban : kalau jeruk yang bias diobati atau disembuhkan dengan itu bubur berarti dia cocok. Kami tidak tau itu bubur cocok untuk penyakit apa, soalnya kami ini tidak sekolah dan tidak ada juga yang menjelaskan di kami petani ini ade. Pasti ada penyakit lain atau penyebab lain sehingga jeruk kami mati.

56

Lampiran 5a Data Insidensi Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Insidensi Perlakuan (%) 45.00 48.00 55.00 40.91 40.00 42.11 50.00 70.00 36.00 52.17 63.64 35.29 60.00 67.74 63.64 51.35 36.36 37.50 47.37 50.00 23.53 36.84 63.64 40.00 36.36 31.58 54.55 57.14 41.18 48.00 Insidensi Tanpa Perlakuan (%) 60.00 42.31 85.00 35.00 52.38 35.00 47.62 60.00 54.17 39.13 56.25 48.28 52.38 33.33 59.09 36.36 45.83 80.00 35.14 68.75 65.22 73.33 40.00 45.00 43.75 41.18 40.91 66.67 23.53 33.33

Petani Mikael Gebe Tanu Imanuel Banu Marten Naben Gerson Nahas Yustus Tanu Dikson Selan Jidron Nomleni Marten Talan Kornelis Benu Samgar Benu Yohanis Babis Yonatan Naben Yohanes Takaeb Sefna Pit'ay Yafet Lasa Benyamin Banfatin Zakaris Oematan Heskiel Ollin Martinus Lasfeto Thobias Oematan Yosep Salu Kris Na'if Ruben Naben Nikson Taus Mikael Tau Wili Taus Agus Tael Vinsen Fallo Lambertus Fallo Agus Naif

Petani Nao Mitan Tanesi Lambertus Naben Zakeus Pit'ay Yohanes Pit'ay Mikael Banu Ananias Pa'i Martinus Fallo Marten Selan Yefta Yap Yosua Talan Elliaser Besi Fredik Teek Martinus Lasa Alexsander Sunbanu Filipus Oematan Stefanus Banoet Godlif Kase Anton Lasa Kirinus Banfatin Koenelis Oematan Mika Naben Ose Naben David Fallo Guido Ce Thomas Kuil Maksi Banfatin Nikson Kosat Manuel Fallo Rikson Talaan Petrus Anduli Kosat

57

Lampiran 5b. Hasil Analisis Uji T t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances Insidensi Perlakuan (%) 47,49667 134,6391 30 0 55 -0,71292 0,239456 1,673034 0,478912 2,004045 Insidensi Tanpa Perlakuan (%) 49,96467 224,8916 30

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail

58

Lampiran 6a. Data Regresi Ketinggian Tempat dengan Insiden Perlakuan Petani Mikael Gebe Tanu Imanuel Banu Marten Naben Gerson Nahas Yustus Tanu Dikson Selan Jidron Nomleni Marten Talan Kornelis Benu Samgar Benu Yohanis Babis Yonatan Naben Yohanes Takaeb Sefna Pit'ay Yafet Lasa Benyamin Banfatin Zakaris Oematan Heskiel Ollin Martinus Lasfeto Thobias Oematan Yosep Salu Kris Na'if Ruben Naben Nikson Taus Mikael Tau Wili Taus Agus Tael Vinsen Fallo Lambertus Fallo Agus Naif Nao Mitan Tanesi Lambertus Naben Zakeus Pit'ay Yohanes Pit'ay Mikael Banu Ananias Pa'i Martinus Fallo Marten Selan Yefta Yap 59 Desa Tunua Tunua Tunua Tunua Tunua Ajobaki Ajobaki Ajobaki Ajobaki Ajobaki O'besi O'besi O'besi O'besi O'besi Oelbubuk Oelbubuk Oelbubuk Oelbubuk Oelbubuk Lemon Lemon Lemon Lemon Lemon Suanae Suanae Suanae Suanae Suanae Tunua Tunua Tunua Tunua Tunua Ajobaki Ajobaki Ajobaki Ajobaki Elevasi 1121 1102 998 1125 987 1167 1168 1155 1106 1135 1179 1165 1094 1023 1022 1037 1011 1065 1036 1052 1100 1109 1110 1100 1077 998 1050 1055 1030 1020 1121 1182 975 987 1105 1147 1121 1103 1150

Yosua Talan Elliaser Besi Fredik Teek Martinus Lasa Alexsander Sunbanu Filipus Oematan Stefanus Banoet Godlif Kase Anton Lasa Kirinus Banfatin Koenelis Oematan Mika Naben Ose Naben David Fallo Guido Ce Thomas Kuil Maksi Banfatin Nikson Kosat Manuel Fallo Rikson Talaan Petrus Anduli Kosat

Ajobaki O'besi O'besi O'besi O'besi O'besi Oelbubuk Oelbubuk Oelbubuk Oelbubuk Oelbubuk Lemon Lemon Lemon Lemon Lemon Suanae Suanae Suanae Suanae Suanae

1150 1034 1054 1036 1023 1033 1054 1060 1066 1024 1000 1103 1119 1075 1107 1109 1025 991 970 955 946

60

Lampiran 6b. Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dengan Insidensi Perlakuan

1 SUMMAR Y OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observation s
ANOVA

0.06532718 0.1426764 0.00053831 11.4638881 269

df

SS 150.39 04856 35089. 3352 35239. 72568 Standa rd Error 13.430 18267 0.0124 22521

MS 150.3904 856 131.4207 311

Regression Residual Total

1 267 268 Coeffi cients 33.102 7543 0.0132 8887

F 1.1 44 34

Signifi cance F 0.2857 0246

Intercept

Pt Stat value 2.4648 0.014 02979 34 1.0697 0.285 40015 7

1121

Lower Uppe Lower Upper 95% r 95% 95.0% 95.0% 6.6602 59.54 6.6602 59.545 2119 5287 2119 2873 0.0111 0.037 0.0111 0.0377 6969 7474 697 4743

61

Lampiran 7a. Data Diameter Batang dengan Insidensi Perlakuan Petani Mikael Gebe Tanu Mikael Gebe Tanu Mikael Gebe Tanu Mikael Gebe Tanu Mikael Gebe Tanu Mikael Gebe Tanu Mikael Gebe Tanu Mikael Gebe Tanu Mikael Gebe Tanu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Yustus Tanu Yustus Tanu Diameter Batang 18.45 15.59 8.91 9.23 18.14 9.55 11.14 10.18 9.55 9.23 8.91 8.59 9.23 10.18 11.14 10.82 10.82 9.23 9.23 9.55 12.73 13.36 7.95 18.45 6.36 8.91 9.23 18.14 9.55 11.14 10.18 9.55 9.23 8.91 8.59 9.23 10.18 11.14 Petani Benyamin Banfatin Benyamin Banfatin Benyamin Banfatin Benyamin Banfatin Benyamin Banfatin Benyamin Banfatin Benyamin Banfatin Benyamin Banfatin Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Thobias Oematan Thobias Oematan 62 Diameter Batang 15.91 17.18 18.45 18.77 18.14 19.09 17.18 17.82 18.14 15.91 14.32 14.64 19.09 18.14 18.77 17.18 15.91 16.23 13.36 15.59 14.64 19.09 19.73 20.05 19.09 18.14 18.77 17.18 15.91 16.23 19.09 18.14 18.77 17.18 15.91 16.23 9.55 8.91

Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu

10.82 10.82 9.23 9.23 9.55 12.73 13.36 7.95 9.55 11.14 10.18 9.55 9.23 8.91 8.59 9.23 10.18 11.14 10.82 10.82 9.23 9.23 9.55 12.73 13.36 7.95 9.55 11.14 10.18 9.55 9.23 8.91 8.59 9.23 10.18 11.14 10.82 10.82 9.23 9.23 9.55

Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus 63

11.14 14.64 7.95 7.64 7.95 9.86 8.27 8.59 17.50 13.68 7.64 10.82 7.00 13.68 17.18 7.95 6.36 14.32 11.14 11.14 7.95 6.36 7.95 10.18 7.64 12.73 5.73 5.73 7.95 8.27 7.64 7.32 6.68 6.36 6.36 6.36 7.95 7.95 7.95 6.68 6.68

Kornelis Benu Kornelis Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay

12.73 13.36 9.23 9.23 9.55 12.73 13.36 7.95 9.55 11.14 10.18 8.91 8.59 8.59 9.23 8.59 7.95 8.91 9.55 9.86 9.55 11.14 9.86 9.55 7.95 8.27 8.59 7.64 8.27 12.73 13.05 13.68 12.09 12.41 14.64 12.73 14.64 15.91 7.95 7.64 8.91

Nikson Taus Nikson Taus Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo 64

7.64 7.32 7.64 7.32 7.95 8.27 7.95 7.95 7.32 8.27 6.68 8.91 8.59 8.59 8.91 9.23 9.55 10.18 8.91 9.23 10.18 6.36 7.32 13.68 8.27 8.91 10.50 6.36 14.00 10.50 12.73 10.82 7.32 7.95 10.82 14.00 7.64 9.23 7.95 14.32 11.14

Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa

9.23 8.59 9.86 9.55 7.64 8.27 8.91 9.55 9.23 18.77 9.23 8.59 8.91 8.59 9.55

Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif

14.32 8.27 8.27 9.86 8.59 9.23 7.32 7.64 7.64 6.36 7.00 6.05 7.95 7.32 7.95

65

Lampiran 7b. Hasil Analisis Regresi Diameter Batang dengan Insidensi Perlakuan

1 SUMMAR Y OUTPUT
Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observation s ANOVA 0.1324 3 0.1754 9 0.0138 6 11.387 2 269 Signific MS F ance F 618. 4.7664 0.2989 057 1 1126 129. 669

df Regression Residual Total 1 267 268 Coeffi cients 52.123 1

Intercept

SS 618.05 68608 34621. 66882 35239. 72568 Standa rd Error 2.2502 27249 0.1991 84225

18.4545454 5 0.4349

t PStat value 23.1 7.9E635 66 2.18 0.2989 32 1126

Lower Upper Lower Upper 95% 95% 95.0% 95.0% 47.692 56.553 47.692 56.553 67356 5669 6736 5669 0.8270 0.0426 0.8270 0.0426 3287 898 329 898

66

Lampiran 8a. Data Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan Insidensi Populasi Perlakua Tanam n 2,667 45.00 2,667 45.00 2,222 45.00 2,667 45.00 2,667 45.00 2,222 45.00 3,333 45.00 2,667 45.00 2,222 45.00 3,333 48.00 3,333 48.00 2,222 48.00 2,222 48.00 3,333 48.00 3,333 48.00 2,222 48.00 2,222 48.00 3,333 48.00 2,222 55.00 2,222 55.00 2,222 55.00 2,222 55.00 2,222 55.00 2,222 55.00 2,222 55.00 4,444 55.00 2,222 55.00 2,500 40.91 2,500 40.91 2,500 40.91 2,500 40.91 2,500 40.91 2,500 40.91 2,500 40.91 2,500 40.91 2,500 40.91 3,333 40.00 Populasi Insidensi Petani Tanam Perlakuan Benyamin B. 2,222 51.35 Benyamin B. 2,222 51.35 Benyamin B. 4,444 51.35 Benyamin B. 2,222 51.35 Benyamin B. 2,500 51.35 Benyamin B. 2,500 51.35 Benyamin B. 2,500 51.35 Benyamin B. 2,500 51.35 Zakaris Oematan 2,500 36.36 Zakaris Oematan 2,500 36.36 Zakaris Oematan 2,500 36.36 Zakaris Oematan 2,500 36.36 Zakaris Oematan 2,000 36.36 Zakaris Oematan 2,000 36.36 Zakaris Oematan 3,333 36.36 Zakaris Oematan 2,500 36.36 Zakaris Oematan 2,500 36.36 Zakaris Oematan 2,500 36.36 Heskiel Ollin 2,500 37.50 Heskiel Ollin 2,500 37.50 Heskiel Ollin 3,333 37.50 Heskiel Ollin 3,333 37.50 Heskiel Ollin 3,333 37.50 Heskiel Ollin 3,333 37.50 Heskiel Ollin 3,333 37.50 Heskiel Ollin 3,333 37.50 Heskiel Ollin 3,333 37.50 Martinus Lasfeto 3,333 47.37 Martinus Lasfeto 3,333 47.37 Martinus Lasfeto 3,333 47.37 Martinus Lasfeto 3,333 47.37 Martinus Lasfeto 4,444 47.37 Martinus Lasfeto 4,444 47.37 Martinus Lasfeto 4,444 47.37 Martinus Lasfeto 4,444 47.37 Martinus Lasfeto 4,444 47.37 Thobias Oematan 4,444 50.00 67

Petani Mikael G.Tanu Mikael G.Tanu Mikael G.Tanu Mikael G.Tanu Mikael G.Tanu Mikael G.Tanu Mikael G.Tanu Mikael G.Tanu Mikael G.Tanu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Yustus Tanu

Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Jidron N. Jidron N. Jidron N. Jidron N. Jidron N. Jidron N. Jidron N. Jidron N. Jidron N. Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu

3,333 3,333 2,500 2,500 2,500 2,500 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 1,667 1,667 1,667 2,667 2,667 2,667 1,667 1,667 2,000 2,667 2,222 2,222 4,444 3,333 3,333

40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 42.11 42.11 42.11 42.11 42.11 42.11 42.11 42.11 42.11 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 36.00 36.00 36.00 36.00 36.00 36.00

Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus 68

4,444 4,444 4,444 2,667 2,667 2,222 2,667 2,667 2,222 2,667 2,667 2,222 3,333 3,333 2,222 2,222 3,333 3,333 2,222 2,222 3,333 2,222 2,222 2,222 2,222 2,222 2,222 2,222 4,444 2,222 2,500 2,500 2,500 3,333 3,333 3,333 3,333 2,500 2,500 2,500 2,500

50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 23.53 23.53 23.53 23.53 23.53 23.53 23.53 23.53 23.53 36.84 36.84 36.84 36.84 36.84 36.84 36.84 36.84 36.84 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00

Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yonatan N. Yonatan N. Yonatan N. Yonatan N. Yonatan N. Yonatan N. Yonatan N. Yonatan N. Yonatan N. Yohanes T. Yohanes T. Yohanes T. Yohanes T. Yohanes T. Yohanes T. Yohanes T. Yohanes T. Yohanes T. Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay

4,444 3,333 4,444 2,500 2,500 2,500 2,500 3,333 3,333 2,500 2,500 3,333 3,333 3,333 2,500 3,333 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 3,333 3,333 3,333 3,333 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 2,222 2,222 2,222 2,222 2,667 2,667 2,222 2,667 2,667 2,222 2,667

36.00 36.00 36.00 52.17 52.17 52.17 52.17 52.17 52.17 52.17 52.17 52.17 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 35.29 35.29 35.29 35.29 35.29 35.29 35.29 35.29 35.29 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 67.74 67.74

Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo 69

2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,000 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 4,444 3,333 3,333 4,444 2,667 2,667 2,222 1,600 1,600 1,333 2,667 2,667 2,222 3,333 3,333 2,222 2,667 2,667 2,667 2,667 4,444 4,444 4,444 2,667 2,667

40.00 40.00 40.00 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 31.58 31.58 31.58 31.58 31.58 31.58 31.58 31.58 31.58 54.55 54.55 54.55 54.55 54.55 54.55 54.55 54.55 54.55 57.14 57.14 57.14 57.14 57.14 57.14 57.14 57.14 57.14 41.18 41.18

Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa

2,667 2,222 3,333 2,667 2,667 2,667 3,333 3,333 2,222 2,222 3,333 2,222 2,222 2,000 2,000 1,667

67.74 67.74 67.74 67.74 67.74 67.74 67.74 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64

Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif

2,667 3,333 3,333 3,333 4,444 2,222 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500

41.18 41.18 41.18 41.18 41.18 41.18 41.18 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00

70

Lampiran 8b. Hasil Analisis Regresi Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan

SUMMAR Y OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observation s ANOVA 0.1508 28241 0.2227 49158 0.0190 89043 11.357 00078 269 Signific MS F ance F 801.6 6.215 0.1132 741 421 70348 128.9 815

df Regression Residual Total 1 267 268

SS 801.67 40953 34438. 05159 35239. 72568

Coeffici Standar Pents d Error t Stat value 54.007 2.7198 19.85 1.65 Intercept 54744 90831 651 E-54 2666.66666 0.0022 0.0008 2.493 0.113 7 22759 91573 07 27

Uppe Lower r 95% 95% 48.652 59.36 38549 271 0.0039 0.000 78167 47

Lowe r 95.0 % 48.65 239 0.003 98

Upper 95.0% 59.362 70939 0.0004 6735

71

Lampiran 9a. Data Berganda Ketingian Tempat, Diameter Batang, Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan Pohon Petani Mikael G. Tanu Mikael G. Tanu Mikael G. Tanu Mikael G. Tanu Mikael G. Tanu Mikael G. Tanu Mikael G. Tanu Mikael G. Tanu Mikael G. Tanu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Imanuel Banu Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Marten Naben Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Gerson Nahas Yustus Tanu Transek 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 n Insidensi 1 45.00 2 45.00 3 45.00 1 45.00 2 45.00 3 45.00 1 45.00 2 45.00 3 45.00 1 48.00 2 48.00 3 48.00 1 48.00 2 48.00 3 48.00 1 48.00 2 48.00 3 48.00 1 55.00 2 55.00 3 55.00 1 55.00 2 55.00 3 55.00 1 55.00 2 55.00 3 55.00 1 40.91 2 40.91 3 40.91 1 40.91 2 40.91 3 40.91 1 40.91 2 40.91 3 40.91 1 40.00 72 Elevasi 1121 1121 1121 1121 1121 1121 1121 1121 1121 1102 1102 1102 1102 1102 1102 1102 1102 1102 998 998 998 998 998 998 998 998 998 1125 1125 1125 1125 1125 1125 1125 1125 1125 987 Diameter Populas Batang i Tanam 18.45 2,667 15.59 2,667 8.91 2,222 9.23 2,667 18.14 2,667 9.55 2,222 11.14 3,333 10.18 2,667 9.55 2,222 9.23 3,333 8.91 3,333 8.59 2,222 9.23 2,222 10.18 3,333 11.14 3,333 10.82 2,222 10.82 2,222 9.23 3,333 9.23 2,222 9.55 2,222 12.73 2,222 13.36 2,222 7.95 2,222 18.45 2,222 6.36 2,222 8.91 4,444 9.23 2,222 18.14 2,500 9.55 2,500 11.14 2,500 10.18 2,500 9.55 2,500 9.23 2,500 8.91 2,500 8.59 2,500 9.23 2,500 10.18 3,333

Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Yustus Tanu Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Dikson Selan Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Jidron Nomleni Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Marten Talan Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu

1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2

2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 42.11 42.11 42.11 42.11 42.11 42.11 42.11 42.11 42.11 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 70.00 36.00 36.00 36.00 36.00 36.00 36.00 73

987 987 987 987 987 987 987 987 1167 1167 1167 1167 1167 1167 1167 1167 1167 1168 1168 1168 1168 1168 1168 1168 1168 1168 1155 1155 1155 1155 1155 1155 1155 1155 1155 1106 1106 1106 1106 1106 1106

11.14 10.82 10.82 9.23 9.23 9.55 12.73 13.36 7.95 9.55 11.14 10.18 9.55 9.23 8.91 8.59 9.23 10.18 11.14 10.82 10.82 9.23 9.23 9.55 12.73 13.36 7.95 9.55 11.14 10.18 9.55 9.23 8.91 8.59 9.23 10.18 11.14 10.82 10.82 9.23 9.23

3,333 3,333 2,500 2,500 2,500 2,500 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 1,667 1,667 1,667 2,667 2,667 2,667 1,667 1,667 2,000 2,667 2,222 2,222 4,444 3,333 3,333

Kornelis Benu Kornelis Benu Kornelis Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Samgar Benu Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yohanis Babis Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yonatan Naben Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Yohanes Takaeb Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay

3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2

36.00 36.00 36.00 52.17 52.17 52.17 52.17 52.17 52.17 52.17 52.17 52.17 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 35.29 35.29 35.29 35.29 35.29 35.29 35.29 35.29 35.29 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 67.74 67.74 74

1106 1106 1106 1135 1135 1135 1135 1135 1135 1135 1135 1135 1179 1179 1179 1179 1179 1179 1179 1179 1179 1165 1165 1165 1165 1165 1165 1165 1165 1165 1094 1094 1094 1094 1094 1094 1094 1094 1094 1023 1023

9.55 12.73 13.36 9.23 9.23 9.55 12.73 13.36 7.95 9.55 11.14 10.18 8.91 8.59 8.59 9.23 8.59 7.95 8.91 9.55 9.86 9.55 11.14 9.86 9.55 7.95 8.27 8.59 7.64 8.27 12.73 13.05 13.68 12.09 12.41 14.64 12.73 14.64 15.91 7.95 7.64

4,444 3,333 4,444 2,500 2,500 2,500 2,500 3,333 3,333 2,500 2,500 3,333 3,333 3,333 2,500 3,333 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 3,333 3,333 3,333 3,333 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 2,222 2,222 2,222 2,222 2,667 2,667 2,222 2,667 2,667 2,222 2,667

Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Sefna Pit'ay Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Yafet Lasa Benyamin B. Benyamin B. Benyamin B. Benyamin B. Benyamin B. Benyamin B. Benyamin B. Benyamin B. Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Zakaris Oematan Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin Heskiel Ollin

1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3

3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

67.74 67.74 67.74 67.74 67.74 67.74 67.74 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 51.35 51.35 51.35 51.35 51.35 51.35 51.35 51.35 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50 75

1023 1023 1023 1023 1023 1023 1023 1022 1022 1022 1022 1022 1022 1022 1022 1022 1037 1037 1037 1037 1037 1037 1037 1037 1011 1011 1011 1011 1011 1011 1011 1011 1011 1011 1065 1065 1065 1065 1065 1065 1065

8.91 9.23 8.59 9.86 9.55 7.64 8.27 8.91 9.55 9.23 18.77 9.23 8.59 8.91 8.59 9.55 15.91 17.18 18.45 18.77 18.14 19.09 17.18 17.82 18.14 15.91 14.32 14.64 19.09 18.14 18.77 17.18 15.91 16.23 13.36 15.59 14.64 19.09 19.73 20.05 19.09

2,667 2,222 3,333 2,667 2,667 2,667 3,333 3,333 2,222 2,222 3,333 2,222 2,222 2,000 2,000 1,667 2,222 2,222 4,444 2,222 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,000 2,000 3,333 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333

Heskiel Ollin Heskiel Ollin Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Martinus Lasfeto Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Thobias Oematan Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Yosep Salu Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Kris Na'if Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben

3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1

2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

37.50 37.50 47.37 47.37 47.37 47.37 47.37 47.37 47.37 47.37 47.37 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 23.53 23.53 23.53 23.53 23.53 23.53 23.53 23.53 23.53 36.84 36.84 36.84 36.84 36.84 36.84 36.84 36.84 36.84 63.64 63.64 63.64 76

1065 1065 1036 1036 1036 1036 1036 1036 1036 1036 1036 1052 1052 1052 1052 1052 1052 1052 1052 1052 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1109 1109 1109 1109 1109 1109 1109 1109 1109 1110 1110 1110

18.14 18.77 17.18 15.91 16.23 19.09 18.14 18.77 17.18 15.91 16.23 9.55 8.91 11.14 14.64 7.95 7.64 7.95 9.86 8.27 8.59 17.50 13.68 7.64 10.82 7.00 13.68 17.18 7.95 6.36 14.32 11.14 11.14 7.95 6.36 7.95 10.18 7.64 12.73 5.73 5.73

3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 4,444 2,667 2,667 2,222 2,667 2,667 2,222 2,667 2,667 2,222 3,333 3,333 2,222 2,222 3,333 3,333 2,222 2,222 3,333 2,222 2,222 2,222 2,222 2,222 2,222 2,222 4,444

Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Ruben Naben Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Nikson Taus Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Mikael Tau Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Wili Taus Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael Agus Tael

2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2

63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 63.64 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 40.00 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 36.36 31.58 31.58 31.58 31.58 31.58 31.58 31.58 31.58 31.58 54.55 54.55 54.55 54.55 54.55 54.55 54.55 54.55 77

1110 1110 1110 1110 1110 1110 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1077 1077 1077 1077 1077 1077 1077 1077 1077 998 998 998 998 998 998 998 998 998 1050 1050 1050 1050 1050 1050 1050 1050

7.95 8.27 7.64 7.32 6.68 6.36 6.36 6.36 7.95 7.95 7.95 6.68 6.68 7.64 7.32 7.64 7.32 7.95 8.27 7.95 7.95 7.32 8.27 6.68 8.91 8.59 8.59 8.91 9.23 9.55 10.18 8.91 9.23 10.18 6.36 7.32 13.68 8.27 8.91 10.50 6.36

2,222 2,500 2,500 2,500 3,333 3,333 3,333 3,333 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,000 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333 4,444 3,333 3,333 4,444 2,667 2,667 2,222 1,600 1,600 1,333 2,667 2,667 2,222

Agus Tael Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Vinsen Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Lambertus Fallo Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif Agus Naif

3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 3 3 3

3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

54.55 57.14 57.14 57.14 57.14 57.14 57.14 57.14 57.14 57.14 41.18 41.18 41.18 41.18 41.18 41.18 41.18 41.18 41.18 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00 48.00

1050 1055 1055 1055 1055 1055 1055 1055 1055 1055 1030 1030 1030 1030 1030 1030 1030 1030 1030 1020 1020 1020 1020 1020 1020 1020 1020 1020

14.00 10.50 12.73 10.82 7.32 7.95 10.82 14.00 7.64 9.23 7.95 14.32 11.14 14.32 8.27 8.27 9.86 8.59 9.23 7.32 7.64 7.64 6.36 7.00 6.05 7.95 7.32 7.95

3,333 3,333 2,222 2,667 2,667 2,667 2,667 4,444 4,444 4,444 2,667 2,667 2,667 3,333 3,333 3,333 4,444 2,222 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500

78

Lampiran 9b. Hasil Analisis Regresi Berganda Ketinggian Tempat, Diameter Batang, Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan.

2 1 SUMM ARY OUTPU T Regressi on Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observat ions ANOVA
Regressi on Residual Total

0.20844 689 0.04345 0106 0.03262 1239 11.2783 9074 269 Signific SS MS F ance F 1531. 510.389 4.01243 0.08123 17 9401 3362 156 3370 127.202 8.56 0976 3523 9.73 Lowe Uppe r r 95.0 95.0 % % 13.89 69.56 787 744 0.009 0.040 93 517 0.754 0.043 81 614 0.004 0.000 15 58

df 3 265 268

Intercept

1121 18.4545 4545 2666.66 6667

Stand Coeffici ard Lower ents Error t Stat P-value 95% 41.7326 14.13 2.95205 0.00343 13.8978 5748 682 3545 9551 7252 0.01529 0.012 1.19400 0.23354 0.00992 5054 81 6081 3295 7005 0.35559 0.202 1.75384 0.08061 0.75481 9091 754 8831 2403 1972 0.00236 0.000 2.60176 0.09796 0.00415 4157 909 5923 115 3297

Upper 95% 69.5674 4245 0.04051 7113 0.04361 3789 0.00057 5018

79

You might also like