You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN PNEMONIA 1.

Pengertian Pneumonia adalah radang paru paru yang dapat disebabkan oleh bermacam macam sebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. ( junadi purnawan, 1982 : 199 ) Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang

disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. ( Somantri Irman, 2008 : 67 ) Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan. ( Dongoes, 1999: 164). Pneumonia adalah ainfeksi akut pada jaringan paru oleh mikroorganisme, merupakan infeksi saluran nafas bawah.( elizabet, corwin, 2009:541). 2. Etiologi a. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Di sebabkan oleh Diplococcus pneumoniae ( pneumo kokus ). Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang 1 5 % menyerang bayi dan orang tua. Bakteri streptococcus hemolyticus biasanya menyebabkan infeksi traktus respiratorius bagian atas sehingga menimbulkan pneumoni. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza,

klebsiella pneumonia dan pseudomonas. Bakteri gram positive seperti pneumokokus, dan stafilokokus aureus. b. Virus Pneumonia disebabkan oleh bermacam macam virus seperti virus influenza, parainfluenza, adenovirus, respiratory Svncytial, rinovirus, dan mycoplasma pneumoniae. Penularan terjadi secara droplet. c. Jamur Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia antara lain histoplasma capsulatum, coccidioides immitis, kandida, kriptokokus, blastomises, aktinomises dan hokardia. (iman somantri, 2008: 68)

3. PATOFISIOLOGI Pneumonia viral Perubahan patofisiologis di saluran nafas pada umumnya tidak dapat dibedakan antara berbagai penyebab pneumonia viral. Pada hampir semua kasus selain terganggunya parenkim paru juga disertai bronkiolitis dan gangguan intertisial. Salah satu pengecualian adalah gambaran penyebaran milier pada infeksi virus sitomegalus di mana paru-paru dicapai secara hematogen, terutama bersarang pada alveolus tanpa merusak saluran nafas lainnya.

Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel, pembentukan mucus dan akhirnya penyumbatan bronkus. Selanjutnya dapat terjadi infiltrat limfositik peribronkiolus dan infeksi sel bulat interstisial baik di duktus alveolus maupun dinding alveolus. Pembentukan membrane hialin dan pendarahan intraalveolus dapat terjadi pada kasuskasus respiratory syncytial virus, influenza dan pneumonia adenoviral. Sel-sel multinuclear raksasa dapat dilihat pada penderita dengan campak dan para influenza.

Efek jangka panjang pneumonia viral dapat berupa bronkiektasi, gangguan fungsi paru memperberat keadaan asma bronchial dan fibrosis dan paru-paru.

Pneumonia bakteriali Pneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofarinks( suatu penyebab paling sering pneumonia bakterialis) atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Kuman pneumokokus dapat meluas melalui porus kohn dari alveoli ke alveoli ke seluruh segmen / lobus. Timbulnya hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Alveoli dan Septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru menjadi tidak

berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit eritrosit. Kuman pneumokokus difagositosis oleh leukosit dan sewaktu revolusi berlangsung , makrofag masuk kedalam alveoli dan menelan leukosit bersama kuman pneumokokus didalamnya. Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abuabu kekuningan. Secara perlahan-lahan sel darah merah yang mati dan eksudat-fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna paru menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas. Tidak terjadinya pneumonia pada orang normal yang sehat adalah akibat adanya mekanisme pertahanan yang meliputi refleks glotis dan batuk, lapisan mukus dan gerakan silia yang mengeluarkan organismeyang melekat pada lapisan mukus tersebut dan sekresi humoral setempat. Sel-sel yang melapisi saluran trakeobronkial menghasilkan zat kimia yang mempunyai sifat antimikroba yang tidak spesifik. 1. Lisosim, suatu enzim yang menghancurkan bakteri terutama kalau ada komplemen. 2. Laktoferin , suatu ikatan besi dengan glikoprotein yang mempunyai sifat bakteriostatis. 3. Intrferon , suatu protein dengan berat molekul benda dengan aktivitas antivirus.

Faktor-faktor predopsisi : Beberapa keadaan mengganggu mekanisme pertahanan tersebut, sehingga timbul infeksi paru, misalnya kesadaran menurun , umur tua, trakeostomi, pipa endotrakeal, nyeri akibat operasi terutama setelah operasi abdomen , penyakit neuromuskular, deformitas pada dada seperti kofoskoliosis yang berat dan PPOM , mengurangi bentuk yang efektif. Infeksi virus pada traktus respiratorius menyebabkan nekrosis, deskuamasi, peningkatan sekret dan jumlah bakteri patogen dalam sekret serta menyebabkan gangguan pada gerakan silia dan mukus. Pneumonia sebab kuman gram negatif

Ada 2 mekanisme pertahanan yaitu mekanisme pertahanan di bagian oral dan mekanisme pertahanan di paru. Orofarinks merupakan ekosistem bakteri aerobik dan anaerobik yang rumit dan tetap. Spesies enterobakteriase dan pseudomonas jarang didaptkan dari biakan tenggorokan dan kalau ada jumlahnya sedikit dan untuk sementara waktu saja. Aliran saliva, kemampuan beberapa bakteri untuk

menghambat pengembang-biakan bakteri lain, sekresi lisosim, imunoglobulin A dan laktoferin mempertahankan keadaan yang tetap. Pada sebagian penderita yang dirawat di rumah sakit, pertahanan oral dapat rusak dan biakan farinks menjadi positif terhadap kuman gram negatif. Terjadi aspirasi kuman yang dipermudah dengan pemakaian alat bantu pernapasan atau

tindakan dan kuman yang telah teraspirasi akan dibersikan atau di bunuholeh mekanisme pertahanan anti bakteri paru yang meliputi refleks batuk, sistem mukosiliar, pertahanan imunologis serta tindakan fagositosis oleh makrofag alveoli dan leukosit. Kalau pertahanan antibakteri tidak mampu mengatasi aspirasi bakteri, maka terjadi pengembang- biakan lokal bakteri dan timbullah pneumonia.

Pneumonia Legionella Legionella pneumophila memiliki berbagai jenis eksotoksin dan juga endotoksin. Selain menyerang paru mikroorganisme ini juga dapat menyebabkan kelainan di otak, kelenjar getah bening, ginjal, hati, limpa, sumsum tulang dan miokard. Diduga bahwa ada hubungan erat dengan daya tahan tubuh khususnya peranan makrofag alveolar. Bilamana fungsi sel ini terhadap kuman terganggu, kuman akan dapat bertahan dan menyebabkan rangkaian gejala yang sangat merugikan. Alveoli dan bronkioli dapat mengalami infiltrasi sel polimorfonuklear dan makrofag serta dapat terjadi mikro abses. Penyebaran ke alat-alat tubuh lainnya berhubungan erat dengan keadaan penderita yang mengalami imunosuppresi.

4. Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya pneumonia dibagi menjadi : Pneumonia viral Pneumonia yang disebabkan oleh virus dan biasanya di tandai oleh batuk batuk kering. Pada gambar sinar tembus umumnya tampak infeksi non lobaris. Pneumonia viral potensial berbahaya oleh karena dapat menyebabkan kegagalan pernapasan serta mungkin terdapat gangguan jangka panjang pada saluran nafas sesudah sembuh.

Pneumonia bakterialis Adalah suatu peradangan parenkim paru dengan eksudasi dan konsolidasi disebabkan oleh mikroorganisme.

Pneumonia pneumokokus Pneumonia yang disebabkan oleh kuman gram positif. Pneumonia pneumokokus didahului oleh infeksi virus pada saluran pernapasan.

Pneumonia stafilokokus Yang disebabkan oleh kuman gram positif. Infeksi stafilokokus biasanya

menyertai infeksi virus atau timbul pada penderita yang sedang dirawat di rumah sakit dengan daya tahan tubuh menurun.

Pneumonia klebsiela Disebabkan oleh kuman gram negativ. Mortalitasnya tinggi sebab daya tahan yang jelek di tambah virulensi kuman.

Pneumonia hemofilus influenza Disebabkan oleh kuman batang gram negative ( hemofilus influenza ). Anti body terhadap hemofilus influenzae meningkat sesuai dengan usia.

Pneumonia pseudomonas Disebabkan oleh pseudomonas aeroginosa yang berada dimana mana dalam lingkungan hidup manusia, tapi jarang menyebabkan pneumonia pada orang yang mempunyai imunitas baru. Pseudomonas merupakan penyebab penting infeksi di rumah sakit. Pneumomia sebab pseudomonas sering mengenai orang dalam keadaan umum yang buruk dan mekanisme pertahanan antibakteri saluran pernapasan yang menurun.

Pneumonia legionella Disebabkan oleh kuman gram negative dan aerob ( kuman legionella ). Mikroorganisme ini hidup di dalam air dan dapat menyebabkan wabah atau penyakit perseorangan secara sporadis.

Pneumonia mycoplasma Penularan pneumonia mycoplasma terjadi melalui pernafasan dan batuk merupakan faktor utama. Infeksi sebab mycoplasma cenderung terjadi pada keluarga atau orang orang yang dekat dengan pasien atau populasi yang tertutup seperti sekolah atau camp militer.

5. Manifestasi klinis Suhu naik 39 400 c disertai menggigil Nafas menjadi sesak dan cepat Batuk batuk yang mula mula non-produktif menjadi produktif Nafas berbunyi : pada anak anak tampak pernapasan cuping hidung Bila bakteri pneumonia mengenai pleura timbul nyeri dada di hemitoraks Sakit kepala Nyeri pegal otot Anoreksia Sianosis

6. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan radiologik Pada foto thoraks terlihat konsolidasi satu atau beberapa lobus ( pneumonia lobaris ) atau bercak bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus bronkopneumonia ) Pemeriksaan laboratorik Didapati lekositosis , biasanya antara 15.000 40.000 / mm3 , disertai pergeseran ke kiri. Pemeriksaan mikrobiologik dari sputum perlu untuk mengetahui penyebab dan menetukan pengobatan. Sputum paling baik diambil melalui aspirasi intratrakeal. Pewarnaan gram penting untuk menetukan terapi antibiotika oral. (

7. Penatalaksanaan Antibiotika Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G dengan kombinasi streptomisin, penisilin atau gentamisin. Kemoterapi Untuk mycoplasma pneumoniae dapat diberikan eritromisin atau tetrasiklin. Untuk virus digunakan obat-obat penghambat sintesis DNA (sitosin, arabinosid dan indoksiuridin). Pengobatan suportif 1. Istirahat.tergantung dari berat penyakit , umumnya memerlukan istirahat baring 2. 3. Diet harus cukup kalori dan cairan. Pengobatan paru-paru : keluarkan sputum dengan batuk. Berikan oksigen intermiten atau oksigen melalui masker.

8.PENGKAJIAN 1. Umur Pneumonia terutama mengenai orang tua di atas 60 tahun dan mempunyai faktor predisposisi seperti keadaan umum yang buruk, penyakit bronkopulmones yang menahun. 2. Keluhan utama Adanya demam, nyeri, takipnea, batuk, dan terdapat sputum 3. Riwayat kesehatan Riwayat penyakit yang menurunkan daya tahan tubuh, adanya infeksi saluran pernafasan klien yang dirawat d rumah sakit menggunakan alat medis. 4. Pengkajian psiko social spiritual Pasien sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialami, seperti sesak napas dan nyeri dada.

5. Pemeriksaan fisik

1. Breathing Gerakann pernapasan simetris, peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal. Napas cuping hidung terutama pada anak-anak. Batuk disertai sputum. Perkusi yang redup, suara nafas bronchial, adanya ronki basah.

2. Blood Kelemahan fisik secara umum, denyutan perifer melemah, tekanan darah biasanya normal.

3. Brain Penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila terjadi perkusi jaringan.

4. Bladder Pengukuran volume urin berhubungan dengan intake cairan.

5. Bowel Mengalami mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan.

6. Bone Kelemahan fisik menimbulkan ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas.

6. Diagnosis keperawatan

1. Hyperthermia Tujuan : pasien menunjukkan suhu tubuh normal 36 37,50 c Intervensi : Berikan kebutuhan cairan ekstra Rasional : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat, sehingga perlu diimbangi cairan intake yang adekuat. Berikan kompres dingin Rasional : konduksi suhu membantu menuirunkan suhu tubuh. 2. Deficit volume cairan Tujuan : menunjukkan keseimbangan cairan Intervensi : memberikan cairan 2500 ml/hari atau sesuai kebutuhan individu Rasional : untuk mengembalikan kondisi kepada kebutuhan cairan tubuh normal dan mengurangi dehidrasi 3. Bersihan jalan napas tidak efektif

Tujuan : menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih tidak ad dispneu suara nafas normal batuk tidak ada. Jumlah penafasan dalam batas normal sesuai usia Intervensi : membantu pasien dalam melakukan latihan nafas dalam Rasional : nafas dalam akan memfasilitasi mengembangan maksimum paru paru. 4. Gangguan pertukaran gas Tujuan : perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan. Intervensi : meninggikan posisi kepala, mengajurkan untuk penggunaan posisi tubuh, nafas dalam, dan batuk efektif. Rasional : tindakan ini akan meningkatkan inspirasi maksimal, mempermudah pengeluaran secret untuk meningkatkan ventilasi. 5. Pola nafas tidak efektif Tujuan : suara nafas normal batuk tidak ada. Jumlah penafasan dalam batas normal sesuai usia. Intervensi : elevasi kepala, seri ng ubah posisi. Rasional : diafragma yang lebih rendah akan membantu dalam meningkatkan ekspansi dada, pengisian udara dan pengeluaran secret. 6. Intoleransi aktivitas Tujuan : klien menunjukkan tidak ada dispneu, tidak adanya kelemahan berlebihan, TTV normal Intervensi : memberikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung Rasional : menurunkan stress serta meningkatkan istirahat 7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan : klien menunjukkan peningkatan nafsu makan dengan criteria mempertahankan atau meningkatkan berat badan Intervensi : memberikan makan sedikit dan sering dan makanan yang menarik bagi pasien . Rasional : hal ini dapat meningkatkan intake meskipun nafsu makan mungkin menurun kembali.

DAFTAR PUSTAKA Somantri irman, 2008, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan ganguan system pernapasan, Salemba Medika : Jakarta Junadi purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran edisi ke 2, Media Aesculapius : Jakarta Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2,Balai Penerbit FKUI : Jakarta

You might also like