Professional Documents
Culture Documents
FREE
EDISI X / 2008 1
www.thelightmagz.com
THEEDITORIAL THEEDITORIAL
Untuk itu, pada edisi kali ini kami menghadirkan fotografer-fotografer yang baik dari kategori senior maupun junior sama-sama memiliki
kualitas yang baik. Kita bisa belajar dari Indra Leonardi dan Roy Genggam yang walaupun sudah tidak muda lagi, namun fotonya masih
“muda” dan dikagumi orang muda. Sementara di kategori yang bisa dikatakan junior di kelas profesional kita bisa belajar dari Agus Susanto
dan Erich Silalahi yang walaupun belum terlalu senior tapi cukup disegani dan mendapat respek dari fotografer senior.
Menjadi junior yang belum matang dan belum konsisten atau menjadi junior yang segar dan unpredictable adalah pilihan kita sendiri. Sama
ABOUT THE COVER seperti pilihan antara menjadi senior yang basi dan kadaluwarsa atau senior yang matang, konsisten dan memiliki kemampuan mumpuni.
PHOTOGRAPHER: Apa pilihan anda?
ERICH SILALAHI
Editor in Chief
“Hak cipta foto dalam majalah ini milik fotografer yang bersangkutan, dan dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang menggunakan
foto dalam majalah ini dalam bentuk / keperluan apapun tanpa seijin pemiliknya.”
PT Imajinasia Indonesia, Jl. Pelitur No. 33A, www.thelightmagz.com, Pemimpin Perusahaan/Redaksi: Ignatius Untung,
Technical Advisor: Gerard Adi, Redaksi: redaksi@thelightmagz.com, Public relation: Prana Pramudya,
Marketing: marketing@thelightmagz.com - 0813 1100 5200, Sirkulasi: Maria Fransisca Pricilia, sirkulasi@thelightmagz.com,
Graphic Design: ImagineAsia, Webmaster: Gatot Suryanto
ERICH SILALAHI,
MENINGGALKAN
KARIR MAPAN
DEMI FOTOGRAFI
Fotografi sebagai profesi dianggap cukup bisa menghidupi sehingga dijadikan
nafkah dan sumber pencaharian. Banyak fotografer yang memulai profesinya
ketika belum mapan berada pada jalur karir lain. Jika motivasi orang menjadi
fotografer adalah untuk menjadi kaya, mungkin tidak tepat. Karena terlalu banyak
fotografer professional yang justru mengatakan bahwa kalau mau jadi kaya
jangan jadi fotografer. Sehingga mungkin mereka yang tetap menekuni bidang
fotografi sebagai profesi setelah tahu kondisi ini adalah mereka yang memang
menekuni fotografi bukan karena fotografi dipandang melulu pada rupiah yang
dihasilkan melainkan lebih kepada kepuasan batin. Salah satu fotografer yang
mungkin berprinsip seperti ini adalah Erich Silalahi. Erich adalah seorang fo-
tografer professional yang banyak melakukan pemotretan interior. Uniknya karir
Erich sebelum menekuni fotografi sebagai profesi tergolong cukup cemerlang.
Namun kecintaannya terhadap fotografi membuatnya tidak bisa pindah ke lain
hati selain pada dunia fotografi.
Erich mengenal kamera sejak kelas 2 SMP. “waktu itu saya dapat hadiah ulang
tahun berupa kamera. Sejak saat itu kemana-mana saya bawa kamera.” Kenang-
nya. Ketika lulus SMA dan hendak melanjutkan pendidikan ke bangku perguruan
tinggi anehnya Erich tidak memilih jurusan fotografi dan lebih memilih untuk
masuk ke IPB dan mengambil jurusan yang sama sekali jauh dari fotografi yaitu
jurusan penuluhan komunikasi pertanian. Namun walaupun tidak ada hubungan-
nya dengan fotografi, rupanya Erich berencana lain. “Justru gue milih jurusan itu
“Sam nggak
pernah ngajarin
tutorial apalagi
step by step.
Tapi Sam
banyak kasih
influence buat
gue.”
friendster.”
deh gue invite untuk add gue. Nah
ketika mereka buka invitation gue kan
mereka pasti akan lihat profile gue,
lihat gallery gue yang isinya foto-foto
interior. Dari situ semuanya dimulai.
Tahun 1995 erich merasa bosan bekerja Sampai akhirnya gue dikontrak sama
di Radio dan ia pun memutuskan untuk Accor Group Indonesia.” Jelasnya den-
mengambil pensiun dini. Dari situ ia gan semangat.
mulai menekuni lebih serius fotografi. Kurang lebih 3 bulan menangani
Sempat “mencuri ilmu” dari Sam Nu- pemotretan Accor Indonesia, Erich pun
groho, Erich pun mulai jatuh cinta pada didaulat untuk melakukan pemotretan
fotografi interior. “Sam nggak pernah hotel dalam group Accor Asia pasifik.
ngajarin tutorial apalagi step by step. Foto-foto Erich pun mulai masuk ke
Tapi Sam banyak kasih influence buat gallery foto Accor yang tidak semua
gue.” Ungkapnya. Kecerdikan Erich fotografer Accor bisa menembusnya.
dalam menekuni bidangnya mem-
bawanya kepada klien pertamanya. Beberapa tahun menekuni fotografi
“Gue nyari klien dari friendster. Caranya interior, erich pun diajak untuk ber-
gue masukin semua portfolio interior gabung di The Loop, sebuah perusa-
gue di gallery foto di friendster, lalu haan commercial photography service
gue mulai search orang di friendster milik Sam Nugroho.
“Gue pengen
bikin portfolio
mobil aja sam-
pai harus nung-
gu malam. Gue
nggak berani
motret siang
karena minder,
fotografer-
fotografer The
Loop lain kan
jago-jago. Ma-
kanya tunggu
mereka pulang
dulu baru gue
motret.”
“Awalnya gue
berusaha me-
nangkap kesan
dari ruangan
tersebut dan
gue berusaha
merumuskan
mau dibikin
kayak apa nih
ruangan.
Untuk olah digital atau digital imaging,
Erich melihat dalam foto interior peng-
gunaan olah digital masih dibutuhkan
sewajarnya. “Paling sering DI dibutuh-
kan untuk cleaning kabel, lampu.” Aku-
nya. “Yang jelas untuk motret interior
apalagi untuk keperlua iklan kuncinya
adalah harus sabar, karena lampu yang
digunakan banyak sehingga jangan
sampai detailnya terlewatkan.” Tam-
bahnya. Dalam memotret interior,
Erich biasa mendapatkan hanya 4 foto
interior dalam satu hari. “Untuk 1 set
up saja butuh waktu 4 sampai 5 jam.
Karena lighting set upnya banyak dan
harus teliti.” Sambungnya.
“Untuk
1 set up
saja butuh
waktu 4
sampai 5
jam. Kare-
na lighting
set upnya
banyak
dan harus
teliti.”
apapun yang
referensi. “ tutupnya.
INDRA
LEONARDI,
IKON
PORTRAITURE
INDONESIA
Semua fotografer pernah memotret portraiture. Jika kita datang ke sebuah studio
foto dan lab cuci cetak, kita akan menemui banyak sekali foto portraiture yang
dipajang di dinding-dindingnya. Hampir setiap rumah memajang foto portraiture.
Seperti pernah kami bahas pada beberapa edisi sebelumnya, portraiture merupa-
kan satu bidang dalam fotografi yang bisa dikatakan gampang-gampang susah.
Gampang karena seringkali dihadirkan apa adanya tanpa perlu pernak-pernik
yang aneh-aneh namun justru itulah yang membuatnya menjadi susah karena
foto yang dibuat harus tetap dapat terlihat mengesankan bahkan dengan kes-
ederhanaannya. Portraiture juga cukup sulit ketika dituntut untuk menghadirkan
aura, emosi, dan cerita di balik sang model yang seringkali adalah orang biasa.
Untuk membongkar tips mengatasi segala kesulitan portraiture kami pun men-
datangi Indra Leonardi, seorang fotografer yang sudah dianggap sebagai icon
fotografi portraiture Indonesia.
Indra Leonardi lahir dan besar di keluarga yang sangat akrab dengan fotografi.
“kalau tidak salah di keluarga saya ada 7 sampai 8 orang yang suka fotografi.” Ung-
“Saya lebih
tertarik
dengan dunia
balap waktu
itu.”
fotonya bagusnya
kayak apa, frame- Berbicara mengenai teknis, Indra
meyadari teknis merupakan sesuatu
nya warna apa dan yang penting walaupun bukan yang
bentuknya seperti utama. “memotret portraiture adalah
apa.” bagaimana menampilkan cerita dan
emosi si model dengan teknis yang
pas. Tidak perlu berlebihan tapi janagn
kurang juga.” Jelasnya. Indra melihat
fotografer muda banyak yang terlalu berkutat di masalah teknis tapi justru banyak
melupakan tren, artistic dan emosi si model. Indra juga melihat banyak fotografer
harus diingat dalam pe- yang menjadi malas karena teknologi. “Teknologi memang harus dipelajari tapi
motretan yang dipotret jangan sampai membersihkan debu atau membenarkan lipatan baju saja dilaku-
groginya. tapi saat memotret. Komputer hanya membantu mendapatkan hal-hal yang tidak
bisa didapat waktu memotret.
hadapan lang-
fotografer itu harus bepergian dengan
pesawat. Ketika sampai di tempat sang
sung malah gu- selebriti setelah menempuh perjalanan
bagaimana me-
eka menggunakan slide large format. sung ingin menyampaikan, “lo penting,
gue juga.” Jelasnya sambil tertawa.
nampilkan cer-
Dan ketika setting sudah selesai, sang
selebriti pun berdiri pada tempat yang Inti dari cerita tersebut, selain karena
ditentukan. Fotografer itu pun mulai ita dan emosi tingkat kemampuan sang fotografer
mengeker dan menjepret. Hebatnya,
si model den- yang sudah begitu tinggi sehingga
bahkan dengan hanay sekali jepret
setelah hanya menjepret sekali saja
tanpa bisa melihat hasilnya karena gan teknis yang pun ia yakin sudah berhasil, tapi ia juga
menggunakan slide sang fotografer pas. Tidak perlu menunjukkan betapa tinggi penghar-
mengisyaratkan bahwa pemotretan berlebihan tapi gaannya terhadap kemampuannya.
janagn kurang
sudah selesai dan menginstruksikan Banyak fotografer yang mengobral
skillnya dengan menjepret sebanyak-
juga.”
asistennya untuk mengepak kembali
semua alatnya. Bayangkan setelah banyaknya, dan lebih parahnya adalah
melakukan perjalanan jauh dengan ketika tidak banyak yang bagus.
JALUR
OTODIDAK
MEMPELAJARI
FOTOGRAFI
Lebih dari 90% peminat fotografi meniti jalan otodidak untuk meningkatkan
kemampuan mereka berfotografi. Amat sedikit yang berkesempatan mengenyam
pendidikan formal fotografi. Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini, mu-
lai dari sedikitnya jumlah perguruan tinggi yang menyediakan program studi
fotografi di Indonesia, relatif tingginya biaya studi fotografi di luar negeri, hingga
pada ketidaksetujuan orang tua dari anak yang tertarik melanjutkan pendidikan
tinggi di program studi fotografi dengan alasan ketidaktahuan bahwa profesi
fotografi kini bisa menghidupi.
Sebagian besar yang dengan alasan apapun tidak mengenyam bangku sekloah
fotografi terpaksa berguru di “jalan” dan di komunitas-komunitas. Namun kelom-
pok ini tidak bisa dianggap remeh, karena justru kelompok otodidak inilah pula
yang mendominasi nama-nama papan atas dunia perfotografian professional.
Mulai dari Sam Nugroho yang lulusan Arsitektur, Roy Genggam yang lulusan
sinematografi, Gerard Adi yang juga lulusan arsitektur, Heret Frasthio yang lulusan
komunikasi, Henky Christianto yang lulusan fakultas ekonomi, Djoni Darmo yang
lulusan teknik, dan masih banyak nama yang menjadi besar dan diakui karena
kemampuan fotografinya. Memang nama-nama fotografer professional yang
pernah mengenyam pendidikan fotografi formal juga tidak sedikit, seperti Indra
“belajar di komu- Leonardi, Kayus Mulia, Anton Ismael, kan kalau perlu ke kursus singkat. Tidak
atau tidaknya ber- institusi formal fotografi namun bisa aplikatif. Memang di satu sisi hal ini
kegagalan adalah kecepatan dan diafragma, teknik pan- Sementara di sisi lain komunitas meng-
ketika orang buta ning, teknik kamar gelap, teknik dodg- hadirkan kesempatan saling berbagi
melalui kasus
mempengaruhi sehingga data teknis
jadi tidak ada gunanya lagi.” Sambung-
pemotretan nya.
cobalah untuk
mencernanya Belajar fotografi di jalur otodidak me-
mang bukan perkara mudah. Walau-
melalui koridor pun kesempatan improvisasi terbuka
esensi dan logi- amat sangat lebar, namun pintu-pintu
koridor meng-
Pada akhirnya untuk lolos dari jeba-
kan tersebut dibutuhkan pemaha-
hapal dan men- man bukan penghapalan dari semua
AGUS
SUSANTO,
JAM TERBANG
JUNIOR,
KEMAMPUAN
SENIOR
Dari semua fotografer jurnalistik yang pernah hadir di majalah ini semuanya bisa
digolongkan sebagai senior. Untuk itu, sebagai penyegaran kali ini kami meng-
hadirkan Agus Susanto, seorang fotografer yang belum bisa dikatakan senior
namun belum bisa dikatakan junior juga karena foto-fotonya yang begitu menye-
garkan.
Universitas Sebelas Maret Solo. Uang “Saya nggak tau teori, tapi saya banyak
masuk UII pun dikembalikan dan ia belajar di lapangan karena di jurnalistik
pergunakan untuk membeli kamera ilmunya banyak di lapangan.” Ungkap-
SLR. Sejak saat itu ia mulai lebih serius nya.
“Saya nggak tau lagi mendalami fotografi. Ia banyak “Saya banyak
teori, tapi saya mendokumentasikan kegiatan maha- Agus juga gemar memotret feature
cari foto-foto
banyak belajar siswa pencinta alam di kampusnya dan suatu tempat atau cerita di balik suatu
bagus di inter-
di lapangan kar-
itu mengawali ketertarikannya dengan tempat.
dunia jurnalistik. Beberapa saat kemu- Untuk menghasilkan foto feature yang net, cari foto
ena di jurnalistik dian ketika Agus tidak bisa mengguna- baik Agus berpendapat terkadang sang dari majalah
ilmunya banyak kan kamera SLR yang lebih canggih ia fotografer harus berkali-kali datang ke
yang bagus-
di lapangan.” dikenalkan dengan komunitas Himpu-
nan Senifoto Bengawan (HSB) dan di
tempat tersebut sebelum memotret.
“Untuk bisa merasakan rasanya tempat bagus. Semakin
situ ia banyak menimba ilmu. Selama itu kadang kita harus berkali-kali ke sering kita me-
kuliah Agus rajin memotret, termasuk situ.” Jelasnya.
lihat foto yang
meliput demo mahasiswa yang pada
akhirnya dimuat di majalah kampus. Untuk memotret feature, Agus selalu bagus, semakin
“Untuk bisa melakukan pendekatan terlebih da- mata kita ter-
merasakan ras- Setelah lulus kuliah di UNS, Agus hulu. “Kalau object sudah tidak curiga latih untuk
anya tempat
merantau ke Jakarta dan kuliah di IKJ akan kehadiran kita, baru kita bisa me-
bikin foto yang
sama bagus-
sambil bekerja di sebuah majalah foto. motret dengan baik.” Jelasnya. Hal ini
itu kadang kita Namun karena kesibukannya kuliahnya juga diterapkan ketika harus melaku-
harus berkali- pun terlantar dan berhenti. kan pemotretan di daerah rawan. nya. Memang
kali ke situ.” Tahun 2000, Agus diterima menjadi “Kalau motret di daerah rawan, begitu
pada awalnya
salah satu pewarta foto Kompas. Sejak
bergabung dengan Kompas hingga
sampai jangan langsung keluarkan
kamera. Sebaiknya duduk-duduk dulu nyontek, namun
saat ini Agus pernah sempat menan- di warung, minum dulu, ngobrol sama lama kelamaan
gani bidang fashion, olahraga, hiburan, orang setempat. Jadi mereka nggak jadi terlatih un-
kuliner, politik hingga kini ditempatkan kaget dan nggak curiga.” Tambahnya.
tuk improvisasi
sendiri.”
di metro.
Agus belajar fotografi di kompas hanya Pendekatan ke obyek ini yang di-
melalui teguran para seniornya ketika anggap Agus sering dilupakan oleh
melihat fotonya yang kurang baik. fotografer junior. “Yang muda-muda
jadi rerefensi karena selain memiliki nilai berita yang Berbicara mengenai hal yang paling
untuk membuat Agus sendiri mengaku banyak belajar atau orang. “Motret orang salaman itu foto yang baik, Agus sesekali menemui
kejenuhan akibat rutinitasnya itu.
foto jurnalistik komposisi dari banyak melihat refer-
ensi. “Saya banyak cari foto-foto bagus
paling susah dan menyebalkan. Karena
susah untuk jadi bagus. Tapi karena ini Untuk menyiasati hal tersebut Agus
yang baik.” di internet, cari foto dari majalah yang pekerjaan ya tetap nggak bisa ditolak, selalu mencari tantangan baru den-
gan mencari berita baru yang sedang
bagus-bagus. Semakin sering kita haru mau menjalani.” Jelasnya sambil
melihat foto yang bagus, semakin mata tersenyum. panas-panasnya untuk dikerjakan.
kita terlatih untuk bikin foto yang sama “Atau bahkan kalau perlu kita mencari
bagusnya. Memang pada awalnya Menjalani hidupnya sebagai pewarta berita yang orang lain belum terpikir.
nyontek, namun lama kelamaan jadi foto yang bertugas untuk di bidang Caranya salah satunya ya dengan cari
terlatih untuk improvisasi sendiri.” Ung- metro yang mewajibkannya rajin di internet.” Akunya.
kapnya. “Referensi foto jurnalistik tidak
harus dari Koran atau majalah politik, Seperti kebanyakan fotografer jurnal-
tapi bahkan majalah fashion pun bisa istik lain, Agus juga pernah meliput
jadi rerefensi dan inspirasi yang me- konflik. Namun sedikit berbeda den-
narik untuk membuat foto jurnalistik gan fotografer-fotografer yang pernah
hadir di sini, Agus justru senang ketika
ROY
GENGGAM,
FROM ZERO
TO HERO
Dari sedikit nama fotografer senior yang masih eksis, bukan sekedar terdengar
nama besarnya tapi juga masih produktif dan masih punya kemampuan bersaing
dengan yang muda-muda muncul nama Roy Genggam.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa kami tidak pernah menghadir-
kan Roy Genggam di majalah ini padahal tim kami punya hubungan yang sangat
baik dengan Roy Genggam. Adalah penyegaran yang kami tujuan. Di tengah
begitu banyaknya majalah fotografi, workshop, seminar yang menampilkan Roy
Genggam, kami justru memilih untuk menyimpannya untuk menghadirkan mae-
stro-maestro fotografi seperti Roy Genggam dalam suasanan yang lebih segar
di mana exposure mereka sudah tidak sebanyak sebelumnya. Namun kharisma,
kemampuan dan kehebatan Roy Genggam sepertinya tidak habis karena masih
bisa tetap segar ditampilkan bahkan ketika sudah begitu banyak tulisan dan
pemikirannya beredar melalui majalah, workshop dan seminar. Berikut cuplikan
pembicaraan kami dengannya di studionya di bilangan pondok pinang.
Roy Genggam mulai mengenal dunia seni ketika pada awalnya ia berniat untuk
menjadi seniman lukis atau patung. Sejak SMA Roy sudah menghasilkan uang
dari lukis. Ia lahir dari seorang ibu yang seorang pelukis dan ayah yang seorang
arsitek. Ketika bermaksud melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Roy
dianjurkan pamannya untuk masuk ke sekolah film. Ia pun mendaftar di IKJ dan
diterima. Mulai saat itu Roy mulai mengurangi melukis dan mulai memproduksi
film pendek.
“...9 dari 10 fotografer adalah anak Selama kuliah Roy terbilang cukup cemerlang, hingga untuk keperluan ujian
orang kaya, hanya 1 yang anak akhirnya Roy membuat film bersama Garin Nugroho. Waktu itu Roy bertugas se-
orang miskin yaitu saya.” bagai kameraman dan Garin sebagai sutradaranya. Namun amat disayangkan film
produksi mereka hilang. Roy pun ngambek dan meninggalkan bangku kuliahnya.
Bahkan ketika dekannya menyuratinya untuk menawarkan membiayai pembua-
tan ulang filmnya Roy tetap menolak.
membutuhkan
mulai bekerja di majalah Asri dan tidak
lama kemudian pindah ke majalah
treatment yang Laras. Setelah beberap saat kemudian
Yang penting
Foto yang bagus secara kualitas digital
bagi Roy adalah foto yang dengan
tujuannya.” kurva linear pun sudah bagus. “kalau
kurvanya masih linear sudah bagus
artinya aman untuk dkoreksi.” Jelasnya.
akan memper-
menuruti apa maunya klien. Peda-
gang karena harus memikirkan cara
kaya referensi menjual produknya, dan aktor karena
“fotografer
komersil
adalah
gabungan
dari
seniman,
tukang,
pedagang,
dan aktor
yang
menguasai
permainan
psikologi.”
104 EDISI X / 2008 EDISI X / 2008 105
COMMERCIALPHOTOGRAPHY WHERETOFIND
waktu, mana-
jemen uang,
manajemen se-
muanya supaya
tidak mengece-
wakan orang
lain.”
106 EDISI X / 2008 EDISI X / 2008 107
WHERETOFIND WHERETOFIND
JAKARTA Jl. Raya Cakung Cilincing Km. 4 JakPus jl. Patimura No. 2, Kebayoran Baru Lab Teknologi Proses Material ITB Lembaga pendidikan seni dan
Telefikom Fotografi Jakarta Utara 14140 Lasalle College eK-gadgets centre Jl. Ganesha 10 Labtek VI Lt. dasar, design visimedia college
Universitas Prof. Dr. Moestopo (B), LFCN (Lembaga Fotografi Sahid Office Boutique Unit D-E-F Roxy Square Lt. 1 Blok B2 28-29, Jkt Bandung Jl. Bhayangkara 72 Solo
Jalan Hang Lekir I, JakPus Candra Naya) (komp. Hotel Sahid Jaya). Jl. Style Photo Satyabodhi
Indonesia Photographer Komplek Green Ville -AW / 58-59, Jend Sudirman Kav. 86, Jakarta Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Gedung Kampus Universitas Pasundan YOGYAKARTA
Organization (IPO) Jakarta Barat 11510 1220 AMDI-B, Sunter JakUt, 14330 Jl. Setiabudi No 190, Bandung Atmajaya Photography club
Studio 35, Rumah Samsara, Jl. HSBC Photo Club Jurusan Ilmu Komunikasi Neep’s Art Institute Gedung PUSGIWA kampus 3 UAJY, jl.
Bunga Mawar, no. 27, Jakarta Menara Mulia Lt. 22, Jl. Jendral Universitas Al-Azhar Indo- Jl. Cideng Barat 12BB, Jakarta TASIKMALAYA babarsari no. 007 yogyakarta
Selatan 12410 Gatoto Subroto Kav. 9-11, JakSel nesia V3 Technology Eco Adventure Community “UKM MATA” Akademi Seni Rupa
Unit Seni Fotografi IPEBI (USF- 12930 Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Mall ambassador Lt.UG/47. Jl. Prof Jl. Margasari No. 34 Rt. 002/ 008, dan Desain MSD
IPEBI) XL Photograph baru, Jak-Sel, 12110 Dr. Satrio, Kuningan, Jakarta Rajapolah, Tasikmalaya 46155 Jalan Taman Siswa 164 Yogyakarta
Komplek Perkantoran Bank Jl. Mega Kuningan Kav. E4-7 No. 1 LSPR Photography Club Cetakfoto.net 55151
Indonesia, Menara Sjafrud- JakSel London School of Public Relation Kemang raya 49D, Jakarta 12730 SEMARANG Unif Fotografi UGM (UFO)
din Prawiranegara lantai 4, Jl. Kelompok Pelajar Peminat Campus B (Sudirman Park Office POIsongraphy PRISMA (UNDIP) Gelanggang mahasiswa UGM, Bulak-
MH.Thamrin No.2, Jakarta Fotografi SMU 28 Complex) ConocoPhillips d/a Ratu Prabu 2 PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) sumur, Yogya
UKM mahasiswa IBII, Fotografi Jl. Raya Ragunan (Depan RS Pasar Jl. KH Mas Mansyur Kav 35 jl.TB.Simatupang kav 18 Joglo Jl. Imam Bardjo SH No. 1 Fotografi Jurnalistik Club
Institut Bisnis Indonesia (FOBI) Minggu) JakSel Jakarta Pusat 10220 Jakarta 12560 Semarang 50243 Kampus 4 FISIP UAJY Jl Babarsari
Kampus STIE-IBII, Jl Yos Sudarso FreePhot (Freeport Jakarta FOCUS NUSANTARA MATA Semarang Photography Yogyakarta
Kav 87, Sunter, Jakarta Utara Photography Community) Jl. KH Hasyim Ashari No. 18, BEKASI Club FOTKOM 401
Perhimpunan Penggemar Masterlist Management Export Jakarta Lubang Mata FISIP UNDIP gedung Ahmad Yani Lt.1 Kampus
Fotografi Garuda Indonesia Import Department PT Freport SUSAN + PRO Jl. Pondok Cipta Raya B2/ 28, Bekasi Jl. Imam Bardjo SH. No.1, Semarang FISIPOL UPN “Veteran” yogyakarta. Jl
(PPFGA) Indonesia Plaza 89 6th Floor. Jl Kemang raya No. 15 Lt.3, Jakarta Barat, 17134 DIGIMAGE STUDIO Babasari No.1, Tambakbayan, Yogya-
PPFGA, Jl. Medan Merdeka Selatan Rasuna Said Kav X-7 No. 6 12730 Jl. Setyabui 86A, Semarang karta, 55281
No.13, Gedung Garuda Indonesia Nothofagus e-Studio BANDUNG Jl. Pleburan VIII No.2, Semarang
Lt.18 PT Freport Indonesia Plaza 895th Wisma Starpage, Salemba PAF Bandung 50243 SURABAYA
Komunitas Fotografi Psikologi Floor. Jl Rasuna Said Kav X-7 No. 6 Tengah No. 5, JKT 10440 Kompleks Banceuy Permai Kav A-17, Ady Photo Studio Himpunan Mahasiswa Pengge-
Atma Jaya, JKT CybiLens VOGUE PHOTO STUDIO Bandung 40111 d/a Kanwil Bank BRI Semarang, Jln. mar Fotografi (HIMMARFI)
Jl. Jendral Sudirman 51, Ja- PT Cyberindo Aditama, Manggala Ruko Sentra Bisnis Blok B16-17, Jepret Teuku Umar 24 Semarang Jl. Rungkut Harapan K / 4, Surabaya
karta.Sekretariat Bersama Fakultas Wanabakti IV, 6th floor. Jl. Gatot Tanjung Duren raya 1-38 Sekretariat Jepret Lt. Basement Pandawa7 digital photo studio AR TU PIC
Psikologi Atma Jaya Ruang G. 100 Subroto, jakarta 10270 Shoot & Print Labtek IXB Arsitektur ITB, Jl Ganesha Jl. Wonodri sendang raya No. 1068C, UNIVERSITAS CIPUTRA Waterpark
Studio 51 FSRD Trisakti jl. Boulevard Raya Blok FV-1 no. 10, Bandung Semarang Boulevard, Citra Raya. Surabaya 60219
Unversitas Atma Jaya, Jl. Jendral FSRD Trisakti, Kampus A. Jl. Kyai 4, Kelapa Gading Permai, jkt Spektrum (Perkumpulan Unit Kloz-ap Photo Studio FISIP UNAIR
Sudirman 51, Jakarta Tapa, Grogol. Surat menyurat: jl. Dr. Q Foto Fotografi Unpad) Jl. Kalicari Timur No. 22 Semarang JL. Airlangga 4-6, Surabaya
Perhimpunan Fotografi Taru- Susilo 2B/ 30, Grogol, Jakbar Jl. Balai Pustaka Timur No. 17, jl. Raya Jatinangor Km 21 Sumed- Hot Shot Photo Studio
manegara SKRAF (Seputar Kamera Fikom) Rawamangun, Jkt ang, Jabar SOLO Ploso Baru 127 A, Surabaya, 60133
Kampus I UNTAR Blok M Lt. 7 Universitas SAHID Jl. Prof. Dr. Soe- Digital Studio College Padupadankan Photography HSB (Himpunan Seni Ben- Toko Digital
Ruang PFT. Jl. Letjen S. Parman I pomo, SH No. 84, Jak-Sel 12870 Jl. Cideng Barat No. 21 A, Jak-Pus Jl. Lombok No. 9S Bandung gawan) Ambengan Plasa B23. jl Ngemplak No.
JakBar One Shoot Photography Darwis Triadi School of Studio intermodel Jl. Tejomoyo No. 33 Rt. 03/ 011, Solo 30 Surabaya
Pt. Komatsu Indonesia FIKOM UPI YAI jl. Diponegoro no. 74, Photography Jl. Cihampelas 57 A, Bandung 40116 57156 Sentra Digital
Pusat IT Plasa Marina Lt. 2 Blok Samping Kolam Paradiso Medan, Jl. Manggis No. 55 Voorfo, Sa-
A-5. Jl. Margorejo Indah 97-99 Sumatra Utara 20213 marinda Kaltim
Surabaya
BATAM SOROWAKO
TRAWAS Batam Photo Club Sorowako Photographers
VANDA Gardenia Hotel & Perumahan Muka kuning indah Society
Villa Blok C-3, Batam 29435 General Facilities & Serv. Dept -
Jl. Raya Trawas, Jawa Timur DP. 27, (Town Maintenance) - Jl.
PEKANBARU Sumantri Brojonegoro, SOROWAKO
MALANG CCC (Caltex Camera Club) 91984 - LUWU TIMUR, SULAWESI
MPC (Malang Photo Club) PT. Chevron Pasific Indonesia, SCM- SELATAN
Jl. Pahlawan Trip No. 25 Malang Planning, Main Office 229, Rumbai,
JUFOC (Jurnalistik Fotografi Pekanbaru 28271 GORONTALO
Club) Masyarakat Fotografi Gorontalo
student Centre Lt. 2 Universitas LAMPUNG Graha Permai Blok B-18, Jl. Rambu-
Muhammadiyah Malang. Jl. Malahayati Photography Club tan, Huangobotu, Dungingi, Kota
Raya Tlogomas No. 246 malang, Jl. Pramuka No. 27, Kemiling, Ban- Gorontalo
65144 dar Lampung, 35153. Lampung-
UKM KOMPENI (Komunitas Indonesia. Telp. (0721) 271114 AMBON
Mahasiswa Pecinta Seni) Performa (Perkumpulan Fo-
kampus STIKI (Sekolah Tinggi BALIKPAPAN tografer Maluku)
Informatika Indonesia) Malang, FOBIA jl. A.M. Sangadji No. 57 Ambon.
Jl. Raya Tidar 100 Indah Foto Studio Komplek Ruko (Depan Kantor Gapensi kota Ambon/
Bandar Klandasan Blok A1, Balikpa- Vivi Salon)
JEMBER pan 76112
UFO (United Fotografer Club) ONLINE PICK UP
Perum Mastrip Y-8 Jember, Jawa KALTIM POINTS:
Timur Badak Photographer Club (BPC) www.estudio.co.id
Univeritas Jember (UKPKM ICS Department, System Support http://charly.silaban.net/
Tegalboto) Section, PT BADAK NGL, Bontang, www.studiox-one.com
Unit Kegiatan Pers Kampus Kaltim, 75324
Mahasiswa Universitas Jember KPC Click Club/PT Kaltim Prima
jl. Kalimantan 1 no 35 komlek Coal
ged. PKM Universitas Jember Supply Department (M7 Buliding),
68121 PT Kaltim Prima Coal, Sangatta
MEDAN SAMARINDA
Medan Photo Club MANGGIS-55 STUDIO (Samarin-
Jl. Dolok Sanggul Ujung No. 4 da Photographers Community)