You are on page 1of 51

MODUL 4 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

FISIOLOGI KERJA

Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak lepas dari berbagai macam aktivitas termasuk bekerja. Aktivitas-aktivitas tersebut tentu saja memerlukan energi, energi yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas tidaklah sama antar satu dengan lainnya. Besarnya energi yang dibuthkan tergantung pada besar beban kegiatan yang dilakukan dan kemampuan fisik dari masing-masing individu. Bila energi yang dikeluarkan manusia dalam melakukan perkerjaan terlalu tinggi maka akan menyebabkan kelelahan yang diderita oleh pekerja, kelelahan dalam bekerja tidak hanya terdiri dari kelelahan fisik saja tetapi juga kelelahan psikologis, bila kedua hal tersebut dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan penurunan produktivitas dan penurunan kualitas kerja. Untuk mengetahui seberapa besar energi yang digunakan manusia selama bekerja, maka perlu dilakukan perhitungan konsumsi energi dan menentukan beban kerja yang dibutuhkan. Selain itu juga dapat mengetahui waktu istirahat yang ideal yang diperlukan setelah melakukan suatu aktivitas tertentu. Dalam praktikum ini dilakukan aktivitas olahraga untuk mengetahui pengaruh pembebanan kerja terhadap tubuh serata kebutuhan energi/usaha yang dikeluarkan manusia untuk melakukan pekerjaan. Dari kegiatan ini dapat dilihat hubungan antara kebutuhan atau konsumsi energi dengan denyut jantung, kadar gula dalam darah, dan suhu tubuh manusia. 1.2 Tujuan Praktikum 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan praktikum ini secara umum adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Memberikan pemahaman tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap tubuh selama manusia melakukan aktivitas kerja. Memberikan pengetahuan untuk menentukan besar beban kerja agar tidak melebihi kapasiatas fisik manusia. Dapat mengetahui dan melakukan perbaikan sistem kerja dalam suatu aktivitas.

1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan praktikum ini secara khusus adalah sebagai berikut: 1. Mampu melakukan pengukuran energi/usaha yang dikeluarkan manusia untuk menyelesaikan pekerjaannya.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

214

MODUL 4
2. 3. 4. 5.

FISIOLOGI KERJA

Mampu membuat grafik yang menghubungkan antara intensitas beban kerja dengan denyut jantung (heart rate) dan lama waktu pemulihan (recovery period). Mampu menghitung lama waktu istirahat total (total rest time). Mampu menentukan hubungan antara konsumsi energi dengan banyaknya gula darah yang digunakan dalam aktivitas. Mampu menentukan komposisi makanan sebagai sumber energi manusia berdasarkan kalori yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

215

MODUL 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Fisiologi Kerja

FISIOLOGI KERJA

Fisiologi tersusun dari dua kata latin, physis dan logos, Physis berarti alamiah. Logos berarti ilmu. Secara harfiah, fisiologi berarti ilmu yang mempelajari fungsi alamiah organisme hidup terutama manusia. Fisiologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari kemampuan dinamis manusia terkait dengan fungsi metabolisme fisik dan kimiawi. Fisiologi kerja adalah fokus respon tubuh terhadap kebutuhan metabolisme pada saat kerja dengan mengukur aktivitas pada cardiovascular dan sistem otot pada saat kerja sehingga bisa didapatkan informasi untuk mencegah kelelahan. Pengeluaran energi kerja fisiologis berkaitan erat dengan konsumsi oksigen. Hal ini dapat diukur secara langsung dalam liter/menit atau secara tidak langsung dalam detak jantung/menit. Unit satuan dasar yang digunakan adalah pengeluaran kalor dalam gerakan kalori/menit. 2.1.1 Pengukuran Kerja dengan Metode Fisiologi Dalam suatu kerja fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi oksigen, heart rate, temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh. Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller : 1. 2. 3. Kerja total seluruh tubuh, yang menggunakan sebagian besar otot biasanya melibatkan dua per tiga atau tiga seperempat otot tubuh. Kerja otot yang membutuhkan energi Expenditure karena otot yang digunakan lebih sedikit. Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot. Metode Pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar: 1. 2. 3. 1. 2. 3. Konsep Horse-Power oleh Taylor, tetapi tidak memuaskan. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen. Studi Pengukuran fisiologis ditujukan untuk mengatasi : Pengetahuan baru tentang performans manusia Lebih memantau perilaku / sifat para atlet juara Membantu kendala fisik seseorang

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

216

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Tiffin mengemukakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja, yaitu: 1. Kriteria faali Kriteria faali meliputi: kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan darah, tingkat penguapan, temperatur tubuh, komposisi kimiawi dalam darah dan air seni. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh. 2. Kriteria kejiwaan Kriteria kejiwaan meliputi: pengujian tingkat kejiwaan pekerja, seperti tingkat kejenuhan, emosi, motivasi, sikap dan lain-lain. Kriteria kejiwaan digunakan untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama bekerja. 3. Kriteria hasil kerja Kriteria hasil kerja meliputi: hasil kerja yang diperoleh dari pekerja. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang diperoleh dari pekerja tersebut. 2.1.2 Kerja Fisik dan Mental Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik disebut juga manual operation dimana performans kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja kasar karena kegiatan tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung. Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat / ringannya suatu pekerjaan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja mental. Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antar satu dengan lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Konsumsi oksigen Denyut jantung Peredaran udara dalam paru-paru Temperatur tubuh Konsentrasi asam laktat dalam darah Komposisi kimia dalam darah dan air seni Tingkat penguapan Faktor lainnya

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

217

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran: 1. Kecepatan denyut jantung 2. Konsumsi oksigen Sedangkan kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari otak kita. Pekerjaan ini akan mengakibatkan kelelahan mental bila kerja tersebut dalam kondisi yang lama, bukan diakibatkan oleh aktivitas fisik secara langsung melainkan akibat kerja otak kita. Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan yang sangat erat dengan aktivitas faali lainnya. 2.1.3 Unit Kerja Fisiologis Pengeluaran energi, kerja fisiologis dan biaya fisiologis berkaitan erat dengan konsumsi oksigen. Hal ini dapat diukur secara langsung dalam liter/menit atau secara tidak langsung dalam detak jantung/menit. Unit satuan dasar yang digunakan adalah pengeluaran kalori dalam gerakan kalori/menit. Astrand dan Christensend menyelidiki pengeluaran energi dari tingkat detak jantung dan menentukan bahwa ada hubungan langsung antara keduanya. Tingkat pulsa dan detak jantung/menit dapat digunakan untuk menghitung pengeluaran energi. Energi Ekspenditur adalah energi yang dikonsumsi pada saat melakukan metabolisme, tiga bagian utama dari energi ekspenditur adalah aktivitas ekspenditur untuk melakukan gerakan, energi ekspenditur untuk menjaga fungsi dasar dari sel dan kehidupan, digestive,

absorptive ekspenditur untuk mencerna dan menyerap makanan. Jumlah dari tiga hal
tersebut adalah energi ekspenditur. Unit satuan yang dipakai untuk pengukuran konsumsi energi adalah Kalorie dankonversinya dengan satuan lain adalah 1 kilo kalorie (kcal) = 4,2 KiloJoule (KJ). Sedangkan untuk konversi konsumsi energi diukur dalam satuan Watt, yaitu 1 Watt = 1 Joule/Sec.Untuk mengkonversi satuan energi ini, maka1 liter oksigen (O2) akan menghasilkan 4,8 kcal energi yang setara dengan 20 KJ. 2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Beban Kerja Menurut Rodahl (1989), Adiputro (2000) dan Manuaba (2000) bahwa secara umum sehubungan dengan beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor eksternal dan internal. 1. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri, organisasi dan lingkungan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

218

MODUL 4
kerja. Ketiga faktor tersebut disebut stressor. a.

FISIOLOGI KERJA

Tugas-tugas yang (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, kondisi atau medan, sikap kerja, dll. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung pekerja.

b.

Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik kerja, pelimpahan dan wewenang kerja.

c.

Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja adalah: 1) 2) 3) 4) Lingkungan kerja fisik seperti : mikroklimat, intensitas kebisingan, intensitas cahaya, vibrasi mekanis, dan tekanan udara. Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas-gas pencemar udara. Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, parasit. Lingkungan kerja fisiologis seperti penempatan dan pemilihan karyawan, hubungan sesama pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan lingkungan sosial.

2.

Faktor Internal Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal.Reaksi tersebut disebut strain, besar-kecilnya strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Secara obyektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis, secara subyektif dapat melalui perubahan fisiologis dan perubahan perilaku. Secara singkat faktor internal meliputi: a. b. Faktor somatic (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan). Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan).

2.1.5 Penilaian Beban Kerja Fisik Menurut Astrand (1977) dan Rodahl (1989) bahwa penilaian beban fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu penelitian secara langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur oksigen yang dikeluarkan (energi ekspenditur) melalui asupan energi selama bekerja. Semakin berat kerja semakin banyak energi yang dikeluarkan. Meskipun metode dengan menggunakan asupan energi lebih akurat, namun hanya mengukur secara singkat dan peralatan yang diperlukan sangat mahal. Lebih lanjut Christensen (1991) dan Grandjean (1993) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

219

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

kerja, konsumsi energi, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh.Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung, dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linier dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan.Kemudian Konz (1996) mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi dan konsodilatasi. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme respirasi, suhu tubuh, dan denyut jantung menurut Christensen, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1.Hubungan antara Metabolisme, Respirasi, Temperatur Badan dan Denyut Jantung sebagai Media Pengukur Beban Kerja

Sumber : Christenser (1964:56)

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas kerjanya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Dimana semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya. 2.2 Konsumsi Energi untuk Aktivitas Kerja Berat Mekanisasi pekerjaan pada akhir dekade ini telah semakin bertambah maju dan jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan otot telah berangsur diganti dengan kekuatan mesin yang dapat mengatasi pekerjaan berat. Seperti misalnya: pemindahan material pada pembangunan gedung dengan alat-alat berat, alat penggali pada eksplorasi minyak, operasi

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

220

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

mesin berat pada wilayah area pertambangan, dan lain-lain. Tujuan menganalisa konsumsi energi adalah sebagai berikut: 1. 2. Pemilihan frekuensi dan periode istirahat pada manajemen waktu kerja. Perbandingan metode alternatif pemilihan peralatan untuk mengerjakan suatu jenis pekerjaan. Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut: KE =Et + Ei
Sumber: Sritomo (2008: 274)

(2-1)

Dimana: KE = Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menit) Et = Pengeluaran energi pada saat kerja (kilokalori/menit) Ei = Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit) Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi energi: 1. 2. 3. 4. Berat / ringannya pekerjaan Banyaknya otot yang bekerja Jenis kelamin Lama melakukan waktu pekerjaan

2.2.1 Manifestasi Kerja Berat Dengan bertambah kompleksnya aktivitas pada otot, maka beberapa hal perlu dijadikan pokok bahasan dan analisa terhadap manifestasi kerja berat tersebut antara lain adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Denyut jantung (heart rate) Tekanan darah (blood pressure)

Cardiac output (keluaran paru dengan satuan liter per menit)


Komposisi kimia darah (kandungan asam laktat) Temperatur tubuh (body temperature) Kecepatan berkeringat (sweating rate)

Pulmonary ventilation (kecepatan membuka dan menutupnya ventilasi paru dengan


satuan liter per menit) Konsumsi oksigen

2.2.2 Penilaian Beban Kerja Penilaian beban kerja dapat dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan jumlah kebutuhan kalori dan berdasarkan denyut nadi kerja.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

221

MODUL 4
2.2.2.1 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori

FISIOLOGI KERJA

Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakkan otot adalah kebutuhan akan oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran. Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan berat ringannya beban kerja adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Beban kerja ringan Beban kerja sedang Beban kerja berat : 100-200 Kilo kalori/jam : > 200-350 Kilo kalori/ jam : > 350-500 Kilo kalori/ jam

Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Setiap kebutuhan oksigen sebanyak 1 liter akan memberikan 4,8 kilo kalori (Sumamun, 1989). Sebagai dasar perhitungan dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan aktivitas pekerjaannya, dapat dilakukan melalui pendekatan atau taksiran kebutuhan kalori menurut aktivitasnya. Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam ditentukan oleh tiga hal: 1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal, dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia. Metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada saat istirahat dengan perut dalam keadaan kosong. Yang mana tergantung pada ukuran, berat badan dan jenis kelamin. a. b. Untuk pria dengan berat 70 kg membutuhkan 1700 kcal per 24 jam Untuk wanita dengan berat 60 kg membutuhkan 1400 kcal per 24 jam Pada kondisi metabolisme basal ini hampir semua energi kimia dari zat makanan dikonversi menjadi panas. 2. Kebutuhan kalori untuk kerja, kebutuhan kalori sangat ditentukan dengan jenis aktivitasnya, berat atau ringan. Konsumsi energi diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai. Semakin banyaknya kebutuhan untuk aktivitas otot bagi suatu jenis pekerjaan, maka semakin banyak pula energi yang dikonsumsi, dan diekspresikan sebagai kalori kerja. Kalori ini didapat dengan cara mengukur konsumsi energi pada saat bekerja kemudian dikurangi dengan konsumsi energi pada saat istirahat atau pada saat metabolisme basal.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

222

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Kalori kerja ini menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh manusia dalam hubungannya dengan: a. b. c. d. e. 3. Jenis kerja berat Tingkat usaha kerjanya Kebutuhan waktu istirahat Efisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja, dan Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja Aktivitas harian juga mengkonsumsi energi. Rata-rata konsumsinya adalah 600 kcal untuk pria dan 500-550 kcal untuk wanita. Sedangkan konsumsi energi total terbagi atas: a. b. c. Metabolisme basal Kalori untuk bersantai Kalori untuk bekerja Untuk memperjelas beberapa hal tersebut diatas diberikan empat kategori kerja menurut Hettingen (1970) yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain-lain di luar jam kerja.

Gambar 2.1 Ringkasan Konsumsi Energi yang dipakai Manusia Sumber: Nurmianto (2008:130)

Adapun konsumsi energi pada berbagai pekerjaan lain diteliti oleh Lehmann dan teman-temannya (1962), serta Durmin dan Passmore (1967). Hasil penelitian Lehmann tersebut ditabulasikan pada tabel 2.2 berikut ini:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

223

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Tabel 2.2 Kebutuhan Energi untuk Berbagai Macam Pekerjaan, Nilai Kalorinya adalah Merupakan Kebutuhan Rata-rata Konsumsi Harian Men Women Type of work Example of occupation kcal/day kcal/day 2400 2000 Light manual work, sitting Bookkeeper 2700 2250 Light manual work, sitting Light manual work, standing Walking Heavy manual work, sitting Heavy arm work, sitting Light bodily work, standing Light manual work, walking Heavy manual work, sitting Light bodily work, walking Light bodily work, climbing stairs Heavy arm work, sitting Moderate bodily work, standing Moderate bodily work, walking Moderate bodily work, with Heavy arm work Very heavy bodily work, standing Heavy bodily work, walking Moderate bodily work, climbing Extreme bodily effort, standing Very heavy bodily work, walking Heavy bodily work, climbing Extreme bodily effort, standing Very heavy bodily work, walking Extreme bodily effort in worst position Extreme bodily effort, walking Shorthand typist; watchmaker Hairdresser Lowland shepherd Weaver; basket worker Bus driver Mechanic Fitter; general practioner; meter reader Shoemaker Electrical fitter Postman (flats) Stonemason Locksmith; masseur Butcher Chimney-sweep Sawing firewood Ballet dancer; shunter Carpenter on building site Coal miner (if lucky) Agricultural labourer Worker in hillside vineyard Tree feller; lumber jack Coal critter; carrying sacks of flour Coal miner, lying down Harvesting by hand

3000

2500

3300

2750

3600

3000

3900

3250

4200

4500

4800 5100

Sumber: Nurmianto (2005:131)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

224

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Para fisiolog kerja (Lehmaan dan teman-temannya) telah meneliti konsumsi energi yang dibutuhkan untuk berbagai macam jenis pekerjaan untuk aktivitas individu yang ditabulasikan pada tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.3 Konsumsi dalam Kalori Kerja Berbagai Macam Jenis Aktivitas Kerja
Activity Walking, empty-handed Walking, with load on back Conditions of Work Level,smooth surface 4km/h Metailed road, heavy shoes 4km/h Level, metailed road 10 kg load 4 km/h 30 kg load 4 km/h 16% gradient climbing speed 11,5m/min Without load With 20 kg load 30.5% gradient climbing speed 17.2 m/min without load With 20 load Speeed 16 km/h Cycling Pulling Working with axe Filling iron Shoveling Sawing wood Bricklaying Screwdriving Digging Mowing Household work Cooking Light Cleaning; ironing Making beds; beating carpets; washing floors Heavy wasting Screw horizontal Screw vertical Garden spade in clay soil 7,5-8,7 Clover 8,3 1,0-2,0 2,0-3,0 4,0-5,0 4,0-6,0 3.6 km/h, level hard surface tractive force 11.6 kg Two-handed strokes 35 strokes /min 60 strokes/min, 2.28 kcal/g of filling 10 sholves per min, throwing 2 m horizontally and 1 m high Two-handed saw, 60 double strokes/min Normal rate 0.041 m /min 3 0,5 0,7-1,6
3

kcal/min 2,1 3,1 3,6 5,3 8,3 10,5 13,7 18,4 5,2 8,5 9,5-11,5 2,5 7,8 9

Climbing

Climbing stairs

Sumber: Nurmianto (2005:132)

Sedangkan perhitungan jumlah energi total menurut Stevenson (1987) adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Perhitungan jumlah energi total Sumber: Nurmianto (2005:132)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

225

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Data khusus untuk basal metabolisme menurut Stevenson (1987) adalah sebagai berikut: a. b. Pria berat 70 kg : 1,2 kcal/menit Wanita berat 60 kg : 1,0 kcal/menit Sementara itu efisiensi manusia dapat didefinisikan sebagai berikut: (2-2)
Sumber: Nurmianto (2005:131)

Pengukuran yang lebih sensitif adalah: (2-3)


Sumber: Nurmianto (2005:131)

2.2.2.2 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai

cardiovascular strain. Beberapa hal yang berkaitan dengan pengukuran denyut jantung
adalah sebagai berikut: 1. Astrand dan Christensen meneliti pengeluaran energi dari tingkat denyut jantung dan menemukan adanya hubungan langsung antara keduanya. Tingkat pulsa dan denyut jantung permenit dapat digunakan untuk menghitung pengeluaran energi. (Retno

Megawati, 2003).
2. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung dan pernapasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh lingkungan, atau tekanan akibat kerja keras, di mana ketiga faktor tersebut memberikan pengaruh yang sama besar. Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: 1. 2. 3. Merasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada pergelangan tangan. Mendengarkan denyut jantung dengan stethoscope. Menggunakan ECG (Electrocardiograph), yaitu mengukur signal elektrik yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada. Selain menggunakan ECG, dapat menggunakan stopwatch denyut (Kilbon, 1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
Sumber: Nurmianto (2005:131)

(2-4)

Selain metode denyut jantung tersebut, dapat juga dilakuakan penghitungan denyut nadi dengan menggunakan metode 15 atau 30 detik. Kepekaan denyut nadi akan segera berubah dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika, maupun kimiawi.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

226

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja terdiri atas beberapa jenis, Muller (1962) memberikan definisi sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) adalah rata-rata denyut jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai. Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut jantung pada saat seseorang bekerja. Denyut jantung untuk bekerja (work pulse) adalah selisish antara denyut jantung selama bekerja dan selama istirahat. Denyut jantung selama istirahat total (recovery cost or recovery cost) adalah jumlah aljabar denyut jantung dan berhentinya denyut pada suatu pekerjaan selesai dikerjakannya sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya. 5. Denyut kerja total (total work pulse or cardiac cost) adalah jumlah denyut jantung dari mulainya suatu pekerjaan sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya (resting level). Denyut jantung pada berbagai macam kondisi kerja dapat dilihat dengan grafik antara hubungan denyut jantung dengan waktu sebagai berikut :

Gambar 2.3 Denyut jantung dari dua kondisi kerja yang berbeda Sumber: Nurmianto (2008:140)

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dalam keadaan normal 1. 2. Waktu sebelum kerja (rest) kecepatan denyut jantung dalam keadaan konstan/stabil walaupun ada perubahan kecepatan denyutnya tetapi tidak terlalu jauh perbedaannya. Waktu selama bekerja (work) kecepatan denyut jantung dalam keadaan cenderung naik. Semakin lama waktu kerja yang dilakukan maka makin banyak energi yang keluar sehingga kecepatan denyut jantung bertambah cepat naik. 3. Waktu setelah bekerja/waktu pemulihan/recovery kecepatan denyut jantung dalam keadaan cenderung turun. Kondisi kerja yang lama maka perlu dibutuhkan waktu istirahat yang digunakan untuk memulihkan energi kita terkumpul kembali setelah mencapai titik puncak kelelahan.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

227

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di dalam peningkatan

cardio output dari istirahat sampai kerja maksimum, peningkatan tersebut oleh Rodahl (1989)
didefinikan sebagai heart rate reserve (HR reserve). Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi pada ketergantungguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual fitness), dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak segera tercapai maka diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun keseluruhan dari variabel bebas (tasks, organisasai kerja, dan lingkungan kerja) yang menyebabkan beban tugas tambahan.(Tarwaka, Solichul, H.A

Bakri, 2004).
Jika denyut jantung dipantau selama istirahat, maka waktu pemulihan untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis. Formulasi untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik : (2-5)
Sumber: Nurmianto (2005:131)

Dimana : R T S : Waktu istirahat yang dibutuhkan dalam menit : Total waktu kerja dalam menit : Pengeluaran energi cadangan yang direkomendasikan dalam kilokalori / menit (biasanya 4 atau 5 kkal / menit) 2.2.3 Pengukuran Konsumsi Oksigen Satu kilo kalori adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 liter air dari 14,5C menjadi 15,5C. Konsumsi energi dapat diatur secara tidak langsung. Jika 1 liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 kcal energi. Faktor inilah yang merupakan nilai kalori suatu oksigen. 1. Kapasitas kerja Kapasitas kerja adalah kemampuan badan untuk melakukan suatu kerja. Namun setiap pekerjaan mempunyai kapasitas kerja yang berbeda beda. Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen juga akan meningkat. Konsumsi oksigen diberi simbol VO2 dan diukur dalam satuan liter/menit. Dalam perancangan kerja diharapkan berada di bawah (VO2)max dari rata-rata populasi. Namun pada kenyataannya, kurang dari 50% (VO2)max adalah nilai yang direkomendasikan. Menurut Gradjean, 5,2 kcal/menit

W : Konsumsi energi ratarata untuk bekerja dalam kilokalori / menit

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

228

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

merupakan nilai yang direkomendasikan untuk suatu kondisi kerja berat, yaitu 4 kcal/menit dari energi kerja. Hal ini berdasarkan pada pekerja pria (diasumsikan pekerja berat) dengan pengaturan energi kerja seperti berikut ini: Pengaturan energi kerja sebagai berikut: a. b. c. d. e. 2. 20-30 tahun : dikalikan dengan 100% 40 tahun 50 tahun 60 tahun 65 tahun : dikalikan dengan 96% : dikalikan dengan 90% : dikalikan dengan 80% : dikalikan dengan 75%

Dengan catatan bahwa 5,2 kcal/menit = 5,2 / 4,8 = 1,08 liter/menit oksigen.

Fitness
Fitness merupakan salah satu jenis olah tubuh yang berguna untuk kesehatan. Olah tubuh dalam fitness terbagi menjadi beberapa jenis latihan yang memiliki kegunaan masing-masing, yaitu latihan beban dan latihan kardio. Latihan Beban Penggunaan beban sebagai alat bantu untuk meningkatkan kontraksi otot dapat termasuk dalam latihan beban. Otot yang menerima beban akan mengalami tekanan hingga mencapai titik kelelahan tertentu. Latihan beban sendiri dapat digolongkan berdasarkan beban yang digunakan seperti : a. Beban tubuh Menggunakan tubuh sendiri sebagai beban baik secara sebagian maupun beban tubuh secara keseluruhan b. c. Beban bebas Menggunakan pemberat bebas seperti barbell ataupun dumbbell Beban alat Menggunakan alat mekanik ataupun elektronik yang dihubungkan dengan pemberat. Tujuan penggunaan alat ini umumnya sebagai penyokong yang memudahkan pengguna dalam mengontrol pemberat tersebut. Latihan beban juga dapat dibedakan berdasarkan otot yang akan dilatih, yaitu : a. Otot Dada Secara medis dikenal sebagai otot pectoral. Jenis latihan beban yang digunakan yaitu push up dan bench press. b. Otot Punggung Secara medis dikenal sebagai otot lattismus. Jenis latihan beban yang digunakan yaitu pull up, chin up, bench row, deadlift c. Otot Perut Secara medis dikenal sebagai otot abdomen. Jenis latihan beban yang digunakan yaitu sit up dan crunch. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

229

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Latihan Kardio Kardio berarti adalah jantung. Latihan ini lebih untuk meningkatkan detak jantung tanpa penggunaan beban. Pada umumnya, latihan ini digunakan untuk menurunkan berat badan ataupun sekedar menjaga kesehatan. Jenis latihan kardio sangat bervariasi mulai dari jogging, renang, bersepeda hingga aerobik. Fitness index telah didefinisikan sebagai berikut:
( )

(2-6) : massa (kg) : konsumsi energi maksimum (ml/menit)

Sumber : Nurmianto (2003 : 135)

Dimana, W (VO2)max

Pengukuran langsung untuk (VO2)max membutuhkan waktu yang lama, akan tetapi perkiraannya didapat menggunakan pngukuran denyut jantung daripada menggunakan konsumsi oksigen. 2.3 Energi Ekspenditur Energi Ekspenditur adalah energi yang dikonsumsi pada saat melakukan metabolisme, tiga bagian utama dari energi ekspenditur adalah aktivitas ekspenditur untuk melakukan gerakan, energi ekspenditur untuk menjaga fungsi dasar dari sel dan kehidupan, digestive,

absorptive ekspenditur untuk mencerna dan menyerap makanan.Jumlah dari tiga hal tersebut
adalah energi ekspenditur. Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan perubahan yang penting dan pokok, baik dalam penelitian laboratorium.Dalam hal ini penentuan konsumsi energi biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung.Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan-kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat. Untuk merumuskan hubungan antara energi expenditure dengan kecepatan denyut jantung dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antar energi expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah kuadratir dengan persamaan sebagai berikut: (2-7)
Sumber: Nurmianto (2003:135)

Dimana: Y = Energi (kilocal/menit) X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

230

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Dengan demikian konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja tersebut dengan pengeluaran energi pada saat istirahat. 2.4 Sistem Cardiovascular

Cardiovascular adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari
sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Ada tiga jenis sistem peredaran darah: tanpa sistem peredaran darah, sistem peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran darah tertutup. Cardiovascular = %CVL yang dihitung berdasarkan rumus di bawah ini: (2-8)
Sumber: Modul Praktikum PK dan Ergonomi (2011:20)

Dimana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut: 1. < 30% 2. 30%-<60% 3. 60%-<80% 4. 80%-<100% 5. >100% = Tidak terjadi kelelahan = Diperlukan perbaikan = Kerja dalam waktu singkat = Diperlukan tindakan segera = Tidak diperbolehkan beraktivitas

2.5 Metabolisme Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim. Sumber energi metabolisme otot: 1. 2. 3. 4. ATP dalam sel Creatine Phosphate dalam sel Energi anaerob dari proses glikolisis dalam sel Energi aerob dari proses oksidasi dalam sel Beberapa detik pertama, Atp menghasilkan energi untuk konstraksi otot, 10 detik pertama PO4 (creatine phosphate) bereaksi dengan ADP membentuk ATP. Sehingga membentuk siklus ATP ADP setelah 10 detik. Glukosa terurai untuk menghasilkan energi. Proses aerobik dengan menggunakan oksigen setiap molekul glukosa menghasilkan 36 ATP, sedangkan untuk proses anaerobik akan berlangsung jika oksigen tidak mencukupi, sehingga setiap molekul glukosa hanya menghasilkan 2 ATP.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

231

MODUL 4
2.5.1 Macam Metabolisme

FISIOLOGI KERJA

Metabolisme terbagi menjadi tiga yaitu, metabolisme karbohidrat, metabolisme lipid dan metabolisme protein. 2.5.1.1 Metabolisme Karbohidrat Tujuan akhir dari pencernaan dan absorpsi karbohidrat adalah mengubah karbohidrat menjadi ikatan-ikatan yang lebih kecil, terutama berupa glukosa dan fruktosa, sehingga dapat diserap oleh pembuluh darah melalui dinding usus halus. Senyawa-senyawa hasil akhir proses pencernaan seperti glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa dan monosakarida lainnya, kemudian diabsorpsi melalui dinding usus halus dan dibawa ke hati oleh darah. Meskipun glukosa merupakan sumber energi, tetapi untuk dapat menghasilkan energi, glukosa harus mengalami proses oksidasi secara bertahap. Secara garis besar tahapan proses oksidasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Proses Glikolisis Reaksi yang berlangsung pada proses glikolisis dibagi dalam dua fase. Pertama, glukosa yang diaktifkan oleh molekul ATP diubah menjadi glukosa fosfat. Kedua, glukosa fosfat diubah menjadi asam piruvat melalui reaksi oksidasi. Reaksi Akhir Glikolisis: Glukosa + 2 ADP + 2 PO4 2 Asam Piruvat + 2 ATP + 4 H 2 Asam Piruvat Mitikondria Asetil Ko Enzim A (Asetil Ko A) 2 Asam Piruvat + 2 Koenzim A Asetil-Ko A + 2 CO2 + 4 H Aseti-KoA Siklus Asam Sitrat Siklus Asam Trikarboksilat Siklus Krebs 2. Siklus Krebs Asam piruvat hasil glikolisis akan dioksidasi melalui siklus kreb sehingga menghasilkan CO2 dan asetil Ko-A. Asetil Ko-A teroksidasi sempurna menghasilkan atom hydrogen berenergi tinggi serta melepaskan O2 dan energi dalam bentuk ATP, NADH, dan FADH2. Reaksi Akhir Siklus Krebs: 2 Asetil-KoA + 6 H2O + 2 ADP 4 CO2 + 16 H + 2 KoA + 2 ATP 1 Molekul Glukosa terdiri dari: Aerob 38 Molekul ATP (456.000 Kalori) Anaerob 2 Molekul ATP

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

232

MODUL 4
3. Transfer Elektron

FISIOLOGI KERJA

Atom hydrogen berenergi tinggi hasil sikus kreb akan berpisah menjadi proton berupa ion hydrogen (H+) dan electron berenergi tinggi. Ion hydrogen akan menangkap elektron dari oksigen bebas membentuk senyawa air (H2O). Sedangkan elektron berenergi tinggi akan berpindah ke dalam molekul pembawa electron, yaitu NAD dan FAD. Selanjutnya NAD dan FAD akan masuk ke dalam rantai transfer electron dan fosforilasi oksidatif yang akhirnya menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Keseluruhan proses tersebut dibantu oleh enzim sitokrom oksidase. 2.5.1.2 Metabolisme Lipid Diabsorbsi terutama dalam bentuk asam lemak dan gliserol.Asam lemak merupakan bentuk utama lemak di dalam darah. Asam lemak esensial yang harus disuplai dari makanan adalah asam linoleat dan asam lenoleat. Sebagai prekusor untuk prostaglandin, tromboksan dan leukotrian. Zat ini dapat digunakan sebagai sumber energi oleh jaringan dan mudah disimpan sebagai trigliserida di jaringan adiposa. Lipid adalah segolongan senyawa yang tidak larut air tetapi larut dalam pelarut tidak polar yang merupakan turunan asam lemak dan dapat berikatan dengan asam lemak. Jenisjenis lipid antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Asam lemak Triasilgliserol Fosfolipid Sfingolipid Steroid (Kolesterol, hormon steroid dan vitamin D) Terpen (vitamin A, E dan K) Tubuh memperoleh energi dari lipid dengan proses OKSIDASI Lokasi Bahan Dasar 1. : Mitokondria : Asam lemak

Asam lemak dioksidasi Asetil-KoA HidrogenRantai RespirasiATP (fosforilasi pada rantai respirasi,a1.

2.

Asetil-KoASiklus KrebsATP (fosforilasi tingkat substrat, b1 dan fosforilasi pada rantai respirasi, b2

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

233

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Gambar 2.4 Siklus metabolisme lipid Sumber : Anonim, 2007, http://www.fkh.unair.ac.id/fisiologi/Kuliah%20Metab%20&%20Suhu.ppt. (diakses 6 Desember 2011)

2.5.1.3 Metabolisme Protein Asam amino dalam tubuh terutama digunakan untuk sintesis protein. Tetapi jika ada glukosa rendah, asam amino diubah menjadi glukosa yang disebut glukoneogenesis yaitu pembentukan glukosa baru dari prekursor nonkarbohidrat. Asam amino merupakan sumber utama untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis tetapi gliserol dari trigliserida juga dapat digunakan. Glukoneogenesis dan glikogenesis penting untuk memback-up sumber energi pada saat puasa. Fungsi protein adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. Biokatalisator (enzim) Struktur jaringan/organ/sel Alat transpor senyawa dalam darah Keseimbangan asam basa Pertahanan tubuh (antibody) Hormon Sedangkan bahan utama dalam protein adalah sebagai berikut: Hasil katabolisme protein Keluar tubuh melalui urin, kulit dan keringat Perbandingan nitrogen masuk dengan nitrogen Keluar menentukanMetabolisme Total Protein Keseimbangan nitrogen: a. b. c. Positif pertumbuhan, rekonvalensi, hamil Negatif kelaparan, sakit Seimbang dewasa sehat dan normal Absorbsi asam amino secara aktif

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

234

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Metabolisme Kecepatan metabolisme dinyatakan sebagai jumlah kalori panas. Proses ini meliputi kontraksi otot rangka, pemompaan jantung, penguraian normal komponen-komponen sel. Oleh karena itu, produksi panas bisa diukur dengan mengukur aktivitas metabolisme. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme (Scanlon, 2007) antara lain: 1. 2. Latihan Kontraksi otot rangka meningkatkan kecepatan metabolisme. Usia Kecepatan metabolisme paling tinggi adalah pada anak, dan menurun seiring pertambahan usia. Kebutuhan energi untuk pertumbuhan dan kehilangan panas yang lebih banyak pada tubuh yang kecil menimbulkan peningkatan kecepatan metabolisme pada anak-anak. Setelah pertumbuhan terhenti, kecepatan metabolism turun sekitar 2% tiap dekade. Bila seseorang menjadi kurang aktif, penurunan total bisa sampai 5% tiap dekade. 3. Konfigurasi tubuh orang dewasa Individu yang tinggi kurus biasanya mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi daripada individu pendek kekar dengan berat badan sama. Hal ini karena orang yang tinggi kurus mempunyai permukaan tubuh yang lebih luas (proporsional berat badan) yang menyebabkan kehilangan panas secara terus-menerus. Oleh karena itu, 10 kecepatan metabolisme sedikit lebih tinggi untuk menggantikan kehilangan panas yang lebih banyak. 4. Hormon seks Testosteron meningkatkan aktivitas metabolisme dibandingkan estrogen dan ini menyebabkan laki-laki mempunyai kecepatan metabolisme lebih tinggi daripada wanita. Selain itu laki-laki cenderung mempunyai lebih banyak otot, suatu jaringan aktif, sedangkan wanita cenderung mempunyai lebih banyak lemak, suatu jaringan yang relatif tidak aktif. 5. Rangsang simpatis Pada kondisi stress, metabolisme di banyak sel tubuh meningkat, juga dipengaruhi oleh hormon epinefrin dan norepinefrin. Sebagai hasilnya, kecepatan metabolisme meningkat. 6. Penurunan asupan makanan Bila asupan makanan menurun dalam waktu yang lama, kecepatan metabolism juga menurun. Hal ini terjadi karena tubuh memperlambat metabolisme untuk menghemat sumber energi yang masih tersedia.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

235

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

7.

Iklim Orang yang hidup pada iklim dingin memiliki kecepatan metabolisme 10-20% lebih tinggi daripada orang yang hidup di daerah tropis. Hal ini diyakini karena perbedaan hormon tiroksin, suatu hormon yang paling bertanggung jawab untuk pengaturan kecepatan metabolisme. Dalam iklim dingin, kebutuhan untuk produksi panas yang lebih banyak menyebabkan peningkatan sekresi tiroksin sehingga kecepatan metabolisme tinggi.

2.5.3 Metabolisme Kerja Dalam metabolisme kerja terdapat berbagai macam, yaitu: 1. Metabolisme Basal Metabolisme basal merupakan jumlah minimal energi yang diperlukan untuk menjaga tubuh tetap berfungsi tanpa melakukan aktivitas. Diukur setelah puasa 12 jam. Besarnya sekitar 1 kcal/jam setiap kilogram berat tubuh.Kecepatan metabolisme basal diukur pada waktu istirahat, di tempat tidur, tidak terganggu oleh apapun, dengan pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida diukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme basal: a. b. c. d. e. f. 2. Ukuran tubuh Umur Jenis kelamin Iklim Jenis pakaian yang dipakai Jenis pekerjaan Merupakan energi yang diperlukan saat istirahat sebelum bekerja. Besarnya sekitar 10-15% lebih tinggi daripada metabolisme basal. 3. 4. Metabolisme Kerja Merupakan energi yang diperlukan saat melakukan aktivitas. Metabolisme Pemulihan Merupakan energi yang diperlukan untuk mengubah kembali : a. b. c. asam laktat menjadi glukosa ADP / AMP menjadi ATP Creatine menjadi creatine phospat

Metabolisme Istirahat

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

236

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

2.6 Kegiatan Otot Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot rangka. Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah mendapat rangsangan. Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu: 1. 2. Kontraktibilitas Kemampuan untuk berkontraksi / memendek. Ekstensibilitas Kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi. 3. Elastisitas Kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi. Jenis otot antara lain: 1. Otot lurik a. Nama lain Otot rangka, otot serat lintang (musculus striated) atau otot involunter, b. Struktur Serabut panjang, berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki inti dalam jumlah banyak dan terletak dipinggir, c. Kontraksi Menurut kehendak kita (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan cepat,kuat,mudah lelah dan tidak beraturan, d. Struktur anatomi dari otot rangka. 2. Otot Polos a. Nama lain Otot alat-alat dalam/visceral/musculus nonstriated/otot involunter, b. Struktur Bentuk serabut panjang seperti kumparan, dengan ujung runcing, dengan inti berjumlah satu terletak dibagiann tengah, c. Kontraksi Tidak menurut kehendak atau diluar kendali sistem saraf pusat, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah. 3. Otot jantung a. Nama lain

Myocardium atau musculus cardiata atau otot involunter.


LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

237

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

b. Struktur Bentuk serabutnya memanjang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis terang dan gelap. memiliki satu inti yang terletak di tengah, c. Kontraksi Tdak menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah. Agar penggunaan tenaga otot bisa optimal maka pengaturan cara kerja otot harus diperhatikan dengan benar. Kegiatan otot terdiri atas 2, sebagai berikut: 1. Kerja otot dinamik (berirama), Otot mengencang dan mengerut secara bergantian atau berirama. Sirkulasi darah dan O2serta metabolis akan berlangsung secara lancar. 2. Kerja otot statik (kerja tetap), Otot berada dalam posisi mengencang dalam waktu yang cukup lama. Mengencangnya otot dalam waktu lama akan menyebabkan aliran darah dan O2 terganggu. Kondisi tersebut mengakibatkan rasa sakit dan lelah pada otot.

Gambar 2.5 Kerja otot dinamik (a) dan kerja otot statik (b) Sumber: Sritomo (2008:278)

2.7 Kelelahan Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Makin berat beban yang dikerjakan dan gerakan semakin tidak teratur, maka fatigue akan timbul lebih cepat. Menurut Murrel (1965) kita masih mempunyai cadangan sebesar 25 kcal sebelum munculnya asam laktat sebagai tanda saat dimulainya waktu istirahat. Cadangan energi akan hilang jika kita bekerja lebih dari 5,0 kcal per menit. Selama periode istirahat, cadangan energi tersebut dibentuk kembali.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

238

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Timbulnya fatigue perlu dipelajari untuk menentukan tingkat kekuatan otot manusia, sehingga kerja yang akan dilakukan atau dibebankan dapat disesuaikan dengan kemampuan otot . Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari 3 hal, yaitu: 1. 2. 3. Perasaan lelah Perubahan fisiologis dalam tubuh Menurunnya kemampuan kerja Ketiga hal tersebut, pada dasarnya berkesimpulan sama yaitu bahwa kelelahan terjadi jika kemampuan otot telah berkurang dan lebih lanjut lagi mengalami puncaknya bila otot tersebut tidak mampu lagi bergerak (kelelahan sempurna).
Tabel 2.4. Klasifikasi Beban Kerja dan Reaksi Fisiologi
Tingkat Pekerjaan Energi Kkal/menit > 12,5 10,00-12,5 7,5-10,00 5,0-7,5 2,5-5,0 Kkal/8jam > 6000 4800-6000 3600,4800 2400-3600 1200-2400 Detak Jantung (detak/menit) >175 150-175 125-150 125-150 60-100 Konsumsi Energi (liter/detik) >2,5 2,0-2,5 1,5-2,0 1,0-1,5 0,5-1,0

Undully Heavy Very Heavy Heavy Moderate Light

Very Light <2,5 <1200 <60 <0,5 Sumber: Anonim,2010, http://apk.lab.uii.ac.id/download/modul/regular/Fisiologi.pdf. (diakses 6 Desember 2011)

2.7.1 Kelelahan Berdasarkan Proses Kerja dalam Otot Macam-macam kelelahan berdasarkan proses kerja dalam otot adalah sebagai berikut: 1. 2. Kelelahan otot atau kelelahan fisik ialah menurunnya kinerja sesudah mengalami stress tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak. Kelelahan umum ialah suatu perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas (Grandjean,1985). Perasaan adanya kelelahan secara umum adalah ditandai dengan berbagai kondisi antara lain: lelah pada organ penglihatan (mata), mengantuk, stress(pikiran tegang) dan rasa malas bekerja. Biasanya disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang sifatnya monoton), intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental dan psikologis, status kesehatan, dan gizi. 2.7.2 Kelelahan Berdasarkan Penyebab Kelelahan Macam-macam kelelahan berdasarkan penyebab kelelahan adalah sebagai berikut: 1. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah, penurunan waktu reaksi. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

239

MODUL 4
2.

FISIOLOGI KERJA

Faktor psikologi, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial. Selain itu, macam kelelahan berdasarkan penyebabnya juga bisa dibagi menjadi:

1. 2.

Lelah otot, yang dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu obyek (layar monitor), seperti yang dialami oleh operator komputer, misalnya akan terasa lelah. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang sama.

3.

Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja mental (proses berpikir sebagai contoh). Lelah mental ini seringkali pula disebut sebagai lelah otak.

4.

Lelah monotonis, adalah sejenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang sangat menjemukan.

2.7.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Beberapa faktor yang mempengaruhi kelelahan adalah: 1. Kapasitas kerja Kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam suatu medan kerja tertentu. 2. Jenis kelamin Dalam melakukan pekerjaan terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar antara tenaga kerja pria dan wanita: a. b. c. 3. Fisik yaitu ukuran dan kekuatan tubuh Biologi, yaitu adanya haid, kehamilan dan menopause Sosial kultural yaitu akibat kedudukan wanita sebagai ibu rumah tangga dan tradisi sebagai pencerminan kebudayaan. Umur Tenaga kerja yang berumur di atas 45 tahun akan cenderung mengalami peningkatan kelelahan jika dibandingkan tenaga kerja di bawah umur 45 tahun. Meningkatnya umur menyebabkan mudahnya pekerja mengalami kelelahan yang disebabkan oleh proses degenerasi dari organ yang menyebabkan kemampuan organ akan menurun.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

240

MODUL 4
4. Status gizi

FISIOLOGI KERJA

Konsumsi makanan setiap hari merupakan dasar yang menentukan keadaan gizi seseorang. Gizi kerja yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan pekerja sehingga pada akhirnya akan empengaruhi produktivitas. 5. Masa kerja Masa kerja dapat berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kerja kronik (bekerja minimal 13 tahun). Semakin lama tenaga kerja bekerja pada lingkungan kerja yang kurang nyaman dan tidak menyenangkan maka kelelahan pada orang tersebut akan menumpuk terus dari waktu ke waktu. 6. Tingkat pendidikan Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya langsung berhubungan dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga berdasarkan unit pengembangan diri serta kemampuan untuk memanfaatkan semua sarana yang ada untuk kelancaran tugasnya. Pendidikan merupakan kekuatan dinamis dalam mempengaruhi semua aspek kepribadian dan atau kehidupan individu. Lamanya mengenyam pendidikan formal berpengaruh terhadap status kesehatan maupun kelelahan kerja. 2.7.4 Pengukuran Kelelahan Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Pengukuran kelelahan kerja terbagi atas 2 macam yaitu pengukuran secara objektif dan pengukuran secara subyektif. Secara obyektif dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur untuk mengukur kelelahan kerja, antara lain: 1. Pengukuran waktu reaksi Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Biasanya waktu reaksi adalah jangka waktu pemberian suatu rangsangan sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu misalnya : a. b. c. 2. Nyala lampu sebagai awal dan pijat tombol sebagai akhir jangkauan waktu tertentu. Denting suara dan injak pedal. Sentuhan badan dan pemutaran setir. Dengan kelelahan-kelelahan kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah, semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara

Uji hilangnya kelipan (Flicker Fusion Test)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

241

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

dua kelipan.Salah satu alat uji kelip adalah buatan sibata.Uji kelipan menunjukkan pula keadaan kewaspadaan tenaga kerja. 3. Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi gerakan fisik. Aneka ragam kegiatan tubuh dan efisiensinya dapat dinilai seperti : a. b. c. d. 4. Keseimbangan badan ketika berdiri. Koordinasi mata dan tangan. Uji akomodasi mata dan tangan. Kemampuan tangan dan jari.

Kelelahan kerja akan menurunkan koordinasi dan efisiensi kegiatan fisik. Pendekatan dengan kemampuan konsentrasi Kecepatan dan ketelitian untuk menyelesaikan suatu atau serangkaian tugas yang diberikan merupakan pencerminan dari konsentrasi atau daya piker yang baik. Pengukuran secara subyektif dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). KAUPK2 merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja sebagai gejala subyektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Keluhan-keluhan pekerja sehari-hari membuat mereka mengalami kelelahan kronis, sehingga mereka dating ke poliklinik untuk berobat setelah perasaan ini dialaminya untuk beberapa waktu (Nasution,H.R).

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

242

MODUL 4 BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Diagram Alir Praktikum Berikut ini adalah diagram alir praktikum Fisiologi Kerja.

FISIOLOGI KERJA

START

Alat dan bahan

Studi Pustaka

Identifikasi Masalah

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Energi Expenditur

Waktu Istirahat

Konsumsi Energi

% CVL

Analisis GAP Gula Darah dan Konsumsi Energi

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

END Gambar 3.1 Diagram Alir Pratikum Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

243

MODUL 4
3.2 Peralatan Praktikum 3.2.1 Peralatan dan Bahan Praktikum

FISIOLOGI KERJA

Berikut merupakan peralatan dan bahan praktikum yang digunakan dalam praktikum ini: 1. Sepeda statis 2. Alalt tulis 3. Stopwatch 4. Timbangan berat badan 5. Glucotest 6. Pulse meter 7. Termometer badan 3.2.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi modul Fisiologi: 1. 1 orang anggota kelompok menjadi objek pengamatan 2. Mengukur berat badan objek pengamatan. 3. Mengukur heart rate dan kadar gula dalam darah sebelum melakukan aktifitas fisik. 4. Objek pengamatan melakukan aktivitas fisik selama 5 menit dan diukur heart rate tiap menitnya. 5. Mengukur heart rate tiap menitnya selama 5 menit dan mengukur kadar gula dalam darah.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

244

MODUL 4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Berat Badan

FISIOLOGI KERJA

Berikut ini adalah data berat badan yang diambil sebagai pengamatan awal praktikan pria maupun wanita.
Tabel 4.1 Rekap Data Berat Badan

Data Berat Badan No Kelompok 3 Kelompok 9 Kelompok 11 Kelompok 21 Kelompok 4 Kelompok 10 kelompok 12 Kelompok 20 4.1.2 Data Denyut Jantung Berikut ini adalah data denyut jantung yang diambil sebagai pengamatan awal pada praktikan pria dan wanita.
Tabel 4.2 Data Denyut Jantung Pria Data Denyut Jantung Pria Jenis Kelamin Kegiatan Nama NK Allan Agus Audy NK Allan Agus Audy NK Allan Agus Audy HR Normal 79 75 92 85 79 75 92 85 79 75 92 85 Heart Rate (pulse/min) 1 2 104 127 104 101 118 124 95 103 90 89 79 80 86 88 95 91 130 128 136 155 124 119 88 124

Nama NK Audy Allan Agus Erika Nindyta Chikitita Vica

Jenis Kelamin L L L L P P P P

Berat Badan (kg) 57,4 66,7 80,7 67,91 43,4 66,7 44,2 45,1

Sumber: Pengolahan Data

Aktivitas 1 Ringan

Pria

Recovery 1

Aktivitas 2 Sedang Sumber: Pengolahan Data

3 151 119 125 110 90 80 85 92 72 102 129 98

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

245

MODUL 4
Lanjutan Tabel 4.2 Data Denyut Jantung Pria Data Denyut Jantung Pria Jenis Kelamin Kegiatan Nama NK Allan Agus Audy NK Allan Agus Audy NK Allan Agus Audy HR Normal 79 75 92 85 79 75 92 85 79 75 92 85

FISIOLOGI KERJA

Recovery 2

Pria

Aktivitas 3 Berat

Recovery 3 Sumber: Pengolahan Data

Heart Rate (pulse/min) 1 2 89 92 87 83 96 95 91 91 77 129 97 90 114 98 119 102 91 90 102 89 90 95 97 85

3 88 82 93 92 111 96 121 120 99 90 88 95

Tabel 4.3 Data Denyut Jantung Wanita Data Denyut Jantung Wanita Jenis Kelamin Kegiatan Nama Chikititha Nindyta Vica Erika Chikititha Nindyta Vica Erika Chikititha Nindyta Vica Erika Chikititha Nindyta Vica Erika Chikititha Nindyta Vica Erika Chikititha Nindyta Vica Erika HR Normal 82 81 103 100 82 81 103 100 82 81 103 100 82 81 103 100 82 81 103 100 82 81 103 100 Heart Rate (pulse/min) 1 2 95 89 101 72 107 115 69 104 80 81 86 82 98 100 102 110 89 125 104 81 107 115 107 98 95 75 91 83 99 92 111 107 120 137 96 115 110 102 72 95 83 74 99 77 98 95 114 109

Aktivitas 1 Ringan

Recovery 1

Aktivitas 2 Sedang Wanita Recovery 2

Aktivitas 3 Berat

Recovery 3 Sumber: Pengolahan Data

3 76 102 105 101 84 84 98 102 139 92 105 120 80 101 102 109 128 140 121 96 89 92 99 105

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

246

MODUL 4
4.1.3 Data Kadar Glukosa

FISIOLOGI KERJA

Berikut ini adalah data kadar glukosa yang diambil sebagai pengamatan awal pada praktikan pria dan wanita:
Tabel 4.4 Data Kadar Glukosa

Data Kadar Glukosa No 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Nur K Allan Agus Audy Vica Chikititha Erika Nindyta Jenis Kelamin L L L L P P P P Kadar Glukosa Sebelum Sesudah 77 81 73 88 53 77 93 77 86 107 116 121 58 69 88 65

Sumber: Pengolahan Data

4.1.4 Data Suhu Badan Berikut ini adalah data suhu badan yang diambil sebagai pengamatan awal pada praktikan pria dan wanita:
Tabel 4.4 Data Suhu Badan

Data Suhu Badan No 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama NK Allan Agus Audy Chikititha Nindyta Vica Erika Jenis Kelamin L L L L P P P P Suhu Badan Sebelum 37 37,4 37,4 37,2 37,4 38,2 37,6 38,1 Sesudah 36,9 36,8 37 37,5 37,4 38,5 37,3 38,3

Sumber: Pengolahan Data

4.2 Pengolahan dan Analisis Data Berdasarkan data yang telah diperoleh, selanjutnya membuat grafik hubungan antara berat badan dan denyut jantung, kemudian menghitung dan menganalisis denyut jantung tersebut. Analisis dan perhitungan dilakukan dengan menghitung energi ekspenditur, konsumsi energy, %CVL, time recovery, serta perhitungan GAP glukosa.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

247

MODUL 4
4.2.1 Grafik Hubungan Berat Badan dan Denyut Jantung

FISIOLOGI KERJA

Berikut ini adalah grafik hubungan berat badan dan denyut jantung praktikan pria pada saat melakukan aktivitas:

Denyut Jantung Pria


100 Denyut Jantung 80 60 40 20 0 57.4 80.7 67.91 66.7 Berat Badan Gambar 4.1 Grafik denyut jantung pria Sumber: Pengolahan Data denyut Jantung Pria

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa berat badan tidak mempengaruhi jumlah denyut jantung seseorang. Seseorang dengan berat badan 67,91 kg bisa memiliki denyut jantung normal sebanyak 92 denyut/menit, lebih tinggi dari seseorang dengan berat badan 80,7 kg yang memiliki denyut jantung normal sebanyak 75. Berikut ini adalah grafik hubungan berat badan dan denyut jantung pada praktikan wanita :

Denyut Jantung Wanita


Denyut Jantung 150 100 50 0 44.2 66.7 45.1 43.4 Berat Badan Gambar 4.2 Grafik denyut jantung wanita Sumber: Pengolahan Data Denyut jantung wanita

Pada grafik hubungan berat badan dan denyut jantung wanita menunjukkan bahwa berat badan tidak mempengaruhi jumlah denyut jantung seseorang. Seseorang dengan berat badan 44,2 kg bisa memiliki denyut jantung , lebih rendah dari seseorang dengan berat badan 45,1 kg yang memiliki denyut jantung sebanyak 103. Pada umumnya hubungan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

248

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

antara berat badan dan denyut jantung wanita adalah berbanding lurus, yaitu semakin besar berat badan maka semakin tinggi jumlah denyut jantungnya. Bisa diartikan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi denyut jantung normal seseorang, seperti aktivitas kesehariannya dan kebugaran jasmaninya. Berikut ini adalah grafik hubungan berat badan dan denyut jantung pada praktikan pria dan wanita:

120 Denyut Jantung 100 80 60 40 20 0

Grafik Hubungan Antara Denyut Jantung dan Berat Badan


Denyut jantung Pria Denyut Jantung Wanita

57.4

80.7

67.91

66.7

Berat Badan Gambar 4.3 Grafik hubungan antara denyut jantung dan berat badan Sumber: Pengolahan Data

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa denyut jantung normal seseorang tidak berhubungan dengan jenis kelamin ataupun berat badan. Dilihat dari grafik bahwa denyut jantung pria tidak selalu lebih banyak dari perempuan. Juga berat badan tidak mempengaruhi banyaknya denyut jantung. Jumlah denyut jantung akan dipengaruhi oleh aktivitas yang biasa dilakukan seseorang. 4.2.2 Perhitungan dan Analisis Data Denyut Jantung pada Pria dan Wanita Perhitungan yang dilakukan pada perhitungan dan analisis data denyut jantung pada pria dan wanita, yaitu perhitungan energy ekspenditur, konsumsi energi, %CVL, dan time

recovery.
Berikut ini adalah tabel denyut jantung pada praktikan pria dan wanita saat melakukan aktivitas:
Tabel 4.5 Denyut Jantung Pria dan Wanita Heart Rate Aktivitas Replikasi Pria Wanita 1 104 101 (W) Ringan 2 127 72 3 151 102 1 90 86 (R) Ringan 2 89 82 3 90 84 Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

249

MODUL 4
Lanjutan Tabel 4.5 Denyut Jantung Pria dan Wanita Heart Rate Aktivitas Replikasi Pria Wanita 1 130 104 (W) Sedang 2 128 81 3 72 92 1 89 91 (R) Sedang 2 92 83 3 88 101 1 77 96 (W) Berat 2 129 115 3 111 140 1 91 99 (R) Berat 2 90 77 3 99 92 Sumber: Pengolahan Data

FISIOLOGI KERJA

Berikut ini adalah grafik denyut jantung pada praktikan pria saat melakukan aktivitas:

Heart Rate Pria


160 140 120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 (W) (R) (W) (R) Ringan Ringan Sedang Sedang Aktivitas (W) (R) Berat Berat Heart Rate

Heart Rate

Gambar 4.4 Grafik heart rate pria Sumber: Pengolahan Data

Pada grafik denyut jantung pratikan pria yang melakukan aktivitas olah raga dengan berat tarikan ringan, sedang, berat dapat dilihat bahwa denyut jantung terendah 72 denyut/menit dan tertinggi adalah 151 denyut/menit.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

250

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Berikut ini adalah grafik denyut jantung pada praktikan wanita saat melakukan aktivitas:

160 140 120 100 80 60 40 20 0

Heart Rate Wanita

Heart Rate

Heart Rate 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 (W) (R) (W) (R) (W) Ringan Ringan Sedang Sedang Berat Aktivitas (R) Berat

Gambar 4.5 Grafik heart rate wanita Sumber: Pengolahan Data

Pada grafik denyut jantung pratikan wanita yang melakukan aktivitas olah raga dengan berat tarikan ringan, sedang, berat dapat dilihat bahwa denyut jantung terendah 72 denyut/menit dan tertinggi adalah 140 denyut/menit. Berikut ini adalah grafik denyut jantung pada praktikan pria dan wanita saat melakukan aktivitas:

160 140 120 Heart Rate 100 80 60 40 20 0

Heart Rate Pria dan Wanita

Heart Rate Pria Heart Rate Wanita 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 (W) Ringan (R) (W) (R) Ringan Sedang Sedang Aktivitas (W) (R) Berat Berat

Gambar 4.6 Grafik heart rate pria dan wanita Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

251

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Pada grafik denyut jantung pratikan pria yang melakukan aktivitas olah raga dengan berat tarikan ringan, sedang, berat dapat dilihat bahwa denyut jantung terendah pada pria 72 denyut/menit dan tertinggi 151 denyut/menit sedangkan pada wanita terendah 72 denyut/menit dan tertinggi adalah 140 denyut/menit. 4.2.2.1 Perhitungan Energi Ekspenditur denyut jantung

Dimana y : Energi Ekspenditur x : Heart rate Contoh Perhitungan Aktivitas Ringan 1. Pria Diketahui: x = 104

2.

Wanita Diketahui: x = 101

Berikut ini tabel perhitungan energi ekspenditur:


Tabel 4.6 Perhitungan Nilai Ekspenditur

Aktivitas (W) Ringan (R) Ringan (W) Sedang

Replikasi 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Heart Rate Pria Wanita 104 101 127 72 151 102 90 86 89 82 90 84 130 104 128 81 72 92

Energi Ekspenditur Pria Wanita 4,524379 4,302975 6,503909 2,6005 9,10162 4,375833 3,563805 3,32332 3,502269 3,097931 3,563805 3,208739 6,798904 4,524379 6,601297 3,043942 2,6005 3,689709

Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

252

MODUL 4
Lanjutan Tabel 4.6 Perhitungan Nilai Ekspenditur

FISIOLOGI KERJA

Aktivitas (R) Sedang

Replikasi 1 2 3 1 2 3 1 2 3

(W) Berat

(R) Berat

Heart Rate Pria Wanita 89 91 92 83 88 101 77 96 129 115 111 140 91 99 90 77 99 92

Energi Ekspenditur Pria Wanita 3,502269 3,626285 3,689709 3,152863 3,441676 4,302975 2,837422 3,952837 6,699629 5,408842 5,07401 7,843545 3,626285 4,160089 3,563805 2,837422 4,160089 3,689709

Sumber: Pengolahan Data

Keterangan x : Heart Rate y : Energi Ekspenditur X1 : Operator Pria X2 : Operator Wanita Berdasarkan hasil perhitungan energi ekspenditur pada tabel 4.6 dapat dibuat grafik energi ekspenditur pada praktikan pria sebagai berikut:

Energi Ekspenditur Pria


10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 (W) (R) (W) (R) (W) (R) Ringan Ringan Sedang Sedang Berat Berat Aktivitas Gambar 4.7 Grafik energi ekspenditur pria Sumber: Pengolahan Data Ekspenditur

Energi Ekspenditur

Grafik di atas menunjukkan perubahan energi ekspenditur per menitnya pada saat aktivitas dan recovery. Nilai ekspendetur tertinggi terjadi pada aktivitas dengan aktivitas sedang menit ke-3 sebesar 9,10162 kkal/menit.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

253

MODUL 4
Berikut ini adalah grafik energi ekspenditur pada praktikan wanita:

FISIOLOGI KERJA

Energi Ekspenditur Wanita


9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 (W) (R) (W) (R) (W) Ringan Ringan Sedang Sedang Berat Aktivitas (R) Berat Ekspenditur

Energi Ekspenditur

Gambar 4.8 Grafik energi ekspenditur wanita Sumber: Pengolahan Data

Grafik di atas menunjukkan perubahan energi ekspenditur per menitnya pada saat aktivitas dan saat recovery. Sama halnya pada grafik pada pria, energi ekspenditur pada wanita pun memiliki nilai yang lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas. Nilai ekspenditur tertinggi juga sama, terjadi pada saat aktivitas berat menit ke-3 sebesar 7,843545. Peningkatan dan penurunan energi ekspenditur dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan denyut jantung sehingga trend pada grafik ini hampir sama dengan grafik heart

rate/menit. Berikut ini adalah grafik energi ekspenditur pada praktikan pria dan wanita:

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Energi Ekspenditur Pria dan Wanita

Ekspenditur

Energi Ekspenditur Pria

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 (W) Ringan (R) (W) (R) Ringan Sedang Sedang Aktivitas (W) (R) Berat Berat

Gambar 4.9 Grafik energi ekspenditur pria dan wanita Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

254

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa grafik energi ekspenditur untuk pria rata-rata memiliki nilai energi ekspenditur yang lebih tinggi daripada wanita baik pada saat melakukan aktivitas atau pada saat recovery. 4.2.2.2 Perhitungan Konsumsi Energi Menghitung energi dari konsumsi energi, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung nilai energy ekspenditur rata-rata dari tiap kegiatan kemudian mencari nilai konsumsi energi. Dengan perhitungan rumus: KE- Et - Ei Dimana: KE Et Ei = Konsumsi Energi (Kkal) = Energi Ekspenditur Aktivitas (Kkal) = Energi Ekspenditur Recovery (Kkal)
Tabel 4.7 Perhitungan Nilai Ekspenditur Rata-rata

Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut ini: Heart Rate Pria Wanita 104 101 127 72 151 102 90 86 89 82 90 84 130 104 128 81 72 92 89 91 92 83 88 101 77 96 129 115 111 140 91 99 90 77 99 92 Energi Ekspenditur Pria Wanita 4,524379 4,30297453 6,503909 2,60050027 9,10162 4,37583253 3,563805 3,32332047 3,502269 3,09793109 3,563805 3,20873885 6,798904 4,52437893 6,601297 3,04394241 2,6005 3,68970851 3,502269 3,62628517 3,689709 3,15286324 3,441676 4,30297453 2,837422 3,95283653 6,699629 5,40884193 5,07401 7,8435448 3,626285 4,16008893 3,563805 2,83742236 4,160089 3,68970851

Aktivitas Replikasi (W) Ringan (R) Ringan (W) Sedang (R) Sedang (W) Berat (R) Berat 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Rata Pria

Rata Wanita

6,709969406

3,759769112

3,543293164

3,209996803

5,333567015

3,752676618

3,544551119

3,694040981

4,870353834

5,735074418

3,783393135

3,562406601

Sumber: Pengolahan Data

Contoh perhitungan konsumsi energi pria : 1. Aktivitas ringan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

255

MODUL 4
2. 3. Aktivitas sedang Aktivitas berat

FISIOLOGI KERJA

Tabel 4.8 Perhitungan Konsumsi Energi

Aktivitas Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat

Jenis Kelamin L

Nama

NK

Nindyta

Rata-rata Energi Ekspenditur Aktivitas Recovery 6,709969406 3,543293164 5,333567015 3,544551119 4,870353834 3,783393135 3,759769112 3,209996803 3,752676618 3,694040981 5,735074418 3,562406601

Konsumsi Energi 3,166676242 1,789015896 1,086960699 0,54977231 0,058635637 2,172667817

Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan perhitungan konsumsi energi pada tabel 4.7, dapat dibuat grafik konsumsi energi pada praktikan pria sebagai berikut:

Konsumsi Energi Pria


3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Ringan Sedang Aktivitas Gambar 4.10 Grafik konsumsi energi pria Sumber: Pengolahan Data Berat Konsumsi Energi

Konsumsi Energi

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan dari konsumsi energi yang dibutuhkan dari aktivitas ringan sebesar 3,16 kkal/menit, aktivitas rendah 1,78 kkal/menit, aktivitas berat 1,08 kkal/menit.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

256

MODUL 4
Berikut ini adalah grafik konsumsi energi pada praktikan wanita:

FISIOLOGI KERJA

2.5 Konsumsi Energi 2

Konsumsi Energi Wanita

1.5 1 Konsumsi Energi

0.5 0 Ringan Sedang Aktivitas Gambar 4.11 Grafik konsumsi energi wanita Sumber: Pengolahan Data Berat

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan dari konsumsi energi yang dibutuhkan dari ringan sebesar 0,54 kkal/menit menjadi 0,05 kkal/menit, namun terjadi kenaikan konsumsi energi pada saat aktivitas berat yakni sebesar 2,17 kkal/menit. Terjadi kenaikan pula pada konsumsi energi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sehingga konsumsi energi yang dibutuhkan tidak stabil. Berikut ini adalah grafik konsumsi energi pada praktikan pria dan wanita:

3.5 3

Konsumsi Energi Pria dan Wanita

Konsumsi Energi

2.5 2 1.5 1 0.5 0 Ringan Sedang Aktivitas Gambar 4.12 Grafik konsumsi energi pria dan wanita Sumber: Pengolahan Data Berat Konsumsi Energi Wanita Konsumsi Energi Pria

Dari grafik diatas terlihat bahwa konsumsi energi wanita lebih besar dari konsumsi energi pria. Pada grafik wanita terlihat terjadi kenaikan konsumsi energi namun pada pria

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

257

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

justru sebaliknya yaitu terjadi penurunan konsumsi energi hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sehingga konsumsi energi yang dibutuhkan tidak stabil. 4.2.2.3 Perhitungan % CVL Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan CVL pada praktikan pria dan wanita Ergo II. Contoh perhitungan manual % CVL pria: 1. Aktivitas ringan

2.

Aktivitas sedang

3.

Aktivitas berat

Tabel 4.9 Perhitungan % CVL Pria RATA-RATA HR (PULSE/MIN) JENIS AKTIVITAS % CVL Aktivitas Recovery Ringan 115,0833333 87,08333333 0,2479705 Sedang 117,0833333 89,91666667 0,2467827 Berat 106,1666667 92,58333333 0,1264546 Sumber: Pengolahan Data Tabel 4.10 Perhitungan % CVL Wanita RATA-RATA HR (PULSE/MIN) JENIS AKTIVITAS % CVL Aktivitas Recovery Ringan 94,66666667 92,25 0,0275404 Sedang 106,8333333 95,41666667 0,1349754 Berat 111 94,5 0,1929825 Sumber: Pengolahan Data

Keterangan Tidak Terjadi Kelelahan Tidak Terjadi Kelelahan Tidak Terjadi Kelelahan

Keterangan Tidak Terjadi Kelelahan Tidak Terjadi Kelelahan Tidak Terjadi Kelelahan

Berdasarkan hasil perhitungan % CVL pada tabel 4.7, dapat dibuat grafik % CVL praktikan pria sebagai berikut:

CVL Pria
0.3 % CVL 0.2 0.1 0 Ringan Sedang Aktivitas Gambar 4.13 Grafik % CVL pria Sumber: Pengolahan Data Berat CVL Pria

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

258

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Berdasarkan dari grafik % CVL Pria dapat disimpulkan denyut jantung tidak berdasarkan dari aktivitasnya, yang seharusnya semakin berat aktivitas semakin naik pula grafik CVL. Berdasarkan hasil perhitungan % CVL pada tabel 4.7, dapat dibuat grafik % CVL praktikan pria sebagai berikut:

CVL Wanita
0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 Ringan Sedang Aktivitas Gambar 4.14 Grafik % CVL wanita Sumber: Pengolahan Data Berat % CVL

CVL Wanita

Berdasarkan dari grafik % CVL Wanita dapat disimpulkan berbeda dengan grafik CVL Pria, denyut jantung berdasarkan dari aktivitasnya, semakin berat aktivitas semakin naik pula grafik CVL.

0.3 0.25 0.2 % CVL 0.15 0.1 0.05 0 Ringan

CVL GABUNGAN

CVL Pria CVL Wanita

Sedang Aktivitas

Berat

Gambar 4.15 Grafik % CVL pria dan wanita Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan dari grafik % CVL pria maupun wanita, terlihat berbeda dikarenakan dari pria bukan disebabkan oleh faktor aktivitas, berbeda dengan wanita yang dipengaruhi faktor aktivitas.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

259

MODUL 4
4.2.2.4 Perhitungan Time Recovery

FISIOLOGI KERJA

Hasil perhitungan time recovery untuk pria dan wanita pada setiap jenis aktivitas disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.11 Perhitungan Time Recovery Rata-rata Energi Ekspenditur Nama Konsumsi Energi Aktivitas Recovery 6,709969406 L NK 5,333567015 4,870353834 3,759769112 P Nindyta 3,752676618 5,735074418 3,543293164 3,544551119 3,783393135 3,209996803 3,694040981 3,562406601 3,166676242 1,789015896 1,086960699 0,54977231 0,058635637 2,172667817

Aktivitas Ringan Sedang Berat Ringan Sedang

Jenis Kelamin

Time Recovery -52,43330221 -77,59624982 -26,20687916 -38,23670345 -41,42349932 -60,29063962

Berat Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan hasil time recovery dapat diketahui hasil yang negative menunjukkan bahwa kegiatan tersebut tidak membutuhkan waktu istirahat, sedangkan hasil positif menunjukkan bahwa aktivitas tersebut membutuhkan waktu istirahat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua aktivitas tidak membutuhkan waktu istirahat ditunjukkan dengan hasil time recovery yang negatif. 4.2.3 Grafik Hubungan antara GAP Glukosa dan Konsumsi Energi Pada sub-bab ini akan membahas mengenai GAP kadar glukosa sebelum dan sesudah beraktivitas. Tabel GAP kadar glukosa sebelum dan sesudah aktivitas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Data Kadar Glukosa Data Kadar Glukosa Kadar Glukosa Jenis No Nama Kelamin Sebelum Sesudah 1 Nur K L 77 81 2 Allan L 73 88 3 Agus L 53 77 4 Audy L 93 77 5 Vica P 86 107 6 Chikititha P 116 121 7 Erika P 58 69 8 Nindyta P 88 65 Sumber: Pengolahan Data

Perhitungan nilai rata-rata energi ekspenditur dan konsumsi energi disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.13 Rata-rata energi ekspenditur dan konsumsi energi Rata-rata Energi Ekspenditur Jenis Konsumsi Aktivitas Nama Kelamin Energi Aktivitas Recovery Ringan 4,862040758 2,973529951 1,888510807 L Allan Sedang 7,125868542 3,210940269 3,914928273 Berat 3,845873008 3,813968908 0,0319041 Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

260

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Lanjutan Tabel 4.13 Rata-rata energi ekspenditur dan konsumsi energi Rata-rata Energi Ekspenditur Jenis Konsumsi Aktivitas Nama Kelamin Energi Aktivitas Recovery Ringan 3,392019742 3,08119282 0,310826922 P Chikititha Sedang 5,849689037 3,205453217 2,64423582 Berat 6,65671745 3,115856946 3,540860504 Ringan 4,442644874 3,73387767 0,708767204 L Audy Sedang 4,583047564 3,647426286 0,935621278 Berat 5,327736848 3,724058149 1,603678699 Ringan 3,765674025 4,581442121 -0,815768097 P Erika Sedang 4,89764835 4,913513528 -0,015865178 Berat 3,479658708 4,945347255 -1,465688547 Ringan 6,066413475 3,343518115 2,72289536 L Agus Sedang 6,225267625 3,864183723 2,361083901 Berat 5,117724418 3,630373526 1,487350892 Ringan 4,921061256 4,137060888 0,784000368 P Vica Sedang 4,921061256 4,075209992 0,845851263 Berat 5,102628962 4,045263197 1,057365765 6,709969406 3,543293164 Ringan 3,166676242 L NK 5,333567015 3,544551119 Sedang 1,789015896 4,870353834 3,783393135 Berat 1,086960699 3,759769112 3,209996803 Ringan 0,54977231 P Nindyta 3,752676618 3,694040981 Sedang 0,058635637 5,735074418 3,562406601 Berat 2,172667817 Sumber: Pengolahan Data

Berikut ini adalah tabel hubungan antara konsumsi energi dan GAP kadar glukosa:
Tabel 4.14 Hubungan antara konsumsi Energi dengan GAP Kadar Glukosa Kadar Glukosa Jenis Nama KE GAP Kelamin sebelum sesudah Erika P -1,4656885 58 69 11 Erika P -0,8157681 58 69 11 Erika P -0,0158652 58 69 11 Allan L 0,0319041 73 88 15 Nindyta P 0,05863564 88 65 23 Chikititha P 0,31082692 116 121 5 Nindyta P 0,54977231 88 65 23 Audy L 0,7087672 93 77 16 Vica P 0,78400037 86 107 21 Vica P 0,84585126 86 107 21 Audy L 0,93562128 93 77 16 Vica P 1,05736577 86 107 21 NK L 1,0869607 77 81 4 Agus L 1,48735089 53 77 24 Audy L 1,6036787 93 77 16 NK L 1,7890159 77 81 4 Allan L 1,88851081 73 88 15 Nindyta P 2,17266782 88 65 23 Agus L 2,3610839 53 77 24 Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

261

MODUL 4

FISIOLOGI KERJA

Lanjutan Tabel 4.14 Hubungan antara konsumsi Energi dengan GAP Kadar Glukosa Kadar Glukosa Jenis Nama KE GAP Kelamin sebelum sesudah Chikititha P 2,64423582 116 121 5 Agus L 2,72289536 53 77 24 NK L 3,16667624 77 81 4 Chikititha P 3,5408605 116 121 5 Allan L 3,91492827 73 88 15 Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan rekap perhitungan pada tabel, maka diperoleh grafik hubungan antara konsumsi energi dan GAP kadar glukosa sebagai berikut:

GAP
30 25 20 GAP 15 y = 0,591x + 13,27 10 5 0 -2 -1 0 1 2 3 4 5 Gambar 4.16 Grafik hubungan antara konsumsi energi dan GAP kadar glukosa Sumber: Pengolahan Data Linear (GAP) Linear (GAP)

Berdasarkan grafik diatas didapatkan persamaan yaitu y= 0,591x + 13,27. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 0,591x akan menyebabkan kenaikan sebesar 1 y. Hubungan antara x (konsumsi energi) dengan y (GAP kadar glukosa) adalah berbanding lurus.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

262

MODUL 4 BAB V PENUTUP


5.1 Kesimpulan Kesimpulan pada praktikum fisiologi kerja ini antara lain: 1.

FISIOLOGI KERJA

Dari grafik hubungan berat badan dengan denyut jantung dapat disimpulkan bahwa denyut jantung normal seseorang tidak berhubungan dengan jenis kelamin ataupun berat badan. Dilihat dari grafik bahwa denyut jantung pria tidak selalu lebih banyak dari perempuan. Juga berat badan tidak mempengaruhi banyaknya denyut jantung. Jumlah denyut jantung akan dipengaruhi oleh aktivitas yang biasa dilakukan seseorang.

2.

Pada grafik denyut jantung pratikan pria yang melakukan aktivitas olah raga dengan berat tarikan ringan, sedang, berat dapat dilihat bahwa denyut jantung terendah pada pria 72 denyut/menit dan tertinggi 151 denyut/menit sedangkan pada wanita denyut jantung terendah 72 denyut/menit dan tertinggi adalah 140 denyut/menit.

3.

Dari grafik energi ekspenditur dapat dilihat bahwa grafik energi ekspenditur untuk pria rata-rata memiliki nilai energi ekspenditur yang lebih tinggi daripada wanita baik pada saat melakukan aktivitas atau pada saat recovery.

4.

Dari grafik konsumsi energi terlihat bahwa konsumsi energi wanita lebih besar dari konsumsi energi pria. Pada grafik wanita terlihat terjadi kenaikan konsumsi energi namun pada pria justru sebaliknya yaitu terjadi penurunan konsumsi energi hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sehingga konsumsi energi yang dibutuhkan tidak stabil.

5.

Berdasarkan dari grafik % CVL pria maupun wanita, terlihat berbeda dikarenakan dari pria bukan disebabkan oleh faktor aktivitas, berbeda dengan wanita yang dipengaruhi faktor aktivitas.

6.

Berdasarkan hasil time recovery

dapat diketahui hasil yang negative menunjukkan

bahwa kegiatan tersebut tidak membutuhkan waktu istirahat, sedangkan hasil positif menunjukkan bahwa aktivitas tersebut membutuhkan waktu istirahat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua aktivitas tidak membutuhkan waktu istirahat ditunjukkan dengan hasil time recovery yang negative. 7. Berdasarkan grafik diatas didapatkan persamaan yaitu y= 0,591x + 13,27. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 0,591x akan menyebabkan kenaikan sebesar 1 y. Hubungan antara x (konsumsi energi) dengan y (GAP kadar glukosa) adalah berbanding lurus.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

263

MODUL 4
5.2 Saran 1. 2. 3.

FISIOLOGI KERJA

Sebelum melakukan praktikum, praktikan sebaiknya mempelajari modul terlebih dahulu. Praktikan seharusnya lebih fokus dan tidak bercanda pada saat pengambilan data. Sebaiknya operator pada saat praktikum, tidak makan sebelum melakukan praktikum.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

264

You might also like