You are on page 1of 36

GLOBAL METODOLOGI PENELITIAN

KUMPULAN LITERATUR DAN DEFINISI

JAYATA.COMPUTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan. Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan (Sugiyono, 2009 : 32). Latar belakang masalah berisi tentang apa yang menjadi masalah penelitian, alasan mengapa masalah itu penting dan perlu diteliti,masalah tersebut harus didukung dengan data empiris sehingga jelas memang ada masalah yang akan diteliti. Latar belakang terdiri dari 4 bahasan : 1. Bahasan pertama yaitu introduction Berisi tentang masalah yang akan diteliti. Penelitian langsung mengungkapkan permasalahan inti yaitu pengertian dari sesuatu yang akan dibahas. Permasalahan bisa diungkapkan dengan melihat fenomena yang ditemukan ditempat penelitian atau dimasyarakat. Sebaiknya diuraikan secara sistematis, ringkas dan terarah pada suatu permasalahan yang ingin diteliti. 2. Bahasan kedua yaitu justifikasi Berupa besarnya masalah dan pengaruh yang timbul terhadap kesehatan. Justifikasi adalah pembenaran dan bukti secara outentik tentang keberadaan masalah yang diuraikan,maka data ini diperkuat dengan data kuantitatif yang berupa jumlah kejadian peristiwa yang diperoleh dari data internasional,nasional dan lokal. Dan diupayakan data yang mutakhir yang dapat diperoleh dari survey awal. 3. Bahasan ketiga yaitu kronologis Berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah. Kronologis ini berisi tentang bagaimana kejadian suatu masalah sampai timbulnya sebab dan akibat jika masalah tersebut tidak ditangani. Ini dapat diuraikan tentang teori masing masing variabel dan hubungannya serta akibat jika masalah tersebut tidak diselesaikan. 4. Bahasan keempat yaitu solusi Berupa konsep pemecahan yang sudah dan akan digunakan. Berisi tentang alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah dan dampak yang ditimbulkannya.diupayakan tidak hanya satu solusi supaya beberapa pihak yang terkait dengan penelitian dapat dijelaskan.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2009 : 35). Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian : 1. Rumusan masalah deskriptif 2. Rumusan masalah komparatif 3. Rumusan masalah assosiatif 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara kebudayaan lingkungan dengan kepatuhan beribadah pada masyarakat. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi kebudayaan lingkungan dalam masyarakat setempat. 2. Mengidentifikasi kepatuhan beribadah pada masyarakat setempat. 3. Menganalisa hubungan antara kebudayaan lingkungan dengan kepatuhan

beribadah pada masyarakat. 1.4 Manfaat Penelitian Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Manfaat bagi ilmu pengetahuan 2. Manfaat Praktis a. Bagi akademis b. Bagi masyarakat umum c. Bagi pemerintah d. Bagi peneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep/Teori tentang masalah penelitian Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teori untuk pelaksanaan penelitian (Sugiyono, 2009 : 52). Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistemik.

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual 1. Sugiyono Kerangka konseptual atau kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2009 : 60). 2. Agus Riyanto Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan (Agus, 2011 : 65). 3. A.Aziz Alimul Hidayat Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 36). Kerangka konseptual merupakan gambaran atau arahan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti, atau memiliki arti hasil sebuah sintesis dari proses berpikir deduktif maupun induktif, dengan kemampuan kreatif dan inovatif diakhiri konsep atau ide baru (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 22). 4. Setiadi Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007 : 117). 5. Soekidjo Notoatmodjo Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Soekidjo, 2005 : 69). 3.2 Hipotesis Penelitian 1. Sugiyono Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2009 : 64). 2. Agus Riyanto Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Agus, 2011 : 84).

3. A.Aziz Alimul Hidayat Hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 39). Hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang adpat diuji secara empiris (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 26). Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 27). 4. Setiadi Hipotesis didalam penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Setiadi, 2007 : 119). 5. Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan penelitian (Nursalam, 2003:57). CONTOH HIPOTESIS Hipotesis terbagi menjadi 2 yaitu : - Hipotesis awal (H0) - Hipotesis penelitian (H1) 1. Hipotesis korelasi/assosiatif H0 : Tidak ada hubungan antara kebudayaan lingkungan dengan kepatuhan beribadah pada masyarakat. 2. Hipotesis komparatif

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian 1. Sugiyono 1) Pre-experimental Designs (nondesigns) Pre-experimental Designs (nondesigns) yaitu desain yang belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. (Sugiyono, 2009 : 74). Bentuk Pre-experimental Designs ada beberapa macam yaitu : a. One-Shot Case Study Yaitu suatu kelompok diberi treatment/perlakuan dan

selanjutnya

diobservasi hasilnya. Treatment adalah sebagai variabel independen dan hasilnya adalah sebagai variabel dependen (Sugiyono, 2009 : 74). b. One-Group Pre Test-Post Test Design Yaitu desain yang terdapat pre test dan post test, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2009 : 74). c. Intact-Group Comparison Yaitu satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan) (Sugiyono, 2009 : 75). 2) True Experimental Design True Experimental Design adalah desain penelitian dengan eksperimen yang betul-betul. Dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen (Sugiyono, 2009 : 75). Bentuk design True Experimental yaitu : a. Post test Only Control Design Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan dan kelompok yang lain tidak (Sugiyono, 2009 : 76). b. Pre test Post test Control Group Design Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2009 : 76).

3) Factorial Design Desain faktorial merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderat yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing diberi pre test (Sugiyono, 2009 : 76). 4) Quasi Experimental Design Quasi Experimental Design merupakan pengembangan dari True Experimental Design, yang sulit dilaksanakan. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Quasi Experimental Design adalah desain yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2009 : 77). Bentuk Quasi Experimental Design yaitu : a. Time Series Design Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pre test sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2009 : 78). b. Non Equivalent Control Group Design Desain ini hampir sama dengan pre test post test control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2009 : 78). 2. Agus Riyanto Desain penelitian merupakan kerangka acuan bagi peneliti untuk mengkaji hubungan antar variabel dalam suatu penelitian (Agus, 2011 : 27). 1) Desain penelitian survei analitik Desain penelitian survei analitik adalah suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan antara faktor risiko (faktor yang mempengaruhi efek) dengan faktor efek (faktor yang dipengaruhi oleh risiko) (Agus, 2011 : 28). a. Desain penelitian cross sectional (transversal) Penelitian cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Agus, 2011 : 28). b. Desain penelitian case control (kasus-kontrol) Desain penelitian case control merupakan suatu penelitian yang mempelajari faktor risiko dengan pendekatan retrospektif, artinya penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kelompok yang terkena penyakit atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol), kemudian mengidentifikasi 8

faktor risiko terjadinya pada waktu yang lalu, sehingga dapat menerangkan mengapa kasus terkena, sedangkan kontrol tidak terkena efek (Agus, 2011 : 34). c. Desain penelitian cohort Desain penelitian kohort merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif (Agus, 2011 : 43). 2) Desain penelitian eksperimen Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang melakukan kegiatan percobaan (exsperiment) yang bertujuan untuk mengetahu suatu gejala yang timbul sebagai akibat dari suatu perlakuan atau percobaan tertentu (Agus, 2011 : 51). a. Desain penelitian pra-eksperimen a) Postest Only Design (One Shot Case Study) Postest Only Design adalah penelitian dengan perlakuan telah dilakukan, kemudian dilakukan observasi atau postest (Agus, 2011 : 56). b) One Group Pretest-Postest One Group Pretest-Postest adalah penelitian yang sudah dilakukan observasi pertama (pretes) sehingga peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan, tetapi dalam desain ini tidak ada kelompok kontrol (pembanding) (Agus, 2011 : 56). c) Static Group Comparison Static Group Comparison yaitu penelitian dengan perlakuan telah dilakukan kemudian dilakukan observasi atau postest, dan terdapat kelompok pembanding (kontrol) (Agus, 2011 : 57). b. Desain penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) a) Desain rangkaian waktu (Time Series Design) Desain rangkaian waktu (Time Series Design) adalah suatu penelitian dengan menggunakan pretes-postes, dimana pengukuran (tes) dilakukan secara berulang-ulang sebelum dan sesudah perlakuan, tetapi dalam desain ini tidak ada kelompok kontrol (pembanding) (Agus, 2011 : 58). b) Desain rangkaian waktu dengan kelompok pembanding (Control Time Series Design) Desain rangkaian waktu dengan kelompok pembanding (Control Time Series Design) adalah suatu penelitian dengan menggunakan pretes-postes, dimana pengukuran (tes) dilakukan secara berulang-ulang sebelum dan sesudah perlakuan, tetapi dengan menggunakan kelompok kontrol (pembanding) (Agus, 2011 : 58). c) Desain Non-Equivalent Control Group Desain Non-Equivalent Control Group

adalah

penelitian

yang

membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama sehingga sering dilakukan penelitian lapangan (Agus, 2011 : 58). d) Desain Separate Sample Pretest-Posttest 9

Desain Separate Sample Pretest-Posttest adalah suatu penelitian yang pengukuran pertama (pretes) dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara random dari populasi tertentu, kemudian dilakukan perlakuan atau program pada seluruh populasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kedua (postes) pada kelompok sampel lain yang juga dipilih secara random dari populasi yang sama (Agus, 2011 : 59). c. Desain penelitian eksperimen sungguhan (True Eksperiment) a) Desain Pretes-Postes dengan kelompok kontrol (Pretest-Posttest with Control Group) Desain Pretes-Postes dengan kelompok kontrol (Pretest-Posttest with Control Group) adalah penelitian yang pengelompokkan anggota-anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara random. Kemudian dilakukan pretes pada kedua kelompok tersebut dan diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen, selanjutnya setelah beberapa waktu dilakukan postes pada kedua kelompok tersebut (Agus, 2011 : 60). b) Desain Randomized Solomon Four Group Desain Randomized Solomon Four Group adalah penelitian yang pengelompokkan anggota-anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara random, kemudian dilakukan pretes pada kedua kelompok tersebut dan diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen, selanjutnya setelah beberapa waktu dilakukan postes pada kedua kelompok tersebut. Ditambah kelompok ke-3 (dengan perlakuan dan tanpa pretes) dan kelompok ke-4 (tanpa perlakuan dan tanpa pretes) (Agus, 2011 : 61). c) Desain Postes dengan Kelompok Kontrol (Posttest Only Control Group Design) Desain Postes dengan Kelompok Kontrol (Posttest Only Control Group Design) adalah penelitian yang pengelompokkan anggota-anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara random, tanpa dilakukan pretes (Agus, 2011 : 62). 3. A.Aziz Alimul Hidayat 1) Penelitian deskriptif Penelitian deskriptif merupakan bagian dari jenis penelitian observasional, yang dilakukan melalui pengamatan (observasi) baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa ada perlakuan atau intervensi (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 31). Ciri-ciri penelitian deskriptif : a. Adanya kecenderungan menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur dan menggunakan obyektifitas sekaligus dilakukan secara cermat. b. Penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan. c. Penelitian deskriptif umumnya tidak ada uji hipotesis yang ditegakkan (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 31). 10

Jenis penelitian deskriptif (pendekatan penelitian) : a. Survei Survei merupakan penelitian yang melakukan pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang variabel. b. Studi perkembangan Studi perkembangan merupakan jenis penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya yang bersifat longitudinal untuk mendapatkan deskripsi secara jelas, untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan penelitian secara deskriptif dengan mengamati pertumbuhan dan perkembangan dari waktu ke waktu (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 31-32). 2) Penelitian analitik Rancangan penelitian analitik (pendekatan penelitian) : a. Cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau melakukan pemeriksaan status paparan dan status penyakit pada titik yang sama. Penelitian ini umumnya dilakukan pada hubungan penyebab dan kejadian penyakit yang relatif pendek (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 33). b. Case control merupakan penelitian dengan membandingkan kelompok kasus dengan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 35). c. Kohort merupakan rancangan penelitian dengan mengelompokkan atau mengklasifikasikan kelompok terpapar dengan tidak terpapar, kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidaknya fenomena (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 36). 4. Setiadi Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007 : 127). 1) Metode penelitian deskriptif Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Setiadi, 2007 : 129). a. Penelitian Survey Penelitian Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu (Setiadi, 2007 : 131). b. Penelitian Case Study/Studi Kasus Penelitian studi kasus adalah penelitian yang mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu

11

unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat (Setiadi, 2007 : 132). 2) Penelitian Analitik Penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba mencari hubungan antar variabel (Setiadi, 2007 : 133). a. Penelitian Cross Sectional Penelitian Cross Sectional adalah penelitian dimana variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara similtan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), pada studi ini tidak ada follow up (Setiadi, 2007 : 133). Cross sectional bisa digunakan dalam peneitian deskriptif maupun analitik. b. Penelitian Kasus Kontrol (Case Control) Penelitian case control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana variabel bebas/faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retropektif (Setiadi, 2007 : 136). c. Penelitian Kohort (Cohort) Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah penelitian non eksperimen yang paling baik mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek. Seperti telah diuraikan sebelumnya, Penelitian cohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dan efek melalui pendekatan longitudinal kedepan (Setiadi, 2007 : 142). 3) Penelitian Eksperimental Penelitian eksperimen atau percobaan adalah kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu (Setiadi, 2007 : 146). a. Penelitian Pra Eksperimental a) Post Test Only Design Penelitian pra eksperimental Post Test Only Design adalah penelitian dengan memberikan perlakuan atau intervensi kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau pos tes, tanpa adanya kelompok kontrol (kelompok pembanding) (Setiadi, 2007 : 153). b) One Group Pretest-Posttest Penelitian pra eksperimental One Group Pretest-Posttest adalah penelitian dengan memberikan perlakuan atau intervensi, dimana peneliti melakukan pengukuran (observasi) sebelum perlakuan (Pre Test) dan 12

pengukuran (observasi) setelah perlakuan (Post Test), tanpa adanya kelompok kontrol (Setiadi, 2007 : 153).

13

b. Eksperimen Semu (Quasy Experiment) Penelitian Eksperimen Semu (Quasy Experiment) adalah penelitian yang syarat-syarat sebagai penelitian eksperimen tidak cukup memadai (Setiadi, 2007 : 154). Syarat pokok yang tidak dipenuhi oleh penelitian eksperimen semu adalah 1) Tidak ada rendomisasi yang berarti pengelompokan anggota sampel padaa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan dengan random atau acak; 2) Kontrol terhadap variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan, karena eksperimen ini biasanya dilakukan dimasyarakat (Setiadi, 2007 : 155). a) Rancangan Rangkaian Waktu (Time Series Design) Rancangan Rangkaian Waktu seperti rancangan pretes-postes, tetapi mempunyai keuntungan dengan melakukan observasi (pengukuran yang berulang) sebelum dan sesudah perlakuan (Setiadi, 2007 : 155). b) Rancangan Control Time series design Rancangan Control Time series design adalah rancangan rangkaian waktu dengan menggunakan kelompok pembanding (kontrol).

Rancangan ini lebih memungkinkan adanya kontrol terhadap validitas internal (Setiadi, 2007 : 156). c) Rancangan Non Equivalent Control Group Penelitian rancangan Non Equivalent Control Group adalah penelitian dengan menggunakan kelompok kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama (Setiadi, 2007 : 156). d) Rancangan Separate Sampel pretest posttest Rancangan Separate Sampel pretest posttest adalah suatu penelitian yang pengukuran pertama (pretes) dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara random dari populasi tertentu, kemudian dilakukan perlakuan atau program pada seluruh populasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kedua (postes) pada kelompok sampel lain yang juga dipilih secara random dari populasi yang sama (Setiadi, 2007 : 157).

14

c. Eksperimen Sungguhan (True Experiment) a) Randomized control group pretest post test design b) Randomized Solomon four group design c) Pre-postes with Control Group (Rancangan Pretes-Postes dengan Kelompok Kontrol) d) Postes Only Control Group Design (Rancangan postes dengan Kelompok Kontrol) (Setiadi, 2007 : 157-160). 5. Soekidjo Notoatmodjo 6. Nursalam Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2001 : 54). Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2008 : 77). Penelitian ini menggunakan metode Analitik (korelasi) yaitu suatu rancangan penelitian yang dipergunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas (Nursalam, 2003 : 87). 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian 2. Waktu Penelitian

15

4.3 Kerangka Kerja 1. 2. Kerangka kerja adalah pentahapan (langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah) mulai dari pendekatan, populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal penelitian akan dilaksanakan (Nursalam, 2003 : 56). Populasi : Seluruh masyarakat yang ada Di Desa . Intepretasi hasil Analisa data : editing, coding dan tabulating kemudian dianalisa dengan uji korelasi koefisien kontingensi dengan = 5% dengan bantuan komputer program SPSS 16. Pengumpulan data dengan kuesioner Sampling Probability sampling yaitu Simple random sampling Identifikasi variabel. Variabel independent : Kebudayaan lingkungan Variabel dependent : Kepatuhan beribadah pada masyarakat Pengumpulan data dengan observasi Kesimpulan Ada hubungan Tidak ada hubungan Sampel : Sebagian masyarakat di desa .

Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan antara kebudayaan lingkungan dengan kepatuhan beribadan pada masyarakat di

16

4.4 Populasi, sampel, sampling 4.4.1 Populasi 1. Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009 : 80). 2. Agus Riyanto Populasi merupakan seluruh subjek (manusia, binatang percobaan, data laboratorium dan lain-lain) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan (Agus, 2011 : 89). 1) Populasi tidak terjangkau (populasi target) Merupakan populasi yang akan menjadi sasaran akhir penerapan hasil penelitian. populasi target bersifat umum dan luas (Agus, 2011 : 89). 2) Populasi terjangkau (sumber) Merupakan bagian dari populasi target yang dapat djangkau oleh peneliti sehingga populasi sumber merupakan bagian dari populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu yang lebih sempit (Agus, 2011 : 89). 3. A.Aziz Alimul Hidayat Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempenyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 60). Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki suatu subyek atau obyek tersebut (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 51). GENERALISASI merupakan proses penarikan kesimpulan mengenai populasi artinya melakukan penelitian pada sampel, kemudian kesimpulannya pada populasi, dengan syarat sampel yang diambil harus dapat mewakili (representatif) populasi. Suatu sampel dikatakan representatif apabila memenuhi kriteria : 1) Digunakah asas probabilitas (random sampling) 2) Besar sampel cukup 3) Ciri-ciri populasi terwakili dan variasi antar unit populasi kecil mungkin (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 52). 4. Setiadi Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti (Setiadi, 2007 : 176).

17

5. Nursalam Populasi adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi kriteria yang 4.4.2 telah ditetapkan (Nursalam, 2009 : 89). Sampel 1. Sugiyono Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009 : 81). 2. Agus Riyanto Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representatif populasi (Agus, 2011 : 90). 3. A.Aziz Alimul Hidayat Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 60). Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 51). 4. Setiadi Sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2007 : 177). 5. Nursalam Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2009 : 91). 4.4.3 Kriteria sampel 1. Agus Riyanto 1) Kriteria inklusi Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan sumber (Agus, 2011 : 90). 2) Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi merupakan kriteria dari subjek penelitian yang tidak boleh ada, dan jika subjek mempunyai kriteria eksklusi maka subjek harus dikeluarkan dari penelitian (Agus, 2011 : 90). Hal ini dikarenakan : a. Terdapat keadaan yang tidak mungkin dilaksanakan penelitian. Misalnya subjek tidak mempunyai tempat tinggal. b. Terdapat keadaan lain yang mengganggu dalam pengukuran maupun interpretasi. Contohnya dalam penelitian yang ingin mengetahui hubungan antara merokok dengan kejadian jantung koroner, maka orang yang menderita penyakit jantung lain tidak boleh dijadikan dalam kelompok kasus pada penelitian ini. c. Adanya hambatan etika. d. Subjek menolak dijadikan responden (Agus, 2011 : 91). 2. A.Aziz Alimul Hidayat Kriteria sampel adalah kriteria yang digunakan untuk menentukan dapat dan tidaknya sampel digunakan (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 60). 1) Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek peelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 60).

18

2) Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 60). Yang penyebabnya antara lain : a. Adanya hambatan etik. b. Menolak menjadi responden. c. Terdapat kesalahan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian. d. Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 61). RUMUS BESAR SAMPEL

3. Setiadi Syarat sampel : 1) Representatif, adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang ada. Untuk memperoleh hasil dan kesimpulan penelitian yang menggambarkan keadaan populasi penelitian, maka sampel harus mewakili populasi yang ada. 2) Sampel harus cukup banyak, artinya jumlahnya harus memenuhi sehingga perlu menggunakan rumus statistik. Sebenarnya tidak ada pedoman umum yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel untuk suatu penelitian, tetapi besar kecilnya jumlah sampel akan mempengaruhi kefalidan dari hasil penelitian. polit dan Hungler menyatakan (1993), bahwa semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh. Prinsip umum yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian digunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. Namun demikian penggunaan sampel sebesar 10 20 % untuk subyek dengan jumlah lebih dari 1000 dipandang sudah cukup (Setiadi, 2007 : 177-178).

19

Kriteria Sampel : 1) Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti) adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Setiadi, 2007 : 178). 2) Kriteria eksklusi (kriteria yang tidak layak diteliti) adalah

menghilangkan/mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab (Setiadi, 2007 : 178). RUMUS BESAR SAMPEL : 1) Penelitian Deskriptif N n= 1 + N (d) 2 rumus ini dipakai jika jumlah populasi lebih kecil dari 10.000,Keterangan: N = Besar Populasi n = Besar Sampel d = Tingkat Kepergayaan yang diinginkan (Setiadi, 2007 : 179). 2) Penelitian Cross Sectional Z 2 . p.(1 p) n= / 2 2 d Keterangan: Z/2 = harga normal baku sesuai dengan luas area dibawah kurva baku sebesar (1-/2) untuk = 0,05 nilai Z = 1,96 = tingkat kepercayaan p = proporsi kasus yang diteliti dalam populasi d = kesalahan yang dapat ditolelir (Setiadi, 2007 : 179). 3) Penelitian Case Control Z + Z 2 . p.(1 p) P0 P 1 2 n= Keterangan: Z = harga normal baku sesuai luas area di bawah kurva baku sebesar (1-) untuk kesalahan tipe I ( = 0,05 Z = 1,65) Z = harga normal baku sesuai luas area di bawah kurva baku 3 sebesar (1-b) untuk kesalahan tipe II (b = 0,10 Z = 1,28) P1 = proporsi individu kelompok kasus mendapat paparan P0 = proporsi individu kelompok kontrol mendaat paparan P = (po = p1)/2 (Setiadi, 2007 : 180). 4) Penelitian Cohort Z + Z . p .(1 p) p0 p 1 2 ( 1 f ) n= Keterangan: Z & Z : sama dengan penelitian Case Control 20
2

P0 P1 P f

: proporsi partisipan tidak terpapar yang diharapkan terjadi kasus yang diteliti : proporsi partisipan terpapar yang diharapkan terjadi kasus yang diteliti : (p0 + p1)/2 : proporsi partisipan hilang/mundur dari pengamatan

Atau penentuan secara umum yaitu: a. Jika besar populasi 1000, maka sampel bisa diambil 20 30% b. Jika besar populasi < 1000 (Setiadi, 2007 : 180). 4.4.4 4. Besar sampel 1. Hidayat A. Aziz Alimul 2. Nursalam Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2009 : 92). Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2009 : 92). 4.4.5 Sampling 1. Sugiyono Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2009 : 81). Teknik sampling dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1) Probability Sampling Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2009 : 82). Probability Sampling meliputi : a. Simple random sampling Simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2009 : 82). b. Proportionate stratified random sampling Proportionate stratified random sampling adalah teknik yang digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2009 : 82). c. Dispropostionate stratified random sampling Dispropostionate stratified random sampling adalah teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional (Sugiyono, 2009 : 83). d. Cluster sampling (area sampling) Cluster sampling (area sampling) adalah teknik sampling yang digunakan untuk memnentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten (Sugiyono, 2009 : 83). 2) Non-Probability Sampling 21

Non-Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2009 : 84). a. Sampling Sistematis Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut (Sugiyono, 2009 : 84). b. Sampling Kuota Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2009 : 85). c. Sampling Insidental Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009 : 85). d. Sampling Purposive Sampling Purposive

adalah

teknik

penentuan

sampel

dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009 : 85). e. Sampling Jenuh Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang (Sugiyono, 2009 : 85). f. Snowball Sampling Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2009 : 85). 2. Agus Riyanto Tehnik sampling adalah tehnik pengambilan sampel dari populasi dalam penelitian (Agus, 2011 : 92). 1) Tehnik Random Sampling (Sampel Acak) Tehnik random merupakan tehnik pengambilan sampel dari populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Agus, 2011 : 92). a. Simple Random Sampling Simple Random Sampling adalah cara pengambilan sampel dengan mengundi anggota populasi atau tehnik undian dan dengan menggunakan tabel bilangan atau angka random (Agus, 2011 : 92). Tehnik simple random hanya boleh dilakukan apabila populasinya homogen. b. Systematic Random Sampling Systematic Random Sampling merupakan pengambilan sampel secara acak sistematis yaitu dengan cara membagi jumlah atau anggota populasi dengan jumlah perkiraan jumlah sampel yang diinginkan dan hasilnya adalah interval sampel (Agus, 2011 : 93). c. Stratified Random Sampling 22

Stratified Random Sampling merupakan suatu metode pengambilan sampel dimana populasi yang bersifat heterogen dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) dan dari setiap strata dapat diambil sampel secara acak (Agus, 2011 : 94). a) Pengambilan sampel acak stratifikasi sederhana (Simple Stratified Random Sampling), hal ini dilakukan apabila unit penelitian dalam strata kurang lebih sama. b) Pengambilan sampel acak stratifikasi proporsional (Proportional Stratified Random Sampling), hal ini dilakukan apabila unit penelitian berbeda antara strata yang satu dengan strata yang lain. d. Cluster Random Sampling Cluster Random Sampling merupakan tehnik pengambilan sampel secara kelompok atau gugus, pada penelitian ini sampel bukan terdiri dari unit individu tetapi terdiri dari kelompok atau gugusan (Agus, 2011 : 96). e. Multistage Random Sampling Multistage Random Sampling merupakan pengambilan sampel secara gugus bertahap, dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap (Agus, 2011 : 97). Cara ini dapat dilakukan apabila terdiri dari bermacam-macam tingkat wilayah. 2) Tehnik Non-Random Sampling (sampel tidak acak) Tehnik Non-Random Sampling merupakan tehnik pengambilan sampel dari populasi dimana setiap anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Agus, 2011 : 98). Hal ini dikarenakan pengambilan sampel dalam tehnik non-random tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan aspek-aspek kepraktisan saja. a. Purposive Sampling Purposive Sampling merupakan tehnik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Agus, 2011 : 98). b. Accidental Sampling Accidental Sampling merupakan cara pengambilan sampel dengan mengambil responden atau kasus yang kebetulan ada atau tersedia (Agus, 2011 : 98). c. Quota Sampling Quota Sampling merupakan cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara jatah (Agus, 2011 : 98). d. Saturation Sampling (Sampling Jenuh) Saturation Sampling (Sampling Jenuh) merupakan tehnik pengambilan sampel yang prosesnya berdasarkan sudah jenuh atau belum suatu sampel, artinya sampel dikatakan jenuh jika sampel yang dipilih sudah lebih dari setengah dari populasi (Agus, 2011 : 99). e. Snowball Sampling 23

Snowball Sampling merupakan tehnik pengambilan sampel yang dimulai dengan menentukan kelompok kecil yang diminta untuk menunjukkan kawan-kawannya, kemudian kawan-kawannya tersebut menunjukkan kawan-kawannya yang lain (Agus, 2011 : 99). 3. A.Aziz Alimul Hidayat Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 72). Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 68). 1) Probability Sampling Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan maksud untuk memberikan peluang yang sama dalam pengambilan sampel, yang bertujuan untuk generalisasi, dengan berasas probabilitas unit terpilih sama (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 72). Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan maksud untuk memberikan peluang yang sama dalam pengambilan sampel, yang bertujuan untuk generalisasi, dengan berasas probabilitas unit terpilih sama (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 68). a. Simple Random Sampling Simple Random Sampling adalah pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 72). Simple Random Sampling adalah pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 69). b. Proportionate Stratified Random Sampling Proportionate Stratified Random Sampling

adalah

suatu

cara

pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasinya tidak homogen yang terdiri atas kelompok yang homogen atau berstrata secara proporsional (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 73). Stratified Random Sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasinya tidak homogen dalam hal ini adalah heterogen yang memiliki strata atau lapiran yang homogen (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 69). c. Disproportionate Stratified Random Sampling Disproportionate Stratified Random Sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasi tidak homogen yang terdiri atas kelompok homogen atau berstrata yang kurang secara proporsional (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 73). d. Cluster Sampling Cluster Sampling adalah suatu cara pengambilan sampel bila objek yang diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, yakni populasinya heterogen dan terdiri atas kelompok yang masing-masing heterogen, 24

maka caranya adalah berdasarkan daerah dari populasi yang ditetapkan (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 73). Cluster Sampling adalah suatu cara pengambilan sampel bila objek yang diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, yakni populasinya heterogen dan terdiri atas kelompok yang heterogen, maka caranya adalah berdasarkan daerah dari populasi yang ditetapkan (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 69). e. Multistage Random Sampling Multistage Random Sampling merupakan suatu cara pengambilan sampel, bila objek yang diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, yakni populasinya heterogen, terdiri atas clusteri dan strata (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 73). Multistage Random Sampling merupakan suatu cara pengambilan sampel, bila objek yang diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, yakni populasinya heterogen, terdiri atas cluster dan strata (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 70). 2) Non-Probability Sampling Non-Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan tidak memberikan peluang yang sama dari setiap anggota populasi, yang bertujuan tidak untuk generalisasi, yang berasas pada probabilitas yang tidak sama (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 74). a. Sampling Sistematis Sampling Sistematis adalah cara pengambilan sampel berdasarkan urutan anggota populasi yang telah diberi nomor urut, dengan sifat dari populasinya heterogen (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 74). b. Sampling Kuota Sampling Kuota adalah cara pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang ditentukan (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 74). Sampling Kuota adalah cara pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang ditentukan (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 70). c. Sampling Aksidental Sampling Aksidental adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 74). Sampling Aksidental adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan berdasarkan kebetulan bertemu (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 71). d. Purposive Sampling Purposive Sampling adalah cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 74). Purposive Sampling adalah cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 71). e. Sampling Jenuh

25

Sampling Jenuh adalah cara pengambilan sampel ini adalah dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 74). Sampling Jenuh adalah cara pengambilan sampel dengan mengambil anggota populasi semua menjadi sampel. Cara ini dilakukan bila populasinya kecil, seperti bila sampelnya kurang dari tiga puluh maka diambil seluruhnya dan dijadikan sampel penelitian (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 71). f. Snowball Sampling Snowball Sampling adalah cara pengambilan sampel ini dilakukan dengan menentukan sampel dalam jumlah kecil awalnya, kemudian sampel tersebut diminta mengajak temannya untuk diikutsertakan sebagai sampel pada penelitian tersebut (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 75). Snowball Sampling adalah cara pengambilan sampel dengan menentukan sampel dengan jumlah kecil, kemudian sampel tersebut diminta mengajak temannya untuk diikutsertakan sebagai sampel pada penelitian (A.Aziz Alimul Hidayat, 2010 : 71). g. Consecutive Sampling Consecutive Sampling adalah cara pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 75). 4. Setiadi Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi (Setiadi, 2007 : 181). 1) Probability Sampling Probability Sampling adalah teknik yang memberi kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Setiadi, 2007 : 182). a. Simple random sampling Simple random sampling adalah pengambilan sampel dilakukan secara acak (Setiadi, 2007 : 182). b. Proportionate stratified random sampling Teknik ini digunakan bila populasi anggotanya tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Setiadi, 2007 : 182). c. Disproportional stratified random sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional (Setiadi, 2007 : 182). d. Cluster sampling Cluster berarti pengelompokan berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Teknik sampling yang digunakan jika obyek yang akan diteliti sangat luas. Sampling ini bisa dipakai dalam dua situasi, yaitu alasan jarak dan biaya serta peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara pasti (Setiadi, 2007 : 182). e. Sistematis sampling 26

Teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut (Setiadi, 2007 : 183). 2) Non-Probability Sampling Non-Probability Sampling adalah teknik yang tidak memberi kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Setiadi, 2007 : 183). a. Purposive sampling Purposive sampling

adalah

teknik

penentuan

sampel

dengan

pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007 : 183). b. Consecutive sampling Consecutive sampling adalah pemilihan sampel dengan consecutive (berurutan) yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi (Setiadi, 2007 : 183). c. Quota sampling Quota sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Setiadi, 2007 : 183). d. Insidental sampling Insidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Setiadi, 2007 : 184). e. Sampling jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Setiadi, 2007 : 184). f. Snowball sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sanmpel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel, begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak (Setiadi, 2007 : 184). 5. Nursalam Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008 : 93). Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2009 : 93). Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2009 : 93). Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008 : 93). 4.5 Identifikasi variabel 1. Sugiyono 27

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Atau variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009 : 38). Macam-macam variabel : 1) Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2009 : 39). 2) Variabel Dependen Variabel Dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009 : 39). 3) Variabel Moderator Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Disebut juga sebagai variabel independen kedua (Sugiyono, 2009 : 39). 4) Variabel Intervening Variabel Intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2009 : 39). 5) Variabel Kontrol Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan (Sugiyono, 2009 : 41). 2. A.Aziz Alimul Hidayat Variabel adalah sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, sebagai contoh, variabel kuantitatif adalah variabel berat badan, umur, tinggi badan, sedangkan variabel kualitatif di antaranya adalah persepsi, respons, sikap, dan lain-lain (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 78). 1) Variabel Independen (variabel bebas) Variabel independen ini merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam memngaruhi variabel lain, variabel ini punya nama lain seperti variabel prediktor, risiko, atau kausa (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 78). 2) Variabel Dependen Variabel dependen ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap 28

perubahan. Variabel ini juga disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome, atau event (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 78). 3) Variabel Moderator Variabel moderator ini merupakan variabel

yang

memperkuat

atau

memperlemah hubungan variabel independen dan dependen yang memengaruhi kedua variabel tersebut (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 79). 4) Variabel Kontrol Variabel kontrol ini merupakan variabel yang dibuat konstan sehingga tidak akan memengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel kontrol ini ditentukan oleh peneliti sehingga dapat melakukan penelitian perbandingan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dalam penelitian (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 79). 5) Variabel Intervening Variabel interventing ini merupakan variabel yang memperkuat atau memperlemah variabel dependen dan independen tetapi tidak dapat diukur (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 79).

29

3. Setiadi Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2007 : 161). 1) Variabel bebas (variabel Independent) Variabel bebas (variabel Independent) yaitu variabel yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada dependent variabel (Setiadi, 2007 : 162). 2) Variabel tergantung (variabel dependent) Variabel tergantung (variabel dependent) adalah variabel respon atau output. Sebagai variabel respon berarti variabel ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel independent (Setiadi, 2007 : 163). 3) Variabel moderator Variabel moderator adalah variabel yang diangkat untuk menentukan apakah ia mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Setiadi, 2007 : 163). 4) Variabel kontrol Variabel kontrol adalah faktor-faktor yang dikontrol atau dinetralkan pengaruhnya oleh peneliti karena kalau tidak disingkirkan akan mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Setiadi, 2007 : 164). 5) Variabel Perancu Variabel Perancu yaitu jenis variabel berhubungan dengan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan merupakan variabel antara (Setiadi, 2007 : 164). 4.

30

4.6 Definisi Operasional 1. Nursalam Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2009 : 101). 2. A.Aziz Alimul Hidayat Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 79). 3. Setiadi Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel. Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007 : 165). 4. Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan antara kebudayaan lingkungan dengan kepatuhan beribadan pada masyarakat di Variabel Definisi Parameter/ Alat ukur Skala Kategori penelitan operasional indikator

31

4.7 Pengumpulan dan teknik analisa data 1. Sugiyono Sumber data : 1) Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009 : 137). 2) Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2009 : 137). 2. A. Aziz Alimul Hidayat Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 86). 3. Setiadi Cara dalam memperoleh data : 1) Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran, pengamatan, survey dan lain-lain. 2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan/intansi yang secara rutin mengumpulkan data. Misalnya BPS (Biro Pusat Statistik). 3) Data tertier adalah data yang dipeoleh dari orang/badan/instansi lain yang telah dipublikasikan/dikompilasikan dari pihak lain dalam bentuk tabel, grafik, laporan penelitian (Setiadi, 2007 : 188). 4. 4.7.1 Pengumpulan data 1. Proses pengumpulan data 1) Sugiyono Teknik pengumpulan data : a. Interview (wawancara) Interview (wawancara) adalah teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2009 : 137). a) Wawancara terstruktur Wawancara terstruktur yaitu teknik pengumpulan data dengan menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Wawancara terstruktur digunakan bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (Sugiyono, 2009 : 138). b) Wawancara tidak terstruktur Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2009 : 140). b. Kuesioner (angket)

32

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009 : 142). c. Observasi Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2009 : 145). a) Observasi terstruktur Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya (Sugiyono, 2009 : 146). b) Observasi tidak terstruktur Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi (Sugiyono, 2009 : 146). 2) Setiadi Alat ukur penelitian adalah cara pengumpulan data (Setiadi, 2007 : 167). a. Kuesioner (daftar pertanyaan) Kuesioner (daftar pertanyaan) adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir (Setiadi, 2007 : 167). a) Kuesioner tipe isian Pengajuan pertanyaan dalam bentuk pertanyaan atau permintaan komentar terhadap suatu kejadian atau keadaan (Setiadi, 2007 : 167). b) Kuesioner tipe pilihan Kuesioner tipe pilihan yaitu meminta responden untuk memilih salah satu jawaban atau lebih dari sekian banyak jawaban yang sudah disediakan (Setiadi, 2007 : 168). b. Pengamatan (observasi)/angket a) Pengamatan terlibat (observasi patisipasif) Pengamat benar-bear mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif berpartisipasi pada aktifitas yang telah diselidiki (Setiadi, 2007 : 169). b) Pengamatan sistematis Pengamatan yang mempunyai kerangka atau struktur yang jelas. dan pada umumnya observasi sistematis ini didahului suatu observasi pendahuluan, yakni dengan observasi partisipasif (Setiadi, 2007 : 170). c) Observasi eksperimental Dalam observasi ini pengamat dimasukan dalam kondisi dan situasi tertentu. Maka observasi ini sering disebut pengamatan terkendali (Setiadi, 2007 : 170). c. Wawancara Wawancara adalah suatu

metode

yang

dipergunakan

untuk

mengumpulkan data secara lisan dari responden atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan responden (Setiadi, 2007 : 170). 33

3) Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008 : 111). 2. Instrumen penelitian Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto, 2006 : 149). Jenis instrumen yang digunakan dalam pengumpulan 4.7.2 data pada penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi. Analisa data 1. Editing Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan data yang telah dikumpulkan dan untuk memonitor jangan sampai terjadi kekosongan data yang dibutuhkan. 2. Coding Setiap responden diberi kode sesuai dengan nomor urut. 3. Tabulating Dari pengolahan data yang dilakukan kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk presentase dan narasi kemudian dilakukan tabulasi silang untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan dependent. Dan hasil penelitian didistribusikan ke dalam tabel. Dalam menganalisis peneliti menggunakan analisis statistik dengan uji koefisien kontingensi dengan teknik komputerisasi SPSS 16 dengan taraf signifikan 0,05, dimana H1 diterima jika signifikasi lebih kecil dari tafaf nyata (0,05). Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antar variabel maka dilihat nilai koefisien korelasi (r) dengan interpretasi tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Interpretasi nilai r Besarnya nilai r Antara 0,80 sampai dengan 1,000 Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Antara 0,00 sampai dengan 0,199 (Sugiyono, 2007 : 231). Tinggi Cukup Sedang Rendah Sangat rendah (tidak berkorelasi) Interprestasi

4.8 Masalah Etika Penelitian 1. A. Aziz Alimul Hidayat Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 82-83). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain : 1) Informed consent (lembar persetujuan) 34

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden. 2) Anonimity (tanpa nama) Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lebar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data untuk hasil penelitian yang akan disajikan. 3) Confidentiality (kerahasiaan) Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok dan tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

35

DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Ahmad Aziz Alimul Hidayat. 2009. Metode Penelitian Keperawatan Dan Tehnik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Ahmad Aziz Alimul Hidayat. 2010. Metode Penelitian Kesehaan Paradigma Kuantitatif. Surabaya : Health Books Publishing. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Metodologi Peneltiian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

36

You might also like