You are on page 1of 76

1

Hukum Investasi 2 sks Bachtiar Abna, SH.MH

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah mempelajari Hukum Investasi, mahasiswa diharapkan mengetahui pengaturan Investasi di Indonesia, mulai dari bentuk investasi, pelaku, persyaratan, kelonggaran yang diberikan, sampai kepada tata cara pelaksanaannya, serta mampu melaksanakan, setidak-tidaknya mengurus pelaksanaan suatu investasi.
2

Garis-Garis Besar Panduan Pengajaran 1. Pendahuluan a. Pengertian dan Jenis Modal dan Investasi b. Pengaturan investasi di Indonesia c.Sejarah dan perkembangan hukum investasi
2. Investasi Asing Di Indonesia a. Pengertian Modal dan investasi Asing b. Pengaturan Investasi Asing di Indonesia c. Bentuk Hukum perusahaan Investasi Asing d. Daerah Berusaha dan Bidang Usaha Investasi Asing e. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Investasi Asing f. Pemakaian Tanah Oleh Inverstor Asing g. Jangka Waktu dan Izin Usaha Investasi Asing h. Hak Transfer dan Repatriasi Investor Asing i. Nasionalisasi Investor Asing dan Kompensasinya
j. k. Tata Cara Investasi Asing Kerjasama Investor Asing dengan Investor Dalam Negeri

3. Investasi Domestik a. Pengertian Modal Dalam Negeri dan Investasi Domestik b. Pengaturan Investasi Domestik c. Bentuk Hukum Investor Domestik d. Bidang Usaha Investasi Domestik e. Izin Usaha dan Batas Waktu Berusaha Investor Domestik f. Fasilitas Perpajakan Bagi Investor Domestik g. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Investasi Domestik h. Tata Cara Investasi Domestik 4. Badan Koordinasi Penenaman Modal Daerah a. Kedudukan, Tugas Dan Fungsi BKPM b. Struktur Organisasi BKPM c. Tugas/Wewenang masing-masing Personalia

Daftar Kepustakaan
4 Prof. Dr. Ismail Sunny, SH. Dan Rudioro Rahmat, SH. Tinjauan dan Pembahasan Undang-undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, PT.Perca, Jakarta, 1986 PT. Aras Duta Jaya, Paket Kebijaksanaan 6 Mei 1986, Jakarta, 1986 Dr. Aminuddin Ilmar, SH.M.Hum Hukum Penanaman Modal di Indonesia Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007 E. Ruchijat, SH. Kedudukan Tanah Dalam Rangka Penanaman Modal, Dr. Sunaryati Hartono, SH. Masalah-masalah Dalam Joint Venture Antara Modal Asing dan Modal Indonesia, Alumni, Bandung, 1974 Dr. Sunaryati Hartono, SH. Beberapa Masalah Trnasnasional dalam Penanaman Modal Asing di Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1972 Prof. Dr. Sumitro Djoyohadikusumo, SH. Eonomi Pembangunan, PT. Pembangunan Jakarta, 1955 Ramdlon Naning, SH. Daftar Kepustakaan Perangkat Hukum Dalam Hubungan Perburuhan (Industrial) Pancasila, Herman Raja Guguk, Hukum Investasi Di Indonesia Undang-undang No. 1/1967 Tentang Penanaman Modal Asing Undang-undang No. 6/1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri UU No. 11/ 1970 tentang Perubahan UU No. 1/ 1967 UU No. 12/ 1970 tentang Perubahan UU No. 6/1968 UU No.25/2007 tentang Penanaman Modal Kepres-kepres dan Kepmen Tentang Penanaman Modal, BKPM dan BKPMD

Pengertian Modal : A. Modal secara umum : ialah setiap harta kekayaan, baik berbentuk uang
ataupun barang yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha yang dengan harapan akan terjadi peertambahan kekayaan itu. B. Dalam arti Mikro Ekonomi : Modal hanyalah salah satu dari faktor Produksi Manusia dalam hidup memerlukan faktor Produksi, yaitu alat-alat yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sumber Daya Alam, segala sesuatu yang tersedia pada alam, usaha manusia hanya bersifat memungut saja : Tanah, Sumber daya laut, hutan, barang tambang; air, udara, ruang (space), ruang geostasioner, dsb Tenaga Kerja, yakni tenaga fisik manusia yang dapat digunakan untuk menghasilkan abrang dan jasa. Modal. Awalnya berupa barang modal, yakni berupa alat yang dapat membantu manusia dalam mengelola SDA. Setelah munculnya perdagangan, termasuk pula benda-benda berharga dan uang sebagai modal karena dapat digunakan untuk membeli barang modal Skill : Teknikal skill (kemampuan membuat barang modal, melaksanakan pekerjaan dengan prosedur tertentu, dsb); managerial skill (kemapuan mengatur proses produksi); Enterpreneur Skill (Kemampuan untuk merencanakan paket-paket usaha baru)
5

C. Modal Dalam Arti Makro Ekonomi : adalah seluruh potensi yang dimiliki suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa (semua faktor produksi)

D. Pasal 1 angka 7 UU No. 25/2007 Tentang Penanaman Modal : Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang dimiliki oleh penenanam modal yang memiliki nilai ekonomis Investasi = investment = Penanaman Modal Investor = penanam modal = orang atau badan usaha yang melaksanakan penanam modal Pasal 1 angka 4 UUPM, Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. Pasal 1 angka 5 UUPM, Penanam Modal Dalam Negeri adalah perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, negara RI, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara RI.

A. B. C.

Jenis Modal: Berdasarkan Pemilik : Personal Capital, Public Capital, dan Enterprise Capital Berdasarkan sifat : Fixed Capital dan Variable Capital Berdasarkan negara sumber : Modal Domestik, Modal Asing

Modal Domestik : secara umum adalah modal yang tersedia di dalam negeri

Pasal 1 angka 9 UUPM : modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara RI, perseorangan WNI, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum Pasal 1. UU No.6/68 Tentang PMDN, yang dimaksud dalam UU ini dengan modal dalam negeri ialah Bagian daripada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak daiataur oleh Pasal 2 UU 1/67 tentang PMA.

Modal Asing, secara umum adalah modal yang dibawa orang asing dari negeri asalnya untuk kegiatan penanam modal di Indonesia Pasal 2 UU No. 1/67 tentang PMA, Pengertian modal asing dalam UU ini ialah : Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan2 baru milik orang asing dan bahan2, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat2 tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan UU ini diperkenankan ditransfer, tetapi digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia. Pasal 1 angka 8 UUPM : modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan WNA, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

a.

b.

c.

Pengertian Penanaman Modal (Investasi) : Secara umum, penanaman modal adalah setiap usaha penggunaan harta kekayaan, baik uang ataupun barang yang bertujuan untuk mencari keuntungan Jenis Penanam Modal: Berdasarkan Pelaksana : Personal Investment, Public Investment, dan Enterprise Investment Berdasarkan negara asal investor : Domestik Investment, Foreign Investment

A. B.

Secara Umum, PMDN umum adalah penanaman modal yang dilakukan oleh WNI dengan menggunakan modal dalam negeri Pasal 2 UU No 6/68, PMDN ialah penggunaan daripada kekayaan yang tersebut dalam Pasal 1, baik langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan2 UU ini. Pasal 1 angka 2 UUPM : PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha dalam wilayah negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri denan menggunakan modal dalam negeri

Penanaman Modal Asing


10

Secara Umum, PMA adalah kegiatan orang asing untuk menanamkan modal di Indonesia, baik langsung atau tidak langsung Pasal 1 UUPMA No.1/67 : PMA hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan2 UU ini dan yang digunakan untuk menjalankan usaha perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut Pasal 1 angka 3 UPM, penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah RI yang dilakukan oleh penanam modal asing dengan menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Berdasarkan Cara : Direct Investmen, Portfolio Investmen dan Indirect Investment Direct Investment : Investor Langsung mengontrol dan menanggung risiko atas penanam modal tersebut Portfolio Investment : Investor tidak langsung mengontrol jalannya pserushaan, tetapi menanggung risiko, Saham kurang dari 50% Indirect Investment : Investor tidak kontrol dan tidak tanggung risiko. Kredit

Sejarah Penanaman Modal di Indonesia Sejarah sebelum Inedonesia merdeka Belum ada investasi, VOC hanya persekutuan dagang, jadi tidak 1779 melakukan investasi. Mereka ke sini hanya sekedar membeli remmpah-rempahuntuk dijual ke Eropa 1779 Segala hak dan kewajiban VOC diambil alih pemerintah HB, di samping melanjutkan usaha dagang VOC, pemerintah HB mulai melakukan investasi di bidang perkebunan 1870 Dikeluarkan Agrarische Wet, untuk dapat dengan mudah menyediakan tanah untuk perkebunan. Selanjutnya Belanda 1890 mengadakan Usaha Pemerintah berupa, baik di bidang perkebunan (tanaman paksa dan kerja paksa) maupun pertambangan. Swasta Eropa hana diizinkan menanam modal di bidang pertanian dengan pengawasan ketat 1890 Investor Erpa diizinkan memperolah Erpacht dengan jangka waktu 75 tahun untuk perkebunan, tidak lagi dengan kerja Paksa, tetapi 1940 dengan sistem pengupahan yang baik. Berbagai rangsangan dilakukan HB untuk menarik masuknya investor

11

Sejarah Investasi Setelah Kekuasaan Belanda


19421945 Jepang sebabkan hancurnya struktur perkeonomian yang dibangun Bld. Semua aktiva millik asing diambil alih oleh Jepang, baru dikembalikan setelah Jepang kalah. Tidak ada investor asing masuk ke Indonesia

12

1945 1949

Revolusi Fisik, penanaman modal mandek.PMA mandek, hanya warisan kolonial HB saja yang kembali. Rencana Urgensi Perekonomian (RUP) merupakan kebijaksanaan umum ekonomi, membimbing kegiatran pemerintah di sektor industri dan pertanian dan mengawasi pembentukan perusahaan baru. Glass Burner : RUP adalah usaha nasionalisme, mengurangi ketergantungan terhadap kepentingan ekonomi asing. Yahya Muhaimin : RUP bertujuan meningkatkan industri kecil pribumi dan PMA dalam industri yang tidak penting asalkan 51 % mdal dimiliki orang Ind. Terjadi pertentangan kelompok dalam kabinet, Moderat : menyetujui kegiatan investor asing dg pertimbangan fragmatis (Sjafruddin Prawira Negara : Pemerintah tak perlu campur selama perusahaan swasta benmanfaat bagi kepentingan sosial sampai usaha pribumi dapat dibangun. Radikal :Menghendaki perubahan radikal dalam struktur ekonomi.

1950 1959

Sejarah Investasi Setelah Kekuasaan Belanda


1959 1966 Kembali ke UUD 45 lahir Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin. Banyak proyek dilahirkan (Pabrik baja di Cilegon, Superpospat di Cilacap, PLTA Asahan, dsb) namun tidak ada yang jalan. Inflasi besar-besaran, Harga naik 500%, APBN defisit 300% Orba menggunakan cara fragmatis: mengatur jadawal pembayaran hutang LN ($2.400 juta); menanggulangi inflasi, rehab infra struktur, dorong pertumbuhan ekonomi, memperbaiki hubungan dengan LN dan investor asing. Dibentuk UU No. 1/67 (PMA) dan UU 6/68 (PMDN). Pembangunan dengan kemampuan dan kesanggupan rakyat sendiri, tetapi tidak boleh segan memanfaatkan potensi yang tersedia dari luar negeri selama diabdikan kepada kepentingan rakyat dan tidak menimbulkan ketergantungan terhadap luar negeri. Jangka waktu berusaha PMA 30 tahun. Namun tetap menimbulkan ketergantungan. Dibedakan perlakuan terhadap PMA dan PMDN 1997 masa berlakukunya izin usaha PMA berakhir + krisis politik dan ekonomi, $=Rp.15.000. UU No.25/2007 (UUPM), asas : kepastian hukum, keterbukaan, akuntgabilitas, peralakuan sam dan tidak bedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, bekelanjutan, berwawsasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan dan keswatuan ekonomi nasional.

13

1966 1999

1999 kini (era reforma si

Sejarah Investasi Setelah Kekuasaan Belanda


1959 1966 Kembali ke UUD 45 lahir Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin. Banyak proyek dilahirkan (Pabrik baja di Cilegon, Superpospat di Cilacap, PLTA Asahan, dsb) namun tidak ada yang jalan. Inflasi besar-besaran, Harga naik 500%, APBN defisit 300% Orba menggunakan cara fragmatis: mengatur jadwal pembayaran hutang LN ($2.400 juta); menanggulangi inflasi, rehab infra struktur, dorong pertumbuhan ekonomi, memperbaiki hubungan dengan LN dan investor asing. Dibentuk UU No. 1/67 (PMA) dan UU 6/68 (PMDN). Pembangunan dengan kemampuan dan kesanggupan rakyat sendiri, tetapi tidak boleh segan memanfaatkan potensi yang tersedia dari luar negeri selama diabdikan kepada kepentingan rakyat dan tidak menimbulkan ketergantungan terhadap luar negeri. Jangka waktu berusaha PMA 30 tahun. Namun tetap menimbulkan ketergantungan. Dibedakan perlakuan terhadap PMA dan PMDN 1997 masa berlakukunya izin usaha PMA berakhir + krisis politik, moneter dan ekonomi, $=Rp.15.000. UU No.25/2007 (UUPM), asas : kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan sama dan tidak bedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, bekelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

14

1966 1999

1999 kini (era reforma si

Pandangan /teori Penanaman Modal Asing


1. Karl Mark dan Robert Magdoff, Sikap Ekstrim: menolak PMA, tidak ingin ketergantungan negara terhadap PMA, karena dianggap lanjutgan kapitalisme

15

2.

Streeten dan Stephen Hymer : PMA berakibat pembagian keuntungan tidak seimbang yang terlalu banyak kepada pihak PMA; sehingga negara penerima harus mengadakan pembatasan yang ketat terhadap kegiatan PMA. Hymer; PMA adalah monopolistis, bahkan oligopolistis di pasar produksi di negara tempatnya berusaha. Bila akan menghancurkan kekuatan pasarnya, pemerintah harus melakukan pengawasan karena menyebabkan kemelaratan di satu sisi dan kemakmuran di sisi lain. Raymond Vernon dan Charles P. Kindleberger : memandang secara ekonomi tradisional dan kenyataan bahwa PMA dapat membawa perkembangan dan modernisasi ekonomi negara penerima. Proses tersebut telihat dari perkembangan ekonomi dunia dan mekanisme pasar yang berslangsung baik dengan atau tanpa pengatruan dan fasilitas dari negara penerima PMA.

3.

Investasi Asing di Indonesia


a. Dasar Pertimbangan UU No 1/67 kekuatan ekonomi potensiil terdapat banyak di seluruh wilayah tanah air yang belum diolah untuk dijadikan kekuatan ekonomi riil, disebabkan karena ketiadaan modal, pengalaman dan tekhnologi; Pancasila adalah landasan idiil dalam membina: sistim ekonomi Indonesia dan yang senantiasa harus tercermin dalam setiap kebijaksanaan ekonomi; pembangunan ekonomi berarti pengolahan kekuatan ekonomi potensiil menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan tekhnologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan managemen; penanggulangan kemerosotan ekonomi serta pembangunan lebih lanjut dari potensi ekonomi harus didasarkan kepada kemampuan serta kesanggupan rakyat Indonesia sendiri; azas untuk mendasarkan kepada kemampuan serta kesanggupan sendiri tidak boleh menimbulkan keseganan untuk memanfaatkan potensi-potensi modal, tekhnologi dan skiil yang tersedia dari luar negeri, selama segala sesuatu benar-benar diabdikan kepada kepentingan ekonomi rakyat tanpa mengakibatkan ketergantungan terhadap luar negeri;

16

b.

c.

d.

e.

f.

g.

Dasar Pertimbangan UU No 1/67 (Lanjutan) bahwa penggunaan modal asing perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk mmpercepat pembangunan ekonomi Indonesia serta digunakan dalam bidang-bidang dan sektor-sektor yang dalam waktu dekat belum dan atau tidak dapat dilaksanakan oleh modal Indonesia sendiri; bahwa perlu diadakan ketentuan-ketentuan yang jelas untuk memenuhi kebutuhan akan modal guna pembangunan nasional, disamping menghindarkan keraguraguan dari pihak modal asing;

17

Kedudukan UU Peraturan dan Persetujuan/Perizinan sebelum UU No.25/2007 Semua peraturan perundanan yang merupakan pelaksanaan UU No.1/67 tetap berlaku sepanjang tidak berentangan dan belum diatur dengan peraturan pelaksana yang baru (Pasal 37 (1)) UU No.25/2007 Persetujuan dan izin yang diberikan berdasarkan UU No.1/67 tetap berlaku sampai dengan waktu berakhirnya persetujuan

18
1. Dasar Pertimbangan UUPM 25/2007 Untuk ujudkan masy adil dan makmur berdasarakan Psila dan UUD 45, perlu dilaksanakan pembangunan ekonomi nasional berkelanjutan berlandaskan demokrsi ekonomi untuk mencapai tujuan negara; 2. Sesuai dengan amanat TAP MPR No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, kebijakan penanaman modal selayaknya selalu berdasarkan ekonomi kerakyatan, yang melibatkan pengembangan bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Ind diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekkuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri; Dalam menghadapi perubahan ekonomi global dan keikutsertaan Ind dalam berbagai kerjasama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan ekonomi nasional.

2.

3.

4.

19 Bentuk Hukum dan Kedudukan Perusahaan PMA: Pasal 3, UU 1/67 :Perusahaan PMA yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus (ditetapkan oleh pemerintah) berbentuk Badan Hukum menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia . Pasal 5 (2) UUPM 25/2007 Perusahaan PMA wajib dalam bentuk PT berdasarkan hukum Ind dan berkedudukan di wilayah RI, kecuali ditentukan UU
Daerah Berusaha Perusahaan PMA:
Pasal 4. UU No.1/67 Pemerintah menetapkan daerah berusaha perusahaan-perusahaan modal asing di Indonesia dengan memperhatikan perkembangan ekonomi nasional maupun ekonomi daerah, macam perusahaan, besarnya penanaman modal dan keinginan pemilik modal asing sesuai dengan rencana pembangunan Ekonomi Nasional dan Daerah.

20
Alasan Pemilik Modal Asing Datang Berinvestasi di Indonesia Menjadikan Indonesia Sebagai Pasar Dari Produknya => Pusat Perdagangan => biaya produksi rendah; keuntungan banyak Di negaranya telah tertutup bidang usahanya karena merusak lingkungan Mencari Secara Langsung Bahan Mentah yang dibutuhkan perusahaannya di Luar Negeri (Harga Murah) =>Daerah sumber bahan mentah Memanfaatkan TKI yang murah

1.
2.

3.

4.

Bidang Usaha Perusahaan PMA 1. UU No1/67 (Pasal 5- 8) 2. UUPM (Pasal 12) Prinsip : 1. Penetapan Perincian dan syarat-syarat bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing oleh pemerintah 2. Penetapan berdasarkan urutan prioritas 3. Penetapan dalam RPJM (5Tahunan) dan RPJP (25 Tahunan) 4. Pemerintah dapat menutup bidang usaha bagi modal asing (Psl.7) Urutan prioritas Penanaman Modal : Kategori I : Terbuka bagi semua penanaman modal Kategori II : Tertutup bagi PMA (Terbuka bagi PMDN + Non-PMA/PMDN + Pengusaha kecil, menengah dan koperasi Kategori III : Tertutup bagi PMA PMDN (hanya untuk Non-PMA/PMDN + Pengusaha kecil, menengah dan koperasi Kategori IV : Tertutup bagi semua penanaman modal Bagi PMA : 1. Terbuka dengan penguasaan penuh 2. Terbuka melalui kerjasama dengan PMDN 3. Tertutup Sama sekali bagi PMA

21

22

Bidang Usaha Perusahaan PMA UU No.1/67


1. Terbuka melalui Kerja sama dengan PMDN (tertutup penguasaan penuh) Pasal 6 ayat 1)
a. pelabuhan-pelabuhan; b. produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum; c. telekomunikasi; d.pelayaran; e.penerbangan; f. air minum; g. kereta api umum; h. pembangkitan tenaga atom; i. mass media.

2. Tertutup Sama sekali bagi PMA (Pasal 6 ayat 2) (Penting Bagi Pertahanan Negara)
produksi senjata, mesiu, alat- alat peledak dan peralatan perang 3. Penanaman modal asing di bidang pertambangan (bidang usaha lain) atas dasar kontrak karya atau bentuk lain dengan pemerintah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 8.

Bidang Usaha Perusahaan PMA UU N0.25/2007 1. Bidang Usaha Tertutup bagi PMA :produksi senjata, mesiu, alatalat peledak dan peralatan perang + Secara eksplisit ditentukan UU (Pasal 12 (2) 2. Melalui Peraturan Presiden ditetapkan biang usaha yang tertutup berdasarkan perrtimbangan : kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan/keamanan, dan kepentingan nasional lainnya. Pasal 12 (3) 3. Kriterita, persyaratan dan daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan ditetapkan Peratutan Presiden Pasal 12 (4) 4. Bidang usaha terbuka dengan persyaratan ditetapkan pemerintah berdasarkan kriteria kepentingan nasional : a. perlindungan sumber daya alam; b. perlindungan dan pengembangan usaha kecil, mikro, menengah dan koperasi c. pengawasan produksi dan distribusi d. peningkatan kapasitas teknologi e. partisipasi modal dalam negeri f. kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah

23

Penggunaan Tenaga Kerja dalam Perusahaan PMA (UU N01 -67 Bab IV Pasal : 9- 13) UUPM Bab VI. Pasal 10 dan 11 Salah satu tujuan dari pemberian izin peruswahaan PMA di Indonesia ialah untuk membuka lapangan kerja bagi TKI karena itu penggunaan TKA harus diatur dengan baik UU N. 1/67 membagi Tenaga Kerja dalam tiga kategori 1. Tenaga Direksi : Pemilik Modal bebas menetapkan , alasan : Direksi menentukan maju mundurnya perusahaan, tentu pemilik modal hanya mau serahkan modal kepadea orang yang dipercayainya. (Pasal 9) 2. Tenaga Pimpinan (selain direksi) dan Tenaga Ahli : Perusahaan PMA boleh menggunakan TKA, bagi jabatan yang belum dapat diisi oleh TKI (Pasal 11) 3. Tenaga Kerja Biasa : Perusahaan PMA wajib gunakan TKI (Pasal 10) Persoalan : 1. Yang menentukan apakah TKI dapat menduduki suatu jabatan adalah pihak direksi perusahaan melalui test masuk karyawan, karena itu selama masih ada teman dan famili yang membutuhkan kerja, tetap TKI tidak lulus 2. TKI sering dipandang mempunyai kualitas rendah dari TKA, sehingga berpengaruh terhadap promosi jabatan, kenaikan gaji, dsb.

24

25

Penggunaan Tenaga Kerja dalam Perusahaan PMA


Perusahaan PMA wajib selenggarakan dan/atau sediakan fasilitaslatihan dan pendidikan di dalam atau luar negeri secara teratur dan terarah bagi TKI agar berangsur-angsur TKA dapat diganti oleh TKI (Pasal 12) Persoalan : 1. pendidikan dan latihan hanya berkenaan dengan sebagian kecil proses produksi saja, sehingga alih teknologi tidak akan tercapai 2. Perusahaan PMA pada umumnya menggunakan padat modal dengan penggunaan mesin-masin, sehingga tidak banyak diperlukan tenaga kerja

Penggunaan Tenaga Kerja dalam Perusahaan PMA


1. 2.
3. 4.

UUPM UU No.2005/2007 Pasal 10 DAN 11 Perusahaan PMA wajib utamakan TKI ( Pasal 10 (1) Perusahaan PMA boleh menggunakan TKA sesuai Perundangan (Psal 10 (2) Perusahaan PMA wajib meningkatkan kompetensi TKI melalui pelatihan kerja (Paal 10 (3)) Perusahaan PMA yang gunakan TKA wajib selenggarakan pelatihan dan lakukan alih teknologi kepada TKI (Pasal 10 (4))

26

Penyelesaian Perselisihan Perburuhan ( Pasal 11 UUPM)


1. Perselisiahan hubungan industrial wajib diselesaikan secara musyawarah = negosiasi 2. Melalui upaya mekanisme tripartit (pengusaha, pemerintah dan buruh = mediasi) 3. Melalui pengadilan hubungan industrial (sebagai bagian dari PN) = litigasi

27 Fasilitas Penggunaan Tanah Bagi Perusahaan PMA


UUPM UU 1/67 Pasal 14 dan UUPM Pasal 22 Untuk keperluan perusahaan PMA dapat diberikan tanah dengan hak guna-bangunan, hak guna-usaha dan hak pakai menurut peraturan perundangan yang berlaku (Pasal 14) HGB : Pasal 35 40 UUPA HGB adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah yang bukan milik sendiri maksimal 30 tahun (Pasal 35 (1) Waktu dapat diperpanjang maksimal 20 tahun berdasarkan permintaan dan kondisi bangunan Pasal 35 (2) HGB dapat beralih dan dialihkan (Pasal 35 (3)) Hanya dapat dipunyai WNI atau BHI (Pasal 36 (1) HGB diperoleh melalui : Penetapan Pemerintah jika atas tanah yang dikuasai langsung oleh negara, Akta Otentik jika tanah milik orang lain(Pasal 37) HGB dapat dijadikan jaminan utang melalui hak tanggungan (Pasal 39)

28 HGU : Pasal 28-34 UUPA HGU adalah hak mengusahakan tanah yang langsung dikuasai negara guna perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan; atas tanah dengan luas minimal 5 ha atau 25 ha atau lebih (Pasal 28) HGU dapat beralih dan dialihkan (Pasal 28 (3)) HGU diberikan dalam waktu maksimal 25 tahun; atau 35 tahun bagi usaha yang perlu waktu lebih lama; dan dapat diperpanjang maks 25 tahun (Pasal 29) Hanya dapat dipunyai WNI atau BHI (Pasal 30 (1) HGU terjadi karena : Penetapan Pemerintah (Pasal 31) HGU dapat dijadikan jaminan utang melalui hak tanggungan (Pasal 33)

29

Hak Pakai : Pasal 41-43 UUPA Hak Pakai dalah hak menggunakan atau memungut hasil dari tanah yang langsung dikuasai negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannyaoleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjnajian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa UU ini. (Pasal 41 (1)) Hak Pakai dapat dipunyai oleh : WNI, WNA Penduduk Indonesia, BHI dan BHA yang punya perwakilan di IND (Pasal 42) Hak Pakai dapat dialihkan dengan izin pejabat berwenang atau dimungkinkan dalam perjanjian pemberiannya (Pasal 43)

30 UUPM Pasal 22 Kepada investor dapat diberikan hak atas tanah berupa HGU, HGB dan Hak Pakai, sbb. : (Pasal 22 (1) HGU : dengan jangka waktu 95 tahun; dapat diperpanjang di muka selama 60 tahun dan diperbaharui selam 35 tahun

HGB : dengan jangka waktu 80 tahun; dapat diperpanjang di muka selama 50 tahun dan diperbaharui selam 30 tahun Hak Pakai : dengan jangka waktu 70 tahun; dapat diperpanjang di muka selama 45 tahun dan diperbaharui selam 25 tahun

HGU, HGB dan Hak Pakai dapat diberikan/diperpanjang dengan syarat : Penanaman modal dalam jangka panjang dan terkait dengan perubahan struktur perekonomian Ind yang berdaya saing Pengembalian modalnya dalam jangka panjang Tidak memerlukan areal yang luas Tanahnya adalah tanah negara

31 HGU, HGB dan Hak Pakai dapat diperbaharui dengan syarat (Pasal 22 (3) : Setelah dilakukan evaluasi Tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengasn keadaan, sifat dan tujuan pemberian hak HGU, HGB dan Hak Pakai dapat dihentikan atau dibatalkan bila : Tanah diterlantarkan pengusaha Merugikan kepentingan umum Menggunakan tanah tidak sesuai dengan tujuan pemberiannya Mahakamah Konstitusi : Telah membatalkan aturan tentang pemanfaatan tanah ini Melanggar peraturan perundangan di bidang pertanahan karena bertentangan dengan UUPA sebagai UU Pokok yang harus menjiwai semua UU menyangkut dengan agraria; karena itu ketentuan UUPA tetap berlaku kembali menganai hak atas tanah untuk perusahaan PMA ini.

32
Fasilitas Perpajakan dan Bea Masuk Bagi Perusahaan PMA (Pasal 15 17 UUPMA No.1/67 (diubah dengan UU No.11/70) dan Pasal 18 UUPM) UU N0.1/67 Kepada Perusahaan PMA diberikan kelonggaran perpajakan dan pungutan lain sbb.: a. Pembebasan dari : Pajak Perseroan atas keuntungan ; Pajak Perseoran atas keuntungan yang ditanam kembali; Bea Masuk Barang perlengkapan tetap; b. Keringanan atas pengenaan pajak perseroan dengan suatu tarip yang proporsionil setinggi-tingginya 50 % untuk jangka waktu yang tidak melebihi 5 (lima) tahun sesudah jangka waktu pembebasan; memperhitungkan kerugian yang diderita selama jangka waktu pembebasan yang dimaksud 2. Pemerintah dapat memperpanjang pemberian kelonggaran perpajakan dan pungutan lain kepada perusahaan PMA yang sangat diperlukan bagi pertumbuhanekonomi.

Fasilitas Perpajakan dan Bea Masuk Bagi Perusahaan PMA 33 UU No. 11/1970 Pasal 1 Pasal 15 diubah menjadi Perusahaan PMA diberikan kelonggaran perpajakan dan pungutan lain sbb.: Pembebasan: Bea Materai Modal; Pembebasan Bea Masuk dan Pajak Penjualan (impor) atas barang modal seperti mesin-mesin, alat-alat kerja atau pesawat-pesawat yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan itu; Pembebasan Bea Balik Nama atas akta Pendaftaran Kapal dalam waktu 2 tahun sejak saat produksi Kelonggaran di bidang Pajak Perseroan seperti : a. kompensasi kerugian seperti yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) Ordonansi Pajak Perseroan 1925; b. kompensasi kerugian yang diderita selama 6 (enam) tahun pertama sejak pendirian seperti yang diatur dalam pasal 7 ayat (2) Ordonansi Pajak Perseroan 1925; c. penghapusan dipercepat seperti yang diatur lebih jauh sesuai dengan pasal 4 ayat (4) Ordonansi Pajak Perseroan 1925, d. perangsang penanaman seperti yang diatur dalam pasal 4b Ordonansi Pajak Perseroan 1925 5. Di sebelah

34
Fasilitas Perpajakan dan Bea Masuk Bagi Perusahaan PMA UU No. 11/1970 Pasal 1 (lanjutan) 5. pembebasan pajak dividen selama 2 (dua) tahun terhitung dari saat mulai berproduksi atas bagian laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham, sejauh dividen tersebut dinegara sipenerima tidak dikenakan pajak atas laba atau pendapatan Perpnjangan Fasilitas Perpajakan dan Bea Masuk Bagi Perusahaan PMA Pasal 16 diubah seluruhnya menjadi : Menteri Keuangan dapat memperpanjang jangka waktu masa bebas pajak selama setahun apabila : a. penanaman modal tersebut dapat menambah dan menghemat devisa Negara secara berarti, b. penanaman modal tersebut dilakukan diluar Jawa, c. penanaman modal tersebut memerlukan modal yang besar karena keperluan membangun prasarana dan/atau menghadapi risiko yang lebih besar dari yang sewajarnya, d. oleh Pemerintah diprioritaskan secara khusus diberikan masa bebas

Fasilitas Perpajakan dan Bea Masuk Bagi Perusahaan PMA 35 UU PM No. 25/2007 Pemerintah memberi fasilitas kepada penanam moal yang melakukan peluasan usaha atau melakukan penanaman mdal baru. (Pasal 18 (1) dan (2) Yang mendapat fasilitas minimal memanuhi satu kriteria berikut (18 (3)): a. Menyerap banyak tenaga kerja; b. Termasuk skala prioritas tinggi; c. termasuk pembangunan infra struktur; d. melakukan alih teknologi; e. Melakukanindustri pionir; f. berada di daerah terpencil, tertinggal, perbatgasan, atau daerah yang dianggap perlu; g. Menjaga kelestarian lingkungan hidup; h. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan innovasi; i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menegah dan koperasi; j. Menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi dalam negeri. 3. Fasilitas yang diberikan (Pasal 18 (4) : Fasilitas Pajak Penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal dalam waktu tertentu Pembebasan atau keringan bea masuk atas impor barrang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi dalam negeri Pembebasan atau keringan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu dan persyaratan tertentu

36 Fasilitas Perpajakan dan Bea Masuk Bagi Perusahaan PMA UU PM No. 25/2007 d. Pembebasan atau penangguhan PPN atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi dalam negeri. e. Penyusutan atau amortisasi dipercepat f. Keringanan PBB, khusus untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu. 4. Pembebasan atau pengurangan PPH Badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru berupa industri pionir, yakni yang memiliki keterkaitan luas, memberi nilai tambah dan ekternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis begai perekonomian nasional. (Pasal 18 (5) 5. Perusahaan yang melakukan penggantian mesin atau barang modal lainnya dapat diberi keringanan atau pembebasan bea masuk (Pasal 18 (6)) 6. Fasilatas Penanaman Modal hanya dapat diberikan kepada Perusahaan PMA yang berbentu PT (Pasal 20)

Jangka Waktu PMA 37 UU No.1/67 Pasal 18 Dalam setiap izin penanaman modal asing ditentukan jangka waktu berlakunya yang tidak melebihi 30 (tiga puluh) tahun. (Pasal 18) UU No.25/2007 tidak ada mengatur Hak Transfer dan Repatriasi UU No.1/67 Pasal 19 dan 20 Pasal 19. Kepada perusahaan modal asing diberikan hak transfer dalam valuta asli dari modal atas dasar nilai tukar yang berlaku untuk: a. keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan kewajiban-kewajiban pembayaran lain di Indonesia; b. biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga asing yang dipekerjakan di Indonesia; c. biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut; d. penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap; e. kompensasi dalam hal nasionalisasi. Pasal 20. Transfer,yang bersifat repatriasi modal tidak dapat diizinkan selama kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutanpungutan lain yang tersebut pada pasal 15 masih berlaku. Pelaksanaan lebih lanjut diatur oleh Pemerintah.

Hak Transfer dan Repatriasi UUPM No.25/2007 Pasal 8 Investor dibari hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing terhadap : a. Modal b. Keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lain c. Dana yang diperlukan untuk : a. Pembelian bahan baku dan bahan penolong, barang segtengah jadi atau barang jadi; b. Pengganti barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup investor d. Tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal e. Dana untuk membayar kembali pinjaman f. Royalti atau biaya yang harus dibayar g. Upah TKA h. Hsil penjualan atau likuidasi penanaman modal i. Kompensasi atas kerugian j. Kompensasi atas pengambilalihan; k. Pembayaran dalam rangka bantuan tenknis, biaya atas jasa teknik dan manajemen, pembayaran dalam kontrak proyek, dan pembayaran atas kekayaan intelektual l. Hasil penjualan aset

38

Hak Transfer dan Repatriasi UUPM No.25/2007 Pasal 9 39 Penundaan Hak Tansfer dan Repatriasi 1. Bila ada tanggungjawabhukum investor yang belum diselesaikan : a. Penyidik atau Menkeu dapat meminta bank atau lemabga lain untuk menunda hak transfer atau repatriasi b. Penadilan berwenang menetgapkan penundaan hak transfer dan repatriasi bila ada gugatan 2. Bank atau lemabaga lain melaksanakan penetapan penundaan berdasarkan penetapan pengadilan tersebut sampai investor melaksanakan seluruh tanggungjawabnya
Nasionalisasi dan Kompensasi No.1/67 Pasal 21 dan 22; UUPM Pasal 7 Pada zaman orde lama, pemerintah RI pernah melakukan nasionalisasi, yakni tindakan pengambilalihan terhadap perusahaan PMA, sehingga investor asing takut menanam modal di INd. Maka UU No. 1/67 memberi jaminan kepada investor agar nasionalisasi tidak akan dilaksanakan UU No.1/67 Pasal 21 1. Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi/ pencabutan hak milik secara menyeluruh atas perusahaan-perusahaan modal asing atau tindakan-tindakan yang mengurangi hak menguasai dan/atau mengurus perusahaan yang bersangkutan, kecuali jika dengan Undang-undang dinyatakan kepentingan Negara menghendaki tindakan demikian.

2. Pasal 22. UU No.1/67 (1) Jika nasionalisasi terpaksa dilakukan, pemerintah wajib membayar 40 kompensasi, yang jumlah, macam dan cara pembayarannya disetujui oleh kedua belah pihak sesuai dengan azas-azas hukum internasional yang berlaku. (2) Jikalau tidak tercapai persetujuan mengenai jumlah, macam dan cara pembayaran kompensasi tersebut maka akan diadakan arbitrase yang putusannya mengikat kedua belah pihak. (3) Badan arbitrase terdiri dari tiga orang, yang dipilih oleh Pemerintah dan pemilik modal masing-masing satu orang, dan orang ketiga sebagai ketuanya dipilih bersama-sama UU No.25/2007 Pasal 7 1. Pemeritah tidak akan melakukan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan penananam modal, kecuali dengan UU 2. Jika dilakukan pemerintgah akan memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan harga pasar 3. Jika tidak sepakat tentang kompensasi atau ganti rugi penyelesaianya dilakukan melalui arbitrase.

Kerjasama Investor Asing dan Nasional Bentuk Kerjasama Persuahaan Asing dan Perusahan Nasional 1. Joint venture : Kerjasama dengan mengadakan perjanjian belaka tanpa membentuk perrusahaan baru. Biasanya dalam bentuk perjanjian keagenan, distributor, waralaba, dan pemasaran produk. Misalnya : Kerjasama PT Yasonta dengan Sharp untuk memasarkan produk Sharp di Indonesia; Cocala dengan PT. Java Bottling Indonesia; Kentucky Fried Chikken, dsb. 2. Joint Enterpise : Kerjasama dengan membentuk Perusahaan Baru, misalnya PT. Rimba Sunkyong 3. Kontrak Karya : Kerjasama antara investor asing dengan pemerintah RI, dengan mendirikan peruahaan baru yang berbentuk BHI, biasanya di bidang pertambangan seperti : PT Alied Indo Coal; PT CPI, dsb.

41

Kerjasama Investor Asing dan Nasional UU No/.1/67 Pasal 23-25 1. Dalam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing dapat diadakan kerja sama antara modal asing dengan modal nasional Pasal 23 (1) 2. Pemerintah menetapkan bidang-bidang usaha, bentuk dan cara kerja sama antara modal asing dan modal nasional dengan memanfaatkan modal dan keahlian asing dalam bidang ekspor serta produksi barang-barang dan jasa-jasa. (Pasal 23 (2) 3. Keuntungan yang diperoleh perusahaan modal asing sebagai hasil kerja sama antara modal asing dan modal nasional tersebut pada pasal 23 setelah dikurangi pajak-pajak serta kewajiban-kewajiban lain yang harus dibayar di Indonesia, diizinkan untuk ditransfer dalam valuta asli dari modal asing yang bersangkutan seimbang dengan bagian modal asing yang ditana (Pasal 24). 4. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang ini mengenai kelonggaran perpajakan dan jaminan terhadap nasionalisasi maupun pemberian kompensasi berlaku pula untuk modal asing dalam kerjasama ini

42

43
Perkembangan Kebijakan RI Tentang Kerja sama 1. Instruksi Presidium Kabinet 1967 :PMA harus dengan joint enterprise dengan pemilik modal nasional 2. Paket Kebijaksanaan Januari 1974: PMA harus berbentuk Joint enterprise dengan penyertaan pihak Indonesia minimal 51% 3. Paket 6 Mei 1986 PMA wajib dengan penyertaan perusahaan nasional dengan minimal 20%, dalam 10 tahun PMA wajib memberi kesempatan penyertaan modal nasional 51% 4. Kepres No.20/1992 PMA dapat dilakukan dengan : 1). patungan antara modal milik WNI atau BHI dengan WNA atau BHA 2). Langsung, dalam arti seluruh modal dimiliki oleh pihak asing 5. UU No.25/2007 Perlakuan yang sama

Tata Cara PMA 1. Kepres No. 97 Tahun 1993 Tata Cara PMA Pasal 2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. a.

b. c. d. e.

44 Calon ivestor pelajari DNI; bila perlu hubungi BKPM atau BKPMD Calon investor mengajukan permohonan kepada Meninves/Ketua BKPM gunakan formulir yang ditetapkan Meinves/Ketua BKPM menyampaikan permohonan itu kepada Presiden disertai pertimbangannya Persetujuan/penolakan Presiden disampaikan kepada MI/KBKPM MI/KBKPM menyampaikan Surat Pemberitahuan Persetujuan Presiden (SP3) kpd investor sebgai persetujuan prinsip MI/KBKPM sampaikan rekaman SP3 kepada instansi pemerintah terkait Bila investor telah memenuhi syarat : MI/KBKPM kelurkan APIT; Keputusan Pemberian Fasilitas/Keeringanan Bea Masuk dan pungutan impor lainnya; Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing; Izian Usaha Tetap atas nama Mentri yang membidangi usaha tsb. Sesuai pelimpahan wewenang Kakan Pertanahan Kab/Kota keluarkan izin lokasi sesuai tata ruang, Kakan Pertanahan Kab/Kkota keluarkan HGU dan HGB Kadinas Pengawasan Pembangunan Kota keluarkan IMB Sekwilda Kab/Kota keluarkan izin UUG (HO)

8. HO tidak perlu bagi industri yang wajib punya amdal atau berlokasi di Kawasan Berikat/ Kawasan Industri 9. Dalam waktu yg ditetapkan investor menyampaikan Daftar Induk Barang Modal, Bahan Baku dan Bahan Penolong yang akan diimpor 10. MI/KBKPM keluarkan Ketetapan Fasilitas/Keringanan Bea Masuk dan Pungutan Impor Lain 11. Permohonan Perubahan Rencana Penananam Modal disampaikan investor kepada MI/KBKPM

2. Kepres No.115 Tahun 1998 (Perubahan Pasal 2 Kepres 97/93


1. 2. 3.

4. 5. 6. 7. a.

b. c. d. e.

45 Calon ivestor pelajari DNI; bila perlu hubungi BKPM atau BKPMD Calon investor mengajukan permohonan kepada Meninves/Ketua BKPM gunakan formulir yang ditetapkan Bila Lebih dari US$100 juta, Meinves/Ketua BKPM menyampaikan permohonan itu kepada Presiden disertai pertimbangannya; sampai US$.100 juta MI/KBPKPM keluarkan Persetujuan Prinsip Persetujuan/penolakan Presiden disampaikan kepada MI/KBKPM MI/KBKPM menyampaikan Surat Pemberitahuan Persetujuan Presiden (SP3) kpd investor sebgai persetujuan prinsip MI/KBKPM sampaikan rekaman SP3 kepada instansi pemerintah terkait Bila investor telah memenuhi syarat : MI/KBKPM kelurkan APIT; Keputusan Pemberian Fasilitas/Keeringanan Bea Masuk dan pungutan impor lainnya; Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing; Izian Usaha Tetap atas nama Mentri yang membidangi usaha tsb. Sesuai pelimpahan wewenang Kakan Pertanahan Kab/Kota keluarkan izin lokasi sesuai tata ruang, Kakan Pertanahan Kab/Kkota keluarkan HGU dan HGB Kadinas Pengawasan Pembangunan Kota keluarkan IMB Sekwilda Kab/Kota keluarkan izin UUG (HO)

8. HO tidak perlu bagi industri yang wajib punya andal atau berlokasi di Kawasan Berikat 9. Dalam waktu yg ditetapkan investor menyampaikan Daftar Induk Barang Modal, Bahan Baku dan Bahan Penolong yang akan diimpor 10. MI/KBKPM keluarkan Ketetapan Fasilitas/Keringanan Bea Masuk dan Pungutan Impor Lain 11. Permohonan Perubahan Rencana Penananam Modal disampaikan investor kepada MI/KBKPM

Tata Cara PMA

1. Kepres No. 97 Tahun 1993Tata Cara PMA Pasal 3 Permohonan PMA di bidang pertambangan di luar migas disampaikan kepada MI/KBKPM berdasarkan Kontrak Karya antara invstor dengan Pemerintah cq. Mentamben Pasal 4

46

Permohonan PMA di bidang kehutanan disampaikan kepada MI/KBKPM berdasarkan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) atau Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) yang dari Mentri Kehutanan

Tata Cara PMA 3. Kepres No.115/1998 (Perubahan Pasal 2 Kepres 1. Bila investor telah97/93 memenuhi syarat :

47

a. MI/KBKPM kelurkan APIT; Keputusan Pemberian Fasilitas/Keeringanan Bea Masuk dan pungutan impor lainnya; Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing; Izian Usaha Tetap atas nama Mentri yang membidangi usaha tsb. Sesuai pelimpahan wewenang b. Kakan Pertanahan Kab/Kota keluarkan izin lokasi sesuai tata ruang, c. Kakan Pertanahan Kab/Kkota keluarkan HGU dan HGB d. Kadinas Pengawasan Pembangunan Kota keluarkan IMB e. Sekwilda Kab/Kota keluarkan izin UUG (HO) 8.

HO tidak perlu bagi industri yang wajib punya andal atau berlokasi di Kawasan Berikat/Kawasan Industri 9. Dalam waktu yg ditetapkan investor menyampaikan Daftar Induk Barang Modal, Bahan Baku dan Bahan Penolong yang akan diimpor 10. MI/KBKPM keluarkan Ketetapan Fasilitas/Keringanan Bea Masuk dan Pungutan Impor Lain 11. Permohonan Perubahan Rencana Penananam Modal disampaikan investor kepada MI/KBKPM

Tata Cara PMA 3. Kepres No.117/1999 (Perubahan Pasal 2 Kepres 97/93 48 (1) Kewenangan pemberian persetujuan penanaman modal dalam rangka

Penanaman Modal Asing, dilimpahkan Meneginves/Ka BKPM kepada Menlu dan Gubernur (2) (2) Khusus kepada Gubernur diberikan pula pelimpahan wewenang pemberian perizinan pelaksanaan penanaman modal, sepanjang belum dibentuk instansi yang menangani penanaman modal di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. (3) Untuk melaksanakan pelimpahan kewenangan lebih lanjut Menlu menugaskan Kepala Perwakilan RI, sedangkan Gubernur menugaskan Ketua BKPMD (4) Calon investor PMA mempelajari lebih dahulu DNI PMA dan apabila diperlukan dapat menghubungi BKPM, BKPMD, atau Perwakilan RI. (5) Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan-ketentuan lain yang bersangkutan, calon investor mengajukan permohonan kepada Meneg Inves/Ka BKPM atau Gubernur, ( Ketua BKPMD), atau Kepala Perwakilan RI dengan mempergunakan Tata Cara Permohonan yang ditetapkan oleh Meneg Inves/Ka BKPM (6) Apabila permohonan mendapatkan persetujuan, Meneg Inves atau Gubernur ( Ketua BKPMD), atau Kepala Perwakilan RI menerbitkan Surat Persetujuan Penanaman Modal, yang berlaku juga sebagai

Tata Cara PMA 3. Kepres No.117/1999 (Perubahan Pasal 2 Kepres 97/93 (8) Apabila penanam modal telah memperoleh Surat Persetujuan

49

Penanaman Modal Asing dan setelah dipenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka: a. Meneg Invest atau Gubernur (Ketua BKPMD), mengeluarkan: 1) Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT); 2) Keputusan Pemberian Fasilitas/Keringanan Bea Masuk dan Pungutan Impor Lainnya; 3) Persetujuan atas Rencana Penggunaan Tenaga Asing Pendatang (RPTKA) yang diperlukan sebagai dasar bagi Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah untuk menerbitkan Izin Kerja Bagi Tenaga Kerja Asing Pendatang yang diperlukan; 4) Izin Usaha Tetap atas nama Menteri yang membidangi usaha tersebut sesuai pelimpahan wewenang. b. Kakan Pertanahan Kab/Kota keluarkan Izin Lokasi sesuai Rencana Tata Ruang. c. Kakan Pertanahan Kabupaten/Kota mengeluarkan hak atas tanah dan menerbitkan sertifikat tanah sesuai ketentuan yang berlaku. d. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Daerah Kabupaten/Kota atau Satuan Kerja Teknis atas nama Bupati/Walikota Kepala Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan, atau Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota (P2K) untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta atas nama Gubernur Kepala

Tata Cara PMA 3. Kepres No.117/1999 (Perubahan Pasal 2 Kepres 97/93

50

(9) izin UUG/HO tidak berlaku bagi Perusahaan Industri yang wajib memiliki AMDAL dan atau yang berlokasi di dalam Kawasan Industri/Kawasan Berikat.

(10) Setelah memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal Meneg Inves atau Gubernur (Ketua BKPMD), atau Kepala Perwakilan RI, penanam modal dalam waktu yang ditetapkan menyampaikan Daftar Induk barang-barang modal serta bahan baku dan bahan penolong yang akan diimpor kepada Meneg Inves atau Gubernur (Ketua BKPMD), . (11) Berdasarkan penilaian terhadap Daftar Induk sebagaimana dimaksud dalam ayat (10), Meneg Inves atau Gubernur (Ketua BKPMD), , mengeluarkan Keputusan Fasilitas/Keringanan Bea Masuk dan Pungutan Impor Lainnya. (12) Permohonan untuk perubahan atas rencana penanaman modal yang telah memperoleh persetujuan, termasuk perubahan untuk perluasan proyek, disampaikan oleh penanam modal kepada Meneg Inves atau Gubernur (Ketua BKPMD), untuk mendapatkan persetujuan dengan mempergunakan tata cara yang telah ditetapkan oleh Meneg Inves/ Ka BKPM (13) Penanam modal yang telah memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing dari Kepala Perwakilan Republik Indonesia wajib mengajukan permohonan perizinan pelaksanaan kepada Meneg Inves

51

Pengertian Modal Dalam Negeri Secara umum adalah modal yang tersedia di dalam negeri Pasal 1 angka 9 UUPM : modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara RI, perseorangan WNI, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum

Pasal 1. UU No.6/68 Tentang PMDN, yang dimaksud dalam UU ini dengan modal dalam negeri ialah Bagian daripada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak daiataur oleh Pasal 2 UU 1/67 tentang PMA.

Pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri 52 Secara umum, PMDN adalah kegiatan penggunaan modal yang di dalam negeri untuk menjalankan usaha

Pasal 2 UU No 6/68, PMDN ialah penggunaan daripada kekayaan yang tersebut dalam Pasal 1, baik langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan2 UU ini.

Pasal 1 angka 2 UUPM : PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha dalam wilayah negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri denan menggunakan modal dalam negeri Pengaturan PMDN : 1. UU No6/1968 Tentang PMDN diubah dengan UU No.12/ 1970, khususnya mengenai Keringanan Perpajakan dan Pungutan lainnya bagi Penanaman Modal 2. UUPM (UU No.25/2007) tentang Penanaman Modal

Dasar Pertimbangan UU NO 6/68

a. Dalam pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan untuk mempertinggi kemakmuran rakyat, modal merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan b. Perlu diselenggarakan pemupukan dan pemanfaatan modal dalam negeri secara maksimal, yang terutama diarahkan kepada usaha-usaha rehabilitasi, pembaharuan, perluasan dan pembangunan baru dalam bidang produksi barangbarang dan jasa-jasa c. Perlu diciptakan iklim yang baik, dan ditetapkan ketentuan-ketentuan perangsang bagi para penanam modal dalam d. Dalam sistim ekonomi nasional yang idiil, berlandaskan Pancasila, kecuali bidangbidang yang dikhususkan bagi usaha Negara didalam batas-batas ketentuan dan jiwa Undang-undang Dasar 1945, terbuka lapangan yang lusas bagi usaha-usaha swasta e. Pembangunan ekonomi nasional harus disandarkan kepada kemampuan dan kesangupan rakyat Indonesia sendiri; f. Dalam tingkat perkembangan ekonomi dan potensi nasional dewasa ini perlu dimanfaatkan juga modal dalam negeri yang dimiliki oleh orang asing (domestik), sepanjang tidak merugikan perkembangan ekonomi dan pertumbuhan golongan pengusaha nasional g. Dalam rangka pemanfaatan modal dalam negeri, selain diberikan ketentuanketentuan perangsang, perlu ditetapkan pula batas waktu berusaha bagi perusahaan-perusahaan asing (domestik) yang menggunakan modal dalam negeri, agar diperoleh pegangan yang jelas bagi semua pihak yang berkepentingan

53

Penjelasan Umum UU NO 6/68

1. Pembangunan tidak akan mungkin tanpa adanya pemupukan modal dalam negeri sendiri secara besar-besaran, yang penggunaannya diatur dan disalurkan hingga timbul kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktip dan effiein. 2. Setiap negeri yang belum maju mengalami kemerosotan atau kemandekan perkembangan ekonomi karena kemahalan masyarakat itu untuk memupuk modalnya ssendiri. 3. Hal ini juga disebabkan karena lemahnya kemampuan para pengusaha, baik dari pihak swasta maupun dari pihak Pemerintah, sehingga perlu diadakan ketentuan-ketentuan yang dapat memperbesar kemampuan masyarakat Indonesia untuk berusaha secara produktip. 4. Kelamahan-kelemahan tersebut masih lagi ditambah dengan kesulitan dengan adanya dominasi perekonomian Indonesia pada umumnya dan dominasi modal khususnya oleh orang-orang asing yang memiliki dan berusaha dengan modal dalam negeri, yang telah berlangsung berabadabad lamanya, sehinga prlu diakhiri 5. Dominasi tersebut sangat membatasi kemampuan-kemampuan Pemerintah pada dewasa ini untuk bertindak secara radikal (dalam waktu yang sangat singkat 6. Karena itu pengakhiran dominasi orang asing atas perekonomian Indonesia, harus dilaksanakan dengan cara memanfaatkan orang asing dan modalnya, tanpa meninggalkan realitas-realitas yang berlaku

54

7. Perlu diadakan pemisahan yang tegas antara perlakuan terhadap modal dan 55 perlakuan terhadap perusahaan. 8. Terhadap seluruh modal dalam negeri (selain modal menurut pasal 2 Undangundang No. 1 tahun 1967 tentang PMA), walaupun dapat dimiliki oleh berbagai pihak termasuk orang asing, tidak diadakan pembedaan perlakuan. 9. Pembedaan perlakuan diadakan secara tegas terhadap orang-orang asing dan perusahaannya yang menguasai dan memiliki modal dalam negeri. Pada prinsipnya orang asing tidak dibolehkan berusaha dengan modal dalam negeri, akan tetapi mengingat keadaan-keadaan perekonomian dan masyarakat Indonesia, maka orang-orang asing dengan modalnya perlu dimanfaatkan dengan memberikan kepada mereka ketentuan-ketentuan dan kepastian atas dasar mana mereka dapat bekerja secara produktip dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia.Lebih penting lagi ialah adanya ketentuan dan kepastian tentang modal dan perusahaan supaya dinamik masyarakat dan daya kreatip rakyat dapat menimbulkan akumulasi modal yang digunakan untuk kegiatankegiatan produktip 10.Pemerintah memegang peranan yang sangat vital sebagai pemimpin dan pelopor dari pembangunan. Peme-rintah dapat merintis dan merangsang penanaman-penanaman modal dari pihak masyarakat pada umumnya. 11.Undang-undang PMDN ini berisi kegtentuan perangsang dan menjamin pemupukan modal, baik kecil maupun besar, seperti tabungan-tabungan, deposito-deposito berjangka, pembelian kertas-kertas berharga,

Bentuk Hukum Perusahaan PMDN Pasal 3 UU PMDN

56

1. Perusahaan nasional adalah perusahaan yang sekurang- kurangnya 51% daripada modal dalam negeri yang ditanam didalammnya dimiliki oleh Negara dan/atau, swasta nasional Persentase itu senantiasa harus ditingkatkan sehingga pada tanggal 1 Januari 1974 menjadi tidak kurang dari 75% 2. Perusahaan asing adalah perusahaan yang 51% atau lebih dari modal dalam negeri yang digtanam di dalamnya dimiliki oleh orang asing yang berdomisili di Ind. 3. Jika usaha yang dimaksudkan dalam ayat 1 pasal ini berbentuk perseroan terbatas maka sekurang-kurangnya persentase tersebut dalam ayat 1 dari jumlah saham harus atas nama. Pasal 5. (2) Dalam setiap izin usaha yang diberikan kepada perusahaan asing yang menggunakan modal dalam negeri ditentukan jangka waktu berlakunya dengan seperti dimuat dalam Pasal 6 Pasal 6. Waktu berusaha bagi perusahaan asing, baik perusahaan baru maupun lama, dibatasi sebagai berikut : a. Dalam bidang perdagangan pada tanggal 31 Desember 1977 b. Dalam bidang indunstri berakhir pda tanggal 31 Desember 1997 c. Dalam bidang-bidang usaha laiinya akan ditentukan lebih lanjut oleh Pemerintah dengan batas waktu antara 10 dan 30 tahun.

Pasal ini merupakan salah satu penyebab krisis moneter 1998 yang menjatuhkan orde baru

Pasal 7. (1) Jikalau jangka waktu berusaha yang ditentukan bagi perusahaan asing berakhir, maka warga-negara asing yang bersangkutan dapat melanjutkan berusaha dengan jalan antara lain : a. Mengalihkan modalnya kebidang usaha lain yang batas waktu berusahanya belum berakhir; b. mengadakan usaha gabungan dengan perusahaan nasional (2) Setelah waktu berusaha untuk perusahaan asing berakhir, maka perusahaan atau modal yang dimiliki oleh warga negara asing yang bersangkutan harus dialihkan kepada warga negara Indonesia. (3) Jika setelah diberi peringatan secara tertulis sekurang-kurangnya dua kali oleh instansi yang berwenang , warganegara asing yang berkepentingan didalam waktu satu tahun sejak berakhirnya jangka waktu berusaha yang dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) dan pasal 6 tidak memenuhi ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 dan 2 pasal ini, maka Pemerintah atau instansi yang ditunjuknya berhak melakukan likwidasi terhadap perusahaan asing yang bersangkutan. Pasal 8. Pemerintah berkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan dan menyelenggarakan usaha-usaha, agar pada waktunya perusahaan-perusahaan nasional dapat menampung dan melakukan fungsi dan kegiatan-kegiatan perusahaan-perusahaan asing yang batas waktu berusahanya telah berakhir.

57

Kita harus bedakan antara Perusahaan Asing dan Perusahaan PMA


UUPM No.25/2007 tidak adamengatur perusahaan Nasional dan Perusahaan Asing

Bidang Usaha Perusahaan PMDN 58 Pasal 4. (1) Semua bidang usaha pada azasnya terbuka bagi swasta. Kegiatan Negara yang bersangkutan dengan pembinaan bidang usaha swasta meliputi pula bidang-bidang yang perlu diperlopori atau dirintis oleh Pemerintah. (2) Bidang usaha Negara meliputi terutama bidang bidang-bidang yang perusahaannya wajib dilaksanakan oleh Pemerintah
BAB VI. PEMBEBASAN DAN KERINGANAN PERPAJAKAN. Pasal 9. (1) Modal yang ditanam dalam usaha-usaha rehabilitasi, pembaharuan, perluasan dan pembangunan baru dibidang-bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perindustrian, pengangkutan, perumahan rakyat, kepariwisataan, prasarana dan usaha-usaha produktip lainya menurut ketentuan Pemerintah. oleh Instansi Pajak tidak diusut asal-usulnya dan tidak dikenakan pajak. (2) Kelonggaran tersebut pada ayat 1 pasal ini berlaku untuk jangka waktu lima tahun dari berlakunya Undang-undang ini. Pasal 10 (1) Modal yang ditanam dalam usaha-usaha dibidang-bidang termaksud dalam pasal 9 ayat (1) dibebaskan dari pengenaan Pajak Kekayaan. (2) (2) Diposito dan tabungan yang disimpan dalam bank sekurang-kurangnya satu tahun dibebaskan pula dari pengenaan Pajak Kekayaan. Pasal 11 dihapuskan oleh UU No.12/1970

Pasal 12 diubah seluruhnya oleh UU No. 12/1970 menjadi :

"Kepada Perusahaan-perusahaan yang menanam modalnya dalam usaha-usaha dibidang termaksud dalam pasal 9 ayat (1) diberikan kelonggaran-kelonggaran perpajakan sebagai berikut: 1. Pembebasan bea meterai modal atas penempatan modal. 2. Pembebasan atau keringanan bea masuk dan pembebasan pajak penjualan (impor) pada waktu pemasukan barang-barang modal (termasuk alat-alat perlengkapan), yang diperlukan untuk usaha-usaha pembangunan dan rehabilitasi, kedalam wilayah Indonesia. 3. Pembebasan Bea Balik Nama atas akta pendaftaran kapal untuk pertama kalinya di Indonesia yang dilakukan dalam masa sampai dengan 2. (dua) tahun setelah saat mulai berproduksi, satu dan lain dengan memperhatikan jenis usahanya. 4. Pemberian Kelonggaran-kelonggaran didalam pajak peseroan: a. Kompensasi kerugian seperti yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) Ordonansi Pajak Perseroan 1925 b. Kompensasi kerugian yang diderita selama 6 (enam) tahun pertama sejak pendirian seperti yang diatur dalam pasal 7 ayat (2) Ordonansi Pajak Perseroan 1925 c. Penghapusan dipercepat seperti yang diatur lebih jauh sesuai dengan pasal 4 ayat (4) Ordonansi Pajak Perseroan 1925 d. Perangsang penanaman seperti yang diatur dalam pasal 4b Ordonansi Pajak Perseroan 1925 5. Pembebasan pajak dividen selama 2 (dua) tahun terhitung dari saat mulai berproduksi atas bagian laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Jangka waktu 2 (dua) tahun tersebut dapat diperpanjang dengan tambahan masa bebas pajak sebagaimana yang diatur dalam pasal 13 ayat (2)".

59

(Pasal 13 Setelah diubah

60

(1) Kepada badan-badan baru yang menanam modalnya dibidang produksi yang mendapat prioritas dari Pemerintah, Menteri Keuangan berwenang memberikan pembebasan pajak perseroan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun (masa bebas pajak) terhitung dari saat perusahaan tersebut mulai berproduksi. (2) Menteri Keuangan dapat memperpanjang jangka waktu masa bebas pajak termaksud pada ayat (1) pasal ini selama setahun : a. apabila penanaman modal tersebut dapat menambah dan menghemat devisa Negara secara berarti, b. apabila penanaman modal tersebut dilakukan diluar Jawa, diberikan tambahan masa bebas pajak 1 (satu) tahun c. apabila penanaman modal tersebut memerlukan modal yang besar, karena keperluan membangun prasarana dan/atau menghadapi risiko yang lebih besar dari yang sewajarnya, diberikan tambahan masa bebas pajak 1 (satu) tahun d. dalam-hal yang oleh Pemerintah diprioritaskan secara khusus diberikan tambahan 'masa bebas pajak 1 (satu) tahun. (3). Selain kelonggaran-kelonggaran perpajakan termaksud dalam pasal 12 dan pada ayat (1) dan ayat (2) pasal ini dapat diberikan tambahan kelonggaran-kelonggaran lain kepada suatu perusahaan yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi".

61
Fasilitas Perpajakan dan Bea Masuk Bagi Perusahaan PMDN UU PM No. 25/2007 Pemerintah memberi fasilitas kepada penanam moal yang melakukan peluasan usaha atau melakukan penanaman mdal baru. (Pasal 18 (1) dan (2) Yang mendapat fasilitas minimal memanuhi satu kriteria berikut (18 (3)): a. Menyerap banyak tenaga kerja; b. Termasuk skala prioritas tinggi; c. termasuk pembangunan infra struktur; d. melakukan alih teknologi; e. Melakukanindustri pionir; f. berada di daerah terpencil, tertinggal, perbatgasan, atau daerah yang dianggap perlu; g. Menjaga kelestarian lingkungan hidup; h. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan innovasi; i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menegah dan koperasi; j. Menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi dalam negeri. 3. Fasilitas yang diberikan (Pasal 18 (4) : Fasilitas Pajak Penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal dalam waktu tertentu

62
Fasilitas Perpajakan dan Bea Masuk Bagi Perusahaan PMDN UU PM No. 25/2007 d. Pembebasan atau penangguhan PPN atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi dalam negeri. e. Penyusutan atau amortisasi dipercepat f. Keringanan PBB, khusus untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu. 4. Pembebasan atau pengurangan PPH Badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru berupa industri pionir, yakni yang memiliki keterkaitan luas, memberi nilai tambah dan ekternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis begai perekonomian nasional. (Pasal 18 (5) 5. Perusahaan yang melakukan penggantian mesin atau barang modal lainnya dapat diberi keringanan atau pembebasan bea masuk (Pasal 18 (6)) 6. Fasilatas Penanaman Modal hanya dapat diberikan kepada

Penggunaan Tenaga Kerja Pada Perusahaan PMDN


UU N. 6/68 Pasal 18 membagi Tenaga Kerja dalam tiga kategori 1. Tenaga Direksi : Pemilik Modal bebas menetapkan , alasan : Direksi menentukan maju mundurnya perusahaan, tentu pemilik modal hanya mau serahkan modal kepadea orang yang dipercayainya. (Pasal 18) 2. Tenaga Ahli : Perusahaan PMDN boleh menggunakan TKA, bagi jabatan yang belum dapat diisi oleh TKI (Pasal 19) 3. Tenaga Kerja Biasa : Perusahaan PMDN wajib gunakan TKI

63

Perusahaan-perusahaan, baik nasional meupun asing, wajib menyelenggarakan dan/atau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan bila dipandang perlu oleh Pemerintah. (Pasal 20)

Penggunaan Tenaga Kerja dalam Perusahaan PMDN


1. 2. 3. 4.

64

UUPM UU No.25/2007 Pasal 10 DAN 11 Perusahaan wajib utamakan TKI ( Pasal 10 (1) Perusahaan boleh menggunakan TKA sesuai Perundangan (Psal 10 (2) Perusahaan wajib meningkatkan kompetensi TKI melalui pelatihan kerja (Paal 10 (3)) Perusahaan yang gunakan TKA wajib selenggarakan pelatihan dan lakukan alih teknologi kepada TKI (Pasal 10 (4))

Penyelesaian Perselisihan Perburuhan ( Pasal 11 UUPM)


1. Perselisiahan hubungan industrial wajib diselesaikan secara musyawarah = negosiasi = bipartit 2. Melalui upaya mekanisme tripartit (pengusaha, pemerintah dan buruh = mediasi) 3. Melalui pengadilan hubungan industrial (sebagai bagian dari PN) = litigasi

Tata Cara PMDN 3. Kepres No.117/1999 (Perubahan Pasal 1 Kepres 97/93 (Pasal 1 A)

65

(1) Kewenangan pemberian persetujuan penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Negeri, dapat dilimpahkan Meneginves/Ka BKPM kepada Gubernur (2) Untuk melaksanakan lebih lanjut pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Gubernur Kepala Daerah Propinsi menugaskan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. (3) Tata cara penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal." (4) Calon investor PMDN mempelajari lebih dahulu DNI PMDN dan apabila diperlukan dapat menghubungi BKPM atau BKPMD (5) Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan-ketentuan lain yang bersangkutan, calon investor mengajukan permohonan kepada Meneg Inves/Ka BKPM atau Gubernur, ( Ketua BKPMD), atau Kepala Perwakilan RI dengan mempergunakan Tata Cara Permohonan yang ditetapkan oleh Meneg Inves/Ka BKPM

66 (6) Apabila permohonan mendapatkan persetujuan, Meneg Inves atau Gubernur ( Ketua BKPMD), atau Kepala Perwakilan RI menerbitkan Surat Persetujuan Penanaman Modal, yang berlaku juga sebagai Persetujuan Prinsip. (7) Meneg Inves atau Gubernur (Ketua BKPMD), menyampaikan rekaman Surat Persetujuan Penanaman Modal kepada instansi Pemerintah terkait. 8) Apabila penanam modal telah memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal dan setelah dipenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka: a. Meneg Invest atau Gubernur (Ketua BKPMD), mengeluarkan: 1) Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT); 2) Keputusan Pemberian Fasilitas/Keringanan Bea Masuk dan Pungutan Impor Lainnya; 3) Persetujuan atas Rencana Penggunaan Tenaga Asing Pendatang (RPTKA) yang diperlukan sebagai dasar bagi Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah untuk menerbitkan Izin Kerja Bagi Tenaga Kerja Asing Pendatang yang diperlukan; 4) Izin Usaha Tetap atas nama Menteri yang membidangi usaha tersebut sesuai pelimpahan wewenang.

67 b. Kakan Pertanahan Kab/Kota keluarkan Izin Lokasi sesuai Rencana Tata Ruang. c. Kakan Pertanahan Kabupaten/Kota mengeluarkan hak atas tanah dan menerbitkan sertifikat tanah sesuai ketentuan yang berlaku. d. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Daerah Kabupaten/Kota atau Satuan Kerja Teknis atas nama Bupati/Walikota Kepala Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan, atau Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota (P2K) untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta atas nama Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). e. Sekda Kab/Kota atas nama Bupati/Walikota yang bersangkutan dan Kepala Kantor Ketertiban untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta, atas nama Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta mengeluarkan izin berdasarkan Undang-undang Gangguan (UUG/HO).

3. Kepres No.117/1999 (Perubahan Pasal 2 Kepres 97/93

68 (9) izin UUG/HO tidak berlaku bagi Perusahaan Industri yang wajib memiliki AMDAL dan atau yang berlokasi di dalam Kawasan Industri/Kawasan Berikat.

(10) Setelah memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal Meneg Inves atau Gubernur (Ketua BKPMD), atau Kepala Perwakilan RI, penanam modal dalam waktu yang ditetapkan menyampaikan Daftar Induk barang-barang modal serta bahan baku dan bahan penolong yang akan diimpor kepada Meneg Inves atau Gubernur (Ketua BKPMD), . (11) Berdasarkan penilaian terhadap Daftar Induk sebagaimana dimaksud dalam ayat (10), Meneg Inves atau Gubernur (Ketua BKPMD), , mengeluarkan Keputusan Fasilitas/Keringanan Bea Masuk dan Pungutan Impor Lainnya. (12) Permohonan untuk perubahan atas rencana penanaman modal yang telah memperoleh persetujuan, termasuk perubahan untuk perluasan proyek, disampaikan oleh penanam modal kepada Meneg Inves atau Gubernur (Ketua BKPMD), untuk mendapatkan persetujuan dengan mempergunakan tata cara yang telah ditetapkan oleh Meneg Inves/ Ka BKPM

69

Kepres No. 33 Tahun 1981


1. Pengertian (Pasal 1): suatu Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan ertanggungjawab secara langsung kepada presiden (Pasal 1)

2. Tugas (Pasal 2) : Bantu Presiden dalam : - menetapkan kebijakan pemnanaman modal - menyelesaikan persetujuan penanaman modal - menilai pelaksanaan penanaman modal

70

Kepres No. 33 Tahun 1981


3. Fungsi (Pasal 3): a. koordininir perencanaan PM sektoral dan regional dan singkronisasikan kedalam rencana terpadu, dalam rangka UUPMA, UUPMDN dan UU lainnya b. Rumuskan kebijakan dan sampaikan kepada presiden untuk persetujuan c. Susun danterbitkan DSP PM secara berkala bersama dg Departemen/Lembaga Pemerintah ybs sbg pedoman pembangunan sektor-sektor PM d. Arahkan penyebaran PM di daerah-daerah sesuai kebijakan pembangunan e. Awasi pelaksanaan PM yang telah disetujui f. Olah dan kembangkan proyek2 yg diprioritaskan

Kepres No. 33 Tahun 1981


g. h.

71

i.
j. k. l.

m.

Selenggarakan pembinaan dan penyuluhan bagi terlaksananya proyek2 PM Selenggarakan komunikasi, promosi dan penerangan yang efektif dengan penanaman modal dan dunia usaha Teliti dan nilai permohonan penaman modal sesuai dengan kebijaksanaan dan ketentuan PM yang berlaku Ajukan hasil penelitian/penilaian atas permohonan PMA kpd presiden untuk memperoleh keputusan Beri persetujuan atas permohonan PMDN atas nama Pemerintah RI Atas nama Mentri yg membina bidang usaha ybs, dlm rangka UUPMA dan UUPMDN : menerbitkan izin usaha sementara/tetap; izin pengusahaan Bahan Baku, APIT, Izin Pembelian Dalam Negeri Terbatas, HGU, Izin Kerja TKA dalam PM, Keputusan Pemberian Fasilitas/keringan pajak dan bea masuk bagi PM, serta Izin Usaha Perdagangan bagi hasil produksi barang/jasa dari PM Berikan Pelayanan yang diperlukan bagi kelancaran pelaksanaan PM

Kepres No. 33 Tahun 1981 4. Susunan Organisasi (Pasal 4) a. Ketua b. Wakil Ketua c. Deputi Bidang Perencanaan dan Pengendalian d. Deputi Bidang Pengembangan dan Promosi e. Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan f. Sekretariat Badan

72

Kepres No. 33 Tahun 1981 a. Ketua Tanggungjawab Ketua : Ketua bertanggungjawab kepada Presiden dan sehari-hari menerima petunjuk dari Menko EKUIN/Ketua Bapenas b. Wakil Ketua : a. Membina dan mengembangkan adiministrasi BKPM yang efektif dan efisien b. Tugas lain yang diberikan ketua

73

c. Deputi Bidang Perencanaan dan Pengendalian Pasl 6) Tugasnya (Pasal 7) membantu Ketua dalam perencanaan, perumusan kebijakan dan pengendalian serta evaluasi atas pelaksanaan PM yang disetujui pemerintah

Kepres No. 33 Tahun 1981 c. Deputi Bidang Perencanaan dan Pengendalian 1. Biro Perencanaan 2. Biro Pengendalian d. Deputi Bidang Pengembangan dan Promosi 1. Biro Pengembangan 2. Biro Pembinaan dan Penyuluhan 3. Biro Promosi e. Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan 1. Biro Penilaian Proyek 2. Biro Fasilitas dan Perizinan 3. Biro Pelayanan Umum f. Sekretariat Badan 1.Sekretris 2. Terdiri dari 5 bagian

74

Kepmendagri 167/1980 4. Susunan Organisasi (Pasal 4) a. Ketua b. Wakil Ketua c. Sekretariat d. Bidang Perencanaan dan Promosi e. Bidang Perizinan f. Bidang Pengendalaian dan Pengawasan

75

Kepmendagri 167/1980 4. Susunan Organisasi (Pasal 4) a. Ketua b. Wakil Ketua c. Sekretariat 1. Subag TU 2. Subag Keuangan 3. Subag Umum d. Bidang Perencanaan dan Promosi 1. Seksi Bina Program 2. Seksi Perundang-undangan 3. Seksi Promosi a. Bidang Perizinan 1. Seksi Lokasi dan Pemberian Hak atas Tanah 2. Seksi Izin Bangunan dan UUG (HO) b. Bidang Pengendalaian dan Pengawasan 1. Seksi Pengawasan 2. Seksi Monitor

76

You might also like