Professional Documents
Culture Documents
MANGROVE
DI SELAT PANJANG KABUPATEN BENGKALIS
A. Potensi Tanaman
mangrove di Selat Panjang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari rendahnya
penutupan lahan hutan oleh tanaman mangrove, bahkan pada banyak tempat
degradasi ekosistem mangrove sangat berat. Hal ini dapat dilihat dari tidak
terjadinya sedimentasi.
menilai bahwa keberadaan mangrove hanya dinilai dari potensi kayu dari jenis-
jenis tertentu saja misalnya kayu bakau (Rhizophora spp.) dan kayu tumu
ekonomi, serta secara umum masyarakat menilai nilai ekonomi hutan mangrove
garis pantai yang saat surut sangat jauh dari daratan, namun ketika air pasang, air
laut dapat menjangkau daratan, bahkan sampai terjadi penggerusan pantai, yang
adalah sekitar 1125 pohon/ha, namun pada banyak tempat ditemukan potensi
pohon mangrovenya tidak ada. Hal ini menunjukan kerusakan ekosistem yang
sangat parah. Dan hal yang paling mengkhawatirkan pada banyak tempat jenis-
jenis komersial dari ekosistem mangrove sangat sulit ditemukan. Kaluapun ada
dengan kondisi kerusakan tanaman yang sangat parah atau masih dalam tahapan
B. Potensi Tanah
Tabel 2.
C N P Ca Mg K Na KTK Tekstur
PH Salinitas
Plot org total
(H2O) Me 100 gr pasir debu Liat μs/cm
(%) (%)
Plot 2 5,4 5,5 0,24 7, 3,9 8,180 5 26,5 3,44 44,2 52,3 9,23
2 ,75 ,64 8 2 4
Plot 3 4,5 6 0,28 5, 4,11 11,62 1 6 29,2 6,78 25,5 67,7 8,71
,13 8 ,15 ,60 6 1 1
Bengkalis terdiri dari (1) sifat fisik yaitu tekstur tanah, (2) kimia tanah yaitu pH,
C organik, N Organik, kandungan P, Ca, Mg, K, Na, KTK dan salinitas air tanah.
tidak ada, potensi tanah relatif rusak hal ini dapat dilihat dari tingginya fraksi
debu sehingga tanah mudah teraberasi, rendahnya KTK sehingga air tanah
mudah hilang dari tanah sehingga sangat berbahaya ketika terjadi kemarau
panjang, kondisi tanah dan tingkat kesuburan lahannya relatif kurang baik.
pencemaran.
jenis yang adaptif dan sesuai dengan kondisi zonasi mangrove serta tingkat
kebutuhan masyarakat.
Leptocylindrus sp., Asterionella sp., Navicula sp., Amphora sp., Lauderia sp., (3)
DINOPYCEAE yaitu Peridinium sp. Potensi Phytoplankton dapat dilihat pada
Tabel 3.
Stasiun Pengamatan
Organisme
I II III
CYANOPHYCEAE
Trichodesmium 8700 5800 46400
BACILLARIOPHYCEAE
Steptotheca sp. 255200 287100 394400
Nitzschia sp. 220400 104400 2517200
Chaetoceros sp. 118900 43500 1148400
Bachteriasum sp. 5800 0 92800
Bacillaria sp. 121800 55100 3108800
Thalassionema sp. 2900 2900 34800
Thalassiothrix sp. 0 0 127600
Thalassiosira sp. 34800 319000 0
Rhizosolenia sp. 43500 8700 92800
Biddulphia sp. 37700 2900 174000
Ditylum sp. 2900 0 92800
Pleurosigma sp. 17400 20300 2436000
Skeletonema sp. 156600 316100 58000
Coscinodiscus sp. 8700 5800 0
Bellerocheaa sp. 20300 23200 0
Cyclotella sp. 0 2900 266800
Leptocylindrus sp. 0 0 58000
Asterionella sp. 0 0 11600
Navicula sp 0 0 0
Amphora sp. 2900 0 58000
Lauderia sp. 0 0 0
DINOPYCEAE
Peridinium sp. 8700 0 0
Jumlah Taksa 17 14 18
Kelimpahan (indv/sampel tersaring) 1067200 910600 10846000
Indeks keragaman 2,14 1,75 1,91
Indeks keseragaman 0,75 0,66 0,66
Indeks dominasi 0,15 0,24 0,20
Dari Tabel 3, potensi phyoplanton di daerah yang ditumbuhi mangrove
memiliki jumlah taksa yang besar dibandingkan tanpa mangrove (17 – 18 taksa
pada daerah bermangrove dan 14 pada daerah yang tidak bermangrove), pada
mangrove jarang dan kosong yaitu 910.600 indvidu/sampel dan pada daerah
selat panjang relatif tinggi sampai sangat tinggi. Hal ini berarti tingkat
kabupaten Bengkalis. Untuk itu perlu suatu upaya yang terintegrasi agar
PROTOZOA yaitu Tintinnopsis sp, dan Favella sp, (2) CRUSTACEAE, yaitu
Nauplius (stasia), Oithona sp., Euterpina sp., Eucalanus sp., dan Paracalanus sp
pada Tabel 4.
Stasiun Pengamatan
Organisme
I II III
PROTOZOA
Tintinnopsis sp. 290 0 2320
Favella sp. 290 2610 3480
CRUSTACEAE
Nauplius (stasia) 290 1749 8700
Oithona sp. 1450 290 4640
Euterpina sp. 0 0 1740
Eucalanus sp. 0 0 870
Paracalanus sp. 0 0 290
Jumlah Taksa 5 3 7
Kelimpahan (indv/sampel tersaring) 2610 4640 22040
Indeks keragaman 1,30 0,86 1,61
Indeks keseragaman 0,81 0,79 0,83
Indeks dominasi 0,36 0,46 0,24
antara 5 – 7 taksa lebih tinggi dibandingkan tanpa hutan mangrove, yaitu sekitar
Kondisi seperti ini sedang terjadi di kabupaten Bengkalis. Untuk itu perlu juga
suatu upaya yang terintegrasi agar keberadaan ekosistem mangrove tetap lestari,
agar potensi zooplankton tidak menurun. Potensi zooplankton yang baik akan
Potensi kualitas air di daerah Selat Panjang yaitu (1) sifat fisika TSS
dan kekeruhan pada daerah tanpa mangrove lebih tinggi dibandingkan pada
mangrove, kematian potensi phytoplankton dan zooplankton. (2) Kimia air, yang
dilihat adalah pH, Salinitas, Alkalinitas, Kesadahan total, Amonia, Nitrit, Nitrat
Stasiun Pengamatan
No Parameter Satuan Metode
I II III
FISIKA
1. TSS mg/l 284 512 244 APHA,20th.1998 2542-D
/Gravimetri
2. Kekeruhan NTU 58 140 25 APHA,20th.1998 2130-B
/Turbidimeter
KIMIA
1. pH - 7,28 7,25 5,73 APHA,20th.1998 450-H+/pH
meter
2. Salinitas 0
/00 29 26 10 APHA,20th.1998 2520-B
/handrefractometer
3. Alkalinitas mgCaCO3/l 100,00 90,00 24,00 APHA,20th.1998 2320-B /
Titrimetrik
4. Kesadahan mgCaCO3/l 1918,8 1729,6 891,83 APHA ed,20th.1998 2340-C /
total Titrimetrik
5. Amonia mg/l 0,498 0,514 0,577 APHA,20th.1998 4500-F
(NH3+NH4) /Phenate/ Spectrofotometer
6. Nitrit (NO2-N) mg/l 0,003 0,052 0,043 APHA ed,20th.1998 4500-B
/sulfinik/ Spectrofotometer
7. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,038 0,179 0,181 APHA ed,14th.1998 4500-B
/Brusin Sulfat/
Spectrofotometer
8. Fosfat mg/l 0,100 0,074 0,061 APHA,20th.1998 4500-P-E
/Ascorbi acid/
Spectrofotomete
adalah sebagi berikut : (1) pH air yaitu asam – normal, (2) Salinitas perairan
sedang – tinggi, (3) alkalinitas rendah – tinggi, (4) tingkat kesadahan total
rendah – sedang, dan (5) potensi amonia, nitrat, nitrit dan fosfat relatif rendah.
Hal ini menunjukan tingkat potensi kualitas air masih baik dan belum tercemar.
F. Rekomendasi
sebagai berikut :
dan berkelanjutan sampai tanaman yang ditanam dapat beradaptasi dan dapat