You are on page 1of 10

POTENSI TANAMAN DAN FAUNA AIR DI EKOSISTEM

MANGROVE
DI SELAT PANJANG KABUPATEN BENGKALIS

A. Potensi Tanaman

Potensi tanaman pada ekosistem mangrove di Selat Panjang Kabupaten

Bengkalis, pada umumnya sedang mengalami proses kerusakan yang.

Kerusakan ini disebabkan karena kegiatan konversi hutan untuk peruntukan

lainnya, penebangan, kematian tanaman dan faktor alam lainnya. Degradasi

mangrove di Selat Panjang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari rendahnya

penutupan lahan hutan oleh tanaman mangrove, bahkan pada banyak tempat

degradasi ekosistem mangrove sangat berat. Hal ini dapat dilihat dari tidak

adanya tanaman mangrove disepanjang pesisir pantai, terjadinya aberasi dan

terjadinya sedimentasi.

Degradasi mangrove yang terjadi di Selat Panjang Kabupaten

Bengkalis menunjukan bahwa tingkat pengelolaan ekosistem mangrove jauh dari

konsep keberlanjutan (sustainable). Hal ini disebabkan karena masyarakat

menilai bahwa keberadaan mangrove hanya dinilai dari potensi kayu dari jenis-

jenis tertentu saja misalnya kayu bakau (Rhizophora spp.) dan kayu tumu

(Bruguiera spp), sedangkan jenis-jenis lain dianggap tidak memiliki fungsi

ekonomi, serta secara umum masyarakat menilai nilai ekonomi hutan mangrove

sangat rendah. Hal ini mengakibatkan masyarakat sering melakukan konversi

hutan mangrove untuk peruntukan lain, melakukan penebangan jenis-jenis

komersial tanpa melakukan kegiatan rehabilitasi, penebangan untuk arang kayu,


atau bahkan melakukan kegiatan teki untuk mengambil cerucuk untuk pondasi

rumah, sehingga merusak ekosistem hutanmangrove.

Kerusakan ekosistem mangrove di Selat Panjang sangat parah, banyak

garis pantai yang saat surut sangat jauh dari daratan, namun ketika air pasang, air

laut dapat menjangkau daratan, bahkan sampai terjadi penggerusan pantai, yang

mengakibatkan aberasi pantai. Di selat panjang, aberasi pantai terjadi hampir

disepanjang pesisir selat panjang.

Salah satu potensi penetupan pohon pada ekosistem mangrove di selat

panjang Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Potensi Penutupan Pohon pada Ekosistem Mangrove Kabupaten


Bengkalis.

Plot Tahapan pertumbuhan


Kondisi
Jenis Pohon Pancang Semai
mangrove
(400 m2) (25 m2) (4 m2)
Plot 1 Jarang - Avicennia alba 25 10 10
Sedang Sonneratia alba 1
Plot 2 Tidak ada

Plot 3 Sedang Avicennia alba 45 20 10


-Rapat Sonneratia alba 2
Xylocarpus granatum 1
Rhizophora 1
mucronata
Rhizophora apiculata 1

Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa potensi mangrove terbesar

adalah sekitar 1125 pohon/ha, namun pada banyak tempat ditemukan potensi

pohon mangrovenya tidak ada. Hal ini menunjukan kerusakan ekosistem yang

sangat parah. Dan hal yang paling mengkhawatirkan pada banyak tempat jenis-

jenis komersial dari ekosistem mangrove sangat sulit ditemukan. Kaluapun ada
dengan kondisi kerusakan tanaman yang sangat parah atau masih dalam tahapan

pertumbuhan semai dan pancang.

Potensi regenerasi tanaman mangrove di ekosistem mangrove Selat

Panjang khusunya untuk jenis-jenis komersial sangat rendah. Perubahan

peruntukan, adanya aberasi, sedimentasi dan kegiatan penebangan untuk

cerucuk rumah menyebabkan kematian tanaman, degradasi jenis yang pada

akhirnya menyebabkan terjadinya kerusakan dan degradasi ekosistem.

B. Potensi Tanah

Potensi tanah ekosistem mangrove di Selat Panjang dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Potensi Tanah Ekosistem Mangrove di Selat Panjang

C N P Ca Mg K Na KTK Tekstur
PH Salinitas
Plot org total
(H2O) Me 100 gr pasir debu Liat μs/cm
(%) (%)
Plot 2 5,4 5,5 0,24 7, 3,9 8,180 5 26,5 3,44 44,2 52,3 9,23
2 ,75 ,64 8 2 4
Plot 3 4,5 6 0,28 5, 4,11 11,62 1 6 29,2 6,78 25,5 67,7 8,71
,13 8 ,15 ,60 6 1 1

Potensi tanah pada Ekosistem Mangove di Selat Panjang Kabupaten

Bengkalis terdiri dari (1) sifat fisik yaitu tekstur tanah, (2) kimia tanah yaitu pH,

C organik, N Organik, kandungan P, Ca, Mg, K, Na, KTK dan salinitas air tanah.

Pada daerah yang tidak terjadi penutupan mangrove (jarang sampai

tidak ada, potensi tanah relatif rusak hal ini dapat dilihat dari tingginya fraksi

debu sehingga tanah mudah teraberasi, rendahnya KTK sehingga air tanah
mudah hilang dari tanah sehingga sangat berbahaya ketika terjadi kemarau

(mudah terjadi kekeringan), potensi C organik dan N lebih rendah sehingga

menghambat pertumbuhan. Selain itu potensi makro nurient yang dibutuhkan

tanaman sebagai barometer kesuburan juga lebih rendah dibandingkan pada

areal yang ditumbuhi mangrove.

Namun secara keseluruhan lokasi di ekosistem mangrove di selat

panjang, kondisi tanah dan tingkat kesuburan lahannya relatif kurang baik.

Faktor yang menyebabkannya adalah tingkat penggenangan yang tinggi,

kerusakan vegetasi yang hebat, terjadinya aberasi pantai, dan tingkat

pencemaran.

Untuk memulihkan kondisi lingkungan maka perlu dilakukan berbagai

upaya, diantaranya adalah kegiatan rehabilitasi tanaman mangrove dengan jenis-

jenis yang adaptif dan sesuai dengan kondisi zonasi mangrove serta tingkat

kebutuhan masyarakat.

C. Kelimpahan Pytoplankton (individu/sampel tersaring)

Potensi kelimpahan phytoplankton (individu/sampel tersaring) yang

teramati adalah (1) CYANOPHYCEAE yaitu Trichodesmium, (2)

BACILLARIOPHYCEAE, yaitu Steptotheca sp, Nitzschia sp., Chaetoceros sp.,

Bachteriasum sp., Bacillaria sp., Thalassionema sp., Thalassiothrix sp.,

Thalassiosira sp., Rhizosolenia sp., Biddulphia sp., Ditylum sp., Pleurosigma

sp., Skeletonema sp., Coscinodiscus sp., Bellerocheaa sp., Cyclotella sp.,

Leptocylindrus sp., Asterionella sp., Navicula sp., Amphora sp., Lauderia sp., (3)
DINOPYCEAE yaitu Peridinium sp. Potensi Phytoplankton dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Potensi Phytoplankton di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang

Stasiun Pengamatan
Organisme
I II III
CYANOPHYCEAE
Trichodesmium 8700 5800 46400

BACILLARIOPHYCEAE
Steptotheca sp. 255200 287100 394400
Nitzschia sp. 220400 104400 2517200
Chaetoceros sp. 118900 43500 1148400
Bachteriasum sp. 5800 0 92800
Bacillaria sp. 121800 55100 3108800
Thalassionema sp. 2900 2900 34800
Thalassiothrix sp. 0 0 127600
Thalassiosira sp. 34800 319000 0
Rhizosolenia sp. 43500 8700 92800
Biddulphia sp. 37700 2900 174000
Ditylum sp. 2900 0 92800
Pleurosigma sp. 17400 20300 2436000
Skeletonema sp. 156600 316100 58000
Coscinodiscus sp. 8700 5800 0
Bellerocheaa sp. 20300 23200 0
Cyclotella sp. 0 2900 266800
Leptocylindrus sp. 0 0 58000
Asterionella sp. 0 0 11600
Navicula sp 0 0 0
Amphora sp. 2900 0 58000
Lauderia sp. 0 0 0

DINOPYCEAE
Peridinium sp. 8700 0 0

Jumlah Taksa 17 14 18
Kelimpahan (indv/sampel tersaring) 1067200 910600 10846000
Indeks keragaman 2,14 1,75 1,91
Indeks keseragaman 0,75 0,66 0,66
Indeks dominasi 0,15 0,24 0,20
Dari Tabel 3, potensi phyoplanton di daerah yang ditumbuhi mangrove

memiliki jumlah taksa yang besar dibandingkan tanpa mangrove (17 – 18 taksa

pada daerah bermangrove dan 14 pada daerah yang tidak bermangrove), pada

daerah yang bermangrove memiliki tingkat kelimpahan yang tinggi yaitu

1.067.200 – 10.846.000 indvidu/sampel tersaring diabandingkan dengan

mangrove jarang dan kosong yaitu 910.600 indvidu/sampel dan pada daerah

yang ditumbuhi mangrove memiliki tingkat keragaman yang tinggi

dibandingkan tanpa ekosistem mangrove.

Namun pada dasarnya potensi phytoplankton pada ekosistem di daerah

selat panjang relatif tinggi sampai sangat tinggi. Hal ini berarti tingkat

kesuburan perairan di ekosistem mangrove di selat panjang sangat tinggi.

Namun terjadinya degradasi mangrove berakibat buruk bagi tingkat potensi

phtoplankton di daerah selat panjang. Terjadinya penurunan potensi

phytoplankton menunjukan makin rendahnya tingkat kesuburan ekosistem

mangrove akibat terjadinya degradasi ekosistem mangrove.

Potensi keberadaan mangrove di kecamatan Selat Panjang di Kabupaten

bengkalis merupakan salah satu faktor penting bagi perkembangan populasi

phytoplankton. Kerusakan ekosistem mangrove akan menyebabkan terjadinya

penurunan potensi phytoplankton. Kondisi seperti ini sedang terjadi di

kabupaten Bengkalis. Untuk itu perlu suatu upaya yang terintegrasi agar

keberadaan ekosistem mangrove tetap lestari, yang pada akhirnya dapat

mencegah penurunan potensi phytoplankton.


D. Kelimpahan zooplankton (individu/sampel tersaring)

Potensi zooplankton (individu/sampel tersaring) adalah (1)

PROTOZOA yaitu Tintinnopsis sp, dan Favella sp, (2) CRUSTACEAE, yaitu

Nauplius (stasia), Oithona sp., Euterpina sp., Eucalanus sp., dan Paracalanus sp

dan (3) LARVA OF POLYCHAETA (sp.1). Potensi zooplankton dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Potensi Zooplankton di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang

Stasiun Pengamatan
Organisme
I II III
PROTOZOA
Tintinnopsis sp. 290 0 2320
Favella sp. 290 2610 3480

CRUSTACEAE
Nauplius (stasia) 290 1749 8700
Oithona sp. 1450 290 4640
Euterpina sp. 0 0 1740
Eucalanus sp. 0 0 870
Paracalanus sp. 0 0 290

LARVA OF POLYCHAETA (sp.1) 290 0 0

Jumlah Taksa 5 3 7
Kelimpahan (indv/sampel tersaring) 2610 4640 22040
Indeks keragaman 1,30 0,86 1,61
Indeks keseragaman 0,81 0,79 0,83
Indeks dominasi 0,36 0,46 0,24

Jumlah taksa pada daerah yang memiliki ekosistem mangrove berkisar

antara 5 – 7 taksa lebih tinggi dibandingkan tanpa hutan mangrove, yaitu sekitar

3 taksa. Tingkat kelimpahan zooplankton pada daerah yang bermangrove

adalah 2.610 – 22.040 (indvidu/sampel tersaring) lebih tinggi dibandingkan


tanpa mangrove yaitu sekitar 4.640 (indvidu/sampel tersaring). Tingkat

keragaman zooplankton pada daerah yang bermangrove (1,30 – 1,61) lebih

tinggi dibandingkan tanpa mangrove (0,81).

Potensi zooplankton, juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan

ekosistem mangrove. Sama dengan Potensi phytoplankton, Kerusakan ekosistem

mangrove akan menyebabkan terjadinya penurunan potensi zooplankton..

Kondisi seperti ini sedang terjadi di kabupaten Bengkalis. Untuk itu perlu juga

suatu upaya yang terintegrasi agar keberadaan ekosistem mangrove tetap lestari,

agar potensi zooplankton tidak menurun. Potensi zooplankton yang baik akan

meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan penangkapan biota-biota

air yang ada di ekosistem mangrove.

E. Potensi Kualitas Air

Potensi kualitas air di daerah Selat Panjang yaitu (1) sifat fisika TSS

dan kekeruhan pada daerah tanpa mangrove lebih tinggi dibandingkan pada

daerah yang memiliki mangrove. Hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya

sedimentasi pada daerah tersebut. Hal ini menyebabkan kerusakan ekosistem

mangrove, kematian potensi phytoplankton dan zooplankton. (2) Kimia air, yang

dilihat adalah pH, Salinitas, Alkalinitas, Kesadahan total, Amonia, Nitrit, Nitrat

dan Fosfat. Potensi kualitas air dapat dilihat pada Tabel 5.


Tabel 5. Potensi Kualitas Air di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang

Stasiun Pengamatan
No Parameter Satuan Metode
I II III
FISIKA
1. TSS mg/l 284 512 244 APHA,20th.1998 2542-D
/Gravimetri
2. Kekeruhan NTU 58 140 25 APHA,20th.1998 2130-B
/Turbidimeter
KIMIA
1. pH - 7,28 7,25 5,73 APHA,20th.1998 450-H+/pH
meter
2. Salinitas 0
/00 29 26 10 APHA,20th.1998 2520-B
/handrefractometer
3. Alkalinitas mgCaCO3/l 100,00 90,00 24,00 APHA,20th.1998 2320-B /
Titrimetrik
4. Kesadahan mgCaCO3/l 1918,8 1729,6 891,83 APHA ed,20th.1998 2340-C /
total Titrimetrik
5. Amonia mg/l 0,498 0,514 0,577 APHA,20th.1998 4500-F
(NH3+NH4) /Phenate/ Spectrofotometer
6. Nitrit (NO2-N) mg/l 0,003 0,052 0,043 APHA ed,20th.1998 4500-B
/sulfinik/ Spectrofotometer
7. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,038 0,179 0,181 APHA ed,14th.1998 4500-B
/Brusin Sulfat/
Spectrofotometer
8. Fosfat mg/l 0,100 0,074 0,061 APHA,20th.1998 4500-P-E
/Ascorbi acid/
Spectrofotomete

Potensi kualitas kimia perairan di ekosistem mangrove di Selat Panjang

adalah sebagi berikut : (1) pH air yaitu asam – normal, (2) Salinitas perairan

sedang – tinggi, (3) alkalinitas rendah – tinggi, (4) tingkat kesadahan total

rendah – sedang, dan (5) potensi amonia, nitrat, nitrit dan fosfat relatif rendah.

Hal ini menunjukan tingkat potensi kualitas air masih baik dan belum tercemar.

Tingkat kualitas air di ekosistem mangrove di kabupaten bengkalis

masih baik. Namun kerusakan ekosistem mangrove di kabupaten Bengkalis

dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Oleh sebab itu


upaya perbaikan lingkungan melalui rehabilitasi mangrove perlu dilakukan

khususnya pada daerah-daerah yang terkena aberasi dan terjadinya sedimentasi.

F. Rekomendasi

Rekomendasi yang diberikan pada kegiatan dan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

• Perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi pada ekosistem mangrove yang

ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan baik kualitas perairan,

tanah maupun potensi phitoplankton dan zooplankton

• Perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi untuk memperbaiki kondisi lingkungan

akibat terjadinya aberasi, erosi dan sedimentasi.

• Perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi yang memperhatikan kesesuaian jenis

yang didasarkan pada nilai ekonomi tanaman mangrove, zonasi mangrove,

dan kemampuan tanaman untuk mengurangi permasalahan lingkungan

seperti aberasi, sedimentasi dan erosi.

• Kegiatan rehabilitasi mangrove perlu dilakukan secara berkesinambungan

dan berkelanjutan sampai tanaman yang ditanam dapat beradaptasi dan dapat

membentuk ekosistem muda yang menjadi cikal bakal bagi terbentuknya

ekosistem mangrove dewasa dan klimaks.

You might also like