You are on page 1of 61

INSEMINASI BUATAN PADA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA CV PETERNAKAN AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Laporan Praktek Kerja Lapang

Disusun Oleh : Ade Hermawan 2008410001

FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI PETERNAKAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG 2012 INSEMINASI BUATAN PADA TERNAK KAMBING

PERANAKAN ETAWA CV PETERNAKAN AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Laporan Praktek Kerja Lapang

Disusun Oleh : Ade Hermawan 2008410001

Merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan Pada Program Studi Peternakan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI PETERNAKAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG 2012

INSEMINASI BUATAN PADA TERNAK KAMBING

PERANAKAN ETAWA CV PETERNAKAN AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Laporan Praktek Kerja Lapang

Disusun Oleh: Ade Hermawan 2008410001

Menyetujui : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Fakultas Ilmu Pertanian Program Studi Peternakan Ketua:

Mengetahui: Dosen Pembimbing.

Nonok Supartini,SPt.,MP Tanggal :

Nonok Supartini.Spt.Mp Tanggal :

Menyetujui : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Fakultas Ilmu Pertanian Dekan,

Manager CV Peternakan Agiranch Karangploso Malang Ja-Tim

Dr.Ir. Widowati, MP. Tanggal :

Bpk. Alexander Martinus Tanggal :

RINGKASAN

INSEMINASI BUATAN PADA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA CV PETERNAKAN AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan di CV Peternakan Agriranch Krangploso Malang dimulai dari tanggal 21 bulan Februari 2011 sampai dengan 21 Maret 2011 yang bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari proses inseminasi buatan pada ternak kambing Peranakan Etawa yang dilaksanakan di CV Peternakan Agriranch karangplosoyang semoga dapat memberikan suatu informasi mengenai proses inseminasi buatan pada ternak kambing peranakan etawa serta menjadi bahan pembanding bagi mahasiswa antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan keadaan di lapangan yang relevan. CV. Peternakan Agriranch Karangploso Malang memiliki Kambing Peranakan Etawa dengan jumlah populasi 243 ekor indukan, 47 ekor pengamatan birahi, 44 ekor pengamatan kebuntingan, 236 ekor kambing bunting, 4 ekor abortus dan 22 ekor partus dengan jumlah karyawan 5 orang.Penelitian akan dilakukan dengan cara Metode Penelitian Kualitatif yang bersifat Studi Kasus yaitu melalui observasi,wawancara,berpartisipasi,magang dan terlibat secara langsung dengan mengikuti kegiatan yang berlangsung dilokasi PKL khususnya dalam proses inseminasi buatan ternak kambing peranakan etawa Tatalaksana usaha pembibitan kambing boerawa yang dilaksanakan di CV. Peternakan Agriranch Krangploso dilakaukan secara intensif dan proses penanganan ternaknyapun dilakukan menggunakan tekhnologi yang modern mulai pendeteksian birahi sampai pada pendeteksian kebuntingan semua dilakukan dengan menggunakan alat bantu pendeteksian yang canggih,yaitu pendeteksian birahi dengan cara mendeteksi kekentalan lendir vagina menggunakan alat Draminski Estrus Detector sedangkan pendeteksian kebuntingan menggunakan alat Draminski Pregnance Ditector alat ini mendeteksi kebuntingan berdasarkan adanya cairan amnion dalam uterus dan penggunaan alat Draminski Ultrasound Scanner adapun prinsip kerja dari alat ini yaitu mengubah suara yang timbul akibat suatu rangkaian elektronik yang membentur suatu objek lalu menjadikannya gambar pada monitor. Tatalaksana pemberian pakan berdasarkan status ternak di CV. Peternakan Agriranch belum memenuhi persyaratan ini dikarenakan kandungan protein didalam bahan pakan masih rendah yaitu 14% Sebaiknya kandungan dalam bahan pakan konsentrat kandungan protein kasarnya 18% agar produktivitas ternak dapat meningkat.

ABSTRACT

ARTIFICIAL INSEMINATION PERANAKAN ETAWA GOAT IN CV PETERNAKAN AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG Practice Lapang (PKL) carried out in CV Ranch Agriranch Krangploso Malang started from 21 February 2011 to March 21, 2011 which aims to identify and study the process of artificial insemination Etawa goats Peranakan implemented in CV Peternakan Agriranch Karangploso, hopefully provide some information about the process of artificial insemination in goats as well as being Peranakan etawa comparative learn for students between the theory learned in college with the situation in the relevant fields. CV. Peternakan Agriranch Krangploso Malang has Peranakan Etawa with population of 243 head of breeding, 47 head observations lust, 44 head observations of pregnancy, 236 pregnant goats, 4 heads and 22 heads parturition abortion by the number of employees 5 orang.Penelitian will be conducted by Research Methods qualitative Case Study of nature through servation, interviews, participation, apprenticeship and directly involved with the activities that took place following the location street vendors, especially in the process of artificial insemination of cattle goats peranakan etawa Management of breeding goats boerawa implemented in CV. Peternakan Agriranch Krangploso conducted intensively and livestock handling processes were carried out using modern technology start detection lust until the detection of pregnancy is all done using a sophisticated detection tools, namely the detection of lust by detecting the viscosity of vaginal mucus using Draminski estrus detection Detector while pregnancy using this tool Draminski Pregnance Ditector pregnancy detection based on the presence of amniotic fluid in the uterus and the use of Ultrasound Scanners Draminski as for the working principle of this tool is to change the sound arising from an electronic circuit which hit an object and then make the image on the monitor Management of based on status of cattle feeding in the CV. Agriranch farms do not meet this requirement due to protein content in the feed material is still low at 14% should concentrate feed ingredients in the material 18% crude protein content in order to increase livestock productivity.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T sehingga penulisan praktek kerja lapang dengan judul INSEMINASI BUATAN PADA TERNAK KAMBING

PERANAKAN ETAWA CV PETERNAKAN AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad S.a.w beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya. Peneliti mengharapkan dan memohon kepada Allah SWT yang maha kuasa agar penulisan Laporan Praktek Kerja Lapang ini membawa manfaat bagi mahasiswa jurusan Peternakan khususnya dan mahasiswa jurusan umumnya. Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa peternakan untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada Fakultas Peternakan, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. H Son Suwasono, MSc, selaku Dekan Fakulatas Pertanian. 2. Ibu Nonok Supartini,SPt.,MP, selaku Ketua Program Studi dan Dosen Pembimbing 3. Bapak Ir.Eko Marhaeniyanto.MS, sebagai Dosen Wali 4. Bapak Hanry Kaunang selaku pemilik perusahaan 5. Bapak Alexander Martinus selaku Manager CV Peternakan Agriranch 6. Kepada kedua orang tua saya Bapak Ajie Wahyudin dan Ibu Laila Hayati serta saudara-saudara saya Dede Sudrajat, Rio Hartanto, Haris Setiadi, Mawar Kurniasih, Dewi Permatasari dan Wulan Ndari, serta teman-teman dari AMC Crue yang selalu memberikan dukungannya baik moral maupun material. lain pada

7. Mas Triono, Mas Bagus selaku pembing, Mas adi,Mas sairun, Arif, Ambon, Doni, Rangga,Nur, Ibu Kantin serta teman-teman di agriranch lainya yang telah banyak membantu saya. 8. Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak guna penyempurnaan Laporan ini. Harapan peneliti, Laporan Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat bagi semua pihak. Malang, 20 Juni 2011

Peneliti

DAFTAR ISI

RINGKASAN ...................................................................................................... ABSTRAK............................................................................................................ KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ............... DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1 Analisis Situasi .................................................................................... 1.2 Tujuan ................................................................................................. 1.3 Manfaat ............................................................................................... 1.4 khalayak Sasaran .................................................................................

i ii iii v vii viii ix 1 1 8 8 8

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................................ 2.1 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan .......................................................... 2.1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL ........................................ 2.1.2 Metode ....................................................................................... 2.1.3 Parameter yang Diamati ............................................................. 2.1.4 Analisis Data 2.2 Gambaran Umum Peternakan ............................................................. 2.3 Manajemen Pemeliharaan ................................................................... 2.3.1 Manajemen Pemberian Pakan dan Minum.................................

9 9 9 9 10 10 11 13 13

2.3.2 Manajemen Perkandangan........................................................... 14 2.4 Deteksi Birahi...................................................................................... 2.5 Inseminasi Buatan ............................................................................... 2.5.1 Pemilihan Induk yang Akan diinseminasi ............................... 2.5.2 Pengadaan Straw 15 17 17 19

2.5.3 Prosedur Inseminasi Buatan 2.5.4 Proses Inseminasi Buatan 2.6 Deteksi Kebuntingan ........................................................................... 2.6.1. Deteksi Fisual 2.6.2 Deteksi Kebuntingan dengan Penggunaan Alat Bantu

18 29 22 22 22

2.7 Masalah Reproduksi..................................................................................... 25

BAB III ANALISIS DAN EVALUASI.............................................................. 3.1 Keadaan Umum CV Peternakan Agriranch Karangploso ................... 3.2 Pemberian pakan dan minum .............................................................. 3.3 Deteksi Birahi...................................................................................... 3.4 Inseminasi Buatan ............................................................................... 3.4.1 Pemilihan Induk yang Akan diinseminasi 3.4.2 Pengadaan Straw 3.4.3 Prosedur Inseminasi Buatan 3.4.4 Proses Inseminasi Buatan 3.5 Deteksi Kebuntingan ........................................................................... 3.5.1 Deteksi Fisual 3.5.2 Deteksi Birahi dengan Penggunaan Alat Bantu

26 26 27 29 31 31 33 34 34 36 36 36

3.6 Masalah Reproduksi................................................................................ 39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 4.2 Saran ....................................................................................................

44 44 45

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... LAMPIRAN .........................................................................................................

46 48

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Proporsi pemberian bahan pakan berdasarkan status ternak

Halaman 14

2. Data keberhasilan IB di CV. Peternakan Agriranch..............................................21

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi CV Agriranch Karangploso Malang 2. Draminski Estrus

Halaman 12 16

3. Gambar 3. Diagram Alir Pendeteksian Birahi.................................................17 4. Draminski Pragnance Ditector 5. Draminski Ultrasound Scanner 6. Cara penggunaan Draminski Pragnance Ditector 23 24 38

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. . Efisiensi Antara Biaya Straw Dan Biaya Pemeliharaan........................ 48 2. Dokumentasi Selama Kegiatan Praktek Kerja Lapang Berlangsung ..... 49

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Dalam rangka menghadapai swasembada daging tahun 2012 diperlukan peningkatan populasi ternak potong secara nasional dengan cara meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan calon induk dalam jumlah besar. Untuk mendukung peningkatan populasi tersebut terutama pada usaha peternakan rakyat diperlukan suatu teknologi tepat guna spesifik lokasi sesuai dengan kondisi agroekosistem dan kebutuhan pengguna yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pasokan daging kambing relatif terbatas karena usaha peternakan kambing di Indonesia di dominasi oleh usaha rumah tangga dengan skala kepemilikian 4 10 ekor. Permintaan kambing untuk konsumen khususnya seperti restauran dan hotelhotel masih dipenuhi oleh impor. Hal ini disebabkan daging kambing dalam negeri kurang sesuai untuk masakan yang dikehendaki oleh restoran dan hotel tersebut. Pengembangan pasar ke pasar spesifik merupakan peluang ekonomi yang pantas diraih dengan perusahaan peternakan kambing PE. Di Indonesia umumya kambing peranakan Etawah (PE), yang umumnya masih lebih dominan sebagai sumber daging dibandingkan dengan sumber air susu (Bambang A.M., 2005). Kambing peranakan ettawa merupakan kambing dari persilangan antara kambing ettawa dan kambing kacang. Spesifikasi dari kambing peranakan ettawa ini adalah memiliki warna bulu yang bervariasi, ada yang

berwarna coklat muda dan hitam, telinga agak besar dan terkulai serta mampu memproduksi air susu 1-1,5 liter/hari (Anonimus, 2004).

Sumoprastowo (1980) mengemukakan bahwa ciri dari kambing peranakan ettawa antara lain: bulu panjang dibagian paha belakang, puting susu besar dan panjang, rahang bawah lebih menonjol dibanding rahang atas, berat badan janta dewasa + 37 kg dan betina + 32 kg. Kambing peranakan ettawabetina pada bagian garis belakang paha memiliki bulu yang lebih panjang dan tebal (Cahyono, 1998). Rataan bobot lahir kambing PE bervariasi 2,8 5 kg, sehingga bobot sapih juga bervariasi cukup besar (9 14 kg). Kematian prasapih yang tinggi (10 50%) merupakan sumber kerugian yang cukup besar dalam usaha peternakan kambing di Indonesia, sebagian karena bobot lahir yang rendah dan sifat keindukan dari induk yang kurang baik. Kambing PE betina mencapai pubertas pada umur 8 12 bulan dan bobot badan 18 22 kg atau sekitar 53 60% bobot badan dewasa. Lama kebuntingan bervariasi 142 156 hari, dan post-partum estrus terjadi 3 5 bulan setelah beranak sehingga jarak beranak menjadi sekitar 8 10 bulan (Ketut Sutama, 2010). Produktivitas biologis kambing cukup tinggi, 8-28% lebih tinggi dibandingkan sapi (Divendra, C dan M. Burns, 1994). Jumlah anak per kelahiran (litter size) bervariasi 1 sampai dengan 3 ekor dengan tingkat produksi susu yang melebihi dari kebutuhan untuk anaknya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk komersial dan tidak mengganggu proses reproduksinya. Biaya investasi usaha ternak kambing relatif rendah dan pemeliharaannya pun jauh lebih mudah dibanding sapi. Penampilan reproduksi kambing PE menurut hasil penelitian Sandhi, dkk (1991) adalah sebagai berikut: lama kebuntingan 148,24 +5,41 hari, liter size 1,51+ 0,51 ekor, sedangkan produksi susu rata-rata 0,85 liter per hari (Suranidyah, dkk. 1997). Jarak antara beranak 9-15 bulan (Setiadi, dkk. 1995). Dari data diatas dapat

disimpulkan bahwa efisiensi reproduksi dan reproduksi kambing PE masih jauh dari ideal. Pengembangan usaha kambing PE mempunyai peluang pasar yang cukup tinggi di Kabupaten Malang karena daya dukung kesesuaian iklim dan aksesibilitas ke berbagai daerah konsumen, namun dalam usaha ternak kambing masih sering muncul beberapa permasalahan, diantaranya masih terjadi kawin berulang dan rendahnya angka kebuntingan sehingga menyebabkan panjangnya jarak beranak pada induk (calving interval ) yang akan berdampak terhadap rendahnya perkembangan populasi ternak Salah satu faktor penyebab rendahnya perkembangan populasi ternak potong adalah manajemen perkawinan yang tidak tepat, yakni: 1. 2. 3. Manajemen perkawinan yang masih belum baik pengamatan birahi dan waktu kawin tidak tepat, Rendahnya kualitas semen atau kurang tepatnya pemanfaatan pejantan dalam kawin alam dan 4. Kurang terampilnya beberapa petugas

Pola perkawinan menggunakan pejantan alam, petani mengalami kesulitan memperoleh pejantan, apalagi yang berkualitas, sehingga pedet yang dihasilkan bermutu jelek, bahkan berindikasi adanya kawin keluarga (inbreeding) terutama pada wilayah pengembalaan. Penurunan efisiensi reproduksi dipengaruhi juga oleh faktor manajemen perkawinan yang tidak sesuai dengan kondisi dan lingkungan sekitarnya, sehinggga terindikasi terjadinya kawin yang berulang yang menyebabkan rendahnya keberhasilan kebuntingan dan panjangnya jarak beranak. Guna peningkatan populasi

tersebut maka dilakukan pemanfaatan teknologi reproduksi peternakan melalui teknik Inseminasi Buatan (IB) dengan menggunakan semen beku (Kaiin ,2005 ). CV. Peternakan Agriranch karangploso Malang terletak di lereng kaki gunung arjuna dengan suhu yang sejuk dan curah hujan yang cukup membuat tempat ini menjadi tempat yang baik untuk lokasi pembibitan kambing Boerawa. CV. Peternakan Agriranch menggunakan metode inseminasi buatan dalam melakukan proses perkawinannya guna mendapatkan kwalitas pejantan yang unggul demi kwalitas anakan yang unggul pula.

1.1.1 Definisi Inseminasi Buatan Inseminasi buatan adalah suatu cara perkawinan pada ternak yang dilakukan oleh manusia dengan cara mendeposisikan semen ke dalam saluran reproduksi ternak betina, dimana semen merupakan cairan yang dihasilkan oleh organ reproduksi ternak jantan yang mana mengandung spermatozoa (Batosamma, T. 2002).

1.1.2 Tujuan Inseminasi Buatan a. Memperbaiki mutu genetika ternak; b. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya; c. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama; d. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur; e. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.

1.1.3 Manfaat Inseminasi Buatan a. Inseminasi buatan (IB) sangat mempertinggi penggunaan pejantanpejantan unggul. Daya guna seekor pejantan yang secara genetik unggul dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. b. Bagi peternak-peternak kecil seperti umum ditemukan di Indonesia, penggunaan IB sangat menghemat biaya disamping dapat menghindari bahaya dan menghemat tenaga pemeliharaan pejantan yang belum tentu merupakan pejantan terbaik untuk diternakkan. c. Pejantan-pejantan yang digunakan dalam IB telah dilakukan seleksi secara teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan betina-betina dengan pejantan unggul. d. Dengan lebih banyak betina yang dilayaninya dan dari turunan-turunan hasil perkawinan ini dapat lebih cepat diseleksi dan dipertahankan pejantan-pejantan unggul dan mengeliminir pejantan-pejantan jelek. e. Penularan penyakit dapat dicegah melalui IB, dengan hanya

menggunakan pejantan-pejantan yang sehat atau bebas dari penyakit, menghindari kontak kelamin pada waktu perkawinan, dan membubuhi antibiotika ke dalam semen sebelum dipakai. f. IB merupakan cara terbaik mencegah penyebaran penyakit veneral dan penyakit menular lainnya seperti Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis dan Trichomoniasis. g. Karena hanya semen dengan fertilitas tinggi yang diberikan pada peternak, maka calving intervalnya dapat diperpendek dan dapat menurunkan kasus repeat breeder (kawin berulang bagi betina).

h. Keuntungan lainnya adalah memungkinkan perkawinan antara ternak yang sangat berbeda ukurannya, misalnya sapi Bali dapat dikawinkan dengan semen sapi Brangus, Simental maupun Limousin. IB juga dapat memperpanjang waktu pemakaian pejantan-pejantan yang secara fisik tidak sanggup berkopulasi secara normal. IB dapat menstimulir interese yang lebih tinggi dalam beternak dan praktik manajemen yang lebih baik. IB juga sangat berguna untuk digunakan pada betina-betina yang berada dalam keadaan estrus dan berovulasi tetapi tidak mau berdiri untuk dinaiki pejantan. (Anonimus, 2010)

1.1.4 Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) a. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan; b. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik; c. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding); d. Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama; e. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati; f. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar; g. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.,(Anonimus, Artikel Peternakan Inseminasi Buatan (IB) Kawin Suntik insemination gun Sunday, 19 October 2008)

1.1.5 Kerugian IB a. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan; b. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil; c. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama; d. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).( Anonimus, 2011 inseminasi buatan (IB))

1.1.6 Aspek Keberhasilan IB a. Inseminator b. Deteksi birahi (Walker et al., 1994). c. Ketepatan waktu IB d. Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina. e. Umur betina, berat, serta nutrisi f. Post thawing motility (PTM) (Boothby dan Fahey, 1995; Wardhani et al.,1993; Hafez, 2000)

1.2 Tujuan Praktek kerja lapang bertujuan untuk mempelajari proses inseminasi butan pada ternak kambing peranakan etawa.

1.3 Manfaat Manfaat yang diperoleh dari praktek kerja lapangan ini memberikan suatu informasi mengenai proses inseminasi buatan pada ternak kambing peranakan etawa serta menjadi bahan pembanding bagi mahasiswa antara teori yang didapat di

bangku kuliah dengan keadaan di lapangan yang relevan dan sebagai bekal bagi mahasiswa untuk terjun ke masyarakat terutama dalam menghadapi dunia kerja.

1.4 Khalayak Sasaran Khalayak sasaran dari pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang ini adalah Inseminasi Buatan pada Kambing Peranakan Etawa CV. Peternakan Agriranch

Karangploso Malang dan pegawai/ staf, segenap tenaga kerja atau karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan Inseminasi Buatan Kambing Peranakan Etawa dengan jumlah populasi 243 ekor indukan, 47 ekor pengamatan birahi, 44 ekor pengamatan kebuntingan 236 ekor kambing bunting, 4 ekor abortu dan 22 ekor partus dengan jumlah karyawan 5 orang.

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan 2.1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di PT. Peternakan Agriranch, Karangploso Malang, yang di laksanakan selama satu bulan 21 Februari 2011-21 Maret 2011. Adapun parameter yang diamati adalah Pemeliharaan dan penanganan ternak kambing peranakan etawa (PE) betina mulai dari pemberian pakan, Deteksi birahi mulai dari cara dan metode pendeteksian birahi sampai persyaratan kambing yang boleh di inseminasi, Tekhnik inseminasi buatan pada kambing PE dan cara mendeteksi kebuntingan baik menggunakan pengamatan visual maupun dengan penggunaan alat bantu.

2.1.2 Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat studi kasus. (Surachmad,1992 di sitasi Erna,2008). Studi kasus merupakan pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci untuk menemukan semua variabel yang penting serta menelaah secara mendalam suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya,(Surachmad,1992 di sitasi Erna,2008).

Untuk memperoleh data dilakukan pendekatan menggunakan Metode Studi Kasus yaitu melalui observasi,wawancara,berpartisipasi,magang dan terlibat secara langsung dengan mengikuti kegiatan yang berlangsung dilokasi PKL khususnya dalam proses inseminasi buatan ternak kambing peranakan etawa.

2.1.3 Parameter Yang Diamati Parameter yang diamati dalam Praktek Kerja Lapang meliputi : 1. Gambaran umun CV. Peternakan Agriranch Karangploso Malang 2. Manajemen Pemeliharaan 3. Deteksi birahi 4. Tekhnik inseminasi buatan. 5. Deteksi kebuntingan 6. Masalah reproduksi

2.1.4 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan dibandingkan dengan pustaka yang relavan

2.2 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan Agriranch terletak didaerah Karangploso Desa Bra, kelurahan Tawang Agro,Kecamatan Karangploso, Malang dengan ketinggian 600 m dpl dengan curah hujan rata-rata 1.890 mm/tahun dengan suhu sekitar 20-30oC dengan

kelembaban 60%. Perusahaan Agriranch mempunyai lahan sendiri dimana pada lahan tersebut didirikan sebuah gudang pakan, kantor, dapur, pos penjaga , tempat pencacah tebon jagung, tempat pembuatan pupuk kandang serta 20 unit kandang dimana dalam satu kandang tersebut terdapat 6 kotak kecil Lokasi perusahaan Agriranch terletak di tempat yang strategis karena mudah dijangkau oleh transportasi. Disamping itu, perusahaan Agriranch juga memiliki sumber air sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono (1998), bahwa air merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi semua makluk hidup

termasuk ternak kambing. Sehingga air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan diberikan secara ad-libitum. Perusahaan Agriranch berdiri pada tanggal 1 Februari 2008 yang berlokasi di desa Bra, Kelurahan Tawang Agro, Kecamatan Karangploso Malang. Misi dari perusahaan adalah ingin mengangkat peternakan di Indonesia khususnya sumber daya daging. CV. Agriranch memiliki tenaga kerja sebanyak 25 orang yang terdiri dari mandor satu orang, kepala kandang satu orang, asisten operasional satu orang, asisten kandang satu orang, administrasi satu orang, anak kandang sembilan orang, logistik dua orang, helper satu orang, security dua orang. Untuk tenaga kerja itu sendiri berasal dari desa sekitar perusahaan.

Untuk memperlancar kegiatan di perusahaan ini, maka sangat diperlukan adanya suatu susunan kepengurusan dalam menunjang kepengurusan dan kelancaran setiap kegiatan. Maka diperlukan suatu susunan tingkatan wewenang dari puncak pimpinan sampai kepada bawahan. Perusahaan Agriranch di Karangploso Malang, membuat suatu susunan kepengurusan untuk mempermudah dalam garis komando dan tanggung jawab perusahaan. Struktur organisasi di perusahaan Agriranch disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Struktur Organisasi CV Agriranch Karangploso Malang

Manajer

Kepala Kandang

Asisten operasional

Asisten Kandang

Administrasi

Logistik

AK 1

AK 2

AK 3

AK 4

AK 5

Helper

Security

Gambar 1: Struktur Organisasi Perusahaan Agriranch Keterangan : AK Helper : : Anak Kandang Pembantu Penjaga

Security :

2.3 Manajemen Pemeliharaan 2.3.1 Manajemen Pemberian Pakan dan Minum Sumber pakan untuk ternak kambing dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat, hijauan merupakan pakan utama ternak kambing sedangkan konsentrat menjadi pakan tambahan dan pakan pelengkap. Pemberian pakan baru dapat dikatakan baik jika kebutuhan gizi ternak mencukupi secara seimbang terutama kebutuhan hidup pokok. Pakan yang digunakan pada ternak Kambing Peranakan Etawa di CV. Peternakan Agriranch berupa pakan hijauan (Rumput gajah dan leguminosa; gamal dan kaliandra) dan konsentrat (Pollard,bungkil kelapa sawit,tetes tebu,dan jagung). Pemberian pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 pemberian konsentrat dan setengah jam berikutnya baru diberikan hijauan, dan pada pukul 13.00 pemberian konsentrat kedua dan selang setengah jam berikutnya di lakukan pemberian hijauan kembali. Adapun bahan pakan yang diberikan berupa hijauan yaitu berasal dari rumput gajah, kaliandra dan gamal yang diberikan dengan cara di choper terlebih dahulu, sedangkan yang berasal dari konsentrat yaitu berupa konsentrat dengan kandungan protein 14% yang diberikan dalam bentuk kering. Adapun proporsi pemberian bahan pakan di bedakan berdasarkan statusnya, ini dikarenakan setiap statusternak yang berbeda memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda pula.data pemberian pakan berdasarkan status ternak terdapat pada tabel 1.

Tabel 1 Proporsi pemberian bahan pakan berdasarkan status ternak STATUS TERNAK KONSENTRAT GAMAL (kg) (kg) 0,25 0,25 0,25 0,25 0,5 0,5 2 2 2 2 2 4 RUMPUT GAJAH (kg) 6 6 6 6 6,7 6,7

Pengamatan Birahi Setelah IB Pengamatan Kebuntingan Bunting Muda Bunting Tua Partus

2.3.2 Manajemen Perkandangan Kandang adalah syarat penting dalam berternak,yang mempunyai fungsi untuk melindungi kambing dari sengatan panas matahari, hujan, suhu dingin, sekaligus untuk mempermudah pengawasan dan pengamanan kambing. Kandang juga berfungsi untuk memudahkan dalam pemeliharan ternak sehari-hari seperti pemberian pakan dan minum, pengendalian penyakit dan pencegahan penyakit.

Kandang yang digunakan di CV. Peternakan Agriranch adalah kandang jenis koloni & kandang individu . Kandang jenis koloni diperuntukkan untuk kambing betina sedangkan kandang jenis individu diperuntukkan untuk kambing jantan. Kandang jenis koloni berisikan 10 ekor kambing betina. Kandang jenis individu berisikan 1 ekor kambing Jantan yang juga berfungsi sebagai tempat perkawinan alami.

CV. Peternakan Agriranch menggunakan sistem perkandangan dengan atap monitor dengan alas lantai berbentuk panggung panggung kolong galian dengan lebar x panjang x tinggi 7 x 30 x 3 m, kolong galian kandang kandang berupa kolam kecil berfungsi untuk menampung limbah padat ternak yang akan dikomposkan dengan menggunakan semprotan dari cairan EM4 dan air dengan perbandingan 1 :1 . 2.4 Deteksi Birahi CV Peternakan Agriranch Karangploso melakukan pendeteksian birahi

seteiap hari pada pagi dan sore hari yaitu pada pukul 06.00- 07.30 dan pukul 13.0015.00. untuk meningkatkan keberhasilan inseminasi buatan maka pendeteksian

birahi harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Pendeteksian birahi di CV Peternakan Agriranch Karangploso dilakukan dengan 3 cara yaitu: 1).Pengamatan fisual Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, sering berteriak, kemaluan bengkak dan mau/diam bila 2).Penggunaan pejantan Cara pendeteksian menggunakan pejantan di mulai dari memasukkan pejantan pengusik kedalam kandang pendeteksian selanjutnya pejantan akan mulai mengedus vagina dan air seni dari ternak betina. Tanda-tanda birahi : betina sering berteriak ketika melihat pejantan, betina mendekati pejantan dan diam ketika dinaiki pejantan.

3).Pengggunaan alat draminski estrus detector. Cara pendeteksian menggunakan alat ini dengan memasukannya kedalam vagina melewati dua cincin yang ada pada ujung alat lalu menekan tombol kontak sebanyak 3 kali dan akan terukur angka kekentalan lendirnya pada monitor. Tanda-tanda birahi: angka kekentalan lendirnya masih berada dibawah 300, lendir yang terdapat pada ujung alat belum mengeras (duren). Pendeteksian birahi pada CV Peternakan Agriranch Karangploso diawali dengan pemasukan pejantan kedalam kandang pendeteksian jika ada reaksi dari ternak betina yang menunjukan tanda-tanda birahi seperti mendekati pejantan dan diam ketika dinaiki oleh pejantan, selanjutnya dilakukan pengukuran kekentalan lendir vagina dengan menggunakan alat draminski estrus detector, syarat kambing yang boleh diinseminasi yaitu jika masih terdapat lendir pada vulva dan angka draminskinya masih dibawah 300 selanjutnya induk tersebut diberi tanda pada

punggungnya dan dilakukan pencatatan nomer ternak dan angka kekentalan lendirnya. Alat deteksi birahi Draminski Estrus Detector yang digunakan untuk mendeteksi birahi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Draminski Estrus Detector berfungsi untuk deteksi birahi

Draminski Estrus Detector

Diagram Alir Pendeteksian Birahi di CV.Peternakan Agriranch Karangploso dapat dilihat pada Gambar 3.

Pemasukan pejantan pengusik

Betina menunjukan tanda-tanda birahi

Pengukuran kekentalan lendir

Pemberian tanda pada ternak birahi

pencatatan

Gambar 3. Diagram Alir Pendeteksian Birahi

2.5 Inseminasi Buatan 2.5.1 Pemilihan Induk yang Akan Diinseminasi Kambing peranakan etawa dijadikan indukan pada perusahaan CV. Peternakan Agriranch utuk diinseminasikan dengan kambing jenis boer dengan

tujuan agar menghindari terjadinya kelainan atau cacat pada anak kambing boer yang ukuran tubuhnya lebih besar dan kompak dari kambing Peranakan Etawa maka performan dari induk yang akan di inseminasi sangat perlu di perhatikan.

Kriteria calon indukan kambing Peranakan Etawa di CV. Peternakan Agriranch Krangploso yang akan di inseminasi sebagai berikut: 1. Dewasa tubuh 2. Tinggi minimal 60 cm 3. Bobot minimal 23 kg 4. Umur minimal 1 tahun 5. Tidak cacat tubuh 6. Ambing simetris dan tidak cacat

2.5.2 Pengadaan Straw . Salah satu faktor keberhasilan inseminasi buatan ditentuka dari dari kwalitas straw yang digunakan. Straw yang digunakan pada perusahaan CV. Peternakan Agriranch Karangploso diperoleh dari Sumber Sekar yang memproduksi Straw kambing boer. CV. Peternakan Agriranch Krangploso menggunakan 2 galur straw dan 1 galur kawin alami yang mana galur tersebut meliputi: 1. Galur tarzan (Straw) 2. Galur tayson (Straw) 3. galur redcovin (Kawin alami)

Straw yang digunakan untuk inseminasi ini di ganti setiap 1 bulan sekali guna mempermudah pengenalan identitas anak kambing (cempe) yang akan dihasilkan dan menghindari resiko terjadinya kawin sedarah (inbreeding).

Uji kualitas straw di Sumber Sekar dilakukan pengamatan yang mana pengamatan tersebut sangat berperan penting dalam keberhasilan insiminasi buatan pada ternak kambing peranakan etawa. Spermatozoa yang baik utuk dijadikan straw didalam proses inseminasi: spermatozoa dalam straw haruslah bergerak progresif (kedepan) dan presentase spermatozoa motilnya minimal 60%.

2.5.3 Prosedur Inseminasi Buatan Inseminasi Buatan CV. Peternakan Agriranch Krangploso dilakukan pada pagi dan sore hari yaitu setelah pendeteksian birahi selesai dilakukan, Syarat inseminsi buatan agar memeroleh hasil yang maksimal antara lain : 1. ternak harus benar-benar birahi, 2. masih tedapat lendir pada vulva, 3. lubang seviks masih membuka dan 4. kedalaman gun masuk minimal pada servik-3.

Proses inseminasi Buatan CV. Peternakan Agriranch Krangploso dilakukan 3 orang yang mana satu orang memegang ternak yang akan diinseminasi, satu orang bertugas melakukan thawing, dan satu lagi bertindak sebagai inseminator. Alat alat yang digunakan dalam insiminasi buatan pada CV. Peternakan Agriranch Krangploso berupa : a. Spekulum c. Senter kecil e. Gun g. Plastic sheet b. Vaselin d. Tisu f. Straw

2.5.4 Proses Inseminasi Buatan

1. Posisi kambing bagian belakang lebih tinggi dari pada bagian depan + 45 derajat 2. Spekulum di beri vaselin setelah itu dimasukkan ke dalam vagina 3. Lihat lubang vagina dengan menggunakan senter kecil untuk melihat lubang cervik 4. Ketika semua sudah siap baru dilakukan proses thawing a. Semen beku dikeluarkan dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC selama 7-18 detik. b. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue. c. Straw dimasukkan kedalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih d. Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw. 5. Gun IB/ plastic sheet di masukan kedalam vagina dan sprema di semprotkan tepat kedalam cervix uteri. 6. Setelah di inseminnasi kambing di berikalung sebagai tanda untuk kode bulan inseminasi dengan warna yang berbeda setiap bulannya setelah itu kambing di pindah kandangkan sesuai galur straw yang di inseminasikan.

Tabel 2. Data keberhasilan IB di CV. Peternakan Agriranch

Status Ternak Pengamatan Birahi Pengamatan Kebuntingan Ternak Bunting Abortus Partus Jumlah Persentase Presentase Keberhasilan Persentase Kegagalan

IB 37 26 97 4 22 186 76,54% 66,13% 19,89%

Kawin Alam Kawin Pasar Jumlah 10 18 27 0 0 55 22,63% 2 0,82% 2 47 44 126 4 22 243

Persentase yang belum di ketahui 13,98% Keterangan : IB = ternak yang diinseminasi buatan

Kawin alam = penggunaan pejantan ungggul (perkawinan ini hanya dilakukan jika inseminasi gagal dilakukan lebih dari 3 kali perkawinan) Kawin pasar = ternak yang baru dibeli dari dari pasar telah mengalami kebuntingan terlebih dahulu

Presentase = Jumlah Ternak xX 100% 100% Total keseluruhan

Presentase keberhasilan = Ternak bunting + Abortus + partus Jumlah ternak yang di inseminasi

xX 100% 100%

2.6 Deteksi Kebuntingan Kebuntingan pada ternak kambing berlangsung selama 150-152 hari atau 5 bulan. setelah satu bulan usai inseminasi dan tidak terjadi estrus kebali ternak dilakukan deteksi kebuntingan melalui 2 cara : 1. Deteksi fisual 2. Deteksi dengan penggunaan alat bantu

2.6.1. Deteksi Fisual Tanda-tanda kebuntingan pada ternak kambing adalah sebagai berikut : a. Tidak munculnya birahi pada siklus birahi berikutnya b. Lebih tenang dan menghindar jika dinaiki temannya c. Ambing tampak menurun dan nafsu makan bertambah d. Perut sebelah kanan terlihat membesar e. Bulu tampak lebih mengkilat f. Frekuensi pernafsan lebih tinggi dari biasanya g. Air susu lengket dan mengental h. Jika di raba pada ambing terdapat gumpalan yang mengeras.

2.6.2 Deteksi Kebuntingan dengan Penggunaan Alat Bantu Alat yang digunakan di CV. Peternakan Agriranch Krangploso terdiri 2 macam alat bantu yang mana alat bantu tersebut terdiri dari draminski pragnance ditector dan draminski ultrasound scanner.

a. Draminski Pragnance Ditector Alat ini hanya bisa digunakan jika umur kebuntingan telah mencapai 2-4 bulan, lat ini terdiri atas beberapa bagian yaitu detector, kabel, ultrasonic probe dan minyak pelumas khusus, adapun cara kerja dari alat ini sebagai berikut: 1. Rakit draminski pragnace ditector dengan cara menggabungkan ditektor pada kabel beserta ultrasonic probe 2. setelah perakitan selesai ultrasonic probe diberi minyak pelumas secukupnya 3. lakukuan pendeteksian pada ambing sebelah kanan dan disekitarnya dengan membentuk sudut 45 derajat 4. jika terjadi kebuntingan maka lampu detector akan hidup mati dengan cepat dengan bunyi yang keras dan berlangsung dengan frekuensi yang tinggi, semakin tua kebuntingan maka maka frekuensi bunyinya akan semakin tinggi pula.

Gambar .4 Draminski Pragnance Ditector

b. Draminski Ultrasound Scanner CV. Peternakan Agriranch Ultrasound Scanner untuk Krangploso menngunakan alat Draminski dalam melakukan pendeteksian

mempermudah

kebuntingan pada ternak kambing dalam melakukan Insiminasi Buatan. Draminski Ultrasound Scanner hanya dapat digunakan pada umur kebuntingan telah mencapai 30 hari, penggunaan Draminski Ultrasound Scanner di lakukan dengan mempemberi minyak pelumas pada ultrasonic probe setelah itu probe letakan disebelah kanan ambing setelah itu diarahkan pada perut bagian dalam ke arah depan menuju bagian uterus, jika terjadi kebuntingan maka pada rahim akan kelihatan calon embrio yang sedang berkembang. Gambar 5. Gambar Draminski Ultrasound Scanner dapat dilihat pada

Gambar . 5 Draminski Ultrasound Scanner Diagnostic photos Examination made by sector abdominal probe (scanning angle 90)

Pregnancy in goat - 35th day Pregnancy in goat - 40th day Pregnancy in goat - 50th day

2.7 Masalah Reproduksi Masalah reproduksi yang terdapat pada CV. Peternakan Agriranch Karangploso yaitu:

Ternak tidak dapat menghasilkan keturunan Terjadinya kematian embrio (foetus abortus) Siklus berahi tidak normal/tidak terkendali

Adapun penyebab dari kemajiran tersebut ada beberapa faktor yaitu:.

1. Kegagalan deteksi birahi. 2. Kondisi pakan yang sangat buruk dalam waktu yang lama 3. Inseminator yang kurang terampil 4. Kwalitas straw yang jelek.

Untuk menekan biaya pengeluaran ternak yang yang diangga majir akan diculling atau di abkir.

BAB III ANALISIS DAN EVALUASI

3.1 Keadaan Umum CV Peternakan Agriranch Karangploso Perusahaan Agriranch terletak didaerah Karangploso Desa Bra, kelurahan Tawang Agro,Kecamatan Karangploso, Malang dengan ketinggian 600 m dibawah permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 1.890 Mm/Tahun dengan suhu sekitar 20-30oC dengan kelembaban 60%. Perusahaan Agriranch mempunyai lahan sendiri dimana pada lahan tersebut didirikan sebuah gudang pakan, kantor, dapur, pos penjaga , tempat pencacah tebon jagung, tempat pembuatan pupuk kandang serta 20 unit kandang dimana dalam satu kandang tersebut terdapat 6 kotak kecil. Lokasi perusahaan CV. Peternakan Agriranch Karangploso termasuk

peternakan yang memiliki lahan hijauan sendiri yang mana hijauan tersebut terdiri dari lahan rumput gajah,gammal, kaliandra. Ruang lingkup Perusahaan CV. Peternakan Agriranch Karangploso merupakan peternakan yang sangat cocok untuk berternak kambing yang mana lokasi perusahaan CV. Peternakan Agriranch Karangploso bisa dibilang jauh dari pemukiman penduduk yang mana bertujuan agar limbah dari peternakan tidak mengganggu kanyamanan masyarakat disekitar kandang, pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Sutama (2009) untuk menghasilkan produktifitas pada ternak kambing diupayakan suasana lingkungan disekitar kandang jauh dari keramaian untuk menghindari stres pada ternak kambing yang berdampak pada prokdutifitas kambing itu sendiri.

Lokasi perusahaan CV. Peternakan Agriranch Karangploso juga memiliki sumber air sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono (1998) bahwa air merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi semua hewan ternak .

Sehingga air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan diberikan secara ad-libitum. Perusahaan Agriranch berdiri pada tanggal 1 Februari 2008 yang berlokasi di desa Bra, Kelurahan Tawang Agro, Kecamatan Karangploso Malang. Misi dari perusahaan adalah ingin mengangkat peternakan di Indonesia khususnya sumber daya daging. CV. Peternakan Agriranch Karangploso memiliki tenaga kerja sebanyak 25 orang yang terdiri dari mandor satu orang, kepala kandang satu orang, asisten operasional satu orang, asisten kandang satu orang, administrasi satu orang, anak kandang sembilan orang, logistik dua orang, helper satu orang, security 2 orang. untuk tenaga kerja itu sendiri berasal dari desa sekitar perusahaan. Secara umum, lokasi perusahaan Agriranch merupakan daaerah lereng dikaki gunung Arjuna didaerah Karangploso Desa Bra,kelurahan Tawang Agro,Kecamatan Karangploso, Malang dengan ketinggian 600 m dpl dengan curah hujan rata-rata 1.890 mm/tahun dengan suhu sekitar 20-30oC dengan kelembaban 60%.dengan demikian maka letak topografi usaha peternakan ini sangat cocok untuk pengembangan usaha pembibitan khususnya kambing Boerawa.

3.2 Pemberian pakan dan minum

Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang biak. Hanya pakan yang sempurna yang mampu mengembangkan perjaan sel tubuh. Pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein,karbohidrat, lemak, air, vitamin, dan mineral Sarwono (2002). Macam pakan dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pakan hijauan dan konsentrat Sarwono (2009). Pemberian pakan di CV peternakan Agriranch di berikan dalam bentuk hijauan segar berupa (rumput gajah, gamal, dan kaliandra) dan konsentrat dengan kandungan PK 14 %. Proporsi pemberian pakan dibedakan berdasarkan status ternak sedangkan untuk pemberian minum diberikan secara adlibitum ini sesuai dengan pendapat Sutama (2009) Pemberian pakan harus disesusaikan dengan kebutuhan ternak, pemberian pakan saat ternak dalam masa kawin dapat meningkatkan kemungkinan kelahiran kembar, 2-3 minggu sebelum masa kawin ternak diberi pakan kualitas baik (flushing) yaitu dengan pemberian pakan konsentrat dengan kandungan protein kasar (PK) 18-20% sebanyak 1-1.5 kg/ekor, Setelah kawin, pakan hijauan yang diberikan ditingkatkan secara bertahap, baik jumlah dan kualitasnya. Pemberian pakan hijauan dengan cara dicampur (rumput+daun-daunan /legume, dan limbah hasil pertanian) Ternak bunting memerlukan jumlah pakan lebih banyak dari ternak yang tidak bunting. Pakan tersebut digunakan untuk pertumbuhan anak yang dikandungnya dan untuk si induk, pada saat menyusui (laktasi) kebutuhan pakan induk dan anaknya merupakan satu kesatuan jadi memerlukan pakan yang baik konsumsi pakan anak tergantung dari banyaknya susu induk yang dihasilkan. Kambing juga perlu minum, maka perlu disediakan air minum dalam wadah dikandang sehingga apabila kambing merasa haus sudah tersedia air. Air minum diberikan secara adlibitum Air diambil dari sumur yang ditampung di tandon/tong

plastik besar. Menurut Sarwono (2009) bahwa pemberian minum tidak boleh terlambat, apabila air dalam wadah habis harus segera diisi lagi, cara ini disebut adlibitum. Kambing tidak perlu dikhawatirkan minum terlalu banyak, sebab mereka hanya minum ketika haus dan setelah makan. Sebaliknya kekurangan air minum dapat mengganggu kesehatan ternak karena kerja dari organ tubuh tidak optimal bahkan kekurangan air yang mencapai 20% dapat menimbulkan kematian Sudrajat (1992).

3.3 Deteksi Birahi Dalam meningkatkan kenerhasilan inseminasi buatan CV. Peternakan Agriranch Karangploso melakukan pendeteksian birahi dengan sangat cermat dan teliti untuk meningkatkan keberhasilan inseminasi buatan, hal ini sesuai dengan pendapat Hatmono.H (2009) yang menjelaskan bahwa keberhasilan inseminasi buatan sangat ditentukan oleh ketepatan waktu inseminasi itu sendiri,dan didukung oleh pendapat Rizal. M dan Herdis (2008) yang mengatakan bahwa deteksi estrus merupakan salah satu tahapan vital yang harus mendapat perhatian khusus dalam mensuskseskan program inseminasi buatan. Tahap pertama dalam proses pendeteksian birahi pada CV Peternakan Agriranch Karangploso diawali dengan pemasukan pejantan pengusik (teaser) kedalam kandang pendeteksian jika betina mendekati pejantan dan diam ketika dinaiki pejantan yang berarti betina dalam keadaan birahi hal ini sesuai dengan pendapat Rizal. M dan Herdis (2008) bahwa gejala umum estrus yang sering dijumpai pada ternak kambing yaitu: vulva membengkak, berwarna merah, hangat

dan berlendir serta diam saat dinaiki oleh pejantan, setelah mendapatkan ternak yang diperkirakan sedang mengalami birahi Tahap kedua proses pendeteksian birahi pada CV Peternakan Agriranch Karangploso dilakukan pengukuran kekentalan lendir vagina dengan menggunakan alat draminski estrus detector jika angka kekentalan lendir berada dibawah 300 ternak tersebut berada dalam keadaan birahi, akantetapi menurut Rizal (2005) angka kekentalan lendir pada ternak kambing yang sedang mengalami puncak estrus diatas 300 yaitu sebesar 390 untuk daerah sub tropis dan 395 untuk daerah tropis. Penggunaan alat draminski estrus detector Prinsip kerja alat ini adalah untuk mengukur kekentalan lendir pada penutup lubang servik yang mencair saat proses estrus berlangsung. Sebagaimana diketahui bahwa sevix selalu dalam keadaan tertutup rapat (tersumbat oleh lendir yang mengental) kecuali saat estrus berlangsung atau pada saat ternak melahirkan. Lendir pada servix berfungsi sebagai penghalang benda asing terutama bakteri sehingga bagian uterus dan tubafalopi selalu terlindungi termasuk melindungi fetus dari mikroorganisme pada saatternak tersebut dalam keadaan bunting. Fenomena tertutupnya servix menjelaskan terjadinya penyebab perkawinan pada saat betina tidak mengalami estrus tidak dapat melakukan fertilisasi akibat spermatozoa tidak dapat menembus cervix yang tertutup rapat disamping tidak adanya proses ovulasi dari ternak betina. Pada daerah subtropis kekentalan lendir vagina pada saat estrus berkisar pada angka 390 sedangkan untuk daerah indonesia angka kekentalan lendir vagina pada puncak estrus berada pada angka 395 (Herdis, 2005)

Untuk mempermudah proses deteksi birahi dapat menggunakan metode singkronisasi birahi yaitu menyrentakan waktu birahi pada ternak. Singkronisasi banyak dikembangkan untuk mengatasi permasalahan kesulitan deteksi estrus, sehingga dimungkinkan pelaksanaan IB dapat dilakukan tepat waktu (Goodling,dkk. 2005). Keuntungan yang dapat diperoleh dengan pelaksanaan singkronisasi birahi ialah adanya pengaturan estrus dan pengaturan calving interval sehingga dapat mempermudah progran inseminasi buatan dan mengatasi

permasalahan didalamnya (Sorensen, 1979). Singkronisasi estrus dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan pemberian sediaan progerterone untuk meniru kerja korpus luteum dan dengan pemberian prostaglandin F2 untuk melisiskan corpus luteum (Dalton, 1999). Hanya proses saja proses ini memakan banyak biaya dan dikhawatirkan berdampak pada keberhasilan IB dan ternak yang dihasilkan.

3.4 Inseminasi Buatan Inseminasi buatan (IB) merupakan taknologi reproduksi generasi pertama yang dikembangkan manusia yang merupakan suatu metode kawin secara higienik dengan campur tangan manusia (Rizal. M dan Herdis ,2008). Melalui penerapan teknologi IB yang dipadukan degan pengolahan semen, satu ejakulat (dengan kawin alam yang hanya mengawini satu ekor betina) dapat ditingkatkan menjadi puluhan bahkan ratusan ekor bergantung pada kwantitan dan kwalitas ejakulat tersebut.

3.4.1 Pemilihan Induk yang Akan Diinseminasi Menuurut Hatmono.H (2009) kambing yang di inseminasi buatan dapat

memperbaiki karakteristik keturunan. Kambing peranakan etawa dijadikan indukan

pada perusahaan CV. Peternakan Agriranch untuk diinseminasikan dengan kambing jenis boer dengan tujuan agar menghindari terjadinya kelainan atau cacat pada anak kambing boer yang ukuran tubuhnya lebih besar dan kompak dari kambing Peranakan Etawa maka performan dari induk yang akan di inseminasi sangat perlu di perhatikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hatmono.H (2009) yang menegaskan bahwa indukan yang berkualitas akan menghasilkan keturunan yang baik. Berikut ini adalah cara umum dalam memilih calon induk kambing betina: 1. Jelas riwayat kedua induknya. 2. Penampilan fisik calon induk a. Bentuk tubuh yang bagus, seimbang dan tidak cacat b. Warna kulit yang cerah dan tinggi gumba c. Keadaan gigi (umur produktif) d. Tulang (balungan) besar e. Berat badan yang proporsional dengan fisik kambing (tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk) 3. muka yang cerah, tenang dan pandangan mata berseri. Calon betina yang baik bertingkah laku normal dan bersifat keibuan 4. Menilai bentuk tubuh a. Dari arah depan: tubuh terlihat besar, kaki lurus, dan jarak antar kakinya lebar b. Dari samping: tubuh terlihat tinggi, panjang, dan dalam c. Dari arah belakang: tubuh terlihat besar, serta kaki belakang memiliki jarak yang lebar dan kuat, tulang rusuk berkembang sehingga dada terlihat luas dan perkembangan daging baik

d. Bagian belakang tubuh nampak berat menunjukkan kemampuan kambing mendukung berat air susu 5. Calon induk kambing betina yang bagus memiliki bentuk ambing yang besar, rasanya lembut jika dipegang, dan mudah dilipat-lipat dengan jari. Bentuk ambing simetris, berjumlah dua sama besar dan tidak ada cacat. Sumber : (Anonimus. 2009) Memilih Kambing Etawa Betina

3.4.2 Pengadaan Straw Salah satu faktor keberhasilan inseminasi buatan ditentukan dari dari kwalitas straw yang digunakan (Hatmono.H, 2009) Presentase spermatozoa motil merupakan variabel paling utama dalam penentuan kwalitas semen. Yang dimaksud spermatozoa yang motil adalah spermatozoa yang bergerak progresif (bergerak kedepan), tidak termasuk spermatozoa yang bergerak ditempat, berputar-putar dan maju mundur. Evaluasi terhadap motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara mendapatkan satu tetes semen segar ditambahkan satu tetes larutan NaCl fisiologik (0,9%), kemudian diletakkan di atas gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup lalu diamati dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 400x. Persentase spermatozoa motil ditentukan dengan memperkirakan berapa persen spermatozoa yang bergerak ke depan dan berapa persen spermatozoa yang diam atau bergerak tetapi tidak ke arah depan. Penilaian biasanya menggunakan skala 5% atau 10% misal 40%,45%,50% dan seterusnya. Semen yang baik untuk dijadikan straw dalam inseminasi harus memiliki presentase 60-70% spermatozoa motil (Rizal. M dan Herdis, 2008).

persentase spermatozoaa motil =

x-y x

x 100%

Keterangan : x = spermatozoa motil y = spermatozoa immotil Straw yang digunakan untuk inseminasi ini di ganti setiap 1 bulan sekali guna mempermudah pengenalan identitas anak kambing (cempe) yang akan dihasilkan dan menghindari resiko terjadinya kawin sedarah (inbreeding). Hal ini sesuai dengan pendapat Hatmono.H (2009) yang menerangkan bahwa penggunaan straw yang sama dalam jangka waktu yang lama memeperbesar kemungkinan terjadinya kawin sedarah (inbreeding).

3.4.3 Prosedur Inseminasi Buatan Inseminasi Buatan CV. Peternakan Agriranch Krangploso dilakukan pada pagi dan sore hari yaitu setelah pendeteksian birahi selesai dilakukan, sebelum dilakukan insiminasi ternak harus dinyatakan benar-benar sudah birahi dan masih terdaat lendir ada vulva serta lubang servik masih membuka. Menurut Hatmono.H (2009) jika kambig yang akan di insiminasi pada saat birahi 80% kemungkinan ternak akan mengalami kebuntingan karena 20% kegagalan di sebabkan oleh insiminator. Proses inseminasi Buatan CV. Peternakan Agriranch Krangploso dilakukan 3 orang yang mana satu orang memegang ternak yang akan diinseminasi, satu orang bertugas melakukan thawing, dan satu lagi bertindak sebagai inseminator.

3.4.4 Proses Inseminasi Buatan

Proses insiminasi sangat menentukan keberhasilan dalam melakukan insiminasi karena jika proses insiminasi tidak berjalan sesuai kaedah yang ada kemungkinan besar insiminasi tersebut akan gagal (Hatmono.H , 2009).

Proses Insiminasi buatan terbagi 8 proses yang menentukan keberhasilan, proses tersebut yakni :

1. Posisi kambing bagian belakang lebih tinggi dari pada bagian depan + 45 derajat 2. Spekulum di beri vaselin setelah itu dimasukkan ke dalam vagina 3. Lihat lubang vagina dengan menggunakan senter kecil untuk melihat lubang cervik 4. Ketika semua sudah siap baru dilakukan proses thawing a. Semen beku dikeluarkan dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC selama 7-18 detik. b. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue. c. Straw dimasukkan kedalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih d. Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw. 7. Gun IB/ plastic sheet di masukan kedalam vagina dan sprema di semprotkan tepat kedalam cervix uteri.

8. Setelah di inseminnasi kambing di berikalung sebagai tanda untuk kode bulan inseminasi dengan warna yang berbeda setiap bulannya setelah itu kambing di pindah kandangkan sesuai galur straw yang di inseminasikan.

3.5 Deteksi Kebuntingan Kebuntingan pada ternak kambing berlangsung selama 150-152 hari atau 5 bulan. setelah satu bulan usai inseminasi dan tidak terjadi estrus kebali ternak dilakukan deteksi kebuntingan menggunakan cara Deteksi fisual dan Deteksi dengan penggunaan alat bantu.

3.5.1 Deteksi Fisual Tanda-tanda kebuntingan pada ternak kambing berupa: tidak munculnya birahi pada siklus birahi berikutnya, lebih tenang dan menghindar jika dinaiki temannya, ambing tampak menurun dan nafsu makan bertambah, perut sebelah kanan terlihat membesar ,bulu tampak lebih mengkilat , frekuensi pernafsan lebih tinggi dari biasanya, air susu lengket dan mengental, dan jika di raba pada ambing terdapat gumpalan yang mengeras. Jika tanda tanda tersebut terdapat pada kambing yang telah di insiminasi 99% ternak tersebut sedang bunting.

3.5.2 Deteksi Birahi dengan Penggunaan Alat Bantu

Alat yang digunakan di CV. Peternakan Agriranch Krangploso terdiri 2 macam alat bantu yang mana alat bantu tersebut terdiri dari draminski pragnance ditector dan draminski ultrasound scanner.

a. Draminski Pregnance Ditector Draminski Pregnance Ditector mampu mendeteksi ternak bunting dan tidak bunting dengan cepat dengan akurasi yang tinggi. Alat ini mendeteksi kebuntingan berdasarkan adanya cairan amnion dalam uterus. Pendeteksi ultrasonic memberikan tekanan pada kulit hewan untuk memancarkan gelombang suara ultrasonik, dimana gelombang itulah yang dipantulkan cairan amnion di uterus hewan bunting dan diterima kembali oleh detector.Draminski pregnancy detector dapat mendeteksi kebuntingan pada saat usia kebuntingan 60-70 hari dengan pendeteksian abdominal (dibawah perut). Apabila terjadi kebuntingan pada saat pendeteksian maka sinyal dipantulkan dengan kelipan cahaya dan bunyi dengan frekuensi yang tinggi alat ini terdiri atas beberapa bagian yaitu detector, kabel, ultrasonic probe. Prosedur Tes :

Olesi kulit ternak dan ujung detector dengan sedikit minyak pelumas untuk meyakinkan tidak ada kontak udara antara detector dan kulit.

Tempatkan detector pada posisi uterus (sisi samping bagian bawah perut). Amati lampu dan sinyal bunyi, jika terjadi kebuntingan lampu dan sinyal suara akan berbunyi sangat cepat.

Rekomendasi waktu yang tepat untuk diagnosis akurat adalah 60 -70 hari setelah perkawinan.

Cara penggunaan Draminski Pragnance Ditector dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Cara penggunaan Draminski Pragnance Ditector

b. Draminski Ultrasound Scanner Ultrasonografi (USG) udah dikembangkan dibidang kedokteran manusia sejak tahun 1970, tetapi USG mulai dimanfaatkan dibidang kedoteran hewan dan peternakan pada tahun 1980. CV. Peternakan Agriranch Krangploso mengunakan alat Draminski Ultrasound Scanner untuk mempermudah dalam melakukan pendeteksian kebuntingan pada ternak kambing dalam melakukan Insiminasi Buatan.

Prinsip kerja ultrasonografi yaitu mengubah suara yang timbul akibat suatu rangkaian elektronik membentur suatu objek lalu menjadi gambar pada monitor. Komponen dasar USG terdiri atas dua unit, yaitu cosule dan tranducer, cosule adalah rangkaian perangkat elektronik yang berfungsi untuk mengirim dan menerima suara atau pulsadari unit tranducer. Suara atau pulsa yang diterima oleh consule, kemudian diubah menjadi gambar untuk ditunjukan pada monitor. Draminski Ultrasound Scanner hanya dapat digunakan pada umur kebuntingan telah mencapai 30 hari, penggunaan Draminski Ultrasound Scanner di lakukan dengan mempemberi minyak pelumas pada ultrasonic probe setelah itu probe letakan disebelah kanan ambing yang diarahkan pada perut bagian dalam ke arah depan menuju bagian uterus, jika terjadi kebuntingan maka pada rahim akan terlihat calon embrio yang berupa gumpalan hitam.

3.6 Masalah Reproduksi Kemajiran adalah suatu keadaan yang ditandai proses reproduksi yang tidak berjalan secara normal disebabkan oleh satu atau banyak faktor, terjadi baik pada ternak jantan maupun betina. Setiap ada gangguan reproduksi dapat menyebabkan kemajiran. Derajat kemajiran pada ternak tergantung pada banyaknya faktor pengganggu, makin banyak faktor gangguan reproduksi maka makin berat kemajiran yang terjadi. Fakta fakta di lapangan dan beberapa literatur telah membuktikan bahwa faktor nutrisi merupakan faktor yang lebih kritis, dalam arti baik pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung terhadap fenomena reproduksi dibanding faktor lainnya. Jadi, nutrisi yang cukup dapat mendorong proses biologis untuk mencapai

potensi genetiknya, mengurangi pengaruh negatif dari lingkungan yang tidak nyaman dan meminimalkan pengaruh-pengaruh dari teknik manajemen yang kurang baik. Nutrisi yang kurang baik tidak hanya akan mengurangi performans dibawah potensi genetiknya, tetapi juga memperbesar pengaruh negatif dari lingkungan .

Macam-macam sebab majir

Terdapat beberapa penyebab terjadinya kemajiran yakni faktor genetik dan faktor lingkungan.

Faktor genetik berhubungan dengan sifat turunan yang disebabkan oleh perbedaan kode genetik dalam ternak, misalnya seekor kambing yang lahir dengan kelainan alat reproduksi sehingga agak sulit untuk melahirkan. Sifat yang berupa kelainan alat reproduksi tersebut diturunkan kepada anaknya sehingga beberapa diantaranya timbul masalah yang sama.

Faktor lingkungan berhubungan dengan semua hal di luar faktor genetik seperti nutrisi, suhu, penyakit, cara perkawinan yang dilakukan dan manajemen tatalaksana secara keseluruhan. Semua faktor tersebut dapat mengakibatkan kegagalan reproduksi.

Ciri-ciri kemajiran

Ternak disebut mengalami kemajiran bila mengalami gangguan pada sistem reproduksi, atau memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Ternak tidak dapat menghasilkan keturunan Ternak melahirkan dalam usia kandungan tidak normal sehingga kondisi anak mati/kurang sehat

Terjadinya hambatan pada perkembangan embrio Terjadinya kematian embrio (foetus abortus) Terjadinya penimbunan nanah pada uterus (pyometra) Siklus berahi tidak normal/tidak terkendali Posisi anak saat dilahirkan dalam kondisi tidak normal Bentuk anak yang abnormal Induk melahirkan dengan tingkat kesulitan yang diluar kewajaran

Penanganan kemajiran

Apabila ternak mengalami kemajiran dapat dilakukan upaya yang bersifat preventif dan pengabatan/penanganan secara langsung yakni :

Bagi ternak yang diketahui mandul atau steril atau memiliki kelainan organ reproduksinya secara permanen sehingga menghambat kelahiran, maka dipisahkan dari kelompok, dengan demikian hanya pejantan dan betina subur dan normal yang melanjutkan perkawinan. Sedangkan bagi ternak yang infertil, mengalami gangguan reproduksi yang sifatnya tidak permanen dan masih dapat disembuhkan maka dilakukan isolasi hingga gangguan tersebut hilang/sembuh. Perkawinan antar ternak yang memiliki sifat genetik yang baik bagi reproduksi dapat menurunkan keturunan yang memiliki sifat yang baik pula sehingga dapat memperbaiki keturunan.

Untuk

mengefektifkan

keberhasilan

perkawinan

sebaiknya

lakukan

perkawinan buatan (IB). IB juga dapat mengatasi permasalahan pejantan yang memiliki sperma baik, tetapi karena suatu hal tidak dapat dikawinkan secara langsung. Dengan pemeriksaan kesehatan yang ketat terhadap pejantan

yang akan ditampung semennya, maka kemungkinan penyebaran penyakit pada betina semakin sedikit dibanding perkawinan alami tradisional.

Guna pencegahan penyakit, upayakan sanitasi kandang dan ternak serta program vaksinasi yang berkala. Lakukan pemeriksaan rutin dengan cara palpasi (perabaan), cek darah, urine, dan diagnosa lainnya agar timbulnya suatu penyakit dapat lebih dini diketahui dan mudah untuk dieliminasi.

Perhatikan suhu dalam kandang, jangan terlalu panas atau terlalu dingin karena akan mempengaruhi metabolisme dan fisiologis ternak. Selain itu juga harus memperhatikan ventilasi, arah angin, intensitas cahaya matahari, keleluasaan dalam kandang (floor space) tidak terlalu sempit dan hal-hal berkaitan dengan kandang lainnya.

Bila ternak telah mengalami suatu penyakit, maka isolasikan ke kandang khusus dan lakukan pengobatan bagi penyakit yang dapat disembuhkan dan apabila tidak dapat maka ternak harus dimusnahkan karena penyakitnya dapat menular. Penyebab kemajiran disebabkan penyakit terutama oleh bakteri merupakan faktor yang sangat sering terjadi.

Perhatikan pemberian nutrisi yang tepat, tidak kurang dan tak berlebih. Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan ternak, apakah untuk hidup pokok, untuk pertumbuhan, reproduksi ataukah untuk laktasi dsb. Khusus untuk kualitas semen pejantan, maka berikan makanan tambahan yang mengandung banyak vitamin dan sering digembalakan, dan lakukan perkawinan/pengambilan semen (IB) dalam jarak waktu yang tidak berdekatan. Pemeriksaan kualitas semen ini dapat diperiksa secara teliti di laboratorium dengan menggunakan mikroskop.

Perhatikan umur pejantan dan betina, apakah telah memiliki syarat untuk dilakukan perkawinan karena apabila belum terjadinya dewasa kelamin dan dewasa tubuh maka besar kemungkinan akan mengalami kegagalan reproduksi. Interval perkawinan juga merupakan hal yang penting karena terdapat suatu kondisi dimana walaupun fungsi organ reproduksi telah terbentuk namun karena sering digunakan dalam waktu yang berdekatan maka fisik organ tersebut belum siap digunakan, dan harus diistirahatkan terlebih dahulu.

Saat terjadi kelahiran, amati dan lakukan pertolongan apabila terdapat kondisi yang abnormal, seperti posisi anak yang terbalik, plasenta yang menutupi pernafasan anak dan tidak dijilati oleh induk, dan kesulitan melahirkan lainnya.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian di tempat Praktek Kerja Lapang di CV. Peternakan Agriranch Karangploso Malang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pendeteksian birahi masih belum memenuhi standar ini dikarenakan pejantan pengusik yang digunakan masih dalam keadaan produktif dan tidak diberi perlakuan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat pendeteksian. sebaiknya pendeteksian birahi menggunakan pejantan yang telah telah divaksektomi (perusakan pada vas deferns), ataupun pejantan pengusik diberi apron (celemek sebagai penghalang penetrasi penis kedalam vagina) guna menghindari terjadinya human error pada saat pendeteksian birahi berlangsung. 2. Batasan angka kekentalan lendir vagina terlalu rendah dan belum sesuai dengan batasan sesungguhnya. Angka kekentalan lender sebaiknya dinaikan menjadi dibawah 400 ini dikarenakan pada saat angka kekentalan lendir vagina dibawah 300 ternak masih belum mengalami puncak ovulasi. 3. Tatalaksana pemeliharaan di CV. Peternakan Agriranch secara umum dapat dikatakan telah sesuai dengan prinsip-prinsip tatalaksana pemeliharaan secara teoritis. Tatalaksana ini meliputi pemeliharaan kambing peranakan etawa (perkandangan, pemberian pakan dan minum, dan pencegahan penyakit). 4. Pemilihan calon induk masih kurang selektif, karna umumnya calon induk dibeli dari peternak rakyat yang belum memiliki recording.

4.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di tempat Praktek Kerja Lapang di CV. Peternakan Agriranch Karangploso Malang, diberikan saran sebagai berikut : 1. Pendeteksian birahi sebaiknya menggunakan pejantan yang telah telah divaksektomi (perusakan pada vas deferns), ataupun pejantan pengusik diberi apron (celemek sebagai penghalang penetrasi penis kedalam vagina) guna menghindari terjadinya human error pada saat pendeteksian birahi berlangsung. 2. Batasan angka kekentalan lendir vagina sebaiknya dinaikan menjadi dibawah 400 ini dikarenakan pada saat angka kekentalan lendir vagina dibawah 300 ternak masih belum mengalami puncak ovulasi. 3. Upaya sanitasi harus digalakkan ini dikarenakan usaha ternak breeding sangat rawan penyakit terutama anak kambing yang masih kecil. 4. Untuk mengurangi angka kemajiran pada induk sebaiknya calon induk diseleksi dengan ketat agar menghasilkan keturunan yang baik dan semoga perusahaan peternakan ini dapat menjadi contoh dan pedoman bagi perusahaan peternakan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA Anonimus 2008. http://www.vet-klinik.com/Peternakan/Inseminasi-Buatan-IB-atauKawin-Suntik.html di akses 04 Juli 2010 Anonimus 2011. http://www.ddlivestock.or.id/artikel/teknologi/150-inseminasibuatan-ib-atau-kawin-suntik-pada-sapi.html di akses 04 Juli 2010 Anonimus,2010.http://fmawonosari.blogspot.com/2010/07/manfaat-dan-kerugian inseminasi - buatan.html.di akses 04 Juli 2010 Bambang A.M. 2005. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Batosamma, T. 2002. Teknologi Reproduksi Inseminasi Buatan. Makalah Kursus Singkat Teknik Biologi Reproduksi dalam Meningkatkan Produktivitas Ternak Kerjasana Fakultas Peternakan Unhas dengan Dirjen Dikti Depdiknas. Fakultas Peternakan Unhas, Makassar Boothby D and G Fahey. 1995. A Practical Guide Artificial Breeding Agmedia, East Melbourne Vic 3002. 127 pages Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius. Jakarta Divendra, C dan M. Burns, 1994. Produksi kambing di daerah tropis, diterjemehkan oleh I.D.K. Putera. Penerbit ITB Bandung dan Universitas Udayana. Erna, 2008. Design Action Research,Febru Aries S, Sigit Diva Prees. Yogyakarta Foote RH and MT Kaproth. 2002. Large batch freezing of bull semen: effect of time of freezing and fructose on fertility. J. Dairy Sci. 85:453456 Hatmono . H, 2009. Http :// Tech. Dir.Groups. Yahoo. Com Group / Berkebun / Message / 701. Di akses tanggal 19 oktober 2008 Jaenudeen, MR and E.S.E. Hafez, 2000. Gestation, Prenatal Physiology and Parturition. In : Reproduction in Farm Animals. Kaiin EM, M Gunawan, S Said dan B Tappa. 2004. Fertilisasi dan Perkembangan Oosit Hasil IVF dengan Sperma Hasil Pemisahan. Prosiding Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor 45 Agustus, 2004 : 2125 of Cattle.

Ketut Sutama 2010. http :// peternakan .litbang. deptan. go.id/index. php? option=com_content&view= article&id = 50%3 Akinerja-produksi-danreproduksi kambing betina peranakan etawah - d i Indonesia & catid = 37%3 Awartazoa - vol-19-no-1-tahun-2009&Itemid=22 Muhammad Rizal dan Herdis, 2008. Inseminasi Buatan Pada Domba, Rineka Cipta Jakarta. Sarwono,B. 2004 Berternak Kambing Unggul. Penebar Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadya. Jakarta Swadaya 2006.

Sutama dan Budiarsana 2009. Panduan Lengkap Kambing & Domba, Penebar Swadaya.http:// kandangbambu.wordpress.com / 2010 /02 / 24 / carapemberian pakan yang efektif pada ternak kambing perah / Walker D, H Ritchie and D Hawkins. 1994. Effective Use of Artificial Insemination in Beef Cattle. Michigan State Univ. Extension. MSU Exention Beef Bull. :16360001, 01/01/94

Lampiran 1. Efisiensi Antara Biaya Straw Dan Biaya Pemeliharaan

No 1

Barang Straw

Volume 3

Kambing 100

Harga Rp 20.000

Lama 30

Jumlah Rp 6.000.000 Rp 6.000.000

Total biaya 2 3 4 5 6 hijauan konsentrat karyawan perawatan air+listrik 6 0,25 2 100 100 Rp 300 30 30

Rp 5.400.000 Rp 1.125.000 Rp 1.200.000 Rp Rp 50.000 100.000

Rp 1.500 Rp600.000 Rp 50.000 Rp100.000

Total biaya Efisiensi biaya

Rp 7.875.000 Rp 1.875.000

Efisiensi Biaya= Total Biaya Pemeliharaan- Total Biaya Straw Yang Digunakan

Lampiran 2. Dokumentasi selama Praktek Kerja Lapang berlangsung

Posisi Dramnskiestrus detector

Pengukuran kekentalan lendir vagina

Posisi kambing saat proses inseminasi

Penglihatan lubang vagina sebelum diinseminasi

Proses Inseminasi Buatan

Draminski Ultrasound Scanner

You might also like